See you again (maybe) Jeju.
“You know you really love someone, when you can't hate them for breaking your heart”
Via's POV *** “gue aja yang bawa, Vi!”
Seungkwan meraih kedua koper yang aku dorong keluar dari rumah ternak. Ia berdiri diambang pintu dengan pakaiannya yang tebal.
Sekarang pukul dua pagi, tentu saja angin berhembus kencang masuk ke dalam rumah ternak dari semenjak kubuka pintunya.
“you okay?” Seungkwan melihatku dengan tatapan khawatir.
“eh? oh, gak papa. I'm good!” aku tersenyum menunjukkan gigiku padanya.
srettt— suara resleting mantel yang kupakai terdengar sangat jelas, karena dini hari ini memang sangat sunyi. Bahkan suara semilir angin yang menggerakkan pohon pun terdengar nyaring.
Aku perlahan berjalan keluar, memerhatikan setiap sudut ruangan rumah ternak yang sudah aku bereskan. Melihat rumah yang aku tinggali selama enam bulan ini dengan perasaan yang... hampa? kosong?. Melihat rumah ini, untuk yang terakhir kali....
*** Seungkwan berjalan di depanku sambil mengeret kedua koperku.
Kami berjalan di jalanan desa yang biasa kami lalui. Jalan yang sama seperti yang kami lewati saat kali pertama aku datang ke Jeju, enam bulan lalu.
Sunyi, hanya ada kami. Ya, karena sekarang pukul dua pagi.
Melewati rumah megah Haknyeon, aku hanya menunduk. Tak mau melihat, tak mau mencari tahu lagi apakah Haknyeon sudah pulang atau masih menghilang.
Jika kamu penasaran, aku sudah bertanya dimana keberadaan Haknyeon pada Ibu Kim sehari sebelun hari ini, sambil berpamitan.
Namun nihil, semua orang sudah Haknyeon ajak kerja sama, untuk tidak memberi tahuku dimana dia berada.
“Hei, Vi! lo udah pamit ke Haknyeon?” Seungkwan bertanya tanpa menoleh.
“nope. dia bahkan gak baca chat gue”
“gue beneran nggak tau dia ada dimana, asli!”
“Iya, Seungkwan. Udah, gue gak papa!”
Kalau boleh jujur, sekarang aku sangat mengharapkan Haknyeon tiba-tiba muncul dan memanggil namaku out of nowhere. Seperti cerita-cerita romantis di film layar lebar, seperti Cinta yang mengejar Rangga ke Bandara di film AADC.
Tapi tidak, Haknyeon tidak muncul dari mana pun.
Aku menerka-nerka dalam lamunanku. Apakah aku hanya kisah selintas bagi Haknyeon? atau aku memang sudah tak ia anggap ada lagi setelah ia bilang bahwa ia sudah merelakan aku pergi?.
Seburuk itu kah aku bagi Haknyeon, karena aku tidak mau mengiyakan permintaannya? atau....
“Via! Vi! kenapa ngelamun?”
Tangan kanan Seungkwan menepuk bahuku dengan tangan kirinya menggenggam kemudi mobil.
Aku hanya menggelengkan kepalaku, kemudian kembali menyandar ke jendela untuk mengamati lampu jalan.
“Lo pulang aja, Seungkwan. gue take off jam 5, masih lama!”
“it's okay, Vi! gue nemenin lo disini sampe masuk pesawat”
Seungkwan kembali membuka ponselnya, dan tak ada obrolan lagi di antara kami.
Yang aku lakukan sambil menunggu adalah tidur. Aku sudah memasang alarm pukul 5 di ponselku, jadi tak perlu khawatir.
masih saja.. isi kepalaku hanya diisi oleh pertanyaan-pertanyaan untuk Haknyeon. Dimana dia? dengan siapa? dia kenapa? apa dia baca semua pesanku? atau dia sama sekali sudah tak peduli? dan rentetan pertanyaan lain.
“Oh bener! Seungkwan, minjem hp lo!”
Seungkwan sedikit terkejut karena aku tiba-tiba membuka mataku dan setengah meneriakinya.
“kaget buset! mau ngapain?” ia menyerahkan ponselnya.
“ini nomor Indonesia gue. Pokoknya nanti lo harus simpen, ya? awas kalo dihapus! awas kalo lo cuekkin chat gue!” kataku sambil mengetik nomor teleponku.
“iyaa gak akan buset galak banget!”
“you can tell Haknyeon... if he ask..“
Seungkwan lagi-lagi menatapku dengan tatapan iba.
