injunoona

Two Sides of Jeremy


TW // kekerasan

*** “aduh om om! itu jangan dulu lari kesitu om, nanti dihadang sama team lawan om! yahhhhhh...”

Jeremy merebahkan tubuhnya di karpet abu-abu ruang tengah rumah Syahla sambil menghela napas panjang. Setelah tim sepak bolanya bersama dengan Ayah Syahla kalah di pertandingan play station, karena kecerobohan Ayah Syahla yang salah mengambil strategi.

Ayah Syahla hanya tertawa hingga kedua matanya tertutup kelopak matanya.

“Ya udah ya udah maaf, Jer! kita main aja satu babak lagi! kali ini pasti menang!”

“Udah malem deh, Om! minggu depan aja aku main lagi kesini!”

Syahla yang duduk di meja makan sambil memainkan ponselnya melirik ke arah ayahnya dan Jeremy, ia juga mendapati Syahril yang ternyata sudah tertidur di sofa.

“Ya sudah, om antar pulang ya?”

“gapapa gapapa om, nggak perlu repot-repot aku bisa pesen gojek kok!”

“loh nggak ngerepotin sama sekali! bentar ya, om ambil kunci mobil dulu di kamar!”

Jeremy hanya mengangguk, kemudian membereskan play station yang baru saja ia mainkan bersama dengan Ayah Syahla.

“Jer!”

Jeremy sedikit terperanjat kala mendapati Syahla sudah berdiri di dekatnya.

“Nih, jaket lo!” Ia menyodorkan jaket yang kemarin Jeremy pinjamkan sepulang pentas seni.

“eh, oh.. iya! oke!”

Lelaki itu menerima jaketnya tanpa menatap ke arah Syahla, karena salah tingkah. Tapi Syahla tetap mengartikan sikap Jeremy sebagai sikap menghindar.

Thanks ya, buat kemarin, Jer!”

“kemarin? emangnya gue ngapain, La?”

“ya pokoknya gue mau bilang makasih aja!”

“o—okay!”

Keduanya terdiam, tak ada lagi percakapan. Suara yang terdengar hanya deru napas Syahril yang sedang tertidur. Bukan suara dengkur, tapi suara napas yang agak berat dari biasanya.

“Ayo, Jer!” sahut Ayah Syahla.

“Ayah pulangnya jangan kemana-mana dulu, ya? Bunda kan bentar lagi pulang arisan!”

“Iya, Kak! Ayah langsung pulang!”

“bentar Om! ini PS nya belum selesai diberesin”

Jeremy kembali menggulung kabel, kemudian menata joystick untuk kemudian ia masukkan ke dalam boks play station yang masih sangat baru itu.

“Ayah anter Jeremy dulu ya! kamu jagain tuh adekmu yang tidur di sofa! takutnya jatuh ke bawah!”

“Iya Ayaaah!”

“gue pulang ya, La!”

Jeremy tersenyum ke arah Syahla. Dan untuk pertama kalinya di hari itu matanya bisa menatap milik Syahla.

“Okay! see you, Jer!”

Ayah Syahla berjalan terlebih dahulu yang kemudian diekori oleh Jeremy.

tiit— Suara kunci pintu otomatis terdengar oleh Syahla, yang berarti Jeremy dan ayahnya telah keluar dari rumah.

Syahla menyandarkan punggungnya ke sofa yang menjadi tempat tidur Syahril, ia masih memikirkan Jeremy yang tiba-tiba menjadi seperti orang asing, padahal belum 24 jam sejak ia memeluknya. “padahal gue kira, lo peluk gue karena lo peduli dan wanna get closer with me. But NO?!”.

“eh?!”

Syahla bangkit dari duduknya kemudian berlari keluar rumah, sambil membawa jaket Jeremy yang ternyata tertinggal.

“gimana sih? kok bisa ketinggalan!”

“ini gue udah gamau merasa berhutang lagi sama lo, jadi please masih ada di parkiran please!”

Gumam Syahla di dalam lift yang perlahan turun menuju lantai basement.

ting!— Pintu lift terbuka, namun ia tak menemukan tanda-tanda Jeremy dan ayahnya.

“Ya elah!!”

Ia membuang napasnya kasar kemudian menekan tombol lift lagi untuk kembali ke rumahnya.

*** “Kakak? kok ada disini, nak?”

Suara Bunda nya terdengar saat ia masih berdiri di depan lift.

“Bunda?!!! loh, kok Bunda sendirian? Pak Aji mana?”

“itu!” Bunda menunjuk ke arah Pak Aji yang sedang membersihkan sisa air hujan di mobil milik Bunda.

“Aku pergi sama Pak Aji, boleh?”

“loh kemana?”

“Nyusulin Ayah!”

Syahla berlari ke arah Pak Aji, sang Bunda hanya keheranan.


“Pak, tunggu sebentar disini ya? Aku bentar aja kok, cuma ngasihin jaket!”

Izin Syahla pada Pak Aji setelah mobil terparkir tak jauh di rumah Jeremy. Syahla sengaja tidak mau berhenti tepat di depan rumah karena takut mengganggu.

“oke, neng! mau lama juga gak masalah!”

Syahla setengah berlari menuju rumah Jeremy.

Jemarinya yang akan menekan tombol bel terhenti, ketika mendengar suara keributan dari dalam rumah Jeremy.

“udah aku bilang kan, mas? gak perlu libatin Jeremy disini. Dia masih anak-anak!”

“kamu bilang anak-anak?! liat dia bahkan lebih tinggi dari aku!”

“tapi aku gak mau Jeremy ikut-ikutan kayak kamu! aku gak mau Jeremy terjerumus ke jalan yang salah!”

PLAKKKK

“jalan yang salah? selama ini kamu kira aku ngapain? aku cari nafkah!”

“sumpah demi Tuhan, aku gak pernah nerima sepeser pun nafkah itu! aku selama ini kerja sendirian! Jeremy juga bahkan cari uang sendiri! kamu bilang kamu cari nafkah?”

PLAKKK

Lagi-lagi suara tamparan terdengar jelas oleh Syahla dari balik pintu.

“denger ya, mas! kalau bukan karena Papaku, aku juga gak bakal mau menikah sama kamu! kamu itu cuma preman!”

“STOP!!!! UDAH UDAH!!! Aku capek liat Mommy sama Ayah berantem terus! Ayah stop jangan pukul Mommy lagi!”

“Emy! masuk ke kamar kamu, nak!”

“nggak mau! Emy mau disini, Emy gak akan biarin Ayah pukul Mommy lagi!”

“Liat? anak kamu bahkan udah berani ngebantah, Stef?”

“jangan pernah sekali pun kamu komentarin Jeremy!”

“loh kenapa? Jeremy anakku juga kan?”

“dia gak akan pernah jadi anak kamu, cuihhh!”

“berani ya kamu ngeludahin aku? mulai berani?”

“Ayah jangan, Yah! stop yah!!”

Di luar rumah, Syahla bisa merasakan getaran Jeremy dari suara lelaki itu yang mulai melemah karena tangis.

“Emy masuk aja ke kamar, nak! Mommy mohon!”

Tak ada jawaban dari Jeremy, kemudian tak terdengar lagi suara saling meneriaki.

Beralih ke suara gebrakkan pintu dari lantai dua, yang bisa Syahla lihat sendiri.

Jeremy yang menekuk lututnya kemudian membenamkan wajahnya disana. Ia menangis di balkon rumahnya.

“ssst! ssst!”

Syahla berupaya memanggil Jeremy dengan suara sekecil mungkin. Namun tak direspon.

Tanpa pikir panjang, ia mengambil kerikil kecil di dekatnya kemudian melemparnya ke arah Jeremy.

Dan benar saja, Jeremy langsung menyadari kehadirannya.

Syahla mengangkat ponselnya sesaat setelah Jeremy melihat ke arahnya. “buka HP lo!”. Jeremy menurut.

Syahla : u okay? Jeremy : Idk Syahla : mau barter? Jeremy : barter? Syahla : you help me last night, so let me help you now Jeremy : wkwkwkwk Syahla : lo lagi nangis, malah wkwkwkwk Jeremy : so, you wanna gimme a hug? Syahla : yes. for my friend! Jeremy : ya udah, gue turun sekarang Syahla : pelan-pelan, nanti nyokap bokap lo denger

Impas. Syahla tak merasa berhutang lagi pada Jeremy.

Karena malam ini ia berhasil menjadi penenang lelaki yang sedang (selalu) diterpa badai dalam rumahnya.

Namun Syahla memeluk Jeremy tak hanya semata-mata untuk balas budi. Ia tulus, pelukan itu tulus.

Syahla justru bersyukur, dengan kehadiran Jeremy. Karena akhirnya mereka bisa bertukar kisah, walau tak secara langsung.

Mereka saling merangkul, dan selalu ada setiap kali yang satu diterpa masalah.

Tidak apa-apa, ini proses yang indah, perjalanan hidup menjadi dewasa. Tanda-tanda kita mulai memasuki fase dewasa adalah dengan banyaknya masalah, bukan?


#anti

Two Sides of Jeremy


POV : Jeremy

Oke, pertama-tama gue mau bikin disclaimer dulu. Di narasi cerita ini gue bakal nyerita pake aku-kamu, soalnya author pengen gue kaya gitu—“biar lebih bagus aja susunan kalimatnya, Jer!” Yaudah mulai aja lah author bacottt!!!.

**

Pukul dua belas siang, semua anggota panitia menumpukkan telapak tangan kami di titik yang sama, kemudian mengangkatnya bersamaan dan bersorak “MITHA 2022 SEMANGAT SEMANGAT SEMANGAT!” sebagai tanda bahwa acara pentas seni tahun ini akan segera dimulai.

“Pokoknya hari ini kita harus kerahkan semua kemampuan terbaik kita! harus udah paham tugas masing-masing, dan yang terpenting jangan sampe ada yang tumbang!” Ucap Hitto selaku ketua pelaksana acara pentas seni tahun ini.

Memang benar Hitto telah resmi lengser dari tahta nya sebagai ketua OSIS SMA Tri Dharma. Namun sudah tradisi turun temurun yayasan, dimana malam pentas seni adalah acara yang akan dihandle oleh mantan ketua terakhir sebelum benar-benar lepas dari urusan organisasi. —dipilih salah satu antara ketua OSIS SMA atau SMK.

Dari ruang OSIS, aku berjalan beriringan bersama Pandu menuju venue, dimana kami akan bertugas. Sebenarnya bukan venue konser juga sih, ini hanya lapangan Tri Dharma yang disulap menjadi seperti venue konser. Semua set panggung sudah berdiri megah dengan lighting yang cukup, pokoknya nggak kalah keren sama panggung Indonesian Idol.

“lo di sebelah kiri, Jer!”

“gue udah tau, Du!”

“ya siapa tau lo lupa”

Aku dan Pandu berpencar, duduk berjauhan namun tetap bisa saling melihat karena kursi tribun tidak diisi oleh penonton. Mereka semua berdiri di lapangan.

Aku tersenyum lebar ketika melihat mereka yang di bawah. Merasa punya privilege bisa duduk bersandar di atas sedangkan yang lain berdiri di bawah. bercanda.

Acara pentas seni di mulai pukul 12.30, diisi dengan penampilan siswa-siswa Tri Dharma. Mulai dari tari daerah, karawitan, bernyanyi solo, penampilan band, teater dan penampilan menyenangkan lainnya. Ya cukup menyenangkan walau pun aku tak hanya sekali hampir terjatuh dari posisi duduk karena mengantuk.

Semakin sore, yang berdatangan semakin ramai. Karena penampilan special guest star akan tampil di akhir, banyak yang datang khusus demi menonton mereka saja. Seniman-seniman lokal Bandung dan yang paling ditunggu adalah Fiersa Besari.

01:40 PM hudaaaang Jeremy: haus gak sih Pandu: banget Jeremy: gak ada yg peka Helmi: YAUDAH MAU APA?! Jeremy: Aqua Pandu: Amer Leo: berakkk pandu WKAK Helmi: cuma ada teh pucuk Jeremy: ya ngapain nanya pe'a Helmi: biar terlihat empati nya Pandu: pengen leave

Semakin ramai orang berdatangan, semakin teliti mataku memindai satu persatu dari mereka. Tentu saja aku mencari Syahla.

yang tak aku harapkan eksistensinya.

Harapanku tak berguna, nyatanya aku bisa melihatnya datang bersama temannya sekarang. Wajahnya sumringah, layaknya anak ayam yang baru kali pertama melihat wajah induknya.

bahkan dari atas sini aja lo keliatan cantik, La!”. duh.

Waktu terus berjalan, sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku sudah mulai lelah karena mengawasi orang-orang di atas sini sejak dari tadi siang.

Fiersa Besari naik ke atas panggung disambut dengan sorakan dari penonton, termasuk aku, dan Pandu. Memang aura seorang bintang.

