injunoona

injunoona


Sekarang sudah pukul 5 sore. 7 jam semenjak Via terbaring di kamar tamu rumah Haknyeon, namun ia masih belum bangun. Haknyeon sedari tadi tak henti-hentinya mondar-mandi ke kamar tamu, kemudian ke kamarnya, lalu ke kamar tamu lagi demi melihat Via.

Ia juga tak lupa mengecek suhu tubuh Via, yang syukurnya berangsur-angsur kembali normal.

Dokter keluarga Haknyeon yang memeriksa Via sudah pergi jam 3 sore tadi, dan beliau bilang tubuh Via hanya mengalami shock karena suhu yang sangat dingin. Jadi yang ia butuhkan hanya kehangatan saja.

Haknyeon kembali menghampiri Via dan duduk di kursi disebelah kasurnya. Ia memasang earphone di kedua telinganya lalu memendamkan wajahnya pada tangannya yang ia lipat di atas kasur.

So you think you've got it all figured out Well you know you can't make it alone Everbody needs somebody to help them out And you know I could be that someone And if you ever get lost on life's highway don't know where to go There's just one thing that I want you to know I am here for you Woah, always here for you

Haknyeon bernyanyi dalam hatinya mengikuti suara yang masuk ke telinganya, lalu ia akhirnya tertidur tanpa ia sadari.


“Haknyeon, Haknyeon” Via menepuk-nepuk pucuk kepala Haknyeon untuk membangunkannya. Refleks membuat Haknyeon langsung terbangun.

“eh? udah bangun lo Vi? sekarang gimana? lo pusing?” Haknyeon menyentuh kening dan pipi Via untuk memastikan.

“emang gue kenapa? kok gue ada di kamar lo?” Suaranya serak dan lemah.

“eh bentar gue ambil minum dulu”

Haknyeon sedikit berlari padahal kesadarannya belum 100% terkumpul. Tak lama ia sudah kembali berada di hadapan Via yang masih terbaring, membawa satu gelas air putih di tangannya.

“nih minum”

Via memposisikan badannya menjadi duduk, dan mengambil air yang Haknyeon bawa.

“makasih”

“lo gak pusing, Vi?”

Via menggeleng, “gue gak inget apa-apa dan gue gak kenapa-kenapa. sekarang jam berapa, Hak?”

Haknyeon melihat jam di ponselnya, “jam 2 pagi”

Via terkejut, ia meraba-raba mantel yang ia kenakan untuk mengambil ponselnya, ternyata ponselnya sudah kehabisan daya.

“Via, lo pingsan dari jam 10 pagi”

“serius?” Via membelalakkan matanya.

Haknyeon mengangguk, “berarti lo pingsan 16 Jam”

“Buset”

“dan lo sama sekali gak ngerasain pusing atau apa gitu?” Haknyeon tetap penasaran.

“enggak, tapi gue laper banget”

“hahahaha”

“jangan ketawain gue, gue beneran laper ih”

“ya udah ayo cari makan”

“jam segini? takut ah keluar malem-malem”

“cari makan nya di dapur gue, Viaaa” Haknyeon menekan ucapannya.

“oh kirain, hahahaha. gue ikut nge-charge hp dulu dong”

“bentar gue bawa charger nya di kamar gue”

“loh ini bukan kamar lo?”

“bukan, ini kamar tamu”

“oh... terus lo ngapain tadi tidur disini?”

“ya nemenin lo lah, apa lagi emang?”

Haknyeon bangkit lalu ia menuju kamarnya untuk mengambil charger ponsel yang tadi Via minta.

“orangnya blak-blakkan banget ish. ngapain juga coba nemenin gue? peduli banget lagian”

Gumam Via saat Haknyeon sudah tak terlihat lagi.


“cuman ada mie instan doang, Vi. gak papa?” tanya Haknyeon setelah memeriksa isi rak di dapurnya.

“ya udah itu aja. malu lah gue, udah numpang, request makanan pula”

“eh gue gak masalah lagian”

“iya udah siniin aja Haknyeonnn”

Tanpa membalas ucapan Via lagi, Haknyeon memberikan dua bungkus mie instan padanya.

“lo tunggu di kamar aja, Vi. gue takut rumah gue kebakaran”

“eh sembarangan baget! gue bisa kali cuma masak mie instan doang!”

“gak gitu, tapi selimut yang lo pake takutnya bikin lo gak fokus”

Kalau kamu bertanya-tanya, sekarang Via menggunakan selimut menutupi tubuhnya.

“gak usah lebay. kompor lo kan kompor listrik”

“yaudah lah masak yang bener ya”

“iye bawel ih”

Haknyeon hanya terdiam saat mendengar respon Via.

“Haknyeon”

“apa?”

“ada telor?”

Haknyeon tertawa karena pertanyaan barusan. “katanya gak akan request!? hahaha”

“hehehehe”

“ada, ambil aja di rak belakang lo”

“hehehe”


#injunoona


can u help me?”

***

“ngapa lo senyum-senyum?”

Seungkwan keheranan saat tiba-tiba saja Haknyeon tersenyum pada layar ponselnya.

“mau tau aja lo”

“nanya doang sih, takutnya butuh pertolongan dokter jiwa”

“idiiiih jaga tuh mulut”

“HAHAHHAA”

Haknyeon kembali fokus kepada ponselnya, ia terus-menerus mengetik.

