Mau
“Bee, kamu yakin?” Wajah Eja masih panik setelah mendapatkan ajakan yang mengejutkan dari Ina itu.
“Nda, aku boong. Aku cuma bercanda doang ahh—biar kamu ga main HP mulu.” Merasa berhasil memancing Eja, Ina merasa puas dan membalikan badannya tersenyum lebar melihat wajah panik Eja, begitu juga pipi Ina yang memerah karena merasa malu. Sudah sekian lama mereka tak menyentuh tubuh masing-masing, tentu saja hal itu membuat Ina kikuk.
“Tapi bee—”
“Apa ja? Udah ah ayo bobo, aku cuma bercanda doang.” Sahut Ina dan memejamkan matanya tetapi jantungnya masih berdegup kencang.
“Tapi bee, aku udah tegang.” Ina sontak kembali membalikan tubuhnya, menatap kaget tunangannya itu dengan mata yang melotot.
“Beb...”
“Gapapa, kamu tidur aja. Aku masih bisa coli kok.” Eja langsung beranjak dari tempat tidurnya, tetapi tangannya tiba-tiba di tahan oleh Ina.
“Apaan sih ja, kita udah tunangan tapi kamunya masih coli.” Ina dengan ekspresi kesalnya menatap Eja yang berkeringat dingin itu.
“Ya kan kamunya baru sembuh bee, kamunya juga bercandaan tadi kan?”
“Siapa bilang aku cuma bercanda?”
“Lah terus?”
“Aku mau beneranlah! Ish, kan aku udah bilang aku malu. Masak aku duluan yang mulai.”
“Bee, kaki kamu gimana?”
“Lah, yang masukin kan kamu, aku mah tinggal ngangkang.”
“Bee, tapikan—”
“Banyak bacot kamu!” Ina menarik tubuh Eja paksa merekatkan bibirnya dengan bibir milik Eja. Mencium singkat bibir itu sebelum akhirnya Eja mendorong tubuh Ina, melumat bibir itu dengan lahap.
NP: Dove Cameron – Boyfriend
Eja menghisap disetiap inchi bibir manis milik Ina, mengulum lidah Ina dengan lahap hingga air liur Ina menetes membasahi dagu Ina. Air liur yang menjadi candu untuk Eja, tanpa ragu ia menjilatinya hingga bersih tanpa sisa, menggigit bibir mungil itu dan menyalurkan air liur milik Eja agar memenuhi rongga mulu Ina. Sesekali lidah Eja masuk kedalamnya, menghitung jumlah gigi Ina dan menari di langit-langit mulut Ina, rasanya menggelitik dan membuat Ina semakin turn on.
“Bee, tapi aku belum beli kondom sama lube.”
“Gausah pake kondom.”
“Nanti kalo aku keluar didalem gimana?”
“Gapapa, belum tentu jadikan...”
“Kamu yakin?”
Ina mengangguk sembari melepaskan sweaternya, menampakan puting susunya yang sudah menegang dan memerah. Perut ratanya terlihat jelas masih dengan merah-merah yang tercipta disana. Eja membencinya sehingga ia langsung menciumi merah-merah itu. Menghisapnya hingga warna merah itu semakin memerah dan membiru.
Permainan Eja baru saja dimulai, Eja menciumi leher Ina dengan ganas, meninggalkan tanda kepemilikannya yang tak terhingga. Menghirup aroma manis tunangannya dengan nikmat hingga Eja mendesah saat menghirup aroma candu itu. Jari jemarinya tentu saja tak tinggal diam, puting yang sudah membengkak itu ia pelintir, tekan dan uleni hingga Ina mendesah hebat dibawah permainannya.
“Ahhh—Eja, hmpppphhhh—”
“Moan my name babe, i like it.”
“Ehh—Zrahhh mpphhh more, please.”
Mendengar permintaan pangeran tersayangnya, Eja memilin puting Ina satunya lagi, sedangkan yang satunya ia hisap dengan ganas. Menggigit kecil puting merah itu, dengan lidahnya Eja memilin puting itu.
“Ahhh—fuckkkhh” Ina kenikmatan, hingga kepalanya mendongak, menjambak rambut Eja saat gigi itu mengigit nipplenya membuat Ina tak tahan mengeluarkan spermanya dibawah sana. Lubangnya berkedut kencang dibawah sana, mungkin sudah basah karena perlakuan Eja.
“Babe, feel me up..”
“Already?”
“Aku udah ga tahan..mphhh..” Entah sejak kapan tubuh Ina berubah menjadi sensitif seperti ini, bahkan Eja belum menyentuh lubangnya, tetap Ina sudah pelepasan.
“Bee, celana kamu basah..”
“Aku udah cum..”
Tak perlu basa basi lagi, Eja melapaskan celana tidur Ina, membuka lebar kaki Ina membuat lubang Ina yang berkedut itu terlihat sempurna. Eja meludahkan kedua jarinya sebagai pelumas alami, memaikan kedua jarinya dilubang Ina yang sudah sedari tadi memanggil-manggil untuk dimasuki. Eja memutar mutar jarinya hingga satu jari ia masukan kedalam sana.
