gumongjae

Jaehyun dan Johnny sudah menghabiskan makan malam mereka. Kini mereka sedang duduk bersampingan di sofa bed besar milik Johnny. Tangan mereka bertautan. Johnny tidak melepas tautan tangan mereka sejak detik pertama film yang Jaehyun pilih berputar.

Jaehyun tidak keberatan sama sekali. Dia justru suka.

Film yang mereka tonton sudah setengah jalan, sesekali Jaehyun yang pegal menyimpan kepalanya di bahu Johnny. Dan secara tidak sadar Johnny mengusap kepala Jaehyun lembut membuat Jaehyun terdiam merasakan lagi gejolak yang akhir akhir ini membuat dia seperti orang linglung.

“Mas..” Jaehyun berdehem memanggil Johnny

“Kenapa?”

“Dari dulu aku selalu penasaran kenapa mas pake jasa finding partner, Kalau diliat mas itu cowo dewasa yang mapan, terus pengalaman mas banyak. Aku sempet bertanya tanya kenapa sampe mas ikut situs ginian buat cari tau cara perlakuin pasangan?”

Johnny terdiam mendengar pertanyaan dari Jaehyun. Pikirannya melayang kembali pada saat dia melangsungkan pernikahan untuk yang pertama kali dan kedua kalinya. Waktu itu, dia hanyalah pria naif yang angguk angguk saja saat kedua orang tuanya menyuruh dia untuk menikah. Dulu dia hanyalah pria polos yang membenarkan pandangan orang tentang kesuksesan dalam hal materi akan membawa dia kepada kebahagiaan.

Dulu, dan mungkin sekarang. Dia masih sangat naif. Masih sering meragukan diri sendiri dan menyalahkan sikap nya sendiri.

“Saya ragu sama diri saya sendiri. Di masa lalu saya selalu kasih yang terbaik buat pasangan saya, tapi mereka bilang itu nggak cukup. Dua kali saya kaya gitu. Awalnya saya nggak tau apa masalah sebenernya yang bikin mereka gitu.”

Johnny menjeda ucapannya, dia kembali mengeratkan tangannya menggenggam Jaehyun. Film di depan mereka menjadi abu karena atensi mereka sudah pecah.

“Tapi kemudian kamu bilang dan sadarin saya, kalau mungkin selama ini saya nggak jujur sama diri saya, saya nggak jujur sama pasangan saya. Saya kurang mengekspresikan diri saya, saya nggak bsa cukup menuhin mereka sama kasih sayang. Jadi mereka kesel? Dan milih buat pisah sama saya.”

Jaehyun tertegun mendengar alasan dari Johnny, dia mendekat dan memeluk Johnny, memberikan penghiburan yang dia rasa sangat Johnny butuhkan detik ini. Karena Jaehyun yakin, bukan hal yang mudah bagi siapapun untuk membuka dan membicarakan masa terpuruk mereka.

“Bukannya kasih sayang mas yang nggak cukup. Tapi cara mas menyampaikan kasih sayang itu yang beda. Aku yakin di masa lalu, mas pasti udah sayang banget kan sama pasangan mas? Jadi jangan pernah mikir kalau seandainya dulu mas yang belum ngasih yang terbaik. okay?” Jaehyun tersenyum dan bangkit untuk mengecup pipi Johnny setelah menyelesaikan kalimatnya.

Cup

Jaehyun kemudian turun dan kembali meyenderkan kepalanya di bahu Johnny. “Di masa depan, cari pasangan yang sabar dan ngerti love language Mas ya? Aku yakin mas pasti dapetin orang yang pantes dan cocok nanti..” Ucap Jaehyun sambil tersenyum kaku.

Ada nada tidak enak pada untaian kalimat Jaehyun. Tapi apa boleh buat? Jaehyun tau perasaan yang dia milki untuk Johnny itu tidak valid, tidak benar. Jaehyun tulus mengucapkan harapan itu, tapi hati Jaehyun juga tak kalah tulusnya merasakan tidak rela dan sakit.

“Kamu pasti sering banget pacaran ya?”

Jaehyun mengangkat kepalanya mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Johnny. Bibirnya tersenyum bangga karena melihat Johnny yang semakin hari semakin terbuka dan semakin dermawan melayangkan pertanyaan kepadanya.

“Kenapa emang? Kenapa mas bisa ngira kalau aku udah sering banget pacaran?”

