HeavenKyoong

image

“Bee, kamu yakin?” Wajah Eja masih panik setelah mendapatkan ajakan yang mengejutkan dari Ina itu.

“Nda, aku boong. Aku cuma bercanda doang ahh—biar kamu ga main HP mulu.” Merasa berhasil memancing Eja, Ina merasa puas dan membalikan badannya tersenyum lebar melihat wajah panik Eja, begitu juga pipi Ina yang memerah karena merasa malu. Sudah sekian lama mereka tak menyentuh tubuh masing-masing, tentu saja hal itu membuat Ina kikuk.

“Tapi bee—”

“Apa ja? Udah ah ayo bobo, aku cuma bercanda doang.” Sahut Ina dan memejamkan matanya tetapi jantungnya masih berdegup kencang.

“Tapi bee, aku udah tegang.” Ina sontak kembali membalikan tubuhnya, menatap kaget tunangannya itu dengan mata yang melotot.

“Beb...”

“Gapapa, kamu tidur aja. Aku masih bisa coli kok.” Eja langsung beranjak dari tempat tidurnya, tetapi tangannya tiba-tiba di tahan oleh Ina.

“Apaan sih ja, kita udah tunangan tapi kamunya masih coli.” Ina dengan ekspresi kesalnya menatap Eja yang berkeringat dingin itu.

“Ya kan kamunya baru sembuh bee, kamunya juga bercandaan tadi kan?”

“Siapa bilang aku cuma bercanda?”

“Lah terus?”

“Aku mau beneranlah! Ish, kan aku udah bilang aku malu. Masak aku duluan yang mulai.”

“Bee, kaki kamu gimana?”

“Lah, yang masukin kan kamu, aku mah tinggal ngangkang.”

“Bee, tapikan—”

“Banyak bacot kamu!” Ina menarik tubuh Eja paksa merekatkan bibirnya dengan bibir milik Eja. Mencium singkat bibir itu sebelum akhirnya Eja mendorong tubuh Ina, melumat bibir itu dengan lahap.

NP: Dove Cameron – Boyfriend

Eja menghisap disetiap inchi bibir manis milik Ina, mengulum lidah Ina dengan lahap hingga air liur Ina menetes membasahi dagu Ina. Air liur yang menjadi candu untuk Eja, tanpa ragu ia menjilatinya hingga bersih tanpa sisa, menggigit bibir mungil itu dan menyalurkan air liur milik Eja agar memenuhi rongga mulu Ina. Sesekali lidah Eja masuk kedalamnya, menghitung jumlah gigi Ina dan menari di langit-langit mulut Ina, rasanya menggelitik dan membuat Ina semakin turn on.

image

“Bee, tapi aku belum beli kondom sama lube.”

“Gausah pake kondom.”

“Nanti kalo aku keluar didalem gimana?”

“Gapapa, belum tentu jadikan...”

“Kamu yakin?”

Ina mengangguk sembari melepaskan sweaternya, menampakan puting susunya yang sudah menegang dan memerah. Perut ratanya terlihat jelas masih dengan merah-merah yang tercipta disana. Eja membencinya sehingga ia langsung menciumi merah-merah itu. Menghisapnya hingga warna merah itu semakin memerah dan membiru.

Permainan Eja baru saja dimulai, Eja menciumi leher Ina dengan ganas, meninggalkan tanda kepemilikannya yang tak terhingga. Menghirup aroma manis tunangannya dengan nikmat hingga Eja mendesah saat menghirup aroma candu itu. Jari jemarinya tentu saja tak tinggal diam, puting yang sudah membengkak itu ia pelintir, tekan dan uleni hingga Ina mendesah hebat dibawah permainannya.

“Ahhh—Eja, hmpppphhhh—”

“Moan my name babe, i like it.”

“Ehh—Zrahhh mpphhh more, please.”

Mendengar permintaan pangeran tersayangnya, Eja memilin puting Ina satunya lagi, sedangkan yang satunya ia hisap dengan ganas. Menggigit kecil puting merah itu, dengan lidahnya Eja memilin puting itu.

“Ahhh—fuckkkhh” Ina kenikmatan, hingga kepalanya mendongak, menjambak rambut Eja saat gigi itu mengigit nipplenya membuat Ina tak tahan mengeluarkan spermanya dibawah sana. Lubangnya berkedut kencang dibawah sana, mungkin sudah basah karena perlakuan Eja.

“Babe, feel me up..”

“Already?”

“Aku udah ga tahan..mphhh..” Entah sejak kapan tubuh Ina berubah menjadi sensitif seperti ini, bahkan Eja belum menyentuh lubangnya, tetap Ina sudah pelepasan.

“Bee, celana kamu basah..”

“Aku udah cum..”

Tak perlu basa basi lagi, Eja melapaskan celana tidur Ina, membuka lebar kaki Ina membuat lubang Ina yang berkedut itu terlihat sempurna. Eja meludahkan kedua jarinya sebagai pelumas alami, memaikan kedua jarinya dilubang Ina yang sudah sedari tadi memanggil-manggil untuk dimasuki. Eja memutar mutar jarinya hingga satu jari ia masukan kedalam sana.

“Ahhh—Ejaahhhh...” Itu baru satu jari saja tetapi Ina sudah mendesah hebat, bagaimana jika penisnya nanti yang masuk secara penuh? mungkin Ina akan menggila.

Eja memainkan jari tengahnya itu dengan mengeluar masukan secara perlahan, agar Ina semakin terangsang. Jari tengah itu masuk semakin mendalam, Eja bisa merasakan bagaimana otot-otot lubang itu menjepit jarinya sehingga terasa hangat. dirasa lubang itu sudah mulai beradaptasi, Eja memasukan jari telunjuknya, kembali mengoyak lubang itu dengan mengocoknya semakin kencang.

image

“Ahhh—Ahhh—Ejaahh—ppelan jaahh—sakit..” Eja menghiraukan ucapan Ina dan memilih mengocok lubang itu semakin ganas hingga lubang Ina berubah menjadi memerah dan mengeluarkan cairan begitu banyak. Eja masih belum puas mengocoknya karena ia belum menemukan apa yang ia cari. Hingga akhirnya Eja menyentuh sebuah benjolan didalam sana.

“Fuckhhh!!!—Disana jaaaa—aahhh” Akhirnya Eja menemukan titik itu dan mengeluarkan jarinya agak menekan lubang agar lebih lebar dan bersiap saat Eja akn memasukan penisnya.

image

“Ina, i'll do it gently..” Ina hanya mengangguk dan membuka kakinya lebih lebar, sehingga memudahkan Eja untuk bermain nanti.

Eja menciumi ujung jari kaki Ina, menjilatnya dan mengecupnya hingga kini ia sudah berada dipangkal paha Ina. Penis Ina yang mungil dan basah itu Eja kocok dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengocok penisnya yang sudah tegang.

“Ina, aku masuk ya..” Ucap Eja sembari mencium kening Ina.

Sebelum memasukan penisnya, Eja menjilati sedikit lubang Ina agar semakin basah dan membuat Ina tak terlalu merasa sakit saat Eja mamsukan pustakanya yang berukuran lumayan itu.

image

Setelah disara lubang Ina basah, Ejapun perlahan mulai memasukan miliknya, menerobos kedalam lubang kehangatan yang sudah lama ia rindukan itu.

“Ahhh—Eja udah ja, udahhh fuck,..” Ina menggenggam erat tangan Eja sehingga Eja menghentikan kegiatannya.

“Udah kenapa sayang?”

“Udah masuk kan?”

“Belum sayang, itu baru kepalanya aja?” Ina sontak kaget dan membalalakkan matanya, ia pikir milik Eja sudah masuk dengan sempurna.

“Kalo sakit—”

“Lantujkan!” Ina langsung melebarkan pipi pantatnya sehingga lubangnya terbuka cukup lebar.

Eja memasukan miliknya secara perlahan, hingga akhirnya masuk semua dengan sempurna.

“Bee, aku gerak ya?” Ina mengangguk dan membiarkan Eja menggerakkan pinggulnya. Awalnya terasa nikmat dibawah sana sehingga Ina mendesah tak terlalu kencang sampai akhirnya, Eja mnggenjot lubangnya secara brutal.

image

“Ahhh—ahh—Eja, deeper babe, fuckkkhh—”

“Damn bee, lubangmu sempit banget.” Eja semakin menumbuk lubang itu hingga suara benturan kulit mereka terdengar nyaring memenuhi kamar kecil itu, belum lagi suara decitan kasur akibat gerakan Eja yang semakin brutal.

“Ja, enak ja enak. Disana ja..ooohhh fuckkkhhh” Mendengar desahan seksi Ina membuat Eja semakin menghantam titik manis itu dengan brutal.

Keringat dingin membasahi tubuh mereka, Eja menggoyangkan pinggulnya dengan ritme yang cepat dan ganas membuat Ina yang berada di bawahnya hanya pasrah dan membiarkan lubang dibawahnya melonggar dan mengeluarkan cairan bening.

“Bee, aku mau keluar. Aku keluar di luar ya..”

“Jangan! Angetin aku sekali-sekali napa. Ahhhh—Eja, faster pleasehh babe. Ahhh—ahhh yeahhh..” Eja hanya pasrah dan mencium pipi Ina sembari menambahkan ritme hantamannya.

“Aku keluar—aahhhh—fuck!!” Ribuan sel sperma berhasil Eja tembakan, masuk memenuhi rahim Ina. Saking banyaknya Eja pelepasan, cairan putih itu sampai keluar dari lubang Ina.

Begitu pula dengan penis mungil Ina yang menyemprotkan spermanya, memenuhi tangan Eja yang sedari tadi mengocok penis itu. nafas Eja terengah-engah. Keringat ditubuhnya semakin banyak mengalir, begitu juga dengan Ina, matanya yang sayu, bibirnya yang membengkak membuat Ina terlihat seksi dibawah kukungan Eja.

“Cantik banget..” ucap Eja dan mencium singkat bibir Ina.

“Beb, aku mau ronde kedua.”

“Bee, kamu udah—”

“Gamau, aku mau lagi.”

“Astaghfirullah, calon ibu satu ini lagi pengen diisi ya..”

Akhirnya merekapun melanjutkannya hingga 5 ronde. Jangan ditiru ya adick-adick, tyduck baik untuk kesehatan.

image

“Bee, kamu yakin?” Wajah Eja masih panik setelah mendapatkan ajakan yang mengejutkan dari Ina itu.

“Nda, aku boong. Aku cuma bercanda doang ahh—biar kamu ga main HP mulu.” Merasa berhasil memancing Eja, Ina merasa puas dan membalikan badannya tersenyum lebar melihat wajah panik Eja, begitu juga pipi Ina yang memerah karena merasa malu. Sudah sekian lama mereka tak menyentuh tubuh masing-masing, tentu saja hal itu membuat Ina kikuk.

“Tapi bee—”

“Apa ja? Udah ah ayo bobo, aku cuma bercanda doang.” Sahut Ina dan memejamkan matanya tetapi jantungnya masih berdegup kencang.

“Tapi bee, aku udah tegang.” Ina sontak kembali membalikan tubuhnya, menatap kaget tunangannya itu dengan mata yang melotot.

“Beb...”

“Gapapa, kamu tidur aja. Aku masih bisa coli kok.” Eja langsung beranjak dari tempat tidurnya, tetapi tangannya tiba-tiba di tahan oleh Ina.

“Apaan sih ja, kita udah tunangan tapi kamunya masih coli.” Ina dengan ekspresi kesalnya menatap Eja yang berkeringat dingin itu.

“Ya kan kamunya baru sembuh bee, kamunya juga bercandaan tadi kan?”

“Siapa bilang aku cuma bercanda?”

“Lah terus?”

“Aku mau beneranlah! Ish, kan aku udah bilang aku malu. Masak aku duluan yang mulai.”

“Bee, kaki kamu gimana?”

“Lah, yang masukin kan kamu, aku mah tinggal ngangkang.”

“Bee, tapikan—”

“Banyak bacot kamu!” Ina menarik tubuh Eja paksa merekatkan bibirnya dengan bibir milik Eja. Mencium singkat bibir itu sebelum akhirnya Eja mendorong tubuh Ina, melumat bibir itu dengan lahap.