“Selamat Malam Tri Dharma!!!!”

woooooo” —sorak penonton.

“Mari kita guncang Bandung!! pasti banyak yang LDR kan? ayo sama-sama nyanyi lagu kebangsaan LDR kita, celengan rindu!!”.

wooooo” —lagi-lagi penonton bersorak.

🎶🎶

“Dan tunggulah aku di sana Memecahkan celengan rinduku Berboncengan denganmu Mengelilingi kota Menikmati surya perlahan menghilang”.

“Hingga kejamnya waktu Menarik paksa kau dari pelukku Lalu kita kembali menabung rasa rindu Saling mengirim doa Sampai nanti sayangku”. **

Malam ini terasa sangat hangat. Apalagi melihat beberapa orang yang saling merangkul, bernyanyi bersamaan dan banyak pasangan yang cukup membuatku agak geli. —“aslinya mah LO IRI kan, Jer?” , “DIEM AUTHOR!”.

“Cek cek, abis ini ada penampilan dari dari ketua pelaksana ganteng kita, Hitto!”

Suara di atas bersumber langsung dari Fiersa Besari. Sebuah privilege ketua, ya dinotice artis.

wooooo”, Sorakan penonton ketika Hitto naik ke atas panggung sambil memeluk gitar, dan senyumannya yang membuat para wanita lagi-lagi berteriak. padahal senyumnya biasa aja.

“ckkk” Jika aku sudah berdecak, berarti dunia sedang tidak baik-baik saja. aduh.

Detik itu juga aku menyipitkan kedua mataku untuk mencari Syahla, melihat ekspresinya dan bagaimana gelagatnya setelah Hitto naik ke atas panggung. Betul, Syahla terlihat sangat bersemangat.

“Halo Tri Dharma!! gimana malem ini, seru?” ucap Hitto di microphone setelah selesai menyanyikan lagu Kesempurnaan Cinta milik Rizky Febian.

“SERUUUU!”

“Mau lagi yang lebih seru??!”

“MAUUUU”.

Hitto sedikit tertawa di atas sana. Aku yakin bahwa ia sudah merencanakan dialog sok asik itu dari sejak lama.

“Jadi malem ini, gue mau confess ke gebetan gue” ucap Hitto.

“AAAAAAA” jeritan siswa-siswa perempuan. Lagi-lagi aku geli melihatnya.

“pokoknya, kalo kamu mau jadi pacarku, naik ya!”

“namanya bakal gue sebut” Hitto terkekeh kecil.

Pandanganku tak lepas dari Syahla. Ia terlihat seperti yakin bahwa dia yang akan dipanggil. “Bukan Ala, Hitto bukan mau confess ke lo. Jadi pulang aja, Ala”.

“aku udah lama banget nyimpen rasa ini buat kamu, aku yakin kamu juga bakal tau”.

“please naik ya, soalnya aku gak siap kalo ditolak dan berakhir kamu menjauh. Aku belum siapin diriku buat menghadapi konsekuensi itu”.

“AAAAAA” lagi-lagi jeritan yang membuatku geram.

“Would you be my girlfriend? Yolanda?“.

“AAAAA TERIMA! TERIMA! TERIMA!”.

Tak harus menunggu lama, Yolanda muncul dari backstage kemudian ia saling berbalas senyum dengan Hito sebelum akhirnya mereka berdua berpelukan disoraki semua orang yang ada di venue MITHA 2022.

Aku kelimpungan kala kehilangan Syahla. Maksudku, setelah Yolanda muncul, aku sudah tak bisa lagi melihat Syahla di kerumunan penonton. Ia pergi dari sana.

Detik itu juga aku bangkit dari duduk kemudian berlari keluar dari area lapangan. Menelusuri ruangan-ruangan dekat lapangan yang berpeluang didatangi oleh Syahla.

“Hitto demi Allah gue bakal tonjok lu lagi!!!!”

Satu persatu ruangan aku datangi. Aku yakin Syahla masih ada di sekitaran sini karena belum lama aku kehilangan jejaknya.

Kegiatan itu terhenti saat aku mendengar suara batuk dari dalam toilet siswa perempuan.

Karena takut terjadi hal yang tak diinginkan, aku masuk memeriksa bilik demi bilik disana. Dan benar saja, ada Syahla. Suara isakkan nya aku tahu. Maksudku aku sudah mengenali suaranya.

tok tok tok

“La!”

tak ada jawaban.

“Syahla, ini gue Jeremy”

tetap tak ada jawaban.

“waduh apa jangan-jangan yang di dalem sana tuh kuntilinik kali ya?”

“ngapain lo kesini, Jer?” suara Syahla dari dalam bilik toilet.

Degg —kaget.

“lo... nggak apa-apa, La?”

Syahla tak menjawab.

“La?”

“Syahla, mau gue anter pulang?” aku menempelkan telinga kananku ke pintu toilet.

“gamau Jer”

“terus gue harus bantu gimana dong, La?”

“ya lo gausah bantu apa-apa” suara Syahla patah-patah, aku tahu betul ia sedang menangis.

“nggak bisa, La. gue harus bantu”

“huhhhh” helaan napasnya terdengar sangat jelas walau kita terhalang dinding bilik.

cklek —Syahla yang tiba-tiba membuka pintu toilet membuatku hampir terjatuh karena posisiku yang sedang bersandar pada pintu.

“eh eh, Jer!! awas jatoh!”

Tenang, aku tak jatuh. Karena Syahla memegangi bahuku agar aku bisa kembali menyeimbangkan tubuh.

Setelah aku benar-benar berdiri tegak kembali, aku lihat wajah Syahla. kusut. Banyak kekecewaan disana.

“Lo... gapapa?” aku berhati-hati.

Syahla tersenyum.

“lebih ke syok sih..”

but you are crying now

“gue gapapa, Jer! ini emang kelenjar air mata gue lagi penuh menampung air. Jadi ditumpahin sebagian” ia menyapu air mata di pipinya dengan punggung tangannya, yang entah kenapa terlihat sangat lucu di mataku.

“La...”

“kenapa ya, Jer? di antara milyaran manusia yang ada di bumi, kenapa harus Yolanda?”

Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Dan kenapa gue kira selama ini semua afeksi yang kak Hitto kasih ke gue itu...” ia terisak, tak dapat melanjutkan kalimatnya.

Beberapa menit setelah itu ia hanya menangis, aku yakin Hitto sudah membuat Syahla jatuh cinta sedalam itu karena afeksi nya. Untuk hal ini, aku sama sekali tidak mau mengakui dia sebagai sepupuku.

“La..”

Syahla membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya lalu mendongak untuk melihat wajahku.

“If you don't mind, can I hug you?”

Bukannya menjawab, Syahla malah kembali menutup wajahnya dan melanjutkan kegiatan menangisnya. oh gak boleh.

Namun sedetik kemudian,

“boleh, Jer” suaranya pelan dan terisak.

Aku membeku beberapa detik karena sangat terkejut, kemudian aku memeluknya. Mengusap rambutnya dan menepuk-nepuk punggungnya, berharap ini bisa sedikit menenangkannya.

“Nangis aja, La! lo boleh nangis dan basahin baju gue. Lo boleh tumpahin semuanya ke gue”

Tak terdengar jawaban apa pun, hanya suara tangisan.

Aku memeluk Syahla malam ini, disini, di toilet siswa perempuan —yang untungnya tak ada siswa lain masuk, melupakan tugasku sebagai panitia keamanan, bersamaan dengan suara Fiersa Besari yang menyanyikan lagunya yang berjudul Garis Terdepan.

🎶🎶 “Bila kau butuh telinga tuk mendengar Bahu tuk bersandar raga tuk berlindung Pasti kau temukanku di garis terdepan Bertepuk dengan sebelah tangan”. **

“hadeh lagunya mendukung banget”.

“Jer..” ia bergumam dengan wajahnya yang masih ditenggelamkan di dadaku.

“apa?”

“kok jantung lo cepet banget temponya?”

freeze

Aku tak tahu harus merespon seperti apa.

“karena dingin, mungkin? kan baju gue tanpa lengan” jawaban asal.

Ia tak menjawab apa pun lagi. Hanya membiarkanku bermonolog, dan mungkin saat ini pipiku sudah seperti kepiting rebus, alias merah buangeeet loooch.


#anti

Two Sides of Jeremy


POV : Jeremy

Oke, pertama-tama gue mau bikin disclaimer dulu. Di narasi cerita ini gue bakal nyerita pake aku-kamu, soalnya author pengen gue kaya gitu—“biar lebih bagus aja susunan kalimatnya, Jer!” Yaudah mulai aja lah author bacottt!!!.

**

Pukul dua belas siang, semua anggota panitia menumpukkan telapak tangan kami di titik yang sama, kemudian mengangkatnya bersamaan dan bersorak “MITHA 2022 SEMANGAT SEMANGAT SEMANGAT!” sebagai tanda bahwa acara pentas seni tahun ini akan segera dimulai.

“Pokoknya hari ini kita harus kerahkan semua kemampuan terbaik kita! harus udah paham tugas masing-masing, dan yang terpenting jangan sampe ada yang tumbang!” Ucap Hitto selaku ketua pelaksana acara pentas seni tahun ini.

Memang benar Hitto telah resmi lengser dari tahta nya sebagai ketua OSIS SMA Tri Dharma. Namun sudah tradisi turun temurun yayasan, dimana malam pentas seni adalah acara yang akan dihandle oleh mantan ketua terakhir sebelum benar-benar lepas dari urusan organisasi. —dipilih salah satu antara ketua OSIS SMA atau SMK.

Dari ruang OSIS, aku berjalan beriringan bersama Pandu menuju venue, dimana kami akan bertugas. Sebenarnya bukan venue konser juga sih, ini hanya lapangan Tri Dharma yang disulap menjadi seperti venue konser. Semua set panggung sudah berdiri megah dengan lighting yang cukup, pokoknya nggak kalah keren sama panggung Indonesian Idol.

“lo di sebelah kiri, Jer!”

“gue udah tau, Du!”

“ya siapa tau lo lupa”

Aku dan Pandu berpencar, duduk berjauhan namun tetap bisa saling melihat karena kursi tribun tidak diisi oleh penonton. Mereka semua berdiri di lapangan.

Aku tersenyum lebar ketika melihat mereka yang di bawah. Merasa punya privilege bisa duduk bersandar di atas sedangkan yang lain berdiri di bawah. bercanda.

Acara pentas seni di mulai pukul 12.30, diisi dengan penampilan siswa-siswa Tri Dharma. Mulai dari tari daerah, karawitan, bernyanyi solo, penampilan band, teater dan penampilan menyenangkan lainnya. Ya cukup menyenangkan walau pun aku tak hanya sekali hampir terjatuh dari posisi duduk karena mengantuk.

Semakin sore, yang berdatangan semakin ramai. Karena penampilan special guest star akan tampil di akhir, banyak yang datang khusus demi menonton mereka saja. Seniman-seniman lokal Bandung dan yang paling ditunggu adalah Fiersa Besari.

01:40 PM hudaaaang Jeremy: haus gak sih Pandu: banget Jeremy: gak ada yg peka Helmi: YAUDAH MAU APA?! Jeremy: Aqua Pandu: Amer Leo: berakkk pandu WKAK Helmi: cuma ada teh pucuk Jeremy: ya ngapain nanya pe'a Helmi: biar terlihat empati nya Pandu: pengen leave

Semakin ramai orang berdatangan, semakin teliti mataku memindai satu persatu dari mereka. Tentu saja aku mencari Syahla.

yang tak aku harapkan eksistensinya.

Harapanku tak berguna, nyatanya aku bisa melihatnya datang bersama temannya sekarang. Wajahnya sumringah, layaknya anak ayam yang baru kali pertama melihat wajah induknya.

bahkan dari atas sini aja lo keliatan cantik, La!”. duh.

Waktu terus berjalan, sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku sudah mulai lelah karena mengawasi orang-orang di atas sini sejak dari tadi siang.

Fiersa Besari naik ke atas panggung disambut dengan sorakan dari penonton, termasuk aku, dan Pandu. Memang aura seorang bintang.

“Selamat Malam Tri Dharma!!!!”

woooooo” —sorak penonton.

“Mari kita guncang Bandung!! pasti banyak yang LDR kan? ayo sama-sama nyanyi lagu kebangsaan LDR kita, celengan rindu!!”.

wooooo” —lagi-lagi penonton bersorak.

🎶🎶

“Dan tunggulah aku di sana Memecahkan celengan rinduku Berboncengan denganmu Mengelilingi kota Menikmati surya perlahan menghilang”.

“Hingga kejamnya waktu Menarik paksa kau dari pelukku Lalu kita kembali menabung rasa rindu Saling mengirim doa Sampai nanti sayangku”. **

Malam ini terasa sangat hangat. Apalagi melihat beberapa orang yang saling merangkul, bernyanyi bersamaan dan banyak pasangan yang cukup membuatku agak geli. —“aslinya mah LO IRI kan, Jer?” , “DIEM AUTHOR!”.

