
Ina menggaruk dahinya yang tak gatal ini, dan menggeleng heran bisa bisanya Senja menyiapkan semua ini.
Eja saat ini tengah berada di kamar mandi membersihkan dirinya setelah Ina. Ina hanya butuh waktu 20 menit untuk membersihkan serta menyiapkan dirinya. Berbeda dengan Eja, sudah lebih dari 30 menit Eja tak kunjung keluar dari kamar mandi, bahkan suara guyuran shower sudah menghilang sejak 10 menit yang lalu.
'Tu bocah ngapain sih di kamar mandi ? Jangan-jangan coli lagi' Celetuk Ina sedirinya. Dengan penasaran Ina berniat untuk menguping di pintu kamar mandi.
Belum usai Ina beranjak, suara knop pintu kamar mandi terdengar, menampakkan sosok tinggi tanpa busana, hanya handuk hotel uang melingkari pinggangnya, menutupi bagian bawahnya.
Ina terpaku dan meneguk ludahnya kasar saat melihat tubuh kekar Eja dengan abs yang basah karena air. Belum lagi V-Line yang tampak dalam itu, menandakan kepemilikan di bawah Eja cukup memiliki ukuran besar.
Ina memang pernah memegang kemaluan Eja tetapi ia belum pernah melihatnya, dan malam ini akan menjadi kali pertama Ina melihat penis lain selain penisnya sendiri.
“Ngapain aja dikamar mandi? Lama banget mandinya. Pasti lo coli kan?” Tuduh Ina sembari menuding Eja.
Eja masih asik mengeringkan rambutnya yang basah sembari menggeleng.
“Eja ga coli kok, Eja tadi cuma...”
“Cuma apa??” Tanya Ina penasaran.
“Belajar sedikit hehe.” Kekeh Eja sembari menggantung handuknya.
“Hah belajar? Belajar apaan di kamar mandi?” Ina mengerutkan dahinya bingung dengan maksud perkataan Eja.
“Ckkk ituloh, belajar—anu—” Eja menggerakkan jari telunjuknya keluar masuk ke dalam jarinya yang melingkar satunya.
Ina paham apa yang dimaksud “Belajar” oleh kekasihnya itu.
“Ohhhh nonton bokep, bilang kek yang jelas. Belajar, pffftttt..” Ledek Ina dan beranjak dari duduknya, membuka jendela kamar Hotel menampakan betapa indahnya pemandangan malam diluar sana dengan langit yang dipenuhi letusan kembang api.
Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, tetapi tak ada pergerakan dari Eja, ia malah memilih duduk di pinggir ranjang dengan handuk yang masih setia menutupi area bawahnya dan menatap tubuh molek Ina yang hanya menggenakan kemeja putih kebesarannya dengan boxer calvin klein kebanggaannya.
Ina sudah geregetan menunggu Eja memeluknya dari belakang dan mencumbuinya, tetapi sepertinya Eja belum berani sebinal itu, jadi dengan inisiatif, Ina mencoba intuk memulai duluan.
“Eja,..” panggil Ina. Eja langsung mendongakan kepalanya menatap Ina.
“Mau mulai sekarang?” Tanya Ina. Eja hanya mengangguk dan langsung berdiri.
NP: Aisha Retno – W.H.U.T
Dengan gerakan yang seduktif, Ina melepas Boxernya dan melemparkannya kesembarangan arah. Belum apa-apa tetapi Eja sudah menelan ludahnya berkali-kali, bahkan saat ini jantungnya berdebar begitu kencang.
Kini hanya tersisa kemeja sutra navy yang menggantung pada tubuh Ina, kemeja yang cukup untuk menutupi bagian bawahnya.
Sembari berjalan mendekati Eja, satu persatu jari jemari lentik Ina melepas kancing kemejanya, perlahan kulit putih dan bersih Ina mulai terekspos. Hingga saat kancing ketiga dilepas, Eja langsung bisa melihat nipple coklat muda ke merah mudaan milik Ina. Dada Ina cukup berbeda dengan miliknya, jika miliknya keras dan kekar, Ina justru sebaliknya. Ina memiliki dada seperti bocah 5 tahun, dada yang lembek serta payudara yang sedikit menonjol dan nipple yang lebih besar dibanding milik Eja.
Kancing kelima sudah terbuka, menampakan gumpalan lemak menggemaskan, perut Ina yang tak ada absnya, seperti perut bocah yang habis dijajani cilok. Gemas. Begitulah batin Eja, hingga akhirnya jari jemari Ina siap untuk melepaskan kancing terakhir.