Raut wajahnya berubah, dari tersenyum seperti orang kasmaran (memang iya), menjadi raut wajah yang sangat panik.

“eh eh minjem sepeda lo”

“maau kemana? kenapa?” Seungkwan ikut panik

“kayaknya ada yang gak beres sama Via”

“eh kenapa?”

“nih dia nanya gue, minta tolong. tapi waktu gue tanya kenapa dia malah gak respon”

“telfon coba”

Mendengar respon Seungkwan, Haknyeon langsung mencoba menelfon Via. namun lagi-lagi tak ada respon.

“udah lah gue samperin aja”

“sepeda gue ada di depan”

“oke”

Bergegas ia mengayuh sepeda menuju rumah ternak. Ia bahkan menerobos beberapa pejalan kaki dan berakhir menerima umpatan dari mereka;

lo pikir ini jalan punya lo sendiri?

tolol banget hati-hati dong

aww! lo hampir nabrak gue, sialan!

Umpatan-umpatan dalam bahasa korea itu sama sekali tak ia hiraukan karena ia memang tidak peduli.

Tak butuh waktu lama, ia akhirnya memasuki pelataran rumah ternak. Ia membanting sepeda milik Seungkwan dan tergesa-gesa menuju rumah.

tok tok tok

Suara ketukan pintu yang Haknyeon timbulkan cukup nyaring, dan ia melakukannya berulang kali.

“Viaa! Viaaa!!” ia berteriak, namun tak ada respon.

“Viaaa!” tetap tak ada respon.

“gue ambil kunci cadangan aja kali ya”

Haknyeon membalik badannya berniat untuk menuju ke rumahnya mengambil kunci cadangan.

brukk

Suara keras itu membuat Haknyeon kembali membalikkan badan.

“VIAAA!!”

Matanya terbelalak terkejut melihat Via yang tergeletak tepat di ambang pintu. Sontak membuat Haknyeon panik.

“lo kenapa Vi??! eh yaampun pingsan anaknya”

Haknyeon mengangkat tubuh Via dan memposisikan kepala Via di pahanya.

“Vi! Viaaa!” ia menepuk-nepuk pipi Via dengan raut wajah yang semakin panik.

“eh loh badan lo dingin banget, Vi”

Haknyeon menggendong Via dipunggungnya dan berlari menuju rumahnya. Beban dipunggungnya memang berat, namun entah kenapa ia bisa berlari dengan sangat cepat.


Haknyeon meminta mamanya untuk menelepon dokter ketika berpapasan di halaman, sang mama yang bertanya kenapa Via bisa tak sadarkan diri pun tak ia hiraukan. Ia hanya terus berlari masuk ke dalam rumah.

Setelah Via terbaring di dalam kamar tamu di rumah Haknyeon, lelaki itu bergegas menyalakan penghangat ruangan, memakaikan kaos kaki pada kedua kaki Via dan menyelimuti Via dengan dua selimut tebal.

Ia duduk di kursi yang ada di sebelah kasur,

“lo kenapa, Vi?”

“gue kira lo tidur tadi. apa jangan-jangan lo kesakitan dari kemarin?”

Haknyeon kembali memegang kedua pipi Via untuk memeriksa kembali suhu tubuhnya.

“lo dingin banget”


#injunoona


3 tahun lalu

Via's POV

Pukul 4 sore, hari selasa. Aku baru saja kembali ke rumah seusai kegiatan kampusku. Aku berlari menuju toilet karena tidak tahan ingin buang air kecil.

Namun betapa terkejutnya aku melihat ayahku yang tergeletak tak sadarkan diri di dapur rumah. Ibuku sedang menjaga toko telur, dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan... aku hanya panik, dan menangis.

Aku mengguncangkan tubuh ayahku yang lemas sambil menangis. Tak ada respon darinya, dan membuatku semakin menangis.

Karena tidak bisa mengontrol emosiku, tidak terlintas sama sekali di otakku untuk menelpon ambulance. Aku malah menarik tubuh ayahku dan susah payah membawanya ke garasi rumahku, mengangkat tubuhnya masuk ke dalam mobil dan aku menyetir.

Aku bahkan tidak tahu cara menyetir mobil itu seperti apa. namun entah ada keajaiban dari mana, saat ini mobil ayahku bisa aku kendalikan.

Dengan isak tangis, aku menancap pedal gas mobil berwarna hitam itu untuk menuju rumah sakit. Aku tidak bisa menahan emosiku, hingga mobil yang aku bawa kehilangan kendali dan keluar lintasan.

teh, keluar teh

teh: kakak perempuan dalam bahasa sunda

Laki-laki bertubuh tinggi mengetuk-ngetuk jendela mobil. Namun aku tetap tidak dapat mengontrol emosiku dan terus menangis.

tok tok tok

lelaki itu tidak menyerah. Ia bahkan berusaha membuka pintu mobil secara paksa.

Beberapa detik dari itu aku sadar, bahwa nyawa ayahku di kursi belakang sedang dipertaruhkan. Aku membuka pintu mobil dan menangis pada lelaki itu.

“tolong! tolong ayah saya”

Tanpa bertanya ia langsung membawa ayahku ke gendongannya.

“ayo cepet”

Ia memberi aba-aba padaku untuk masuk ke mobilnya.

