We become friends
“it feels like I found a long lost old friend“
***
“Loh kita ke Pasar?” tanya Via sambil memarkirkan sepedanya di tempat parkir sepeda sebelah kanan Pasar.
Haknyeon yang melakukan kegiatan serupa hanya mengangguk.
“emang kenapa kalo ke Pasar?” Haknyeon penasaran.
“gue harus gimana soal uang lo yang tadi?” tanya Via. Ia masih belum mengerti maksud Haknyeon membawanya ke sini.
“ya nanti di dalem, bayarin semua yang gue mau” Haknyeon menjawab tanpa beban.
Mata Via refleks melotot setelah mendegar jawaban itu. “gini ya, Haknyeon. kalo lo mikir gue ini orang kaya, lo salah besar”.
Haknyeon hanya tertawa menanggapinya dan kemudian berjalan mendahului Via.
“gue juga tau batasan kali?. cepetan jalan, lo mau diomelin Ibu gue karena telat? lo belom sarapan juga kan? yaudah ayo”
Haknyeon menggenggam pergelangan tangan kanan Via dan menariknya untuk berjalan memasuki pasar yang terlihat cukup ramai.
“Haknyeon jangan tarik dong! lo ngapain?!”
“lo liat, di dalem itu banyak orang. takut lo ketinggalan. gak usah baper”
“gak baper!??”
Pasar yang cukup besar ini, berjarak 20 menit dengan menggunakan sepeda dari desa tempat Haknyeon tinggal. Pasar ini berlokasi tidak jauh dari pantai, sehingga banyak sekali hasil laut yang dijual disini. Namun, barang lain seperti pakaian dan makanan siap saji pun banyak yang menjual.
Via mengeluarkan ponselnya untuk kemudian mengabadikan momen langka ini. Ya, dengan tangan tangan kirinya. Tangan kanannya tetap Haknyeon genggam.
“Lo mau beli sarapan apa?” tanya Haknyeon.
“ngikut aja, kan gue gak tau yang enak apa”
“Pancake mau?”
“boleh”
“tapi ini pancake khas korea. isinya sayuran”
“Iyaaaa Haknyeon, apa aja” Via menghela napas kasar.
“oke dehhh”
Tanpa menjawab lagi, Haknyeon langsung menarik tangan Via ke arah yang sepertinya sudah ia ketahui.
“nih” kata Haknyeon setelah mereka berada di depan penjual pancake.
“yaudah tolong pesenin, nanti biar gue yang bayar”
“Ok”
Setelah Haknyeon memesan, mereka berdua menjadi hening. Via hanya fokus merekam pemandangan di depannya lewat kamera ponsel, dan Haknyeon hanya memerhatikan penjual pancake menyiapkan pesanan mereka.
“Tau gak? dulu waktu kecil, gue sering rebutan pancake sama Seungkwan. Ibu Seungkwan emang paling jago soal bikin makanan kayak gini” Haknyeon membuka percakapan.
“oooh, gituu”
“gue selalu menang. Seungkwan selalu kalah. hahaha”
“hahaha” Via tertawa canggung.
“mereka bertiga adalah keluarga yang sempurna di mata gue” Haknyeon berkata sambil menampakkan raut wajah yang sedih.
“setuju” tambah Via
“how about you?” Haknyeon menjadi penasaran tentang keluarga Via setelah percakapan tadi.
“not that bad” jawab perempuan berkaos hitam itu.
“me too“
***
Penjual pancake menyerahkan pesanan kita kepada Haknyeon, dan lelaki itu mengulurkan tangan pada Via “mana uangnya?” seperti bocah es de yang meminta jatah jajan kepada Ibunya. Via memberi Haknyeon uang senilai 10.000 won sesuai jumlah yang Haknyeon bilang.
Via mendecak menatap sinis kepada Haknyeon.
“lo gak salah beli 4 biji buat dimakan sendiri?”
Via terkejut saat 5 pancake yang diserahkan oleh penjual hanya diserahkan satu buah pada Via, sisanya milik Haknyeon.
“gak salah” Haknyeon mulai melahap pancake nya.
“bener bener” Via menggelengkan kepalanya tak percaya.
“Kenapa lo gak masuk?” Ketika mereka berjalan menuntun sepeda melewati rumah mewah Haknyeon. Karena untuk menuju rumah ternak harus berjalan sedikit lebih jauh lagi.
“ngikutin gue ke rumah ternak?” lanjutnya
“bukan ngikutin”
“terus?”
“nganterin”
.......
Via tak bisa menjawab apa-apa lagi kepada Haknyeon setelah kalimat itu keluar dari lelaki bermarga Ju itu.
Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi ketika Haknyeon dan Via berjalan beriringan menuntun sepeda masing-masing memasuki halaman rumah ternak.
“first of all, gue minta maaf sama lo ya. gue terlalu buruk sangka. Jadi gue harap kita bisa jadi temen” kata Via
“gak perlu minta maaf soal itu, gue juga paham” jawab Haknyeon.
“yaudah, nih bawa sepeda lo” Via mengarahkan sepeda pada Haknyeon.
“pake dulu aja selama lo ada disini. biar lo kalo mau kemana-mana gak perlu cape jalan kaki” jawab Haknyeon dan hanya dibalas dengan ucapan “ok, makasih”.
“anyway, Via”
“kenapa?” Via melihat ke arah Haknyeon yang membuat mereka sekarang saling menatap.
Haknyeon sedikit tersentak, ia terlihat terkejut ketika Via menatapnya tepat di matanya.
“ummm... gue bakal seneng kalo lo mau jadi temen gue” Haknyeon tersenyum.
“gue juga” kali ini Via membalas senyuman Haknyeon.
“gue kira lo bakal nolak”
“gue gak sejahat itu kalii”
“Thank you, Via”
“kenapa lagi? thank you for what?” Via heran,
“it feels like I found my long lost old friend. gue seneng aja karena sebelumnya belum pernah kayak gini, selain sama Seungkwan. Lo bisa terima gue sebagai manusia biasa”
“Haknyeon, sekarang lo pulang aja deh. omongan lo ngawur. emang gue harus nganggep lo manusia luar biasa? kan emang lo manusia biasa”
Haknyeon hanya tersenyum dan memutar sepedanya untuk kemudian pulang ke rumah. “see you di peternakan 10 menit lagi, Via*“. Ia melambaikan tangannya kepada Via yang sudah resmi menjadi temannya beberapa menit yang lalu.