#Our Season
“mix it all at one!”
tw // kiss *** Via terburu-buru setelah keluar dari kamar mandi karena Haknyeon sudah memanggil namanya sedari tadi.
“haduh itu anak cepet amat baliknya” batinnya.
“Iyaaa bentar!!”
Ia segera menggunakan pakaiannya dan kemudian membukakan pintu untuk Haknyeon.
Lelaki itu masih sama sepertinya, selesai mandi sore. Rambutnya basah, wajahnya sudah segar kembali. Tak seperti saat terakhir Via melihatnya setelah pulang dari pantai tadi.
Haknyeon tersenyum, menampakkan giginya. Sedangkan Via menggelengkan kepala.
“gue kira lo kesini nya mau malem? gue bahkan belum keringin rambut!” Ia menunjuk ke atas kepalanya yang dibalut handuk.
Haknyeon cengar-cengir.
“Vi, lo liat rambut gue juga masih basah”
“lah terus kenapa buru-buru kesini?!”
Haknyeon mengangkat kedua tangannya yang menggenggam dua kantong besar yang entah apa isinya.
“gue nggak sabar bawa ini buat lo!”
“ya udah sini dulu!”
Via menarik Haknyeon masuk ke dalam rumah. Dan kemudian....
“aww! Vi jangan ke telinga ih!”
Via cekikikan,
“Iya!! maaf maaf, abisnya itu masih basah!”
“panas bgt hair dryer nya apa gak bisa dikecilin apa anginnya?”
Via lagi-lagi hanya tertawa.
“Ini bentar lagi kelar Haknyeon! jangan protes muluuu!” lalu mengacak-acak rambut pria bermarga Ju itu.
Haknyeon tersenyum. Tak pernah ia bayangkan sebelumnya bahwa mengeringkan rambut bisa membuatnya menjadi se-bahagia ini.
“Nah, udah selesai! lo tunggu dulu disini. Sekarang giliran gue yang keringin rambut”
“lho... sekarang gue bantuin lo! biar adil, Vi!”
“nggak! gue bisa sendiri, lo diem aja duduk!”
Padahal Via tahu.. kalau Haknyeon membantunya, detak jantungnya akan semakin tak karuan.
*** “nih liat deh, Vi! sinii!”
Haknyeon terlihat sangat bersemangat, melambai ke arah Via.
Via mendekat dan kemudian duduk di sebelah Haknyeon.
Ia mengeluarkan banyak makanan dari dalam bungkusan yang satu, sedangkan dalam kantong yang lain berisi buku-buku berwarna mencolok yang Haknyeon bilang itu adalah albumnya.
“gue bawa album-album ini khusus buat lo! dan udah gue kasih tanda tangan”
Via tersenyum, Haknyeon tampak sangat menggemaskan di matanya saat ini. Ingin mencubit pipinya namun ia tak berani.
“Oh!! dan ini ada lagi!!”
Via memperhatikan gerakkan Haknyeon yang kembali merogoh sesuatu dalam bungkusan besar tadi,
“ini lightstick The Boyz, Vi! lo juga harus punya ini! biar nanti kalo lo udah pulang ke Ind...”
Haknyeon menghentikan ucapannya.
Ia menghela napas,
“Vi, jangan pulang...”
tukk —Via memukul lengan Haknyeon yang sedikit membuatnya mengernyit.
“kenapa gue dipukul?”
“jangan bahas itu!!”
Haknyeon menunduk, helaan napasnya terdengar jelas oleh telinga Via.
“Happy Birthday!!“
Kepala yang menunduk perlahan terangkat kemudian menatap Via lekat-lekat.
“Vi? lo tau hari ini my birthday?“
“tau dong!”
“kenapa gak ngucapin dari tadi?! tau gak sih, Via?”
Via terkejut karena sekarang kedua tangan Haknyeon memegang bahunya.
“tadi, gue nangis di pantai, itu gak semata-mata gue takut lo pulang. Tapi, gue juga mau diucapin selamat ulang tahun!”
