how to falling in love again?
Sunwoo as Kalvin
“gue udah sejuta kali bilang sama lo ya, Kal! udah saatnya lo lupain si Adelia Adelia itu!” ucap Eric setengah berteriak pada Kalvin yang duduk di sampingnya, namun matanya tetap fokus pada layar monitor televisi.
“gak segampang itu, Ric.. lo gak tau seberapa berharganya Adel buat gue” jawabnya beberapa saat kemudian. Kalvin kemudian menyimpan joystick yang ia pegang ke meja di depannya. “gue curiga inti saraf di otak lu tuh bukan nucleus tapi Adelia-us” respon Eric ngasal.
“cocot lu!!!” Kalvin menarik bantal yang asalnya menjadi sandaran punggungnya kemudian memukul wajah Eric dengan itu... “eh iya iya ampun ampun gue bercanda Kalvinnn!!!”
Duel di atas ring tinju [dalam playstation] telah berakhir, kali ini hanya suara detak jam dinding yang memenuhi kamar kost dua sekawan itu di pukul 2 pagi. Seakan tahu arah lamunan Kalvin, Eric cepat-cepat mencairkan suasana.
“kenapa ya, Kal?”
“apanya yang kenapa?”
“kenapa kok lo bisa se-begitu cintanya sama Adelia? bahkan setelah dia udah jadi milik orang lain?”
Kalvin hanya terdiam, tubuhnya membeku. Tak tahu apa yang harus ia ungkapkan pada sahabatnya sebagai jawaban, Ia sendiri pun tak tahu kenapa ia sangat mencintai Adelia...
Apakah karena pertemuan pertama mereka di sekolah menengah enam tahun lalu, ketika mereka sama-sama duduk di kelas sepuluh?. Kalvin melihat Adelia untuk yang pertama kalinya, gadis itu menunduk lesu bersama siswi lain di ruang bimbingan konseling. Entah ada angin dari mana, Kalvin tiba-tiba memusatkan perhatiannya pada Adelia, gadis berambut ikal dan berkulit sawo matang yang memohon agar liptint nya dikembalikan.
Atau mungkin kah karena ambisinya yang sangat menggebu ingin memiliki Adelia kala itu? • Setiap upacara bendera, Kalvin akan mencari Adelia di ramainya baris ratusan siswa. —dan Kalvin selalu bisa menemukannya. • Kemudian entah bagaimana mereka bisa menjadi teman satu kelompok belajar bersama di perpustakaan. —dan agenda ini tak pernah sehari pun membuat Kalvin benar-benar belajar. • Hingga hari-hari Kalvin yang tak hentinya mengungkapkan perasaan pada Adelia. —dan berkali-kali mendapatkan penolakan pula.
Mungkinkah alasan Kalvin begitu mencintai Adelia karena terlalu terbiasa?
Ia melewati masa-masa SMA nya bersama Adelia, hanya Adelia yang paling bersinar di matanya. Bagaimana mereka menghabiskan waktu di jam istirahat makan siang, hingga berpegangan tangan selama kunjungan wisata ke candi borobudur kala itu. “Kalvin, ayo!” , “ayo apa, Del?”, “ayo pacaran”. Hanya dua kata yang Adelia ucapkan, namun berhasil membuat hari itu menjadi hari paling bahagia bagi Kalvin.
Hari-hari setelah kunjungan wisata, juga sama membahagiakannya. Karena ia sudah bisa mengenalkan Adelia kepada seluruh dunia sebagai kekasihnya. Sederhana saja, pada setiap susu kotak yang ia berikan pada Adelia di setiap jam istirahat, akan selalu ada: “buat pacar saya, Bang! Adelia namanya”, ia dengan kekehannya memberi informasi meskipun abang penjaga koperasi tak bertanya sama sekali.
Kebersamaan dua sejoli itu pun sudah menjadi tontonan lumrah bagi warga sekolah.. dimana ada Adelia, disitu pasti ada Kalvin. Kala pembagian buku rapor, Adelia dan Kalvin akan mempertemukan orang tua mereka untuk sekedar saling menyapa. Di hari kelulusan, Adelia dan Kalvin duduk bersebelahan dan menghabiskan detik-detik terakhir masa SMA mereka dengan merekam foto dan video bersama. ya, di dunia Kalvin hanya ada Adelia.
Banyak orang bilang bahwa rasa jenuh akan datang bila sepasang kekasih terlalu lama bersama. Tapi yang Kalvin rasakan adalah cinta yang semakin hari semakin memuncak, menggunung, melangit. Ia hanya akan semakin menyayangi Adelia setiap harinya, hanya akan mendahulukan Adelia di setiap okasi, hanya akan membela Adelia di semua kondisi.
“Kalvin, maaf..” “gapapa sayang, gaperlu minta maaf”.
“Kalvin.. semoga kamu betah kuliah di luar kota nya ya, sayang!” “I'll be fine.. pacarku kan kamu, Adelia baik sedunia, aku oasti semangat selalu!”