“Cek cek, abis ini ada penampilan dari dari ketua pelaksana ganteng kita, Hitto!”

Suara di atas bersumber langsung dari Fiersa Besari. Sebuah privilege ketua, ya dinotice artis.

wooooo”, Sorakan penonton ketika Hitto naik ke atas panggung sambil memeluk gitar, dan senyumannya yang membuat para wanita lagi-lagi berteriak. padahal senyumnya biasa aja.

“ckkk” Jika aku sudah berdecak, berarti dunia sedang tidak baik-baik saja. aduh.

Detik itu juga aku menyipitkan kedua mataku untuk mencari Syahla, melihat ekspresinya dan bagaimana gelagatnya setelah Hitto naik ke atas panggung. Betul, Syahla terlihat sangat bersemangat.

“Halo Tri Dharma!! gimana malem ini, seru?” ucap Hitto di microphone setelah selesai menyanyikan lagu Kesempurnaan Cinta milik Rizky Febian.

“SERUUUU!”

“Mau lagi yang lebih seru??!”

“MAUUUU”.

Hitto sedikit tertawa di atas sana. Aku yakin bahwa ia sudah merencanakan dialog sok asik itu dari sejak lama.

“Jadi malem ini, gue mau confess ke gebetan gue” ucap Hitto.

“AAAAAAA” jeritan siswa-siswa perempuan. Lagi-lagi aku geli melihatnya.

“pokoknya, kalo kamu mau jadi pacarku, naik ya!”

“namanya bakal gue sebut” Hitto terkekeh kecil.

Pandanganku tak lepas dari Syahla. Ia terlihat seperti yakin bahwa dia yang akan dipanggil. “Bukan Ala, Hitto bukan mau confess ke lo. Jadi pulang aja, Ala”.

“aku udah lama banget nyimpen rasa ini buat kamu, aku yakin kamu juga bakal tau”.

“please naik ya, soalnya aku gak siap kalo ditolak dan berakhir kamu menjauh. Aku belum siapin diriku buat menghadapi konsekuensi itu”.

“AAAAAA” lagi-lagi jeritan yang membuatku geram.

“Would you be my girlfriend? Yolanda?“.

“AAAAA TERIMA! TERIMA! TERIMA!”.

Tak harus menunggu lama, Yolanda muncul dari backstage kemudian ia saling berbalas senyum dengan Hito sebelum akhirnya mereka berdua berpelukan disoraki semua orang yang ada di venue MITHA 2022.

Aku kelimpungan kala kehilangan Syahla. Maksudku, setelah Yolanda muncul, aku sudah tak bisa lagi melihat Syahla di kerumunan penonton. Ia pergi dari sana.

Detik itu juga aku bangkit dari duduk kemudian berlari keluar dari area lapangan. Menelusuri ruangan-ruangan dekat lapangan yang berpeluang didatangi oleh Syahla.

“Hitto demi Allah gue bakal tonjok lu lagi!!!!”

Satu persatu ruangan aku datangi. Aku yakin Syahla masih ada di sekitaran sini karena belum lama aku kehilangan jejaknya.

Kegiatan itu terhenti saat aku mendengar suara batuk dari dalam toilet siswa perempuan.

Karena takut terjadi hal yang tak diinginkan, aku masuk memeriksa bilik demi bilik disana. Dan benar saja, ada Syahla. Suara isakkan nya aku tahu. Maksudku aku sudah mengenali suaranya.

tok tok tok

“La!”

tak ada jawaban.

“Syahla, ini gue Jeremy”

tetap tak ada jawaban.

“waduh apa jangan-jangan yang di dalem sana tuh kuntilinik kali ya?”

“ngapain lo kesini, Jer?” suara Syahla dari dalam bilik toilet.

Degg —kaget.

“lo... nggak apa-apa, La?”

Syahla tak menjawab.

“La?”

“Syahla, mau gue anter pulang?” aku menempelkan telinga kananku ke pintu toilet.

“gamau Jer”

“terus gue harus bantu gimana dong, La?”

“ya lo gausah bantu apa-apa” suara Syahla patah-patah, aku tahu betul ia sedang menangis.

“nggak bisa, La. gue harus bantu”

“huhhhh” helaan napasnya terdengar sangat jelas walau kita terhalang dinding bilik.

cklek —Syahla yang tiba-tiba membuka pintu toilet membuatku hampir terjatuh karena posisiku yang sedang bersandar pada pintu.

“eh eh, Jer!! awas jatoh!”

Tenang, aku tak jatuh. Karena Syahla memegangi bahuku agar aku bisa kembali menyeimbangkan tubuh.

Setelah aku benar-benar berdiri tegak kembali, aku lihat wajah Syahla. kusut. Banyak kekecewaan disana.

“Lo... gapapa?” aku berhati-hati.

Syahla tersenyum.

“lebih ke syok sih..”

but you are crying now

“gue gapapa, Jer! ini emang kelenjar air mata gue lagi penuh menampung air. Jadi ditumpahin sebagian” ia menyapu air mata di pipinya dengan punggung tangannya, yang entah kenapa terlihat sangat lucu di mataku.

“La...”

“kenapa ya, Jer? di antara milyaran manusia yang ada di bumi, kenapa harus Yolanda?”

Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Dan kenapa gue kira selama ini semua afeksi yang kak Hitto kasih ke gue itu...” ia terisak, tak dapat melanjutkan kalimatnya.

Beberapa menit setelah itu ia hanya menangis, aku yakin Hitto sudah membuat Syahla jatuh cinta sedalam itu karena afeksi nya. Untuk hal ini, aku sama sekali tidak mau mengakui dia sebagai sepupuku.

“La..”

Syahla membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya lalu mendongak untuk melihat wajahku.

“If you don't mind, can I hug you?”

Bukannya menjawab, Syahla malah kembali menutup wajahnya dan melanjutkan kegiatan menangisnya. oh gak boleh.

Namun sedetik kemudian,

“boleh, Jer” suaranya pelan dan terisak.

Aku membeku beberapa detik karena sangat terkejut, kemudian aku memeluknya. Mengusap rambutnya dan menepuk-nepuk punggungnya, berharap ini bisa sedikit menenangkannya.

“Nangis aja, La! lo boleh nangis dan basahin baju gue. Lo boleh tumpahin semuanya ke gue”

Tak terdengar jawaban apa pun, hanya suara tangisan.

Aku memeluk Syahla malam ini, disini, di toilet siswa perempuan —yang untungnya tak ada siswa lain masuk, bersamaan dengan suara Fiersa Besari yang menyanyikan lagunya yang berjudul Garis Terdepan.

🎶🎶 “Bila kau butuh telinga tuk mendengar Bahu tuk bersandar raga tuk berlindung Pasti kau temukanku di garis terdepan Bertepuk dengan sebelah tangan”. **

“hadeh lagunya mendukung banget”.

“Jer..” ia bergumam dengan wajahnya yang masih ditenggelamkan di dadaku.

“apa?”

“kok jantung lo cepet banget temponya?”

freeze

Aku tak tahu harus merespon seperti apa.

“karena dingin, mungkin? kan baju gue tanpa lengan” jawaban asal.

Ia tak menjawab apa pun lagi. Hanya membiarkanku bermonolog, dan mungkin saat ini pipiku sudah seperti kepiting rebus, alias merah buangeeet loooch.


#anti

Two Sides of Jeremy


POV : Jeremy

Oke, pertama-tama gue mau bikin disclaimer dulu. Di narasi cerita ini gue bakal nyerita pake aku-kamu, soalnya author pengen gue kaya gitu—“biar lebih bagus aja susunan kalimatnya, Jer!” Yaudah mulai aja lah author bacottt!!!.

**

Pukul dua belas siang, semua anggota panitia menumpukkan telapak tangan kami di titik yang sama, kemudian mengangkatnya bersamaan dan bersorak “MITHA 2022 SEMANGAT SEMANGAT SEMANGAT!” sebagai tanda bahwa acara pentas seni tahun ini akan segera dimulai.

“Pokoknya hari ini kita harus kerahkan semua kemampuan terbaik kita! harus udah paham tugas masing-masing, dan yang terpenting jangan sampe ada yang tumbang!” Ucap Hitto selaku ketua pelaksana acara pentas seni tahun ini.

Memang benar Hitto telah resmi lengser dari tahta nya sebagai ketua OSIS SMA Tri Dharma. Namun sudah tradisi turun temurun yayasan, dimana malam pentas seni adalah acara yang akan dihandle oleh mantan ketua terakhir sebelum benar-benar lepas dari urusan organisasi. —dipilih salah satu antara ketua OSIS SMA atau SMK.

Dari ruang OSIS, aku berjalan beriringan bersama Pandu menuju venue, dimana kami akan bertugas. Sebenarnya bukan venue konser juga sih, ini hanya lapangan Tri Dharma yang disulap menjadi seperti venue konser. Semua set panggung sudah berdiri megah dengan lighting yang cukup, pokoknya nggak kalah keren sama panggung Indonesian Idol.

“lo di sebelah kiri, Jer!”

“gue udah tau, Du!”

“ya siapa tau lo lupa”

Aku dan Pandu berpencar, duduk berjauhan namun tetap bisa saling melihat karena kursi tribun tidak diisi oleh penonton. Mereka semua berdiri di lapangan.

Aku tersenyum lebar ketika melihat mereka yang di bawah. Merasa punya privilege bisa duduk bersandar di atas sedangkan yang lain berdiri di bawah. bercanda.

Acara pentas seni di mulai pukul 12.30, diisi dengan penampilan siswa-siswa Tri Dharma. Mulai dari tari daerah, karawitan, bernyanyi solo, penampilan band, teater dan penampilan menyenangkan lainnya. Ya cukup menyenangkan walau pun aku tak hanya sekali hampir terjatuh dari posisi duduk karena mengantuk.

Semakin sore, yang berdatangan semakin ramai. Karena penampilan special guest star akan tampil di akhir, banyak yang datang khusus demi menonton mereka saja. Seniman-seniman lokal Bandung dan yang paling ditunggu adalah Fiersa Besari.

01:40 PM hudaaaang Jeremy: haus gak sih Pandu: banget Jeremy: gak ada yg peka Helmi: YAUDAH MAU APA?! Jeremy: Aqua Pandu: Amer Leo: berakkk pandu WKAK Helmi: cuma ada teh pucuk Jeremy: ya ngapain nanya pe'a Helmi: biar terlihat empati nya Pandu: pengen leave

Semakin ramai orang berdatangan, semakin teliti mataku memindai satu persatu dari mereka. Tentu saja aku mencari Syahla.

yang tak aku harapkan eksistensinya.

Harapanku tak berguna, nyatanya aku bisa melihatnya datang bersama temannya sekarang. Wajahnya sumringah, layaknya anak ayam yang baru kali pertama melihat wajah induknya.

bahkan dari atas sini aja lo keliatan cantik, La!”. duh.

Waktu terus berjalan, sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku sudah mulai lelah karena mengawasi orang-orang di atas sini sejak dari tadi siang.

Fiersa Besari naik ke atas panggung disambut dengan sorakan dari penonton, termasuk aku, dan Pandu. Memang aura seorang bintang.

“Selamat Malam Tri Dharma!!!!”

woooooo —sorak penonton.

“Mari kita guncang Bandung!! pasti banyak yang LDR kan? ayo sama-sama nyanyi lagu kebangsaan LDR kita, celengan rindu!!”.

wooooo —lagi-lagi penonton bersorak.

🎶🎶

“Dan tunggulah aku di sana Memecahkan celengan rinduku Berboncengan denganmu Mengelilingi kota Menikmati surya perlahan menghilang”.

“Hingga kejamnya waktu Menarik paksa kau dari pelukku Lalu kita kembali menabung rasa rindu Saling mengirim doa Sampai nanti sayangku”. **

Malam ini terasa sangat hangat. Apalagi melihat beberapa orang yang saling merangkul, bernyanyi bersamaan dan banyak pasangan yang cukup membuatku agak geli. —“aslinya mah LO IRI kan, Jer?” , “DIEM AUTHOR!”.

“Cek cek, abis ini ada penampilan dari dari ketua pelaksana ganteng kita, Hitto!”

Suara di atas bersumber langsung dari Fiersa Besari. Sebuah privilege ketua, ya dinotice artis.

wooooo, Sorakan penonton ketika Hitto naik ke atas panggung sambil memeluk gitar, dan senyumannya yang membuat para wanita lagi-lagi berteriak. padahal senyumnya biasa aja.

“ckkk” Jika aku sudah berdecak, berarti dunia sedang tidak baik-baik saja. aduh.

Detik itu juga aku menyipitkan kedua mataku untuk mencari Syahla, melihat ekspresinya dan bagaimana gelagatnya setelah Hitto naik ke atas panggung. Betul, Syahla terlihat sangat bersemangat.