Dan akhirnya aku dan ayahku bisa sampai di rumah sakit berkat dia.


“tolong ada pasien darurat!!”

lelaki yang menolongku tadi berteriak ketika kami memasuki pintu IGD rumah sakit, dan membuat beberapa petugas menghampiri kami dan mereka membawa ayahku pergi masuk ke dalam ruangan, sendirian.

Aku masih menangis tak karuan.

Ia mengusap punggungku tanpa berkata apapun, menenangkanku.

“saya belikan minum ya”

aku tak merespon, dan dia pergi meninggalkanku duduk sendirian di ruang tunggu IGD.

tak lama ia kembali dengan sebotol air mineral.

“nih minum dulu”

“makasih”

Iya betul, lelaki yang membantuku dan ayahku adalah Kak Yohan. Kami bahkan sama sekali belum pernah bertemu, namun ia menolongku dengan sepenuh hati.

Bahkan ia tidak pergi setelah mengantar kami. Ia tetap menungguku dan ayahku di rumah sakit. Hingga ayah pergi untuk selamanya, hingga Ibuku datang dengan teriakan histerisnya. Kak Yohan pula yang menenangkan Ibu. Terima Kasih ya, Kak.


#injunoona


I'm happy, if I'm with you

***

Haknyeon turun dari kuda yang ia tunggangi tepat di depan Via yang sedang memperhatikannya dengan posisi jongkok.

“ayo” lelaki itu mengulurkan tangannya di depan wajah Via

Via hanya mendongak menatap wajah Haknyeon yang tersenyum.

“ayo, kenapa diem” Haknyeon dengan tanpa aba-aba menarik tangan Via dan membantunya berdiri.

“lo kenapa Vi? lo sakit?” Haknyeon mendaratkan punggung tangannya di dahi Via, namun langsung ditepis.

“ih apa enggak kok”

“terus? kok cemberut gitu?”

“gue sakit hati”

“kenapa?”

I'm not choosen by anyone

“pffft” Haknyeon menahan tawanya.

“jangan ketawa”

“ayo naik” Haknyeon menarik Via mendekati kudanya.

“gue takut dilempar sama kudanya, kan dia gak suka gue”

“naik aja udah, gue pegangin dari bawah”

“serius?”

Haknyeon mengangguk.

Via akhirnya memberanikan diri.

“eh, eh ini dia kenapa?” raut wajah Via terlihat sangat panik ketika kuda yang baru saja ia tunggangi menggerakkan lehernya kesana kemari.

“itu lo megangnya kayak mau cekek dia, Vi” Haknyeon sedari tadi tak henti menahan tawa.

Via refleks melepas pegangan tangannya dari leher kuda itu.

“nih pegang tali ini” Haknyeon menyodorkan tali pengendali kuda yang ia pegang pada Via.

“Haknyeon, gue kok takut ya? gue kira gak setinggi ini kalo naik kuda”

“itu karena lo belum terbiasa. tenang aja, ada gue di sebelah lo” ia mendongak melihat ke arah Via dan tersenyum, namun Via tetap fokus pada kudanya.

“sekarang lo rileks aja, kita jalan pelan-pelan dulu”

“gue rileks kok, siapa bilang gue gak rileks” padahal raut wajahnya sangat tegang.

“ya udah iya, gue salah”

Via terkekeh dengan jawaban Haknyeon yang seolah olah mengalah itu.

“eh terakhir kali gue jalan-jalan naik kuda gini udah lama banget tau”

“oh yaa?”

“iya, dulu waktu masih kecil. di Bandung ada yang namanya lapangan gasibu. disana lo bisa sewa kuda sama penjaganya. Nah penjaganya itu kayak lo sekarang gini nuntun jalan kudanya biar gak oleng” Via tertawa kecil membayangkan kenangan masa lalunya itu.

“lo seneng?”

“seneng”

“maksud gue sekarang, bukan waktu lo kecil”

“sekarang seneng, waktu kecil juga seneng” Via menunduk untuk melihat Haknyeon yang ternyata sedang melihat ke arahnya juga. Sekarang mata mereka berdua bertemu.

“makasih ya”

Haknyeon mengangguk, “makasih juga”

***

Setelah kurang lebih sepuluh menit melaju pelan dengan kuda yang tetap didampingi Haknyeon,

“Hak, gue mau lari”

“yaudah turun aja”

“bukan gue nya ih, gue mau naik di atas kuda yang lari. kayak lo waktu itu”

“lo emang bisa?”

“enggak sih”

“oke”

Tanpa aba-aba, Haknyeon tiba-tiba menaiki punggung kuda yang di atasnya ada Via .

“eh ngapain lo?” Via menengok ke belakang sambil melotot.

“katanya lo mau kudanya lari?”

“iya tapi kenapa lo naik?”

“ya biar gue yang pegang kendali”

“eh maksud gue gak gitu”

“sini” Haknyeon merapatkan tubuhnya pada punggung Via, dan tangannya mengambil kendali dengan menarik tali tuntun yang tadinya Via pegang. Dengan kata lain, posisi Haknyeon sekarang seperti memeluk Via dari belakang.

“lo berdoa dulu, Vi” Suara Haknyeon terdengar jelas di telinga kanan Via.

“kenapa?”