NP: Dove Cameron – Boyfriend

Eja menghisap disetiap inchi bibir manis milik Ina, mengulum lidah Ina dengan lahap hingga air liur Ina menetes membasahi dagu Ina. Air liur yang menjadi candu untuk Eja, tanpa ragu ia menjilatinya hingga bersih tanpa sisa, menggigit bibir mungil itu dan menyalurkan air liur milik Eja agar memenuhi rongga mulu Ina. Sesekali lidah Eja masuk kedalamnya, menghitung jumlah gigi Ina dan menari di langit-langit mulut Ina, rasanya menggelitik dan membuat Ina semakin turn on.

image

“Bee, tapi aku belum beli kondom sama lube.”

“Gausah pake kondom.”

“Nanti kalo aku keluar didalem gimana?”

“Gapapa, belum tentu jadikan...”

“Kamu yakin?”

Ina mengangguk sembari melepaskan sweaternya, menampakan puting susunya yang sudah menegang dan memerah. Perut ratanya terlihat jelas masih dengan merah-merah yang tercipta disana. Eja membencinya sehingga ia langsung menciumi merah-merah itu. Menghisapnya hingga warna merah itu semakin memerah dan membiru.

Permainan Eja baru saja dimulai, Eja menciumi leher Ina dengan ganas, meninggalkan tanda kepemilikannya yang tak terhingga. Menghirup aroma manis tunangannya dengan nikmat hingga Eja mendesah saat menghirup aroma candu itu. Jari jemarinya tentu saja tak tinggal diam, puting yang sudah membengkak itu ia pelintir, tekan dan uleni hingga Ina mendesah hebat dibawah permainannya.

“Ahhh—Eja, hmpppphhhh—”

“Moan my name babe, i like it.”

“Ehh—Zrahhh mpphhh more, please.”

Mendengar permintaan pangeran tersayangnya, Eja memilin puting Ina satunya lagi, sedangkan yang satunya ia hisap dengan ganas. Menggigit kecil puting merah itu, dengan lidahnya Eja memilin puting itu.

“Ahhh—fuckkkhh” Ina kenikmatan, hingga kepalanya mendongak, menjambak rambut Eja saat gigi itu mengigit nipplenya membuat Ina tak tahan mengeluarkan spermanya dibawah sana. Lubangnya berkedut kencang dibawah sana, mungkin sudah basah karena perlakuan Eja.

“Babe, feel me up..”

“Already?”

“Aku udah ga tahan..mphhh..” Entah sejak kapan tubuh Ina berubah menjadi sensitif seperti ini, bahkan Eja belum menyentuh lubangnya, tetap Ina sudah pelepasan.

“Bee, celana kamu basah..”

“Aku udah cum..”

Tak perlu basa basi lagi, Eja melapaskan celana tidur Ina, membuka lebar kaki Ina membuat lubang Ina yang berkedut itu terlihat sempurna. Eja meludahkan kedua jarinya sebagai pelumas alami, memaikan kedua jarinya dilubang Ina yang sudah sedari tadi memanggil-manggil untuk dimasuki. Eja memutar mutar jarinya hingga satu jari ia masukan kedalam sana.

“Ahhh—Ejaahhhh...” Itu baru satu jari saja tetapi Ina sudah mendesah hebat, bagaimana jika penisnya nanti yang masuk secara penuh? mungkin Ina akan menggila.

Eja memainkan jari tengahnya itu dengan mengeluar masukan secara perlahan, agar Ina semakin terangsang. Jari tengah itu masuk semakin mendalam, Eja bisa merasakan bagaimana otot-otot lubang itu menjepit jarinya sehingga terasa hangat. dirasa lubang itu sudah mulai beradaptasi, Eja memasukan jari telunjuknya, kembali mengoyak lubang itu dengan mengocoknya semakin kencang.

image

“Ahhh—Ahhh—Ejaahh—ppelan jaahh—sakit..” Eja menghiraukan ucapan Ina dan memilih mengocok lubang itu semakin ganas hingga lubang Ina berubah menjadi memerah dan mengeluarkan cairan begitu banyak. Eja masih belum puas mengocoknya karena ia belum menemukan apa yang ia cari. Hingga akhirnya Eja menyentuh sebuah benjolan didalam sana.

“Fuckhhh!!!—Disana jaaaa—aahhh” Akhirnya Eja menemukan titik itu dan mengeluarkan jarinya agak menekan lubang agar lebih lebar dan bersiap saat Eja akn memasukan penisnya.

image

“Ina, i'll do it gently..” Ina hanya mengangguk dan membuka kakinya lebih lebar, sehingga memudahkan Eja untuk bermain nanti.

Eja menciumi ujung jari kaki Ina, menjilatnya dan mengecupnya hingga kini ia sudah berada dipangkal paha Ina. Penis Ina yang mungil dan basah itu Eja kocok dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengocok penisnya yang sudah tegang.

“Ina, aku masuk ya..” Ucap Eja sembari mencium kening Ina.

Sebelum memasukan penisnya, Eja menjilati sedikit lubang Ina agar semakin basah dan membuat Ina tak terlalu merasa sakit saat Eja mamsukan pustakanya yang berukuran lumayan itu.

image

Setelah disara lubang Ina basah, Ejapun perlahan mulai memasukan miliknya, menerobos kedalam lubang kehangatan yang sudah lama ia rindukan itu.

“Ahhh—Eja udah ja, udahhh fuck,..” Ina menggenggam erat tangan Eja sehingga Eja menghentikan kegiatannya.

“Udah kenapa sayang?”

“Udah masuk kan?”

“Belum sayang, itu baru kepalanya aja?” Ina sontak kaget dan membalalakkan matanya, ia pikir milik Eja sudah masuk dengan sempurna.

“Kalo sakit—”

“Lantujkan!” Ina langsung melebarkan pipi pantatnya sehingga lubangnya terbuka cukup lebar.

Eja memasukan miliknya secara perlahan, hingga akhirnya masuk semua dengan sempurna.

“Bee, aku gerak ya?” Ina mengangguk dan membiarkan Eja menggerakkan pinggulnya. Awalnya terasa nikmat dibawah sana sehingga Ina mendesah tak terlalu kencang sampai akhirnya, Eja mnggenjot lubangnya secara brutal.

image

“Ahhh—ahh—Eja, deeper babe, fuckkkhh—”

“Damn bee, lubangmu sempit banget.” Eja semakin menumbuk lubang itu hingga suara benturan kulit mereka terdengar nyaring memenuhi kamar kecil itu, belum lagi suara decitan kasur akibat gerakan Eja yang semakin brutal.

“Ja, enak ja enak. Disana ja..ooohhh fuckkkhhh” Mendengar desahan seksi Ina membuat Eja semakin menghantam titik manis itu dengan brutal.

Keringat dingin membasahi tubuh mereka, Eja menggoyangkan pinggulnya dengan ritme yang cepat dan ganas membuat Ina yang berada di bawahnya hanya pasrah dan membiarkan lubang dibawahnya melonggar dan mengeluarkan cairan bening.

“Bee, aku mau keluar. Aku keluar di luar ya..”

“Jangan! Angetin aku sekali-sekali napa. Ahhhh—Eja, faster pleasehh babe. Ahhh—ahhh yeahhh..” Eja hanya pasrah dan mencium pipi Ina sembari menambahkan ritme hantamannya.

“Aku keluar—aahhhh—fuck!!” Ribuan sel sperma berhasil Eja tembakan, masuk memenuhi rahim Ina. Saking banyaknya Eja pelepasan, cairan putih itu sampai keluar dari lubang Ina.

Begitu pula dengan penis mungil Ina yang menyemprotkan spermanya, memenuhi tangan Eja yang sedari tadi mengocok penis itu. nafas Eja terengah-engah. Keringat ditubuhnya semakin banyak mengalir, begitu juga dengan Ina, matanya yang sayu, bibirnya yang membengkak membuat Ina terlihat seksi dibawah kukungan Eja.

“Cantik banget..” ucap Eja dan mencium singkat bibir Ina.

“Beb, aku mau ronde kedua.”

“Bee, kamu udah—”

“Gamau, aku mau lagi.”

“Astaghfirullah, calon ibu satu ini lagi pengen diisi ya..”

Akhirnya merekapun melanjutkannya hingga 5 ronde. Jangan ditiru ya adick-adick, tyduck baik untuk kesehatan.

image

Kini Richard tengah berdiri diambang pintu kamar Baekhyun, menatap Baekhyun yang tengah berbincang dengan neneknya serta George yang sudah asik terlelap dipangkuannya.

“Richard—” Sapa Baekhyun saat ia melihat atensi Richard di ambang pintu.

“Kalau gitu, nenek akan memasak dulu beristirahatlah.” Begitulah pamit Hinata pada Baekhyun dan mempersilahkan Richard masuk ke dalam kamar tamu itu.

Richard memasuki kamar itu dengan tangan disakunya lalu duduk dipinggir ranjang. Richard kembali menatap George yang tertidur lelap dipangkuan Baekhyun dan mengelus pipi tembam milik anak laki-laki semata wayangnya itu.

“Dia baru aja tidur, katanya mau tidur dipangku aku.” Ucap Baekhyun lalu menciumi kening George dan mengelus kepalanya.

“He miss you a lot.” Richard hanya tersenyum sebelum matanya kembali menangkap manik Baekhyun.

“Gimana? Udah baikan?”

“I feel better now.”

Richard terdiam sejenak memikirkan bagaimana cara membuat Baekhyun mengaku tentang surat dan semua yang terjadi padanya. Bibirnya kelu, ia hanya takut akan menyakiti hati Baekhyun. Tetapi..

“Baekhyun —”

“Awalnya aku kira aku sudah selesai dengannya.” Baekhyun membuka pembicaraan mereka, ia tahu bahwa Richard ingin menanyakan hal itu padanya, tetapi ia kenal Richard yang tak ingin menyinggung perasaannya.

“Ayahku, sebelum aku berangkat pergi menyamar kerumahmu, ia mengirimkanku sebuah surat. Surat tentang bahwa aku harus menjaga diriku baik-baik dirumahmu dan menginginkan aku untuk memberikan semua informasi apapun yang aku dapatkan tentangmu, hingga akhirnya aku tau tentang kerjasamamu dengan ayahku. Disitu aku menaruh curiga terhadap ayahku, dan mempercayaimu sepenuhnya. Setelah aku cari tau, ternyata ayahku hanya ingin memastikan soal keberadaan sesuatu. Aku juga kurang tau apa yang ia ingin cari karena setelah aku periksa disetiap surat yang ia kirimkan ada micro robot didalamnya. Micro robot yang dibuat oleh salah satu anak perusahaan ayahku. Micro robot itu bisa menembus sela sela ruang untuk mencari sesuatu yang sudah diprogram sebelumnya. Bentuknya seperti ini.” Baekhyun meraih kotak kecil di nakas, membuka kotak itu dan memperlihatkannya kepada Richard bentuk micro robot itu. Bentuknya sangat unik, seperti nyamuk sehingga sulit dibedakan mana micro robot dan yang mana nyamuk asli.

image Ilustrasi Micro Robot

“Aku tau sifat ayahku, ketika ia menginginkan sesuatu, ia akan melakukan ribuan cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan ternyata kecurigaan semakin kuat saat aku melihat Bibi dengan gerak-geriknya yang selalu memata-mataiku, firasatku saat itu mengatakan bahwa Bibi adalah mata-mata ayah untuk memata-mataiku dan juga kamu. Hingga akhirnya feelingku terjawab jelas, Bibi memberitahuku bahwa ayah kembali mengirimkanku surat tentang dia yang akan menjemputku dan membawaku kembali ke FBI karena identitasku hampir terbongkar. Awalnya aku ingin berbicara empat mata dengannya untuk menolak tawarannya itu dengan menemuinya di basement rumahmu tetapi aku salah, yang kutemui bukan ayahku melainkan sekelompok orang yang berusaha menculikku.” Lanjut tutur Baekhyun. Richard hanya mematung mencerna semua penjelasan dari Baekhyun sehingga iapun ikut bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya Matthew inginkan darinya?