Haknyeon cemberut. Via tak merespon apa-apa setelah beberapa detik. Kemudian ia tertawa.
“ih kenapa? lo ngetawain gue?”
Via menutup wajahnya dengan kedua telapaknya.
“Haknyeon, lo lucu banget!”
“hah? apa Via? gue gak bisa denger jelas suara lo! lepas dulu tangan lo nya!!!”
Via melepaskan tangannya, namun tetap kembali tertawa.
“Ih! Viaaa!!!!”
Lelaki yang lebih tua satu tahun darinya itu melipat kedua tangannya di dadanya. Yang semakin membuat Via gemas dibuatnya.
“Bukan apa-apa, Haknyeon! sekarang, ayo jelasin itu apa yang lo bawa!” ia mengacak-acak rambut Haknyeon yang ia bantu keringkan beberapa saat lalu.
“Oh, ini!!”
Haknyeon menyerahkan album-albumnya pada Via.
“Gue udah siapin ini dari jauh-jauh hari. Semoga ini bisa jadi kenang-kenangan, dari gue.. buat lo!”
Via tersenyum, “kenang-kenangan?”
Haknyeon mengangguk.
“eh! gue nulis sesuatu di albumnya, tapi lo jangan baca sekarang!”
“kenapa jangan baca sekarang?” Via menatap Haknyeon dengan tatapan meledek.
Ia mengusili Haknyeon, berpura-pura akan membuka albumnya agar Haknyeon panik.
“gue baca sekarang, ahh!!”
“jangan!!!”
“ya udah nggak.. nggak!”
“lo baca nya kalo udah di Indonesia aja, ya?”
Via terdiam. Ia tahu bahasan ini akan selamanya menjadi menyedihkan diantara dirinya dan Haknyeon.
“eh, itu makanan nya boleh dimakan sekarang nggak?” Via mengalihkan topik pembicaraan.
“boleh.. makan aja!”
Via mengambil asal makanan yang Haknyeon bawa.
“pelan-pelan, Vi! gue nggak akan minta kok!”
Perempuan itu hanya terkekeh.
Langit sudah gelap, Haknyeon dan Via menyalakan tungku di depan rumah ternak dan membakar jagung bersama.
Ingat, kan? Haknyeon ingin menghabiskan waktu di hari ulang tahunnya bersama Via?.
“kalo kaya begini udah mateng belum, sih?”
“belum, Vi! itu masih mentah!”
“Ih lama banget perasaan!”
“pokoknya kalo yang mateng itu cirinya biji jagungnya mengkilat!”
“tapi ini udah ada gosongnya, Haknyeon! gimana mau dimakan?!!”
“itu gapapa, Via! ih!”
Diskusi kecil kedua pembakar jagung di pulau Jeju itu menjadi satu-satunya suara manusia. Sisanya hanya semilir angin dan derik jangkrik.
*** “kok rasanya aneh ya, Hak?”
Haknyeon terkekeh namun tetap melanjutkan mengunyah jagungnya.
“gara-gara kelamaan gak sih ngebakar jagungnya?”
“Udah, Via.. makan aja udah!”
“Ya udah, ini dimakan”
Mereka ujung-ujungnya tetap menertawakan jagung bakar hasil karya mereka.
“Oh iya, Vi! lo pulang ke Indonesia 10 hari lagi, kan?”
“no, seminggu lagi”
Haknyeon hanya mengangguk-angguk. Memahami situasi, mengontrol emosi.
“kenapa?”
“seminggu masih lama.. I guess“
Via tersenyum.
“lo mau ikut, ke Indonesia?”
“Can I“
“you must be kidding me!” Via terkekeh lalu kemudian mengigit beberapa biji jagung bakar yang ia pegang.
“gue serius!” ucap Haknyeon yang refleks membuat Via berhenti mengunyah. “gue bisa pergi kemana aja asal ada lo! atau lo aja yang disini! kita bangun bisnis keluarga gue sama-sama!”
“Haknyeon...”
“gue bisa kok berhenti jadi idol, asal bisa bareng sama lo!”
“heii...”