Johnny menyimpan tangannya di bahu Jaehyun membuat Jaehyun semakin mendekat kepada pelukannya.

“Semua hal yang kamu lakuin, semua kalimat yang keluar dari mulut kamu, rasanya selalu buat saya sadar dan bilang kalau ahh.. kamu bener. Bisa bisa nya kamu yang masih muda kaya gini tau dan ngerti sampai bisa bikin saya sadar kaya gini. Pengalaman kamu pasti banyak.”

Jaehyun tersenyum. Ini adalah perkataan paling panjang yang Johnny ucapkan selama hampir tiga bulan mereka bertemu.

“Aku nggak pernah pacaran sama sekali mas..” Jaehyun menghembuskan nafasnya. “Nggak semua pengalaman harus dirasain sama diri sendiri kan mas? Bisa juga dengan lihat orang lain, kita tau dan kita belajar?”

Jaehyun bangkit dan kembali mengangkat kepalanya dari pundak Johnny. Apakah sekarang saat nya dia untuk bercerita?

“Mungkin selama 16 tahun aku hidup? Aku selalu liat itu. Marah, cinta, pisah, benci, semua di hadapan mata aku sendiri.”

Johnny diam menatap Jaehyun yang menatap kosong layar televisi yang sekarang sudah menunjukan rentetan nama pertanda film yang mereka tonton sudah selesai. Johnny yakin ada banyak cerita dari tatapan itu.

“Kalau kata orang lain aku ini anak broken home mas..”

“Mama sama Papa kandung aku cerai waktu aku SMP. Mereka selalu kasih aku tontonan gratis setiap malem nya. Mama yang selalu minta waktu buat Papa, Papa yang nggak bisa kasih waktu dengan alasan nafkahin kita. Aku liat dan nonton itu secara gratis setiap malem. Disaat temen aku pada nonton tivi di ruang tengah bareng sama Mama Papanya, aku liat Mama Papa aku yang lagi adu urat.”

Johnny mengusap bahu Jaehyun, satu senyuman kecut keluar dari mulut Jaehyun sebelum dia melanjutkan ceritanya.

“Nggak ada yang special, Mereka cerai dan nikah lagi. Hidup bahagia sama keluarga mereka masing masing. Tanpa aku.” Jaehyun menelan ludah nya sendiri dengan cepat lalu menaikan kepalanya menahan air mata yang secara tidak tau malunya menerobos keluar.

“Astaga kok jadi melow gini sih.. Maaf mas.. Film nya seru banget kan?” Jaehyun berbalik menatap Johnny dan tersenyum. Bukan senyum sumringah yang selalu dia keluarkan saat melihat Johnny, namun senyum penuh paksaan, senyum palsu yang secara paksa keluar untuk mendorong rasa sakit yang tiba tiba kembali bangkit dirasakan oleh Jaehyun.

Melihat senyuman Jaehyun membuat hati Johnny ikut terkoyak, laki laki manis yang ada di hadapannya ini, dibalik semua sikap cerianya, banyak luka yang dia tanggung. Terlalu banyak untuk anak muda seumuran dia.

Secara spontan Johnny menarik Jaehyun untuk masuk ke dalam pelukannya dan berbaring.

“Jangan senyum kalo kamu nggak mau senyum..” Ucap Johnny dibarengi dengan usapan usapan menenangkan di punggung Jaehyun. Sementara Jaehyun hanya bisa menikmat usapan itu dan menutup matanya.

Tidak.. Jangan seperti ini.

Jaehyun berteriak putus asa dalam hatinya.

Kalau sikap Johnny seperti ini, Jaehyun tidak yakin dia akan baik baik saja nantinya.

Namun mau sekeras apapun Jaehyun berteriak, semua afeksi yang Johnny keluarkan sudah terlanjur menusuk nurani dan hatinya. Jaehyun sudah jatuh dan terjebak. Dia mengaku kalau dia jatuh cinta kepada Johnny. Dan dalam waktu lima hari ini, dia harus mengakhirinya.

“Mas..”

“Ya?”

“Aku boleh tidur sambil peluk Mas kaya gini kan?” Jaehyun berucap putus asa.

“Mmmh..” Johnny berdehem lalu mengeratkan pelukannya.