Bahkan di hari yang paling menyakitkan bagi dirinya pun.... Kalvin dengan senyumannya, “jadi kapan, Del? kamu jangan nunduk begitu dong!” Kalvin mengangkat dagu Adelia dan menyeka air mata dari wajah wanitanya. “kalo memang kamu lebih pilih dia, aku gapapa... Kalvin gapapa, Del”.
Adelia gagal, Adelia merobohkan cinta yang telah Kalvin bangun setinggi langit. Adelia membakar semua catatan harapan yang Kalvin tulis dalam angannya. Adelia menjatuhkan kepercayaan Kalvin yang digantungkan sepenuhnya padanya.
“rasa cinta aku buat kamu kayanya semakin memudar, Kal.. karena kita tinggal di beda kota dan jarang ketemu. Aku gak tau, aku bingung kenapa bisa jatuh cinta sama dia”
Lagi-lagi Kalvin dibuat ingin mati. Hati yang telah ia isi sepenuhnya dengan cerita bersama Adelia, dalam waktu sepersekian detik retak dan ambruk. Kalvin sama sekali bukan orang yang akan menangis di hadapan orang lain, ia memilih tersenyum untuk meredakan rasa sakitnya.
“Adel.. tapi bolehkah untuk yang terakhir kalinya.. aku peluk kamu?”
kemudian seraya dengan usapan tangan Adelia pada punggung Kalvin, lelaki itu menangis sejadi-jadinya. Ia mempertanyakan pengorbanannya selama ini yang ternyata tak berarti di mata wanitanya sama sekali.. “apa cuma aku disini yang mencintai sepenuh hati?”.
“maaf... Kalvin” and yes with all the sadness and disappointment lelaki itu menjawab.. “aku harap Adel bahagia, gak sama aku pun gapapa..”.
-Hari itu akan ia ingat selamanya.
“kalo lo gamau jawab gapapa sih, Kal.. alesan orang bisa jatuh cinta kan gak selalu bisa diketahui” ucap Eric kembali memecah lamunan Kalvin.
Kalvin hanya mengangguk, setuju dengan pendapat sahabatnya.
“tapi tuh.. yang bisa gue lihat dari lo adalah.. lo sayang sama Adelia dengan segenap hati lo. Lo pikir kisah cinta lo akan berakhir di dia, jadi lo pake semua kuota cinta di diri lo abis-abisan.. buktinya lo sama sekali gak bisa berhenti sayang bahkan setelah dia dinikahin orang”
“ngomong apa sih lo, Ric?”
“cinta lo habis di orang yang sama, dan orangnya adalah Adelia. Dan akibat dari patah hati lo yang luar biasa itu adalah...”
“apa?”
“ada dua kemungkinan. lo akan susah percaya atau lo akan mati rasa! pikir aja tuh lo masuk kategori mana?”
Kalvin terkekeh. Menyadari dirinya yang sangat menutup diri dengan kedatangan orang baru, entah ingin menetap atau pun hanya sekedar singgah. Kalvin kira Adelia masih mengisi hatinya.
** Hingga sampai di hari ini.. Adelia yang tiga hari lalu menghubungi Kalvin sambil menangis dibalik sambungan telepon, sekarang berada tepat di hadapannya.
“Kalvin.. suamiku... dia pergi sama wanita lain, aku bingung harus cerita ke siapa lagi kalo bukan ke kamu.. I lost all my friends..” air mata membasahi pipi wanita itu dengan deras.
“Del.. jujur aku bingung harus kaya gimana” —ngasih peluk pun aku udah gak bisa, Del.. gak pantes.
“Kalvin.. aku minta maaf, setelah setahun nikah.. aku jadi tau kalo yang paling sayang aku di dunia ini cuma kamu.. please maafin aku.. terima aku lagi”
Melihat Adelia-nya seperti itu, entah kenapa ia tak merasakan 'sakit' seperti yang ia duga. Ia sama sekali tak merasa marah dan ingin memarahi orang yang membuat Adel menangis. Perasaan apa ini?.. Bertemu dengan Adelia bahkan tak membuatnya menggebu-gebu seperti dahulu.
“Kalvin?”
Kalvin terperanjat dari lamunannya... “Sorry Adel, I can't”
“why?”
“kamu masih nanya kenapa?” Kalvin memberi penekanan pada kalimatnya, membuat Adel menunduk karenanya. “Adel, memang benar I do love you, aku beri semuanya buat kamu dulu and I'm shattered.. kamu yang robohkan semuanya, dan kamu habiskan semuanya” lanjutnya.
“Kalvin....”
“aku gak bisa buka hatiku buat orang lain, dan aku belum bisa sepenuhnya lupain kamu. Tapi bukan berarti aku mau memulai lagi kisah sama kamu, Del... aku sekarang cuma manusia yang lagi berpikir gimana caranya supaya aku bisa jatuh cinta lagi, dan bukan sama orang yang bikin aku trauma sama cinta”
Kalvin menghapus air mata di kedua pipi Adelia “Ini terakhir kali kita ketemu ya, Del.. tolong, aku bukan cuma mau jatuh cinta lagi.. tapi aku juga mau lupain kamu”
end*