“siapa tau di tengah jalan kudanya ngamuk terus lo dilempar. kan tadi lo bilang takut dilempar kudanya” ia terkekeh.

“apaan sihh, buruan ah”

“yaudah, satu... dua....”

wushhhh angin berhembus kencang menerpa wajah Via, saat kudanya tiba-tiba saja berlari karena kendali Haknyeon. Jantungnya berdegup kencang, adrenalinnya meningkat.

Via memejamkan matanya, menikmati hembusan angin. Detak jantungnya perlahan kembali normal karena ia akhirnya bisa enjoy dengan situasi ini.

“lo takut, Vi?” Haknyeon bertanya setengah berteriak. karena suara hembusan angin yang mendominasi, tak akan membuat suaranya terdengar jika tidak berteriak.

“enggak”

“lo gak tanya gue, Vi”

“soal apa”

“gue seneng atau enggak”

“lo kenapa mau ditanya terus?”

just ask me

“Haknyeon lo seneng gak?” Via berteriak dengan kencang.

YAAA! I'M HAPPY. ALWAYS. IF I'M WITH YOU, I'M HAPPY

Suara teriakan itu sangat jelas ditelinga Via. Sukses membuat Via tertegun, ia tak bisa merespon, hanya diam.

***

“Vi, lo ngelamun?”

Haknyeon yang sudah turun dari punggung kuda menepuk lutut Via.

“enggak kok, apaan deh”

Padahal Haknyeon bisa melihat dengan jelas kalau Via terkejut saat ia memanggilnya.

“turun”

Haknyeon mengulurkan tangannya agar Via bisa turun dengan mudah dari kudanya.

“gue bisa sendiri”

Via turun dari atas punggung kuda, ia sedikit melompat.

“awww” Haknyeon yang berdiri di sebelah kiri kuda meringis karena tangan kanannya tak sengaja terkena kaki Via yang sedang berusaha turun itu.

“eh? sorry gue gak sengaja. mana liat tangan lo”

Via yang sudah sepenuhnya turun, menarik tangan kanan Haknyeon.

“loh tangan lo kegores!”

Wanita itu menepuk-nepuk tangan Haknyeon untuk menghilangkan debu-debu yang berasal dari sepatunya tadi.

“aduh maaf banget yaa!” Via masih terus menggenggam dan menepuk-nepuk punggung tangan Haknyeon dengan perasaan bersalah.

“aaaw, sakit Via!. lo itu jangan kenceng-kenceng megangnya.

“eh? iya sorry sorry duh gimana ya.. gue obatin aja. di rumah ternak gue punya antiseptik” Posisi tangannya masih menggenggam tangan kanan Haknyeon dan memperhatikan lukanya.

Haknyeon tidak merespon, ia hanya salah tingkah. Pipi chubby nya memerah.


“aaaa, perih Vi. lo ngasih antiseptik nya dikit-dikit aja kali. ini kebanyakan!” mereka duduk di ruang tengah ruang tengah runah ternak, sambil berhadapan.

“iya iya sorry gue bersihin lagi nih” Via membersihkan cairan merah yang berceceran di tangan Haknyeon itu dengan kapas.

“lagian lo gak hati-hati banget turunnya tadi kenapa harus loncat”

“ya kalo gue gak loncat terus gimana? kudanya kan tinggi. lo enak badannya tinggi. gue kan cuma 160cm!” tangannya masih sibuk dengan kegiatan tadi.

“ih kok lo neriakkin gue sih, Vi”

“maaf, gue kesulut emosi”

“marah lagi”

“hah?”

“marah lagi kayak tadi”

“ngapain” Via memasangkan plester untuk menutupi luka goresan yang cukup dalam di tangan Haknyeon.

“gak deh, gak jadi. gue pulang sekarang yaa”

Haknyeon bangkit dari duduknya dan kemudian terburu-buru berjalan keluar.

“makasih udah obatin luka gue” teriak Haknyeon yang sekarang duduk di atas jok motornya, yang dibalas hanya dengan anggukkan oleh Via.

Ia kemudian menyalakan motornya dan pergi meninggalkan pelataran rumah ternak hingga tak terlihat lagi oleh mata Via.

“aneh banget orangnya” kata Via sambil menggeleng heran.


#injunoona


“kenapa pagi banget?”

“emang sekarang jam berapa, Vi?”

“jam tujuh lebih tiga puluh”

“emang kita berkuda nya jam delapan, jadi gue jam segini udah nyamperin. lo belum mandi ya, Vi?”

“udah sih”

“yaudah, ayo”

Via kembali masuk ke dalam rumah setelah percakapan singkat di ambang pintu.

“Vi” suara Haknyeon menghentikan langkah Via.

“apa?”

“lo udah sarapan?”

“kenapa nanya gitu?”

“ya, nanya aja. udah?”

“Udah, Haknyeon” Via mengucapkannya dengan sedikit penekanan.

“oke”

Via kembali memutar badannya, untuk membawa perlengkapan yang sekiranya diperlukan selama kegiatan berkudanya.

Tak lama dari itu ia sudah kembali berada di depan Haknyeon, mengunci pintu rumah ternak.

“Via”

“apa?” fokus Via masih kepada kegiatan mengunci pintu.

“kok lo gak nanya gue?”

“soal apa?”