Jaehyun merangsek masuk menenggelamkan kepalanya ke pelukan Johnny dan memeluk erat tubuh Johnny. Untuk kali ini, mulai detik ini sampai lima hari ke depan, ijinkan Jaehyun untuk merasa berbunga dengan cinta pertamanya. Ijinkan Jaehyun untuk egois kali ini.

Hanya sebentar.

Hanya untuk lima hari saja sampai waktu mereka selesai.

Setelah itu Jaehyun mengubur kembali perasaanya.

Jaehyun tau ada yang tidak beres dengan dirinya akhir-akhir ini. Setiap kali dia bersama Johnny semua afeksi yang selama ini dia keluarkan hanya dalam text seolah berlomba untuk mengeluarkan diri mereka.

Satu hal yang Jaehyun hafal, bahwa dirinya sedang terobsesi dan dibuat gila oleh perubahan dari sikap Johnny.

Johnny yang dulu saat pertama kali mereka bertemu hanya bisa angguk – angguk mengikuti perintah Jaehyun, akhir-akhir ini membuat Jaehyun setengah gila atas sikapnya.

Jaehyun tau ini yang selama ini dia ajarkan. Tapi Jaehyun tidak mengerti kenapa dia sangat khawatir karena Johnny akhir-akhir ini.

“Jae? Hey.. you okay?”

“Ya?”

Jaehyun terbangun dari lamunannya saat Johnny menepuk pundaknya halus.

Lihat.

Sekarang Johnny bahkan memulai skinship dengannya. Tempo hari Johnny bahkan memeluknya saat mereka selesai belajar di perpustakaan pusat.

“Nggak apa apa Mas.. udah makannya?” Jaehyun mencoba tersenyum menutupi kegelisahannya di depan Johnny yang sekarang mengangguk. “Mmh aku juga udah.”

“Kita pulang?”

“Heem..”

Jaehyun dan Johnny bangkit dari tempat duduk mereka. Mata Jaehyun langsung terfokus pada Johnny yang sudah seperti biasa menggenggam tangannya.

Johnny itu sangat suka sekali menggenggam tangan nya. Sudah hampir setiap mereka berkencan tangan Jaehyun tidak akan pernah kosong karena digenggam oleh Johnny. Tapi kenapa, hari ini terasa berbeda? Jaehyun menelan ludah nya dengan susah payah.

Berbagai mantra dan doa dia ucapkan, semoga apa yang khawatir kan tidak akan terjadi.

Ya. Semoga.

Jaehyun berdoa dan memohon di tengah debaran jantungnya.

“Mas udah makannya? Sini biar aku beresin..”

Jaehyun membawa piring bekas makanan yang tadi Johnny bawa untuk makan malam mereka. Johnny tidak main-main dengan mengatakan akan memindahkan acara dinner ke kosan Jaehyun. Dia membawa sepaket makanan steak beserta pasta untuk mereka makan di kosan Jaehyun.

Entah bagaimana caranya Johnny bisa mendapatkan pasta take out itu.

“Sekarang aku ngerjain ini dulu ya mas.. Mas boleh ngelakuin apapun kecuali sentuh maket aku!” Jaehyun yang sudah kenyang dengan santapan steak nya langsung kembali memfokuskan dirinya ke maket yang masih 80% selesai itu.

“Saya bilang kan mau bantuin kamu..” ucap Johnny

Kosan Jaehyun itu tidak besar. Hanya seperti kosan biasa dengan satu kamar dan kamar mandi di dalam. Tidak ada banyak kursi kecuali kursi meja belajarnya yang sekarang sedang diduduki oleh Johnny. Sementara Jaehyun duduk melantai menghadap ke meja kecil yang menyimpan maket berharganya.

“JANGAN DEKET-DEKET MAS !!!”

Johnny terlonjak kaget karena Jaehyun berteriak saat dia turun dari kursinya dan ikut melantai di samping Jaehyun.

Maklum, anak arsitek pasti mengerti betapa sensitif nya mereka kalau maket berharga mereka didekati oleh orang lain. Apalagi sebentar lagi deadline, wanita yang sedang pms pun kalah dengan sensinya anak arsi kalau sedang berada di situasi itu.

“Mas kaget ya?? Maaf maaf..” Jaehyun mengusap dan memeluk sedikit Johnny yang masih diam kaget atas teriakannya tadi “..maaf mas aku teriak, abisnya aku trauma kalo ada yang deket-deket maket aku. Mas tau kan ini maket pernah ancur?”