“Halo Tri Dharma!! gimana malem ini, seru?” ucap Hitto di microphone setelah selesai menyanyikan lagu Kesempurnaan Cinta milik Rizky Febian.

“SERUUUU!”

“Mau lagi yang lebih seru??!”

“MAUUUU”.

Hitto sedikit tertawa di atas sana. Aku yakin bahwa ia sudah merencanakan dialog sok asik itu dari sejak lama.

*“Jadi malem ini, gue mau confess ke gebetan gue”* ucap Hitto.

“AAAAAAA” jeritan siswa-siswa perempuan. Lagi-lagi aku geli melihatnya.

“pokoknya, kalo kamu mau jadi pacarku, naik ya!”

“namanya bakal aku sebut” Hitto terkekeh kecil.

Pandanganku tak lepas dari Syahla. Ia terlihat seperti yakin bahwa dia yang akan dipanggil. “Bukan Ala, Hitto bukan mau confess ke lo. Jadi pulang aja, Ala”.

“aku udah lama banget nyimpen rasa ini buat kamu, aku yakin kamu juga bakal tau”.

“please naik ya, soalnya aku gak siap kalo ditolak dan berakhir kamu menjauh. Aku belum siapin diriku buat menghadapi konsekuensi itu”.

“AAAAAA” lagi-lagi jeritan yang membuatku geram.

*“Would you be my girlfriend? Yolanda!”*.

“AAAAA TERIMA! TERIMA! TERIMA!”.

Tak harus menunggu lama, Yolanda muncul dari backstage kemudian ia saling berbalas senyum dengan Hito sebelum akhirnya mereka berdua berpelukan disoraki semua orang yang ada di venue MITHA 2022.

Aku kelimpungan kala kehilangan Syahla. Maksudku, setelah Yolanda muncul, aku sudah tak bisa lagi melihat Syahla di kerumunan penonton. Ia pergi dari sana.

Detik itu juga aku bangkit dari duduk kemudian berlari keluar dari area lapangan. Menelusuri ruangan-ruangan dekat lapangan yang berpeluang didatangi oleh Syahla.

“Hitto demi Allah gue bakal tonjok lu lagi!!!!”

Satu persatu ruangan aku datangi. Aku yakin Syahla masih ada di sekitaran sini karena belum lama aku kehilangan jejaknya.

Kegiatan itu terhenti saat aku mendengar suara batuk dari dalam toilet siswa perempuan.

Karena takut terjadi hal yang tak diinginkan, aku masuk memeriksa bilik demi bilik disana. Dan benar saja, ada Syahla. Suara isakkan nya aku tahu. Maksudku aku sudah mengenali suaranya.

tok tok tok

“La!”

tak ada jawaban.

“Syahla, ini gue Jeremy”

tetap tak ada jawaban.

“waduh apa jangan-jangan yang di dalem sana tuh kuntilinik kali ya?”

“ngapain lo kesini, Jer?” suara Syahla dari dalam bilik toilet.

Degg —kaget.

“lo... nggak apa-apa, La?”

Syahla tak menjawab.

“La?”

“Syahla, mau gue anter pulang?” aku menempelkan telinga kananku ke pintu toilet.

“gamau Jer”

“terus gue harus bantu gimana dong, La?”

“ya lo gausah bantu apa-apa” suara Syahla patah-patah, aku tahu betul ia sedang menangis.

“nggak bisa, La. gue harus bantu”

“huhhhh” helaan napasnya terdengar sangat jelas walau kita terhalang dinding bilik.

cklek —Syahla yang tiba-tiba membuka pintu toilet membuatku hampir terjatuh karena posisiku yang sedang bersandar pada pintu.

“eh eh, Jer!! awas jatoh!”

Tenang, aku tak jatuh. Karena Syahla memegangi bahuku agar aku bisa kembali menyeimbangkan tubuh.

Setelah aku benar-benar berdiri tegak kembali, aku lihat wajah Syahla. kusut. Banyak kekecewaan disana.

“Lo... gapapa?” aku berhati-hati.

Syahla tersenyum.

“lebih ke syok sih..”

but you are crying now

“gue gapapa, Jer! ini emang kelenjar air mata gue lagi penuh menampung air. Jadi ditumpahin sebagian” ia menyapu air mata di pipinya dengan punggung tangannya, yang entah kenapa terlihat sangat lucu di mataku.

“La...”

“kenapa ya, Jer? di antara milyaran manusia yang ada di bumi, kenapa harus Yolanda?”

Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Dan kenapa gue kira selama ini semua afeksi yang kak Hitto kasih ke gue itu...” ia terisak, tak dapat melanjutkan kalimatnya.

Beberapa menit setelah itu ia hanya menangis, aku yakin Hitto sudah membuat Syahla jatuh cinta sedalam itu karena afeksi nya. Untuk hal ini, aku sama sekali tidak mau mengakui dia sebagai sepupuku.

“La..”

Syahla membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya lalu mendongak untuk melihat wajahku.

“If you don't mind, can I hug you?”

Bukannya menjawab, Syahla malah kembali menutup wajahnya dan melanjutkan kegiatan menangisnya. oh gak boleh.

Namun sedetik kemudian,

“boleh, Jer” suaranya pelan dan terisak.

Aku membeku beberapa detik karena sangat terkejut, kemudian aku memeluknya. Mengusap rambutnya dan menepuk-nepuk punggungnya, berharap ini bisa sedikit menenangkannya.

“Nangis aja, La! lo boleh nangis dan basahin baju gue. Lo boleh tumpahin semuanya ke gue”

Tak terdengar jawaban apa pun, hanya suara tangisan.

Aku memeluk Syahla malam ini, disini, di toilet siswa perempuan —yang untungnya tak ada siswa lain masuk, bersamaan dengan suara Fiersa Besari yang menyanyikan lagunya yang berjudul Garis Terdepan.

🎶🎶 “Bila kau butuh telinga tuk mendengar Bahu tuk bersandar raga tuk berlindung Pasti kau temukanku di garis terdepan Bertepuk dengan sebelah tangan”. **

“hadeh lagunya mendukung banget”.

“Jer..” ia bergumam dengan wajahnya yang masih ditenggelamkan di dadaku.

“apa?”

“kok jantung lo cepet banget temponya?”

freeze

Aku tak tahu harus merespon seperti apa.

“karena dingin, mungkin? kan baju gue tanpa lengan”

Ia tak menjawab apa pun lagi. Hanya menyisakan aku yang mungkin saat ini pipiku sudah seperti kepiting rebus, alias merah buangeeet loooch.


#anti

Two Sides of Jeremy


POV : Jeremy

Oke, pertama-tama gue mau bikin disclaimer dulu. Di narasi cerita ini gue bakal nyerita pake aku-kamu, soalnya author pengen gue kaya gitu—“biar lebih bagus aja susunan kalimatnya, Jer!” Yaudah mulai aja lah author bacottt!!!.

**

Pukul dua belas siang, semua anggota panitia menumpukkan telapak tangan kami di titik yang sama, kemudian mengangkatnya bersamaan dan bersorak “MITHA 2022 SEMANGAT SEMANGAT SEMANGAT!” sebagai tanda bahwa acara pentas seni tahun ini akan segera dimulai.

“Pokoknya hari ini kita harus kerahkan semua kemampuan terbaik kita! harus udah paham tugas masing-masing, dan yang terpenting jangan sampe ada yang tumbang!” Ucap Hitto selaku ketua pelaksana acara pentas seni tahun ini.

Memang benar Hitto telah resmi lengser dari tahta nya sebagai ketua OSIS SMA Tri Dharma. Namun sudah tradisi turun temurun yayasan, dimana malam pentas seni adalah acara yang akan dihandle oleh mantan ketua terakhir sebelum benar-benar lepas dari urusan organisasi. —dipilih salah satu antara ketua OSIS SMA atau SMK.

Dari ruang OSIS, aku berjalan beriringan bersama Pandu menuju venue, dimana kami akan bertugas. Sebenarnya bukan venue konser juga sih, ini hanya lapangan Tri Dharma yang disulap menjadi seperti venue konser. Semua set panggung sudah berdiri megah dengan lighting yang cukup, pokoknya nggak kalah keren sama panggung Indonesian Idol.

“lo di sebelah kiri, Jer!”

“gue udah tau, Du!”

“ya siapa tau lo lupa”

Aku dan Pandu berpencar, duduk berjauhan namun tetap bisa saling melihat karena kursi tribun tidak diisi oleh penonton. Mereka semua berdiri di lapangan.

Aku tersenyum lebar ketika melihat mereka yang di bawah. Merasa punya privilege bisa duduk bersandar di atas sedangkan yang lain berdiri di bawah. bercanda.

Acara pentas seni di mulai pukul 12.30, diisi dengan penampilan siswa-siswa Tri Dharma. Mulai dari tari daerah, karawitan, bernyanyi solo, penampilan band, teater dan penampilan menyenangkan lainnya. Ya cukup menyenangkan walau pun aku tak hanya sekali hampir terjatuh dari posisi duduk karena mengantuk.

Semakin sore, yang berdatangan semakin ramai. Karena penampilan special guest star akan tampil di akhir, banyak yang datang khusus demi menonton mereka saja. Seniman-seniman lokal Bandung dan yang paling ditunggu adalah Fiersa Besari.

01:40 PM hudaaaang Jeremy: haus gak sih Pandu: banget Jeremy: gak ada yg peka Helmi: YAUDAH MAU APA?! Jeremy: Aqua Pandu: Amer Leo: berakkk pandu WKAK Helmi: cuma ada teh pucuk Jeremy: ya ngapain nanya pe'a Helmi: biar terlihat empati nya Pandu: pengen leave

Semakin ramai orang berdatangan, semakin teliti mataku memindai satu persatu dari mereka. Tentu saja aku mencari Syahla.

yang tak aku harapkan eksistensinya.

Harapanku tak berguna, nyatanya aku bisa melihatnya datang bersama temannya sekarang. Wajahnya sumringah, layaknya anak ayam yang baru kali pertama melihat wajah induknya.

bahkan dari atas sini aja lo keliatan cantik, La!”. duh.

Waktu terus berjalan, sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku sudah mulai lelah karena mengawasi orang-orang di atas sini sejak dari tadi siang.

Fiersa Besari naik ke atas panggung disambut dengan sorakan dari penonton, termasuk aku, dan Pandu. Memang aura seorang bintang.

“Selamat Malam Tri Dharma!!!!”

woooooo —sorak penonton.

“Mari kita guncang Bandung!! pasti banyak yang LDR kan? ayo sama-sama nyanyi lagu kebangsaan LDR kita, celengan rindu!!”.

wooooo —lagi-lagi penonton bersorak.

🎶🎶

“Dan tunggulah aku di sana Memecahkan celengan rinduku Berboncengan denganmu Mengelilingi kota Menikmati surya perlahan menghilang”.

“Hingga kejamnya waktu Menarik paksa kau dari pelukku Lalu kita kembali menabung rasa rindu Saling mengirim doa Sampai nanti sayangku”. **

Malam ini terasa sangat hangat. Apalagi melihat beberapa orang yang saling merangkul, bernyanyi bersamaan dan banyak pasangan yang cukup membuatku agak geli. —“aslinya mah LO IRI kan, Jer?” , “DIEM AUTHOR!”.

“Cek cek, abis ini ada penampilan dari dari ketua pelaksana ganteng kita, Hitto!”

Suara di atas bersumber langsung dari Fiersa Besari. Sebuah privilege ketua, ya dinotice artis.

wooooo, Sorakan penonton ketika Hitto naik ke atas panggung sambil memeluk gitar, dan senyumannya yang membuat para wanita lagi-lagi berteriak. padahal senyumnya biasa aja.

“ckkk” Jika aku sudah berdecak, berarti dunia sedang tidak baik-baik saja. “aduh”.

Detik itu juga aku menyipitkan kedua mataku untuk mencari Syahla, melihat ekspresinya dan bagaimana gelagatnya setelah Hitto naik ke atas panggung. Betul, Syahla terlihat sangat bersemangat.

“Halo Tri Dharma!! gimana malem ini, seru?” ucap Hitto di microphone setelah selesai menyanyikan lagu Kesempurnaan Cinta milik Rizky Febian.

“SERUUUU!”

“Mau lagi yang lebih seru??!”

“MAUUUU”.

Hitto sedikit tertawa di atas sana. Aku yakin bahwa ia sudah merencanakan dialog sok asik itu dari sejak lama.

*“Jadi malem ini, gue mau confess ke gebetan gue”* ucap Hitto.

“AAAAAAA” jeritan siswa-siswa perempuan. Lagi-lagi aku geli melihatnya.

“pokoknya, kalo kamu mau jadi pacarku, naik ya!”

“namanya bakal aku sebut” Hitto terkekeh kecil.