“Lalu, apa kau ingat kejadian saat disekap kemarin?” Tanya Richard. Baekhyun terdiam, tangannya yang memangku George gemetar, ia masih takut dengan bayang-bayang kejadian yang menimpanya kemarin.

Richard yang tak mendengar jawabanpun langsung menoleh Baekhyun, Baekhyun dengan tangan yang gemetar dan penuh keringat dingin di pelipisnya.

“Baek, jika—”

“Saat itu, aku sempat tak sadarkan diri. Yang terakhir kali aku ingat saat di rumahmu adalah kepalaku dipukul begitu keras hingga aku terkapar pingsan. Saat aku sadar, mata, tangan dan kakiku sudah tertutup dan terikat kencang. Aku berusaha tak panik saat itu. Samar-samar aku mendengar suara beberapa laki-laki dan seorang wanita yang berbicara disana. Mereka memanggil wanita itu sebagai Devil Lady. Akupun pura-pura tak sadarkan diri untuk mendengarkan percakapan mereka. Mereka hanya membahas tentang The God, Hyunbin, Laboratorium dan Orange Nuclear. Sedangkan Devil Lady itu tak henti-hentinya membahas tentang namamu. Aku mulai mencoba menautkan semuanya tentang apa yang mereka bahas hingga mereka menyebutkan fakta yang membuatku terkejut.” Baekhyun terdiam sejenak sebelum matanya menatap kembali manik Richard.

“Ayahmu adalah pencipta Orange Nuclear.” Jleb serasa dihujani ribuan tusukan jarum Jantung Richard rasanya mendadak berhenti berdetak saat itu juga. Bagaimana mungkin ayahnya dalang dibalik semua ini? Itu tidak mungkin! Ayahnya sudah meninggal, ia lihat sendiri mayatnya. Apakah ada orang lain lagi dibalik semua ini?

“Tak hanya itu saja, The God yang mereka maksud adalah Ayahku sendiri.” Satu tetes air mata Baekhyun meluncur membasahi pipinya saat ia memberitahu kepada Richard bahwa Ayahnyalah dalang dibalik kejadian yang menyedihkan ini.

“Baekhyun—”

“Tubuhku rasanya melemah saat itu juga, terutama saat Devil Lady itu menerima telepon dari seseorang yang mengatakan bahwa kau berhasil di tangkap. Aku yang berpura-pura tak sadarkan diri langsung terkejut dan berusaha melawan semuanya, tapi..” Baekhyun kembali terdiam. Air matanya semakin deras keluar, Richard yang melihatnyapun langsung memeluk tubuh mungil itu sembari mengelus kepalanya.

“Mereka melucuti semua pakaianku, menjejal mulutku dengan narkoba dan juga alkohol. Kalau saja saat itu tak ada panggilan yang masuk dan menyuruh mereka untuk pergi, entah apa jadinya aku saat itu Rich. Hikssss kenapa aku begitu lemah, kenapa?? Hikssss. Pantaskah aku menyebut diriku sebagai lelaki? Apakah parasku yang seperti wanita ini membuatku terlihat sebagai lelaki murahan yang pantas untuk dilecehkan?” Richard semakin memeluk tubuh mungil itu dan berbisik.

“No, kamu hebat, okay. Kamu laki-laki yang pantas untuk dihargai. Dan aku akan selalu menghargaimu lebih tinggi dari apapun.” Richard menarik wajah Baekhyun, menghapus air mata yang membasahi pipinya.

“I promised you, mulai sekarang aku akan menjagamu, Baekhyun.”

“But, i want to protect you too.”

“Then, let's protect each other, okay?” Baekhyun langsung tersenyum dan mengangguk, menatap manik Richard yang begitu dalam sehingga ia bisa menemukan kenyamanan didalam sana.

“Richard, apa rencanamu setelah ini?”

“Mencari tau apa yang Matthew inginkan. Lalu membunuhnya mungkin jika kau tak berkenan. Kalau kamu?”

“Menjadi Partner kejahatanmu.”

“So, kamu setuju aku membunuh ayahmu?”

“No. Akulah yang akan membunuhnya.”

“Baekhyun—”

“Dari dulu, aku sungguh ingin balas dendam padanya. Karena aku tau, aku bukanlah anak kandungnya.”

“Maksudmu??”

“Bagaimana mungkin seorang ibu transgender bisa memiliki anak? Secara biologis, Matthew memang ayah kandungku. Tetapi ibu yang mengandungku? Entahlah.”

“Jika memang itu keinganmu, kamu harus menyiapkan skill yang hebat untuk membunuhnya. But first, potong rambutmu. Aku tak suka rambut panjangmu.”

“Kamu saja yang memotongnya bagaimana?”

“My pleasure.” Richard tersenyum lalu beranjak dari ranjang untuk mengambil gunting. Tetapi saat ia beranjak, Baekhyun menahan tangannya.

“Can i get a kiss?”

“Sure.” Richard langsung mencium bibir Baekhyun secara singkat, tetapi tidak dengan Baekhyun karena ia langsung menarik tengkuk Richard, melumat bibir itu dengan lahap dan rakus.

“Peomised me, jangan pernah tinggalin aku. Karena mulai sekarang aku membutuhkanmu.”

“I will never leave you, Byun Baekhyun.”

image

Kini Richard tengah berdiri diambang pintu kamar Baekhyun, menatap Baekhyun yang tengah berbincang dengan neneknya serta George yang sudah asik terlelap dipangkuannya.

“Richard—” Sapa Baekhyun saat ia melihat atensi Richard di ambang pintu.

“Kalau gitu, nenek akan memasak dulu beristirahatlah.” Begitulah pamit Hinata pada Baekhyun dan mempersilahkan Richard masuk ke dalam kamar tamu itu.

Richard memasuki kamar itu dengan tangan disakunya lalu duduk dipinggir ranjang. Richard kembali menatap George yang tertidur lelap dipangkuan Baekhyun dan mengelus pipi tembam milik anak laki-laki semata wayangnya itu.

“Dia baru aja tidur, katanya mau tidur dipangku aku.” Ucap Baekhyun lalu menciumi kening George dan mengelus kepalanya.

“He miss you a lot.” Richard hanya tersenyum sebelum matanya kembali menangkap manik Baekhyun.

“Gimana? Udah baikan?”

“I feel better now.”

Richard terdiam sejenak memikirkan bagaimana cara membuat Baekhyun mengaku tentang surat dan semua yang terjadi padanya. Bibirnya kelu, ia hanya takut akan menyakiti hati Baekhyun. Tetapi..

“Baekhyun —”

“Awalnya aku kira aku sudah selesai dengannya.” Baekhyun membuka pembicaraan mereka, ia tahu bahwa Richard ingin menanyakan hal itu padanya, tetapi ia kenal Richard yang tak ingin menyinggung perasaannya.

“Ayahku, sebelum aku berangkat pergi menyamar kerumahmu, ia mengirimkanku sebuah surat. Surat tentang bahwa aku harus menjaga diriku baik-baik dirumahmu dan menginginkan aku untuk memberikan semua informasi apapun yang aku dapatkan tentangmu, hingga akhirnya aku tau tentang kerjasamamu dengan ayahku. Disitu aku menaruh curiga terhadap ayahku, dan mempercayaimu sepenuhnya. Setelah aku cari tau, ternyata ayahku hanya ingin memastikan soal keberadaan sesuatu. Aku juga kurang tau apa yang ia ingin cari karena setelah aku periksa disetiap surat yang ia kirimkan ada micro robot didalamnya. Micro robot yang dibuat oleh salah satu anak perusahaan ayahku. Micro robot itu bisa menembus sela sela ruang untuk mencari sesuatu yang sudah diprogram sebelumnya. Bentuknya seperti ini.” Baekhyun meraih kotak kecil di nakas, membuka kotak itu dan memperlihatkannya kepada Richard bentuk micro robot itu. Bentuknya sangat unik, seperti nyamuk sehingga sulit dibedakan mana micro robot dan yang mana nyamuk asli.

image Ilustrasi Micro Robot

“Aku tau sifat ayahku, ketika ia menginginkan sesuatu, ia akan melakukan ribuan cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan ternyata kecurigaan semakin kuat saat aku melihat Bibi dengan gerak-geriknya yang selalu memata-mataiku, firasatku saat itu mengatakan bahwa Bibi adalah mata-mata ayah untuk memata-mataiku dan juga kamu. Hingga akhirnya feelingku terjawab jelas, Bibi memberitahuku bahwa ayah kembali mengirimkanku surat tentang dia yang akan menjemputku dan membawaku kembali ke FBI karena identitasku hampir terbongkar. Awalnya aku ingin berbicara empat mata dengannya untuk menolak tawarannya itu dengan menemuinya di basement rumahmu tetapi aku salah, yang kutemui bukan ayahku melainkan sekelompok orang yang berusaha menculikku.” Lanjut tutur Baekhyun. Richard hanya mematung mencerna semua penjelasan dari Baekhyun sehingga iapun ikut bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya Matthew inginkan darinya?

“Lalu, apa kau ingat kejadian saat disekap kemarin?” Tanya Richard. Baekhyun terdiam, tangannya yang memangku George gemetar, ia masih takut dengan bayang-bayang kejadian yang menimpanya kemarin.

Richard yang tak mendengar jawabanpun langsung menoleh Baekhyun, Baekhyun dengan tangan yang gemetar dan penuh keringat dingin di pelipisnya.

“Baek, jika—”

“Saat itu, aku sempat tak sadarkan diri. Yang terakhir kali aku ingat saat di rumahmu adalah kepalaku dipukul begitu keras hingga aku terkapar pingsan. Saat aku sadar, mata, tangan dan kakiku sudah tertutup dan terikat kencang. Aku berusaha tak panik saat itu. Samar-samar aku mendengar suara beberapa laki-laki dan seorang wanita yang berbicara disana. Mereka memanggil wanita itu sebagai Devil Lady. Akupun pura-pura tak sadarkan diri untuk mendengarkan percakapan mereka. Mereka hanya membahas tentang The God, Hyunbin, Laboratorium dan Orange Nuclear. Sedangkan Devil Lady itu tak henti-hentinya membahas tentang namamu. Aku mulai mencoba menautkan semuanya tentang apa yang mereka bahas hingga mereka menyebutkan fakta yang membuatku terkejut.” Baekhyun terdiam sejenak sebelum matanya menatap kembali manik Richard.

“Ayahmu adalah pencipta Orange Nuclear.” Jleb serasa dihujani ribuan tusukan jarum Jantung Richard rasanya mendadak berhenti berdetak saat itu juga. Bagaimana mungkin ayahnya dalang dibalik semua ini? Itu tidak mungkin! Ayahnya sudah meninggal, ia lihat sendiri mayatnya. Apakah ada orang lain lagi dibalik semua ini?

“Tak hanya itu saja, The God yang mereka maksud adalah Ayahku sendiri.” Satu tetes air mata Baekhyun meluncur membasahi pipinya saat ia memberitahu kepada Richard bahwa Ayahnyalah dalang dibalik kejadian yang menyedihkan ini.

“Baekhyun—”

“Tubuhku rasanya melemah saat itu juga, terutama saat Devil Lady itu menerima telepon dari seseorang yang mengatakan bahwa kau berhasil di tangkap. Aku yang berpura-pura tak sadarkan diri langsung terkejut dan berusaha melawan semuanya, tapi..” Baekhyun kembali terdiam. Air matanya semakin deras keluar, Richard yang melihatnyapun langsung memeluk tubuh mungil itu sembari mengelus kepalanya.

“Mereka melucuti semua pakaianku, menjejal mulutku dengan narkoba dan juga alkohol. Kalau saja saat itu tak ada panggilan yang masuk dan menyuruh mereka untuk pergi, entah apa jadinya aku saat itu Rich. Hikssss kenapa aku begitu lemah, kenapa?? Hikssss. Pantaskah aku menyebut diriku sebagai lelaki? Apakah parasku yang seperti wanita ini membuatku terlihat sebagai lelaki murahan yang pantas untuk dilecehkan?” Richard semakin memeluk tubuh mungil itu dan berbisik.

“No, kamu hebat, okay. Kamu laki-laki yang pantas untuk dihargai. Dan aku akan selalu menghargaimu lebih tinggi dari apapun.” Richard menarik wajah Baekhyun, menghapus air mata yang membasahi pipinya.