“Iya. Saya ngerti.. Tapi beneran nih, saya mau bantu.”

“Mas nggak akan bisa ngerjainnya, nanti malah jari nya mandi lem lagi..”

“Di kantor saya banyak yang kaya gini loh Jae..”

“Tapi kan itu bukan mas yang buat. Udah, mas liatin aku aja ya? Atau nyanyi yel yel kek biar aku nggak ngantuk terus semangat..”

“Jeje bisa!! Prok prok prok prok prok.. gitu aja mas..” Jaehyun menirukan yel yel khas suporter badminton saat bertanding, tawa Johnny langsung pecah setelah itu membuat Jaehyun melotot tak percaya.

“Eh?? Mas Johnny bisa ketawa juga...” Muka Jaehyun sumringah melihat Johnny sementara Johnny saat itu juga langsung kembali men-setting wajahnya me mode datar. “Astaga mas gemes banget... Sini aku sun lagi..”

Cup

Tanpa aba-aba Jaehyun kembali mengecup pipi Johnny. Entah kenapa, ini seperti spontanitas saja bagi Jaehyun. Tapi tidak bagi Johnny yang sekarang kembali membeku karena perlakuan dari Jaehyun.

“Udah ya, diem dulu. Aku mau lanjut ngerjain nya!!”

Jaehyun kembali memfokuskan dirinya dengan maket yang di meja. Meninggalkan Johnny dengan debaran jantung nya yang saat ini bisa terdengar jelas oleh gendang telinganya sendiri.

Jaehyun menyimpan ponsel nya dan ikut duduk dan bersandar di kepala ranjang mengikuti Johnny.

“Mendadak nggak ngantuk. Mas Johnny kenapa nggak tidur?”

“Mmh.. ya saya kan baru bangun.”

Jaehyun mengangguk lalu mendekat kepada Johnny. Perlahan Jaehyun mendekat dan memegang tangan Johnny lalu menyenderkan kepalanya di pundak Johnny.

“Dari dulu emang mas sering gila kerja gini ya?” Jaehyun berucap sambil mengeratkan pegangannya pada tangan Johnny.

Johnny menelan ludah nya sendiri sebelum menjawab pertanyaan Jaehyun. “Saya punya tanggung jawab buat lakuin itu, jadi ya..”

“Mas.. tau nggak, aku nggak suka loh sama sikap mas yang selalu dikit-dikit kasih transfer an uang pas aku aja nge-date

Johnny melirik Jaehyun yang sekarang sedang berbicara sambil menutup matanya. Kepala Jaehyun sepenuhnya tersandar di bahu Johnny.

“Tujuan aku ngajak date itu ya buat mempererat hubungan kita. Mana bisa aku bonding sama uang yang mas kasih?”

“Eksistensi mas di samping pasangan itu seribu kali lebih lipat bagusnya daripada uang, mas tau?”

Johnny hanya diam saat mendengar perkataan Jaehyun. Pikirannya berkelana kepada saat saat dia yang masih muda dan bersemangat mengejar materi. Berpikiran lurus kalau dia sukses dan menghasilkan banyak uang, maka pasangannya akan bahagia dan senang.

Tapi setelah mendengar kalimat dari Jaehyun, Johnny sadar bahwa itu tidak benar.

“Di masa depan, semoga mas inget ini ya. Uang sebesar apapun nggak akan bisa gantiin eksistensi mas. Nggak akan.”

Jaehyun membuka matanya bangkit dari posisinya yang bersender di bahu Johnny untuk menatap Johnny yang sepertinya sudah tau apa lagi yang harus dia perbaiki.

Jaehyun jadi merasa gemas dengan ekspresi Johnny sekarang.

Cup

Jaehyun dengan spontan mencium pipi Johnny.

“Hehehe. Gemes abisnya liat mas planga plongo gitu. Udah ah tidur, jangan banyak pikiran. Nanti cepet tua.” Jaehyun membaringkan badannya lagi dan bersiap tertidur, meninggalkan Johnny yang masih diam membeku.

“Astaga... Bilang-bilang kek kalo mau gitu..”

Bagaimana Johnny bisa tidur setelah ini?

“Jae...”

“Gimana? Udah enakan belom?”

“Jam berapa sekarang?”

“Jam 2 pagi.”