“soal gue udah sarapan atau belum”

Via ingin tertawa saat itu juga setelah mendengar ucapan Haknyeon, terlebih ekspresi lelaki itu yang memelas membuatnya tidak bisa menahannya lagi.

“hahahahaha lo kenapa Hak?”

“kok nanya kenapa?”

“gak deh, gak jadi” Via masih melanjutkan tertawanya saat kunci dicabut dari engsel pintu.

“jadi Haknyeon lo udah sarapan belum?”

“udah, Via”

“oke, udah ya gue udah nanya tuh”

“hehehehe” Haknyeon berjalan mendekati motor biru kesayangannya yang menunggu di pelataran rumah ternak.

Dari awal pertemuan sampai detik ini, Via selalu bisa melihat senyuman di wajah Haknyeon. entah kenapa pria itu selalu tersenyum. atau memang wajahnya di-setting Tuhan menjadi smiley face? seperti Walt Disney menciptakan Mickey Mouse dengan setting wajah yang tersenyum.

“lo belum pernah gue boncengin pake motor gue ya?”

“iya belum”

“waktu kita jalan ke Pasar waktu itu, motor gue nya lagi di service

Haknyeon menepuk-nepuk jok motornya dan tersenyum ke arah Via.

“sekarang akhirnya lo naik motor gue juga” ia kemudian duduk di atas motornya.

“ya emang kenapa?” Via sedikit terkekeh.

“ya gak papa, Vi. naik aja cepet” lagi-lagi ia tersenyum.


“kalo cuman 3 menit doang pake motor, kenapa gak jalan kaki aja sih?”

Via protes sedari tadi kepada Haknyeon karena hal itu. Tapi tak Haknyeon gubris, ia hanya tersenyum.

Mereka berjalan menuju tempat dimana kuda-kuda dan perlengkapannya disimpan.

Via cukup terkejut saat melihat banyak orang lain yang sengaja datang untuk berkuda disini juga.

“eh rame juga”

“karena weekend, makin siang makin rame. kalo segini belum terlalu” Jelas Haknyeon.

“oh gituuu” respon Via singkat.

Setelah Haknyeon dan Via menggunakan perlengkapan pengaman, mereka kemudian menuju kuda-kuda yang akan mereka tunggangi.

“lo bawa jaket kan?” Haknyeon memulai pembicaraan.

“bawa kok”

“oke deh. pake Vi, soalnya angin gede”

“iya, thank you

Haknyeon merespon dengan anggukan seraya memakai jaket miliknya juga.

“eh Hak, sorry I have to say this

“kenapa, Vi?”

“ini harus bayar gak? gue takut duit gue gak cukup”

“apaan hahahaha, ngapain bayar”

“ih gue serius, kenapa lo malah ngetawain?”

“tempat ini punya papa gue, semua kuda itu punya gue”

Via hanya membeku, tak tahu harus merespon bagaimana. Ia hanya..... terkesima.

“sekarang kesini, Vi”

Haknyeon menarik tangan Via tiba-tiba untuk mendekati kuda-kuda miliknya itu dan jelas membuat Via terkejut.

“lo gak bisa sembarangan naik kuda nya gitu aja”

“maksudnya?”

“coba lo usap satu-satu kudanya kayak gini”

Haknyeon mengusap salah satu kudanya, mengusap di atas kepalanya.

“kalo dia diem, berarti dia mau lo ajak main” jelas Haknyeon lagi.

“kalo enggak?”

“lo coba dulu” Haknyeon menggeser mempersilahkan Via untuk mengusap kudanya.

Wanita itu mendekat kemudian mengusap kuda bersurai coklat di depannya, namun gagal. Kudanya membuang muka, seolah tak mau berkenalan. Melihat itu Haknyeon tertawa puas.

“dia takut kali liat muka lo hahaha”

“ih sembarangan”

“coba ke yang lain”

Via akhirnya mengusap satu persatu. 8 kuda yang di batasi oleh sekat kayu itu semuanya sama, tak mau merespon Via.

“ih gimana dong, Hak?”

“ya udah”

“udah gimana?”

“lo gak usah naik” yang kemudian diikuti oleh tawanya lagi.

“ya udah gue ngeliatin aja”

“eh jangan dong”

“terus gue harus gimana?”

“jagain motor gue” Haknyeon lagi-lagi tertawa.

“dih” Via melirik sinis.

Haknyeon membuka sekat yang menghalangi kuda pertama yang ia dan Via hampiri tadi.

“gue mau main sama dia hari ini” kemudian ia menarik kudanya dan berjalan menuju arena berkudanya.

“gue gimana Haknyeon?”

“gue bilang, lo jagain motor gue” Haknyeon mengejek Via sambil menjulurkan lidahnya.

Via hanya menekuk wajahnya kesal. dan lagi-lagi, Haknyeon tersenyum.


#injunoona


I won't forget the promise that I made

***

“Pak, Bu, Haknyeon pulang dulu ya” Haknyeon bangkit dari duduknya.

“loh katanya mau nginep?” Seungkwan keheranan.

“iya gue mau pulang dulu. ada yang ketinggalan” matanya memberi isyarat pada Seungkwan untuk tidak berkata apa-apa lagi.

“Via, mau bareng?”

“eu.. eh iya iya bareng aja” Via ikut berdiri. Ia akhirnya mendapatkan cara untuk kembali ke rumah ternak dan mengakhiri kecanggungan yang sedang terjadi.