Eja langsung mendudukan dirinya kembali ke ranjang dan menatap Ina, bagaimana jari jemari itu berusaha untuk melepaskan kancingnya, hingga saat kancing itu terlepas, kemeja navy itu berhasil terjun bebas dari tubuh Ina, memperlihatkan seluruh tubuh polos Ina.
Eja enggan menatap bagian bawah Ina, ia memilih untuk mendongakkan kepalanya dan berusaha untuk menatap mata Ina.
“Aku udah terlanjang, sekarang giliran kamu.” Ucap Ina. Mendengar permintaan Ina, Eja langsung mengagguk dan langsung melepas ikatan handuknya, dengan mata yang masih menatap mata Ina.
“Kenapa liatin mata aku terus? Kamu ga mau liat punyaku?” Ucap Ina, Eja hanya menggeleng sembari melepas handuknya.
“Aku ga akan lihat punyamu sebelum kamu ijinin.” Ucap Eja.
Memang butuh kesabaran extra bagi Ina untuk mengajari Eja kejalan yang sesat. Dengan perlahan, Ina menangkup kedua pipi Eja, mengarahkan kepalanya kebawah, tepat ke penis Ina.
“Jangan kaget ya, punyaku agak beda.” Ucap Ina pada akhirnya.
Eja menatap miliknya dan kembali menatap milik Ina, mencari dimana letak bedanya, hingga Eja menyadari dimana letak perbedaannya.
Ukuran penis Ina lebih kecil dari miliknya dan bahkan tak ada bulu pubis yang tumbuh di sekitar sana. Ralat! Ada bulu pubis tetapi tak sehitam dan selebat milih Eja, bulu pubis Ina cenderung berwarna coklat gelap dan tak banyak tumbuh hanya beberapa helai.
Tangan Eja mulai menyentuh tubuh Ina, mulai dari pinggul hingga meraba pantat Ina yang montok dan sintal itu. Sesekali Eja meremas pantat itu seperti yang ia tonton di film bokep sebelumnya.
“Jaaa ahhh—” Desah Ina saat Eja meremas remas pantatnya. Desahan sexual Ina yang begitu candu bagi telinga Eja.
Kini pandangan Eja tepat berada di depan selangkangan Ina, menampakan penis mungil yang masih menggantung latu. Perlahan Eja mendekatkan wajahnya, lalu mengecup paha Ina yang putih
Kecupan perlahan naik, hingga berhenti pada selangkangan Ina. Tangan Ina yang memengang pundak Eja, meremas kulit pundaknya untuk menahan desahannya.
Eja masih asik mengecup area selangkangan Ina sembari menutup matanya, menghirup aroma wangi manis yang begitu candu. Hingga bibirnya tak sengaja menyenggol kulit lain yang tak lain adalah penis Ina.
“Ja, kalo aku minta blow job kamu mau kan?” Eja langsung mengangguk dan menjilat penis Ina, matanya kini menatap Ina diatasnya yang memejamkan matanya, menikmati setiap jilatan yang Eja berikan pada penis mungilnya.
Penis yang semula layu itu perlahan menegang dan mengeras. Dengan sigap Eja langsung memasukan penis itu kedalam mulutnya, mengulum penis itu, memaju mundukan kepalanya dan sesekali menghisapnya.
“Ahhh—jaa, mpphhhh ahhh Ejahh—” Cercau Ina dan semakin kuat meremas pundak Eja.
Eja semakin kencang mengulum penis Ina dan sesekali lidahnya memainkan kepala penis Ina.
“Mphhhh, ja aku mau keluar.. ahhhh—fuck” Belum sempat Ina mengeluarkan penisnya, penisnya terlebih dahulu memuntahkan sperma di dalam mulut Eja.
“Ja, jangan ditelen.” Tetlambat, Eja sudah menelan spermanya tanpa sisa bahkan ujung bibir Eja masih tersisa tetes sperma Ina.
Melihat itu, Ina langsung duduk diatas paha Eja, mencium bibir Eja, menikmati sisa sperma miliknya di bibir Eja.
“Eja..” Ucap Ina melepaskan ciumannya.
“Iya Ina?” Sahut Eja.
“Aku mencintaimu, Ezra Al-Faqih.” Mendengar pengakuan itu, Eja langsung merebahkan tubuh Ina di ranjang dan mengukungnya.
