HeavenKyoong

image

Setelah Luhan mengantarkan Marimar kepada Richard dan meninggalkannya begitu saja di dalam ruang tamu, Marimar hanya bisa terduduk sembari memperhatikan sekitar sebelum seorang pelayang memanggilnya.

“Permisi, dengan mbak Marimar ya?” Sapa Pelayan itu. Marimar hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

“Tuan Park meminta mbak agar segera ke ruang kerjanya. Mari saya antarkan.” Pelayan itu cukup ramah walaupun sepertinya usia pelayan perempuan itu tampak jauh lebih tua dari dirinya.

Dalam perjalanannya menuju ruang kerja Richard yang ternyata di lantai 2 rumah itu, Marimar memperhatikan setiap sudut rumah itu mencatat dikepalanya dimana saja letak cctv. Letak cctv pada rumah Richard cukup tertata rapi dan hampir tak bisa dilihat. Mungkin saja Marimar sudah melewatkan bagian cctv lainnya tetapi hal itu akan ia pikirkan lagi nanti.

Selain memperhatikan cctv Marimar juga mulai memperhatikan benda-benda antik di sepanjang rumah Richard seperti topeng binatang buas dan lukisan-lukisan dari seniman mahal.

“Ini mbak ruangannya, Tuan sudah menunggu didalam. Saya permisi.” Begitulah kata pelayan itu dan akhirnya meninggalkan Marimar yang berdiri disebuah ruangan dengan pintu mahoni itu.

Tok tok tok

“Siapa?” Sahut suara berat dari dalam sana.

“Saya.. Marimar tuan, Baby Sitter anda.” Sahut Marimar dengan suara rendahnya. Sial suara gue mirip mommy milf di anime hentai Gerutunya dalam hati.

“Masuk!”

Dengan langkah yang penuh percaya diri, Marimar masuk kedalam ruangan itu dengan tas besar yang berisi barang bawaannya.

“Permisi pak saya—”

“Buang tas itu, semua perlengkapan kamu sudah saya siapkan termasuk handphone dalaman dan baju baju lainnya.”

“Tapi pak—”

“Begitu juga dengan makeup, pembalut, skincare sudah saya siapkan. Jika kamu tidak cocok langsung laporkan ke pelayan saya. Saya tidak mau ada benda asing masuk ke rumah saya! Oh ya satu lagi, nanti cat rambut kamu. Saya ga suka warna rambut kamu!”

Marimar terdiam ia tidak bisa menolak perintah majikannya itu dan langsung menyerahkan tasnya kepada salah satu Ajudan Richard, Ajudan yang sempat memborgol dirinya di bar kemarin.

“Lepas blazer dan juga dasimu. Tinggalkan celana dan kemeja dalammu saja. Saya masih menghargai seorang wanita.” Richard masih asik menghisap cerutunya sembari menatap tabletnya tetapi mata itu sesekali melirik Marimar yang membuka blazer dan dasinya.

“Nama?”

“Iya pak?”

“Nama kamu siapa? Kalo saya tanya, jawab yang tegas dong! Itu kakinya jangan ngangkang gitu kalo berdiri, habis ga diperawanin kamu?”

Dalam hatinya Marimar hanya bisa tersenyum dan bersabar menghadapi sikap bossy Richard belum lagi kelakuan Ajudannya yang suka cari kesempatan saat mengecek isi kantong celananya.

“Maaf pak, saya tidak akan ulangi lagi.” Hanya itu yang Marimar bisa jawab.

“Nama?”

“Marimar D Xian, pak”

“Umur?”

“Dua puluh lima tahun, pak”

“Sexualities?”

“Hah? Maksudnya pak?”

“Sopan kah begitu? Jawabnya pake hah?”

“Maaf pak, saya hanya kaget.”

“Sexualities kamu apa, Hetero? Lesbian? Atau Bisexual? Masak gitu aja kamu ga paham?”

Marimar bingung harus menjawab apa. Pertanyaan ini cukup tricky baginya, kalau dia menjawab bahwa dirinya adalah seorang Heteroseksual, kemungkinan besar ia akan dimanfaatkan oleh Richard sebagai pemuas nafsunya dan kemungkinan lebih buruknya adalah Richard akan mengetahui bahwa sebenarnya ia adalah seorang lelaki. Jadi dengan pikir panjang akhirnya Marimar pun menjawab.

“Saya seorang Lesbian pak, dan saya sudah memiliki kekasih.”

Richard justru mendecih saat mendengar jawaban Marimar itu.

“Cihh sudah saya duga, pantesan tepos gitu. Beso akan saya belikan obat penambah hormon ya. Saya sudah tertipu sama foto kamu.”

“Maksud bapak?”

“Jangan panggil saya bapak, saya ga pernah nikah sama ibu kamu. Panggil saya Tuan. Satu lagi, mulai beso kamu ga boleh pakai celana. Usahakan pakai rok. Kamu masih bisa main sosial media tapi saya akan tetap pantau handphone kamu. Mengerti?”

“Mengerti pak—maksud saya Tuan. Tapi maaf tuan, maksud tuan akan memberikan saya obat penambah hormon itu apa ya?”

“Loh kamu tidak baca di kontrak yang kamu tanda tangan tadi pagi?”

“Ba-baca tuan” Sial gue ga baca lagi, main tanda tangan aja

“Ya disana sudah dijelaskan dengan sejelas-jelasnya, kenapa kamu bertanya lagi?”

“Maaf tuan, saya mungkin melewatkannya.”

“Selama 3 tahun ini anak saya hanya dapat sufor, dia tidak pernah dapat ASI. Jadi tugas kamu nanti memberikannya ASI.”

What—The actual—Fuck?

Marimar terdiam ia benar-benar bodoh karena tak membaca lembaran kontrak yang diberikan mas Luhan pagi tadi sebelum ia ke rumah Richard.

image

Mingming masih asik menatap Ina yang tengah terlelap. Sebelumnya, Ina sempat hampir pingsan mungkin karena kelelahan karena dari semalam ia tak henti-hentinya menangis, memikirkan Eja yang perlahan mulai melepaskannya.

Setelah diberi beberapa kapsul obat akhirnya Ina mulai terlelap dengan sejuknya.

“Coba aja na, dulu aku ga pindah sekolah, dan kekeh ngejar-ngejar kamu sampe kamu bisa jatuh cinta sama aku. Mungkin sekarang kamu udah ketawa-ketawa sama aku. Tapi ya gimana, hati kamu keras kayak batu.” Mingming mengelus surai halus milik Ina hingga jari-jemarinya turun menyentuh bibir Ina, mengelus bibir itu dengan lembut dan degupan jantung yang berdebar.

“Ina, maaf tapi—” Mingming langsung mengecup bibir Ina singkat sebelum ia mengalihkan wajahnya karena tersipu malu. Walaupun begitu, hati mingming tetap merasakan kesakitan yang tak bisa ia obati seklipun dengan ciuman tadi. Karena faktanya Ina tak akan pernah bisa mencintainya lebih dari seorang teman.

Musik lembut masih asik mengalun, memenuhi kamar Ina. Mingming yang tak bisa diam akhirnya beranjak mengitari ruangan itu hingga matanya menyorot sebuah buku diary berwarna ungu dengan kunci dan gemboknya.

Awalnya mingming enggan menyentuh diary itu karena itu merupakan salah satu privasi Ina, tetapi rasa penasarannya lebih kuat, terlebih lagi kini Ina tengah tertidur pulas. Jadi dengan segan, mingming meraih buku diary itu dan membukanya.

Saat membuka buku diary itu, ada beberapa lembaran foto yang tertempel di setiap bagiannya dan juga sebuah tulisan disebelah fotonya. Pada lembaran awal diary itu hanya berisi kisah masa-masa sekolahnya, bahkan mingming bisa menemukan foto dirinya yang tengah menangis karena nasi gorengnya diambil oleh Ina.

Mingming terkekeh mengingat kembali hal itu, klasik, tetapi sungguh berbekas bagi mingming. Hingga akhirnya mingming membuka lembaran tengah, pada lembaran tengah Ina mulai menceritakan tentang Eja.

image Dear Eja, We used to be bad budies. But now We're a Lover

image Ini gue, yang selalu kepo sama lo, selalu cari cara buat “mengolok-olok” lo dan entah berapa kali gue jailin lo, lo ga pernah ada niat buat nyakitin gue secara fisik.

image Salah satu kejailan gue sama lo. Tapi kadang gue heran sama lo ja, badan lo gede tapi gue takut-takutin pke tikus karet lo paniknya minta ampun sampe lompat ke sofa :'D

image Remember this? Lo tiap kalah main PS sama gue, lo ga pernah mukul nampol dan nyakitin gue secara fisik. Beda kalo lo kalah sama Senja lo ga segan mukul dia pake stik PS bahkan Senja kepalanya sampe benjol. You always treat me like i'm a fragile.

image That time pas lo dateng ke rumah, entah kenapa pas lo senyum ke gue, jantung gue langsung deg-degan. Awalnya gue pikir gue sakit ternyata saat itu gue udah mulai suka sama lo, belum lagi lo selalu treat gue baik dan bahkan lo sering perhatian sama gue. (Gambar diambil dari insta story Senja)

image Banyak rintangan ya ja, sampe akhirnya kamu jadi milik aku. Aku harus ngerasa up and down waktu itu antara yakin kamu suka sama aku atau engga. Sampai akhirnya di Bali kamu ungkapin rasa sayang kamu sama aku. But Also that time, didalam tubuh gue ada yang mengganjal.

image Bali is my home, also you.

This is about how deep i'm falling for you. Everytime i look at you it's like i just look at my whole world. Kamu duniaku dari sekarang hingga seterusnya. image image image image Sumber Instastory Senja

Mingming tersenyum getir melihat bagaimana gambar Ina saat menatap Eja, layaknya tengah menatap dunia yang begitu indah. Terkadang mingming ingin sekali di posisi Eja bisa mendapatkan tatapan yang cantik itu. Hatinya sakit sekaligus kaget saat melihat sebuah Kertas yang terlipat terjatuh dari buku diary itu.

Mingming perlahan membuka kertas itu dan melihat sebuah hasil USG yang sungguh aneh. Bukan, bukan hasil USG janin, mingming tau bagaimana bentuk print USG kehamilan. Hingga mata mingming terkejut saat melihat tulisan dibaliknya.

Gue pikir ini penyakit yang normal, ternyata gue kelainan. Gue ga tau harus ngomong ke siapa lagi. Bahkan gue harus bohong ke keluarga kalo gue punya penyakit jantung, selama ini badan gue lemah dan gampang pingsan ternyata perlahan gue mulai punya rahim. God, but why me? Dari sekian banyaknya lelaki didunia ini.

Mingming kembali shock dengan tulisan Ina dan membaca kertas itu perlahan dan benar saja tubuh Ina mulai berkembang sebuah rahim dari 3 tahun yang lalu dan itu tandanya...

“Jadi Ina seorang carier?” Tak sampai sana, mingming semakin kaget saat melihat lembaran belakang diary itu.

image OMG ja, bisa-bisanya kita lupa pake pengaman :'D

image Ini artinya negatif kan? Gue ga tau mau ngomong ke siapa lagi soal ini. Tapi kata gue nagatif sih ini, itu kan garisnya cuma 1 wkwkwk :D

Hari ini ultah Senja dan bisa-bisanya kamu ga dateng ja padahal gue mau cerita sesuatu sama lo. Gue ga tau, ini karena stress atau hal lain tapi, gue pendarahan hebat. Gue takut gue ga tau mau cerita ke siapa, gue cuma bisa di kamar ja.

image Thanks ming, udah dateng dan buat gue sesaat lupa tentang hal itu.

“Ina, lo keguguran?” Miming hanya bisa berbisik lembut dan menutup buku diary itu. Sorot matanya kembali menatap Ina yang masih terlelap, tetapi tak lama air mata mingming jatuh juga. Memikirkan semua hal yang terjadi selama ini dengan Ina. ina yang ia kenal sebagai periang menyimpan rahasia yang begitu menyakitkan.

image

Setelah mendapatkan pesan tersebut, Chanyeol yang semula berada di tempat kerjanya langsung menancapkan gasnya untuk bertemu suami tercintanya. Hatinya sungguh berdebar kencang, belum lagi pikiran kotornya yang memikirkan dada putih dan mulus milik suaminya. Suasana Kota yang melenggang kembali membanjiri pikirannya tentang keraguan batinnya, tentang haruskah ia memberikannya atau tidak. Pasalnya 4 tahun terakhir setelah Baekhyun pingsan di hari pernikahan mereka, Baekhyun telah di diagnosis menderita penyakit Happy Heart Syndrome.

Happy Heart Syndrome (sindrom penyakit jantung yang disebabkan rasa senang) merupakan sebuah penyakit jantung yang berkembang dari takotsubo syndrome, atau broken heart syndrome (sindrom penyakit jantung yang disebabkan kesedihan). Penderita Happy Heart Syndrome biasanya akan mengalami hal yang sama seperti takotsubo syndrome,misalnya: Pingsan, mata berkunang-kunang atau bahkan lebih parahnya bisa menyebabkan kematian. Bedanya Happy Heart Syndrome terjadi ketika si penderita merasakan sebuah kebahagian atau kesenangan, semakin si penderita bahagia maka gejala Happy Heart Syndrome semakin parah bahkan bisa menyebabkan kematian tersebut.

Semenjak Baekhyun di diagnosis syndrome itu, Chanyeol menjadi lebih mawas diri untuk menjaga Baekhyun, bahkan Chanyeol harus berpura-pura bersikap dingin dan terkesan cuek di depan suaminya walaupun dalam hatinya ia tak tega melakukan hal itu apalagi harus melihat lengkungan pada bibir manis Baekhyun. Setelah berfikir panjang akhirnya Chanyeolpun memutuskan untuk memutar mobilnya.


Suara gemericik air terdengar nyaring ditelinga Chanyeol, dengan penasaran Chanyeolpun mengikuti suara gemericik itu hingga menuntun langkahnya menuju kamar mandi milik Baekhyun yang terbuka dengan lebar. Baekhyun yang tengah mandi dengan kaos yang masih menutupi bagian atasnya sedangkan bawahnya hanya terlanjang bulat hingga penis mungilnya yang mengkerut terpampang jelas dimata Chanyeol, dan juga tak lupa pantat sintal Baekhyun yang begitu Indah.

image

Selama 4 tahun masa pernikahan mereka, Chanyeol tak pernah sekalipun menyentuh tubuh Baekhyun. Bagaimana ia bisa menyentuhnya? Bahkan saat tidurpun Chanyeol harus pisah ranjang dengan suaminya, sekalinya Chanyeol ingin memeluk Baekhyun, ia harus menunggu Baekhyun dengan kondisi yang terlelap seperti sedang tak sadarkan diri. Chanyeol hanya takut satu hal, Chanyeol takut Baekhyun bahagia.

“Mas..” Baekhyun kini sudah tersadar ada seorang lelaki yang tengah menatapnya mandi. Bukan mandi, lebih tepatnya ia ingin menggoda suaminya itu. Chanyeol masih mematung diambang pintu kamar mandi Baekhyun dengan tatapan dinginnya, tetapi jantungnya begitu berdebar saat ia melihat dengan jelas puting Baekhyun yang menyembul dari balik kaos putih yang basah itu.

Baekhyun tahu jelas Chanyeol tak mungkin tak nafsu melihat tubuh polosnya dan ia tau dimana mata itu tengah terfokus. Jari jemari lentiknya meraba dadanya, menyentuh putingnya yang menyembul itu, jari tengahnya ia gunakan untuk merangsang putingnya memutar dan sesekali menekan. Bibir mungilnya terbuka sengaja mengeluarkan desahan pelan yang cukup merangsang dirinya.