“I promised you, mulai sekarang aku akan menjagamu, Baekhyun.”

“But, i want to protect you too.”

“Then, let's protect each other, okay?” Baekhyun langsung tersenyum dan mengangguk, menatap manik Richard yang begitu dalam sehingga ia bisa menemukan kenyamanan didalam sana.

“Richard, apa rencanamu setelah ini?”

“Mencari tau apa yang Matthew inginkan. Lalu membunuhnya mungkin jika kau tak berkenan. Kalau kamu?”

“Menjadi Partner kejahatanmu.”

“So, kamu setuju aku membunuh ayahmu?”

“No. Akulah yang akan membunuhnya.”

“Baekhyun—”

“Dari dulu, aku sungguh ingin balas dendam padanya. Karena aku tau, aku bukanlah anak kandungnya.”

“Maksudmu??”

“Bagaimana mungkin seorang ibu transgender bisa memiliki anak? Secara biologis, Matthew memang ayah kandungku. Tetapi ibu yang mengandungku? Entahlah.”

“Jika memang itu keinganmu, kamu harus menyiapkan skill yang hebat untuk membunuhnya. But first, potong rambutmu. Aku tak suka rambut panjangmu.”

“Kamu saja yang memotongnya bagaimana?”

“My pleasure.” Richard tersenyum lalu beranjak dari ranjang untuk mengambil gunting. Tetapi saat ia beranjak, Baekhyun menahan tangannya.

“Can i get a kiss?”

“Sure.” Richard langsung mencium bibir Baekhyun secara singkat, tetapi tidak dengan Baekhyun karena ia langsung menarik tengkuk Richard, melumat bibir itu dengan lahap dan rakus.

“Peomised me, jangan pernah tinggalin aku. Karena mulai sekarang aku membutuhkanmu.”

“I will never leave you, Byun Baekhyun.”

Richard mengerjapkan matanya, ia tak ingat apa-apa selain ingatannya soal 5 mobil mewah melewati basement kantornya.

Richard kini terbaring diruang yang begitu gelap dan cukup bau anyir dan amis. Kedua tangannya terantai menjuntai dan semua benda-benda ditubuhnya sudah dilucuti kecuali setelan kemeja dan celana hitamnya saja. Richard berusaha menegakkan kepalanya yang pusing dan sedikit meringis.

image

“Boss, dia sudah bangun!” Ucap salah satu lelaki berbaju setelan jas yang lengkap itu. Samar-samar Richard bisa melihat ada sekitar sepuluh orang dengan pakaian setelan jas lengkap itu dan beberapa dari mereka memiliki kepala botak, tubuh yang kekar dan juga tatto dimana-mana.

Sebuah langkah sepatu hak tinggi langsung menginterupsi telinga Richard hingga Ricard semakin menajamkan pengheliatannya. Seorang wanita dengan gaun serba hitam menghampirinya. Ia adalah Im Yoona, mantan istri Richard.

image

“Well hello, my ex Husband.” Sapa Yoona dengan senyum miringnya, memandang puas mantan suaminya yang tertunduk lemas itu.

“What do you want from me? Apa lo belum puas liat keluarga gue yang hancur?!” Richard menggeram kesal melihat kelakuan Yoona.

“Aku dengar kau sudah punya kekasih baru. Setelah aku melihat beritanya, akh ini sungguh tidak benar karena Richard tidak pernah bernafsu melihat vagina. Am i Right? Richard?” Yoona mengelus rahang tajam Richard dengan tangan kirinya dan tangan kanannya perlahan menaikan dressnya, memperlihatkan paha seksinya dan merendahkan sedikit tubuhnya sehingga payudaranya tampak terlihat jelas dihadapan Richard. Tetapi seperti yang ia sudah tebak Richard sama sekali tak terlihat bergairah.

“See, kamu masih sama seperti dulu. Lelaki Gay yang menjijikan.” Lanjut Yoona dan mengelus kilat pipi Richard.

“Oh btw, i met her. Wait i mean him. Take a look Richard, He's so cute kan gue ikat dia kayak gini.” Yoona memamerkan ponselnya, memperlihatkan foto Baekhyun yang terikat dan mulutnya dibekap. Richard semakin menggeram kesal dengan tingkah laku mantan istrinya itu.

image

“Eitss— liatnya ga boleh lama-lama nanti lo malah sange trus punya fantasi liar lagi. Oh ya, satu lagi. Gue ga tau, lo racunin apa anak gue, tapi bisa-bisanya ya lo ngasih anak gue manggil tuh lonte sebagai mamanya? Are you crazy?” Sambung Yoona dan kembali menyimpan ponselnya.

“Lo yang gila! Perempuan bangsat!” Amarah Richard sudah menjadi-jadi hingga urat nadinya keluar saat ia mengumpat.

“Lo mau apalagi dari gue hah? Bukankah lo udah dapetin apa yang lo ingin dulu? bukankah dendam lo ke orang tua gue udah terbalaskan? APA LAGI YANG LO MAU BANGSAT?!” Richard semakin menarik uratnya, kesabarannya sudah habis menghadapi wanita berhati iblis satu ini.

“Lo mau tau gue mau apa? Permintaan gue cuma sederhana Rich. Menikahlah kembali denganku, dan kita sama-sama merawat George. Sederhana bukan?” Yoona mematik api untuk menyalakan batang rokoknya yang ia sudah tautkan dibibirnya.

“Gak sudi gue nikahin iblis lagi!”

“Then i'll kill him. You chose, Marry me or kill him?” Yoona menaikan sebelah alisnya solah-olah menawarkan sebuah tawaran yang sederhana namun menarik.

“Where is he now?” Saat mendengar pertanyaan Richard, yoona langsung menyunggingkan senyum miringnya.

“Sign this first!” Yoona menyerahkan beberapa lembar kertas yang menunjukan soal surat rujuk dirinya dengan Yoona.

“Fuck you!”

“I'll fuck you after you sign this sweetie.” Yoona kembali menggoda Richard dengan mengecup pipinya dan menjilati rahangnya yang tajam itu.

“Do you ever taste Orange Nuclear, My Richard? Let me explain to you. It feels like you're in heaven, twisting your body with someone that makes you really turn on. Imagine that Richard, if you sign this paper now, you still have chance to meet him. You can fuck him as you want while you suck your Orange Nuclear. Is it a good deal huh?*” Yoona kembali menggoda Richard dengan memainkan jemarinya disekitar tubuh Richard, menggodanya secara seduktif, membisikkan tawaran manis itu ditelinga Richard. membuat Richard kembali berfikir tentang kesempatan yang ia bisa dapatkan sekarang.

(trans: Apakah kau pernah mencicipi Orange Nuclear, My Richard? Biar kujelaskan padamu. Rasanya seperti kamu berada di surga, melilitkan tubuhmu dengan seseorang yang membuatmu sange. Bayangkan Richard, jika kamu menandatangani kontrak ini sekarang, kamu masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya. Kamu bisa menidurinya sepuasnya saat kamu mengisap Orange Nuclearmu. Itu kesempatan yang baguskan?)

“Okay, i'll sign. But promised me, lo bebaskan dia.”

“Wow, sebegitu cintanya lo ya sama dia? What did he give to you? A great anal sex huh?” Yoona menatap curiga pada Richard. Memincingkan kedua matanya, dan menelisik setiap mimik Richard.

“What? Lo mau gue berubah pikiran sekarang?” Kini giliran Richard yang mengernyitkan dahinya, menatap Yoona dengan serius mengisyaratkan bahwa ia setuju dengan rencana Yoona.

“Lepaskan tangannya!” Perintah Yoona pada salah satu anak buahnya.

Saat tangan RIchard dilepas, beberapa anak buah Yoona sudah bersedia untuk menghajar Richard apabila Richard melakukan perlawanan.

“Dimana aku harus tanda tangan?” Pertanyaa RIchard membuat Yoona semakin terkesyab sehingga Yoona merasa bahwa rencananya mulai berjalan dengan lancar sehingga ia menyuruh anak buahnya untuk tidak terlalu bersiaga.

“Here!” Tunjuk Yoona sembari memerikan sebuah pena pada Richard.

Sebelum menandatangi surat rujuk itu, Richard kembali membaca setiap kata pada surat itu sembari membaca situasi.

“Kemana kau bawa dia?” Tanya Richard kembali sembari membuka tutup pena itu.

“Somewhere in Japan.” Yoona yang merasa rencananya lancar, ia lengah dan menjawab pertanyaan itu dengan santai.

“No, i mean beberapa anak buahmu di luar sana.” Yoona langsung terkejut saat ia mendengar suara dobrakan pintu dan juga suara rusuh dari luar sana.

Memanfaatkan kesempatan itu Richard langsung memukul tengkuk Yoona dan membuatnya seketika pingsan.

Dua orang yang mendobrak pintu tadi adalah Kenzai dan Willis, dua sahabatnya yang sudah siap siaga membebaskan Richard.

Melihat ada dua ancaman, sisa anak buah Yoona yang berada diruangan itu langsung menghajar Kenzai dan Willis tanpa ampun hingga perkelahianpun berlanjut di dalam ruangan.

“Rich, buru kabur! Kita udah siapin jet buat lo! Jangan hirauin kita!” Kenzai berteriak sembari memukul beberapa bodyguard Yoona yang badannya tak kalah besar dari Kenzai.

image

Richardpun langsung berlari membopong tubuh Yoona yang pingsan dan sudah ia ikat sebelumnya.

“Gue belum mau bunuh lo Yoona, sebelum lo menderita di dunia ini!”

Kini Baekhyun sudah berada didepan pintu kamar Richard dengan kaki yang gemetar hebat. Bukan— dia tidak gugup jika saja malam ini ia harus menelan sperma Richard, tetapi Baekhyun lebih takut jika saja ada sebuah fakta yang akan menghantui pikiran setelah pengakuan Richard malam ini.

Suara pintu yang terbuka membuyarkan pikiran tak tenang Baekhyun. Tapi siapa sangka saat pintu kamar Richard terbuka, membuat Baekhyun semakin mengucurkan keringat dingin. Bagaimana tidak, bisa-bisanya Richard membuka pintu hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya, belum lagi urat nadi yang tercetak dan bentuk v-line yang begitu dalam, bahkan bulu-bulu halus kemaluannya bisa terlihat seolah-olah tengah mengintip.

image

Tak kalah mendebarkan, jantung Richard juga ikut berdetak kencang saat Baekhyun berdiri di depan pintu kamarnya dengan paha mulus terpampang dan juga wajah cantiknya yang ia polesi sedikit makeup membuat Baekhyun tampak sexy malam ini. Sayangnya Richard membenci rambut panjangnya.

image

Tanpa basa-basi Richard langsung menarik tubuh Baekhyun, mengunci pintu kamar dan mengunci tubuh Baekhyun pada dinding. Mata Richard mengintimidasi setiap inchi tubuh mulus itu. Tangannya mulai meraba paha hingga kini menyentuh penis mungil Baekhyun dibalik baju maidnya.

“You dressed like you ready to get fuck!” Bisik Richard dengan seksi membuat sekujur tubuh Baekhyun ikut melemas dan terangsang.

“I am..” Sahut Baekhyun dan mengelus perut kotak-kotak Richard dengan sensual. Jari lentiknya bahkan memainkan pusar Richard dan perlahan turun menyentuh bulu halus kelaminnya yang mengintip.

Melihat kelakuan nakal Baekhyun, membuat Richard semakin tak sabar ingin bermain dengannya.

“Get on your knees dan ikat rambutmu!” Pinta Richard. Tanpa membantah lagi, Baekhyun langsung bersimpuh dihadapan Richard dengan wajah yang menengadah menatap tubuh besar Richard dari bawah.

image image image

“Kau mau tau tentang apa?”

“Everything, semua tentang dirimu dan ayahku.”

Mendengar jawaban dari Baekhyun, Richard hanya bisa menarik ujung kanan bibirnya dan sedikit terkekeh dengan apa yang dia dengar.

Baekhyun yang melihat reaksi Richard menjadi semakin gugup dan berusaha setenang mungkin agar dia tak kehilangan konsentrasi dan lengah terhadap setiap informasi yang Richard akan berikan kepadanya.