“Aku juga mencintaimu, Khrisna Maheswara.” Ucap Eja ymdan kembali mencium bibir Ina. Tangan Ina masih asik mengalung pada tengkuk Eja. Desahan demi desahan ia keluarkan saat ciuman Eja mulai menjamah kulit lainnya. Mulai dari leher, tulang selangka hingga kini Eja mengecup dadanya.
“Jahh mppphhh, I Love You.” Mendengar itu dari mulut Ina membuat rasa melayang di kepala Eja, benar benar seperti sedang menghisap sabu-sabu. Eja benar-benar mabuk kepayang.
Ejapun langsung menjilat nipple Ina yang sudah mengeras dan menghisap nipplenya. Rasanya gurih, sungguh sangat gurih. Tangan Eja yang satunya asik memilin dan menekan-nekan nipple Ina yang satunya membuat Ina merasa nikmat dan terangsang.
“Ja, aku udah siap, mphhhh.” Mendengar pernyataan Ina, membuat Eja menghentikan aktivitasnya dan menatap Ina dengan lekat.
“Kamu yakin?” Ina mengangguk, menatap manik Eja untuk meyakinkannya.
“Iya, aku yakin. Aku yakin untuk menyerahkannya padamu, ja. Aku yakin ja. Seratus persen yakin.” Ucap Ina dan melebarkan kakinya.
Eja hanya tersenyum lalu mengecup kening Ina dengan dalam. Sembari berbisik. “I Love You”
Eja meraih botol lube yang sudah Ina siapkan sebelumnya dia atas meja di sebelah ranjang mereka. Menuangkannya ke jari jemari besarnya. Belajar dari bokep, Eja hanya menuangkan cairan itu dengan satu jari untuk melakukan foreplay pada lubang Ina.
Saat dirasanya jari Eja sudah basah, Eja kembali menatap Ina. Iya yang mengerti hanya mengangguk meyakinkan Eja.
“Ina, kalau sakit bilang ya.” Ucap Eja yang hanya dibalas anggukan oleh Ina.
Ejapun melumuri bagian luar lubang Ina dengan cairan lube, memainkan jarinya dengan gerakan melingkar hingga secara perlahan jarinya masuk kedalam lubang Ina.
Mata Ina memejam merasakan suatu benda asing masuk pertama kalinya kedalam lubangnya. Secara reflek, Ina menggoyangkan pinggulnya, agar jari Eja bisa bermain di dalam sana, menyentuh setiap otot dinding lubangnya.
“Ja, mppphhhh tambah satu jari lagi.” Eja pun mematuhi perintah Ina, jari telunjuknyapun Ina masukan kedalam lubang Ina dan mulai mengocok lubang Ina.
Ina semakin melebarkan kakinya, memejamkan matanya menikmati permainan Eja dibawah sana. Nikmat sungguh nikmat, padahal itu hanya jari Eja tetapi begitu nikmat luar biasa yang Ina rasakan, hingga tak henti desahannya keluar dari mulut Ina.
Berbekal dari ilmu bokep, Eja mengocok lubang Ina dengan gaya menggunting, agar memudahkan penisnya untuk masuk nanti.
Eja semakin mengocok lubang Ina, desahan Ina juga semakin menggila, hingga jarinya tak sengaja menyentuh sebuah gundukan.
“Ahhhhh—-Ejaaaa disana ja disana mphhhh—” Cercau Ina, Eja tak mengerti apa maksud Ina tetapi ia tahu bahwa benjolan yang ia sentuh itu membuat Ina begitu kenikmatan.
Eja memainkan kedua jarinya di benjolan itu hingga desahan Ina semakin menjadi dan membuat Eja ketagihan untuk mendengarkannya. Jujur saja desahan Ina sangat seksi di telinga Eja, bahkan dengan mendengarkan desahannya saja, Eja sangat terangsang dan ikut mendesah.
“Jah, mpphhhh aku mau keluar lagi ahhh—” Sudah dua kali Ina pelepasan dan itu sungguh nikmat membuat kepala Ina melayang seperti langit ke tujuh.
Setelah pelepasan itu, Eja langsung mengeluarkan kedua jarinya, saat Eja mengeluarkannya terdapat cairan lengket dan juga kental ikut keluar, membuat sebuah benang yang panjang. Entah cairan apa tetapi cairan itu terus keluar saat lubang Ina mengatup membuat Eja semakin ereksi dan mengeras.