“Mashh—“ Tangan kirinya kini mulai menurun, satu jari ia masukan ke dalam lubangnya dan mengocoknya pelan.

“Masshh mpphhh—ahh” desahan itu semakin liar Baekhyun lanturkan tetapi tatapan Chanyeol masih kosong dan dingin.

“Mashhh aku mohon mphh—sekali saja, aku sungguh ingin.” Baekhyun melepas kosokan lubangnya, dan tangan kirinya mulai menyentuh penis mungilnya.

“Promise me, jangan merasa bahagia? Bahkan saat kau pelepasan?”

“Then torture me, sakiti saja lubangku aku tak masalah mashh aku mohon.” Melihat Baekhyun dengan mata sayunya memohon membuat Chanyeol tak tega dan langsung menggendong tubuh Baekhyun, membantingnya ke ranjang milik Baekhyun.

Chanyeol merobek kaos basah milik Baekhyun dan membuangnya kesembarang arah. Jari-jari besar Chanyeol langsung mencubit puting milik Baekhyun, mencubit, memilin dan menekannya.

“Ahh—mashh mpphh”

“Jangan merasa puas Baekhyun! I Fucking hates you!” Chanyeol langsung meraup puting Baekhyun dan menghisapnya sedangkan tangan satunya masih asik mencubit, memilin dan menekan puting itu hingga puting milik Baekhyun memerah dibuatnya.

Tangan Baekhyun tak diam, ia diam-diam mengocok penisnya tetapi saat Chanyeol mengetahuinya, Chanyeol langsung menampiskan tangan itu.

“Kenapa mas?”

“I told you, jangan merasa puas!” Chanyeol langsung membalik badan Baekhyun, menampar lalu meremas pipi pantat itu.

Chanyeol merobek kemejanya, membuka celananya hingga ia terlanjang bulat. Chanyeol membuka lebar pipi pantat Baekhyun, memainkan kepala penisnya mengitari lubang yang sempit itu, bahkan ia tak melakukan foreplay pada lubang suami mungilnya.

“Mashh—“

“I’ll do what you ask..” Chanyeol langsung memasukan penisnya, tangan Baekhyun menggenggam erat selimut muliknya saat penis besar Chanyeol masuk menyeluruh kedalam lubangnya yang bahkan tak diberi pelicin sedikitpun.

Chanyeol bisa melihat lubang itu sedikit mengeluarkan darah, hatinya tersayat, sungguh. Tetapi ia tak bisa memuaskan Baekhyun dengan lembut karena itu akan membuat Baekhyun bahagia.

Chanyeol tak ingin melihatnya jadi ia memilih untuk menutup matanya, sedangkan Baekhyun dibawah sana jantungnya berdetak sungguh kencang dan bahkan air matanya sudah menetes deras.

“Ahhhh—“ Chanyeol mengerang hebat saat seluruh penisnya masuk, dijepit dan dipijat oleh otot-otot lubang sempit milik Baekhyun. Chanyeol mulai menggerakan pinggulnya, mengocok hebat lubang sempit itu dengan brutal.

“Fuckkkhh—“ Sedari tadi Chanyeol tak berhenti mencercau kenikmatan.

“Mas kenapa???”

“Mpphhh ohh yeahhh fuchhh ohh Godhhh—“ Chanyeol tak menghiraukan Baekhyun yang sedari tadi bertanya kenapa dan kenapa sembari menangis.

image Full video di akun @ParkCandy6104

“Mas kenapa kau membawanya kemari?”

“Kenapa kau melakukannya didepanku?”

“Apakah aku sehina itu?”

“Apakah aku pantas disakiti karena penyakitku?”

“Atau apakah kamu melakukan semua itu karena penyakitku?”

Chanyeol masih berusaha mencari kenikmatannya dan menghiraukan pertanyaan Baekhyun, suara itu terdengar semu ditelinganya, pertanyaan itu seolah-olah terdengar nyata atau hanya sebuah suara yang bergeming di kepalanya.

“Jawab aku mas..”

“Baekhh Hyunahh—Please, shut up fuckkhh ahhh—“

Chanyeol semakin mengguncang tubuh Baekhyun dengan hentakannya, matanya masih terpejam menikmati penisnya yang membesar didalam sana.

“Mas, do you love me?”

“Yess i do, Alwayss ahhh mphhh. I Love you, baekhyunhh ahhh fuckkhh.”

“Lalu mengapa kau membunuhku?” Tepat saat pelepasannya, Chanyeol langsung membuka matanya. Sorot matanya langsung menatap kebawah melihat bagaimana tangannya penuh dengan cairan sperma yang kelaur dari penisnya begitu banyak. Air mata Chanyeol langsung mengalir dengan deras membasahi pipinya.

“Baekhyunahhh—I’m sorry hikkss mas minta maaf. Arrrghhhhhh ha ha ha hikss” Chanyeol langsung menangis meraung meraih bantal milik Baekhyun yang berada disebelahnya, memeluk bantal itu dengan erat dan menghirup aroma manis milik almarhum suami mungilnya itu.

Hari ini adalah tepat hari ketujuh saat berpulangnya Baekhyun ke Yang Maha Kuasa. Selama tujuh hari Chanyeol mengurungkan dirinya dikamar Baekhyun, menyesali perbuatannya waktu itu. Bahkan setiap malam Chanyeol masih selalu dihantui rasa bersalah. Salah satunya seperti yang baru saja terjadi pada dirinya, ketika Chanyeol mulai membayangkan jika saja waktu itu, waktu Baekhyun meminta sex untuk pertama kalinya. Kalau saja Chanyeol memutar mobilnya kerumah saat itu maka detik ini ia tak mungkin kehilangan Baekhyun, mungkin saja Baekhyun sedang terlelap cantik dengan selimut bergambar strawberry kesayangannya.

Kalau saja waktu itu Chanyeol tidak memutar mobilnya ke club malam untuk minum minuman beralkohol dan membawa pulang seorang jalang untuk memuaskan nafsunya. Tapi bagaimana nasib sial itu ia hindari lagi, nasi sudah jadi bubur saat Chanyeol bercinta dengan jalang itu dan membuat Baekhyun yang melihatnya langsung shock dan meninggal ditempat karena serangan jantung.

Chanyeol benar-benar menyesali perbuatan dan pilihannya itu. Beberapa kali Chanyeol selalu berfantasi bahwa ia tengah bercinta dengan baekhyun, parahnya ia bahkan hampir pernah memotong penisnya karena penyeselannya, terkadang ia merasa jijik dengan dirinya sendiri yang kotor. Bukan hanya itu saja, Chanyeol juga hampir bunuh diri dengan menorehkan silet pada pergelangan tangannya dan bahkan juga sebuah tali untuk menggantung dirinya, tetapi semua itu selalu berhasil dihalangi oleh Sehun sahabatnya.

“Baekhyunahh—mas minta maaf, mas pantas untuk dibunuh, mas pantas untuk mati, mas tak pantas untuk hidup. Baekhyunahh jemput mas, mas mohon ajak mas ke surga juga. Jangan biarkan mas sendiri didunia ini, jemput mas Baekhyun, Jemput mas, mas mohon haaaahaaahaaa” Raungan tangisan Chanyeol semakin menggema.

Sehun yang berada dikamar bawah langsung berlari menuju kamar Chanyeol untuk menghalangi niat gila mengakhiri hidupnya. Tetapi syukurnya saat Sehun sampai dikamar Baekhyun, Sehun hanya melihat Chanyeol dengan tubuh telanjangnya yang tengah memeluk bantal Baekhyun dan menangis meraung menyebut nama Almarhum suaminya itu. Sehun mulai mendekati Chanyeol, dan mengelus punggung sahabatnya yang penuh bekas luka yang masih basah akibat Chanyeol yang sering menyiksa dirinya sendiri dengan menoreh kukunya pada punggungnya.

“Udah yeol, udah. Jangan disesalin terus, nanti Baekhyun ga tenang disana.” Mendengar suara sahabatnya itu Chanyeol meredakan tangisannya.

“Keluar! gue butuh istirahat.” Bak seseorang yang kerasukan, suara parau Chanyeol terdengar begitu mengerikan saat memerintahkan Sehun untuk keluar. Tak ada yang Sehun bisa lakukan lagi selain mengiyakan keinginannya dan memilih untuk meninggalkan Chanyeol sendirinya.


NP: Ghost – Justin Bieber

Pukul 02.00 Dini hari

Rumah Chanyeol tampak sepi, sepertinya Sehun sudah terlelap tidur dan hal itu Chanyeol manfaatkan untuk bersiap. Ia mengantongi sebuah minuman beralkohol tinggi dan juga sebuah kotak kecil entah apa didalamnya, we never know.

Dengan setelan serba hitam dan juga bunga mawar putih yang ia ambil dari kebun tetangganya, Chanyeol langsung melajukan mobilnya begitu kencang kearah makam Baekhyun.

Hujan mengguyur cukup deras membasahi kota, dengan ditemani radio dini hari suara mobil Chanyeol berhasil membelah dikeheningan kota. Dalam perjalanannya sesekali Chanyeol berhenti untuk menangis dan memukul kepalanya dengan keras pada stir mobil. Bahkan ia sempat mau menabrakan dirinya ke sebuah truk dari berlawan arah sebelum ia kembali sadar tujuannya pergi ke makam Baekhyun. Jam sudah menunjukan pukul 3 dini hari dan hujan serta badainya masih asik mengguncang kota tetapi Chanyeol tetap melajukan kendaraannya hingga akhirnya ia sampai ditempat tujuan .

Sesampainya di makam Baekhyun, Chanyeol langsung duduk bersimpuh dan menaruh rapi bunga mawar putih itu diatas gundukan tanah yang basah karena guyuran hujan itu. Tak peduli dengan hujan yang membasahi tubuhnya, Chanyeol tersenyum mengusap batu nisan Baekhyun. Sesekali Chanyeol mencium batu nisan itu sebelum ia tertidur diatas gundukan tanah makan suaminya sembari bercerita.

“Hyun tau ga, mas itu punya cita-cita ajak kamu ke Belanda, kita menyusuri Kanal Amsterdam trus kita ke Desa Kinderdijk liat kincir angin, trus kita ke museum Anne Frank wujudin cita-cita kamu. Tapi maaf ya, gara-gara mas juga kamu ga bisa wujudin segalanya, mas jga minta maaf ya udah kirim kamu ke surga duluan.” Chanyeol meraup tanah basah itu dan menghirup aromanya sembari menangis.

“Sayang, kamu ga perlu khawatir lagi, kamu ga perlu takut sendiri lagi, kamu ga perlu datengin mas lagi malem-malem cuma mau minta peluk. Kamu tenang aja hyun bentar lagi mas nyusul kok, mau liat surga bareng kamu, mau temenin kamu di surga sana, mau muasin kamu kayak yang kamu minta terakhir kalinya sama mas. Mas janji, ga bakal ninggalin kamu disurga sana hyun. Mas sayang banget sama kamu hyun, I Love You.” Berucapnya kata I love you, Chanyeol langsung meraih minuman dari saku jaketnya, dan menegak minuman itu hingga tak tersisa sedikitpun.

“I love you Hyun. Always and forever.” Chanyeol kembali merebahkan kepalanya pada makam Baekhyun, membiarkan tetesan air hujan membasahi kulitnya.

Kotak yang ia bawa tadi ia keluarkan, ternyata ada sebuah silet kecil didalamnya. Chanyeol mengambil silet itu dan menorehkannya tepat pada pergelangan tangannya, motong nadinya dan mengeluarkan darah yang begitu banyak berceceran mengotori makam Baekhyun. “Baekhyun, aku mencintaimu. Ayo bertemu di kehiduapan selanjutnya.” Ucap Chanyeol sebelum ia benar-benar menutup matanya.

End


© HeavenKyoong

![image](https://i.imgur.com/arfl8YT.jpg?

Setelah mendapatkan pesan tersebut, Chanyeol yang semula berada di tempat kerjanya langsung menancapkan gasnya untuk bertemu suami tercintanya. Hatinya sungguh berdebar kencang, belum lagi pikiran kotornya yang memikirkan dada putih dan mulus milik suaminya. Suasana Kota yang melenggang kembali membanjiri pikirannya tentang keraguan batinnya, tentang haruskah ia memberikannya atau tidak. Pasalnya 4 tahun terakhir setelah Baekhyun pingsan di hari pernikahan mereka, Baekhyun telah di diagnosis menderita penyakit Happy Heart Syndrome.

Happy Heart Syndrome (sindrom penyakit jantung yang disebabkan rasa senang) merupakan sebuah penyakit jantung yang berkembang dari takotsubo syndrome, atau broken heart syndrome (sindrom penyakit jantung yang disebabkan kesedihan). Penderita Happy Heart Syndrome biasanya akan mengalami hal yang sama seperti takotsubo syndrome,misalnya: Pingsan, mata berkunang-kunang atau bahkan lebih parahnya bisa menyebabkan kematian. Bedanya Happy Heart Syndrome terjadi ketika si penderita merasakan sebuah kebahagian atau kesenangan, semakin si penderita bahagia maka gejala Happy Heart Syndrome semakin parah bahkan bisa menyebabkan kematian tersebut.

Semenjak Baekhyun di diagnosis syndrome itu, Chanyeol menjadi lebih mawas diri untuk menjaga Baekhyun, bahkan Chanyeol harus berpura-pura bersikap dingin dan terkesan cuek di depan suaminya walaupun dalam hatinya ia tak tega melakukan hal itu apalagi harus melihat lengkungan pada bibir manis Baekhyun. Setelah berfikir panjang akhirnya Chanyeolpun memutuskan untuk memutar mobilnya.


Suara gemericik air terdengar nyaring ditelinga Chanyeol, dengan penasaran Chanyeolpun mengikuti suara gemericik itu hingga menuntun langkahnya menuju kamar mandi milik Baekhyun yang terbuka dengan lebar. Baekhyun yang tengah mandi dengan kaos yang masih menutupi bagian atasnya sedangkan bawahnya hanya terlanjang bulat hingga penis mungilnya yang mengkerut terpampang jelas dimata Chanyeol, dan juga tak lupa pantat sintal Baekhyun yang begitu Indah.

image

Selama 4 tahun masa pernikahan mereka, Chanyeol tak pernah sekalipun menyentuh tubuh Baekhyun. Bagaimana ia bisa menyentuhnya? Bahkan saat tidurpun Chanyeol harus pisah ranjang dengan suaminya, sekalinya Chanyeol ingin memeluk Baekhyun, ia harus menunggu Baekhyun dengan kondisi yang terlelap seperti sedang tak sadarkan diri. Chanyeol hanya takut satu hal, Chanyeol takut Baekhyun bahagia.

“Mas..” Baekhyun kini sudah tersadar ada seorang lelaki yang tengah menatapnya mandi. Bukan mandi, lebih tepatnya ia ingin menggoda suaminya itu. Chanyeol masih mematung diambang pintu kamar mandi Baekhyun dengan tatapan dinginnya, tetapi jantungnya begitu berdebar saat ia melihat dengan jelas puting Baekhyun yang menyembul dari balik kaos putih yang basah itu.

Baekhyun tahu jelas Chanyeol tak mungkin tak nafsu melihat tubuh polosnya dan ia tau dimana mata itu tengah terfokus. Jari jemari lentiknya meraba dadanya, menyentuh putingnya yang menyembul itu, jari tengahnya ia gunakan untuk merangsang putingnya memutar dan sesekali menekan. Bibir mungilnya terbuka sengaja mengeluarkan desahan pelan yang cukup merangsang dirinya.

“Mashh—“ Tangan kirinya kini mulai menurun, satu jari ia masukan ke dalam lubangnya dan mengocoknya pelan.

“Masshh mpphhh—ahh” desahan itu semakin liar Baekhyun lanturkan tetapi tatapan Chanyeol masih kosong dan dingin.

