155
Jaehyun dan Johnny sudah menghabiskan makan malam mereka. Kini mereka sedang duduk bersampingan di sofa bed besar milik Johnny. Tangan mereka bertautan. Johnny tidak melepas tautan tangan mereka sejak detik pertama film yang Jaehyun pilih berputar.
Jaehyun tidak keberatan sama sekali. Dia justru suka.
Film yang mereka tonton sudah setengah jalan, sesekali Jaehyun yang pegal menyimpan kepalanya di bahu Johnny. Dan secara tidak sadar Johnny mengusap kepala Jaehyun lembut membuat Jaehyun terdiam merasakan lagi gejolak yang akhir akhir ini membuat dia seperti orang linglung.
“Mas..” Jaehyun berdehem memanggil Johnny
“Kenapa?”
“Dari dulu aku selalu penasaran kenapa mas pake jasa finding partner, Kalau diliat mas itu cowo dewasa yang mapan, terus pengalaman mas banyak. Aku sempet bertanya tanya kenapa sampe mas ikut situs ginian buat cari tau cara perlakuin pasangan?”
Johnny terdiam mendengar pertanyaan dari Jaehyun. Pikirannya melayang kembali pada saat dia melangsungkan pernikahan untuk yang pertama kali dan kedua kalinya. Waktu itu, dia hanyalah pria naif yang angguk angguk saja saat kedua orang tuanya menyuruh dia untuk menikah. Dulu dia hanyalah pria polos yang membenarkan pandangan orang tentang kesuksesan dalam hal materi akan membawa dia kepada kebahagiaan.
Dulu, dan mungkin sekarang. Dia masih sangat naif. Masih sering meragukan diri sendiri dan menyalahkan sikap nya sendiri.
“Saya ragu sama diri saya sendiri. Di masa lalu saya selalu kasih yang terbaik buat pasangan saya, tapi mereka bilang itu nggak cukup. Dua kali saya kaya gitu. Awalnya saya nggak tau apa masalah sebenernya yang bikin mereka gitu.”
Johnny menjeda ucapannya, dia kembali mengeratkan tangannya menggenggam Jaehyun. Film di depan mereka menjadi abu karena atensi mereka sudah pecah.
“Tapi kemudian kamu bilang dan sadarin saya, kalau mungkin selama ini saya nggak jujur sama diri saya, saya nggak jujur sama pasangan saya. Saya kurang mengekspresikan diri saya, saya nggak bsa cukup menuhin mereka sama kasih sayang. Jadi mereka kesel? Dan milih buat pisah sama saya.”
Jaehyun tertegun mendengar alasan dari Johnny, dia mendekat dan memeluk Johnny, memberikan penghiburan yang dia rasa sangat Johnny butuhkan detik ini. Karena Jaehyun yakin, bukan hal yang mudah bagi siapapun untuk membuka dan membicarakan masa terpuruk mereka.
“Bukannya kasih sayang mas yang nggak cukup. Tapi cara mas menyampaikan kasih sayang itu yang beda. Aku yakin di masa lalu, mas pasti udah sayang banget kan sama pasangan mas? Jadi jangan pernah mikir kalau seandainya dulu mas yang belum ngasih yang terbaik. okay?” Jaehyun tersenyum dan bangkit untuk mengecup pipi Johnny setelah menyelesaikan kalimatnya.
Cup
Jaehyun kemudian turun dan kembali meyenderkan kepalanya di bahu Johnny. “Di masa depan, cari pasangan yang sabar dan ngerti love language Mas ya? Aku yakin mas pasti dapetin orang yang pantes dan cocok nanti..” Ucap Jaehyun sambil tersenyum kaku.
Ada nada tidak enak pada untaian kalimat Jaehyun. Tapi apa boleh buat? Jaehyun tau perasaan yang dia milki untuk Johnny itu tidak valid, tidak benar. Jaehyun tulus mengucapkan harapan itu, tapi hati Jaehyun juga tak kalah tulusnya merasakan tidak rela dan sakit.
“Kamu pasti sering banget pacaran ya?”
Jaehyun mengangkat kepalanya mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Johnny. Bibirnya tersenyum bangga karena melihat Johnny yang semakin hari semakin terbuka dan semakin dermawan melayangkan pertanyaan kepadanya.
“Kenapa emang? Kenapa mas bisa ngira kalau aku udah sering banget pacaran?”
Johnny menyimpan tangannya di bahu Jaehyun membuat Jaehyun semakin mendekat kepada pelukannya.
