hwoneboom

bunyi ombak yang saling bersahutan mengalun sampai ke telinga. sabil duduk diatas kap mobil dengan rion disebelahnya dan segelas coklat panas.

jaketnya dirapatkan agar tidak terkena hawa dingin, kemudian menyender pada bahu yang biasa ia jadikan senderan dikala lelah melanda.

“liat tuh,” rion menunjuk seorang anak laki-laki yang bermain sendiri di tepi pantai.

“kenapa?”

“dia anak kecil tapi lebih tinggi dari lu.”

sabil mencibir, “body shaming!” ucapnya yang kemudian dibalas kekehan oleh rion. “ngasih info doang, sayang.”

“orang tuanya mana ya?” tanya sabil.

“noh.” tunjuk rion asal pada dua orang dewasa yang berdiri tidak jauh dari anak itu.

“tau darimana?”

“pake feeling.” jawab rion.

sabil rasanya mau jambak rambut rion kalau gak inget dia lagi di tempat umum. kemudian fokus mereka jadi tertuju pada anak itu.

“bil,”

“hm?”

“gua gak bakal ninggalin lu.”

“iya, gua tau kok.”

“kecuali lu yang nyuruh gua buat pergi.” rion menatapnya. dibalik iris jelaga miliknya, sabil tahu kalau ada ketulusan disana.

sabil mengehela nafas, “rion, semisal kita pisah nanti. kamu harus bisa bahagia tanpa aku.”

rion tak menjawab, ia masih menatap sabil yang ada di sampingnya. sabil yang selalu ia puja, sabil yang selalu menemaninya dan sabil yang selalu ia cintai sampai kapanpun.

beberapa detik lenyap dimakan udara malam sampai rion buka suara.

“kamu sendiri, kamu bisa gak bahagia tanpa aku?”

jake sama sunghoon lagi asik nonton chibi maruko-chan di televisi. jake aja sih, soalnya buat sunghoon daripada nontonin maruko dia lebih milih ngeliatin muka jake dari samping. bener-bener diliatin aja tuh, gak tau nyari pori-pori apa gimana—sampai akhirnya jake menoleh.

“kenapa?” tanya jake.

sunghoon meringkuk disampingnya enggan menjawab. duh kalo gini berarti jake harus banyak-banyak sabar!

jake menghela nafas, “kenapa hoonie?”

udah dipanggil gitu baru deh cowok itu menoleh, tersenyum menampilkan deretan gigi ratanya. “i'm bored, shall we kiss?”

OH ANJING.

jake kira kenapa ternyata cowoknya yang ini emang lagi sangean aja. males deh. dia udah mau bujuk-bujuk sunghoon pake jurus jake menggemaskan 1000 kali andalannya setiap sunghoon tiba-tiba bertingkah layaknya anak perawan yang mau dijodohin.

“aku lagi nonton.” ucap jake acuh.

“aku gak nonton.” balas sunghoon.

kemudian yang lebih tinggi mengenggam tangannya; mempersempit jarak, sampai hanya terpisah beberapa centimeter.

“ta—ppmhh,” baru saja jake mau membalas ucapan sunghoon tetapi sunghoon sudah lebih dulu menyambar bibir kenyal dan pink milik jake.

sunghoon gak ngasih kesempatan lagi buat jake ngomong, bahkan gak ngasih napas juga padahal jake dicium tiba-tiba sama sunghoon. langsung nyosor aja.

“hoon—hhh-udah,” jake mendorong tubuh sunghoon guna mengatur nafasnya.

bukan apa-apa, dia suka aja dicium sunghoon. tapi gak tiba-tiba juga! dirinya belum siap. apalagi mereka berciuman hampir 5 menit, kalau ditambah lagi kayanya nafas jake yang udah pendek bisa makin pendek.

“cemen.” ucap sunghoon lalu membenahi anak rambut jake yang berserakan.

“gimana gak capek kalau lu nyium gua kaya mau makan, park sunghoon?!”

lelaki itu membuang muka, cemberut. ngambek ceritanya. yang bikin sunghoon makin gemas.

sunghoon terkekeh semakin gemas, kemudian mencium pipi jake lagi dengan bringas; kali ini beserta gigitan kecil yang membuat jake sedikit mangadu.

“tapi kamu suka kan?”

yang begini apa perlu dijawab ya...

“ya siapa sih yang gak suka kalau dicium pacarnya sendiri?” balas jake.

“kalau gitu ayo lanjut.”

astaga, kayanya jake salah ngomong deh.

pasalnya entah sejak kapan tiba-tiba posisi mereka berubah. dari mereka yang tadinya hadap-hadapan, jadi jake yang sekarang berbaring diatas kukungan dominan milik sunghoon.

sepersekon kemudian sunghoon kembali menciumnya. menyesap lembut bibir jake—kali ini ada balasan disana, meski akhirnya harus berhenti lagi karena butuh pasokan oksigen.

“hah.... jangan dicium duluuu.” seru jake ketika melihat sunghoon mau menciumnya lagi. nafas jake itu pendek, sedangkan nafas sunghoon panjang. enak di sunghoon gak enak di jake.

“hehehe sorry, abisnya kamu gemes banget sih.” ujar sunghoon kemudian mendusel—menulusup masuk kedalam ceruk leher jake.

kini bukan lagi mereka yang nonton tv, tapi tvnya nontonin dua orang itu sibuk bermesraan diatas sofa.

lama-lama sunghoon yang tadinya cuma mendusel jadi mencium leher jake, lama-lama ciuman itu berubah jadi gigitan kecil sampai jake menggeliat.