“Ask me a question, dan aku akan jawab setelah kau menyelesaikan tugasmu.” Richard masih berdiri dengan angkuh menatap mata sayu Baekhyun dan juga bibir yang manis itu.

“Bagaimana kau bisa bertemu dengan ayahku? Dan mengapa—”

“Uu—uu one by one sweetheart.” Seusai mendengar pertanyaan Baekhyun, Richard langsung membuka handuknya, memamerkan penisnya yang besar menegang dengan sempurna.

“Play with your hands. I wanna see how good you are at this game.” Mata Baekhyun masih menatap mata Richard, tetapi tangannya mematuhi perintah Richard untuk memainkan penisnya yang besar.

Jari jemari lentik itu memijat kepala penis milik Richard, sesekali juga Baekhyun memainkan lubang pipisnya. Saat melakukan itu yang dipikirkan Baekhyun hanyalah rasa penasaran bagaimana rasanya apakah senikmat itu hingga Richard kini mendesah kenikmatan diatasnya.

“Aku bertemu kembali dengan Matthew belum lama ini. Saat salah satu temanku merekomendasikannya sebagai clientku. Ahhh—fuck!!” Seusai mendengar informasi yang diinginkan Baekhyun, ia tak langsung menghentikan kegiatannya ia justru langsung mengulum penis besar Richard, memainkan kepala penis itu dengan lidahnya lalu memasukkan batang itu hingga menyentuh ujung tenggorokannya.

“Baek—baekhyun. Ahhh fuck!” Richard terheran-heran hingga bola matanya hampir saja keluar karena melotot. Richard masih agak sedikit kaget dengan apa yang dilakukan Baekhyun. Mengulum penisnya tanpa ada perintah darinya, tetapi kini ia tak ingin ambil pusing soal itu karena kini pikirannya sudah diluar kendali, merasakan kenikmatan yang sudah lama ia tak rasakan.

Baekhyun terus mengocok penis itu dengan handal dan mengulumnya dengan nikmat. Rambut panjang Baekhyun yang ia ikat keatas Richard manfaatkan untuk menjambak dan mendorong kepala Baekhyun agar penisnya bisa masuk sempurna kedalam rongga mulut Baekhyun.

Penis yang besar itu membuat Baekhyun sedikit tersedak hingga dirinya mengeluarkan air mata dan ujung bibirnya yang sedikit terluka. Richard yang melihat hal itu sedikit merasa kasihan terhadap Baekhyun tetapi nafsu dan birahinya mengalahkan rasa kasihan itu sehingga dirinya masih asik menghantam pinggulnya dan merasakan kenikmatan didalam rongga mulut mungil itu.

“Baek, i think i wanna cum.” Ucap Richard sebelum dirinya memuntahkan spermanya yang banyak membuat Baekhyun harus menelannya. Bahkan saking banyaknya, sperma Richard juga keluar dari sela-sela mulut Baekhyun.

“Baekhyun why—”

“Ceritakan dari awal bagaimana kau bisa mengenal ayahku, aku tak nyaman mendengar jawabanmu sambil mencercau!” Baekhyun memutar bola matanya dan bangkit berdiri menuju kamar mandi Richard untuk membersihkan wajah serta bibirnya yang penih dengan sperma Richard.

Richard hanya mematung menatap pantat sintal itu pergi menjauh sehingga ia memutuskan untuk membersihkan penisnya dan memakai boxernya. Merentangkan tubuhnya diranjang sembari menunggu Baekhyun yang masih asik dengan keran wastafelnya.

“Come here, aku akan ceritakan semuanya.” Sesaat Baekhyun kembali dari kamar mandi, Richard menepuk-nepuk space kosong diranjangnya, mengisyaratkan Baekhyun untuk ikut merebahkan tubuhnya. Dan saat Baekhyun merebahkan tubuhnya Richard langsung menarik tubuh mungil itu, memeluknya dengan kencang dan menghirup aroma manis bagai candu di pucuk kepala Baekhyun.

“Aroma kelapa.” Itulah aromanya, aroma yang membuat Richard tak akan lupa dengan lelaki mungil satu ini. Baekhyun hanya terdiam dan tak melawan karena kini jantungnya sedang berdebar cukup kencang.


“Awal pertemuan kami bisa dikatakan cukup singkat dan berkesan. Sebelum temanku merekomendasikan perusahaannya untuk menjadi clientku, aku sudah bertemu dengan Matthew terlebih dahulu. Kami bertemu di sebuah pemakaman.” Baekhyun langsung menengok kearah Richard dengan tatapan yang bertanya-tanya.

“Di pemakaman?”

“Iya, tepatnya salah satu Pemakaman di kota New York.” Kini giliran Richard yang menatap manik Baekhyun.

“Albany Rural Cemetery. Itu adalah tempat dimana mama dimakamkan.” Baekhyun langsung memasang wajah cemberutnya, karena mengingat kembali semua tentang ibunya.

Walaupun ayah Baekhyun membenci dirinya tetapi rasa cinta ayah Baekhyun kepada istrinya sungguh luar biasa, bahkan ketika istrinya meninggal ialah orang yang paling terpuruk, bukan Baekhyun. Hingga sampai saat ini ayah Matthew masih sering mengunjungi makam ostrinya hanya untuk sekedar bercerita ataupun menyampaikan keluh kesah.

“Your mom?”

“Iya, mama. Mama meninggal setahun setelah aku diangkat menjadi anggota FBI karena pneumonia yang dideritanya.”

“I'm sorry for your lost.” Baekhyun hanya mengangguk tetapi Richard bisa melihat aura kesedihan dimata Baekhyun.

“Lalu kenapa kau bisa memilih perusahaan ayahku sebagai rekan kerja samamu? Apa ada kaitannya dengan kau yang menyukaiku?” Mendengar pertanyaan konyol itu Richard langsung terkekeh cukup kencang sembari mengusak rambut Baekhyun.

“Aku mengenal Matthew jauh sebelum aku bertemu denganmu, dan aku memilih perusahaan Matthew karena aku melihat potensi yang menguntungkan. Bukan karena aku menyukaimu, Pretty Baekhyun” Sahut Richard dengan sedikit mencolek pipi tembam Baekhyun. Jawaban Richard itu cukup membuat pipi Baekhyun langsung memerah merona.

“Gila gue ke-GRan”

“Is there any more questions?” Richard mengangkat dagu Baekhyun sehingga ia bisa melihat dengan jelas wajah Baekhyun yang memerah karenanya. Bukan— karena Baekhyun malu sudah ke-GRan.

“Kenapa kau menyukaiku?” Itulah pertanyaan selanjutnya yang Baekhyun lontarkan kepada Richard dan membuat Richard menerbitkan senyum manisnya.

“Apakah menyukai seseorang perlu sebuah alasan? Jika iya, kau akan tau alasannya suatu saat nanti. Saat kau sudah menyukaiku seperti aku menyukaimu.” Richard mendekatkan bibirnya kearah Baekhyun. Jantung Baekhyun semakin berdebar saat ia bisa merasakan hembusan nafas Richard di bibirnya sehingga ia memilih untuk memejamkan matanya dan sedikit mencondongkan kepalanya bersiap menerima ciuman dari Richard. Tetapi—

“Tidurlah, aku tau kau lelah.” Bukan sebuah ciuman tapi bisikan dari Richard yang membuat Baekhyun langsung membuka mata kaget karena kini Richard menatap ekspresinya yang minta dicium itu.

“Anjirrrrr maluuuuuu.” Dengan pipi yang semakin memerah Baekhyun langsung memalingkan wajahnya memebelakangi Richard yang tengah terkekeh melihat hasil kejahilannya itu.

“I'll kiss you if you ask for.”


Baekhyun masih tak bisa tidur, bibirnya ia gigit karena masih merasa malu dengan kejadian beberapa menit yang lalu.

“Goblok, goblok, goblok” Begitulah batinya terus menerus karena ingin menghukum dirinya sendiri.

Suara dengkuran halus menjadi pusat perhatian Baekhyun saat ini, karena saat ia membalikan badannya, Richard sudah tertidur cukup pulas dengan tangan yang melingkari pinggangnya.

Baekhyun mengelus pipi keras itu hingga jari lentiknya menyentuh bibir plum milik Richard yang tampak menggoda. Lalu tanpa Baekhyun sadari ia mengecup singkat bibir itu dan kembali membalikan badannya sembari berbisik “Goodnight, Rich.” Dan saat itu juga pelukan Richard semakin mengencang pada pinggangnya.

Kini Baekhyun sudah berada didepan pintu kamar Richard dengan kaki yang gemetar hebat. Bukan— dia tidak gugup jika saja malam ini ia harus menelan sperma Richard, tetapi Baekhyun lebih takut jika saja ada sebuah fakta yang akan menghantui pikiran setelah pengakuan Richard malam ini.

Suara pintu yang terbuka membuyarkan pikiran tak tenang Baekhyun. Tapi siapa sangka saat pintu kamar Richard terbuka, membuat Baekhyun semakin mengucurkan keringat dingin. Bagaimana tidak, bisa-bisanya Richard membuka pintu hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya, belum lagi urat nadi yang tercetak dan bentuk v-line yang begitu dalam, bahkan bulu-bulu halus kemaluannya bisa terlihat seolah-olah tengah mengintip.

image

Tak kalah mendebarkan, jantung Richard juga ikut berdetak kencang saat Baekhyun berdiri di depan pintu kamarnya dengan paha mulus terpampang dan juga wajah cantiknya yang ia polesi sedikit makeup membuat Baekhyun tampak sexy malam ini. Sayangnya Richard membenci rambut panjangnya.

image

Tanpa basa-basi Richard langsung menarik tubuh Baekhyun, mengunci pintu kamar dan mengunci tubuh Baekhyun pada dinding. Mata Richard mengintimidasi setiap inchi tubuh mulus itu. Tangannya mulai meraba paha hingga kini menyentuh penis mungil Baekhyun dibalik baju maidnya.

“You dressed like you ready to get fuck!” Bisik Richard dengan seksi membuat sekujur tubuh Baekhyun ikut melemas dan terangsang.

“I am..” Sahut Baekhyun dan mengelus perut kotak-kotak Richard dengan sensual. Jari lentiknya bahkan memainkan pusar Richard dan perlahan turun menyentuh bulu halus kelaminnya yang mengintip.

Melihat kelakuan nakal Baekhyun, membuat Richard semakin tak sabar ingin bermain dengannya.

“Get on your knees dan ikat rambutmu!” Pinta Richard. Tanpa membantah lagi, Baekhyun langsung bersimpuh dihadapan Richard dengan wajah yang menengadah menatap tubuh besar Richard dari bawah.

image image image

“Kau mau tau tentang apa?”

“Everything, semua tentang dirimu dan ayahku.”

Mendengar jawaban dari Baekhyun, Richard hanya bisa menarik ujung kanan bibirnya dan sedikit terkekeh dengan apa yang dia dengar.

Baekhyun yang melihat reaksi Richard menjadi semakin gugup dan berusaha setenang mungkin agar dia tak kehilangan konsentrasi dan lengah terhadap setiap informasi yang Richard akan berikan kepadanya.

“Ask me a question, dan aku akan jawab setelah kau menyelesaikan tugasmu.” Richard masih berdiri dengan angkuh menatap mata sayu Baekhyun dan juga bibir yang manis itu.

“Bagaimana kau bisa bertemu dengan ayahku? Dan mengapa—”

“Uu—uu one by one sweetheart.” Seusai mendengar pertanyaan Baekhyun, Richard langsung membuka handuknya, memamerkan penisnya yang besar menegang dengan sempurna.

“Play with your hands. I wanna see how good you are at this game.” Mata Baekhyun masih menatap mata Richard, tetapi tangannya mematuhi perintah Richard untuk memainkan penisnya yang besar.

Jari jemari lentik itu memijat kepala penis milik Richard, sesekali juga Baekhyun memainkan lubang pipisnya. Saat melakukan itu yang dipikirkan Baekhyun hanyalah rasa penasaran bagaimana rasanya apakah senikmat itu hingga Richard kini mendesah kenikmatan diatasnya.