“Semua hal yang kamu lakuin, semua kalimat yang keluar dari mulut kamu, rasanya selalu buat saya sadar dan bilang kalau ahh.. kamu bener. Bisa bisa nya kamu yang masih muda kaya gini tau dan ngerti sampai bisa bikin saya sadar kaya gini. Pengalaman kamu pasti banyak.”
Jaehyun tersenyum. Ini adalah perkataan paling panjang yang Johnny ucapkan selama hampir tiga bulan mereka bertemu.
“Aku nggak pernah pacaran sama sekali mas..” Jaehyun menghembuskan nafasnya. “Nggak semua pengalaman harus dirasain sama diri sendiri kan mas? Bisa juga dengan lihat orang lain, kita tau dan kita belajar?”
Jaehyun bangkit dan kembali mengangkat kepalanya dari pundak Johnny. Apakah sekarang saat nya dia untuk bercerita?
“Mungkin selama 16 tahun aku hidup? Aku selalu liat itu. Marah, cinta, pisah, benci, semua di hadapan mata aku sendiri.”
Johnny diam menatap Jaehyun yang menatap kosong layar televisi yang sekarang sudah menunjukan rentetan nama pertanda film yang mereka tonton sudah selesai. Johnny yakin ada banyak cerita dari tatapan itu.
“Kalau kata orang lain aku ini anak broken home mas..”
“Mama sama Papa kandung aku cerai waktu aku SMP. Mereka selalu kasih aku tontonan gratis setiap malem nya. Mama yang selalu minta waktu buat Papa, Papa yang nggak bisa kasih waktu dengan alasan nafkahin kita. Aku liat dan nonton itu secara gratis setiap malem. Disaat temen aku pada nonton tivi di ruang tengah bareng sama Mama Papanya, aku liat Mama Papa aku yang lagi adu urat.”
Johnny mengusap bahu Jaehyun, satu senyuman kecut keluar dari mulut Jaehyun sebelum dia melanjutkan ceritanya.
“Nggak ada yang special, Mereka cerai dan nikah lagi. Hidup bahagia sama keluarga mereka masing masing. Tanpa aku.” Jaehyun menelan ludah nya sendiri dengan cepat lalu menaikan kepalanya menahan air mata yang secara tidak tau malunya menerobos keluar.
“Astaga kok jadi melow gini sih.. Maaf mas.. Film nya seru banget kan?” Jaehyun berbalik menatap Johnny dan tersenyum. Bukan senyum sumringah yang selalu dia keluarkan saat melihat Johnny, namun senyum penuh paksaan, senyum palsu yang secara paksa keluar untuk mendorong rasa sakit yang tiba tiba kembali bangkit dirasakan oleh Jaehyun.
Melihat senyuman Jaehyun membuat hati Johnny ikut terkoyak, laki laki manis yang ada di hadapannya ini, dibalik semua sikap cerianya, banyak luka yang dia tanggung. Terlalu banyak untuk anak muda seumuran dia.
Secara spontan Johnny menarik Jaehyun untuk masuk ke dalam pelukannya dan berbaring.
“Jangan senyum kalo kamu nggak mau senyum..” Ucap Johnny dibarengi dengan usapan usapan menenangkan di punggung Jaehyun. Sementara Jaehyun hanya bisa menikmat usapan itu dan menutup matanya.
Tidak.. Jangan seperti ini.
Jaehyun berteriak putus asa dalam hatinya.
Kalau sikap Johnny seperti ini, Jaehyun tidak yakin dia akan baik baik saja nantinya.
Namun mau sekeras apapun Jaehyun berteriak, semua afeksi yang Johnny keluarkan sudah terlanjur menusuk nurani dan hatinya. Jaehyun sudah jatuh dan terjebak. Dia mengaku kalau dia jatuh cinta kepada Johnny. Dan dalam waktu lima hari ini, dia harus mengakhirinya.
“Mas..”
“Ya?”
“Aku boleh tidur sambil peluk Mas kaya gini kan?” Jaehyun berucap putus asa.
“Mmmh..” Johnny berdehem lalu mengeratkan pelukannya.
Jaehyun merangsek masuk menenggelamkan kepalanya ke pelukan Johnny dan memeluk erat tubuh Johnny. Untuk kali ini, mulai detik ini sampai lima hari ke depan, ijinkan Jaehyun untuk merasa berbunga dengan cinta pertamanya. Ijinkan Jaehyun untuk egois kali ini.
Hanya sebentar.
Hanya untuk lima hari saja sampai waktu mereka selesai.
Setelah itu Jaehyun mengubur kembali perasaanya.