gumongjae

Jean menghembuskan nafasnya. Seharian ini rasa – rasanya aura negatif mengelilinya dan menguncinya. membuat dia tidak bisa berkutik dan terus murung menekuk kepalanya.

“Jeha..”

Jean menoleh saat salah satu staff perpustakaan memanggilnya.

“Itu masih ada satu troli. Ke bagian literasi bisnis ya..”

Jean tersenyum dan mengangguk menyanggupi perintah dari staff wanita itu. Setelah itu dia berjalan dan mengambil satu troli berisi setumpukan buku yang harus dia susun kembali sesuai jenis bukunya.

Waktu sudah menunjukan pukul lima sore dan pekerjaan Jean tidak kunjung selesai. Tangannya masih sibuk menyusun dan mengembalikan buku sesuai dengan label yang tertera di sana.

Musim skripsi seperti ini menjadi neraka bagi Jean. Karena akan ada segerombolan kakak tingkat yang menyerbu perpustakaan untuk meminjam buku literasi.

“Iya Yo, gue ke sana sekarang.”

Jean berdengus mendengar satu ucapam yang datang dari sudut kanan dia berdiri. Siapa yang berbicara sekeras itu di perpustakaan? Dasar tidak punya adab.

Selanjutnya, setelah suara keras itu Jean mendengar suara langkah yang terburu mendekati nya. Tanpa sadar laki-laki yang tadi menerima panggilan dengan suara kerasnya, menubruk troli yang penuh akan tumpukan buku hingga buku-buku itu jatuh berceceran.

“Ah- Aduh sorry sorry gue nggak liat.”

“Kalau jalan tuh yang bener dong Kak!!” Bisik Jean kesal dan langsung jongkok memunguti buku-buku yang berceceran itu.

“Aduh gimana ya, gue mau bantu tapi gue buru-buru ini. Sorry ya.. sorry,” laki-laki itu menepuk pundak Jean yang tengah duduk memunguti buku lalu melangkah melewati Jean begitu saja.

“Sial. Nggak ada adab banget...”

Tangan Jean sudah mengepal menahan rasa kesal melihat punggung lebar itu semakin jauh meninggalkannya dengan buku-buku yang berserakan di lantai itu. Alis Jean berkerut mengenali punggung dan wajah itu ketika dia berbelok.

“Jonathan?” Jean berdesis, “Pantesan nggak sopan.”

Jean bangkit dari duduk nya setelah berhasil merapihkan lagi buku yang dijatuhkan Jonathan. Si kakak tingkat tidak punya adab dan sopan.

“Untung gue ditolak. Males banget anjir punya mentor kaya gitu.”

Setelah berpamitan dengan semua member Seventeen dan staff di tempat konser dan mendapatkan ijin dari manajer untuk pergi, Mingyu dan Jaehyun meninggalkan tempat konser dengan mobil Jaehyun.

“Padahal aku yang nyetir, kamu pasti cape baru aja abis konser..” Jaehyun berucap saat Mingyu duduk di kursi kemudi.

“Kamu lebih cape dari aku, kemarin aja kamu syuting sampe malem. Terus tadi pagi sampe siang ada syuting kan? Biar pacar kamu yang ganteng aja yang nyetir.”

Jaehyun tersenyum mendengar jawaban dari Mingyu. Tepat setelah Mingyu melajukan mobilnya, tangan Jaehyun menyelinap untuk menggenggam tangan Mingyu yang bebas dari kemudi. Satu kecupan Jaehyun bubuhkan dengan senyuman. Tak mau kalah, Mingyu pun melakukan hal yang sama dengan mencium tangan Jaehyun.

Berikutnya mereka tertawa.

“Kamu tau nggak, aku bisa gila kalau seandainya kita beneran nggak punya waktu buat ketemu sebelum aku tur.” Mingyu membuka pembicaraannya. Sekarang mereka masih berada di mobil, melihat pemandangan Sungai Han di malam hari di dalam mobil. Mingyu melarang Jaehyun turun, di luar dingin dan sedang turun salju. Mingyu tidak rela kesayangannya terkena flu.

“Makasih udah sempetin waktu buat kita ya, sayang...” Lanjut Mingyu.

“Kita kaya gini bukan sekali dua kali. Ada kalanya kamu yang susah cari waktu, ada kalanya aku.” Jaehyun mengeratkan tubuhnya mendekat untuk didekap oleh sang kekasih. “Aku seneng kita bisa lakuin itu sampai saat ini. Dengan aku atau kamu yang berusaha buat cari waktu buat kita, itu udah buktiin kalau hubungan kita bukan main – main.. ya kan Gyu?”