“Mashhh aku mohon mphh—sekali saja, aku sungguh ingin.” Baekhyun melepas kosokan lubangnya, dan tangan kirinya mulai menyentuh penis mungilnya.

“Promise me, jangan merasa bahagia? Bahkan saat kau pelepasan?”

“Then torture me, sakiti saja lubangku aku tak masalah mashh aku mohon.” Melihat Baekhyun dengan mata sayunya memohon membuat Chanyeol tak tega dan langsung menggendong tubuh Baekhyun, membantingnya ke ranjang milik Baekhyun.

Chanyeol merobek kaos basah milik Baekhyun dan membuangnya kesembarang arah. Jari-jari besar Chanyeol langsung mencubit puting milik Baekhyun, mencubit, memilin dan menekannya.

“Ahh—mashh mpphh”

“Jangan merasa puas Baekhyun! I Fucking hates you!” Chanyeol langsung meraup puting Baekhyun dan menghisapnya sedangkan tangan satunya masih asik mencubit, memilin dan menekan puting itu hingga puting milik Baekhyun memerah dibuatnya.

Tangan Baekhyun tak diam, ia diam-diam mengocok penisnya tetapi saat Chanyeol mengetahuinya, Chanyeol langsung menampiskan tangan itu.

“Kenapa mas?”

“I told you, jangan merasa puas!” Chanyeol langsung membalik badan Baekhyun, menampar lalu meremas pipi pantat itu.

Chanyeol merobek kemejanya, membuka celananya hingga ia terlanjang bulat. Chanyeol membuka lebar pipi pantat Baekhyun, memainkan kepala penisnya mengitari lubang yang sempit itu, bahkan ia tak melakukan foreplay pada lubang suami mungilnya.

“Mashh—“

“I’ll do what you ask..” Chanyeol langsung memasukan penisnya, tangan Baekhyun menggenggam erat selimut muliknya saat penis besar Chanyeol masuk menyeluruh kedalam lubangnya yang bahkan tak diberi pelicin sedikitpun.

Chanyeol bisa melihat lubang itu sedikit mengeluarkan darah, hatinya tersayat, sungguh. Tetapi ia tak bisa memuaskan Baekhyun dengan lembut karena itu akan membuat Baekhyun bahagia.

Chanyeol tak ingin melihatnya jadi ia memilih untuk menutup matanya, sedangkan Baekhyun dibawah sana jantungnya berdetak sungguh kencang dan bahkan air matanya sudah menetes deras.

“Ahhhh—“ Chanyeol mengerang hebat saat seluruh penisnya masuk, dijepit dan dipijat oleh otot-otot lubang sempit milik Baekhyun. Chanyeol mulai menggerakan pinggulnya, mengocok hebat lubang sempit itu dengan brutal.

“Fuckkkhh—“ Sedari tadi Chanyeol tak berhenti mencercau kenikmatan.

“Mas kenapa???”

“Mpphhh ohh yeahhh fuchhh ohh Godhhh—“ Chanyeol tak menghiraukan Baekhyun yang sedari tadi bertanya kenapa dan kenapa sembari menangis.

image Full video di akun @ParkCandy6104

“Mas kenapa kau membawanya kemari?”

“Kenapa kau melakukannya didepanku?”

“Apakah aku sehina itu?”

“Apakah aku pantas disakiti karena penyakitku?”

“Atau apakah kamu melakukan semua itu karena penyakitku?”

Chanyeol masih berusaha mencari kenikmatannya dan menghiraukan pertanyaan Baekhyun, suara itu terdengar semu ditelinganya, pertanyaan itu seolah-olah terdengar nyata atau hanya sebuah suara yang bergeming di kepalanya.

“Jawab aku mas..”

“Baekhh Hyunahh—Please, shut up fuckkhh ahhh—“

Chanyeol semakin mengguncang tubuh Baekhyun dengan hentakannya, matanya masih terpejam menikmati penisnya yang membesar didalam sana.

“Mas, do you love me?”

“Yess i do, Alwayss ahhh mphhh. I Love you, baekhyunhh ahhh fuckkhh.”

“Lalu mengapa kau membunuhku?” Tepat saat pelepasannya, Chanyeol langsung membuka matanya. Sorot matanya langsung menatap kebawah melihat bagaimana tangannya penuh dengan cairan sperma yang kelaur dari penisnya begitu banyak. Air mata Chanyeol langsung mengalir dengan deras membasahi pipinya.

“Baekhyunahhh—I’m sorry hikkss mas minta maaf. Arrrghhhhhh ha ha ha hikss” Chanyeol langsung menangis meraung meraih bantal milik Baekhyun yang berada disebelahnya, memeluk bantal itu dengan erat dan menghirup aroma manis milik almarhum suami mungilnya itu.

Hari ini adalah tepat hari ketujuh saat berpulangnya Baekhyun ke Yang Maha Kuasa. Selama tujuh hari Chanyeol mengurungkan dirinya dikamar Baekhyun, menyesali perbuatannya waktu itu. Bahkan setiap malam Chanyeol masih selalu dihantui rasa bersalah. Salah satunya seperti yang baru saja terjadi pada dirinya, ketika Chanyeol mulai membayangkan jika saja waktu itu, waktu Baekhyun meminta sex untuk pertama kalinya. Kalau saja Chanyeol memutar mobilnya kerumah saat itu maka detik ini ia tak mungkin kehilangan Baekhyun, mungkin saja Baekhyun sedang terlelap cantik dengan selimut bergambar strawberry kesayangannya.

Kalau saja waktu itu Chanyeol tidak memutar mobilnya ke club malam untuk minum minuman beralkohol dan membawa pulang seorang jalang untuk memuaskan nafsunya. Tapi bagaimana nasib sial itu ia hindari lagi, nasi sudah jadi bubur saat Chanyeol bercinta dengan jalang itu dan membuat Baekhyun yang melihatnya langsung shock dan meninggal ditempat karena serangan jantung.

Chanyeol benar-benar menyesali perbuatan dan pilihannya itu. Beberapa kali Chanyeol selalu berfantasi bahwa ia tengah bercinta dengan baekhyun, parahnya ia bahkan hampir pernah memotong penisnya karena penyeselannya, terkadang ia merasa jijik dengan dirinya sendiri yang kotor. Bukan hanya itu saja, Chanyeol juga hampir bunuh diri dengan menorehkan silet pada pergelangan tangannya dan bahkan juga sebuah tali untuk menggantung dirinya, tetapi semua itu selalu berhasil dihalangi oleh Sehun sahabatnya.

“Baekhyunahh—mas minta maaf, mas pantas untuk dibunuh, mas pantas untuk mati, mas tak pantas untuk hidup. Baekhyunahh jemput mas, mas mohon ajak mas ke surga juga. Jangan biarkan mas sendiri didunia ini, jemput mas Baekhyun, Jemput mas, mas mohon haaaahaaahaaa” Raungan tangisan Chanyeol semakin menggema.

Sehun yang berada dikamar bawah langsung berlari menuju kamar Chanyeol untuk menghalangi niat gila mengakhiri hidupnya. Tetapi syukurnya saat Sehun sampai dikamar Baekhyun, Sehun hanya melihat Chanyeol dengan tubuh telanjangnya yang tengah memeluk bantal Baekhyun dan menangis meraung menyebut nama Almarhum suaminya itu. Sehun mulai mendekati Chanyeol, dan mengelus punggung sahabatnya yang penuh bekas luka yang masih basah akibat Chanyeol yang sering menyiksa dirinya sendiri dengan menoreh kukunya pada punggungnya.

“Udah yeol, udah. Jangan disesalin terus, nanti Baekhyun ga tenang disana.” Mendengar suara sahabatnya itu Chanyeol meredakan tangisannya.

“Keluar! gue butuh istirahat.” Bak seseorang yang kerasukan, suara parau Chanyeol terdengar begitu mengerikan saat memerintahkan Sehun untuk keluar. Tak ada yang Sehun bisa lakukan lagi selain mengiyakan keinginannya dan memilih untuk meninggalkan Chanyeol sendirinya.


NP: Ghost – Justin Bieber

Pukul 02.00 Dini hari

Rumah Chanyeol tampak sepi, sepertinya Sehun sudah terlelap tidur dan hal itu Chanyeol manfaatkan untuk bersiap. Ia mengantongi sebuah minuman beralkohol tinggi dan juga sebuah kotak kecil entah apa didalamnya, we never know.

Dengan setelan serba hitam dan juga bunga mawar putih yang ia ambil dari kebun tetangganya, Chanyeol langsung melajukan mobilnya begitu kencang kearah makam Baekhyun.

Hujan mengguyur cukup deras membasahi kota, dengan ditemani radio dini hari suara mobil Chanyeol berhasil membelah dikeheningan kota. Dalam perjalanannya sesekali Chanyeol berhenti untuk menangis dan memukul kepalanya dengan keras pada stir mobil. Bahkan ia sempat mau menabrakan dirinya ke sebuah truk dari berlawan arah sebelum ia kembali sadar tujuannya pergi ke makam Baekhyun. Jam sudah menunjukan pukul 3 dini hari dan hujan serta badainya masih asik mengguncang kota tetapi Chanyeol tetap melajukan kendaraannya hingga akhirnya ia sampai ditempat tujuan .

Sesampainya di makam Baekhyun, Chanyeol langsung duduk bersimpuh dan menaruh rapi bunga mawar putih itu diatas gundukan tanah yang basah karena guyuran hujan itu. Tak peduli dengan hujan yang membasahi tubuhnya, Chanyeol tersenyum mengusap batu nisan Baekhyun. Sesekali Chanyeol mencium batu nisan itu sebelum ia tertidur diatas gundukan tanah makan suaminya sembari bercerita.

“Hyun tau ga, mas itu punya cita-cita ajak kamu ke Belanda, kita menyusuri Kanal Amsterdam trus kita ke Desa Kinderdijk liat kincir angin, trus kita ke museum Anne Frank wujudin cita-cita kamu. Tapi maaf ya, gara-gara mas juga kamu ga bisa wujudin segalanya, mas jga minta maaf ya udah kirim kamu ke surga duluan.” Chanyeol meraup tanah basah itu dan menghirup aromanya sembari menangis.

“Sayang, kamu ga perlu khawatir lagi, kamu ga perlu takut sendiri lagi, kamu ga perlu datengin mas lagi malem-malem cuma mau minta peluk. Kamu tenang aja hyun bentar lagi mas nyusul kok, mau liat surga bareng kamu, mau temenin kami di surga sana, mau muasin kamu kayak yang kamu minta terakhir kalinya sama mas. Mas janji, ga bakal ninggalin kamu disurga sana hyun. Mas sayang banget sama kamu hyun, I Love You.” Berucapnya kata I love you, Chanyeol langsung meraih minuman dari saku jaketnya, dan menegak minuman itu hingga tak tersisa sedikitpun.

“I love you Hyun. Always and forever.” Chanyeol kembali merebahkan kepalanya pada makam Baekhyun, membiarkan tetesan air hujan membasahi kulitnya.

Kotak yang ia bawa tadi ia keluarkan, ternyata ada sebuah silet kecil didalamnya. Chanyeol mengambil silet itu dan menorehkannya tepat pada pergelangan tangannya, motong nadinya dan mengeluarkan darah yang begitu banyak berceceran mengotori makam Baekhyun. “Baekhyun, aku mencintaimu. Ayo bertemu di kehiduapan selanjutnya.” Ucap Chanyeol sebelum ia benar-benar menutup matanya.

End


© HeavenKyoong

image

Akhirnya merekapun menyusuri lereng bukit kebun teh milik Eja. Sedari tadi Eja tak henti-hentinya memamerkan kebun teh miliknya, belum lagi para pemetik teh yang ramah kepadanya selalu dipamerkan ke Ina dan berkata “Nah ini pemetik teh jagoan abi.” dan membuat ibu-ibu pemetik teh itu tersenyum bangga mendengar pujian dari bossnya.

Kebun teh milik Eja terbilang cukup luas, belum lagi ada rumah kayu kelapa di tengahnya. Ina hanya terkagum-kagum dengan warisan milik kekasihnya yang ternyata juragan kebun teh bro.

Setelah puas menyusuri kebun teh, Eja dan Inapun melanjutkan perjalanannya menuju sebuah sungai dengan aliran air yang tak begitu deras. Sungai dengan air mengalir yang begitu bersih.

Di sepanjang jalan, Ina hanya mengikuti langkah kaki Eja sembari melihat pemandangan yang cukup mengagetkan untuknya.

Mungkin bagi Eja ia sudah terbiasa melihat para gadis desa yang tengah asik mencuci pakaian hanya dengan berbalut kain batik biasa, tetapi bagi Ina itu hal yang tak lazim dimatanya. Walaupun Ina tumbuh dan besar di Ubud tetapi ia jarang bermain keluar rumah dan lebih sering menghabiskan waktu di rumah bersama Senja, tanpa pernah mengekplorasi alam.

Eja masih asik mencari tempat yang cocok untuk mereka merendamkan badannya, dengan sebuah gitar dipunggungnya dan totebag yang berisi baju ganti milik Ina. Eja? Dia tidak perlu baju ganti.

“Aa Ezra, Kapan pulang teh?” Salah seorang gadis berdada besar menghampiri Eja dengan tiba-tiba. Ejapun sempat kaget karena gadis yang sok kenal sok deket itu.

“Ehh— dari dua hari yang lalu.” Sahut Eja dengan ramah senyum.

'Apaan sih lo? Pamer dada kok depan Eja, ga doyan dia.' Bisik Ina dalam hati.

“Aa' Ezra makin kasep pisan eui,” Ucap gadis itu dan dengan sengaja menonjolkan dadanya.

Ina yang udah kesal karena melihat Eja hanya cengar cengir, akhirnya menarik kuat lengan Eja dan membawanya menjauh dari gadis itu.

“Kamu udah doyan melon sekarang?” Ina masih asik menarik kesal tangan Eja, sedangkan Eja hanya masih cengar-cengir gajelas.

“Enggalah, aku mah doyannya permen kecil.” Ina hanya memutar bola matanya menanggapi sahutan kekasihnya itu.

“Na, kita mandi disini aja.” Eja langsung menghentikan langkahnya saat ia melihat spot yang bagus untuk mereka berduan. Ina hanya mengangguk menyetujuinya.

image


“Bee, kamu yakin ga mau mandinya pke baju aja? Airnya dingin loh bee.” Eja sudah melepas bajunya dan hanya menyisakan boxernya, tetapi Ina ia masih ragu untuk mandi hanya menggunakan baju atau ikut hanya menggunakan boxer saja.

“Seberapa dingin sih?”

“Kalo dikulit Eja mah ga dingin, klo dikulit Ina kayaknya dingin deh.”

“Aku pake boxer aja.”

“Yakin?” Ina hanya mengangguk dan melepas bajunya, memamerkan dadanya yang gempal dan juga perutnya yang gemas.

Eja yang melihatnya hanya bisa tersenyum girang, karena jujur saja tubuh Ina itu tipenya Eja banget, ga kurus ga gemuk tapi masih ada lemaknya dan juga gempal, apalagi bagian susunya, enak untuk diuleni.

“Apa senyam senyum? Awas aja ya otak kamu sange!” Ina langsung melototi Eja, bukannya takut Eja justru menciumi pipi kekasihnya.

“Kalo Eja sange liat tubuh Ina, artinya Eja masih suka sama Ina.”

“Ohh jadi kalo kamu ga sange liat aku, artinya kamu ga suka gitu sama aku? Trus sukanya sama apa? Sama cewe yang melonnya gede kayak tadi? Gitu?”

“Astaghfirullah, ga gitu sayang. Kamu ih, cemburuan mulu.”