Johnny bangun dari tidurnya perlahan. Rasa pusing dan panas di badannya sudah luruh sejak Jaehyun datang mengopres kening nya, memberikan dia bubur, dan memberikan dia obat.

Omelan dari Jaehyun tak hentinya keluar saat dia menyuapi Johnny yang hanya bisa diam dan mengunyah buburnya.

“Rasain !! Suruh siapa kerja mulu!”

Itu lah kalimat yang berulang kali diucapkan oleh Jaehyun saat dia menyuapi Johnny bubur tadi. Sekarang mata Johnny sudah terbuka sepenuhnya kini melihat Jaehyun dengan tatapan khawatir nya.

“Kamu belum tidur?”

Jaehyun menggeleng menjawab pertanyaan dari Johnny. Ya. Dia belum tidur. Entah kenapa dia tidak bisa tidur saat melihat tidur Johnny yang tidak tenang. Rasanya dia merasa kasihan kepada Johnny.

Karena dia tahu bagaimana rasanya sedang sakit dan hanya tinggal sendirian.

“Aku ngantuk mas.. boleh tidur di atas nggak?”

Jaehyun yang sedang duduk melantai melihat Johnny dengan mata memohonnya. Jantung Johnny mendadak merasa aneh saat melihat itu.

“Boleh ya?? Boleh ah..”

Tanpa menunggu jawaban dari Johnny yang hanya bengong saja Jaehyun sudah naik membaringkan dirinya mengambil tempat di samping Johnny.

“Mas salah kostum sih, jadi diliatin..”

Jaehyun terkikik sambil memasukan sate usus ke mulutnya. Siapa yang tidak aneh melihat orang dengan setelan jas ikut duduk di angkringan? Pantas Johnny menjadi pusat perhatian.

“Kenapa nggak pulang dulu terus ganti baju sih mas?”

“Kamu udah nyampe ke sini. Saya nggak mau bikin kamu nunggu.”

Jaehyun tersenyum mendengar alasan dari Johnny. Mas mas satu ini memang aneh. Apabila kita liat dari luar dia itu sangat-sangat dingin seolah tidak peduli. Tapi kalau kita lihat di sisi lain, Johnny itu tipe orang yang pengertian sekali dengan orang lain. Hanya saja cara nya yang suram. Jadi orang lain pasti salah mengartikan nya.

“Astaga .. romantis banget sih.”

Jaehyun dengan spontan mendekatkan kepalanya bergelayutan di pundak Johnny. Entah ini sudah kebiasaan atau Jaehyun yang merasa gemas. Rasanya melihat Johnny mengekspresikan perasaannya dia merasa bangga.

“Permisi.. Mas, mba semua. Saya di sini tidak bermaksud jahat, hanya mencari pundi-pundi uang untuk menyambung hidup.”

Suara dari pengamen jalanan menginterupsi kegiatan Jaehyun yang tengah bergelayutan di lengan Johnny yang memasang wajah tegang nya.

Beberapa saat kemudian suara gitar dan nyanyian dari pengamen itu mulai meramaikan suasana di angkringan.

“Mas mau ngapain?” Jaehyun berucap melihat Johnny yang perlahan mengodok jas nya.

“Kasih uang..”

“Bentar dulu dong mas. Belom juga satu menit, kita pesen satu lagu dulu baru kasih uang nya..”

“Tapi kan berisik?”

“Astaga, namanya juga angkringan. Udah diem dulu, dengerin.”

Johnny menyimpan kembali dompet yang sudah ditangan ke saku jas nya. Dia lalu mengalihkan pandangannya ke makanan yang ada di depannya. Sesekali Jaehyun menyimpan beberapa lauk si piring Johnny. Johnny hanya diam dan membiarkan Jaehyun melakukan itu.

Johnny baru tau kalau makan di angkringan ternyata mengasyikan.

Alunan musik dari pengamen yang sekali-kali berinteraksi dengan orang-orang yang sedang makan menambah suasana meriah.

“Mas..”

“Ya?”

“Udah makannya? Kita jalan-jalan ke sana yok..”

Johnny dengan terburu membereskan makanannya. Setelah mereka makan, tak lupa berpamitan dengan mang Ujang, pemilik angkringan yang seperti nya sudah kenal Jaehyun lama. Johnny keluar menyusul Jaehyun yang sudah bersiap menggandengnya. Entah kemana.

Johnny tertegun.