Mingyu tersenyum melihat Jaehyun yang mengangkat kepalanya untuk menatap Mingyu. Tak tahan dengan tatapan Jaehyun, Mingyu pun mengecup lembut bibir Jaehyun. Tak lama setelah itu Jaehyun ikut terhanyut dan menutup matanya. Bibir mereka bertautan menyalurkan rasa rindu yang akhirnya berujung, menyalurkan rasa sayang yang tak berujung. Segurat senyum terlukis dalam tautan penuh rasa mereka.

Harapan mereka tidak banyak.

Hanya dengan menghabiskan waktu berdua di dalam mobil, atau sekedar berpelukan sampai tidur di apartemen mereka itu sudah lebih dari cukup.

Karena hanya butuh satu rumus bahagia bagi mereka. Yaitu ..

Adanya Mingyu untuk Jaehyun, dan adanya Jaehyun untuk Mingyu.

Setelah pamit dengan member Seventeen Jaehyun membawa mobil Mingyu dengan Mingyu yang duduk di sebelahnya. Mingyu tidak terlalu mabuk dia masih sadar, bahkan sepanjang jalan dia menggenggam tangan Jaehyun dan terus mengucapkan kata maaf.

“Maaf ya, gara – gara anak anak acara dinner kita berdua jadi berantakan..”

“Astaga.. udah syut jangan minta maaf lagi.” Jaehyun membuka sabuk pengaman Mingyu lalu dia mencuri satu kecupan dari Mingyu, membuat Mingyu tersenyum. “Aku suka kok makan malem sama temen – temen kamu..”

“Tapi mereka rusuh banget. Maksa kamu buat minum.”

its okay.. Ayo kita masuk, udah malem..”

Setelah Mingyu mengangguk dan mencuri satu kecupan lagi dari Jaehyun, mereka berdua pun berjalan berdampingan masuk ke gedung apartemen. Itu adalah tempat apartemen mereka berdua yang sengaja mereka beli tiga tahun lalu.

Kalau kata Mingyu, biar kencannya nggak ganggu member. Jadi mereka memutuskan untuk membeli satu unit apartemen di gedung itu.

come here baby...

Jaehyun menghampiri Mingyu yang sudah lebih dulu merebahkan dirinya di kasur king size mereka. Dengan tangan yang membentang Mingyu membawa Jaehyun masuk ke dalam pelukannya lalu menyesap wangi rambut tebal Jaehyun.

“Cuci muka dulu gyu.. abis di luar. gosok gigi !!” Ucap Jaehyun

“Males.. biarin lah aku mau pelukan sama kamu..”

Jaehyun tersenyum sedikit setuju dengan perkataan Mingyu. Rasanya sayang sekali untuk membuang waktu lima menit untuk sekedar cuci muka dan gosok gigi dan membuang waktu berdua mereka yang sangat berharga.

“Jangan galak – galak sama member kamu..” Jaehyun memeluk Mingyu erat sambil membuka pembicaraan. “Aku nggak apa – apa kok. Mereka asik, ya meskipun rusuh. Tapi aku nggak apa – apa..” Lanjut Jaehyun.

Mingyu mengusap rambut Jaehyun. “Tapi gara – gara mereka rencana dinner berdua kita malah jadi se-rt.” Jaehyun terbahak di pelukan Mingyu.

“Iya sih.. Tapi kan kita bisa kencan lain kali. Makan malem sama member kamu rame-rame kapan lagi coba? kalo nggak kebetulan gini, mana bisa aku atau member atur jadwal?”

“mmhh iya sih...” Mingyu berucap sambil mengecup lagi rambut Jaehyun. “Lain kali aku yang makan malem sama anak anak nct?”

“Serius?! Dua puluh tiga orang mau??”

“Ya nggak semua juga dong sayang, yang ilichil doang..”

Jaehyun tertawa terbahak mendengar jawaban dari Mingyu. Kalau makan malam Jaehyun dengan anak anak Seventeen disebut jadi acara se-rt, sebutan apa yang cocok kalau seandainya nanti Mingyu yang makan malam bareng semua member NCT? Mungkin jadi acara satu kecamatan.

“Iya deh ayok.. Nanti kalau kita, sama kamu udah santai..”

“mmmh...”