“Ina..” Panggil Eja. Ina hanya berdeham karena nafasnya masih terengah-engah setelah pelepasan tadi.
“Ina lelah ya? Eja udahin ya, ka—”
“No!! lo belum masuk, gue juga pengen ngerasain kontol lo kali.” Potong Ina dan menatap mata Eja.
“Tapi kalo lo belum siap, gapapa kita bisa lakuin lain kali.” Lanjut Ina kembali dan bangun dari tidurnya. Belum sempurna Ina bangun, Eja langsung kembali mengukung Ina, mencumbu bibirnya ganas, mengigit kecil kulit lembut itu sehingga lenguhan keluar dari bibir Eja.
“Ina, kalo sakit bilang ya, Eja bakal hati-hati.” Ina hanya mengangguk dan semakin melebarkan kakinya.
Eja meraih kondom satu kondom diatas meja dan membuka dengan giginya, jujur saja Ina yang melihatnya dari bawah begitu seksi dan membuat dirinya semakin bergairah.
“Kamu bisa kan makenya?” Tanya Ina pada Eja, karena Ina bisa melihat ekspresi kebingungan di wajah Eja.
“Bisa kok, tadi Eja belajar di youtube juga.” Sumpah rasanya Ina ingin tertawa kencang tetapi ia tahan dan kembali memperhatikan Eja yang perlahan memakai kondomnya.
Apakah Eja sering berolah raga? Hingga penisnya pun berurat seperti itu. Apakah penisnya akan muat di lubang sempitnya? Pikiran Ina begitu melayang saat ia melihat langsung bentuk penis milik kekasihnya, belum lagi bulu-bulu yang tumbuh disekitarnya begitu lebat dan hitam.
“Ina, Eja masukin ya.” Ucap Eja, da mengocok penisnya dengan lube, agar lebih licin.
“Ina...”
“Hmmmm???”
“Kqlau Ina kesakitan, Ina bisa minta stop, kalo Ina mau tahan, Ina bisa remes tangan Eja.” Ucap Eja sembari menautkan jari jemarinya pada jari jemari Ina.
Ina hanya mengangguk dan menatap Eja dengan lekat, hingga Ina mulai merasakan sesuatu mendorong berusaha masuk kedalam lubangnya.
Punya Eja begitu besar sedangkan lubang Ina begitu sempit, membuat penis Eja mengalami kesulitan untuk masuk.
“Jahh, cium aku.” Pinta Ina dengan air mata yang mulai menetes diujung matanya, merasakan kesakitan serta kenikmatan.
Eja pun mendekatkan bibirnya ke bibir Ina, dan berbisik “I Love You” sebelum Eja mencium Ina dan menyogok penisnya masuk kedalam hingga masuk dengan sempurna.
“Mppphhhhh Eja, I Love You too.” Sahut Ina di tengah ciumannya.
Jari jemarinya semakin erat menggenggam tangan Eja menahan rasa sakit sekaligus nikmat dibawah sana. Jari jari kaki Ina juga ikut mengatup berusaha menahan getaran dalam dirinya, sebuah getaran kenikmatan.
Jujur saja, bagi Ina yang melakukannya untuk pertama kali belum lagi ia mendapatkan penis yang cukup besar, lubangnya merasa cukup perih saat Eja berusaha memasukkan seluruh miliknya.
Setelah dirasa masuk dengan sempurna, Eja melepaskan ciuman mereka dan mengusap air mata Ina yang tak henti turun dari ujung matanya.
“Maaf—”
“Jangan minta maaf, aku menangis bukan karena sedih, tapi karena kenikmatan.” Ujar Ina.
“Kalau gitu, aku gerak ya.” Ucap Eja. Ina hanya mengangguk, Eja pun mengecup pipi tembam Ina dan mulai menggerakkan pinggulnya perlahan. Merasakan penisnya yang dipijit nikmat oleh dinding lubang Ina.
“Inaahhh..”
“Ejahhh..”
Cercau mereka saling mengucapkan nama masing-masing.
Eja kembali mencium bibir Ina, sedangkan Ina tak henti-hentinya mendesah kenikmatan karena permainan Eja yang lembut itu membuatnya benar-benar gila.
Suara benturan kulit, serta desahan dari masing-masing mulut memenuhi kamar hotel yang cukup luas itu.
“Ja, ganti posisi yuk, aku capek ngangkang.” Ucap Ina karena jujur saja kakinya yang menggantung di pinggul Eja mulai kelelahan.