Ternyata berkencan secara spontan seperti ini, seru juga.

“Jaehyun.. Mau kemana kita?”

“Kita mau date kan? Udah mas Johnny ikutin aja, Sini..”

“Apa?”

“Tangannya..”

Setelah berucap itu Jaehyun langsung menggandeng tangan Johnny. Alasannya supaya Johnny cepat jalannya. Karena dari tadi pria berbadan besar itu seperti orang linglung yang lambat sekali melangkahkan kakinya.

Johnny dan Jaehyun.

Ya. Tadi di cafe mereka berkenalan. Hanya sebatas nama, Jaehyun rasa akan berlebihan kalau selam tiga bulan ini mereka tidak tau nama masing masing. Meskipun dalam peraturan diberitahukan untuk tidak mengungkapkan nama masing – masing, tapi masa bodoh.

Toh ini hanya sebatas nama?

Tidak mungkin kan dia memanggil Johnny dengan sebutan “Si Mas” atau lebih parah “Klien 77”. Dan tidak mungkin juga kan nanti Johnny terus-terus memanggilnya dengan sebutan “peach” ? Astaga.. membayangkannya saja membuat Jaehyun merinding.

“Kita makan. Ini udah hampir jam makan siang.”

Di dekat cafe itu ada satu restoran kesukaan Jaehyun. Harganya memang lumayan mahal sih. Jaehyun juga hanya sesekali makan ke sana. Kalau dia dapat komisi dengan harga yang lumayan.

“Mas nggak apa – apa kan makanan Korea?”

“Saya nggak pernah makan sih, tapi nggak apa – apa.”

“Aku jamin mas pasti suka !!”

Johnny mengikuti langkah Jaehyun yang sangat bersemangat untuk memesan makanan. Saat makanan sudah datang Jaehyun dengan sigap menyajikan makannnya. Dari mulai menyiapkan piring, sumpit, dan sendok untuk Johnny. Mulutnya tak berhenti menjelaskan makanan apa ini, bagaimana cara makannya, dan ini enak, itu enak. Johnny rasa ini pertama kalinya dia melihat orang yang satu detik pun tidak pernah kehilangan topik untuk dibicarakan.

“Astaga.. kalo nggak bisa pake sumpit pake garpu aja Mas..”

Jaehyun berucap saat Johnny menjatuhkan daging yang masih panas saat Jaehyun panggang. Dengan cepat Jaehyun mengambil sumpit di tangan Johnny dan langsung menggantinya dengan sendok.

“Nah udah.. Mkakan lagi..”

Dengan tawa yang masih tersisa Jaehyun kembali ke tempat duduknya dan sambil melihat Johnny yang rupanya sekarang mulai bisa menikmati makanan ala Korea yang tersaji.

Jaehyun menghela nafasnya.

Merasa gemas dengan tingkah Johnny yang hanya mengangguk dan mengikuti apa yang dia perintah. Tapi lebih dari itu, dia terkejut dengan sikap Johnny yang sama sekali tidak menunjukan sedikit pun protes kepadanya.

Rasanya untuk tiga bulan kedepan, selain menjadi pacar sewaan dari sorang Johnny Suh. Jaehyun juga akan menjadi pengasuh bayi besar yang sepertinya belum tahu dinamis nya dunia seperti apa.

Johnny menyeruput satu gelas kopi hitam yang tadi dia pesan bersama dengan pesanan latte milik peach. Partner yang mungkin beberapa menit lagi akan dia temui.

Johnny menghela nafasnya. Biasanya kalau dia duduk di cafe seperti ini, tangannya tidak pernah lepas dari iPad yang menunjukan garis hijau dan merah grafik saham yang dia punya. Tapi khusus hari ini, dia hanya menatap kosong pintu masuk. Menanti seseorang yang akhir-akhir ini selalu berada di barisan paling atas ruang obrolannya.

Alis Johnny terangkat saat melihat pintu transparan cafe itu terbuka. Matanya langsung secara otomatis melihat kepada wajah bingung pria ber jaket kulit itu. Ya. Dia adalah orang yang akan ditemui Johnny hari ini.

“Mas? Ah maaf, saya salah orang..”

Bibir Johnny terangkat sedikit ketika melihat laki – laki itu salah menyapa orang. Entah kenapa dia tidak mau buru-buru untuk menyapa dan mengangkat tangan kepada laki-laki itu. Rasanya dia ingin melihat wajah kebingungan itu satu detik lebih lama.