“Kamu tuh yang kalo dideket cewe hahah heheh mulu, ga mikirin apa ada pacarnya disini juga. Patung kali aku!” Eja hanya menghela nafasnya panjang, melihat bibir kekasihnya yang sudah mengerucut gemas.

Cupp Eja mengecup singkat bibir Ina.

“Maaf, lain kali ga lagi deh kayak gitu.” Eja mengusak rambut Ina. Tak menyahuti kembali dan memilih untuk menyentuhkan kakinya ke air sungai yang cukup dingin itu.

“Dingin bee?” Ina menggeleng, Ejapun langsung menyusul kekasihnya dan berendam disungai itu.

“Seger ga bee?”

“Banget.” Ina kembali menenggelamkan kepalanya dan mengangkatnya dengan gaya merasakan kesegaran air sungai yang bersih itu.

Langit sudah mulai memerah, menandakan hari mulai petang, suara adzanpun mulai berkumandang.

“Kamu ga sholat maghrib?” Tanya Ina yang masih merendamkan dirinya disungai dengan Eja yang memuluk tubuhnya dari belakang.

“Engga, aku mau habisin waktu sama kamu.” Sahut Eja sembari melumat leher Ina.

“Kok gitu? Ga boleh gitu dong, kamu harus tetep jalanin kewajiban kamu tau.” Eja tak menyahuti dan masih asik melumat leher kekasihnya itu hingga meninggalkan bekas kemerahan.

“Beb,”

“Ezra!”

“Hmm?” Eja menghentikan lumatannya dan menatap kekasihnya dengan lekat.

“Udahan yuk, aku udah mulai dingin. Kamu juga harus sholat dulu.”

“Bentar dulu, lagi dikit.”

“Beb!”

“Mau pegang sebentar boleh ya? Abis itu kita selesai okay?” Ina hanya memutar bola matanya, dan membiarkan tangan Eja didalam air sana membuka boxernya.

“Beb,”

“Hmm?”

“Be gentle.” Eja hanya mengangguk dan kini tangannya mulai mengocok milik Ina dibawah sana dengan lembut.

“Mppphhh—” Ina mencium bibir Eja untuk menyalurkan desahannya, sedangkan dibawah sana tangan Eja mulai menaikan temponya.

“Beb, udah. Enough. Aku mau keluar.” Eja langsung menurunkan temponya dan memijitnya perlahan, hingga dirasanya Ina sudah benar-benar keluar.

Cuppp Eja kembali mengecup seklias bibir Ina.

“Malam Ini, kita nginep di rumah kayu kelapa ya, aku udah izin sama abi.” Ina hanya mengangguk dan menyetujui ajakan Eja.


image

Setelah sampai dirumah kayu kelapa, Eja langsung wudhu dan menyelesaikan kewajiban sholatnya, sedangkan Ina ia hanya menunggu kekasihnya di teras dengan menatap bintang-bintang yang tampak lebih bersinar padahal ini baru pukul setengah tujuh.

Bintang-bintang dilangit itu tampak lebih bersinar disini ketimbang saat ia melihatnya dari Jakarta ataupun dari Rumahnya.

“Langitnya cantik ya, kayak kamu cupp” Itu Eja yang tiba-tiba datang dan langsung memuluk tubuh Ina dari belakang.

“Iya, suara jangkriknya juga nyaring.”

“Kamu suka?” Ina mengangguk dan kembali menatap bintang diatas sana.

image

Eja melepaskan pelukannya, dan duduk di tangga teras dengan gitar yang ia ambil tadi.

“Sini, kita gitaran.” Ajak Eja, Ina langsung mendudukan pantatnya disebalah Eja.

“Mau aku nyanyiin lagu apa?” tanya Eja sembari menyetel senar gitarnya.

“Ada satu lagu, yang aku pengen banget kamu nyanyiin. Tapi aku mau kamu resapi liriknya dan pas nyanyi kamu tatap mata aku.”

“Emang lagu apa bee?” Ina menunjukan ponselnya memberitahu Eja sebuah lagu yang ia ingin Eja nyanyikan.

“Bisakan?”

“Bisa kok sayang.” Sahut Eja sembari tersenyum.

Eja meraih ponselnya, mencari chord lagu serta liriknya dan mulai memainkan gitarnya.

NP : Satu Bintang – Antique

Eja mulai memainkan gitarnya mengikuti chord dari lagu itu, hingga lirik pertama ia baca, ia langsung menatap mata Ina.

Kau selalu mempermainkan hatiku Hingga membuat diriku merasa tertipu Kau pun harus mengerti Semua cinta yang kumiliki

Eja menatap Ina dengan sedikit perasaan sendu, dalam pikirannya ia mengulang kembali apa yang membuat Ina sedikit ragu dengan dirinya. Apakah karena perkara ia mengantar Winda ke pasar tadi pagi? Atau karena hal lain.

Mungkin hanya ada satu bintang Yang dapat menghiasi hatimu Dan jangan pernah engkau siakan Seseorang yang ada di hatimu

Eja kembali tersenyum menatap manik Ina yang lambat laun melemah menatapnya, seolah-olah Ina bertanya pada dirinya apakah ia yang ada dihatinya saat ini ataukah orang lain?

Pastikan hanya ada satu bintang Yang slalu menyinari jalanmu Hingga akhirnya kau sadari Dirikulah yang ada di hatimu Ohh hatimu

Eja mengehnetikan lagunya saat ia melihat kini mata Ina mulai mengeluarkan tetesan air yang ia bendung sejak tadi.

“Ina kenapa?” Suara Eja melembut, ibu jarinyapun menghapus air mata Ina yang mengalir semakin deras.

“Is it me?” Tanya Ina.

“It's always you, Ina. Kalau kamu berfikir itu Winda, kamu salah besar.”

“Then why? Kamu izinin Winda nyalim tangan kamu, bahkan dia sampai cium tangan kamu? Tau ga, kamu cuekin aku kayak gitu trus aku liat sikap kamu ke Winda kayak gitu, aku tu sakit hati tau ga.”

“Maaf, waktu itu ada teteh dirumah Eja takut kalau menolak saliman dari Winda.”

“Tweet itu, bukan tentang Mr Bean, tapi tentang kamu, tentang sikap kamu yang lucu didepan aku.”

“Aku tau,”

“Aku diem di kamar lama, bukan karena ngindarin kamu yang ngambek tau ga. Aku tu—”

“Lagi nangis. Iya Eja juga tau Ina.”

“Terus kenapa kamu masih bersikap seolah-olah aku ga sakit hati? Kamu ga mikirin perasaan aku?”

“Maaf. Aku—”

“Terus, satu hal lagi. Tujuan kamu ajak aku kesini apa?”

“Aku cuma mau mastiin kalo kamu bakal selalu ada buat aku apapun yang terjadi. Bahkan sejujurnya aku takut untuk pulang karena aku tau apa yang akan terjadi, apa yang sudah umi rencanakan aku tau. Makanya aku ajak kamu, ketika saat keadaan memburuk setidaknya aku punya tangan yang harus aku genggam, Na. Dan maaf jika itu menyakiti hatimu, maaf Eja minta maaf sama Ina. Maaf udah bikin Ina nangis.” Eja memeluk tubuh mungil Ina membiarkan tangisan Ina mereda dipelukannya.

“Ja, kayaknya aku terlalu cemburuan deh—”

“No! Eja malah seneng kamu cemburu, itu artinya Ina sayang sama Eja.”

“Ja, aku ga bakal ninggalin kamu, i promise apapun yang bakal terjadi diantara kita aku bakal tetep genggam tangan kamu.”

Eja melepaskan Ina dari pelukannya, menangkup wajah mungil itu dan menghapuskan air matanya, tersenyum penuh syukur dan cinta saat menatap manik Ina. Jari jemari Eja yang semula menyentuh pipi Ina, perlahan mulai menyentuh bibir Ina yang memerah.

“I Love you, so much.”

“I Love you too ja.” Eja langsung menarik wajah Ina, melumat bibir itu dengan lembut, begitu juga dengan Ina yang langsung menarik tengkuk Eja untuk memperdalam ciuman itu.

Ciuman kasih sayang meraka salurkan satu sama lain, dengan saksi para bintang diatas sana dan juga suara jangkrik yang menemani, menghanyutkan kedunya kedalam belaian ribuan kasih sayang.

Tetapi sayangnya, ada sepasang mata yang tengah mengintip mereka bercumbu.

image

Kini Ina sudah sampai dirumah Eja, rumah yang terbuat dari kayu dan tampak begitu sederhana, berbeda dengan rumah miliknya yang berpetak-petak.

“Assalamualaikum, Umi, Abi, Eja pulang.”

“Waalaikumsalam. Weleh, anak Umi akhirnya pulang juga teh.” Eja menyalami tangan Uminya begitu juga Ina dengan ditemani anggukan yang sopan.

“Siapa teh ini? Geulis pisan.” Ucap Umi Eja sembari mengelus pundak Ina.

“Saya Ina tante, teman kuliahnya Eja.” Sahut Ina.

“Weleh, namanya juga geulis seperti wajahnya. Tetapi kenapa suaranya seperti laki-laki?”

“Umi, lalaki iue.” Bisik Eja pada uminya.

“Oalah, maaf ya umi ga tau, habisnya kamu wes geulis pisan.”

“Gapapa kok tante.” Ina hanya tersenyum manis kepada Umi yang tampaknya begitu baik.

“Yasudah kalu gitu ayo masuk, Umi sudah masak banyak. Oh ia nak, di dalam juga ada Neng Winda. Masih ingatkan? Anaknya Haji Mansur. Teman masa kecil kamu. Semenjak kamu merantau Neng Winda rajin sekali kesini, menemani Umi masak sama teteh kamu terus dia juga—bla bla bla”

Baru saja Ina merasa welcome dan nyaman dirumah Eja. Tetapi melihat dirinya sekarang dicampahkan membuatnya sedikit sakit hati, belum lagi Umi Eja yang tak hentinya meng agung-agungkan Winda yang entah siapa wanita itu.

Saat Ina memasuki rumah Eja, bau masakan sudah langsung tercium dihidungnya dan membuat Ina langsung lapar.

“Bee, barang bawaan kamu taruh dikamar aku aja, kamu tidur sama aku aja. Btw kamar aku yang tirainya warna biru muda, aku mau bertemu Abi dulu ya, nanti kamu langsung aja ke ruang makan.” Pinta Eja sambil tersenyum, Ina hanya mengangguk dan tersenyum getir.

Setelah menaruh barang-barangnya, Ina langsung menuju ke ruang makan sesuai pinta Eja. Di ruang makan sudah ada 5 orang yang asik berbincang. Abi dan Umi Eja serta dua wanita yang Ina tak kenal itu siapa, satunya berhijab satunya tidak.

“Ina, sini” Panggil Eja dan mengajak Ina untuk duduk disampingnya.

Umi Eja: Nak Ina, kenalkan. Ini tetehnya Eja namanya Teh Yura.

Teh Yura: Halo, Yura.

Ina: Halo teh, saya Ina. Teman kuliahnya Eja.

Umi Eja: Nah dan yang ini namanya Winda, calon menantu Umi.

“Umi!” Eja langsung membentak halus pada Uminya. Jujur, mendengar kata-kata itu dari Uminya langsung membuat Ina sedikit sakit hati, tetapi Ina tetep tersenyum membalas jabatan tangan Winda.

“Loh kenapa? Memang kamu ga mau menikahi Winda? Winda itu geulis, pinter memasak, pinter mengaji, rajin sholat lagi. Kamu harus bisa menjadi imam yang baik buat dia.” Ucapan Umi benar-benar membuat Ina terpukul, belum lagi sorot mata Umi yang menatap Winda dengan penuh harapan bak melihat bongkahan emas.

image Namanya Windani Ardiasanti

Eja tak menyahuti perkataan Uminya, ia hanya takut akan menjadi permasalahan panjang, jadi Eja memilih untuk menyantap gorengan didepannya. Umi yang melihat sikap Eja, memandang tak terima dan kesal kepada anak laki-lakinya.

“Jadi kemarin Haji Mansur sudah menanyakan soal tanggal pernikahan kalian—”

“Umi, sudah biarkan Eja makan dulu, dia baru saja sampai. Ayo nak Ina ikut makan juga, jangan sungkan-sungkan.” Potong Abi Eja dan akhirnya kamipun makan bersama walaupun Ina harus menahan sakit hati karena Umi yang tak henti-hentinya memuji Winda belum lagi Winda yang kegirangan karena dipuji seperti itu.

image Bonus Foto Abinya Eja Namanya Ustad Muhammad Reza Al-Faqih

Eja kini sudah berdiri di depan pintu kamar Ina, menatap pintu yang bercatkan warna putih itu.

Hatinya enggan mengetuk bahkan untuk menyentuhnyapun ia merasa tak mampu setelah ia mendengar isakan tangis dari dalam sana.

Eja tak henti-hentinya mengutuk dirinya karena sudah melanturkan kata-kata kurang ajar untuk Ina.

'Egois' Pantaskah Ina mendapatkannya? Ina hanya tak mengabarinya sekali karena Ina tak mau menganggunya yang sibuk dengan ambisinya.

Disisi lain Eja menyalahkan tempernya yang saat itu tak baik dan melampiaskannya ke Ina.

“Huhhhh” Eja hanya dapat bernafas kasar, seharusnya ia tak datang kesini, harusnya ia memberikan Ina ruang sendiri, harusnya Eja bisa mengontrol emosinya. Harusnya. Harusnya. Harusnya. Harusnya ia tak menyakiti hati lembut kekasihnya.

Dengan nafas lantang, ia meninggalkan buket bunga tulip putih serta beberapa bungkus makanan kesukaan Ina di depan pintunya.

Eja membalikan badannya, berniat meninggalkan Ina dan memberinya ruang sendiri sementara. Tetapi langkahnya terhenti saat suara parau memanggil namanya.

“Ejaa—”

Eja langsung menoleh, menatap lelaki mungil itu tengah berdiri dengan piyama kebesarannya. Matanya sembab, rambutnya kusut, bibirnya bengkak, telinganya merah. Semua hal yang dilihat Eja saat itu membuat hatinya sakit, sesakit sakitnya.

“Can we talk?” Eja mengangguk menyetujui ajakan Ina untuk berbicara.


Eja terduduk dipinggir ranjang Ina, begitu juga Ina yang terduduk disampingnya. Jari jemari Ina sedari tadi tak henti melilitkan kain pada ujung piyamanya, seolah-olah Ina ingin menyampaikan sesuatu tapi ia masih meragu.

“Ina, aku minta maaf”

“Eja, gue mau break”

Ucap mereka secara bersamaan. Tetapi Eja langsung terkesiap mendengar ucapan Ina.

“Bee, tadi kamu bilang apa?” Tanya Eja memastikan, siapa tau ia salah dengar.

“Gue mau break sama lo ja,”

“Kenapa?” Eja langsung meneteskan air matanya, tak menyangka ucapan Ina yang ia dengar tadi benar adanya.

“Ya gue mau kita break, lo fokus dulu ngejar ambisi lo, dan gue juga akan fokus dengan diri gue sendiri.” Ina masih tertunduk, ia tak mau menatap mata Eja dan membuatnya mengurungkan niatnya untuk berpisah sementara.

“Ina, Eja sayang sama Ina, Eja minta maaf Eja tau Eja salah, Eja jahat udah bilang Ina egois, Eja mohon Ina, Eja ga mau break sama Ina.” Kini Eja bersimpuh dibawah ranjang Ina, menggenggam tangan Ina yang dingin.