“Aku bertemu kembali dengan Matthew belum lama ini. Saat salah satu temanku merekomendasikannya sebagai clientku. Ahhh—fuck!!” Seusai mendengar informasi yang diinginkan Baekhyun, ia tak langsung menghentikan kegiatannya ia justru langsung mengulum penis besar Richard, memainkan kepala penis itu dengan lidahnya lalu memasukkan batang itu hingga menyentuh ujung tenggorokannya.

“Baek—baekhyun. Ahhh fuck!” Richard terheran-heran hingga bola matanya hampir saja keluar karena melotot. Richard masih agak sedikit kaget dengan apa yang dilakukan Baekhyun. Mengulum penisnya tanpa ada perintah darinya, tetapi kini ia tak ingin ambil pusing soal itu karena kini pikirannya sudah diluar kendali, merasakan kenikmatan yang sudah lama ia tak rasakan.

Baekhyun terus mengocok penis itu dengan handal dan mengulumnya dengan nikmat. Rambut panjang Baekhyun yang ia ikat keatas Richard manfaatkan untuk menjambak dan mendorong kepala Baekhyun agar penisnya bisa masuk sempurna kedalam rongga mulut Baekhyun.

Penis yang besar itu membuat Baekhyun sedikit tersedak hingga dirinya mengeluarkan air mata dan ujung bibirnya yang sedikit terluka. Richard yang melihat hal itu sedikit merasa kasihan terhadap Baekhyun tetapi nafsu dan birahinya mengalahkan rasa kasihan itu sehingga dirinya masih asik menghantam pinggulnya dan merasakan kenikmatan didalam rongga mulut mungil itu.

“Baek, i think i wanna cum.” Ucap Richard sebelum dirinya memuntahkan spermanya yang banyak membuat Baekhyun harus menelannya. Bahkan saking banyaknya, sperma Richard juga keluar dari sela-sela mulut Baekhyun.

“Baekhyun why—”

“Ceritakan dari awal bagaimana kau bisa mengenal ayahku, aku tak nyaman mendengar jawabanmu sambil mencercau!” Baekhyun memutar bola matanya dan bangkit berdiri menuju kamar mandi Richard untuk membersihkan wajah serta bibirnya yang penih dengan sperma Richard.

Richard hanya mematung menatap pantat sintal itu pergi menjauh sehingga ia memutuskan untuk membersihkan penisnya dan memakai boxernya. Merentangkan tubuhnya diranjang sembari menunggu Baekhyun yang masih asik dengan keran wastafelnya.

“Come here, aku akan ceritakan semuanya.” Sesaat Baekhyun kembali dari kamar mandi, Richard menepuk-nepuk space kosong diranjangnya, mengisyaratkan Baekhyun untuk ikut merebahkan tubuhnya sembari Richard bercerita. Dan saat Baekhyun merebahkan tubuhnya Richard langsung memeluk tubuh mungil itu sembari menghirup pucuk kepala Baekhyun.

“Aroma kelapa.” Baekhyun tak menyahutinya karena jantungnya sedang berdebar cukup kencang.


“Awal pertemuan kami bisa dikatakan cukup singkat dan berkesan. Sebelum temanku merekomendasikan perusahaannya untuk menjadi clientku, aku sudah bertemu dengan Matthew terlebih dahulu. Kami bertemu di pemakaman.” Baekhyun langsung menengok kearah Richard dengan tatapan yang bertanya-tanya.

“Di pemakaman?”

“Iya, tepatnya salah satu Pemakaman di New York.” Kini giliran Richard yang menatap manik Baekhyun.

“Albany Rural Cemetery. Itu adalah tempat dimana mama dimakamkan.” Baekhyun langsung memasang wajah cemberutnya mengingat kembali memori tentang mamanya.

“Your mom?”

“Iya, mama. Mama meninggal setahun setelah aku diangkat menjadi anggota FBI karena pneumonia yang dideritanya.”

“I'm sorry for your lost.” Baekhyun hanya mengangguk tetapi Richard bisa melihat aura kesedihan dimata Baekhyun.

“Lalu kenapa kau bisa memilih perusahaan ayahku sebagai rekan kerja samamu? Apa ada kaitannya dengan kau yang menyukaiku?” Mendengar pertanyaan konyol itu Richard langsung terkekeh cukup kencang sembari mengusak rambut Baekhyun.

“Aku mengenal Matthew jauh sebelum aku bertemu denganmu, dan aku memilih perusahaan Matthew karena aku melihat potensi yang menguntungkan. Bukan karena aku menyukaimu, Pretty Baekhyun” Sahut Richard dengan sedikit mencolek pipi tembam Baekhyun. Jawaban Richard itu cukup membuat pipi Baekhyun langsung memerah semerah tomat.

“Gila gue ke-GRan”

“Is there any more questions?” Richard mengangkat dagu Baekhyun sehingga ia bisa melihat dengan jelas wajah Baekhyun yang memerah karenanya. Bukan— karena Baekhyun malu sudah ke-GRan.

“Kenapa kau menyukaiku?” Itulah pertanyaan selanjutnya yang Baekhyun lontarkan kepada Richard dan membuat Richard menerbitkan senyum manisnya.

“Apakah menyukai seseorang perlu sebuah alasan? Jika iya, kau akan tau alasannya suatu saat nanti. Saat kau sudah menyukaiku seperti aku menyukaimu.” Richard mendekatkan bibirnya kearah Baekhyun. Jantung Baekhyun semakin berdebar saat ia bisa merasakan hembusan nafas Richard di bibirnya sehingga ia memilih untuk memejamkan matanya dan sedikit mencondongkan kepalanya bersiap menerima ciuman dari Richard. Tetapi—

“Tidurlah, aku tau kau lelah.” Bukan sebuah ciuman tapi bisikan dari Richard yang membuat Baekhyun langsung membuka mata kaget karena kini Richard menatap ekspresinya yang minta dicium itu.

“Anjirrrrr maluuuuuu.” Dengan pipi yang semakin memerah Baekhyun langsung memalingkan wajahnya memebelakangi Richard yang tengah terkekeh melihat hasil kejahilannya itu.

“I'll kiss you if you ask for.”


Baekhyun masih tak bisa tidur, bibirnya ia gigit karena masih merasa malu dengan kejadian beberapa menit yang lalu.

“Goblok, goblok, goblok” Begitulah batinya terus menerus karena ingin menghukum dirinya sendiri.

Suara dengkuran halus menjadi pusat perhatian Baekhyun saat ini, karena saat ia membalikan badannya, Richard sudah tertidur cukup pulas dengan tangan yang melingkari pinggangnya.

Baekhyun mengelus pipi keras itu hingga jari lentiknya menyentuh bibir plum milik Richard yang tampak menggoda. Lalu tanpa Baekhyun sadari ia mengecup singkat bibir itu dan kembali membalikan badannya sembari berbisik “Goodnight, Rich.” Dan saat itu juga pelukan Richard semakin mengencang pada pinggangnya.

Kini Baekhyun sudah berada didepan pintu kamar Richard dengan kaki yang gemetar hebat. Bukan— dia tidak gugup jika saja malam ini ia harus menelan sperma Richard, tetapi Baekhyun lebih takut jika saja ada sebuah fakta yang akan menghantui pikiran setelah pengakuan Richard malam ini.

Suara pintu yang terbuka membuyarkan pikiran tak tenang Baekhyun. Tapi siapa sangka saat pintu kamar Richard terbuka, membuat Baekhyun semakin mengucurkan keringat dingin. Bagaimana tidak, bisa-bisanya Richard membuka pintu hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya, belum lagi urat nadi yang tercetak dan bentuk v-line yang begitu dalam, bahkan bulu-bulu halus kemaluannya bisa terlihat seolah-olah tengah mengintip.

image

Tak kalah mendebarkan, jantung Richard juga ikut berdetak kencang saat Baekhyun berdiri di depan pintu kamarnya dengan paha mulus terpampang dan juga wajah cantiknya yang ia polesi sedikit makeup membuat Baekhyun tampak sexy malam ini. Sayangnya Richard membenci rambut panjangnya.

image

Tanpa basa-basi Richard langsung menarik tubuh Baekhyun, mengunci pintu kamar dan mengunci tubuh Baekhyun pada dinding. Mata Richard mengintimidasi setiap inchi tubuh mulus itu. Tangannya mulai meraba paha hingga kini menyentuk penis mungil Baekhyun dibalik baju maidnya.

“You dressed like you ready to get fuck!” Bisik Richard dengan seksi membuat sekujur tubuh Baekhyun ikut melemas dan terangsang.

“I am..” Sahut Baekhyun dan mengelus perut kotak-kotak Richard dengan sensual. Jari lentiknya bahkan memainkan pusat Richard dan perlahan turun menyentuh bulu halus kelaminnya yang mengintip.

Melihat kelakuan nakal Baekhyun, membuat Richard semakin tak sabar ingin bermain dengannya.

“Get on your knees dan ikat rambutmu!” Pinta Richard. Tanpa membantah lagi, Baekhyun langsung bersimpuh dihadapan Richard dengan wajah yang menengadah menatap tubuh besar Richard dari bawah.

image image image

“Kau mau tau tentang apa?”

“Everything, semua tentang dirimu dan ayahku.”

Mendengar jawaban dari Baekhyun, Richard hanya bisa menarik ujung kanan bibirnya dan sedikit terkekeh dengan apa yang dia dengar.

Baekhyun yang melihat reaksi Richard menjadi semakin gugup dan berusaha setenang mungkin agar dia tak kehilangan konsentrasi dan lengah terhadap setiap informasi yang Richard akan berikan kepadanya.

“Ask me a question, dan aku akan jawab setelah kau menyelesaikan tugasmu.” Richard masih berdiri dengan angkuh menatap mata sayu Baekhyun dan juga bibir yang manis itu.

“Bagaimana kau bisa bertemu dengan ayahku? Dan mengapa—”

“Uu—uu one by one sweetheart.” Seusai mendengar pertanyaan Barkhyun, Richard langsung membuka handuknya, memamerkan penisnya yang besar menegang dengan sempurna.

“Play with your hands. I wanna see how good you are at this game.” Mata Baekhyun masih menatap mata Richard, tetapi tangannya mematuhi perintah Richard untuk memainkan penisnya yang besar.

Jari jemari lentik itu memijat kepala penis milik Richard, sesekali juga Baekhyun memainkan lupang pipinya. Saat melakukan itu yang dipikirkan Baekhyun hanyalah rasa penasaran bagaimana rasanya apakah senikmat itu hingga Richard kini mendesah kenikmatan diatasnya.

“Aku bertemu dengan Matthew belum lama ini. Saat salah satu temanku merekomendasikannya sebagai clientku. Ahhh—fuck!!” Seusai mendengar informasi yang diinginkan Baekhyun, ia tak langsung menghentikan kegiatannya ia justru langsung mengulum penis besar Richard, memainkan kepala penis itu dengan lidahnya lalu memasukkan batang itu hingga menyentuh ujung tenggorokannya.

“Baek—baekhyun. Ahhh fuck!” Richard terheran-heran hingga bola matanya hampir saja keluar karena melotot. Richard masih agak sedikit kaget dengan apa yang dilakukan Baekhyun. Mengulum penisnya tanpa ada perintah darinya, tetapi kini ia tak ingin ambil pusing soal itu karena kini pikirannya sudah diluar kendali, merasakan kenikmatan yang sudah lama ia tak rasakan.

Baekhyun terus mengocok penis itu dengan handal dan mengulumnya dengan nikmat. Rambut panjang Baekhyun yang ia ikat keatas Richard manfaatkan untuk menjambak dan mendorong kepala Baekhyun agar penisnya bisa masuk sempurna kedalam rongga mulut Baekhyun.

Penis yang besar itu membuat Baekhyun sedikit tersedak hingga dirinya mengeluarkan air mata dan ujung bibirnya yang sedikit terluka. Richard yang melihat hal itu sedikit merasa kasihan terhadap Baekhyun tetapi nafsu dan birahinya mengalahkan rasa kasihan itu sehingga dirinya masih asik menghantam pinggulnya dan merasakan kenikmatan didalam rongga mulut mungil itu.

“Baek, i think i wanna cum.” Ucap Richard sebelum dirinya memuntahkan spermanya yang banyak membuat Baekhyun harus menelannya. Bahkan saking banyaknya, sperma Richard juga keluar dari sela-sela mulut Baekhyun.