“h-hoon...” panggil jake berusaha untuk tidak terpancing.

“hm? kamu mau apa?”

“hoon, besok aku ada kelash.”

“that doesn't answer my question jake.” sunghoon berbisik seduktif tepat ditelinga jake. membuat si empu makin menggeliat tak karuan kaya cacing.

gak bisa gini, jake lemah. dan sunghoon jelas tahu kelemahan jake.

jadi sunghoon kembali melakukan aksinya, memberi bite mark pada leher halus jake dengan tangan kanannya yang mengelus bagian bawah jake. shit.

“sung—hng!” jake sama sunghoon sama-sama melotot, menyadari lenguhan yang baru saja terlontar dari bibir jake. ia buru-buru menutup mulutnya sendiri.

FUCK. kalau gini sunghoon juga yang ikut terpancing.

“kamu sengaja ya?”

jake merutuk dalam hati. “geli, hoon...” katanya mencari alibi, padahal emang sama-sama tegang.

sunghoon mengerjap beberapa kali kemudian terkekeh. kekasih manisnya ini selalu punya hal random untuk diucapkan. biasanya sunghoon hanya akan menciumnya atau sekedar membalas dengan candaan yang lain. tapi kalau sekarang waktunya gak pas. dia udah gak kuat.

“lanjut dikamar ya? disini sakit kan?”

padahal jake sudah beralibi, tapi gak bisa ditepis juga kalau dia memang menginginkan sunghoon saat ini.

jadi jake hanya mengangguk pasrah. sunghoon mengecupnya sekilas dan menggendong jake ala bridal style ke kamarnya supaya mereka bisa lebih nyaman.

jake sama sunghoon lagi asik nonton chibi maruko-chan di televisi. jake aja sih, soalnya buat sunghoon daripada nontonin maruko dia lebih milih ngeliatin muka jake dari samping. bener-bener diliatin aja tuh, gak tau nyari pori-pori apa gimana—sampai akhirnya jake menoleh.

“kenapa?” tanya jake.

sunghoon meringkuk disampingnya enggan menjawab. duh kalo gini berarti jake harus banyak-banyak sabar!

jake menghela nafas, “kenapa hoonie?”

udah dipanggil gitu baru deh cowok itu menoleh, tersenyum menampilkan deretan gigi ratanya. “i'm bored, shall we kiss?”

OH ANJING.

jake kira kenapa ternyata cowoknya yang ini emang lagi sangean aja. males deh. dia udah mau bujuk-bujuk sunghoon pake jurus jake menggemaskan 1000 kali andalannya setiap sunghoon tiba-tiba bertingkah layaknya anak perawan yang mau dijodohin.

“aku lagi nonton.” ucap jake acuh.

“aku gak nonton.” balas sunghoon.

yang lebih tinggi mengenggam tangannya; mempersempit jarak, sampai hanya terpisah beberapa centimeter.

“ta—ppmhh,” baru saja jake mau membalas ucapan sunghoon tetapi sunghoon sudah lebih dulu menyambar bibir kenyal dan pink milik jake.

sunghoon gak ngasih kesempatan lagi buat jake ngomong, bahkan gak ngasih napas juga padahal jake dicium tiba-tiba sama sunghoon. langsung nyosor aja.

“hoon—hhh-udah,” jake mendorong tubuh sunghoon guna mengatur nafasnya.

bukan apa-apa, dia suka aja dicium sunghoon. tapi gak tiba-tiba juga! dirinya belum siap. apalagi mereka berciuman hampir 5 menit, kalau ditambah lagi kayanya nafas jake yang udah pendek bisa makin pendek.

“cemen.” ucap sunghoon lalu membenahi anak rambut jake yang berserakan.

“gimana gak capek kalau lu nyium gua kaya mau makan, park sunghoon?!”

lelaki itu membuang muka, cemberut. ngambek ceritanya. yang bikin sunghoon makin gemas.

sunghoon terkekeh semakin gemas, kemudian mencium pipi jake lagi dengan bringas; kali ini beserta gigitan kecil yang membuat jake sedikit mangadu.

“tapi kamu suka kan?”

yang begini apa perlu dijawab ya...

“ya siapa sih yang gak suka kalau dicium pacarnya sendiri?” balas jake.

“kalau gitu ayo lanjut.”

astaga, kayanya jake salah ngomong deh.

pasalnya entah sejak kapan tiba-tiba posisi mereka berubah. dari mereka yang tadinya hadap-hadapan, jadi jake yang sekarang berbaring diatas kukungan dominan milik sunghoon.

sepersekon kemudian sunghoon kembali menciumnya. menyesap lembut bibir jake—kali ini ada balasan disana, meski akhirnya harus berhenti lagi karena butuh pasokan oksigen.

“hah.... jangan dicium duluuu.” seru jake ketika melihat sunghoon mau menciumnya lagi. nafas jake itu pendek, sedangkan nafas sunghoon panjang. enak di sunghoon gak enak di jake.

“hehehe sorry, abisnya kamu gemes banget sih.” ujar sunghoon kemudian mendusel—menulusup masuk kedalam ceruk leher jake.

kini bukan lagi mereka yang nonton tv, tapi tvnya nontonin dua orang itu sibuk bermesraan diatas sofa.

lama-lama sunghoon yang tadinya cuma mendusel jadi mencium leher jake, lama-lama ciuman itu berubah jadi gigitan kecil sampai jake menggeliat.