“Ja, lo ga jahat, dan lo bener, gue terlalu egois, terlalu menikmati diri sendiri sampe gue lupa tentang status kita. Gue juga capek ja, gue capek memikirkan hal-hal yang membuat gue ketakutan dimalam hari. Ketakutan tentang kita, tentang diri gue, ketakutan disaat dimana semua orang berjuang tapi gue malah harus memikirkan tentang kita.” Ina berusaha menahan air matanya agar tak terjatuh, ia sudah lelah menangis memikirkan tentang dirinya dan Eja yang sudah mulai merenggang, walau hanya masalah sepele tapi entah mengapa belakangan ini Ina selalu overthinking dengan dirinya dan Eja, belum lagi ia memikirkan skripsi, dan hal lainnya yang membuat dirinya ingin menyerah saat ini.

“Kalo memang Ina minta break, yasudah Eja tak bisa memaksa Ina. Tetapi Ina harus tau, jika nanti Ina tak akan kembali ke Eja, saat itu juga Eja akan berusaha melupakan Ina. Eja juga manusia, Eja tak mau menyakiti diri Eja sendiri melihat orang yang Eja sayang berbahagia dengan orang lain. Tetapi jika Ina ingin kembali, tangan Eja selalu terbuka lebar untuk memeluk Ina.” Eja berdiri melepaskan genggaman tangannya dengan Ina.

Tangan Ina langsung reflek ingin meraih tangan hangat itu, tetapi ia tahan saat Eja mulai menghapus air matanya dan berbalik pergi meninggalkan dirinya seorang diri, dikamarnya.

“Ja..” Ina kembali memanggil nama itu membuat si pemilik nama berhenti melangkah.

“Ini bukan perpisahan, aku hanya ingin memperbaiki diriku untuk saat ini. Ku mohon tunggulah sebentar saja.” Ucap Ina sebelum Eja melangkahkan kakinya keluar dengan senyum getirnya.

Hatinya sakit tetapi ia sedikit bahagia karena setidaknya Ina memberinya sebuah harapan untuk menunggu, dan menggunakan waktu itu untuk mengejar ambisinya, memantaskan dirinya untuk Ina.

Setelah Chanyeol memberikan pill perangsang itu, ia tak semerta-merta meninggalkan kamar Baekhyun, ia justru menyandarkan dirinya dan menguping dari luar.

Sedangkan Baekhyun di dalam sungguh merasa kepanasan. Suhu AC di kamarnya bahkan sudah menunjukkan angka 19° Celcius tetapi ia tetap merasa gerah dari dalam.

Baekhyun berjalan mengelilingi ranjangnya barangkali bisa menghilangkan rasa panas itu, tetapi nihil rasanya malah semakin gerah bahkan kini bajunya sudah basah akibat keringatnya.

Ujung matanya menatap Jason yang tengah terlelap tetapi tubuhnya menggigil kedinginan. Dengan nafas berat, Baekhyun pun menaikan suhu ACnya dan mengalah demi putranya.

“Mungkin memang efek pill KB kali ya? Tapi kenapa sekarang puting aku sakit ya? Bahkan lubang analku rasanya gatal.” Gerutu Baekhyun sendirinya.

Akhirnya dengan pasrah Baekhyun melepaskan bajunya, mendiamkan dirinya dibawah AC tepatnya di depan sebuah cermin besar seukuran tubuh manusia. Dari cermin itu Baekhyun menatap dirinya, tidak! Lebih tepatnya Baekhyun menatap putingnya yang mengeluarkan tetesan ASI, mungkin karena tadi habis dihisap oleh Jason ASInya jadi merembes dan menetes keluar.

Baekhyun jadi teringat akan kata-kata suaminya yang mengatakan bahwa ASInya manis, dan membuat dirinya menjadi penasaran.

Dengan hati-hati, Baekhyunpun menyentuh putingnya, mengambil tetesan ASI itu dengan jari telunjuknya lalu mencicipinya. Tetapi ia tidak merasakan apa pun apalagi rasa manis yang dikatakan suaminya (tentu saja Baek, kau hanya meminumnya setetes bahkan ASI itu sudah lenyap sebelum menyentuh ujung lidahmu).

Karena saking penasarannya, Baekhyunpun meremas putingnya, menadahkan tangannya untuk menampung ASI yang ia peras.

“Ahhhhh—” mulutnya tak sengaja mendesah saat jemari lentiknya menekan putingnya untuk mengeluarkan cairan ASI itu. Setelah dirasanya terkumpul cukup banyak ASI di tanganya, ia langsung meminum ASInya sendiri tanpa sisa, dan benar saja rasanya sungguh manis, dan candu. Tetapi lebih candu lagi jika puting-puting itu Baekhyun remas.

Baekhyun yang menatap dirinya dicermin langsung duduk di depannya, memeras putingnya dan menyemprotkan ASInya ke cermin itu membuat nafsu seksualnya semakin bertambah, belum lagi lubang dibawahnya berkedut gatal, rasanya ingin dipenuhi sesuatu.

Baekhyun sudah tak tahan dengan rasa gatalnya, akhirnya iapun membuka celananya dan langsung mengangkang lebar di depan cermin, memperlihatkan penisnya yang sudah menegang dan lubangnya yang tengah berkedut, mengatup dan membuka, memperlihatkan otat-otat didalamnya. Tangannya yang basah karena ASInya tadi ia gunakan untuk mengocok penisnya. Memijat kepala penisnya. Mendongakan kepalanya dan memejamkan matanya, merasakan kenikmatan yang luar biasa di bawah sana. Mulutnya terbuka, meloloskan desahan mafsu yang begitu merdu.

“Ahhhh ahhh yeahh mphhh fuck” Desah Baekhyun.

Tangan kanannya mengocok penisnya, sedangkan tangan kirinya memainkan lubangnya yang sudah basah dan berkedut. Anehnya, kedua tangan Baekhyun bekerja, tetapi ada satu tangan lagi yang memainkan putingnya, memilin mencubit bahkan sesekali tangan itu meremas dadanya. Puting satunya ia bisa merasakan hangatnya isapan dan kenyotan dari mulut yang tebal, sebuah lidah juga ikut menjilati putingnya.

Nikmat, sungguh nikmat Baekhyun rasakan hingga ia mengerlingkan matanya hingga sebuah suara menginterupsi telinganya.

“Manis sekali sayang, aku suka.” Sebuah suara serak dan dalam membuat bulu kuduk Baekhyun merinding dan nafsunya semakin meningkat. Sebuah suara yang dulu juga pernah mengisi relung hatinya.

Wait—

Baekhyun langsung membuka matanya, menatap lelaki yang sudah berada di belakangnya, memainkan nipplenya sedari tadi.

“CHANYEOL?! APA YANG KAU LAKUKAN.” Baekhyun berusaha menjauhkan Chanyeol dari dirinya tetapi Chanyeol langsung menahan tubuh Baekhyun dan mendekatkan wajahnya ketelinga Baekhyun, membisikan sesuatu dengan suara parau yang penuh nafsu.

“Kalo lo ngelawan, gue ga akan segan buat bunuh Jason saat ini juga.” Baekhyun hanya menelan ludahnya kasar dan memilih mengangguk, mematuhi perintah Chanyeol karena Baekhyun tahu, Chanyeo tak pernah main-main dengan ucapannya.

Saat Chanyeol masuk ke kamar Baekhyun, Chanyeol sudah menyiapkan beberapa mainan untuk ia mainkan dengan Baekhyun.

“Let's play hard, sweetheart” Bisik Chanyeol dan membuat tubuh Baekhyun bergetar hebat, tangan besar Chanyeol memilin puting Baekhyun dan menyesap susu yang keluar dari sana.

“Fuckkhh Chanhh mphhh ahhh” desah Baekhyun sembari menggeliat kenikmatan karena sentuhan putra tirinya.

Chanyeol langsung menggendong tubuh Baekhyun, merebahkan tubuh mungil Baekhyu di samping Jason yang tengah terlelap.

“Chan jangan disini, aku mohon.” Pinta Baekhyun dan berusaha bangkit, tetapi itu sia-sia karena Chanyeol langsung mengukung tubuh mungilnya.

“Kenapa? Lo takut Jason bangun dan melihat papanya tengah digauli oleh 'kakak tirinya' mendesahkan nama 'kakak tirinya' karena kenikmatan huh? Then, kalo lo ga mau itu terjadi, maka tahanlah desahanmu sebisa mungkin, Baekhyun.” Ucap Chanyeol sembari tersenyum miring.

Baekhyun hanya mengehala nafas pasrah, dan tangannya mulai memainkan putingnya karena sudah tak tahan dengan nafsu seksualnya.

Chanyeol yang melihat hal itu langsung menampar tangannya, melepaskan ikat pinggangnya dan mengikat kedua tangan Baekhyun.

“I Promise, lo bakal mendesah hebat Baek.” Chanyeol langsung menjilati dada Baekhyun, menyesap setiap susu Baekhyun yang menetes keluar. Lidah-lidahnya menari diatas kulit Baekhyun dan perlahan lidah kasar itu mendarat di pusar Baekhyun, menggelitiki pusarnya hingga Baekhyun menggigit bibirnya agar tak mendesah kenikmatan karena permainan Chanyeol.

Kaki Baekhyun Chanyeol lebarkan, memperlihatkan kerutan cantik berwarna pink yang tengah berkedut itu. Chanyeol meneguk ludahnya, menatap bagaimana lubang itu berkedut dengan seksinya hingga ia merasa sesak dibawah sana.

“Fucckk” Bisik Chanyeol sendirinya.

Chanyeol segera meraih botol lube itu, lalu meneteskannya langsung pada lubang Baekhyun, memasukan 3 jarinya sekaligus mengocok lubang Baekhyun dan berusaha mencari prostatnya.

image

Baekhyun menggigit bibirnya, berusaha menahan desahannya agar tak membangunkan putranya, hingga tanpa sadar Baekhyun merasakan sebuah rasa anyir dilidahnya, rasa anyir yang berasal dari bibirnya yang kini sudah mengeluarkan darah.

“Kau yakin tak akan mendesah huh?” Ucap Chanyeol dan semakin menumbuk lubang Baekhyun.

Clop

Clop

Clop

Clop

Suara benturan kulit itu membuat Baekhyun melayang kenikmatan, hingga hentakan terakhir Baekhyun langsung meloloskan desahannya.

“Ahhhhh— Chanhhh there” Sepertinya Chanyeol sudah menemukan apa yang dia cari. Chanyeol mengeluarkan jari-jarinya, betapa kagetnya Chanyeol melihat jari-jarinya sudah basah dan bahkan saat dikelaurkan cairan kental dari lubang Baekhyun terbentang begitu memanjang.

Lubang Baekhyun kini sudah melebar, Chanyeol yang sudah dikelamkan oleh nafsu langsung meraih mainan yang ia bawa tadi, sebuah dildo besar berwarna hitam.

Chanyeol melumuri dildo itu dengan lube, mengocoknya sebantar lalu perlahan Chanyeol masukan ke dalam lubang Baekhyun yang sudah melebar itu.

image

“Chanhhh akhhh, sakit Chan mppphhh”

“Sakit atau nikmat huh?” Chanyeol menyeringai dan semakin memasukan dildo itu kedalam lubang Baekhyun.

Awalnya Chanyeol memainkan dildo itu dengan lembut, agar lubang Baekhyun sedikit terbiasa dengan ukurannya hingga dirasanya Baekhyun sudah rilex, Chanyeol langsung memasukan dildo itu dengan ganas, mengocok lubang Baekhyun dengan ritme gila membuat Baekhyun membusungkan dadanya.

image

“Ahhh—ahhh—Chanhhh mpphhh—faster please.” Cercau Baekhyun dengan tubuhnya yang bergetar hebat.

“Beg louder,” Ucap Chanyeol dan kini tangan satunya ikut mengocok penis Baekhyun.

“Chanhhh yeolhhh mphhh faster pleasehhh, ahhh—ahhh.”

“Call me daddy?”

“Fuckhhh you—”

“Well, you will baby,” Chanyeol menurunkan ritme kocokannya, hingga membuat Baekhyun mulai frustrasi.

“Call me daddy, and i'll do my duty.”

“Daddy Chanyeol please, fuck me harder! Ahhh—” mendengar hal itu Chanyeol langsung mengocok dildonya lebih brutal, tangan kanannya juga ikut mengocok penis Baekhyun dengan ritme yang gila.

“Fuckkk daddy, i'm gonna cum.”

“Not now sweatheart.” Chanyeol langsung melepaskan dildonya, membalikan tubuh Baekhyun dan membuka lebar pipi pantatnya dengan lebar, memeperlihatkan lubang Baekhyun yang sudah membesar dan berkedut.

“Look at this thirsty hole, Cuhhh” Chanyeol meludahin lubang Baekhyun, menjilatnya dan meludahinya kembali sehingga lubang itu kembali basah.

“Chanyeol, ada kondom di laci sebelah, komohon gunakan kondom.”

“Apa kata lo? Pake kondom? Cihh, lo pikir gue ngasih lo obat perangsang buat apa? Buat nuntasin nafsu gue? I'm not that kinda man Baekhyun, gue bakal buat lo nyesel seumur hidup karena udah menghianati gue, 'SA HA BAT' lo sendiri.” Chanyeol menyeringai luas melihat bagaimana mantan sahabatnya kini lemah tak berdaya di bawahnya.

“But Chan, it's just the past kita bisa—”

“Shut up! Tekad gue udah bulat dan lo harus nerima pelajaran dari gue” plakkkk

“Ahhhhh—” Satu tamparan mendarat di pantat Baekhyun, membuat bekas kemerahan yang seksi dan membuat penis besar Chanyeol semakin menegang.

Chanyeol melumuri penisnya cairan lube, mengocoknya sedikit sebelum penisnya ia masukan kedalam lubang Baekhyun.

“Chanhhh, fuckkk it hurthhh mphhhh”

“Fuck, your hole so fucking tight baek, fuckkk arhhhhh mppphhh shitshhh” Chanyeol mendongakan kepalanya, merasakan penisnya yang nikmat dipijat oleh otot-otot lubang Baekhyun.

“Chanhhh ahhh—ahhhh—ahhhh damn your dick so fucking big mppphhh ahhh—” Mendengar pujian itu, Chanyeol menyeringai dan menubruk lubang Baekhyun semakin kencang dan keras. Didalam sana penisnya berusaha mencari titik nikmat Baekhyun.

“Fuck, disana Chansss, disana mppphhh ahhh—ahhh—ahhh yeshhh daddy yeahhhh ahhhh” Chanyeol semakin menggila mendengar cercauan Baekhyun saat ia berhasil menabrak prostatnya.

“Dadhh ddyhh Chanyeolhhh Fuck, ahhh gue mau cum, ahhh.” Chanyeol masih asik mengoyak lubang Baekhyun tanpa peduli kini penis Baekhyun sudah memuntahkan begitu banyak sperma.

image

“Ohhh Godhhh Chanhhh plase stop, gue ga berhenti cum, ahhh—ahhh” Chanyeol menghiraukan Baekhyun dan masih asik menggoyangkan pinggulnya secara brutal untuk mencari kenikmatan.

Hingga tanpa mereka sadari, bocah tiga tahun itu sudah terbangun dan terduduk, menatap papa dan kakak tirinya yang membuat goyangan pada kasurnya dan membangunkan dirinya.

Jason memiringkan kepalanya mengingat ia pernah melihat papa dan daddynya seperti ini saat ia tak sengaja mengintip ke kamar daddynya, tetapi Jason tak tau mereka sedang apa sebenarnya.

“Papa dan kakak sedang apa?” Tanya Jason penasaran, Baekhyun yang mendengarnya langsung menoleh kaget kearah Jason yang sudah setia duduk memeluk teddy bearnya.

“Kita lagi ngewe—”

“Lagi main kuda-kudaan nak,” Ahhh— potong Baekhyun sembari mendesah karena hentakan Chanyeol yang tepat menusuk titik prostatnya.