'Ninorang lama banget sih cum nya gue udah cum 2 kali dia sekalipun belum' Batin Ina dalam hati.
Ejapun menuruti keinginan Ina dan memilih mengganti posisinya dengan berbaring memeluk Ina mengangkat sebelah kaki Ina agar penisnya semakin diapit oleh lubang milik Ina.
Tangan mereka masih bertautan, dan kini Eja mulai menciumi kulit punggung Ina, meninggalkan beberapa tanda kemerahan disana.
“Ja, kencengin dong. Cari titik yang tadi.” Pinta Ina.
“Nanti kamu kesakitan.” Ucap Eja dalam hatinya Ina sudah kesal, lain kali Ina saja yang memuaskan Eja karena ternyata Eja belum ahli memuaskan dirinya sendiri.
“Engga ja, kalo aku desah artinya itu nikmat.” Ucap Ina.
Akhirnya Ejapun menaikan tempo genjotannya, berusaha mencari-cari benjolan yang ia sentuh tadi dengan jarinya. Tepat sat kepala penisnya menyentuh benjolan itu, Ina langsung menggelinjang, membusungkan dadanya.
“Ohhhhh God, Iya ja disana ja. Mphhh fuckhh.” Mendengar cercauan Ina itu Eja semakin menggoyangkan pinggulnya dengan ritme yang brutal, menumbuk benjolan itu hingga lubang Ina semakin mengetat dan memijit penisnya dengan gila.
“Inaaahhh mppphhhh”
“Ejaaaaahhhh mppphhh”
Kini Ina bisa merasakan sesuatu di perutnya, sesuatu yang tumpul yang berusaha menabrak titik prostatnya berkali-kali. Tangan Ina yang masih menggenggam tangan Eja ia tuntun untuk menyentuh perutnya merasakan benda itu menusuk kulitnya.
“Punyamu” Ucap Ina sembari tersenyum.
“Sakit kah?” Tanya Eja. Ina hanya menggeleng dan masih tersenyum.
“Nikmat, aku suka.” Mendengar hal itu Eja langsung tersenyum dan menambah ritme genjotannya. Membisikan kata I Love You di telinga Ina dan menggigit daun telinga Ina dengan halus.
“Ahhhh Ejahhh I—hhh Love You too. Fuckhhh” Cercau Ina kenikmatan dengan penis Eja, hingga akhirnya Ina bisa merasakan penis Eja mulai membesar di dalam sana. Inapun mengetatkan lubangnya agar semakin memijit nikmat milik Eja.
“Ina, Eja mau keluar ahhhh.” Ucap Eja.
“Bareng sayang, mpphhhhh” Sambing Ina dan semakin mengeratkan genggamannya.
“I love youhhh.”
“I love you too—ahhhh Ina...”
“Ejaahhh”
Akhirnya merekapun pelepasan secara bersamaan, mengeluarkan cairan kental dan putih itu.
Eja kembali menciumi bibir Ina melepas penisnya dari lubang Ina dan melepaskan kondomnya, lalu mengikat kondom itu agar spremanya tak berantakan. Tapi itu sia sia aja karena ranjang mereka sudah penuh dengan sperma milik Ina.
“Ja, jangan tinggalin aku ya?” Ucap Ina dan memeluk dada bidang milik Eja.
“Iya, Eja ga akan ninggalin Ina.” Sahut Eja.
“Janji?”
“Janji.” Ejapun meraih dagu Ina menariknya naik sehingga ia bisa melihat manik sabit Ina.
“Eja ga akan ninggalin Ina, apapun yang terjadi.” Ucap Eja dan mencium bibir Ina dengan lembut, menyalurkan rasa sayangnya pada pria mungil yang kini menjadi kekasihnya.
“Thanks ja, I love you.” Ucap Ina sebelum ia memejamkan matanya.
“I love you too, Khrisna Maheswara.” Sahut Eja dan mengecup pucuk kepala Ina, memeluk tubuh mungil itu untuk menyalurkan kehangatannya.
Jika di pikir Eja masih tak menyangka jika ia akan jatuh cinta pada Ina yang dahulu menjadi musuh bebuyutannya, berubah memiliki sifat penyayang dan mulai belajar mengenal apa itu cinta. Eja sungguh berterima kasih atas kehadiran Ina. Dalam hatinya Eja selalu berdoa agar Tuhan selalu melindungi lelaki mungilnya.