“Baekhyun why—”

“Ceritakan dari awal bagaimana kau bisa mengenal ayahku, aku tak nyaman mendengar jawabanmu sambil mencercau!” Baekhyun memutar bola matanya dan bangkit berdiri menuju kamar mandi Richard untuk membersihkan wajah serta bibirnya yang penih dengan sperma Richard.

Richard hanya mematung menatap pantat sintal itu pergi menjauh sehingga ia memutuskan untuk membersihkan penisnya dan memakai boxernya. Merentangkan tubuhnya diranjang sembari menunggu Baekhyun yang masih asik dengan keran wastafelnya.

“Come here, aku akan ceritakan semuanya.” Sesaat Baekhyun kembali dari kamar mandi, Richard menepuk-nepuk space kosong diranjangnya, mengisyaratkan Baekhyun untuk ikut merebahkan tubuhnya sembari Richard bercerita. Dan saat Baekhyun merebahkan tubuhnya Richard langsung memeluk tubuh mungil itu sembari menghirup pucuk kepala Baekhyun.

“Aroma kelapa.” Baekhyun tak menyahutinya karena jantungnya sedang berdebar cukup kencang.


“Awal pertemuan kami bisa dikatakan cukup singkat dan berkesan. Sebelum temanku merekomendasikan perusahaannya untuk menjadi clientku, aku sudah bertemu dengan Matthew terlebih dahulu. Kami bertemu di pemakaman.” Baekhyun langsung menengok kearah Richard dengan tatapan yang bertanya-tanya.

“Di pemakaman?”

“Iya, tepatnya salah satu Pemakaman di New York.” Kini giliran Richard yang menatap manik Baekhyun.

“Albany Rural Cemetery. Itu adalah tempat dimana mama dimakamkan.” Baekhyun langsung memasang wajah cemberutnya mengingat kembali memori tentang mamanya.

“Your mom?”

“Iya, mama. Mama meninggal setahun setelah aku diangkat menjadi anggota FBI karena pneumonia yang dideritanya.”

“I'm sorry for your lost.” Baekhyun hanya mengangguk tetapi Richard bisa melihat aura kesedihan dimata Baekhyun.

“Lalu kenapa kau bisa memilih perusahaan ayahku sebagai rekan kerja samamu? Apa ada kaitannya dengan kau yang menyukaiku?” Mendengar pertanyaan konyol itu Richard langsung terkekeh cukup kencang sembari mengusak rambut Baekhyun.

“Aku mengenal Matthew jauh sebelum aku bertemu denganmu, dan aku memilih perusahaan Matthew karena aku melihat potensi yang menguntungkan. Bukan karena aku menyukaimu, Pretty Baekhyun” Sahut Richard dengan sedikit mencolek pipi tembam Baekhyun. Jawaban Richard itu cukup membuat pipi Baekhyun langsung memerah semerah tomat.

“Gila gue ke-GRan”

“Is there any more questions?” Richard mengangkat dagu Baekhyun sehingga ia bisa melihat dengan jelas wajah Baekhyun yang memerah karenanya. Bukan— karena Baekhyun malu sudah ke-GRan.

“Kenapa kau menyukaiku?” Itulah pertanyaan selanjutnya yang Baekhyun lontarkan kepada Richard dan membuat Richard menerbitkan senyum manisnya.

“Apakah menyukai seseorang perlu sebuah alasan? Jika iya, kau akan tau alasannya suatu saat nanti. Saat kau sudah menyukaiku seperti aku menyukaimu.” Richard mendekatkan bibirnya kearah Baekhyun. Jantung Baekhyun semakin berdebar saat ia bisa merasakan hembusan nafas Richard di bibirnya sehingga ia memilih untuk memejamkan matanya dan sedikit mencondongkan kepalanya bersiap menerima ciuman dari Richard. Tetapi—

“Tidurlah, aku tau kau lelah.” Bukan sebuah ciuman tapi bisikan dari Richard yang membuat Baekhyun langsung membuka mata kaget karena kini Richard menatap ekspresinya yang minta dicium itu.

“Anjirrrrr maluuuuuu.” Dengan pipi yang semakin memerah Baekhyun langsung memalingkan wajahnya memebelakangi Richard yang tengah terkekeh melihat hasil kejahilannya itu.

“I'll kiss you if you ask for.”


Baekhyun masih tak bisa tidur, bibirnya ia gigit karena masih merasa malu dengan kejadian beberapa menit yang lalu.

“Goblok, goblok, goblok” Begitulah batinya terus menerus karena ingin menghukum dirinya sendiri.

Suara dengkuran halus menjadi pusat perhatian Baekhyun saat ini, karena saat ia membalikan badannya, Richard sudah tertidur cukup pulas dengan tangan yang melingkari pinggangnya.

Baekhyun mengelus pipi keras itu hingga jari lentiknya menyentuh bibir plum milik Richard yang tampak menggoda. Lalu tanpa Baekhyun sadari ia mengecup singkat bibir itu dan kembali membalikan badannya sembari berbisik “Goodnight, Rich.” Dan saat itu juga pelukan Richard semakin mengencang pada pinggangnya.

Tentang The God dan asumsi dari Nakamura Hinata.

Semua percakapan pada naskah ini menggunakan bahasa Jepang yang ditulis dengan bahasa Indonesia.

Seorang wanita paruh baya kini tengah asik menata beberapa tangkai bunga dihadapannya. Peralatan acara minum teh bahkan sudah tertata rapi didepannya, karena kini ia tengah menunggu cucu kesayangannya untuk menjenguknya. Beliau adalah Nakamura Hinata, Nenek kandung Richard Park yang berdarah Jepang.

Nakamura Hinata dahulunya adalah seorang imigran ilegal akibat perang pada tahun 1945. Tepatnya saat bom atom diledakan, Hinata memilih untuk kabur dari Jepang dan mengikuti para prajurit untuk menyebrang kelautan hingga akhirnya Hinata menginjakan kakinya di pangkalan laut Korea Selatan. Tetapi siapa sangka saat itu Hinata langsung jatuh cinta pada salah satu veteran Korea Selatan yang bernama Park Hyunsuk. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah dan pada tahun 2009 Hinata dan Hyunsuk memutuskan untuk menetap di Jepang hingga sekarang.

“Nakamura-sama, cucu anda sudah datang.” Ucap salah seorang pelayan dirumah itu.

“Katakan padanya aku di Chashitsu”

“Baik!”

Chashitsu : ruangan yang dipakai untuk upacara minum teh

Sesaat pelayan itu melenggang pergi, semenit setelahnya Richard langsung memasuki Chasitsu dirumah itu dan masih dengan setelan jasnya.

image

“Selamat malam, Nenek” Sapa Richard dan membungkukkan tubuhnya.

“Selamat malam, duduklah.”

“Maaf, aku tak sempat menggunakan yukata.” Ucap Richard dan langsung bersimpuh didepan neneknya.

“Tidak apa-apa, kau datang saja sudah cukup melegakan untukku. Bersilalah, agar kau nyaman.” Richard mematuhi ucapan neneknya dan memilih untuk bersila karena ia merasa cukup tak nyaman jika harus bersimpuh menggunakan celana kain yang begitu ketat.

“Dimana kakek?”

“Dia sedang bersiap.” Richard hanya ber-oohh dengan jawaban neneknya tetapi Richard masih menampilkan senyum manisnya karena ia tak sabar ingin mencicipi teh hijau buatan neneknya.

“Minumlah.” Pinta neneknya sembari menyerahkan secangkir teh hijau hangat pada Richard.

“Bagaimana kabar George?” Tanya Hinata dan kembali menatap cucu kesayangannya itu dengan penuh cinta.

“George baik-baik saja.”

“Apa kau tak berniat mencari seorang istri? Kasian George, ia pasti kesepian jika kau tinggalkan seperti ini.”

“Nenek tau bahwa aku—”

“Nenek tau, dan nenek paham. Istri yang nenek maksud bukan hanya sesosok perempuan, tetapi seseorang yang kamu sayang dan mampu menjaga George apalagi membuat George bahagia. Berhentilah mencari dia, dari awal nenek sudah tau bahwa dia tak akan bertanggung jawab atas perbuatannya.”

“Aku belum menemukan seseorang itu nek, dan aku harap aku segera menemukannya. Aku juga ingin melihat George tertawa dengan seseorang yang tepat.”

Hinata hanya tersenyum, ia senang melihat cucunya selalu terbuka dengan kehidupan pribadinya.

“Annita sudah tiada, lalu siapa yang merawat George sekarang?”

“Aku menyewa seorang baby sitter nek, namanya Marimar.”

“Boleh nenek lihat fotonya?”

Richard meraih ponselnya dan menunjukan salah satu foto yang tadi pagi Marimar unggah di akun Twitternya.

image

“Cantik, sepertinya dia orang baik. George juga terlihat senang.”

“Iya, George juga mulai memanggilnya Mama, padahal ketika diasuh Bibi Annita George selalu rewel dan minta pulang terus. Tetapi saat bersama Marimar, George tidak pernah menanyakan dimana aku.”

“Pertahankan dia, dia sepertinya wanita yang baik.” Richard hanya tersenyum menyahuti nasihat neneknya dan kembali menaruh ponselnya di dalam saku.

“Hal apa yang ingin nenek bicarakan padaku?” Tanya Richard sembari menyesap tehnya.

“Semalam Yuta kemari menghantarkan sesuatu, aku pikir kau sudah bertemu dengannya.” Jawaban neneknya membuat Richard sedikit gemetar, jangan-jangan Yuta sudah memberitahu nenek soal ia membunuh Kentaro.

“Apa yang diantarkannya?”

“Sebuah surat.” Nenek Richard langsung meraih sebuah gulungan yang berpita emas itu dan membukanya dihadapan Richard.

“Akuma no Ko, apakah ia masih mengincarmu?”

“Jangan kau sebut dia Akuma no Ko, kita belum tau siapa dia. Bisa saja dia adalah anak kita.” Sela seorang laki-laki paruh baya yang baru saja memasuki Chashitsu dengan setelan Yukatanya.

“Jika katamu dia adalah Hyunbin, ia tak mungkin tega menyakiti anaknya sendiri, apalagi dengan cara seperti ini. Sadarlah, Hyunbin sudah lama meninggal dan kita melihat sendiri jasadnya.” Sahut Hinata dengan nada yang cukup tinggi membuat Richard kembali berfikir, apakah ia selama ini ayahnya masih hidup dan menyamar jadi The God untuk menyakitinya?

“Kau masih saja percaya dengan investigasi para polisi. Sudah kukatakan Hyunbin pasti masih hidup diluar sana. Kita hanya tak tau apa yang sedang diakukannya.”

“Berhentilah berbicara—”

“Dan kau Richard, kau sungguh bodoh! Kemana otakmu?! Bagaimana mungkin kau memiliki pemikiran untuk membunuh Kentaro?! Tskkk, kau dan ibumu sama saja! Sama-sama bodoh dan tak berguna!”

“Hyunsuk cukup!”

Richard menundukan kepalanya memikirkan perkataan kakeknya dan juga Yuta. Seharusnya Richard tak gegabah dalam mengambil keputusan yang justru akan merugikan dirinya.

“Kakek benar, aku terlalu gegabah mengambil tindakan. Seharusnya aku bisa sedikit lebih bersabar menghadapi Kentaro. Tetapi kakek, bisakah kau tidak membawa almarhum ibu lagi? Aku sedikit sakit hati mendengarnya.”

“Kenapa kau sakit hati? Ayahmu menikahi seorang Janda berkebangsaan Amerika, bahkan dia seorang kriminal yang hanya ingin mencari harta ayahmu. Kau harus tau itu.” Sorot mata Hyunsuk begitu menusuk kearah Richard. Bukan sorot kebencian yang Richard rasakan tetapi lebih sorot mata yang menunjukan amarahnya yang begitu besar terhadap almarhum ibunya.

“Hyunsuk, kau hanya memperkeruh suasana. Berhentilah membenci Hailee (Nama Alm. ibu Richard) kita belum tau pasti bagaimana kebenarannya.” Hinata memetik sebuah bunga lili pada pot bunga yang ia rangkai sabelumnya. Lalu tangkai bunga lili itu ia sematkan pada gulungan surat dari Yuta dan membakarnya diatas tungku yang masih berisi bara api.