Setelah itu hanya hening yang datang menghampiri pelukan hangan Mingyu dan Jaehyun. Sesekali beberapa kecupan mereka berikan kepada satu sama lain sampai saat salah Jaehyun lebih dulu terlelap tidur karena Mingyu terus mengusap punggungnya, memberi dia rasa nyaman.

“Tidur yang nyenyak sayang...” Ucap Mingyu sambil mengecup kening Jaehyun sebelum dia terlelap menyusul Jaehyun yang sudah terlebih dahulu terlelap di pelukannya.

“Makasih...”

Jaehyun mengangguk dan langsung meminum minuman ion yang tadi sempat dibukakan oleh Mingyu. Satu tegukan dan setengah dari isi botol minuman itu habis. Mingyu tertawa gemas melihat Jaehyun yang kehausan.

“Pelan-pelan minumnya..” Ucap Mingyu sambil mengusap air minum yang ada di sisi mulut Jaehyun. Setelah itu dia mencubit gemas pipi Jaehyun.

“Ihh sakit..”

“Gemes aku sama kamu.”

Detik berikutnya hanya ada suara tawa dari Mingyu yang menertawakan Jaehyun. Setelah itu hanya ada hening mengelilingi mereka. Mata Mingyu melirik ke sekeliling mereka.

Sepi.

Hanya ada mereka berdua di taman itu.

Tak berfikir dua kali Mingyu bergerak untuk menggenggam tangan Jaehyun. Pada awalnya Jaehyun sempat kaget, namun saat Mingyu berbisik kalau tidak ada orang di sekitar mereka, Jaehyun mengeratkan genggamannya kepada Mingyu.

Ah...

Dia bahagia sekali sekarang.

“Akhir-akhir ini aku kaya lari dikerjar anjing.” Jaehyun berucap, usapan di tangannya oleh Mingyu ditangkap Jaehyun sebagai tanda supaya dia melanjutkan ceritanya. “Aku istirahat hampir setaun. Bukan cuma aku, tapi semua member ngerasain berat nya istirahat panjang itu.”

“Kalo bukan karena kita yang nguatin diri kita, dan kalau bukan karena kamu. Aku nggak tau aku bisa tetep waras pas masa hiatus dulu gyu..”

“Tapi abis itu, kita semua sibuk udah kaya orang gila. Siklus nya nggak sehat banget.”

Mingyu melepaskan genggamannya pada tangan Jaehyun dan merangkul bahu Jaehyun sebagai gantinya, mengusap-usap bahu itu untuk memberi ketenangan kepada Jaehyun. Tak lama kemudian Jaehyun menyandarkan kepalanya di bahu Mingyu.

“Tapi kamu bahagia kan? Semua yang kamu sama grup kamu pasti terbayarkan. You did a great job di comeback kali ini..”

Jaehyun memejamkan matanya. Mingyu benar. Dia senang. Tapi lelah juga. Tapi tak apa, lebih baik lelah karena melakukan sesuatu daripada tidak melalukan sesuatu. Toh dia juga sangat bersemangat untuk melihat ke depan.

Ini yang dia mau.

Dan Jaehyun berharap itu semua akan berjalan lancar tanpa halangan berarti.

“Sayang.. laper nggak?” Mingyu bertanya sambil mengusap kepala Jaehyun.

“Mmhh. Ayo makan. Udah malem juga.” Jawab Jaehyun sambil mengangkat kepalanya dari pundak Mingyu. Dan berdiri. “Tapi no alcohol ya.. besok aku ada reading.”

“Enggak dong. Hari ini cola !!”

Let's goo..

“Pelan – pelan dong sayang makannya..”

“Laper Ka..”

Mahaka menyeka sisa makanan yang ada di bibi Jenggala. Pagi ini mereka sedang sarapan sederhada di meja makan apartemen mereka. Setelah seminggu penuh dengan acara panas, akhirnya subuh tadi menjadi gelombang terakhir heat seorang Jenggala.

“Gimana nggak laper, semingguan ini lo makannya punya gue mulu..”

“Aka ih !!”

Mahaka tertawa saat melihat Jenggala yang memerah saat dia menggodanya. Bukan bualan belaka. Mereka berdua.. Jenggala dan Mahaka sudah bonding. Entah sudah berapa kali selama satu minggu ini.

Setelah melewati beberapa malam penuh desahan karena proses penyatuan mereka. Mahaka dan Jenggala tau kenapa semua orang seperti mengangungkan kegiatan bonding bagi sepasang mate.