“Vi.. Haknyeon pasti punya alesan kenapa dia kaya begini”
“maksudnya?”
“dia ngilang, dia nggak muncul di sisa waktu lo disini... pasti ada maksud dan tujuannya”
“Gue gak masalah, Seungkwan. Dia juga gak wajib buat selalu ada di sekitar gue kok!”
“maksud gue tuh.... ah, lo paham lah maksud gue. karena gue udah kenal Haknyeon dari sejak dia bayi, gue tau betul kalo dia bukan orang yang bisa bikin skenario jahat... lo paham kan maksud gue? lo jangan jadi benci sama dia..”
ia menunduk, aku tahu betul bahwa ia sangat merasa bersalah atas Haknyeon.
“you know..“
Seungkwan kembali menoleh ke arahku,
“you know you really love someone, when you can't hate them for breaking your heart..” lanjutku.
Sengkwan mengacak rambutnya asal, ia sangat kesal.
“Seungkwan, lo tau kalo gue udah ada ditahap sayang banget sama Haknyeon tapi I'm stuck! gue beneran gak bisa kalo harus menuhin ekspektasi dia!”
Seungkwan menghela napasnya kasar.
“dan gue gak mungkin bisa benci sama Haknyeon. Cause I love him. I really do“
“Vi..”
“tadinya gue harap bisa peluk dia buat yang terakhir kali, tapi kayaknya it's too hard for him, for me as well. so... yeah... Kayaknya kalo kita ketemu dulu, dan gue liat Haknyeon, gue bakal semakin gak mau ninggalin Jeju!”
aku tersenyum, “Jadi ya udah, mending kaya begini aja. Kita jadi bisa melepas satu sama lain dengan ikhlas.. semoga aja”
Alarm di ponselku berdering, dan pintu pesawatku telah dibuka.
“Thank you Seungkwan, for everything!“
Seungkwan menyerahkan koperku, kamudian merentangkan tangannya untuk memberikan pelukan perpisahan.
“Semoga lo bisa mampir lagi kesini, kapan-kapan!”
“I wish I could!“
Langit pagi yang kulihat dari jendela pesawat, sama sekali tak membuat perasaanku membaik.
Pulau Jeju, peternakan, pantai, pasar, bukit, dan rumah-rumah kecil yang tersusun rapi terlihat sangat kecil dari atas sini.
“see you again, Jeju” batinku.
Aku membuka ransel kecil yang kusimpan di pangkuanku. Mengeluarkan buku tebal berwarna merah dari sana —album yang Haknyeon berikan di hari ulang tahunnya.
Ingat kan ia menyelipkan secarik kertas di dalam sana?, akan kubuka sekarang.
*** Dear, Via♡
Gila, waktu nggak kerasa banget ya? tiba-tiba kamu udah 6 bulan aja disini. hehehehe
Vi, aku nulis ini sesudah mandi. Kita baru jalan ke pantai tadi! Rambutku masih basah, tapi isi kepalaku cuma kamu doang. Ini bukan surat aneh-aneh kok, bakal langsung ke inti!
Aku tau, hari itu bakal tiba. Mau sekuat apapun aku menghindar, kita pasti bakal facing that day. Kamu yang pulang ke Indonesia, dan aku yang jadi selebriti..
I don’t know what to do now that we’re apart. I don’t know how to live without you beside me...
Tapi kayaknya kamu akan selalu baik-baik aja. Aku harap gitu..
Don’t put the sadness on your face cause you know that you have me who feels happy by your smile..
Aku gak tau nanti malem kita bakal ngobrol apa, dan ngelakuin apa.. tapi aku tau kita bakal bahas ini, hahaha
aku juga bakal omongin semua yang ada di kepalaku, nanti malem
dan aku yakin... kamu bakal nolak permintaan aku, hehe
Vi, nanti aku bakal minta kamu buat baca ini kalau udah di Indonesia. Sekarang kamu udah di Indonesia? gimana? Semuanya tetep sama, kan?
Be Happy, Via!
Semoga kita bisa ketemu lagi, ya? semoga.
ps: karena aku udah ngasih kamu album, kamu harus join fandom the boyz. namanya deobi♡
ps 2: jangan naksir member lain!!!! ***
Dadaku sesak, pipiku basah. Harusnya aku menuruti permintaan Haknyeon untuk membaca ini di Indonesia.
Sekarang orang yang duduk disebelahku bertanya kenapa aku menangis. Tentu saja aku menangis karena Haknyeon. Bukan, maksudku karena aku dan Haknyeon, dan takdir kita.
We started with a simple hello but ended with a complicated goodbye.