“gue bisa ngelakuin apa pun, Vi!”
“Haknyeon! stop!”
“oh... I see karena dia ya, Vi?”
“no! udah stop jangan kaya gini! it's your day! you must be happy, okay?!“
“Via... kalo gue bisa, gue akan berhenti dari lama. Tapi gue gak pernah bisa kontrol diri gue!”
Haknyeon menghela napasnya,
“gue tau... gue sadar betul... gue sama lo itu nggak bisa.. tapi, gue ngeyel! gue nggak pernah berhenti buat jatuh lagi sama lo!”
Via mengusap punggung Haknyeon untuk menenangkannya.
“Udah malem, lo sebaiknya pulang!”
Haknyeon bangkit dari duduknya,
“Via, can I tell you something?“
“sure” Via mendongak untuk melihat ke arah Haknyeon.
“I Love you!” I really do“
Via ikut berdiri lalu tersenyum pada Haknyeon.
“I already knew, Hak!” ucap Via yang spontan membuat Haknyeon mebisu, “cause I also do love you” lanjutnya.
Deg— Haknyeon tak berkutik sama sekali setelah mendengarnya langsung dari Via. Terlebih Via yang tiba-tiba mengecup pipinya, membuatnya kehilangan akal.
Ia mematung beberapa saat sambil memegang pipinya yang mulai memerah.
Via yang sudah memasuki rumah lebih dulu hanya cengengesan.
“eh, ini albumnya gue simpen dulu ya ke lemari!”
Via mengambil tiga album yang terletak di atas meja lipat di ruang tengah rumah ternak dengan tangan kirinya.
Dan tergelincir. Satu album yang berwarna merah terjatuh, dan mengeluarkan secarik kertas putih yang dilipat.
“eh itu jangan dibuka!”
Haknyeon melompat ke arah Via yang membuat mereka terjatuh bersamaan.
“Via.. you love me.. since when?” tanya Haknyeon sambil terengah-engah.
Sekarang mereka berdua tak berjarak. Keduanya terbaring menyamping dan saling berhadapan.
“udah lama kok..”
Mata mereka menatap dan saling mengunci.
“thank you.. Via“
“for what“
“kukira selama ini aku cuma suka kamu sendirian!”
Via tersenyum.
“our stories through three seasons are sooooo precious for me, Haknyeon!“
Haknyeon mengusap puncak kepala Via lembut, tersenyum dengan penuh arti. entah ia bahagia, entah ia sudah rela.
“actualy, if I'm with you... waktu kerasa singkat banget, Vi! Jujur, tiga musim aku lewati nggak pernah terasa sesingkat ini!”
“you can say it as one season then!“
“what do you mean?” Haknyeon mengernyitkan dahinya.
“we met in auntumn, and being friends.. then we fell in love in winter.. then we making memories in spring!“
“terus?”
“you can mix it all at one! it's 'our season'!” ucap Via yang matanya tak lepas dari milik Haknyeon.
Haknyeon tersenyum dan mengiyakan semua yang Via ucapkan.
“Via..”
“hmm?”
Haknyeon kembali mengusap puncak kepala Via dan tatapan mereka tak lepas satu sama lain, namun kali ini, Haknyeon menarik Via mendekat padanya.
Sekarang mereka berhenti menatap, mata mereka berdua tertutup.
Dengan lembut, Haknyeon mencium bibir Via. Tak ada penolakan, Via pun melakukan hal yang sama.
Deru napas mereka berdua berat, detak jantung mereka terasa satu sama lain.
Kedua tangan Via berada pada pipi Haknyeon dan ia sesekali mengusapnya dengan lembut.
Setelah beberapa saat, Haknyeon membuka matanya dan melepas tautannya dengan Via. Ia menjauhkan Via darinya.
“Via.. kamu nangis?”
Via hanya terdiam.
“udah malem, Vi! aku, eh gue pulang dulu!”
Haknyeon tergesa-gesa membawa ponselnya, menggunakan sepatunya kemudian setengah berlari meninggalkan Via sendirian.