Pandanganku tak lepas dari Syahla. Ia terlihat seperti yakin bahwa dia yang akan dipanggil. “Bukan Ala, Hitto bukan mau confess ke lo. Jadi pulang aja, Ala”.

“aku udah lama banget nyimpen rasa ini buat kamu, aku yakin kamu juga bakal tau”.

“please naik ya, soalnya aku gak siap kalo ditolak dan berakhir kamu menjauh. Aku belum siapin diriku buat menghadapi konsekuensi itu”.

“AAAAAA” lagi-lagi jeritan yang membuatku geram.

*“Would you be my girlfriend? Yolanda!”*.

“AAAAA TERIMA! TERIMA! TERIMA!”.

Tak harus menunggu lama, Yolanda muncul dari backstage kemudian ia saling berbalas senyum dengan Hito sebelum akhirnya mereka berdua berpelukan disoraki semua orang yang ada di venue MITHA 2022.

Aku kelimpungan kala kehilangan Syahla. Maksudku, setelah Yolanda muncul, aku sudah tak bisa lagi melihat Syahla di kerumunan penonton. Ia pergi dari sana.

Detik itu juga aku bangkit dari duduk kemudian berlari keluar dari area lapangan. Menelusuri ruangan-ruangan dekat lapangan yang berpeluang didatangi oleh Syahla.

“Hitto demi Allah gue bakal tonjok lu lagi!!!!”

Satu persatu ruangan aku datangi. Aku yakin Syahla masih ada di sekitaran sini karena belum lama aku kehilangan jejaknya.

Kegiatan itu terhenti saat aku mendengar suara batuk dari dalam toilet siswa perempuan.

Karena takut terjadi hal yang tak diinginkan, aku masuk memeriksa bilik demi bilik disana. Dan benar saja, ada Syahla. Suara isakkan nya aku tahu. Maksudku aku sudah mengenali suaranya.

tok tok tok

“La!”

tak ada jawaban.

“Syahla, ini gue Jeremy”

tetap tak ada jawaban.

“waduh apa jangan-jangan yang di dalem sana tuh kuntilinik kali ya?”

“ngapain lo kesini, Jer?” suara Syahla dari dalam bilik toilet.

Degg —kaget.

“lo... nggak apa-apa, La?”

Syahla tak menjawab.

“La?”

“Syahla, mau gue anter pulang?” aku menempelkan telinga kananku ke pintu toilet.

“gamau Jer”

“terus gue harus bantu gimana dong, La?”

“ya lo gausah bantu apa-apa” suara Syahla patah-patah, aku tahu betul ia sedang menangis.

“nggak bisa, La. gue harus bantu”

“huhhhh” helaan napasnya terdengar sangat jelas walau kita terhalang dinding bilik.

cklek —Syahla yang tiba-tiba membuka pintu toilet membuatku hampir terjatuh karena posisiku yang sedang bersandar pada pintu.

“eh eh, Jer!! awas jatoh!”

Tenang, aku tak jatuh. Karena Syahla memegangi bahuku agar aku bisa kembali menyeimbangkan tubuh.

Setelah aku benar-benar berdiri tegak kembali, aku lihat wajah Syahla. kusut. Banyak kekecewaan disana.

“Lo... gapapa?” aku berhati-hati.

Syahla tersenyum.

“lebih ke syok sih..”

but you are crying now

“gue gapapa, Jer! ini emang kelenjar air mata gue lagi penuh menampung air. Jadi ditumpahin sebagian” ia menyapu air mata di pipinya dengan punggung tangannya, yang entah kenapa terlihat sangat lucu di mataku.

“La...”

“kenapa ya, Jer? di antara milyaran manusia yang ada di bumi, kenapa harus Yolanda?”

Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Dan kenapa gue kira selama ini semua afeksi yang kak Hitto kasih ke gue itu...” ia terisak, tak dapat melanjutkan kalimatnya.

Beberapa menit setelah itu ia hanya menangis, aku yakin Hitto sudah membuat Syahla jatuh cinta sedalam itu karena afeksi nya. Untuk hal ini, aku sama sekali tidak mau mengakui dia sebagai sepupuku.

“La..”

Syahla membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya lalu mendongak untuk melihat wajahku.

“If you don't mind, can I hug you?”

Bukannya menjawab, Syahla malah kembali menutup wajahnya dan melanjutkan kegiatan menangisnya. oh gak boleh.

Namun sedetik kemudian,

“boleh, Jer” suaranya pelan dan terisak.

Aku membeku beberapa detik karena sangat terkejut, kemudian aku memeluknya. Mengusap rambutnya dan menepuk-nepuk punggungnya, berharap ini bisa sedikit menenangkannya.

“Nangis aja, La! lo boleh nangis dan basahin baju gue. Lo boleh tumpahin semuanya ke gue”

Tak terdengar jawaban apa pun, hanya suara tangisan.

Aku memeluk Syahla malam ini, disini, di toilet siswa perempuan —yang untungnya tak ada siswa lain masuk, bersamaan dengan suara Fiersa Besari yang menyanyikan lagunya yang berjudul Garis Terdepan.

🎶🎶 “Bila kau butuh telinga tuk mendengar Bahu tuk bersandar raga tuk berlindung Pasti kau temukanku di garis terdepan Bertepuk dengan sebelah tangan”. **

“hadeh lagunya mendukung banget”.

“Jer..” ia bergumam dengan wajahnya yang masih ditenggelamkan di dadaku.

“apa?”

“kok jantung lo cepet banget temponya?”

freeze

Aku tak tahu harus merespon seperti apa.

“karena dingin, mungkin? kan baju gue tanpa lengan”

Ia tak menjawab apa pun lagi. Hanya menyisakan aku yang mungkin saat ini pipiku sudah seperti kepiting rebus, alias merah buangeeet loooch.


#anti

Two Sides of Jeremy


POV : Jeremy

*Oke, pertama-tama gue mau bikin disclaimer dulu. Di narasi cerita ini gue bakal nyerita pake aku-kamu, soalnya author pengen gue kaya gitu—“biar lebih bagus aja susunan kalimatnya, Jer!” Yaudah mulai aja lah author bacottt!!!.*

**

Pukul dua belas siang, semua anggota panitia menumpukkan telapak tangan kami di titik yang sama, kemudian mengangkatnya bersamaan dan bersorak “MITHA 2022 SEMANGAT SEMANGAT SEMANGAT!” sebagai tanda bahwa acara pentas seni tahun ini akan segera dimulai.

“Pokoknya hari ini kita harus kerahkan semua kemampuan terbaik kita! harus udah paham tugas masing-masing, dan yang terpenting jangan sampe ada yang tumbang!” Ucap Hitto selaku ketua pelaksana acara pentas seni tahun ini.

Memang benar Hitto telah resmi lengser dari tahta nya sebagai ketua OSIS SMA Tri Dharma. Namun sudah tradisi turun temurun yayasan, dimana malam pentas seni adalah acara yang akan dihandle oleh mantan ketua terakhir sebelum benar-benar lepas dari urusan organisasi. —dipilih salah satu antara ketua OSIS SMA atau SMK.

Dari ruang OSIS, aku berjalan beriringan bersama Pandu menuju venue, dimana kami akan bertugas. Sebenarnya bukan venue konser juga sih, ini hanya lapangan Tri Dharma yang disulap menjadi seperti venue konser. Semua set panggung sudah berdiri megah dengan lighting yang cukup, pokoknya nggak kalah keren sama panggung Indonesian Idol.

“lo di sebelah kiri, Jer!”

“gue udah tau, Du!”

“ya siapa tau lo lupa”

Aku dan Pandu berpencar, duduk berjauhan namun tetap bisa saling melihat karena kursi tribun tidak diisi oleh penonton. Mereka semua berdiri di lapangan.

Aku tersenyum lebar ketika melihat mereka yang di bawah. Merasa punya privilege bisa duduk bersandar di atas sedangkan yang lain berdiri di bawah. bercanda.

Acara pentas seni di mulai pukul 12.30, diisi dengan penampilan siswa-siswa Tri Dharma. Mulai dari tari daerah, karawitan, bernyanyi solo, penampilan band, teater dan penampilan menyenangkan lainnya. Ya cukup menyenangkan walau pun aku tak hanya sekali hampir terjatuh dari posisi duduk karena mengantuk.

Semakin sore, yang berdatangan semakin ramai. Karena penampilan special guest star akan tampil di akhir, banyak yang datang khusus demi menonton mereka saja. Seniman-seniman lokal Bandung dan yang paling ditunggu adalah Fiersa Besari.

01:40 PM hudaaaang Jeremy: haus gak sih Pandu: banget Jeremy: gak ada yg peka Helmi: YAUDAH MAU APA?! Jeremy: Aqua Pandu: Amer Leo: berakkk pandu WKAK Helmi: cuma ada teh pucuk Jeremy: ya ngapain nanya pe'a Helmi: biar terlihat empati nya Pandu: pengen leave

Semakin ramai orang berdatangan, semakin teliti mataku memindai satu persatu dari mereka. Tentu saja aku mencari Syahla.

yang tak aku harapkan eksistensinya.

Harapanku tak berguna, nyatanya aku bisa melihatnya datang bersama temannya sekarang. Wajahnya sumringah, layaknya anak ayam yang baru kali pertama melihat wajah induknya.

“bahkan dari atas sini aja lo keliatan cantik, La!”. duh.

Waktu terus berjalan, sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku sudah mulai lelah karena mengawasi orang-orang di atas sini sejak dari tadi siang.

Fiersa Besari naik ke atas panggung disambut dengan sorakan dari penonton, termasuk aku, dan Pandu. Memang aura seorang bintang.

“Selamat Malam Tri Dharma!!!!”

woooooo —sorak penonton.

*“Mari kita guncang Bandung!! pasti banyak yang LDR kan? ayo sama-sama nyanyi lagu kebangsaan LDR kita, celengan rindu!!”*.

wooooo —lagi-lagi penonton bersorak.

🎶🎶

“Dan tunggulah aku di sana Memecahkan celengan rinduku Berboncengan denganmu Mengelilingi kota Menikmati surya perlahan menghilang”.

“Hingga kejamnya waktu Menarik paksa kau dari pelukku Lalu kita kembali menabung rasa rindu Saling mengirim doa Sampai nanti sayangku”. **

Malam ini terasa sangat hangat. Apalagi melihat beberapa orang yang saling merangkul, bernyanyi bersamaan dan banyak pasangan yang cukup membuatku agak geli. —“aslinya mah LO IRI kan, Jer?” , “DIEM AUTHOR!”.

“Cek cek, abis ini ada penampilan dari dari ketua pelaksana ganteng kita, Hitto!”

Suara di atas bersumber langsung dari Fiersa Besari. Sebuah privilege ketua, ya dinotice artis.

wooooo, Sorakan penonton ketika Hitto naik ke atas panggung sambil memeluk gitar, dan senyumannya yang membuat para wanita lagi-lagi berteriak. padahal senyumnya biasa aja.

“ckkk” Jika aku sudah berdecak, berarti dunia sedang tidak baik-baik saja. “aduh”.

Detik itu juga aku menyipitkan kedua mataku untuk mencari Syahla, melihat ekspresinya dan bagaimana gelagatnya setelah Hitto naik ke atas panggung. Betul, Syahla terlihat sangat bersemangat.

“Halo Tri Dharma!! gimana malem ini, seru?” ucap Hitto di microphone setelah selesai menyanyikan lagu Kesempurnaan Cinta milik Rizky Febian.

“SERUUUU!”

“Mau lagi yang lebih seru??!”

“MAUUUU”.

Hitto sedikit tertawa di atas sana. Aku yakin bahwa ia sudah merencanakan dialog sok asik itu dari sejak lama.

*“Jadi malem ini, gue mau confess ke gebetan gue”* ucap Hitto.

“AAAAAAA” jeritan siswa-siswa perempuan. Lagi-lagi aku geli melihatnya.

“pokoknya, kalo kamu mau jadi pacarku, naik ya!”

“namanya bakal aku sebut” Hitto terkekeh kecil.

Pandanganku tak lepas dari Syahla. Ia terlihat seperti yakin bahwa dia yang akan dipanggil. “Bukan Ala, Hitto bukan mau confess ke lo. Jadi pulang aja, Ala”.

“aku udah lama banget nyimpen rasa ini buat kamu, aku yakin kamu juga bakal tau”.

“please naik ya, soalnya aku gak siap kalo ditolak dan berakhir kamu menjauh. Aku belum siapin diriku buat menghadapi konsekuensi itu”.

“AAAAAA” lagi-lagi jeritan yang membuatku geram.

*“Would you be my girlfriend? Yolanda!”*.

“AAAAA TERIMA! TERIMA! TERIMA!”.

Tak harus menunggu lama, Yolanda muncul dari backstage kemudian ia saling berbalas senyum dengan Hito sebelum akhirnya mereka berdua berpelukan disoraki semua orang yang ada di venue MITHA 2022.