“h-hoon...” panggil jake berusaha untuk tidak terpancing.

“hm? kamu mau apa?”

“hoon, besok aku ada kelash.”

“that doesn't answer my question jake.” sunghoon berbisik seduktif tepat ditelinga jake. membuat si empu makin menggeliat tak karuan kaya cacing.

gak bisa gini, jake lemah. dan sunghoon jelas tahu kelemahan jake.

jadi sunghoon kembali melakukan aksinya, memberi bite mark pada leher halus jake dengan tangan kanannya yang mengelus bagian bawah jake. shit.

“sung—hng!” jake sama sunghoon sama-sama melotot, menyadari lenguhan yang baru saja terlontar dari bibir jake. ia buru-buru menutup mulutnya sendiri.

FUCK. kalau gini sunghoon juga yang ikut terpancing.

“kamu sengaja ya?”

jake merutuk dalam hati. “geli, hoon...” katanya mencari alibi, padahal emang sama-sama tegang.

sunghoon mengerjap beberapa kali kemudian terkekeh. kekasih manisnya ini selalu punya hal random untuk diucapkan. biasanya sunghoon hanya akan menciumnya atau sekedar membalas dengan candaan yang lain. tapi kalau sekarang waktunya gak pas. dia udah gak kuat.

“lanjut dikamar ya? disini sakit kan?”

padahal jake sudah beralibi, tapi gak bisa ditepis juga kalau dia memang menginginkan sunghoon saat ini.

jadi jake hanya mengangguk pasrah. sunghoon mengecupnya sekilas dan menggendong jake ala bridal style ke kamarnya supaya mereka bisa lebih nyaman.

jake sama sunghoon lagi asik nonton chibi maruko-chan di televisi. jake aja sih, soalnya buat sunghoon daripada nontonin maruko dia lebih milih ngeliatin muka jake dari samping. bener-bener diliatin aja tuh, gak tau nyari pori-pori apa gimana—sampai akhirnya jake menoleh.

“kenapa?” tanya jake.

sunghoon meringkuk disampingnya enggan menjawab. duh kalo gini berarti jake harus banyak-banyak sabar!

jake menghela nafas, “kenapa hoonie?”

udah dipanggil gitu baru deh cowok itu menoleh, tersenyum menampilkan deretan gigi ratanya. “i'm bored, shall we kiss?”

OH ANJING.

jake kira kenapa ternyata cowoknya yang ini emang lagi sangean aja. males deh. dia udah mau bujuk-bujuk sunghoon pake jurus jake menggemaskan 1000 kali andalannya setiap sunghoon tiba-tiba bertingkah layaknya anak perawan yang mau dijodohin.

“aku lagi nonton.” ucap jake acuh.

“aku gak nonton.” balas sunghoon.

“ta—ppmhh,” baru saja jake mau membalas ucapan sunghoon tetapi sunghoon sudah lebih dulu menyambar bibir kenyal dan pink milik jake.

sunghoon gak ngasih kesempatan lagi buat jake ngomong, bahkan gak ngasih napas juga padahal jake dicium tiba-tiba sama sunghoon. langsung nyosor aja.

“hoon—hhh-udah,” jake mendorong tubuh sunghoon guna mengatur nafasnya.

bukan apa-apa, dia suka aja dicium sunghoon. TAPI GAK TIBA TIBA JUGA BELUM SIAP. apalagi mereka berciuman hampir 5 menit, kalau ditambah lagi kayanya nafas jake yang udah pendek bisa makin pendek.

“cemen.” ucap sunghoon lalu membenahi anak rambut jake yang berserakan.

“gimana gak capek kalau lu nyium gua kaya mau makan park sunghoon?!”

lelaki itu membuang muka, cemberut. ngambek ceritanya. yang bikin sunghoon makin gemas.

sunghoon terkekeh semakin gemas, kemudian mencium pipi jake lagi dengan bringas; kali ini beserta gigitan kecil yang membuat jake sedikit mangadu.

“tapi kamu suka kan?”

yang begini apa perlu dijawab ya...

“ya siapa sih yang gak suka kalau dicium?” balas jake.

“kalau gitu ayo lanjut.”

astaga, kayanya jake salah ngomong deh.

pasalnya entah sejak kapan tiba-tiba posisi mereka berubah. dari mereka yang tadinya hadap-hadapan, jadi jake yang sekarang berbaring diatas kukungan dominan milik sunghoon.

sepersekon kemudian sunghoon kembali menciumnya. menyesap lembut bibir jake—kali ini ada balasan disana meski akhirnya harus berhenti lagi karena butuh pasokan oksigen.

“hah.... jangan dicium duluuu.” seru jake ketika melihat sunghoon mau menciumnya lagi. nafas jake itu pendek, sedangkan nafas sunghoon panjang. enak di sunghoon gak enak di jake.

“hehehe sorry, abisnya kamu gemes banget sih.” ujar sunghoon kemudian mendusel—menulusup masuk kedalam ceruk leher jake.

kini bukan lagi mereka yang nonton tv, tapi tvnya nontonin dua orang itu sibuk bermesraan diatas sofa.

lama-lama sunghoon yang tadinya cuma mendusel jadi menciup leher jake, lama-lama tiupan sepoi itu berubah jadi gigitan kecil sampai jake menggeliat.