“Tapi kenapa papa kesakitan?” Jason mengerucutkan bibirnya dan semakin mengeratkan pelukan pada teddy bearnya.

“Papa lo kenikmatan gue ent—”

“Chan!! Papa gapapa kok nak, Jason sayang, kamu bisa keluar sebentar ga sayang? mpphhhh.” Baekhyun benar-benar tak bisa berbuat apa karena tubuh besar Chanyeol sudah mengusainya.

“Jason ga mau keluar, Jason juga ingin ikut main kuda-kudaan bersama papa dan kakak.”

“Sayang please ahhhh— Chanhh mpphhh can you please stopphhh Channhh Jason Chanhh.” Chanyeol semakin menabrak prostat Baekhyun dengan kasar membuat Baekhyun tak berhenti mendesah kenikmatan, sedangkan Jason masih kebingungan ada apa dengan papanya.

“Ahhhhh—ahhhh Jason, papa lo nikmat banget mpphhh ahhh Fuck, Baekhyun gue mau crot mphhh.”

“mphhh Chanhhh bahasamu, ada Jason.”

“Gue ga peduli ahhh—ahhh—ahhh yess baby, yeahh ketatkan lubang lo baek ketatan.”

“Akkhhhh Chan, gue mau keluar lagi fuckkkk.”

“Gue juga baek, akkkhhh mppphhh.”

“Aghhhhh Chanhhhyeollhhh fuckhh.”

“Akggghhhh Baekhyun, ahhhh ahhhh.”

image

Chanyeol memuntahkan seluruh spermanya kedalam lubang Baekhyun, memenuhi rahim hangat Baekhyun bahkan karena saking banyaknya, cairan sperma Chanyeol sampai keluar dari lubang Baekhyun. Baekhyun hanya bisa pasrah dan membiarkan hal itu terjadi.

image

“Papa, kenapa titit papa keluar susu?” Jason kembali bertanya. Tak ada jawaban dari Baekhyun, hanya nafas terengah-engah karena spermanya tak berhenti keluar saat ini.

“Jason mau susu papa gak?” Tawar Chanyeol pada Jason dengan senyum liciknya.

“MAU!! Jason, mau susu papa, Jason suka susu papa!!” Sahut Jason antusias.

“Chan!! Lo jangan gila ya!!” Bentak Baekhyun pelan karena nafasnya tak sampai untuk membentak lebih kencang.

“What? Jason cuma minta susu lo kok, iya kan jas?”

“Eung—Jason suka susu papa.”

“Tapi kalo Jason, mau susu papa, jason harus bagi dua sama kakak, gimana?”

“Chan—” Chanyeol langsung menutup mulut Baekhyun.

“Jason tak suka berbagi susu milik papa, tapi kalau kakak yang minta, Jason izinkan.” Ucap Jason dan tersenyum lebar.

“Nah gitu dong, jadi adik harus ngalah dan harus berbagi ke yang lebih tua.” Chanyeol langsung membalikan tubuh Baekhyun, melepaskan ikatan tangan Baekhyun dan menguleni dada Baekhyun, memijit putingnya yang kanan hingga air susu keluar begitu deras.

image

“Kakak yang kanan, Jason yang kiri oke?”

“OKE!”

Chanyeol langsung meraup puting Baekhyun, menjilatinya dan sesekali mengigitnya kecil. Chanyeol menerbitkan senyumnya kearah Jason yang juga ikut menghisap susu Baekhyun disebelah kiri, begitu juga dengan Jason yang tersenyum gembira bisa berbagi susu dengan kakaknya.

“Susu papa enak ya jas?” Ucap Chanyeol di sela-sela sesi netenya.

“Eung, susu papa memang juara.” Sahut Jason.

Baekhyun hanya bisa menghela nafas berat melihat kini kedua anaknya tengah mngenyot putingnya, yang satu penuh nafsu dan yang satu kenyotan bayi yang lembut. Tangan Chanyeol tentu saja tak tinggal diam, ia kembali memijit penis Baekhyun yang sudah melayu, memainkan kepala penisnya hingga sesekali Baekhyun meringis kenikmatan.

“Jason mau adik cewek apa adik cowok?”

“Mau adik cowok, biar bisa main kuda-kudaan kayak papa sama kakak tadi.”

Chanyeol hanya terkekeh sedangkan Baekhyun sudah benar-benar pasrah akan situasi saat ini.

image

Ina menggaruk dahinya yang tak gatal ini, dan menggeleng heran bisa bisanya Senja menyiapkan semua ini.

Eja saat ini tengah berada di kamar mandi membersihkan dirinya setelah Ina. Ina hanya butuh waktu 20 menit untuk membersihkan serta menyiapkan dirinya. Berbeda dengan Eja, sudah lebih dari 30 menit Eja tak kunjung keluar dari kamar mandi, bahkan suara guyuran shower sudah menghilang sejak 10 menit yang lalu.

'Tu bocah ngapain sih di kamar mandi ? Jangan-jangan coli lagi' Celetuk Ina sedirinya. Dengan penasaran Ina berniat untuk menguping di pintu kamar mandi. Belum usai Ina beranjak, suara knop pintu kamar mandi terdengar, menampakkan sosok tinggi tanpa busana, hanya handuk hotel uang melingkari pinggangnya, menutupi bagian bawahnya.

Ina terpaku dan meneguk ludahnya kasar saat melihat tubuh kekar Eja dengan abs yang basah karena air. Belum lagi V-Line yang tampak dalam itu, menandakan kepemilikan di bawah Eja cukup memiliki ukuran besar.

Ina memang pernah memegang kemaluan Eja tetapi ia belum pernah melihatnya, dan malam ini akan menjadi kali pertama Ina melihat penis lain selain penisnya sendiri.

“Ngapain aja dikamar mandi? Lama banget mandinya. Pasti lo coli kan?” Tuduh Ina sembari menuding Eja.

Eja masih asik mengeringkan rambutnya yang basah sembari menggeleng.

“Eja ga coli kok, Eja tadi cuma...”

“Cuma apa??” Tanya Ina penasaran.

“Belajar sedikit hehe.” Kekeh Eja sembari menggantung handuknya.

“Hah belajar? Belajar apaan di kamar mandi?” Ina mengerutkan dahinya bingung dengan maksud perkataan Eja.

“Ckkk ituloh, belajar—anu—” Eja menggerakkan jari telunjuknya keluar masuk ke dalam jarinya yang melingkar satunya.

Ina paham apa yang dimaksud “Belajar” oleh kekasihnya itu.

“Ohhhh nonton bokep, bilang kek yang jelas. Belajar, pffftttt..” Ledek Ina dan beranjak dari duduknya, membuka jendela kamar Hotel menampakan betapa indahnya pemandangan malam diluar sana dengan langit yang dipenuhi letusan kembang api.

Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, tetapi tak ada pergerakan dari Eja, ia malah memilih duduk di pinggir ranjang dengan handuk yang masih setia menutupi area bawahnya dan menatap tubuh molek Ina yang hanya menggenakan kemeja putih kebesarannya dengan boxer calvin klein kebanggaannya.

Ina sudah geregetan menunggu Eja memeluknya dari belakang dan mencumbuinya, tetapi sepertinya Eja belum berani sebinal itu, jadi dengan inisiatif, Ina mencoba intuk memulai duluan.

“Eja,..” panggil Ina. Eja langsung mendongakan kepalanya menatap Ina.

“Mau mulai sekarang?” Tanya Ina. Eja hanya mengangguk dan langsung berdiri.

NP: Aisha Retno – W.H.U.T

Dengan gerakan yang seduktif, Ina melepas Boxernya dan melemparkannya kesembarangan arah. Belum apa-apa tetapi Eja sudah menelan ludahnya berkali-kali, bahkan saat ini jantungnya berdebar begitu kencang.

Kini hanya tersisa kemeja sutra navy yang menggantung pada tubuh Ina, kemeja yang cukup untuk menutupi bagian bawahnya.

Sembari berjalan mendekati Eja, satu persatu jari jemari lentik Ina melepas kancing kemejanya, perlahan kulit putih dan bersih Ina mulai terekspos. Hingga saat kancing ketiga dilepas, Eja langsung bisa melihat nipple coklat muda ke merah mudaan milik Ina. Dada Ina cukup berbeda dengan miliknya, jika miliknya keras dan kekar, Ina justru sebaliknya. Ina memiliki dada seperti bocah 5 tahun, dada yang lembek serta payudara yang sedikit menonjol dan nipple yang lebih besar dibanding milik Eja.

Kancing kelima sudah terbuka, menampakan gumpalan lemak menggemaskan, perut Ina yang tak ada absnya, seperti perut bocah yang habis dijajani cilok. Gemas. Begitulah batin Eja, hingga akhirnya jari jemari Ina siap untuk melepaskan kancing terakhir.

Eja langsung mendudukan dirinya kembali ke ranjang dan menatap Ina, bagaimana jari jemari itu berusaha untuk melepaskan kancingnya, hingga saat kancing itu terlepas, kemeja navy itu berhasil terjun bebas dari tubuh Ina, memperlihatkan seluruh tubuh polos Ina.

Eja enggan menatap bagian bawah Ina, ia memilih untuk mendongakkan kepalanya dan berusaha untuk menatap mata Ina.

“Aku udah terlanjang, sekarang giliran kamu.” Ucap Ina. Mendengar permintaan Ina, Eja langsung mengagguk dan langsung melepas ikatan handuknya, dengan mata yang masih menatap mata Ina.

“Kenapa liatin mata aku terus? Kamu ga mau liat punyaku?” Ucap Ina, Eja hanya menggeleng sembari melepas handuknya.

“Aku ga akan lihat punyamu sebelum kamu ijinin.” Ucap Eja.

Memang butuh kesabaran extra bagi Ina untuk mengajari Eja kejalan yang sesat. Dengan perlahan, Ina menangkup kedua pipi Eja, mengarahkan kepalanya kebawah, tepat ke penis Ina.

“Jangan kaget ya, punyaku agak beda.” Ucap Ina pada akhirnya.

Eja menatap miliknya dan kembali menatap milik Ina, mencari dimana letak bedanya, hingga Eja menyadari dimana letak perbedaannya.

Ukuran penis Ina lebih kecil dari miliknya dan bahkan tak ada bulu pubis yang tumbuh di sekitar sana. Ralat! Ada bulu pubis tetapi tak sehitam dan selebat milih Eja, bulu pubis Ina cenderung berwarna coklat gelap dan tak banyak tumbuh hanya beberapa helai.

Tangan Eja mulai menyentuh tubuh Ina, mulai dari pinggul hingga meraba pantat Ina yang montok dan sintal itu. Sesekali Eja meremas pantat itu seperti yang ia tonton di film bokep sebelumnya.

“Jaaa ahhh—” Desah Ina saat Eja meremas remas pantatnya. Desahan sexual Ina yang begitu candu bagi telinga Eja.

Kini pandangan Eja tepat berada di depan selangkangan Ina, menampakan penis mungil yang masih menggantung latu. Perlahan Eja mendekatkan wajahnya, lalu mengecup paha Ina yang putih

Kecupan perlahan naik, hingga berhenti pada selangkangan Ina. Tangan Ina yang memengang pundak Eja, meremas kulit pundaknya untuk menahan desahannya.

Eja masih asik mengecup area selangkangan Ina sembari menutup matanya, menghirup aroma wangi manis yang begitu candu. Hingga bibirnya tak sengaja menyenggol kulit lain yang tak lain adalah penis Ina.

“Ja, kalo aku minta blow job kamu mau kan?” Eja langsung mengangguk dan menjilat penis Ina, matanya kini menatap Ina diatasnya yang memejamkan matanya, menikmati setiap jilatan yang Eja berikan pada penis mungilnya.

Penis yang semula layu itu perlahan menegang dan mengeras. Dengan sigap Eja langsung memasukan penis itu kedalam mulutnya, mengulum penis itu, memaju mundukan kepalanya dan sesekali menghisapnya.

“Ahhh—jaa, mpphhhh ahhh Ejahh—” Cercau Ina dan semakin kuat meremas pundak Eja.

Eja semakin kencang mengulum penis Ina dan sesekali lidahnya memainkan kepala penis Ina.

“Mphhhh, ja aku mau keluar.. ahhhh—fuck” Belum sempat Ina mengeluarkan penisnya, penisnya terlebih dahulu memuntahkan sperma di dalam mulut Eja.

“Ja, jangan ditelen.” Tetlambat, Eja sudah menelan spermanya tanpa sisa bahkan ujung bibir Eja masih tersisa tetes sperma Ina.

Melihat itu, Ina langsung duduk diatas paha Eja, mencium bibir Eja, menikmati sisa sperma miliknya di bibir Eja.

“Eja..” Ucap Ina melepaskan ciumannya.

“Iya Ina?” Sahut Eja.

“Aku mencintaimu, Ezra Al-Faqih.” Mendengar pengakuan itu, Eja langsung merebahkan tubuh Ina di ranjang dan mengukungnya.

“Aku juga mencintaimu, Khrisna Maheswara.” Ucap Eja ymdan kembali mencium bibir Ina. Tangan Ina masih asik mengalung pada tengkuk Eja. Desahan demi desahan ia keluarkan saat ciuman Eja mulai menjamah kulit lainnya. Mulai dari leher, tulang selangka hingga kini Eja mengecup dadanya.

“Jahh mppphhh, I Love You.” Mendengar itu dari mulut Ina membuat rasa melayang di kepala Eja, benar benar seperti sedang menghisap sabu-sabu. Eja benar-benar mabuk kepayang.

Ejapun langsung menjilat nipple Ina yang sudah mengeras dan menghisap nipplenya. Rasanya gurih, sungguh sangat gurih. Tangan Eja yang satunya asik memilin dan menekan-nekan nipple Ina yang satunya membuat Ina merasa nikmat dan terangsang.

“Ja, aku udah siap, mphhhh.” Mendengar pernyataan Ina, membuat Eja menghentikan aktivitasnya dan menatap Ina dengan lekat.

“Kamu yakin?” Ina mengangguk, menatap manik Eja untuk meyakinkannya.

“Iya, aku yakin. Aku yakin untuk menyerahkannya padamu, ja. Aku yakin ja. Seratus persen yakin.” Ucap Ina dan melebarkan kakinya.

Eja hanya tersenyum lalu mengecup kening Ina dengan dalam. Sembari berbisik. “I Love You”

Eja meraih botol lube yang sudah Ina siapkan sebelumnya dia atas meja di sebelah ranjang mereka. Menuangkannya ke jari jemari besarnya. Belajar dari bokep, Eja hanya menuangkan cairan itu dengan satu jari untuk melakukan foreplay pada lubang Ina.

Saat dirasanya jari Eja sudah basah, Eja kembali menatap Ina. Iya yang mengerti hanya mengangguk meyakinkan Eja.

“Ina, kalau sakit bilang ya.” Ucap Eja yang hanya dibalas anggukan oleh Ina.

Ejapun melumuri bagian luar lubang Ina dengan cairan lube, memainkan jarinya dengan gerakan melingkar hingga secara perlahan jarinya masuk kedalam lubang Ina.

Mata Ina memejam merasakan suatu benda asing masuk pertama kalinya kedalam lubangnya. Secara reflek, Ina menggoyangkan pinggulnya, agar jari Eja bisa bermain di dalam sana, menyentuh setiap otot dinding lubangnya.

“Ja, mppphhhh tambah satu jari lagi.” Eja pun mematuhi perintah Ina, jari telunjuknyapun Ina masukan kedalam lubang Ina dan mulai mengocok lubang Ina.

Ina semakin melebarkan kakinya, memejamkan matanya menikmati permainan Eja dibawah sana. Nikmat sungguh nikmat, padahal itu hanya jari Eja tetapi begitu nikmat luar biasa yang Ina rasakan, hingga tak henti desahannya keluar dari mulut Ina.