Aku kelimpungan kala kehilangan Syahla. Maksudku, setelah Yolanda muncul, aku sudah tak bisa lagi melihat Syahla di kerumunan penonton. Ia pergi dari sana.

Detik itu juga aku bangkit dari duduk kemudian berlari keluar dari area lapangan. Menelusuri ruangan-ruangan dekat lapangan yang berpeluang didatangi oleh Syahla.

“Hitto demi Allah gue bakal tonjok lu lagi!!!!”

Satu persatu ruangan aku datangi. Aku yakin Syahla masih ada di sekitaran sini karena belum lama aku kehilangan jejaknya.

Kegiatan itu terhenti saat aku mendengar suara batuk dari dalam toilet siswa perempuan.

Karena takut terjadi hal yang tak diinginkan, aku masuk memeriksa bilik demi bilik disana. Dan benar saja, ada Syahla. Suara isakkan nya aku tahu. Maksudku aku sudah mengenali suaranya.

tok tok tok

“La!”

tak ada jawaban.

“Syahla, ini gue Jeremy”

tetap tak ada jawaban.

“waduh apa jangan-jangan yang di dalem sana tuh kuntilinik kali ya?”

“ngapain lo kesini, Jer?” suara Syahla dari dalam bilik toilet.

Degg —kaget.

“lo... nggak apa-apa, La?”

Syahla tak menjawab.

“La?”

“Syahla, mau gue anter pulang?” aku menempelkan telinga kananku ke pintu toilet.

“gamau Jer”

“terus gue harus bantu gimana dong, La?”

“ya lo gausah bantu apa-apa” suara Syahla patah-patah, aku tahu betul ia sedang menangis.

“nggak bisa, La. gue harus bantu”

“huhhhh” helaan napasnya terdengar sangat jelas walau kita terhalang dinding bilik.

cklek —Syahla yang tiba-tiba membuka pintu toilet membuatku hampir terjatuh karena posisiku yang sedang bersandar pada pintu.

“eh eh, Jer!! awas jatoh!”

Tenang, aku tak jatuh. Karena Syahla memegangi bahuku agar aku bisa kembali menyeimbangkan tubuh.

Setelah aku benar-benar berdiri tegak kembali, aku lihat wajah Syahla. kusut. Banyak kekecewaan disana.

“Lo... gapapa?” aku berhati-hati.

Syahla tersenyum.

“lebih ke syok sih..”

but you are crying now

“gue gapapa, Jer! ini emang kelenjar air mata gue lagi penuh menampung air. Jadi ditumpahin sebagian” ia menyapu air mata di pipinya dengan punggung tangannya, yang entah kenapa terlihat sangat lucu di mataku.

“La...”

“kenapa ya, Jer? di antara milyaran manusia yang ada di bumi, kenapa harus Yolanda?”

Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Dan kenapa gue kira selama ini semua afeksi yang kak Hitto kasih ke gue itu...” ia terisak, tak dapat melanjutkan kalimatnya.

Beberapa menit setelah itu ia hanya menangis, aku yakin Hitto sudah membuat Syahla jatuh cinta sedalam itu karena afeksi nya. Untuk hal ini, aku sama sekali tidak mau mengakui dia sebagai sepupuku.

“La..”

Syahla membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya lalu mendongak untuk melihat wajahku.

“If you don't mind, can I hug you?”

Bukannya menjawab, Syahla malah kembali menutup wajahnya dan melanjutkan kegiatan menangisnya. oh gak boleh.

Namun sedetik kemudian,

“boleh, Jer” suaranya pelan dan terisak.

Aku membeku beberapa detik karena sangat terkejut, kemudian aku memeluknya. Mengusap rambutnya dan menepuk-nepuk punggungnya, berharap ini bisa sedikit menenangkannya.

“Nangis aja, La! lo boleh nangis dan basahin baju gue. Lo boleh tumpahin semuanya ke gue”

Tak terdengar jawaban apa pun, hanya suara tangisan.

Aku memeluk Syahla malam ini, disini, di toilet siswa perempuan —yang untungnya tak ada siswa lain masuk, bersamaan dengan suara Fiersa Besari yang menyanyikan lagunya yang berjudul Garis Terdepan.

🎶🎶 “Bila kau butuh telinga tuk mendengar Bahu tuk bersandar raga tuk berlindung Pasti kau temukanku di garis terdepan Bertepuk dengan sebelah tangan”. **

“hadeh lagunya mendukung banget”.

“Jer..” ia bergumam dengan wajahnya yang masih ditenggelamkan di dadaku.

“apa?”

“kok jantung lo cepet banget temponya?”

freeze

Aku tak tahu harus merespon seperti apa.

“karena dingin, mungkin? kan baju gue tanpa lengan”

Ia tak menjawab apa pun lagi. Hanya menyisakan aku yang mungkin saat ini pipiku sudah seperti kepiting rebus, alias merah buangeeet loooch.


#anti

Two Sides of Jeremy


POV : Jeremy

*Oke, pertama-tama gue mau bikin disclaimer dulu. Di narasi cerita ini gue bakal nyerita pake aku-kamu, soalnya author pengen gue kaya gitu—“biar lebih bagus aja susunan kalimatnya, Jer!” Yaudah mulai aja lah author bacottt!!!.*

**

Pukul dua belas siang, semua anggota panitia menumpukkan telapak tangan kami di titik yang sama, kemudian mengangkatnya bersamaan dan bersorak “MITHA 2022 SEMANGAT SEMANGAT SEMANAGAT!” sebagai tanda bahwa acara pentas seni tahun ini akan segera dimulai.

“Pokoknya hari ini kita harus kerahkan semua kemampuan terbaik kita! harus udah paham tugas masing-masing, dan yang terpenting jangan sampe ada yang tumbang!” Ucap Hitto selaku ketua pelaksana acara pentas seni tahun ini.

Memang benar Hitto telah resmi lengser dari tahta nya sebagai ketua OSIS SMA Tri Dharma. Namun sudah tradisi turun temurun yayasan, dimana malam pentas seni adalah acara yang akan dihandle oleh mantan ketua terakhir sebelum benar-benar lepas dari urusan organisasi. —dipilih salah satu antara ketua OSIS SMA atau SMK.

Dari ruang OSIS, aku berjalan beriringan bersama Pandu menuju venue, dimana kami akan bertugas. Sebenarnya bukan venue konser juga sih, ini hanya lapangan Tri Dharma yang disulap menjadi seperti venue konser. Semua set panggung sudah berdiri megah dengan lighting yang cukup, pokoknya nggak kalah keren sama panggung Indonesian Idol.

“lo di sebelah kiri, Jer!”

“gue udah tau, Du!”

“ya siapa tau lo lupa”

Aku dan Pandu berpencar, duduk berjauhan namun tetap bisa saling melihat karena kursi tribun tidak diisi oleh penonton. Mereka semua berdiri di lapangan.

Aku tersenyum lebar ketika melihat mereka yang di bawah. Merasa punya privilege bisa duduk bersandar di atas sedangkan yang lain berdiri di bawah. bercanda.

Acara pentas seni di mulai pukul 12.30, diisi dengan penampilan siswa-siswa Tri Dharma. Mulai dari tari daerah, karawitan, bernyanyi solo, penampilan band, teater dan penampilan menyenangkan lainnya. Ya cukup menyenangkan walau pun aku tak hanya sekali hampir terjatuh dari posisi duduk karena mengantuk.

Semakin sore, yang berdatangan semakin ramai. Karena penampilan special guest star akan tampil di akhir, banyak yang datang khusus demi menonton mereka saja. Seniman-seniman lokal Bandung dan yang paling ditunggu adalah Fiersa Besari.

01:40PM hudaaaang Jeremy: haus gak sih Pandu: banget Jeremy: gak ada yg peka Helmi: YAUDAH MAU APA?! Jeremy: Aqua Pandu: Amer Leo: berakkk pandu WKAK Helmi: cuma ada teh pucuk Jeremy: ya ngapain nanya pe'a Helmi: biar terlihat empati nya Pandu: pengen leave

Semakin ramai orang berdatangan, semakin teliti mataku memindai satu persatu dari mereka. Tentu saja aku mencari Syahla.

yang tak aku harapkan eksistensinya.

Harapanku tak berguna, nyatanya aku bisa melihatnya datang bersama temannya sekarang. Wajahnya sumringah, layaknya anak ayam yang baru kali pertama melihat wajah induknya.

“bahkan dari atas sini aja lo keliatan cantik, La!”. duh.

Waktu terus berjalan, sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku sudah mulai lelah karena mengawasi orang-orang di atas sini sejak dari tadi siang.

Fiersa Besari naik ke atas panggung disambut dengan sorakan dari penonton, termasuk aku, dan Pandu. Memang aura seorang bintang.

“Selamat Malam Tri Dharma!!!!”

woooooo —sorak penonton.

*“Mari kita guncang Bandung!! pasti banyak yang LDR kan? ayo sama-sama nyanyi lagu kebangsaan LDR kita, celengan rindu!!”*.

wooooo —lagi-lagi penonton bersorak.

🎶🎶

“Dan tunggulah aku di sana Memecahkan celengan rinduku Berboncengan denganmu Mengelilingi kota Menikmati surya perlahan menghilang”.

“Hingga kejamnya waktu Menarik paksa kau dari pelukku Lalu kita kembali menabung rasa rindu Saling mengirim doa Sampai nanti sayangku”. **

Malam ini terasa sangat hangat. Apalagi melihat beberapa orang yang saling merangkul, bernyanyi bersamaan dan banyak pasangan yang cukup membuatku agak geli. —“aslinya mah LO IRI kan, Jer?” , “DIEM AUTHOR!”.

“Cek cek, abis ini ada penampilan dari dari ketua pelaksana ganteng kita, Hitto!”

Suara di atas bersumber langsung dari Fiersa Besari. Sebuah privilege ketua, ya dinotice artis.

wooooo, Sorakan penonton ketika Hitto naik ke atas panggung sambil memeluk gitar, dan senyumannya yang membuat para wanita lagi-lagi berteriak. padahal senyumnya biasa aja.

“ckkk” Jika aku sudah berdecak, berarti dunia sedang tidak baik-baik aja. “aduh”.

Detik itu juga aku menyipitkan kedua mataku untuk mencari Syahla, melihat ekspresinya dan bagaimana gelagatnya setelah Hitto naik ke atas panggung. Betul, Syahla terlihat sangat bersemangat.

https://www.linkpicture.com/q/4dab992f8f2a6f8ccc9aebc53daee63b.jpg

“Halo Tri Dharma!! gimana malem ini, seru?” ucap Hitto di microphone setelah selesai menyanyikan lagu Kesempurnaan Cinta milik Rizky Febian.

“SERUUUU!”

“Mau lagi yang lebih seru??!”

“MAUUUU”.

Hitto sedikit tertawa di atas sana. Aku yakin bahwa ia sudah merencanakan dialog sok asik itu dari sejak lama.

*“Jadi malem ini, gue mau confess ke gebetan gue”* ucap Hitto.

“AAAAAAA” jeritan siswa-siswa perempuan. Lagi-lagi aku geli melihatnya.

“pokoknya, kalo kamu mau jadi pacarku, naik ya!”

“namanya bakal aku sebut” Hitto terkekeh kecil.

Pandanganku tak lepas dari Syahla. Ia terlihat seperti yakin bahwa dia yang akan dipanggil. “Bukan Ala, Hitto bukan confess ke lo. Jadi pulang aja, Ala”.

“aku udah lama banget nyimpen rasa ini buat kamu, aku yakin kamu juga bakal tau”.

“please naik ya, soalnya aku gak siap kalo ditolak dan berakhir kamu menjauh. Aku belum siapin diriku buat menghadapi konsekuensi itu”.

“AAAAAA” lagi-lagi jeritan yang membuatku geram.

*“Would you be my girlfriend? Yolanda!”*.

“AAAAA TERIMA! TERIMA! TERIMA!”.

Tak harus menunggu lama, Yolanda muncul dari backstage kemudian ia saling berbalas senyum dengan Hityo sebelum akhirnya mereka berdua berpelukan disoraki semua orang yang ada di venue MITHA 2022.

Aku kelimpungan kala kehilangan Syahla. Maksudku, setelah Yolanda muncul, aku sudah tak bisa lagi melihat Syahla di kerumunan penonton. Ia pergi dari sana.

Detik itu juga aku bangkit dari duduk kemudian berlari keluar dari area lapangan. Menelusuri ruangan-ruangan dekat lapangan yang berpeluang didatangi oleh Syahla.

“Hitto demi Allah gue bakal tonjok lu lagi!!!!”

Satu persatu ruangan aku datangi. Aku yakin Syahla masih ada di sekitaran sini karena belum lama aku kehilangan jejaknya.

Kegiatan itu terhenti saat aku mendengar suara batuk dari dalam toilet perempuan.