“Temukanlah Akuma no Ko, carilah kebenaran tentang kematian kedua orang tuamu. Nenek percaya, semua ini ada sangkut pautnya. Sekarang kembalilah dan beristirahat.” Richard tak berbicara lagi ia hanya langsung berpamitan kepada kakek neneknya dan beranjak pergi dari rumah itu.

Didalam Chasitsu itu kini hanya ada Hinata yang asik meramu Teh hijaunya dan hyunsuk yang menatap kearah tungku, lebih tepatnya kearah surat yang perlahan hangus terbakar oleh bara api.

“Hinata, Kau terlalu memanjakan Richard.”

“Karena dia satu-satunya harapan yang kita punya. Bahkan aku enggan meninggalkan dunia ini sebelum aku tahu siapa pembunuh Hyunbin dan juga Hailee.”

Angin dingin yang berhembus di Kyotopun mulai masuk kedalam rumah dan meredupkan api didalam tungku itu, menyisakan beberapa kata dari surat itu yang belum habis terbakar.

“悪魔の子うすぐ戻ってきます。” Akuma no Ko akan segera kembali


Akuma no Ko = The God, dalam pemaham neneknya

Derap langkah Eja terdengar nyaring di koridor Rumah sakit. Keringatnya sudah membasahi tubuhnya akibat berlarian, tetapi hatinya begitu berbahagia ketika ia mendapatkan kesempatan itu. Tangannya dibalik jaket tipis itu memegang erat sebuah kotak. Kotak perhiasaan yang berisi sepasang cincin yang sebelumnya Eja ingin berikan kepada Ina sebelum kejadian itu menimpa mereka.

Nafasnya masih terengah-engah walau kini kakinya sudah berdiri didepan sebuah pintu rawat inap dengen nomor kamar 614. Tangan gemetarnya berusaha meraih gagang pintu itu sebelum seseorang membukanya dari dalam.

“Dateng juga lo?” Sapa ketus dari Senja dengan Ina yang terduduk di kursi roda.

“Hai—Eja” Sorot manik yang Eja sudah lama rindukan. Manik yang selalu membuat jantungnya berdetak lebih kencang, paras ayu serta kedua tangan lentik itu.

“Rooftop?” Tanya Ina.

Eja yang masih mengaggumi paras ayu Ina hanya terdiam. Debaran jantungnya semakin menjadi-jadi saat senyum itu kembali terulas, sungguh betapa Eja merindukann semua itu dan saat ini batinnya sungguh berbahagia menikmatinya.

“Eja are you okay?”

“I Miss you”


image

Kini keduanya sudah berada di rooftop rumah sakit, dengan pemandangan Kota Jakarta yang begitu indah dan terlihat damai dari atas sini. Belum lagi angin sepoi-sepoi dan juga cahaya bulan yang menyinari mereka.

“The moon is pretty, isn't it?” Ucap Eja saat memandangi bulan. Tangannya masih ia kuatkan pada pegangan kursi roda Ina, berusaha meminimalisir kegugupannya.

“Eja, sini duduk samping aku. Aku mau bicara sesuatu sama kamu.” Eja menuruti pinta Ina dan menduduki pantatnya di kursi sebelah Ina.

Sesaat matanya menatap sorot mata Ina, Eja sadar bahwa begitu banyak keputus asaan yang ia bisa rasakan.

“Eja, gimana kabar kamu?” Itulah pertanyaan pertama yang di lontarkan Ina, tetapi mata Ina masih asik menatap rembulan.

“Aku—tidak tahu. Aku bingung harus merasa baik atau tidak.” Eja menyahutinya dengan hati yang sedikit terluka mengingat keadaan Ina yang kini tak baik-baik saja, kakinya begitu bengkak, bahkan sandal seukuran kakinya pun sekan-akan sesak dipakainya.

“Jangan mengasihani aku, aku baik-baik saja.” Kini Ina menoleh, berusaha menatap mata Eja yang tak lepas dari kakinya.

“Maaf, semua ini gara-gara aku—”

“Eja!” Ina mengangkat dagu Eja agar ia bisa menatap mata yang sudah berkaca-kaca itu.

“Ini semua udah takdir.” Ina begitu tenang malam itu, seolah-olah ia sudah ikhlas dengan semua kejadian yang menimpanya, mulai dari kehilangan calon bayinya dan kini ia harus terduduk di kursi roda seperti manusia yang tak berdaya.

Eja dengan pendiriannya yang tetap merasa harus disalahkan atas semuanya berusaha untuk meraih kembali sebuah kesempatan, kesempatan untuk kembali bersama dengan Ina.

“Kamu makin tampan, dan aku akui itu. Pasti banyak diluar sana laki-laki atau perempuan yang lebih manis dariku sedang menunngumu. Oh ya, apa kau sudah punya pacar baru?”

“Ina..” Mendengar pertanyaan Ina yang diucapkan seolah-olah tanpa beban itu membuat hati Eja begitu sakit mendengarnya, bak Ina saat ini sudah terlalu mengikhlaskannya.

“Cari pacar gih, banyak tau yang nungguin kamu. Cari pacar itu yang bisa kasih kamu waktu, kasih sayang, yang bisa nemenin kamu kemana aja, bisa diajak jalan-jalan, oh ya yang bisa disayang sama orang tau kamu juga. Ga kayak aku yang ga bisa apa-apa, cuma bisa duduk di kursi roda sekarang.”

“Ina!”

“Kamu tu harus bahagia tau ja, kamu tu masih punya masa depan. Kamu tu jangan mikirin aku terus, kan kita udah putus jadi gapapa kamu cari pacar baru lagi—”

“AKU GA BISA JATUH CINTA KALO GA SAMA KAMU TAU GA!” Eja melantangkan suaranya dengan air mata yang mulai menetes dipipinya, betapa sakit hatinya saat ucapan Ina terlontar dan penuh dengan sebuah keikhlasan, tetapi dirinya membenci keikhlasan itu.

“Ga boleh gitu, katanya kalo aku bahagia kamu bakal ikhlasin aku?” Bak sebuah boomerang yang dahulu Eja lemparkan kini kembali menyerang dirinya.

“Trus kamu bahagia sekarang?” Eja mengusap air matanya, maniknya kembali menatap Ina yang masih tenang se tenang air itu.

“Aku tanya ke kamu, Apa kamu bahagia sekarang?” Ina hanya terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa. Haruskah ia berbohong agar hatinya bisa mengikhlaskan Eja ataukah ia harus jujur?

“Jawab Eja Na, Ina bahagia kah sekarang?” Ina masih membungkam mulutnya, pikirannya berkata ia harus berbohong tetapi hatinya berkata bahwa ia harus jujur dengan perasaannya. Perasaan jujur bahwa ia masih menyayangi Eja seperti dahulu, seperti disaat dirinya jatuh cinta.

“Jawab Eja, jika emang Ina bahagia sekarang, tunjukin ke Eja. Tunjukin kalo Ina bahagia!” Eja berlutut dihadapan Ina dan menggenggam tangan Ina yang dingin itu.

“Ak—Aku baha—gia kok.”

“Bohong! Ina kamu tu ga pinter bohong, Eja tau itu. Ina, dengerin Eja. Eja bakal lakuin apa aja buat bahagian Ina. Ina masih ingatkan kalo Ina punya cita-cita tinggal di Kanada? Eja bakal wujudin cita-cita Ina.” Eja memantapkan matanya menatap manik Ina dengan tangan yang ia genggam begitu kuat seakan Eja tak ingin melepaskan Ina untuk kali ini.

“Let's runaway. Cuma kita, bedua.”

Np: Run Away – Sunwoojunga

“Let's runaway, ke tempat yang hanya kita berdua yang tau. Hidup dan menua bersama.” Eja mengelus kedua tangan lentik itu dengan penuh harap dan juga kehangatan.

“Bayangkan kita berada di tempat yang lebih baik, tanpa memperdulikan norma dan ucapan orang sekitar. Hanya kita dan bagaimana kita saling mencintai, bukankah itu indah?” Eja mengecup jari-jari itu, menyalurkan keinginannya yang ingin selalu bersama Ina, kemanapun itu.

“Keliling kota Ontario, trus kamu bisa main ke theater tempat Justin Bieber dulu manggung, seperti yang kamu sering ceritain ke aku. Trus kita—”

“EJA AKU UDAH GA BISA JALAN! Kamu ngerti ga sih? Aku ga mau kamu kembali sama aku, aku cuma bakal jadi beban buat kamu. Aku ini cacat ja. Hikss, tolong ngerti ja, jangan harapin aku, kamu masih punya masa depan.”

“Dan aku mau masa depan aku sama kamu. Kamu tu ga akan pernah jadi beban aku tau ga. Kamu ya kamu, Ina dengan segala kedewasaan dan kesabarannya, Ina dengan sifat cemburuannya. Kamu tetap Ina yang yang sempurna dimataku walaupun sebagian tubuhmu tak sempurna. Aku mohon, pergilah bersamaku Ina.”

“Eja—”

“Ina aku mohon, kali ini aja. Run away with me—” Ina langsung menggeleng dengan isak tangis yang ia tahan sedari tadi.

“I can't run anymore—”

“Kamu ga perlu lari, kamu cuma perlu menuntunku kearah mana, biar aku yang berlari.” Eja semakin mengeratkan pegangannya dan juga ikatan diantara balasan tatap keduanya.

“Ina, listen. No matter what it takes, i will still love you as the day i fall in love with you.”

“Eja—”

“Kamu ga perlu jadi orang lain, kamu ga perlu merasa kecil hanya karena sekarang kamu merasa kurang. Kamu cukup jadi kamu, jadi Ina. Dan kamu, akan selalu jadi sempurna dimata aku. Bahkan untuk berpaling ke orang lain rasanya susah, hatiku tetap maunya kamu dan kamu seorang.” Eja menjeda kalimatnya, karena kini sorot matanya menatap sebuah harapan yang menggantung dari tatapan mata Ina.

Sebuah harapan bahwa Ina ingin menggantungkan hidupnya kepada dirinya. Dengan satu tarikan nafas yang panjang, Eja kembali mempertanyakan—

“Run away with me?” Ina langsung mengangguk dan mengeluarkan air matanya begitu deras.

“Yess.” Eja yang mendengar jawaban iya dari Ina langsung berbahagia hingga air matanya tak bisa ia bendungi lagi, begitu juga Ina. Setelah Ina meyakinkan hatinya ia kini memeutuskan untuk kembali menaruh kepercayaan kepada Eja, kepercayaan untuk saling mencintai seterusnya.

Eja menghapus air mata Ina dengan ibu jarinya dan perlahan ibu jari itu menyentuh bibir kenyal Ina yang sudah tampek memerah alami.

“For the sake of God, your so perfect.” Perlahan Eja mendekati bibirnya dengan bibir Ina hingga akhirnya kedua bibir itu bertautan dibawah sinar bulan yang menyinari mereka. Lumatan lembut yang mereka rindukan selama berbulan-bulan. Kehangatan dimasing-masing bibir membawa mereka kembali ke memori masa lalu, saat keduanya selalu dimabuk oleh cinta.

Hingga akhirnya Eja menghentikan ciumannya tetapi tak cukup bagi Ina hingga tanpa Ina sadari bibirnya kembali ingin menaut bibir Eja. Eja hanya terkekeh, dan tangannya ia bawa untuk meraih sebuah kotak merah didalam sakunya. Kotak cincin yang ia bawa sebelumnya.

“Marry me, please.” Eja tak perlu jawaban dari Ina, ia langsung memasangkan cincin itu dan kembali menatap Ina.

Tapi siapa sangka, bahwa saat itu Ina tersenyum begitu manis saat menatap cincin yang kini bertaut dijari manisnya. Perasaan yang Ina sudah lama tunggu tentang bagaimana kembali ia dicintai. Dicintai dengan sempurna oleh lelaki yang sudah mengubah hidupnya, oleh lelaki yang bernama Ezra Loeyandra Al-Faqih itu.

“Ezra, terimakasih sudah mencintai segala kekuranganku.”