“h-hoon...” panggil jake berusaha untuk tidak terpancing.

“hm? kamu mau apa?”

“hoon, besok aku ada kelash.”

“that doesn't answer my question jake.” sunghoon berbisik seduktif tepat ditelinga jake. membuat si empu makin menggeliat tak karuan kaya cacing.

gak bisa gini, jake lemah. dan sunghoon jelas tahu kelemahan jake.

jadi sunghoon kembali melakukan aksinya, memberi bite mark pada leher halus jake dengan tangan kanannya yang mengelus bagian bawah jake. shit.

“sung—hng!” jake sama sunghoon sama-sama melotot, menyadari lenguhan yang baru saja terlontar dari bibir jake. ia buru-buru menutup mulutnya sendiri.

FUCK. kalau gini sunghoon juga yang ikut terpancing.

“kamu sengaja ya?”

jake merutuk dalam hati. “geli, hoon...” katanya mencari alibi, padahal emang sama-sama tegang.

sunghoon mengerjap beberapa kali kemudian terkekeh. kekasih manisnya ini selalu punya hal random untuk diucapkan. biasanya sunghoon hanya akan menciumnya atau sekedar membalas dengan candaan yang lain. tapi kalau sekarang waktunya gak pas. dia udah gak kuat.

“lanjut dikamar ya? disini sakit kan?”

padahal jake sudah beralibi, tapi gak bisa ditepis juga kalau dia memang menginginkan sunghoon saat ini.

jadi jake mengangguk, lalu sunghoon mengecupnya sekilas dan menggendong jake ala bridal style ke kamarnya supaya mereka bisa lebih nyaman.

jake sama sunghoon lagi asik nonton chibi maruko-chan di televisi. jake aja sih, soalnya buat sunghoon daripada nontonin maruko dia lebih milih ngeliatin muka jake dari samping. bener-bener diliatin aja tuh, gak tau nyari pori-pori apa gimana—sampai akhirnya jake menoleh.

“kenapa?” tanya jake.

sunghoon meringkuk disampingnya enggan menjawab. duh kalo gini berarti jake harus banyak-banyak sabar!

jake menghela nafas, “kenapa hoonie?”

udah dipanggil gitu baru deh cowok itu menoleh, tersenyum menampilkan deretan gigi ratanya. “i'm bored, shall we kiss?”

OH ANJING.

jake kira kenapa ternyata cowoknya yang ini emang lagi sangean aja. males deh. dia udah mau bujuk-bujuk sunghoon pake jurus jake menggemaskan 1000 kali andalannya setiap sunghoon tiba-tiba bertingkah layaknya anak perawan yang mau dijodohin.

“aku lagi nonton.” ucap jake acuh.

“aku gak nonton.” balas sunghoon.

“ta—ppmhh,” baru saja jake mau membalas ucapan sunghoon tetapi sunghoon sudah lebih dulu menyambar bibir kenyal dan pink milik jake.

sunghoon gak ngasih kesempatan lagi buat jake ngomong, bahkan gak ngasih napas juga padahal jake dicium tiba-tiba sama sunghoon. langsung nyosor aja.

“hoon—hhh-udah,” jake mendorong tubuh sunghoon guna mengatur nafasnya.

bukan apa-apa, dia suka aja dicium sunghoon. TAPI GAK TIBA TIBA JUGA BELUM SIAP. apalagi mereka berciuman hampir 5 menit, kalau ditambah lagi kayanya nafas jake yang udah pendek bisa makin pendek.

“cemen.” ucap sunghoon lalu membenahi anak rambut jake yang berserakan.

“gimana gak capek kalau lu nyium gua kaya mau makan park sunghoon?!”

lelaki itu membuang muka, cemberut. ngambek ceritanya. yang bikin sunghoon makin gemas.

sunghoon terkekeh semakin gemas, kemudian mencium pipi jake lagi dengan bringas; kali ini beserta gigitan kecil yang membuat jake sedikit mangadu.

“tapi kamu suka kan?”

yang begini apa perlu dijawab ya...

“ya siapa sih yang gak suka kalau dicium?” balas jake.

“kalau gitu ayo lanjut.”

astaga, kayanya jake salah ngomong deh.

pasalnya entah sejak kapan tiba-tiba posisi mereka berubah. dari mereka yang tadinya hadap-hadapan, jadi jake yang sekarang berbaring diatas kukungan dominan milik sunghoon.

sepersekon kemudian sunghoon kembali menciumnya. menyesap lembut bibir jake—kali ini ada balasan disana meski akhirnya harus berhenti lagi karena butuh pasokan oksigen.

“hah.... jangan dicium duluuu.” seru jake ketika melihat sunghoon mau menciumnya lagi. nafas jake itu pendek, sedangkan nafas sunghoon panjang. enak di sunghoon gak enak di jake.

“hehehe sorry, abisnya kamu gemes banget sih.” ujar sunghoon kemudian mendusel—menulusup masuk kedalam ceruk leher jake.

kini bukan lagi mereka yang nonton tv, tapi tvnya nontonin dua orang itu sibuk bermesraan diatas sofa.

lama-lama sunghoon yang tadinya cuma mendusel jadi menciup leher jake, lama-lama tiupan sepoi itu berubah jadi gigitan kecil sampai jake menggeliat.

“h-hoon...” panggil jake berusaha untuk tidak terpancing.

“hm? kamu mau apa?”

“hoon, besok aku ada kelash.”