Karena takut terjadi hal yang tak diinginkan, aku masuk memeriksa bilik demi bilik disana. Dan benar saja, ada Syahla. Suara isakkan nya aku tahu. Maksudku aku sudah mengenali suaranya.

tok tok tok

“La!”

tak ada jawaban.

“Syahla, ini gue Jeremy”

tetap tak ada jawaban.

“waduh apa jangan-jangan yang di dalem sana tuh kuntilinik kali ya?”

“ngapain lo kesini, Jer?” suara Syahla dari dalam bilik toilet.

Deggg —kaget.

“lo... nggak apa-apa, La?”

Syahla tak menjawab.

“La?”

“Syahla, mau gue anter pulang?” aku menempelkan telinga kananku ke pintu toilet.

“gamau Jer”

“terus gue harus bantu gimana dong, La?”

“ya lo gausah bantu apa-apa” suara Syahla patah-patah, aku tahu betul ia sedang menangis.

“nggak bisa, La. gue harus bantu”

“huhhhh” helaan napasnya terdengar sangat jelas walau kita terhalang dinding bilik.

cklekk —Syahla yang tiba-tiba membuka pintu toilet membuatku hampir terjatuh karena posisiku yang sedang bersandar pada pintu.

“eh eh, Jer!! awas jatoh!”

Tenang, aku tak jatuh. Karena Syahla memegangi bahuku agar aku bisa kembali menyeimbangkan tubuhku.

Setelah aku benar-benar berduri tegak kembali, aku lihat wajah Syahla. kusut. Banyak kekecewaan disana.

“Lo... gapapa?” aku berhati-hati.

Syahla tersenyum.

“lebih ke syok sih..”

but you are crying now

“gue gapapa, Jer! ini emang kelenjar air mata gue lagi penuh menpung air. Jadi ditumpahin sebagian” ia menyapu air mata di pipinya dengan pinggung tangannya, yang entah kenapa terlihat sangat lucu di mataku.

“La...”

“kenapa ya, Jer? di antara miliaran manusia yang ada di bumi, kenapa harus Yolanda?”

Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Dan kenapa gue kira selama ini semua afeksi yang kak Hitto kasih ke gue itu...” ia terisak, tak dapat melanjutkan kalimatnya.

Beberapa menit setelah itu ia hanya menangis, aku yakin Hitto sudah membuat Syahla jatuh cinta sedalam itu karena afeksi nya. *Untuk hal ini, gue sama sekali nggak mau mengakui dia sebagai sepupu gue.

Two Sides of Jeremy


POV : Jeremy

*Oke, pertama-tama gue mau bikin disclaimer dulu. Di narasi cerita ini gue bakal nyerita pake aku-kamu, soalnya author pengen gue kaya gitu—“biar lebih bagus aja susunan kalimatnya, Jer!” Yaudah mulai aja lah author bacottt!!!.*

**

Pukul dua belas siang, semua anggota panitia menumpukkan telapak tangan kami di titik yang sama, kemudian mengangkatnya bersamaan dan bersorak “MITHA 2022 SEMANGAT SEMANGAT SEMANAGAT!” sebagai tanda bahwa acara pentas seni tahun ini akan segera dimulai.

“Pokoknya hari ini kita harus kerahkan semua kemampuan terbaik kita! harus udah paham tugas masing-masing, dan yang terpenting jangan sampe ada yang tumbang!” Ucap Hitto selaku ketua pelaksana acara pentas seni tahun ini.

Memang benar Hitto telah resmi lengser dari tahta nya sebagai ketua OSIS SMA Tri Dharma. Namun sudah tradisi turun temurun yayasan, dimana malam pentas seni adalah acara yang akan dihandle oleh mantan ketua terakhir sebelum benar-benar lepas dari urusan organisasi. —dipilih salah satu antara ketua OSIS SMA atau SMK.

Dari ruang OSIS, aku berjalan beriringan bersama Pandu menuju venue, dimana kami akan bertugas. Sebenarnya bukan venue konser juga sih, ini hanya lapangan Tri Dharma yang disulap menjadi seperti venue konser. Semua set panggung sudah berdiri megah dengan lighting yang cukup, pokoknya nggak kalah keren sama panggung Indonesian Idol.

“lo di sebelah kiri, Jer!”

“gue udah tau, Du!”

“ya siapa tau lo lupa”

Aku dan Pandu berpencar, duduk berjauhan namun tetap bisa saling melihat karena kursi tribun tidak diisi oleh penonton. Mereka semua berdiri di lapangan.

Aku tersenyum lebar ketika melihat mereka yang di bawah. Merasa punya privilege bisa duduk bersandar di atas sedangkan yang lain berdiri di bawah. bercanda.

Acara pentas seni di mulai pukul 12.30, diisi dengan penampilan siswa-siswa Tri Dharma. Mulai dari tari daerah, karawitan, bernyanyi solo, penampilan band, teater dan penampilan menyenangkan lainnya. Ya cukup menyenangkan walau pun aku tak hanya sekali hampir terjatuh dari posisi duduk karena mengantuk.

Semakin sore, yang berdatangan semakin ramai. Karena penampilan special guest star akan tampil di akhir, banyak yang datang khusus demi menonton mereka saja. Seniman-seniman lokal Bandung dan yang paling ditunggu adalah Fiersa Besari.

01:40PM hudaaaang Jeremy: haus gak sih Pandu: banget Jeremy: gak ada yg peka Helmi: YAUDAH MAU APA?! Jeremy: Aqua Pandu: Amer Leo: berakkk pandu WKAK Helmi: cuma ada teh pucuk Jeremy: ya ngapain nanya pe'a Helmi: biar terlihat empati nya Pandu: pengen leave

Semakin ramai orang berdatangan, semakin teliti mataku memindai satu persatu dari mereka. Tentu saja aku mencari Syahla.

yang tak aku harapkan eksistensinya.

Harapanku tak berguna, nyatanya aku bisa melihatnya datang bersama temannya sekarang. Wajahnya sumringah, layaknya anak ayam yang baru kali pertama melihat wajah induknya.

“bahkan dari atas sini aja lo keliatan cantik, La!”. duh.

Waktu terus berjalan, sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku sudah mulai lelah karena mengawasi orang-orang di atas sini sejak dari tadi siang.

Fiersa Besari naik ke atas panggung disambut dengan sorakan dari penonton, termasuk aku, dan Pandu. Memang aura seorang bintang.

“Selamat Malam Tri Dharma!!!!”

woooooo —sorak penonton.

*“Mari kita guncang Bandung!! pasti banyak yang LDR kan? ayo sama-sama nyanyi lagu kebangsaan LDR kita, celengan rindu!!”*.

wooooo —lagi-lagi penonton bersorak.

🎶🎶

“Dan tunggulah aku di sana Memecahkan celengan rinduku Berboncengan denganmu Mengelilingi kota Menikmati surya perlahan menghilang”.

“Hingga kejamnya waktu Menarik paksa kau dari pelukku Lalu kita kembali menabung rasa rindu Saling mengirim doa Sampai nanti sayangku”. **

Malam ini terasa sangat hangat. Apalagi melihat beberapa orang yang saling merangkul, bernyanyi bersamaan dan banyak pasangan yang cukup membuatku agak geli. —“aslinya mah LO IRI kan, Jer?” , “DIEM AUTHOR!”.

“Cek cek, abis ini ada penampilan dari dari ketua pelaksana ganteng kita, Hitto!”

Suara di atas bersumber langsung dari Fiersa Besari. Sebuah privilege ketua, ya dinotice artis.

wooooo, Sorakan penonton ketika Hitto naik ke atas panggung sambil memeluk gitar, dan senyumannya yang membuat para wanita lagi-lagi berteriak. padahal senyumnya biasa aja.

“ckkk” Jika aku sudah berdecak, berarti dunia sedang tidak baik-baik aja. “aduh”.

Detik itu juga aku menyipitkan kedua mataku untuk mencari Syahla, melihat ekspresinya dan bagaimana gelagatnya setelah Hitto naik ke atas panggung. Betul, Syahla terlihat sangat bersemangat.

https://www.linkpicture.com/view.php?img=LPic61e88aba7989b747684746

“Halo Tri Dharma!! gimana malem ini, seru?” ucap Hitto di microphone setelah selesai menyanyikan lagu Kesempurnaan Cinta milik Rizky Febian.

“SERUUUU!”

“Mau lagi yang lebih seru??!”

“MAUUUU”.

Hitto sedikit tertawa di atas sana. Aku yakin bahwa ia sudah merencanakan dialog sok asik itu dari sejak lama.

*“Jadi malem ini, gue mau confess ke gebetan gue”* ucap Hitto.

“AAAAAAA” jeritan siswa-siswa perempuan. Lagi-lagi aku geli melihatnya.

“pokoknya, kalo kamu mau jadi pacarku, naik ya!”

“namanya bakal aku sebut” Hitto terkekeh kecil.

Pandanganku tak lepas dari Syahla. Ia terlihat seperti yakin bahwa dia yang akan dipanggil. “Bukan Ala, Hitto bukan confess ke lo. Jadi pulang aja, Ala”.

“aku udah lama banget nyimpen rasa ini buat kamu, aku yakin kamu juga bakal tau”.

“please naik ya, soalnya aku gak siap kalo ditolak dan berakhir kamu menjauh. Aku belum siapin diriku buat menghadapi konsekuensi itu”.

“AAAAAA” lagi-lagi jeritan yang membuatku geram.

*“Would you be my girlfriend? Yolanda!”*.

“AAAAA TERIMA! TERIMA! TERIMA!”.

Tak harus menunggu lama, Yolanda muncul dari backstage kemudian ia saling berbalas senyum dengan Hityo sebelum akhirnya mereka berdua berpelukan disoraki semua orang yang ada di venue MITHA 2022.

Aku kelimpungan kala kehilangan Syahla. Maksudku, setelah Yolanda muncul, aku sudah tak bisa lagi melihat Syahla di kerumunan penonton. Ia pergi dari sana.

Detik itu juga aku bangkit dari duduk kemudian berlari keluar dari area lapangan. Menelusuri ruangan-ruangan dekat lapangan yang berpeluang didatangi oleh Syahla.

“Hitto demi Allah gue bakal tonjok lu lagi!!!!”

Satu persatu ruangan aku datangi. Aku yakin Syahla masih ada di sekitaran sini karena belum lama aku kehilangan jejaknya.

Kegiatan itu terhenti saat aku mendengar suara batuk dari dalam toilet perempuan.

Karena takut terjadi hal yang tak diinginkan, aku masuk memeriksa bilik demi bilik disana. Dan benar saja, ada Syahla. Suara isakkan nya aku tahu. Maksudku aku sudah mengenali suaranya.

tok tok tok

“La!”

tak ada jawaban.

“Syahla, ini gue Jeremy”

tetap tak ada jawaban.

“waduh apa jangan-jangan yang di dalem sana tuh kuntilinik kali ya?”

“ngapain lo kesini, Jer?” suara Syahla dari dalam bilik toilet.

Deggg —kaget.

“lo... nggak apa-apa, La?”

Syahla tak menjawab.

“La?”

“Syahla, mau gue anter pulang?” aku menempelkan telinga kananku ke pintu toilet.

“gamau Jer”

“terus gue harus bantu gimana dong, La?”

“ya lo gausah bantu apa-apa” suara Syahla patah-patah, aku tahu betul ia sedang menangis.

“nggak bisa, La. gue harus bantu”

“huhhhh” helaan napasnya terdengar sangat jelas walau kita terhalang dinding bilik.

cklekk —Syahla yang tiba-tiba membuka pintu toilet membuatku hampir terjatuh karena posisiku yang sedang bersandar pada pintu.

“eh eh, Jer!! awas jatoh!”

Tenang, aku tak jatuh. Karena Syahla memegangi bahuku agar aku bisa kembali menyeimbangkan tubuhku.

Setelah aku benar-benar berduri tegak kembali, aku lihat wajah Syahla. kusut. Banyak kekecewaan disana.

“Lo... gapapa?” aku berhati-hati.

Syahla tersenyum.

“lebih ke syok sih..”

but you are crying now

“gue gapapa, Jer! ini emang kelenjar air mata gue lagi penuh menpung air. Jadi ditumpahin sebagian” ia menyapu air mata di pipinya dengan pinggung tangannya, yang entah kenapa terlihat sangat lucu di mataku.

“La...”

“kenapa ya, Jer? di antara miliaran manusia yang ada di bumi, kenapa harus Yolanda?”

Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Dan kenapa gue kira selama ini semua afeksi yang kak Hitto kasih ke gue itu...” ia terisak, tak dapat melanjutkan kalimatnya.

Beberapa menit setelah itu ia hanya menangis, aku yakin Hitto sudah membuat Syahla jatuh cinta sedalam itu karena afeksi nya. *Untuk hal ini, gue sama sekali nggak mau mengakui dia sebagai sepupu gue.