Mereka merasakannya.

Rasanya seperti ada satu tali yang terikat semakin kuat antara Mahaka dan Jenggala kini. Tali yang membuat mereka menjadi semakin masuk dan mencintai satu sama lain.

Mahaka kembali tersenyum melihat Jenggala yang sekarang masih asyik dengan makannnya. Setelah itu Mahaka mengalihkan pandangannya ke atas paha dia yang sekarang sudah tersimpan kotan cincin berwarna hitam.

Ya..

Mahaka pikir ini adalah saatnya.

Dia kan melamar Jenggala.

“Jenggala..”

“Ya?”

Jenggala mengelap mulutnya dengan tisu setelah dia selesai makan. Matanya menatap luruh Mahaka yang tadi memanggilnya. Satu kerutan di alis Jenggala keluar saat Mahaka mengeluarkan kotak dan dia simpan di meja makan mereka.

“Aka..”

“Dengerin gue.” Mahaka menelan ludahnya sebelum melanjutkan perkataanya. “Jenggala, gue tau ini mungkin kecepetan bagi lo. Tapi gue yakin ini waktu yang tepat buat gue ngomong.”

Jenggala menatap Mahaka gugup.

“Je.. Ayo nikah sama gue.. Gue.. gue.. mau jagain lo lebih dari seorang pacar.. Jadi ayo nikah sama gue..”

Jenggala tersenyum melihat gelagat gugup dari Mahaka.

“Ayo.”

“Ayo?”

Jenggala mengangguk. “Iya. Ayo kita nikah.. lagian kita juga udah bonding, dan juga gue.. gue mau lewatin heat gue sama lo setelah ini..”

“Ahh Jenggala...”

Mahaka bangkit dari duduknya dan menghampiri Jenggala yang ada di sebrangnya. Detik berikutnya Jenggala sudah berada dipelukan Makaha dalam.

“Aka jangan diangkat-angkat, jatoh !!!”

“Bodo amat.. pokoknya gue cinta sama lo. Cinta banget kaya orang gila !!”

Jenggala tertawa melihat Mahaka yang sekarang mengangkat pelukannya membuat dia tidak menapak ke lantai.

“Gue juga cinta sama lo Aka. Kaya orang gila..”

“Sayang Jeje...”

Menit berikutnya terisi oleh ucapan – ucapan sayang yang keluar dari mulut Mahaka dan Jenggala. Rasanya detik ini kebahagiaan mereka sempurna. Sebagai seorang mate, Mahaka dan Jenggala sudah sempurna.

Sempurna karena saling menggenggam tangan satu sama lain.

Selama Mahaka dan Jenggala berpacaran dan mating kehidupan ranjang mereka tidak pernah lebih dari bermain dengan tangan. Paling jauh adalah making love tapi tidak pernah sampai ke proses penyatuan.

Semua itu karena prinsip mereka yang berseru tidak akan pernah bonding dan melakukan penyatuan sebelum mereka naik ke jenjang pernikahan. Sudah lima tahun mereka menjaga martabat, kodrat, dan nafsu mereka masing – masing.

“Lo beneran beli satu box anjir !!” Jenggala berseru ketika melihat barang belanjaan yang dibawa oleh Mahaka saat dia masuk ke dalam apartemen mereka.

Sementara Mahaka yang sepertinya masih takjub dengan apa yang dikatakan Jenggala saat ini hanya bisa diam sambil terus melihat Jenggala yang sedang asyik menyimpan persediaan makan mereka untuk satu minggu kedepan ke dalam kulkas mereka.

“Jenggala..”

Suara berat Mahaka memecah perhatian Jenggala. Melihat Mahaka yang menatapnya dengan tatapan selidik, Jenggala tersenyum lalu menyimpan bahan makanan terakhir sebelum dia berjalan dan memeluk Mahaka erat.

“Gue kangen banget anjir sama lo..” Ucap Jenggala di sela pelukan mereka.

Pelukan Jenggala dibalas tak kalah erat nya oleh Mahaka. Aroma persik dan vanila yang menguar di sekitar tubuh Jenggala langsung menarik perhatian Mahaka. Jenggala sedang heat dan dia sama sekali tidak meminum pil surpesan nya. Secara rakus Mahaka menenggelamkan kepalanya ke ceruk leher Jenggala, membawa masuk semua aroma manis yang mungkin sebentar lagi akan membuatnya mabuk kepayang.

“Sayang..” Ucap Mahaka tak jelas.

“Mmmh..”