Berbekal dari ilmu bokep, Eja mengocok lubang Ina dengan gaya menggunting, agar memudahkan penisnya untuk masuk nanti.

Eja semakin mengocok lubang Ina, desahan Ina juga semakin menggila, hingga jarinya tak sengaja menyentuh sebuah gundukan.

“Ahhhhh—-Ejaaaa disana ja disana mphhhh—” Cercau Ina, Eja tak mengerti apa maksud Ina tetapi ia tahu bahwa benjolan yang ia sentuh itu membuat Ina begitu kenikmatan.

Eja memainkan kedua jarinya di benjolan itu hingga desahan Ina semakin menjadi dan membuat Eja ketagihan untuk mendengarkannya. Jujur saja desahan Ina sangat seksi di telinga Eja, bahkan dengan mendengarkan desahannya saja, Eja sangat terangsang dan ikut mendesah.

“Jah, mpphhhh aku mau keluar lagi ahhh—” Sudah dua kali Ina pelepasan dan itu sungguh nikmat membuat kepala Ina melayang seperti langit ke tujuh.

Setelah pelepasan itu, Eja langsung mengeluarkan kedua jarinya, saat Eja mengeluarkannya terdapat cairan lengket dan juga kental ikut keluar, membuat sebuah benang yang panjang. Entah cairan apa tetapi cairan itu terus keluar saat lubang Ina mengatup membuat Eja semakin ereksi dan mengeras.

“Ina..” Panggil Eja. Ina hanya berdeham karena nafasnya masih terengah-engah setelah pelepasan tadi.

“Ina lelah ya? Eja udahin ya, ka—”

“No!! lo belum masuk, gue juga pengen ngerasain kontol lo kali.” Potong Ina dan menatap mata Eja.

“Tapi kalo lo belum siap, gapapa kita bisa lakuin lain kali.” Lanjut Ina kembali dan bangun dari tidurnya. Belum sempurna Ina bangun, Eja langsung kembali mengukung Ina, mencumbu bibirnya ganas, mengigit kecil kulit lembut itu sehingga lenguhan keluar dari bibir Eja.

“Ina, kalo sakit bilang ya, Eja bakal hati-hati.” Ina hanya mengangguk dan semakin melebarkan kakinya.

Eja meraih kondom satu kondom diatas meja dan membuka dengan giginya, jujur saja Ina yang melihatnya dari bawah begitu seksi dan membuat dirinya semakin bergairah.

“Kamu bisa kan makenya?” Tanya Ina pada Eja, karena Ina bisa melihat ekspresi kebingungan di wajah Eja.

“Bisa kok, tadi Eja belajar di youtube juga.” Sumpah rasanya Ina ingin tertawa kencang tetapi ia tahan dan kembali memperhatikan Eja yang perlahan memakai kondomnya.

Apakah Eja sering berolah raga? Hingga penisnya pun berurat seperti itu. Apakah penisnya akan muat di lubang sempitnya? Pikiran Ina begitu melayang saat ia melihat langsung bentuk penis milik kekasihnya, belum lagi bulu-bulu yang tumbuh disekitarnya begitu lebat dan hitam.

“Ina, Eja masukin ya.” Ucap Eja, da mengocok penisnya dengan lube, agar lebih licin.

“Ina...”

“Hmmmm???”

“Kqlau Ina kesakitan, Ina bisa minta stop, kalo Ina mau tahan, Ina bisa remes tangan Eja.” Ucap Eja sembari menautkan jari jemarinya pada jari jemari Ina.

Ina hanya mengangguk dan menatap Eja dengan lekat, hingga Ina mulai merasakan sesuatu mendorong berusaha masuk kedalam lubangnya.

Punya Eja begitu besar sedangkan lubang Ina begitu sempit, membuat penis Eja mengalami kesulitan untuk masuk.

“Jahh, cium aku.” Pinta Ina dengan air mata yang mulai menetes diujung matanya, merasakan kesakitan serta kenikmatan.

Eja pun mendekatkan bibirnya ke bibir Ina, dan berbisik “I Love You” sebelum Eja mencium Ina dan menyogok penisnya masuk kedalam hingga masuk dengan sempurna.

“Mppphhhhh Eja, I Love You too.” Sahut Ina di tengah ciumannya.

Jari jemarinya semakin erat menggenggam tangan Eja menahan rasa sakit sekaligus nikmat dibawah sana. Jari jari kaki Ina juga ikut mengatup berusaha menahan getaran dalam dirinya, sebuah getaran kenikmatan.

Jujur saja, bagi Ina yang melakukannya untuk pertama kali belum lagi ia mendapatkan penis yang cukup besar, lubangnya merasa cukup perih saat Eja berusaha memasukkan seluruh miliknya.

Setelah dirasa masuk dengan sempurna, Eja melepaskan ciuman mereka dan mengusap air mata Ina yang tak henti turun dari ujung matanya.

“Maaf—”

“Jangan minta maaf, aku menangis bukan karena sedih, tapi karena kenikmatan.” Ujar Ina.

“Kalau gitu, aku gerak ya.” Ucap Eja. Ina hanya mengangguk, Eja pun mengecup pipi tembam Ina dan mulai menggerakkan pinggulnya perlahan. Merasakan penisnya yang dipijit nikmat oleh dinding lubang Ina.

“Inaahhh..”

“Ejahhh..”

Cercau mereka saling mengucapkan nama masing-masing.

Eja kembali mencium bibir Ina, sedangkan Ina tak henti-hentinya mendesah kenikmatan karena permainan Eja yang lembut itu membuatnya benar-benar gila.

Suara benturan kulit, serta desahan dari masing-masing mulut memenuhi kamar hotel yang cukup luas itu.

“Ja, ganti posisi yuk, aku capek ngangkang.” Ucap Ina karena jujur saja kakinya yang menggantung di pinggul Eja mulai kelelahan.

'Ninorang lama banget sih cum nya gue udah cum 2 kali dia sekalipun belum' Batin Ina dalam hati.

Ejapun menuruti keinginan Ina dan memilih mengganti posisinya dengan berbaring memeluk Ina mengangkat sebelah kaki Ina agar penisnya semakin diapit oleh lubang milik Ina.

Tangan mereka masih bertautan, dan kini Eja mulai menciumi kulit punggung Ina, meninggalkan beberapa tanda kemerahan disana.

“Ja, kencengin dong. Cari titik yang tadi.” Pinta Ina.

“Nanti kamu kesakitan.” Ucap Eja dalam hatinya Ina sudah kesal, lain kali Ina saja yang memuaskan Eja karena ternyata Eja belum ahli memuaskan dirinya sendiri.

“Engga ja, kalo aku desah artinya itu nikmat.” Ucap Ina.

Akhirnya Ejapun menaikan tempo genjotannya, berusaha mencari-cari benjolan yang ia sentuh tadi dengan jarinya. Tepat sat kepala penisnya menyentuh benjolan itu, Ina langsung menggelinjang, membusungkan dadanya.

“Ohhhhh God, Iya ja disana ja. Mphhh fuckhh.” Mendengar cercauan Ina itu Eja semakin menggoyangkan pinggulnya dengan ritme yang brutal, menumbuk benjolan itu hingga lubang Ina semakin mengetat dan memijit penisnya dengan gila.

“Inaaahhh mppphhhh”

“Ejaaaaahhhh mppphhh”

Kini Ina bisa merasakan sesuatu di perutnya, sesuatu yang tumpul yang berusaha menabrak titik prostatnya berkali-kali. Tangan Ina yang masih menggenggam tangan Eja ia tuntun untuk menyentuh perutnya merasakan benda itu menusuk kulitnya.

“Punyamu” Ucap Ina sembari tersenyum.

“Sakit kah?” Tanya Eja. Ina hanya menggeleng dan masih tersenyum.

“Nikmat, aku suka.” Mendengar hal itu Eja langsung tersenyum dan menambah ritme genjotannya. Membisikan kata I Love You di telinga Ina dan menggigit daun telinga Ina dengan halus.

“Ahhhh Ejahhh I—hhh Love You too. Fuckhhh” Cercau Ina kenikmatan dengan penis Eja, hingga akhirnya Ina bisa merasakan penis Eja mulai membesar di dalam sana. Inapun mengetatkan lubangnya agar semakin memijit nikmat milik Eja.

“Ina, Eja mau keluar ahhhh.” Ucap Eja.

“Bareng sayang, mpphhhhh” Sambing Ina dan semakin mengeratkan genggamannya.

“I love youhhh.”

“I love you too—ahhhh Ina...”

“Ejaahhh”

Akhirnya merekapun pelepasan secara bersamaan, mengeluarkan cairan kental dan putih itu.

Eja kembali menciumi bibir Ina melepas penisnya dari lubang Ina dan melepaskan kondomnya, lalu mengikat kondom itu agar spremanya tak berantakan. Tapi itu sia sia aja karena ranjang mereka sudah penuh dengan sperma milik Ina.

“Ja, jangan tinggalin aku ya?” Ucap Ina dan memeluk dada bidang milik Eja.

“Iya, Eja ga akan ninggalin Ina.” Sahut Eja.

“Janji?”

“Janji.” Ejapun meraih dagu Ina menariknya naik sehingga ia bisa melihat manik sabit Ina.

“Eja ga akan ninggalin Ina, apapun yang terjadi.” Ucap Eja dan mencium bibir Ina dengan lembut, menyalurkan rasa sayangnya pada pria mungil yang kini menjadi kekasihnya.

“Thanks ja, I love you.” Ucap Ina sebelum ia memejamkan matanya.

“I love you too, Khrisna Maheswara.” Sahut Eja dan mengecup pucuk kepala Ina, memeluk tubuh mungil itu untuk menyalurkan kehangatannya.

Jika di pikir Eja masih tak menyangka jika ia akan jatuh cinta pada Ina yang dahulu menjadi musuh bebuyutannya, berubah memiliki sifat penyayang dan mulai belajar mengenal apa itu cinta. Eja sungguh berterima kasih atas kehadiran Ina. Dalam hatinya Eja selalu berdoa agar Tuhan selalu melindungi lelaki mungilnya.

image

Ina menggaruk dahinya yang tak gatal ini, dan menggeleng heran bisa bisanya Senja menyiapkan semua ini.

Eja saat ini tengah berada di kamar mandi membersihkan dirinya setelah Ina. Ina hanya butuh waktu 20 menit untuk membersihkan serta menyiapkan dirinya. Berbeda dengan Eja, sudah lebih dari 30 menit Eja tak kunjung keluar dari kamar mandi, bahkan suara guyuran shower sudah menghilang sejak 10 menit yang lalu.

'Tu bocah ngapain sih di kamar mandi ? Jangan-jangan coli lagi' Celetuk Ina sedirinya. Dengan penasaran Ina berniat untuk menguping di pintu kamar mandi. Belum usai Ina beranjak, suara knop pintu kamar mandi terdengar, menampakkan sosok tinggi tanpa busana, hanya handuk hotel uang melingkari pinggangnya, menutupi bagian bawahnya.

Ina terpaku dan meneguk ludahnya kasar saat melihat tubuh kekar Eja dengan abs yang basah karena air. Belum lagi V-Line yang tampak dalam itu, menandakan kepemilikan di bawah Eja cukup memiliki ukuran besar.

Ina memang pernah memegang kemaluan Eja tetapi ia belum pernah melihatnya, dan malam ini akan menjadi kali pertama Ina melihat penis lain selain penisnya sendiri.

“Ngapain aja dikamar mandi? Lama banget mandinya. Pasti lo coli kan?” Tuduh Ina sembari menuding Eja.

Eja masih asik mengeringkan rambutnya yang basah sembari mengangguk.

“Eja ga coli kok, Eja tadi cuma...”

“Cuma apa??” Tanya Ina penasaran.

“Belajar sedikit hehe.” Kekeh Eja sembari menggantung handuknya.

“Hah belajar? Belajar apaan di kamar mandi?” Ina mengerutkan dahinya bingung dengan maksud perkataan Eja.

“Ckkk ituloh, belajar—anu—” Eja menggerakkan jari telunjuknya keluar masuk ke dalam jarinya yang melingkar satunya.

Ina paham apa yang dimaksud “Belajar” oleh kekasihnya itu.

“Ohhhh nonton bokep, bilang kek yang jelas. Belajar, pffftttt..” Ledek Ina dan beranjak dari duduknya, membuka jendela kamar Hotel menampakan betapa indahnya pemandangan malam diluar sana dengan langit yang dipenuhi letusan kembang api.

Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, tetapi tak ada pergerakan dari Eja, ia malah memilih duduk di pinggir ranjang dengan handuk yang masih setia menutupi area bawahnya dan menatap tubuh molek Ina yang hanya menggenakan kemeja putih kebesarannya dengan boxer calvin klein kebanggaannya.

Ina sudah geregetan menunggu Eja memeluknya dari belakang dan mencumbuinya, tetapi sepertinya Eja belum berani sebinal itu, jadi dengan inisiatif, Ina mencoba intuk memulai duluan.

“Eja,..” panggil Ina. Eja langsung mendongakan kepalanya menatap Ina.

“Mau mulai sekarang?” Tanya Ina. Eja hanya mengangguk dan langsung berdiri.

Dengan gerakan yang seduktif, Ina melepas Boxernya dan melemparkannya kesembarangan arah. Belum apa-apa tetapi Eja sudah menelan ludahnya berkali-kali, bahkan saat ini jantungnya berdebar begitu kencang.

Kini hanya tersisa kemeja sutra navy yang menggantung pada tubuh Ina, kemeja yang cukup untuk menutupi bagian bawahnya.

Sembari berjalan mendekati Eja, satu persatu jari jemari lentik Ina melepas kancing kemejanya, perlahan kulit putih dan bersih Ina mulai terekspos. Hingga saat kancing ketiga dilepas, Eja langsung bisa melihat nipple coklat muda ke merah mudaan milik Ina. Dada Ina cukup berbeda dengan miliknya, jika miliknya keras dan kekar, Ina justru sebaliknya. Ina memiliki dada seperti bocah 5 tahun, dada yang lembek serta payudara yang sedikit menonjol dan nipple yang lebih besar dibanding milik Eja.

Kancing kelima sudah terbuka, menampakan gumpalan lemak menggemaskan, perut Ina yang tak ada absnya, seperti perut bocah yang habis dijajani cilok. Gemas. Begitulah batin Eja, hingga akhirnya jari jemari Ina siap untuk melepaskan kancing terakhir.

Eja langsung mendudukan dirinya kembali ke ranjang dan menatap Ina, bagaimana jari jemari itu berusaha untuk melepaskan kancingnya, hingga saat kancing itu terlepas, kemeja navy itu berhasil terjun bebas dari tubuh Ina, memperlihatkan seluruh tubuh polos Ina.

Eja enggan menatap bagian bawah Ina, ia memilih untuk mendongakkan kepalanya dan berusaha untuk menatap mata Ina.

“Aku udah terlanjang, sekarang giliran kamu.” Ucap Ina. Mendengar permintaan Ina, Eja langsung mengagguk dan langsung melepas ikatan handuknya, dengan mata yang masih menatap mata Ina.

“Kenapa liatin mata aku terus? Kamu ga mau liat punyaku?” Ucap Ina, Eja hanya menggeleng sembari melepas handuknya.

“Aku ga akan lihat punyamu sebelum kamu ijinin.” Ucap Eja.

Memang butuh kesabaran extra bagi Ina untuk mengajari Eja kejalan yang sesat. Dengan perlahan, Ina menangkup kedua pipi Eja, mengarahkan kepalanya kebawah, tepat ke penis Ina.

“Jangan kaget ya, punyaku agak beda.” Ucap Ina pada akhirnya.

Eja menatap miliknya dan kembali menatap milik Ina, mencari dimana letak bedanya, hingga Eja menyadari dimana letak perbedaannya.