“that doesn't answer my question jake.” sunghoon berbisik seduktif tepat ditelinga jake. membuat si empu makin menggeliat tak karuan kaya cacing.

gak bisa gini, jake lemah. dan sunghoon jelas tahu kelemahan jake.

jadi sunghoon kembali melakukan aksinya, memberi bite mark pada leher halus jake dengan tangan kanannya yang mengelus bagian bawah jake. shit.

“sung—hng!” jake sama sunghoon sama-sama melotot, menyadari lenguhan yang baru saja terlontar dari bibir jake. ia buru-buru menutup mulutnya sendiri.

FUCK. kalau gini sunghoon juga yang ikut terpancing.

“kamu sengaja ya?”

jake merutuk dalam hati. “geli, hoon...” katanya mencari alibi, padahal emang sama-sama tegang.

sunghoon mengerjap beberapa kali kemudian terkekeh. kekasih manisnya ini selalu punya hal random untuk diucapkan. biasanya sunghoon hanya akan menciumnya atau sekedar membalas dengan candaan yang lain. tapi kalau sekarang waktunya gak pas. dia udah gak kuat.

“lanjut dikamar ya? disini sakit kan?”

padahal jake sudah beralibi, tapi gak bisa ditepis juga kalau dia memang menginginkan sunghoon saat ini.

jadi jake mengangguk, lalu sunghoon mengecupnya sekilas dan menggendong jake ala bridal style ke kamarnya supaya mereka bisa lebih nyaman.

jake sama sunghoon lagi asik nonton chibi maruko-chan di televisi. jake aja sih, soalnya buat sunghoon daripada nontonin maruko dia lebih milih ngeliatin muka jake dari samping. bener-bener diliatin aja tuh, gak tau nyari pori-pori apa gimana—sampai akhirnya jake menoleh.

“kenapa?” tanya jake.

sunghoon meringkuk disampingnya enggan menjawab. duh kalo gini berarti jake harus banyak-banyak sabar!

jake menghela nafas, “kenapa hoonie?”

udah dipanggil gitu baru deh cowok itu menoleh, tersenyum menampilkan deretan gigi ratanya. “i'm bored, shall we kiss?”

OH ANJING.

jake kira kenapa ternyata cowoknya yang ini emang lagi sangean aja. males deh. dia udah mau bujuk-bujuk sunghoon pake jurus jake menggemaskan 1000 kali andalannya setiap sunghoon tiba-tiba bertingkah layaknya anak perawan yang mau dijodohin.

“aku lagi nonton.” ucap jake acuh.

“aku gak nonton.” balas sunghoon.

“ta—ppmhh,” baru saja jake mau membalas ucapan sunghoon tetapi sunghoon sudah lebih dulu menyambar bibir kenyal dan pink milik jake.

sunghoon gak ngasih kesempatan lagi buat jake ngomong, bahkan gak ngasih napas juga padahal jake dicium tiba-tiba sama sunghoon. langsung nyosor aja.

“hoon—hhh-udah,” jake mendorong tubuh sunghoon guna mengatur nafasnya.

bukan apa-apa, dia suka aja dicium sunghoon. TAPI GAK TIBA TIBA JUGA BELUM SIAP. apalagi mereka berciuman hampir 5 menit, kalau ditambah lagi kayanya nafas jake yang udah pendek bisa makin pendek.

“cemen.” ucap sunghoon lalu membenahi anak rambut jake yang berserakan.

“gimana gak capek kalau lu nyium gua kaya mau makan park sunghoon?!”

lelaki itu membuang muka, cemberut. ngambek ceritanya. yang bikin sunghoon makin gemas.

sunghoon terkekeh semakin gemas, kemudian mencium pipi jake lagi dengan bringas; kali ini beserta gigitan kecil yang membuat jake sedikit mangadu.

“tapi kamu suka kan?”

yang begini apa perlu dijawab ya...

“ya siapa sih yang gak suka kalau dicium?” balas jake.

“kalau gitu ayo lanjut.”

astaga, kayanya jake salah ngomong deh.

pasalnya entah sejak kapan tiba-tiba posisi mereka berubah. dari mereka yang tadinya hadap-hadapan, jadi jake yang sekarang berbaring diatas kukungan dominan milik sunghoon.

sepersekon kemudian sunghoon kembali menciumnya. menyesap lembut bibir jake—kali ini ada balasan disana meski akhirnya harus berhenti lagi karena butuh pasokan oksigen.

“hah.... jangan dicium duluuu.” seru jake ketika melihat sunghoon mau menciumnya lagi. nafas jake itu pendek, sedangkan nafas sunghoon panjang. enak di sunghoon gak enak di jake.

“hehehe sorry, abisnya kamu gemes banget sih.” ujar sunghoon kemudian mendusel—menulusup masuk kedalam ceruk leher jake.

kini bukan lagi mereka yang nonton tv, tapi tvnya nontonin dua orang itu sibuk bermesraan diatas sofa.

lama-lama sunghoon yang tadinya cuma mendusel jadi menciup leher jake, lama-lama tiupan sepoi itu berubah jadi gigitan kecil sampai jake menggeliat.

“h-hoon...” panggil jake berusaha untuk tidak terpancing.

“hm? kamu mau apa?”

“hoon, besok aku ada kelash.”

“that doesn't answer my question jake.” sunghoon berbisik seduktif tepat ditelinga jake. membuat si empu makin menggeliat tak karuan kaya cacing.

gak bisa gini, jake lemah. dan sunghoon jelas tahu kelemahan jake.

jadi sunghoon kembali melakukan aksinya, memberi bite mark pada leher halus jake dengan tangan kanannya yang mengelus bagian bawah jake. shit.