Setelah berpamitan mereka akhirnya keluar dari rumah Seungkwan dan berjalan menjauh dari rumah itu beriringan.

“huhhhhh” Via menghela napas lega.

“orang tua Seungkwan lagi marahan” Haknyeon tiba-tiba membuka pembicaraan.

“keliatan. canggung banget!!”

“asli”

Beberapa detik, mereka hening. tak ada obrolan. kembali canggung, walau tak secanggung saat makan malam tadi.

“Via” lagi-lagi Haknyeon mengakhiri keheningan.

“kenapa?”

“gue udah ngajak lo berkuda hari sabtu kemarin. tapi batal karena gue di rumah kakak gue”

“ohh, gak papa kok. lagian gue juga lupa”

“lo lupa, Vi?”

“iya, soalnya gue ngerjain laporan lagi kayak waktu itu”

“gue gak lupa”

Via terdiam.

“gue gak akan pernah lupa kalo gue buat janji”

“cieee. jangan-jangan lo kepikiran gue terus ya?” Via menunjuk wajah Haknyeon bermaksud mengejeknya.

“apasih, maksud gue bukan gue kepikiran lo. tapi sama janji nya doang” Haknyeon menepis tangan Via yang menunjuknya.

“hahaha, bercanda gila” Via menepuk lengan Haknyeon. yang tanpa ia sadari, kedua pipi teman lelakinya itu memerah.

** Tak terasa setelah obrolan singkat tadi, Via dan Haknyeon telah sampai di rumah ternak.

“gue masuk ya, Hak”

“oke, gue balik lagi ke rumah Seungkwan”

“loh? bukannya ada yang ketinggalan di rumah lo?”

“enggak”

Via mengerutkan dahinya,

“lo bohong ke orang tua Seungkwan?”

“iya”

“ih”

“gue tau kalo lo pengen cepet-cepet keluar dari situasi tadi”

“jadi lo bohong buat bantuin gue? gitu?” Via tertawa kecil.

“dikit”

“kalo dikit, kok ikut jalan sampe sini?” Via lagi-lagi mengejek Haknyeon.

Haknyeon bungkam. Ia tak tau harus merespon seperti apa atas kalimat tanya Via.

“Haknyeon!” Via melambai-lambaikan tangan di depan wajah Haknyeon. “lo ngelamun?” lanjutnya.

Stop, Vi”

stop apa?”

can you just stop?”

for what? did I just do something wrong?

stop being cute for no reason

Via tersentak. Ia tak percaya atas apa yang telah ia dengar.

I'll go now” Haknyeon membalikkan tubuhnya dan berjalan setengah berlari ke jalanan yang baru saja mereka lewati.

Via membeku di tempatnya.

what the hell did I just heard?”


#injunoona


is it him?

***

srekk srekk

Suara gesekan kaki Via dengan dedaunan kering yang berserakan di jalan, menyatu dengan hembusan angin yang cukup dingin sore ini.

Via berjalan menuju rumah ternak setelah selesai menjalankan tugas hari keduanya di peternakan ayam. Sama seperti sebelumnya, ia merasa bosan. Tak ada yang mengajaknya bicara.

Ia paham betul apa alasan para pegawai di peternakan ayam tak mau mengajaknya bicara. Ya, karena keterbatasan bahasa. Tak ada yang pandai berbahasa Inggris apalagi bahasa Indonesia disana.

Tak henti-hentinya ia menghela napas, seraya memfokuskan pandangan pada kakinya yang melangkah dengan lemas.

“masih ada 8 hari lagi di peternakan ayam. Semangat!!” Ia bermonolog sambil mengepalkan kedua tangannya, menyemangati dirinya sendiri.

“demi masa depan lo, demi Ibu” Ia mengangguk-anggukkan kepalanya dengan tempo yang cepat.

“gak! gak boleh ngeluh!!”

**

drrrt drrrrt

Getaran ponsel dalam totebag wanita itu bergetar. Ada panggilan masuk.

“halo kak! kenapa nelfon”

Ia membuka suara. Betul, panggilan itu dari Yohan.

“gak papa, cuman kangen aja”

“tiba-tiba kangen? kenapa?”

“tiba-tiba gimana? aku tiap hari loh kangen kamu”

“hahaha, kak nanti aja telfon lagi kalo aku udah sampe rumah. aku lagi di jalan loh ini”

“emang kalo aku nemenin kamu sambil jalan kenapa? gak boleh?”

“hahaha yaudah gimana kamu aja, kasian banget yang kangen Via”

Suara Yohan dibalik telfon seolah-olah menjadi obat kesedihannya. Dalam waktu singkat waut wajahnya kembali menjadi cerah.

“kak, tau gak sih aku akhir-akhir ini kesepian”

It's okay.. kamu mungkin belum terbiasa sama Korea. Aku gak tau harus kayak gimana”

“maksudnya?”

“kalo kamu bilang kesepian dan posisinya lagi ada di rumah, aku akan langsung meluncur nyamperin kamu bawa roti bakar atau martabak keju. tapi kan kamu lagi di Korea. aku gak punya uang kalo harus kesana sekarang”

“Hahahaha kenapa sih kamu lucu banget”

Via tertawa seolah-olah beban di pundaknya menghilang saat itu juga.