“Ahhh—Ejaahhhh...” Itu baru satu jari saja tetapi Ina sudah mendesah hebat, bagaimana jika penisnya nanti yang masuk secara penuh? mungkin Ina akan menggila.
Eja memainkan jari tengahnya itu dengan mengeluar masukan secara perlahan, agar Ina semakin terangsang. Jari tengah itu masuk semakin mendalam, Eja bisa merasakan bagaimana otot-otot lubang itu menjepit jarinya sehingga terasa hangat. dirasa lubang itu sudah mulai beradaptasi, Eja memasukan jari telunjuknya, kembali mengoyak lubang itu dengan mengocoknya semakin kencang.
“Ahhh—Ahhh—Ejaahh—ppelan jaahh—sakit..” Eja menghiraukan ucapan Ina dan memilih mengocok lubang itu semakin ganas hingga lubang Ina berubah menjadi memerah dan mengeluarkan cairan begitu banyak. Eja masih belum puas mengocoknya karena ia belum menemukan apa yang ia cari. Hingga akhirnya Eja menyentuh sebuah benjolan didalam sana.
“Fuckhhh!!!—Disana jaaaa—aahhh” Akhirnya Eja menemukan titik itu dan mengeluarkan jarinya agak menekan lubang agar lebih lebar dan bersiap saat Eja akn memasukan penisnya.
“Ina, i'll do it gently..” Ina hanya mengangguk dan membuka kakinya lebih lebar, sehingga memudahkan Eja untuk bermain nanti.
Eja menciumi ujung jari kaki Ina, menjilatnya dan mengecupnya hingga kini ia sudah berada dipangkal paha Ina. Penis Ina yang mungil dan basah itu Eja kocok dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengocok penisnya yang sudah tegang.
“Ina, aku masuk ya..” Ucap Eja sembari mencium kening Ina.
Sebelum memasukan penisnya, Eja menjilati sedikit lubang Ina agar semakin basah dan membuat Ina tak terlalu merasa sakit saat Eja mamsukan pustakanya yang berukuran lumayan itu.
Setelah disara lubang Ina basah, Ejapun perlahan mulai memasukan miliknya, menerobos kedalam lubang kehangatan yang sudah lama ia rindukan itu.
“Ahhh—Eja udah ja, udahhh fuck,..” Ina menggenggam erat tangan Eja sehingga Eja menghentikan kegiatannya.
“Udah kenapa sayang?”
“Udah masuk kan?”
“Belum sayang, itu baru kepalanya aja?” Ina sontak kaget dan membalalakkan matanya, ia pikir milik Eja sudah masuk dengan sempurna.
“Kalo sakit—”
“Lantujkan!” Ina langsung melebarkan pipi pantatnya sehingga lubangnya terbuka cukup lebar.
Eja memasukan miliknya secara perlahan, hingga akhirnya masuk semua dengan sempurna.
“Bee, aku gerak ya?” Ina mengangguk dan membiarkan Eja menggerakkan pinggulnya. Awalnya terasa nikmat dibawah sana sehingga Ina mendesah tak terlalu kencang sampai akhirnya, Eja mnggenjot lubangnya secara brutal.
“Ahhh—ahh—Eja, deeper babe, fuckkkhh—”
“Damn bee, lubangmu sempit banget.” Eja semakin menumbuk lubang itu hingga suara benturan kulit mereka terdengar nyaring memenuhi kamar kecil itu, belum lagi suara decitan kasur akibat gerakan Eja yang semakin brutal.
“Ja, enak ja enak. Disana ja..ooohhh fuckkkhhh” Mendengar desahan seksi Ina membuat Eja semakin menghantam titik manis itu dengan brutal.
Keringat dingin membasahi tubuh mereka, Eja menggoyangkan pinggulnya dengan ritme yang cepat dan ganas membuat Ina yang berada di bawahnya hanya pasrah dan membiarkan lubang dibawahnya melonggar dan mengeluarkan cairan bening.
“Bee, aku mau keluar. Aku keluar di luar ya..”
“Jangan! Angetin aku sekali-sekali napa. Ahhhh—Eja, faster pleasehh babe. Ahhh—ahhh yeahhh..” Eja hanya pasrah dan mencium pipi Ina sembari menambahkan ritme hantamannya.
“Aku keluar—aahhhh—fuck!!” Ribuan sel sperma berhasil Eja tembakan, masuk memenuhi rahim Ina. Saking banyaknya Eja pelepasan, cairan putih itu sampai keluar dari lubang Ina.
Begitu pula dengan penis mungil Ina yang menyemprotkan spermanya, memenuhi tangan Eja yang sedari tadi mengocok penis itu. nafas Eja terengah-engah. Keringat ditubuhnya semakin banyak mengalir, begitu juga dengan Ina, matanya yang sayu, bibirnya yang membengkak membuat Ina terlihat seksi dibawah kukungan Eja.
“Cantik banget..” ucap Eja dan mencium singkat bibir Ina.
“Beb, aku mau ronde kedua.”
“Bee, kamu udah—”
“Gamau, aku mau lagi.”
“Astaghfirullah, calon ibu satu ini lagi pengen diisi ya..”
Akhirnya merekapun melanjutkannya hingga 5 ronde. Jangan ditiru ya adick-adick, tyduck baik untuk kesehatan.