“sung—hng!” jake sama sunghoon sama-sama melotot, menyadari lenguhan yang baru saja terlontar dari bibir jake. ia buru-buru menutup mulutnya sendiri.

FUCK. kalau gini sunghoon juga yang ikut terpancing.

“kamu sengaja ya?”

jake merutuk dalam hati. “geli, hoon...” katanya mencari alibi, padahal emang sama-sama tegang.

sunghoon mengerjap beberapa kali kemudian terkekeh. kekasih manisnya ini selalu punya hal random untuk diucapkan. biasanya sunghoon hanya akan menciumnya atau sekedar membalas dengan candaan yang lain. tapi kalau sekarang waktunya gak pas. dia udah gak kuat.

“lanjut dikamar ya? disini sakit kan?”

padahal jake sudah beralibi, tapi gak bisa ditepis juga kalau dia memang menginginkan sunghoon saat ini.

jadi jake mengangguk, lalu sunghoon mengecupnya sekilas dan membawa sang kekasih kekamarnya supaya mereka bisa lebih nyaman.

heeseung tau ia menginginkannya, lebih dari harimau lapar yang mengincar mangsanya, lebih dari apapun di dunia ini.

sedikit saja, senyumannya.


you're a bit different and you keep shaking me up, your eyes and the way you speak, style. oh it's like you living in a different world.

pada satu jeda yang terlukis diantara tawa dan senyawa sukacita. ada sebait pesan sederhana yang tersua diantara rintik-rintik hujan manyun dibawah bumantara.

begini kira-kira isinya, “kalau hujan datang lebih lama, berarti saya harus bersyukur lebih lama.”

heeseung awalnya tak mengidahi, namun kalimat selanjutnya membuat ia menorehkan atensi sepenuhnya pada lelaki milik yogyakarta yang parasnya asing disapa.

“soalnya saya bisa ketemu kamu.”

itu bukan kalimat rancau yang dikatakan sebab dinginnya hujan, atau dirasa manusia satu itu telah kehilangan konsentrasi dengan riuh gerimis yang perlahan menyepi.

“ya?”

“heeseung kan? aku jake. mungkin kita akan bertemu lagi jika semesta mengizinkan, semoga.”

heeseung bergeming. lelaki itu tak pernah ia temui sebelumnya, lantas mengapa ia mengetahui namanya dengan baik? atau ia yang terlalu menutup mata dengan sekitar?

yang heeseung ingat, ia memiliki netra dengan iris paling menyilaukan di muka bumi. juga hidung mancung dan proporsi indah dari seluruh kontur wajahnya. oh jangan lupakan rambutnya yang sedikit gondrong. heeseung hampir tak menemukan kata lain untuk mendeskripsikannya, selain cantik.

dan ya, heeseung tak pernah merasa

raka sudah berada sama lama dengan gilang diantara pengunjung lain. namun tampaknya mereka tak sama resah. sebab yang satu lagi gugup setengah mati dan yang satu lagi asyik makan nasi goreng mang ujang.

kalau jantung raka dicolokin ke speaker masjid pasti sekarang satu kampung bisa denger saking keras dan cepatnya ia berpacu. tapi nampaknya pemuda didepannya ini santai aja tuh makanin nasgor seperti bukan dia yang bawa raka malem-malem begini.

“kenapa ngajak makan dulu?” tanya raka.

“gua laper.” jawab gilang seadanya.

raka menghela nafas, sedikit lega karena mengira gilang gak tau menahu perihal kejadian di base beberapa jam yang lalu.

“lo gak dimakan?” tanya gilang ketika melihat nasgor raka masih utuh.

raka menggeleng, “gak laper.”

BOHOONGG aslinya raka laper banget, tapi saking groginya ia sampai gak kuat sekedar mengangkat sendok. iya, segrogi itu. padahal kalau di kelas dia biasa aja tuh tiap ketemu gilang.

lagian gilang juga aneh banget, mereka gak pernah jalan bareng, ngobrol aja bisa dihitung dengan jari. tiba tiba ngajakin keluar dengan alasan bayar kas.

“gak laper atau grogi?”

skakmat.

mampus.

ayo raka ucapkan kata-kata perpisahan dulu sebelum seluruh perasaanmu diacak-acak oleh oknum bernama gilang ini.

“hahaha, emang gak laper kok. gua bungkus aja ya. mau pulang.” ucap raka.

“jangan.”

“hah?”

“kalo lu pulang, kita gak bisa pacaran sekarang.”

APA LAGI INI SEMESTAA??? benar gak sih kalimat tadi keluar dari mulut gilang? atau hanya raka yang berhalusinasi sebab rasa sukanya yang kelebihan muatan.

“kenapa gak bilang langsung aja ka?”

“maksud lu?”

gilang melihat sekitar, “perihal yang dibase.”

ada jeda sebentar diantara dua anak manusia yang perasaannya sama-sama sedang di uji oleh nabastala. pilihannya cuma dua, jujur atau berbohong. keduanya sama-sama memiliki konsekuensi yang besar, sedangkan raka—ia tak seberani itu sedari dulu.

“maaf.” raka menunduk, tak mau melihat wajah gilang. takut-takut jatuh terlalu dalam.

gilang terkekeh, “kok jadi minta maaf sih?”