Namun, harapan Johnny tidak terwujud. Karena beberapa saat setelah Johnny berucap dalam hatinya, matanya bertubrukan dengan mata coklat dari laki-laki yang sekarang menunjukan senyum manisnya.

“Si Mas?” Ucap nya antusias.

Johnny mengangguk pelan. Dalam waktu singkat pria dengan jaket kulit dan senyuman sumringah itu sudah duduk di depan Johnny dan merentangkan tangannya.

“Nice to meet you, mas~”

“Ah iya...”

Dengan canggung Johnny menyambut jabatan tangan dari Jaehyun.

Muka Jaehyun memerah saat keluar dari panggung di pelukan Johnny. Astaga kenapa bisa Johnny melakukan hal se nekat itu? Jantung dia hampir copot tadi saat acara encore semua pencahayaan di panggung nya berubah.

Jantung nya berhenti saat melihat Johnny yang tiba-tiba sudah ada di atas panggung dengan membawa satu ikat bunga.

Johnny sudah gila.

Itu pikir Jaehyun saat Johnny tiba – tiba bersimpun dan mengeluarkan satu kotak cincin silver di atas panggung. Suara riuh dari penonton yang memang sudah diberitahu akan hal ini membuat suasana semakin mendebarkan. Dan saat Johnny berdehem dan bertanya kepada Jaehyun, Jaehyun rasa dia akan mati kesenangan saat itu.

“Jaehyun... Aku rasa udah saat nya kita buat tinggal bareng saat ini. Kamu mau kan tinggal bareng sama aku, bahagia sama aku, dan nikah sama aku?”

Jaehyun menagis mendengar itu.

Bukan hanya Jaehyun. Jeritan dari fans yang entah iri atau patah hati juga ikut menangis saat Jaehyun mengangguk meng-iyakan ajakan Johnny dan langsung menghambur ke pelukan Johnny.

Gara – gara aksi Johnny, Dunia bergetar heboh.

Johnny dan Jaehyun, di hadapan puluhan ribu orang yang datang di konser terakhir Jaehyun kala itu resmi mengikat hubungan mereka lebih jauh. Dunia berpihak kepada mereka, karena sampai akhir Jaehyun menyelesaikan konser nya hanya ada kata selamat yang mampir di telinga mereka.

Untuk hal ini, Jaehyun sangat – sangat bersyukur.

“Udah dong nangis nya...”

“Kenapa nggak bilang sih...”

“Kan kejutan sayang, namanya juga...”

Johnny kembali tersenyum dan mendekap Jaehyun. Sekarang mereka berdua sedang berada di ruang tunggu selepas konser. Di ruangan itu hanya ada Johnny dan Jaehyun yang sedang terisak terharu dan tidak percaya kalau ini benar – benar terjadi di hidupnya.

Jaehyun pikir dia tidak akan pernah menikah. Tapi apa apaan, sekarang dia senang setengah mati karena seorang Johnny Suh datang dan membuat dia merasakan apa itu pendekatan, pacaran, hubungan jarak jauh, dan sekarang pernikahan. Jaehyun yang selama hidupnya tidak tau apa – apa dan selalu berkutat di studio atau ruangan latihan, merasa seperti menjadi manusia sungguhan saat Johnny datang dan mengungkapkan rasa cintanya.

“Makasih.. Makasih Kak Jo..”

“Aku yang makasih. Makasih udah nggak bikin aku malu dengan jawab iya..”

“Mana bisa aku jawab enggak !!”

Johnny kembali tertawa melihat Jaehyun yang sekarang tersenyum dengan mata berkaca. Rasanya benar – benar luar biasa. Siapa sangka dia bisa berakhir mencintai seorang Jay Jeong yang kehidupannya 180 derajat berbeda dari dia? Takdir memang selucu itu. Johnny pun tidak akan protes soal itu. Karena dia tau, takdir lah yang membuat dia bertemu dan mencintai Jaehyun.

Johnny mendekat dan mengecup bibir Jaehyun pelan.

cup

“Makasih ya Jaehyun. Makasih.. Love you little peach.”

Love you too capt !!

Jaehyun kembali memejamkan matanya menikmati setiap kecupan yang dilancarkan oleh Johnny di bibirnya. Tidak peduli dengan keringat yang menempel di tubuhnya, sekarang dia hanya ingin berduaan dan bercumbu dengan Johnny.