Tak beda jauh dari Mahaka, Jenggala sekarang sama-sama sedang rakus mengendus seluruh aroma yang menguar dari tubuh Mahaka. Dia benar – benar merindukan alpha nya.

“Lo nggak akan nyesel kan?”

Makaha melepas pelukan mereka untuk sesaat dan melihat wajah Jenggala yang sekarang perlahan memerah. Sepertinya gelombang heat Jenggala akan datang lagi.

Jenggala tak menghiraukan pertanyaan dari Mahaka dan malah mencuri satu kecupan di bibir Mahaka. “Gue siap Aka.. Gue siap.” Satu seringai muncul di mulut Mahaka. Detik berikutnya Mahaka kembali mengikis jarak mereka dan mengecup bibir Jenggala dalam.

Panggutan demi panggutan tercipta sejurus dengan gelombang heat dari Jenggala yang sudah sepenuhnya datang kembali membuat semua hormon yang berada di diri Jenggala bergejolak.

Helaan nafas panas dan desahan yang keluar dari mulut Jenggala semakin membuat Mahaka semangat untuk menjamah mulut Jenggala. Ciumah Mahaka tidak berhenti di mulut tebal Jenggala, dengan lembut namun diselimuti intensitas yang panas Mahaka menjelajahi leher Jenggala.

“Sayang?”

“Aka.. pindah ke kamar.. ayo..”

Mahaka tertawa melihat Jenggala yang sekarang sudah bergelantungan seperti koala memeluknya. Satu kecupan gemas Mahaka berikan di atas pucuk hidung Jenggala.

“Sebelum kita lanjut, kita pilih rasa dulu ya.. Mau rasa apa? coklat? atau strawberry? Atau yang nggak ada rasanya?”

Jenggala tertawa melihat ekspesi Mahaka yang seperti penggoda saat ini. Satu kecupan Jenggala daratkan ke pipi Mahaka.

“Rasa apa aja, asal itu punya lo, gue suka.”

“Astaga Jenggalaaaaa...... Kenapa lo jadi binal giniiii..”

Jaehyun menutup pintu tempat dia wawancara untuk kerja dengan senyum sumringah di wajahnya. Kedua tangannya memegang maket kesayangan dia dengan hati – hati. Untuk sesaat Jaehyun mengambil tempat duduk yang sudah ditinggalkan oleh para pelamar karena mereka sudah pulang dari tadi.

“Astaga, kalo kaya tadi reaksi nya, gue lolos nggak sih?”

Senyum Jaehyun berkembang berbarengan dengan rasa senangnya.

Wawancara tadi berjalan dengan lancar. Jaehyun bisa menjawab dengan tenang apa yang ditanyakan oleh lima orang petinggi yang sejak pagi mewawancara teman – teman se nasib nya. Saat Jaehyun memperkenalkan hasil design nya ke-lima orang yang kelihatan sudah sumpek itu langsung sumringah melihat maket yang amat luar biasa indah itu.

“Udah sore nih. Balik aja deh..”

Jaehyun berdiri dari duduknya dengan tas gandong yang sudah rapih dia kenakan dan name tag yang tidak sempat dia lepaskan. Wajar saja, tangannya sudah penuh memegang maket nya. Dan lagi, Jaehyun datang sendirian ke sini. Tapi tak apa, dia sudah melakukan yang terbaik, dia tidak menyesal meskipun nanti hasilnya tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan.

“Kerja bagus Jaehyun..” Jaehyun berucap sambil tersenyum.

Rasanya melihat lancarnya wawancara tadi Jaehyun jadi berfikir kalau usaha dia untuk mengejar asa nya akan terbayarkan. Usaha dia untuk tetap maju meskipun sesekali diam dan kembali memingat si mimpi indah nya itu.

Kalau dihitung, sudah satu tahun lebih kebetulan yang Jaehyun harapkan tidak muncul. Jaehyun pikir, mungkin dia harus menunggu lebih lama lagi. Atau mungkin kebetulan itu tidak akan pernah terjadi?

Bruk ...

“Aw !!! Maket gue !!”

“Astaga maaf, maaf saya nggak sengaja..”

Maket Jaehyun terjatuh saat tadi ada pria yang sedang berlari menubruk Jaehyun dengan keras. Ingin sekali Jaehyun menangis saat maket nya terbelah menjadi tiga bagian, tergeletak begitu saja di hadapannya.

“Ahhh ancur.. maket gue....” Mata Jaehyun terus terpaku dan bersimpuh memungut potongan maket nya.