“maaf udah nyimpen perasaan buat lu. gua tau yang suka sama lu banyak, dan banyak juga yang better than me. lo boleh nolak gua kok.”

hening merayap dari celah udara milik jakarta, suara-suara dari para pengunjung yang lain serta mang ujang yang sedang melayani pengunjung menjadi satu-satunya yang didengar rungu.

ini sudah malam, pukul setengah sembilan malam. bukan waktu yang tepat memang untuk membahas topik perasaan yang gak ada matinya. tapi kalau bukan sekarang, kapan lagi?

raka sudah hampir putus asa ketika dilihat gilang tak memberi respon apa-apa. tenggorokannya terasa dicekat, mereka tersekat.

“jangan minta maaf buat hal yang gak salah.” ujar gilang.

gilang menghela nafas, sebelum berkata. “kalau menurut lu nyimpen perasaan sama orang lain itu salah, berarti gua juga ngelakuin kesalahan yang sama kaya lu.”

ah, jadi gilang suka sama yang lain ya? pantes saja balesnya lama.

yang lebih pendek tersenyum getir, “gua tau, semang—”

“—karena gua juga suka sama lu.” gilang memotong ucapannya.

tunggu– apa tadi katanya? suka? suka dalam artian yang bagaimana? suka yang sama kaya ia menyukainya atau suka yang—

“iya, suka yang sama kaya lu. i have crush on you too, ka.”

“sejak kapan?”

“dua tahunan? sorry, gua cupu banget ya. gua cuma gak tau gimana harus deketin lo.”

astagaaa plot twist macam apa lagi ini? orang yang dia suka ternyata menyukainya lebih lama darinya? dan ia baru tahu sekarang?

siapapun tolong bangunkan raka kalau ini mimpi.

“lo... gak lagi bercanda kan?”

gilang menggeleng, “enggak ka, gua beneran suka sama lo. dan kalau boleh, gua mau suk—enggak, gua mau sayangin semua yang ada diri lo.”

raka mengerjap berkali-kali, “lo... lagi nembak gua?”

“apa gua harus bilang di base juga biar lu percaya sama perasaan gua?”

“ENGGAK! JANGAN!”

gilang terkekeh, “so?”

“lo harusnya udah tau jawabannya.” jawab raka yang ditanggapi senyum lebar milik gilang.

kalimat itu gak berisi iya atau tidak, tapi lebih dari itu; gilang tau kalau perasaannya terbalaskan. atau mereka yang saling balas perasaan masing-masing.

“tapi lo gak romantis, nembak gua di tukang nasgor.” ucap raka.

dan setelahnya hanya ada tawa mereka yang menguar dibalik udara dingin malam.

gak romantis memang, terkesan terburu-buru. gapapa, asalkan perasaannya ini sudah ada lama disatu sudut relung hatinya.

lagipula, asalkan ia bersama satu sama lain, semuanya juga terasa romantis dan menyenangkan.

sore sudah jatuh sejak satu jam yang lalu. seharusnya hesa sedang dikamarnya bermain game atau mengerjakan tugas trigonometrinya yang gak kelar-kelar juga. tapi dirinya malah berdiri didepan rumah sang kekasih, berharap dibukakan pintu meski tau presentasenya kecil.

“ngapain?” tanya jovian dengan kepalanya menyembul dari balik pintu. gak mau keluar sepenuhnya—masih marah.

“mau minta maaf.” jawab hesa.

“gak perlu, kamu gak salah. aku yang lagi emosi karena pusing.”

bukannya menurut, yang lebih tua justru melangkah lebih dekat. “gapapa.”

jujur, kata-kata yang seharusnya terlontar adalah kata-kata penenang penuh rayuan seperti lelaki kebanyakan yang membujuk pacarnya. tapi ini hesa, apa yang mau jovian harapkan dari hesa yang selalu menjawab dengan iya atau gapapa.

“aku salah, maaf buat kamu nunggu.”

bukan, bukan ini yang jovian mau dari hesa. harusnya jangka waktu agenda marah sama kahes—kak hesa yang disingkat—masih lama, tapi pertahanannya sudah mau runtuh.

“yaudah, kalau udah selesai minta maaf kamu bisa pulang.” balas jovian acuh.

hesa menatap iris obsidian jovi, warna mata yang entah kenapa selalu membuatnya tenang. “belum, masih ada satu lagi.”

jovi mengernyit, “apa?”

hesa melangkah semakin dekat, merengkuh pinggang jovi; kemudian mencium bibirnya dengan lembut.

butuh waktu beberapa detik sampai nyawa jovi balik. ia kaget setengah mati karena tau tau mereka udah silaturahmi bibir. lebih kaget lagi pas inget kalau dia lagi sakit.

jovi mendorongnya, melotot pada hesa yang asal menciumnya. “aku lagi sakit! nanti kamu bisa ketularan!”

“kalau kamu sakit, aku juga harus sakit. aku gak mau kamu sakit sendirian, apalagi karena aku.”

DEMI TUHAAANN BUKAN INI YANG JOVIAN MAU WAKTU DIA BERDOA BIAR PACARNYA LEBIH PANJANG NGOMONG.

lagian sejak kapan hesa jadi tukang gombal gini?

“jovian?” panggil hesa.

lelaki itu mendongak, “ya?”