Two Sides of Jeremy


POV : Jeremy

*Oke, pertama-tama gue mau bikin disclaimer dulu. Di narasi cerita ini gue bakal nyerita pake aku-kamu, soalnya author pengen gue kaya gitu—“biar lebih bagus aja susunan kalimatnya, Jer!” Yaudah mulai aja lah author bacottt!!!.*

**

Pukul dua belas siang, semua anggota panitia menumpukkan telapak tangan kami di titik yang sama, kemudian mengangkatnya bersamaan dan bersorak “MITHA 2022 SEMANGAT SEMANGAT SEMANAGAT!” sebagai tanda bahwa acara pentas seni tahun ini akan segera dimulai.

“Pokoknya hari ini kita harus kerahkan semua kemampuan terbaik kita! harus udah paham tugas masing-masing, dan yang terpenting jangan sampe ada yang tumbang!” Ucap Hitto selaku ketua pelaksana acara pentas seni tahun ini.

Memang benar Hitto telah resmi lengser dari tahta nya sebagai ketua OSIS SMA Tri Dharma. Namun sudah tradisi turun temurun yayasan, dimana malam pentas seni adalah acara yang akan dihandle oleh mantan ketua terakhir sebelum benar-benar lepas dari urusan organisasi. —dipilih salah satu antara ketua OSIS SMA atau SMK.

Dari ruang OSIS, aku berjalan beriringan bersama Pandu menuju venue, dimana kami akan bertugas. Sebenarnya bukan venue konser juga sih, ini hanya lapangan Tri Dharma yang disulap menjadi seperti venue konser. Semua set panggung sudah berdiri dengan megah dengan lighting yang cukup membuatku tercengang “wahh udah mirip panggung Indonesian Idol ini mah”.

“lo di sebelah kiri, Jer!”

“gue udah tau, Du!”

“ya siapa tau lo lupa”

Aku dan Pandu berpencar, duduk berjauhan namun tetap bisa saling melihat karena kursi tribun tidak diisi oleh penonton. Mereka semua berdiri di lapangan.

Aku tersenyum lebar ketika melihat mereka yang di bawah. Merasa punya privilege bisa duduk bersandar di atas sedangkan yang lain berdiri di bawah.

Acara pentas seni di mulai pukul 12.30, diisi dengan penampilan siswa-siswa Tri Dharma. Mulai dari tari daerah, karawitan, bernyanyi solo, penampilan band, teater dan penampilan menyenangkan lainnya. Ya cukup menyenangkan walaupun aku tak hanya sekali hampir terjatuh dari posisi duduk karena mengantuk.

Semakin sore, yang berdatangan semakin ramai. Karena penampilan special guest star akan tampil di akhir, banyak yang hanya datang demi menonton mereka saja. Seniman-seniman lokal Bandung dan yang paling ditunggu adalah Fiersa Besari.

01:40PM hudaaaang Jeremy: haus gak sih Pandu: banget Jeremy: gak ada yg peka Helmi: YAUDAH MAU APA?! Jeremy: Aqua Pandu: Amer Leo: berakkk pandu WKAK Helmi: cuma ada teh pucuk Jeremy: ya ngapain nanya pea Helmi: biar terlihat empati nya Pandu: pengen leave

Semakin ramai orang berdatangan, semakin teliti mataku memindai satu persatu dari mereka. Tentu saja aku mencari Syahla.

yang tak aku harapkan eksistensinya.

Harapanku tak berguna, nyatanya aku bisa melihatnya datang beriringan bersama temannya sekarang. Wajahnya sumringah, layaknya anak ayam yang baru kali pertama melihat wajah induknya.

“bahkan dari atas sini aja lo keliatan cantik, La!”.

Waktu terus berjalan, sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku sudah mulai lelah karena memindai orang-orang dari atas sini sejak dari tadi siang.

Fiersa Besari naik ke atas panggung disambut dengan sorakan dari penonton, termasuk aku, dan Pandu. Memang aura seorang bintang.

“Selamat Malam Tri Dharma!!!!”

woooooo —sorak penonton.

“Mari kita guncang Bandung!! pasti banyak yang LDR kan? mari kita dendangkan lagu kebangsaan LDR kita, celengan rindu!!”.

wooooo — lagi-lagi penonton bersorak.

🎶🎶

“Dan tunggulah aku di sana Memecahkan celengan rinduku Berboncengan denganmu Mengelilingi kota Menikmati surya perlahan menghilang”.

“Hingga kejamnya waktu Menarik paksa kau dari pelukku Lalu kita kembali menabung rasa rindu Saling mengirim doa Sampai nanti sayangku”.

Malam ini terasa sangat hangat. Apalagi melihat beberapa orang yang saling merangkul, bernyanyi bersamaan dan banyak pasangan yang cukup membuatku agak geli. “aslinya mah LO IRI kan, Jer?” , “DIEM AUTHOR!”.

“Cek cek, abis ini ada penampilan dari full dari ketua pelaksana ganteng kita, Hitto!”

Suara di atas bersumber langsung dari Fiersa Besari. Sebuah privilege ketua, ya dinotice artis.

wooooo, Sorakan penonton ketika Hitto naik ke atas panggung dengan gitarnya. Dan senyumannya yang mematikan.

“ckkk” Jika aku sudah berdecak, berarti dunia sedang tidak baik-baik aja. “aduh”.

Detik itu juga aku menyipitkan kedua mataku untuk mencari Syahla, melihat ekspresinya dan bagaimana gelagatnya setelah Hitto naik ke atas panggung. Betul, Syahla terlihat sangat bersemangat.

“Halo Tri Dharma!! gimana malem ini seru?” ucap Hitto di microphone setelah selesai menyanyikan lagu Kesempurnaan Cinta milik Rizky Febian.

“SERUUUU!”

“Mau lagi yang lebih seru??!”

“MAUUUU”.

Hitto sedikit tertawa di atas sana. Ia pasti sudah merencanakan dialog sok asik itu dari sejak lama.

*“Jadi malem ini, gue mau confess ke gebetan gue”* ucap Hitto.

“AAAAAAA” jeritan siswa-siswa perempuan. Lagi-lagi aku geli melihatnya.

“pokoknya, kalo kamu mau jadi pacarku, naik ya!”

“namanya bakal aku sebut” Hitto terkekeh kecil.

Pandanganku tak lepas dari Syahla. Ia terlihat seperti yakin bahwa dia yang akan dipanggil. “Bukan Ala, Hitto bukan confess ke lo. Jadi pulang aja, Ala”.

“gue udah lama banget nyimpen rasa ini buat lo, gue yakin lo juga bakal tau”.

“please naik ya, soalnya aku gak tau kalo aku ditolak dan berakhir kamu menjauh”.

“AAAAAA” lagi-lagi jeritan yang membuatku geram.

“Would you be my girlfriend? Yolanda!”.

“AAAAA TERIMA! TERIMA! TERIMA!”.

Tak harus menunggu lama, Yolanda muncul dari backstage kemudian ia saling berbalas senyum dengan Hityo sebelum akhirnya mereka berdua berpelukan disoraki semua orang yang ada di venue MITHA 2022.

Aku kelimpungan kala kehilangan Syahla. Maksudku, setelah Yolanda muncul, aku sudah tak bisa lagi melihat Syahla. Ia pergi dari sini.

Detik itu juga aku bangkit dari duduk kemudian berlari keluar dari area lapangan. Menelusuri ruangan-ruangan dekat lapangan yang berpeluang didatangi oleh Syahla.

“Hitto demi Allah gue bakal tonjok lu lagi!!!!”

Satu persatu ruangan aku datangi. Aku yakin Syahla masih ada di sekitaran sini karena belum lama aku kehilangan jejaknya.

Kegiatan itu terhenti saat aku mendengar suara batuk dari dalam toilet perempuan.

Karena takut terjadi hal yang tak diinginkan, aku masuk memeriksa bilik demi bilik disana. Dan benar saja, ada Syahla. Suara isakkan nya aku tahu. Maksudku aku sudah mengenali suaranya.

tok tok tok

“La!”

tak ada jawaban.

“Syahla, ini gue Jeremy”

tetap tak ada jawaban.

“waduh apa jangan-jangan yang di dalem sana tuh kuntilinik kali ya?”

“ngapain lo kesini, Jer?”

Deggg —kaget.

“lo... nggak apa-apa, La?”

Syahla tak menjawab.

“La?”

“Syahla, mau gue anter pulang?

Two Sides of Jeremy


POV : Jeremy

*Oke, pertama-tama gue mau bikin disclaimer dulu. Di narasi cerita ini gue bakal nyerita pake aku-kamu, soalnya author pengen gue kaya gitu—“biar lebih bagus aja susunan kalimatnya, Jer!” Yaudah mulai aja lah author bacottt!!!.*

**

Pukul dua belas siang, semua anggota panitia menumpukkan telapak tangan kami di titik yang sama, kemudian mengangkatnya bersamaan dan bersorak “MITHA 2022 SEMANGAT SEMANGAT SEMANAGAT!” sebagai tanda bahwa acara pentas seni tahun ini akan segera dimulai.

“Pokoknya hari ini kita harus kerahkan semua kemampuan terbaik kita! harus udah paham tugas masing-masing, dan yang terpenting jangan sampe ada yang tumbang!” Ucap Hitto selaku ketua pelaksana acara pentas seni tahun ini.

Memang benar Hitto telah resmi lengser dari tahta nya sebagai ketua OSIS SMA Tri Dharma. Namun sudah tradisi turun temurun yayasan, dimana malam pentas seni adalah acara yang akan dihandle oleh mantan ketua terakhir sebelum benar-benar lepas dari urusan organisasi. —dipilih salah satu antara ketua OSIS SMA atau SMK.

Dari ruang OSIS, aku berjalan beriringan bersama Pandu menuju venue, dimana kami akan bertugas. Sebenarnya bukan venue konser juga sih, ini hanya lapangan Tri Dharma yang disulap menjadi seperti venue konser. Semua set panggung sudah berdiri dengan megah dengan lighting yang cukup membuatku tercengang “wahh udah mirip panggung Indonesian Idol ini mah”.

“lo di sebelah kiri, Jer!”

“gue udah tau, Du!”

“ya siapa tau lo lupa”

Aku dan Pandu berpencar, duduk berjauhan namun tetap bisa saling melihat karena kursi tribun tidak diisi oleh penonton. Mereka semua berdiri di lapangan.

Aku tersenyum lebar ketika melihat mereka yang di bawah. Merasa punya privilege bisa duduk bersandar di atas sedangkan yang lain berdiri di bawah.

Acara pentas seni di mulai pukul 12.30, diisi dengan penampilan siswa-siswa Tri Dharma. Mulai dari tari daerah, karawitan, bernyanyi solo, penampilan band, teater dan penampilan menyenangkan lainnya. Ya cukup menyenangkan walaupun aku tak hanya sekali hampir terjatuh dari posisi duduk karena mengantuk.

Semakin sore, yang berdatangan semakin ramai. Karena penampilan special guest star akan tampil di akhir, banyak yang hanya datang demi menonton mereka saja. Seniman-seniman lokal Bandung dan yang paling ditunggu adalah Fiersa Besari.

01:40PM hudaaaang Jeremy: haus gak sih Pandu: banget Jeremy: gak ada yg peka Helmi: YAUDAH MAU APA?! Jeremy: Aqua Pandu: Amer Leo: berakkk pandu WKAK Helmi: cuma ada teh pucuk Jeremy: ya ngapain nanya pea Helmi: biar terlihat empati nya Pandu: pengen leave

Semakin ramai orang berdatangan, semakin teliti mataku memindai satu persatu dari mereka. Tentu saja aku mencari Syahla.

yang tak aku harapkan eksistensinya.

Harapanku tak berguna, nyatanya aku bisa melihatnya datang beriringan bersama temannya. Wajahnya sumringah, layaknya anak ayam yang baru kali pertama melihat wajah induknya.

“bahkan dari atas sini aja lo keliatan cantik, La!”.

Waktu terus berjalan, sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku sudah mulai lelah karena memindai orang-orang dari atas sini sejak dari tadi siang.

Fiersa Besari naik ke atas panggung dengan sorakan dari penonton, termasuk aku, dan Pandu. Memang aura seorang bintang.

“Selamat Malam Tri Dharma!!!!”

woooooo —sorak penonton.

“Mari kita guncang Bandung!! pasti banyak yang LDR kan? mari kita dendangkan lagu kebangsaan LDR kita, celengan rindu!!”.

wooooo — lagi-lagi penonton bersorak.

🎶🎶

“Dan tunggulah aku di sana Memecahkan celengan rinduku Berboncengan denganmu Mengelilingi kota Menikmati surya perlahan menghilang”.

“Hingga kejamnya waktu Menarik paksa kau dari pelukku Lalu kita kembali menabung rasa rindu Saling mengirim doa Sampai nanti sayangku”.