Ukuran penis Ina lebih kecil dari miliknya dan bahkan tak ada bulu pubis yang tumbuh di sekitar sana. Ralat! Ada bulu pubis tetapi tak sehitam dan selebat milih Eja, bulu pubis Ina cenderung berwarna coklat gelap dan tak banyak tumbuh hanya beberapa helai.

Tangan Eja mulai menyentuh tubuh Ina, mulai dari pinggul hingga meraba pantat Ina yang montok dan sintal itu. Sesekali Eja meremas pantat itu seperti yang ia tonton di film bokep sebelumnya.

“Jaaa ahhh—” Desah Ina saat Eja meremas remas pantatnya. Desahan sexual Ina yang begitu candu bagi telinga Eja.

Kini pandangan Eja tepat berada di depan selangkangan Ina, menampakan penis mungil yang masih menggantung latu. Perlahan Eja mendekatkan wajahnya, lalu mengecup paha Ina yang putih

Kecupan perlahan naik, hingga berhenti pada selangkangan Ina. Tangan Ina yang memengang pundak Eja, meremas kulit pundaknya untuk menahan desahannya.

Eja masih asik mengecup area selangkangan Ina sembari menutup matanya, menghirup aroma wangi manis yang begitu candu. Hingga bibirnya tak sengaja menyenggol kulit lain yang tak lain adalah penis Ina.

“Ja, kalo aku minta blow job kamu mau kan?” Eja langsung mengangguk dan menjilat penis Ina, matanya kini menatap Ina diatasnya yang memejamkan matanya, menikmati setiap jilatan yang Eja berikan pada penis mungilnya.

Penis yang semula layu itu perlahan menegang dan mengeras. Dengan sigap Eja langsung memasukan penis itu kedalam mulutnya, mengulum penis itu, memaju mundukan kepalanya dan sesekali menghisapnya.

“Ahhh—jaa, mpphhhh ahhh Ejahh—” Cercau Ina dan semakin kuat meremas pundak Eja.

Eja semakin kencang mengulum penis Ina dan sesekali lidahnya memainkan kepala penis Ina.

“Mphhhh, ja aku mau keluar.. ahhhh—fuck” Belum sempat Ina mengeluarkan penisnya, penisnya terlebih dahulu memuntahkan sperma di dalam mulut Eja.

“Ja, jangan ditelen.” Tetlambat, Eja sudah menelan spermanya tanpa sisa bahkan ujung bibir Eja masih tersisa tetes sperma Ina.

Melihat itu, Ina langsung duduk diatas paha Eja, mencium bibir Eja, menikmati sisa sperma miliknya di bibir Eja.

“Eja..” Ucap Ina melepaskan ciumannya.

“Iya Ina?” Sahut Eja.

“Aku mencintaimu, Ezra Al-Faqih.” Mendengar pengakuan itu, Eja langsung merebahkan tubuh Ina di ranjang dan mengukungnya.

“Aku juga mencintaimu, Khrisna Maheswara.” Ucap Eja ymdan kembali mencium bibir Ina. Tangan Ina masih asik mengalung pada tengkuk Eja. Desahan demi desahan ia keluarkan saat ciuman Eja mulai menjamah kulit lainnya. Mulai dari leher, tulang selangka hingga kini Eja mengecup dadanya.

“Jahh mppphhh, I Love You.” Mendengar itu dari mulut Ina membuat rasa melayang di kepala Eja, benar benar seperti sedang menghisap sabu-sabu. Eja benar-benar mabuk kepayang.

Ejapun langsung menjilat nipple Ina yang sudah mengeras dan menghisap nipplenya. Rasanya gurih, sungguh sangat gurih. Tangan Eja yang satunya asik memilin dan menekan-nekan nipple Ina yang satunya membuat Ina merasa nikmat dan terangsang.

“Ja, aku udah siap, mphhhh.” Mendengar pernyataan Ina, membuat Eja menghentikan aktivitasnya dan menatap Ina dengan lekat.

“Kamu yakin?” Ina mengangguk, menatap manik Eja untuk meyakinkannya.

“Iya, aku yakin. Aku yakin untuk menyerahkannya padamu, ja. Aku yakin ja. Seratus persen yakin.” Ucap Ina dan melebarkan kakinya.

Eja hanya tersenyum lalu mengecup kening Ina dengan dalam. Sembari berbisik. “I Love You”

Eja meraih botol lube yang sudah Ina siapkan sebelumnya dia atas meja di sebelah ranjang mereka. Menuangkannya ke jari jemari besarnya. Belajar dari bokep, Eja hanya menuangkan cairan itu dengan satu jari untuk melakukan foreplay pada lubang Ina.

Saat dirasanya jari Eja sudah basah, Eja kembali menatap Ina. Iya yang mengerti hanya mengangguk meyakinkan Eja.

“Ina, kalau sakit bilang ya.” Ucap Eja yang hanya dibalas anggukan oleh Ina.

Ejapun melumuri bagian luar lubang Ina dengan cairan lube, memainkan jarinya dengan gerakan melingkar hingga secara perlahan jarinya masuk kedalam lubang Ina.

Mata Ina memejam merasakan suatu benda asing masuk pertama kalinya kedalam lubangnya. Secara reflek, Ina menggoyangkan pinggulnya, agar jari Eja bisa bermain di dalam sana, menyentuh setiap otot dinding lubangnya.

“Ja, mppphhhh tambah satu jari lagi.” Eja pun mematuhi perintah Ina, jari telunjuknyapun Ina masukan kedalam lubang Ina dan mulai mengocok lubang Ina.

Ina semakin melebarkan kakinya, memejamkan matanya menikmati permainan Eja dibawah sana. Nikmat sungguh nikmat, padahal itu hanya jari Eja tetapi begitu nikmat luar biasa yang Ina rasakan, hingga tak henti desahannya keluar dari mulut Ina.

Berbekal dari ilmu bokep, Eja mengocok lubang Ina dengan gaya menggunting, agar memudahkan penisnya untuk masuk nanti.

Eja semakin mengocok lubang Ina, desahan Ina juga semakin menggila, hingga jarinya tak sengaja menyentuh sebuah gundukan.

“Ahhhhh—-Ejaaaa disana ja disana mphhhh—” Cercau Ina, Eja tak mengerti apa maksud Ina tetapi ia tahu bahwa benjolan yang ia sentuh itu membuat Ina begitu kenikmatan.

Eja memainkan kedua jarinya di benjolan itu hingga desahan Ina semakin menjadi dan membuat Eja ketagihan untuk mendengarkannya. Jujur saja desahan Ina sangat seksi di telinga Eja, bahkan dengan mendengarkan desahannya saja, Eja sangat terangsang dan ikut mendesah.

“Jah, mpphhhh aku mau keluar lagi ahhh—” Sudah dua kali Ina pelepasan dan itu sungguh nikmat membuat kepala Ina melayang seperti langit ke tujuh.

Setelah pelepasan itu, Eja langsung mengeluarkan kedua jarinya, saat Eja mengeluarkannya terdapat cairan lengket dan juga kental ikut keluar, membuat sebuah benang yang panjang. Entah cairan apa tetapi cairan itu terus keluar saat lubang Ina mengatup membuat Eja semakin ereksi dan mengeras.

“Ina..” Panggil Eja. Ina hanya berdeham karena nafasnya masih terengah-engah setelah pelepasan tadi.

“Ina lelah ya? Eja udahin ya, ka—”

“No!! lo belum masuk, gue juga pengen ngerasain kontol lo kali.” Potong Ina dan menatap mata Eja.

“Tapi kalo lo belum siap, gapapa kita bisa lakuin lain kali.” Lanjut Ina kembali dan bangun dari tidurnya. Belum sempurna Ina bangun, Eja langsung kembali mengukung Ina, mencumbu bibirnya ganas, mengigit kecil kulit lembut itu sehingga lenguhan keluar dari bibir Eja.

“Ina, kalo sakit bilang ya, Eja bakal hati-hati.” Ina hanya mengangguk dan semakin melebarkan kakinya.

Eja meraih kondom satu kondom diatas meja dan membuka dengan giginya, jujur saja Ina yang melihatnya dari bawah begitu seksi dan membuat dirinya semakin bergairah.

“Kamu bisa kan makenya?” Tanya Ina pada Eja, karena Ina bisa melihat ekspresi kebingungan di wajah Eja.

“Bisa kok, tadi Eja belajar di youtube juga.” Sumpah rasanya Ina ingin tertawa kencang tetapi ia tahan dan kembali memperhatikan Eja yang perlahan memakai kondomnya.

Apakah Eja sering berolah raga? Hingga penisnya pun berurat seperti itu. Apakah penisnya akan muat di lubang sempitnya? Pikiran Ina begitu melayang saat ia melihat langsung bentuk penis milik kekasihnya, belum lagi bulu-bulu yang tumbuh disekitarnya begitu lebat dan hitam.

“Ina, Eja masukin ya.” Ucap Eja, da mengocok penisnya dengan lube, agar lebih licin.

“Ina...”

“Hmmmm???”

“Kqlau Ina kesakitan, Ina bisa minta stop, kalo Ina mau tahan, Ina bisa remes tangan Eja.” Ucap Eja sembari menautkan jari jemarinya pada jari jemari Ina.

Ina hanya mengangguk dan menatap Eja dengan lekat, hingga Ina mulai merasakan sesuatu mendorong berusaha masuk kedalam lubangnya.

Punya Eja begitu besar sedangkan lubang Ina begitu sempit, membuat penis Eja mengalami kesulitan untuk masuk.

“Jahh, cium aku.” Pinta Ina dengan air mata yang mulai menetes diujung matanya, merasakan kesakitan serta kenikmatan.

Eja pun mendekatkan bibirnya ke bibir Ina, dan berbisik “I Love You” sebelum Eja mencium Ina dan menyogok penisnya masuk kedalam hingga masuk dengan sempurna.

“Mppphhhhh Eja, I Love You too.” Sahut Ina di tengah ciumannya.

Jari jemarinya semakin erat menggenggam tangan Eja menahan rasa sakit sekaligus nikmat dibawah sana. Jari jari kaki Ina juga ikut mengatup berusaha menahan getaran dalam dirinya, sebuah getaran kenikmatan.

Jujur saja, bagi Ina yang melakukannya untuk pertama kali belum lagi ia mendapatkan penis yang cukup besar, lubangnya merasa cukup perih saat Eja berusaha memasukkan seluruh miliknya.

Setelah dirasa masuk dengan sempurna, Eja melepaskan ciuman mereka dan mengusap air mata Ina yang tak henti turun dari ujung matanya.

“Maaf—”

“Jangan minta maaf, aku menangis bukan karena sedih, tapi karena kenikmatan.” Ujar Ina.

“Kalau gitu, aku gerak ya.” Ucap Eja. Ina hanya mengangguk, Eja pun mengecup pipi tembam Ina dan mulai menggerakkan pinggulnya perlahan. Merasakan penisnya yang dipijit nikmat oleh dinding lubang Ina.

“Inaahhh..”

“Ejahhh..”

Cercau mereka saling mengucapkan nama masing-masing.

Eja kembali mencium bibir Ina, sedangkan Ina tak henti-hentinya mendesah kenikmatan karena permainan Eja yang lembut itu membuatnya benar-benar gila.

Suara benturan kulit, serta desahan dari masing-masing mulut memenuhi kamar hotel yang cukup luas itu.

“Ja, ganti posisi yuk, aku capek ngangkang.” Ucap Ina karena jujur saja kakinya yang menggantung di pinggul Eja mulai kelelahan.

'Ninorang lama banget sih cum nya gue udah cum 2 kali dia sekalipun belum' Batin Ina dalam hati.

Ejapun menuruti keinginan Ina dan memilih mengganti posisinya dengan berbaring memeluk Ina mengangkat sebelah kaki Ina agar penisnya semakin diapit oleh lubang milik Ina.

Tangan mereka masih bertautan, dan kini Eja mulai menciumi kulit punggung Ina, meninggalkan beberapa tanda kemerahan disana.

“Ja, kencengin dong. Cari titik yang tadi.” Pinta Ina.

“Nanti kamu kesakitan.” Ucap Eja dalam hatinya Ina sudah kesal, lain kali Ina saja yang memuaskan Eja karena ternyata Eja belum ahli memuaskan dirinya sendiri.

“Engga ja, kalo aku desah artinya itu nikmat.” Ucap Ina.

Akhirnya Ejapun menaikan tempo genjotannya, berusaha mencari-cari benjolan yang ia sentuh tadi dengan jarinya. Tepat sat kepala penisnya menyentuh benjolan itu, Ina langsung menggelinjang, membusungkan dadanya.

“Ohhhhh God, Iya ja disana ja. Mphhh fuckhh.” Mendengar cercauan Ina itu Eja semakin menggoyangkan pinggulnya dengan ritme yang brutal, menumbuk benjolan itu hingga lubang Ina semakin mengetat dan memijit penisnya dengan gila.

“Inaaahhh mppphhhh”

“Ejaaaaahhhh mppphhh”

Kini Ina bisa merasakan sesuatu di perutnya, sesuatu yang tumpul yang berusaha menabrak titik prostatnya berkali-kali. Tangan Ina yang masih menggenggam tangan Eja ia tuntun untuk menyentuh perutnya merasakan benda itu menusuk kulitnya.

“Punyamu” Ucap Ina sembari tersenyum.

“Sakit kah?” Tanya Eja. Ina hanya menggeleng dan masih tersenyum.

“Nikmat, aku suka.” Mendengar hal itu Eja langsung tersenyum dan menambah ritme genjotannya. Membisikan kata I Love You di telinga Ina dan menggigit daun telinga Ina dengan halus.

“Ahhhh Ejahhh I—hhh Love You too. Fuckhhh” Cercau Ina kenikmatan dengan penis Eja, hingga akhirnya Ina bisa merasakan penis Eja mulai membesar di dalam sana. Inapun mengetatkan lubangnya agar semakin memijit nikmat milik Eja.

“Ina, Eja mau keluar ahhhh.” Ucap Eja.

“Bareng sayang, mpphhhhh” Sambing Ina dan semakin mengeratkan genggamannya.

“I love youhhh.”

“I love you too—ahhhh Ina...”

“Ejaahhh”

Akhirnya merekapun pelepasan secara bersamaan, mengeluarkan cairan kental dan putih itu.

Eja kembali menciumi bibir Ina melepas penisnya dari lubang Ina dan melepaskan kondomnya, lalu mengikat kondom itu agar spremanya tak berantakan. Tapi itu sia sia aja karena ranjang mereka sudah penuh dengan sperma milik Ina.

“Ja, jangan tinggalin aku ya?” Ucap Ina dan memeluk dada bidang milik Eja.

“Iya, Eja ga akan ninggalin Ina.” Sahut Eja.

“Janji?”

“Janji.” Ejapun meraih dagu Ina menariknya naik sehingga ia bisa melihat manik sabit Ina.

“Eja ga akan ninggalin Ina, apapun yang terjadi.” Ucap Eja dan mencium bibir Ina dengan lembut, menyalurkan rasa sayangnya pada pria mungil yang kini menjadi kekasihnya.

“Thanks ja, I love you.” Ucap Ina sebelum ia memejamkan matanya.

“I love you too, Khrisna Maheswara.” Sahut Eja dan mengecup pucuk kepala Ina, memeluk tubuh mungil itu untuk menyalurkan kehangatannya.

Jika di pikir Eja masih tak menyangka jika ia akan jatuh cinta pada Ina yang dahulu menjadi musuh bebuyutannya, berubah memiliki sifat penyayang dan mulai belajar mengenal apa itu cinta. Eja sungguh berterima kasih atas kehadiran Ina. Dalam hatinya Eja selalu berdoa agar Tuhan selalu melindungi lelaki mungilnya.