“sabar yaa! semangat selalu, cantik”

“Makasih ya kak, ganteng”

Mereka tertawa bersama dengan perantara teknologi. Meski tak saling bertatap muka, mereka tetap dapat merasa bahwa mereka berada di tempat yang sama, dengan perasaan yang sama pula.


Haknyeon memarkirkan Vespa birunya di halaman rumah luasnya. Perjalanan pulang dari rumah sang kakak membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga mampu membuat energinya terkuras.

“Maaa! mamaaa!” Ia berteriak mencari mamanya tepat saat memasuki rumah.

Mencari ke kamar, ke dapur bahkan ke toilet pun sang mama tak kelihatan batang hidungnya.

Lelaki itu menggenggam sekantong penuh bahan masakan (seperti sayuran, daging, dan bumbu dapur) yang kakak Haknyeon berikan sebagai buah tangan untuk sang mama.

“hadeh padahal mama juga bisa beli sendiri yang begini mah” Ia menatap sinis kantong itu karena sudah membuatnya kesusahan selama perjalanan.

“mamaaaaa” Ia meningkatkan volume suaranya berharap sang mama merespon. Namun tak juga ada balasan.

Akhirnya ia menyimpan kantong itu di dapur lalu menuju kamarnya untuk membersihkan diri.

***

Haknyeon berkali-kali tertawa sambil menatap layar ponselnya. Penyebabnya adalah hal-hal lucu yang disebabkan oleh orang-orang di twitter.

Tangan kirinya sibuk menggulirkan timeline twitternya dan tangan kanannya bertugas mengendalikan hair dryer di atas kepalanya.

orang Indonesia emang lucu-lucu anjir

“*apaan sih random banget bahas gituan hahaha*”

dihhh amit-amit orang stress

ia lontarkan komentar-komentar itu dari mulutnya dan komentar lainnya seraya layarnya bergulir.

“mama kemana ya, pergi kok gak bilang sih”

Ia bermonolog saat menyimpan hair dryer kembali pada tempatnya karena rambutnya sudah tak basah sama sekali.

“gue makan malem di rumah lo ya!”

“tanpa penolakan”

Dua bubble chat itu ia kirim ke kontak bernama 'booseung' pada ponselnya.


Haknyeon's POV

“anjir angin nya gede banget”

Aku memeluk erat tubuhku sendiri ketika melangkah keluar dari gerbang rumah.

Suhu di pertengahan musim gugur ini sudah mulai snagat menurun, terasa lebih dingin setiap hari.

Aku membuka playlist ku dan lagu 'Reality' dari Richard Sanderson kuputar setelah earphone terpasang dengan nyaman di kedua telingaku.

If you do exist Honey don't resist Show me a new way of loving Tell me that it's true Show me what to do I feel something special about you

Aku menggumamkan lirik itu sambil berjalan menyusuri jalanan sepi menuju rumah Seungkwan ini.

Kedua tanganku aku selipkan pada saku jaketku. Anginnya cukup kencang.

Mataku terbuka lebar ketika menyadari bahwa ada orang lain di jalanan yang sama denganku.

Ia berjalan di depanku. Ya, aku kenal betul itu dia. Via.

Gelagatnya aneh, ia berjalan jinjit kemudian mengepalkan tangan seperti akan memukul orang lain, lalu kemudian ia menggeleng-gelengkan kepalanya seperti sengaja ingin membuat dirinya pusing.

Namun, entah kenapa..

Tingkahnya yang aneh itu membuatku tersenyum.

Aku membuka kedua earphone di telingaku tanpa menghentikan musik yang terputar disana karena berniat menyapanya.

“Vi...” suaraku terhenti, aku urungkan niatku ketika Via yang berjalan di depanku berbicara pada ponselnya.

halo kak! kenapa nelfon?

“kak? is it her bf?

aku bertanya pada diriku sendiri dalam hati.

tiba-tiba kangen. kenapa?

“oh, bener. it's him

Aku kembali memasang earphoneku dan melambatkan kecepatan langkahku.


#injunoona


I'm not falling in love, right?

***

Via tersenyum di depan layar ponselnya sesaat setelah melihat video yang diunggah oleh Haknyeon di akun twitter resmi grup nya.

Wanita itu menduga-duga,

oh ternyata dia gak mau nemenin gue karena gak ada di rumah

he such a warm person... tapi kok pas awal ketemu gue iseng banget sih? nyebelin

tapi kok sekarang dia gak pamer ke gue, kemaren aja waktu berkuda pamer

eh ngapain sih gue mikir gini

Tangannya menepuk-nepuk pelan pipi kanannya, bermaksud untuk menghentikan lamunannya.

Ia duduk di depan salah satu toko di pasar yang sama seperti yang ia kunjungi dua hari lalu bersama Haknyeon. Sudah banyak makanan yang Via beli dan sudah lama ia berada disini.

“OMG udah jam setengah tiga!”

“gue udah tiga jam nongkrong disini”

Spontan ia mengunci ponselnya setelah melihat angka-angka pada pojok atas layarnya, angka penunjuk waktu.

Ia bangkit lalu berjalan menuju parkiran sepeda untuk kemudian kembali pulang ke rumah ternak.


Senyuman tersimpul di wajah Haknyeon saat ia memberikan buah jeruk kepada keponakannya, putri dari kakak perempuannya.

