Bubur Ayam Dan J.
Jay sampai di rumah Jungwon dengan menggunakan gojek, tadi setelah mengetahui jarak rumah Jungwon yang lumayan jauh dari rumahnya ia lebih memilih menghemat tenaga dengan menaiki gojek. Toh nanti kan ia jogging juga jadi harus simpan tenaga dulu.
Bel rumah Jungwon di pencet sekali sebelum si empu rumah membuka pintu dengan senyum cerah terpatri di wajahnya, yang pasti juga menular bagi siapapun yang melihat; Jay.
“Kak Jay!” sapa Jungwon riang.
Padahal tadi Jungwon sedang merengut di sofa karena Sunoo yang membatalkan rencana mereka sepihak-atau rencana jungwon saja.– tapi setelah si kakak tingkat datang malah senyum kegirangan.
Ah efek dopamin dari perasaan jatuh cinta segini kuatnya ya.
“Hei Won, ayo!” ajak Jay.
Mereka mulai melangkah meninggalkan perkarangan rumah Jungwon sembari berlari kecil. Jungwon yang memimpin, ia tak ingin salah jalan yang berujung sesal.
“Kak Jay sebelumnya udah pernah jogging di daerah kampus?” Jungwon mulai membangun topik duluan.
Jay menggeleng, “Gak pernah, biasanya gua ikut cfd di menteng bareng Jake.”
“Jauh dong?”
“Lumayan sih. Lo sendiri? Udah sering gini?”
Jungwon manggut-manggut, “Hampir setiap sabtu sih kak, biasanya bareng Sunoo.”
Jungwon kembali sebal bibirnya di kerucutkan alisnya menukik seperti merajuk. Tapi di mata Jay justru terlihat menggemaskan.
“Jangan sedih dong kan ada gua yang gantiin.”
Lalu wajah Jungwon bersemu merah; yang langsung di hadiahi kekehan ringan dari yang lebih tua.
“Mau lomba gak? Yang duluan sampe mang emon harus di traktir sama yang kalah?” tawar Jay menaik turunkan alisnya.
Mata Jungwon berbinar, sorotan tak mau kalah terpancar dari iris hazelnya. “Siapa takut?” tantang Jungwon dengan ancang-ancang siap lari.
Jay terkekeh, “Oke. 1... 2... 3.. Ayoo!!” teriak Jay lari menuju tempat bubur ayam dan Jungwon yang ikut lari mengerjarnya.
“Kak lo tipe orang yang bubur di aduk atau gak di aduk?” tanya Jungwon ketika bubur pesenan mereka jadi.
“Gua biasanya di seruput Won.” jawab Jay asal.
Namun tawa langsung menguar dari bibir ranum si mungil. Padahal candaan Jay terbilang garing.
Setelah melakukan lari estafet dari rumah Jungwon ke tempat bubur ayam akhirnya mereka sampai juga dengan nafas tersenggal-senggal seperti habis di kejar setan.
Malah tadi hampir di siram air sama si penjual, takutnya beneran di kejar setan. Yang di balas dengan rentetan kalimat realitas dari Jay, “mana ada setan pagi pagi gini sih mang? emang setannya mau jogging juga?”
Jungwon menang. Tentu saja dengan unsur kesengajaan Jay yang berhenti di tengah jalan. Memang begitu rencananya; sengaja traktir Jungwon jadi kalau mau ketemu lagi bilang saja Jungwon harus mentraktirnya balik. Modus basi sih.
Setelah makanan kelar bukannya langsung pulang Jay sama Jungwon ngeteh santai dulu sekalian nunggu siang. Sayang katanya kalau pulang jam segini, padahal mah pengen menghabiskan waktu lebih lama aja.
“Eh Won gua jadi inget dah pas pertama kali liat lo.”
“Inget apa kak?”
“Lo yang waktu itu marah marah di ukm musik gara-gara proposal belom kelar dan poster juga belom ada yang design kan?”
Jungwon menutup mukanya mukanya dengan telapak tangannya, malu cuy!! ternyata kak Jay pernah liat dia lagi ngomel ngomel, padahal ia bukan ketua dan dia juga hanya mengerjakan tugas bagiannya saja.
Jungwon tertawa canggung, “Hahaha iya itu...” masih tutup muka.
Jay tertawa melihatnya, pemuda di hadapannya kini terlihat menciut kontras dengan hoodie kebesaran yang ia kenakan. Justru membuatnya terlihat semakin kecil dan menggemaskan.
Baru mau buka suara ponsel Jay bergetar, nama Jake tertera di layar ponselnya.
“Sebentar ya.” katanya pada Jungwon lalu duduk menjauh.
Sambil menunggu Jungwon ngechat sobat karibnya dulu alias Sunoo. Dia udah bilang kalau lagi jogging sama kak Jay, sekarang kayanya Sunoo lagi otw kesini. Katanya mau memberi nasihat pada kak Jay kalau-kalau mau mendekati Jungwon.
Gak berapa lama Jay balik lagi.
“Kak kayanya temen ku mau ke sini deh.”
“Oh iya? Temen lo yang gak jadi jogging tadi?”
“Iya, namanya Sunoo.”
Jay mengangguk, duduk lagi di samping Jungwon. Sama sama main handphone karena bingung mau ngomong apa lagi. Jay lagi degdegan setengah mampus Jungwonnya santai buka twitter. Sampai dia terhenti di salah satu postingan mutualnya; kak Jake.
“Wahh kak Jake ikut lomba Arthography itu?” tanyanya lebih seperti kagum.
“Iyaa, padahal drama banget tuh dia gak mau ikut karena portrait eh ujungnya ikut juga.”
“Loh kenapa? Padahal potretan dia bagus loh, aku suka liat di feed ignya. Portrait bukannya lebih gampang ya?”
Jay mengedikan bahu, “Nolep dia tuh asli, sebenernya kalo mau dia bisa aja motret semua orang dengan gaya portrait. Tapi anaknya malah pemalu.”
Sambil meneguk tehnya Jay melanjutkan, “Kemaren ngambek sama gua karena gak mau jadi modelnya.”
Mata Jungwon melebar, “Ku kira kakak yang bakal jadi modelnya.”
“Enggak. Gua gak suka di foto foto gitu.” katanya menggeleng.
Jungwon manggut-manggut, dari pernyataan pemuda di sampingnya ini ternyata lebih dekat dengan Jake daripada yang ia kira. Ada sedikit rasa cemburu yang menggerogoti relung hati, tapi memangnya Jungwon siapa yang berhak cemburu.
Terdiam sebentar sebelum rungu keduanya mendengar suara cempreng yang berteriak heboh.
Jungwon sudah malu kepingin lari ketika dengan jelas mengenali pemilik suara tersebut. Jay di sebelahnya malah berbalik badan; melihat siapa yang datang.
“JUNGWOONN!!” seruan heboh dari Sunoo menarik atensi semua pengunjung.
Di sebelah pemuda kecil itu yang lebih tinggi menahan bahunya agar tak segera berlari menyerang sang sahabat. Tangan Sunoo direntangkan sudah ancang-ancang ingin berlari.
Namun selangkah sebelum Sunoo dapat memeluk Jungwon dengan erat,,
BRUKK!
Kakinya kesandung batu sampai jatuh.