“Jaehyun?”

Rengekan Jaehyun berhenti saat telinga dia menangkap satu suara familiar yang selama ini selalu dia tunggu dan rindukan. Dengan cepat Jaehyun mengangkat kepalanya dan..

“Mas Johnny ??!!”

Kebetulan itu akhirnya datang kepadanya. Mimpi indahnya yang selama ini hanya sementara dia tinggalkan, kembali lagi ke sisinya. Johnny sedang tersenyum di hadapannya sekarang.

Sementara Johnny.

Jangan tanya bagaimana perasaanya sekarang. Beribu doa yang selama ini dia panjatkan akhir nya terkabul. Jaehyun dan senyum manis nya detik ini ada di hadapannya.

“Apa kabar mas?”

“Ah.. Baik, kamu apa kabar Jae?”

“Aku juga baik.”

Mungkin semesta sengaja untuk memisahkan mereka dulu. Karena semesta tau, kalau mereka melanjutkan hubungan mereka yang dulu, mungkin kedepannya mereka tidak akan merasa berdebar seperti sekarang saat bertemu. Mungkin mereka akan terus memaksakan ego mereka. Tapi tidak.

Sekarang mereka bertemu setelah menjadi pengembara selama satu tahun penuh. Bahkan lebih. Mereka kembali bertemu dengan senyuman yang selama ini selalu mereka puja. Dengan debaran yang selama ini selalu mereka rindukan.

Takdir Johnny dan Jaehyun, akan kembali lagi dimulai. Tepat saat Johnny mengulurkan tangannya kepada Jaehyun, dan Jaehyun menyambutnya dengan penuh suka cita.

“Jaehyun? Saya boleh minta nomor kontak kamu kan?”

Johnny rasa untuk kali ini, dia yakin.

Dia yakin untuk kembali mengejar Jaehyun. Untuk kembali memuja Jaehyun. Dan untuk kembali menggenggam tangan Jaehyun, tanpa harus dia lepas di akhir hari.

“Saya anterin kamu ya?”

“Nggak usah mas. Aku udah ada janji sama temen.”

Johnny Suh.

Jaehyun tidak pernah menyangka kalau langkah pertama dia setelah dia memutuskan untuk menggunakan layanan spesial mempertemukan dia dengan Johnny. Pria yang dalam satu tatapan saja tau kalau pria itu jauh lebih dewasa daripada dia.

Namun mungkin Johnny hanya berpengalaman dalam penambahan umur atau kerjanya. Tapi nol besar dalam urusan berhubungan.

Selama tiga bulan ini dia serasa mengurus bayi besar yang iya – iya dan angguk – angguk saja saat Jaehyun menyuruh dia ini dan itu. Tapi bayi besar itu berhasil membuat Jaehyun goyah dan galau dengan caranya sendiri.

Bayi besar itu, Johnny Suh. Sudah menempat tahta cinta pertama di hatinya.

“Kalau gitu, aku duluan ya mas..”

“Ya.. hati – hati di jalan Jaehyun. Makasih ya..”

“Kembali kasih mas..”

Untuk yang terakhirnya Jaehyun menatap wajah datar, tegas, namun juga polos milik Johnny. Satu tarikan nafas keluar dari Jaehyun sebelum dia menutup kembali pintu cafe dan memunggungi pintu transfaran itu.

Good job Jaehyun..” Jaehyun mengusap dadanya pelan. “Lo keren.”

Jaehyun sudah mengalahkan egonya. Dia mungkin saja bisa menahan Johnny dengan segala cara. Namun dia tidak mau menjegal Johnny. Johnny butuh seseorang yang sepadan daripada bocah yang masih begelut dengan tugas kuliah seperti nya.

Biarkan Jaehyun melepas Johnny Suh yang seperti mimpi baginya.

Mimpi yang indah selama tiga bulan terakhir.

Seperti mimpi – mimpi yang lainnnya. Jaehyun hanya akan membiarkan itu sebagai kenangan lewat yang menyenangkan. Dia pasrah sekarang. Berharap kebetulan itu akan segera hadir dan membawa dia kembali menyambangi mimpi indahnya.

Johnny Suh.

Okay.. sekarang kita kembali ke realita. Semangat JAEHYUN !!!”

Jaehyun menggepalkan tangannya erat dan dengan perasaan ringan berjalan menjaui area cafe itu, meminggalkan mimpi indah nya untuk sementara.