Mereka berdua melanjutkan cumbuan mereka sambil terus memanjatkan doa disetiap lumatan mereka. Doa dan harapan agar mereka bisa terus saling mencintai seperti ini. Doa dan harapan ini adalah yang terakhir untuk mereka.

Untuk Johnny Suh

dan

Untuk Jeong Jaehyun.

Rencanya selepas mendarat dan sampai di Korea, Johnny akan memberikan Jaehyun kejutan di tempat latihan nya. Sambil membawa makanan dan minuman percis seperti apa yang dulu dilakukan oleh Jaehyun saat dia melakukan latihan terakhir bersama Timnas Korea.

Namun itu semua tinggal rencana.

Johnny yang hanya akan menyimpan koper dan membersihkan diri ke apartemennya tersenyum kaget saat melihat Jaehyun yang sedang mengulat, mengelung dirinya di kamar Johnny.

Johnny tak menyangka akan bertemu dengan Jaehyun di apartemennya, karen jelas-jelas Jaehyun bicara kalau hari ini dia akan latihan untuk konsernya sampai malam. Ah tapi siapa peduli, dia sudah bertemu Jaehyun sekarang.

Perlahan Johnny ikut merebahkan tubuhnya di samping Jaehyun, membuka selimut putih dan ikut masuk ke dalammnya. Dengan lembut dia menelusupkan tangannya untuk memeluk Jaehyun.

“Sayang...”

Johnny berbisik membuat Jaehyun membuka matanya perlahan. Senyum sudah Johnny pasang saat mata Jaehyun berhasil terbuka dan bertegus sapa dengan matanya.

“Astaga !! Kak Jo?!!!!!!”

Jaehyun yang tadinya masih setengah tidur langsung melebarkan matanya saat melihat Johnny dan merasakan pelukan Johnny. Tunggu... Ini bukan mimpi kan? Jaehyun harus memastikan kalo ini bukan mimpi !

“Hey... Kenapa diem aja?” Ucap Johnny khawatir saat melihat Jaehyun hanya diam menatapnya horor.

Namun setelah Johnny berkarta seperti itu, Jaehyun dengan terburu langsung mengecup dan melumat bibir Johnny. Lumatan itu disambut baik oleh Johnnya yang langsung bergabung memanggut bibir Jaehyun rakus. Setelah beberapa menit mereka saling memanggut, Jaehyun memutus tautan mereka.

“BUKAN MIMPI !!! CIUMANNYA BERASAAA... KAK JOOOOOO !!”

“Astaga sayang...”

Jaehyun langsung merangsek dan menghamburkan badannya ke pelukan Johnny yang langsung disambut Johnny dengan senang hati. Ya... Ini dia rasanya. Pelukan yang selama lima bulan terus dirindukan oleh mereka. Akhirnya mereka kembali merasakan pelukan itu lagi.

“Kak Jo.....”

“Heh.. Heh kok nangis??”

Johnny duduk melepas pelukan mereka dan mengangkat Jaehyun yang tengah terisak dengan mata yang memerah. Pipi nya ikut memerah karena mungkin dia malu atau senang. Dengan sayang Johnny mengusap air mata dari Jaehyun lalu mengecup pipi yang memerah itu.

“Bilangnya minggu depan pulangnya..” Jaehyun masih tidak percaya. “Tapi kok tiba – tiba udah di sini aja..” Jaehyun kembali mendekatkan tubuhnya untuk mendekap Johnny. Perlakuan itu menghasilkan senyum manis di bibir Johnny. Astaga.. Jaehyun nya ini sangat lucu.

“Aku udah kangen banget sama kamu. Jadi aku batalin pestanya. Kenapa? Nggak seneng ya aku balik lebih cepet?”

“Kata siapa?!! Seneng banget sampe mau nangis...”

Johnny kembali tertawa. “Astaga,, udah dong cup cup jangan nangis. Sini peluk lagi..”

Jaehyun tentu tidak menolak dan langsung menghamburkan badannya memeluk Johnny dengan erat. Begitupula Johnny yang langsung membawa Jaehyun masuk ke dalam tubuhnya. Pelukan yang sempurna seolah mereka benar-benar diciptakan untuk satu sama lain.

Akhirnya. Johnny pulang.