“maaf, aku tau kalau aku bukan kaya cowok lain yang bisa perhatian sama pacarnya. maaf juga kalau selama ini aku keliatan cuek. tapi kamu harus tau jov, kalo aku sayang banget sama kamu. i love you, i just doesn't know how to show my affection for you.” jelas hesa.

nah semesta, sekarang tebak apa yang dilakukan jovian setelah mendengar penuturan panjang dari kekasihnya? tentu saja, NANGIS.

jovian tau kalau pacarnya yang kelewat irit ngomong ini memang menyayanginya sepenuh hati, sama banyak dengan dirinya. hanya saja kadang ia kerap butuh afeksi, ingin dilakukan sebagaimana teman-temannya yang lain diperlakukan.

katakan saja jovian iri, tapi memang begitu nyatanya. hesa memang bukan yang terbaik, namun caranya yang tiba-tiba dateng padahal jarak rumah mereka jauh buat jovian mikir lagi kalau mau iri sama teman-temannya.

“jangan nangis.” ucap hesa sembari mengelus sisa air mata jovian dengan ibu jarinya.

jovian tuh covernya aja sangar, padahal kalau udah ketemu sama hesa langsung berubah jadi selembek slime.

“kamu tuh, sebenernya ngapain sih kesini?” tanyanya disela-sela air mata yang banjir.

“mau bilang i love you, jovian.”

makin kejer deh itu oknum bernama jovian. lebay sih, tapi gimana. pacarnya yang ini kan gak pernah ngomong sepanjang itu, makanya responnya berlebihan banget atau karena dia lagi sakit maunya nangis aja.

padahal udah nangis bombay, ingus meler kemana-mana, baju hesa basah karena sesekali jovi meper kekaosnya. masih sempet-sempetnya hesa bilang, “kamu lucu banget ya kalau lagi nangis.”

HAAAHHH LAMA LAMA NI ALAM RAYA CUMA MILIK HESA SAMA JOVIAN AJA!

tapi emang bener sih, hesa bukanlah orang yang pandai bertutur kata. sebaliknya jovian selalu punya segudang cerita dibalik bibir mungilnya. dan ya, selayaknya pasangan pada umumnya mereka saling melengkapi.

atau menurut hesa, ia gak butuh banyak kata untuk merasa pada jovian.

Udara malam yang dingin menusuk kulit Jake. Tapi meski begitu ia tetap betah saja berdiri di samping Sunghoon sembari melihat sudut kota dari atas rooftop.

Di langit bintang tak terlalu nampak, mungkin karena polusi cahaya di sekitar mereka atau juga karena langit memang lagi murung.

Jake berdiri sama lama dengan Sunghoon; sama-sams menatap sudut kota. Namun lelaki itu tampaknya lebih mengagumi perawakan kekasihnya daripada pemandangan di depan.

Sunghoon menoleh yang membuat Jake buru-buru berpaling. “Ketauan ada yang ngintip?” ledek Sunghoon.

Mata Jake berotasi, “Enggak tuh.”

“Gapapa kalau mau diliatin terus, liat sampai kamu bosen.”

“Kamu kali yang mau liatin aku.”

Sunghoon mengangguk, “Iya.”

Lalu lawan bicaranya jadi mati kutu karena bingung harus membalas apa. Salah sedikit bisa-bisa pipinya semakin merah. Sunghoon ini pintar sekali membolak-balikan kata.

“Kalo bisa mau aku fotoin terus setiap inci dari wajah kamu, terus aku print. Aku pajang di kamar, biar kalau bangun tidur yang pertama aku liat itu kamu.”

“Nanti kamu bosen.”

“Gak akan, selama itu kamu. Mau sampai seribu tahun juga aku gak bakal bosen.” katanya lalu menarik pinggang Jake agar semakin dekat.

Jake menyembunyikan wajahnya diceruk leher Sunghoon, “Kalau gitu aku yang bosen denger semua gombalanmu, stop Sunghoon! Hatiku gak bakal kuat lagi.”

Bukannya diam yang lebih tinggi justru semakin menjadi, “Kamu ngomong apa?” ia mendekatkan wajahnya pada Jake.

“Aku bilang, aku bos—”

Belum sempat Jake bicara, ucapannya sudah di potong oleh bibir Sunghoon yang meraup habis bibirnya. Jake awalnya sedikit kewalahan sebab Sunghoon menciumnya tanpa aba-aba. Namun semakin lama ia dapat mengikuti ritme Sunghoon.

Ciuman Sunghoon selalu manis seperti biasanya, ia tak pernah menuntut namun juga tak mau mengalah. Semuanya sempurna, dengan ritme yang sempurna.

Dan Jake menyukainya. Ia selalu menyukai kala bibirnya menyatu dengan bibir milik kesayangannya.

7 menit untuk akhirnya mereka berdua sama-sama butuh pasokan udara. Sunghoon nyengir saat mendapati wajah Jake mengernyit. Salahnya juga asal cium aja.

“Aku kebawa suasana.” pembelaan Sunghoon.

Tentu saja tak ditanggapi serius, “Kamu tau aku gak bisa nafas???”

“Tapi kamu juga suka kan.”

“SUNGHOON!”

Sunghoon terkekeh, ia mengusak surai Jake. “Ayo turun, disini mulai dingin.”

Tangannya ditahan oleh Jake, “Besok...”

Yang lebih tinggi mengenggam jemarinya, seolah mengatakan bahwa besok mereka akan baik-baik saja. Sama seperti hari-hari yang lalu.

“Besok aku gak bisa dateng, jangan cari aku.”