Ya.. Jaehyun harap hanya untuk sementara.

Johnny tidak pernah membayangkan kalau akhir dari kontrak di situs Finding Partner akan membuat suasana hati dia sedu membiru. Dia seolah tidak mau mengakhiri ini. Dia ingin terus bersama dengan Jaehyun dan melanjutkan kontak dia. Persetanan dengan uang, dia akan membayar seberapapun itu.

Namun apa daya.

Johnny menyadari kalau seandainya apa yang dia pikirkan bisa menjadi boomerang dan membuat Jaehyun tidak nyaman. Dia tau Jaehyun ingin segera mengakhiri kontrak ini. Dan dia tau mungkin Jaehyun akan terluka seandainya dia memilih untuk melanjutkan kontak ini.

Iced Americano dan latte..”

Johnny mengangguk kepada salah satu pelayan yang membawakan pesanannya. Satu americano untuknya dan satu latte untuk Jaehyun. Astaga lihat saja, Johnny bahkan tau apa pesanan yang akan dipesan untuk Jaehyun.

Jaehyun.

Sesosok pria muda, masih kuliah, namun dapat memberikan banyak sekali pencerahan, kehangatan, dan mungkin rasa cinta kepada Johnny? Dalam titik ini Johnny tak akan berhenti untuk bersyukur dan berterimakasih kepada Taeil yang menyarankan dia untuk membuka situs itu. Karena tanpa itu, dia mungkin tidak akan pernah bertemu dan tau anak laki – laki dengan paras menenangkan dan dua buah lesung pipit manis bernama Jaehyun.

Johnny sadar, kalau sebenarnya dia sudah jatuh cinta dengan Jaehyun.

Sikap Jaehyun yang bisa membuat dia perlahan terbuka dan tidak pernah memaksanya membuat Johnny merasa hidup dan pantas untuk dicintai. Jaehyun itu orang yang sederhana yang bisa merobohkan perasaan dingin di tubuh Johnny.

Jaehyun itu yang pertama kalinya membuat Johnny merasa hidup dan menikmati hidup. Walau hanya dengan berpegangan tangan setelah makan malam sederhada di angkringan.

Johnny menaikan kepalanya saat bunyi lonceng pertanda ada orang yang masuk. Satu tarikan membentuk senyuman keluar dari bibir Johnny saat melihat sosok yang sedari tadi memenuhi pikirannya.

“Mas.. Maaf ya aku telat.”

Jaehyun datang dengan setelan santainya. Kaos putih berbalut jaket denim nya. Tetap menawan. Johnny terpesona dengan kesederhadaannya itu.

“Saya sudah pesenin latte buat kamu.”

Jaehyun tersenyum lalu bertermakasih kepada Johnny. “Udah mau lulus nih murid aku. Makasih ya mas.” Setelah ucapan sederhana itu Jaehyun meminum latte nya.

Mata Johnny melirk melihat amplop coklat yang ada di samping Jaehyun. Itu mungkin kontak mereka. Jaehyun membawanya.

“Mas?”

“Ya?”

Jaehyun terlihat lebih gugup dari biasanya, setelah menghabiskan setengah gelas latte yang dipesan oleh Johnny, tangan Jaehyun membuka amplop coklat itu dengan hati – hati membuat Johnny merasa cemas.

“Selama tiga bulan, saya peach sudah berusaha dengan baik untuk memberikan pelayanan kepada Si Mas?” Jaehyun tersenyum menjeda kalimatnya. “Semua pembiayaan sudah selesai dan lunas, dan waktu yang ditetapkan hari ini, sudah habis.”

Jaehyun mengulurkan tangannya mengajak Johnny untuk bersalaman. “Mas?” Tapi entah kenapa Johnny tidak mau menggapai genggaman tangan itu. Dia sangat suka menggenggam tangan Jaehyun. Tapi kali ini kalau dia menggenggam tangan Jaehyun, mereka akan berpisah kan?

“Mas aku pegel...” Jaehyun berucap sambil memelas, menggerak – gerakan tangan kanannya yang sampai saat ini belum saja di sambut oleh Johnny.

“Ah iya, maaf..”

Johnny mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Jaehyun dengan senyum canggung. Dia tidak boleh membuat Jaehyun kecewa.

“Kalo begitu, tahap selanjutnya. Hp mas..”

“Hp saya? Kenapa?”

Jaehyun menjawab pertanyaan Johnny dengan tingkahnya. Dia mengeluarkan ponsel nya dan membuka tampilan kontak. Mata Johnny berkerut saat tangan Jaehyun menekan kontak namanya lalu memilik opsi hapus dan menghapusnya. “Setelah kontrak berakhir. Partner dan Klien harus menghapus kontak masing – masing. Dan tidak boleh membocorkan hal yang terjadi selama kontrak berlangsung kepada siapapun.” Jaehyun berucap.

“Ah.. Iya..”

Dengan perasaan yang tidak rela, Johnny mengeluarkan ponsel nya dan melakukan hal yang sama seperti apa yang tadi Jaehyun lakukan. Menghapus kontak Jaehyun.

Tapi seperti nya itu tidak berguna.

Johnny sudah menghafal sepenuhnya nomor ponsel Jaehyun.

Mungkin kalau nanti dia sedang tidak waras atau sedang mabuk, dia akan dengan tidak tahu malu menghubungi Jaehyun.

Satu senyum lega tergambar di bibir Jaehyun. Begitupula dengan Johnny. Tapi siapa yang tau dibalik dua senyum lega yang mereka keluarkan itu terpanjat beratus – ratus doa dan harapan mereka untuk tidak terpisah. Tapi apa boleh buat..

Johnny akan percaya rencana Tuhan dan takdir.

“Jaehyun..”

“Ya Mas ?”

“Kalau kontrak ini udah selesai, dan kita nanti ketemu secara kebetulan di luar gimana?”

Jaehyun tertawa mendengar pertanyaan dari Johnny. “Ya sapa aku dong mas..”

“Terus kalau nanti saya ajak jalan, tanpa adanya kontrak, kamu mau?”

Johnny menatap tepat di bola mata coklat Jaehyun. Berbagai harapan dia panjatkan memohon dan berharap kata ‘iya’ keluar dari mulut Jaehyun. Senyuman yang Johnny suka kembali keluar dari wajah Jaehyun.

“Ya kalo beneran ketemu lagi Mas..”

Johnny menautkan alisnya mendengar jawaban yang menggantung dari Jaehyun. “Jadi, boleh enggak?”

“Mmmh..” Jaehyun mengangguk malu – malu. “Boleh..”

Entah kenapa. Perasaan tidak rela yang dari pagi menyambangi hati Johnny mendadak menghilang saat senyum Jaehyun mengembang sambil berbicara iya.

Baiklah. Detik ini juga Johnny akan sering – sering berdoa kepada Tuhan. Semoga hal menyenangkan yang orang – orang lain sebut takdir, akan kembali membawa dia bertemu dengan Jaehyun. Johnny harap itu akan terjadi.

Empat hari tersisa

Johnny mengerutkan keningnya saat telapak tangannya merasakan ada sedikit hawa panas di kening Jaehyun. Jaehyun terusik oleh usapan dari Johnny, matanya perlahan terbuka.

Good morning mas..” Suara serak Jaehyun muncul sebagai penanda.

“Kamu pusing nggak?” Johnny yang seperti nya kepalang khawatir langsung menodong Jaehyun dengan pertanyaan itu.

Jaehyun memindai gerak tubuh Johnny yang terus-menerus menyentuh pipi dan keningnya. Mulutnya tersenyum tipis melihat Johnny berkerut dan menghawatirkan nya. Setelah itu Jaehyun langsung bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap Johnny.

“Aku baik – baik aja Mas...” Jaehyun tersenyum di akhir kalimatnya.

“Kamu nggak keliatan baik Jae..”

“Aku baik.”

Jaehyun perlahan bangkit dari duduknya menyingkirkan selimut putih yang entah sejak kapan melilitnya. Satu tarikan nafas berat keluar dari mulutnya.

“Mas..”

“Ya?”

“AKU LUPA HARUS PAGI – PAGI KE KAMPUS BUAT NGURUSIN BERKAS MAGANG!!!!! SEKARANG TELAT HWAAAA AAAAAA......”

Johnny terlonjak kaget saat Jaehyun berteriak putus asa dengan wajah memerah nya.

“Aku harus gimana mas? Ashhh sial..”

“Tenang-tenang.. kamu mandi dulu sana, nanti mas anterin..”

“Kenapa mas nggak bangunin aku sih...”

Jaehyun langsung bangkit dan lari menuju ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Johnny menghembuskan nafasnya. Hh... Dia kira Jaehyun akan berbicara sesuatu yang serius.

Jantung nya hampir copot saat melihat ekspresi Jaehyun tadi.