Dibenaknya ia bermonolog,

kalo aja kemaren gue gak nganterin jeruk ke rumah ternak, pasti gue gak akan sharing story sama Via

atau kalo aja kemaren gue cuek dan langsung anter jeruk ke rumah Seungkwan, pasti gue gak akan tiba-tiba gelisah gini

semuanya gara-gara jeruk

terus semalem kenapa gue gak bisa tidur? apa yang salah coba?

kenapa gue makin penasaran sama tuh orangtuh orang = Via

Haknyeon tersentak saat keponakannya menepuk tangannya, meminta tolong untuk mengupas jeruknya.

sial, udah kesini pun isi pikiran gue masih Via

gue gak jatuh cinta kan?


“dari mana aja lo, Vi?”

tanya Seungkwan saat Via turun dari sepedanya dan kemudian mengembalikannya ke tempat semula.

“jalan-jalan aja, bosen di rumah terus. lo kenapa kesini?”

“lewat doang, tadi abis dari rumah Haknyeon”

“Ooh”

“Oh iya ngomong-ngomong jeruk yang semalem Haknyeon kasih, masih ada?”

“ada kok di dalem. orang dia ngasih 2 kantong, masa udah abis dalam waktu semalem?”

“sebenernya satu kantongnya buat gue, lo sih Vi kemaren pake ngilang segala”

“dih nyalahin gue”

“itu satu kantongnya punya gue. gara-gara dia nyari lo, akhirnya dia lupa gak ngasih ke gue”

“Ya salahin Haknyeon dong, kok malah gue yang diomelin?”

Via berjalan menuju pintu rumah dan masuk setelah ia bergelut dengan engselnya.

“nih ambil aja” Via sekarang berdiri tepat di depan pintu, menyodorkan satu kantong plastik jeruk yang tadi Seungkwan pinta.

“lo gak nanyain Haknyeon?” tanya pria itu.

“ngapain?”

“ini gue serius nanya, Vi”

“iya emang mau ngapain gue nanya dia, gue kan gak ada perlu”

“beneran?”

“Iya ih, lo kenapa deh?”

“lo beneran gak ada rasa penasaran gitu sekarang Haknyeon ada dimana?”

Via keheranan dan ia menatap Seungkwan lekat-lekat untuk memahami maksud perkataannya.

“gue gak penasaran sama keberadaan Haknyeon, gue gak butuh tau dia ada dimana. udah ya, udah gue jawab”

“Oke”

Seungkwan membalikkan badan dan berjalan menjauh. Setelah punggung lelaki itu tak terlihat lagi, Via kembali masuk ke dalam dan menutup pintu.

“aneh banget”

***

Sementara itu...

tuh kan Haknyeon, gue bilang juga apa. Via tuh masih orang asing disini. lo kemaren kok rela banget nyariin dia? kayak orang berharga aja

Seungkwan menggerutu dalam hatinya sambil menggenggam erat kantong plastik berisi jeruk di tangan kanannya.

Selama perjalanan menuju rumahnya, hanya kekesalan pada Haknyeon yang memenuhi kepalanya. Ia tak ingin sahabatnya salah arah soal perasaannya, ditambah sang sahabat tidak pernah mengalami hal yang orang-orang sebut 'cinta' itu.


Via merebahkan tubuhnya di atas kasur yang dibalut sprei putih.

Melakukan kegiatan rutinnya, memberi kabar kepada teman-temannya, keluarganya dan pacarnya.

“Kak Yohan kok gak bales chat gue ya? sibuk skripsi kali ya”

“di Indonesia sekarang masih jam 1, Lia sama Ai keknya lagi tidur siang haha”

“bosen banget, gue harus ngapain?”

“dengerin musik aja kali ya”

Ia membuka room chat dari Haknyeon untuk mencari tautan playlist yang Haknyeon bagikan semalam padanya.

“gue gak tau harus denger lagu apa”

“eh kok aneh sih tampilan linknya kalo di browser hp?”

“apa gue download aja kali ya aplikasi musiknya?”

“lagu yang paling enak yang mana ya? apa tanya Haknyeon aja gitu ya?”

“eh kenapa sih pikiran gue selalu Haknyeon Haknyeon Haknyeon terus dari tadi?!”

Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Tak lama ia bagkit dan mengambil satu jeruk dari kantong plastik yang ada di hadapannya. Ya, itu jeruk yang diberi oleh Haknyeon.

Ia membuka playlist Haknyeon lewat aplikasi yang baru saja selesai ia install, memilih satu persatu lagu dengan tangan kirinya dan tangan kanannya mengupas jeruk.


#injunoona

Thank You for Sharing


hope everything goes well

***

“AH SIAL MATII” Via mengetuk-ngetuk layar ponsel yang kini tidak menyala lagi, berharap tindakannya itu bisa menghidupkannya kembali. Padahal nihil.

Ia menghela napas panjang sambil menatap jalanan yang masih diguyur hujan saat ini.

Berteduh di bawah pohon yang dedaunannya cukup rapat sehingga bisa menahan air hujan yang turun. Ia berjongkok disamping sepedanya sambil memeluk totebag berisi notebooknya.

“kalooo aja sekarang lagi di rumah, malem minggu gini Kak Yohan pasti ke rumah bawa makanan anget” rintik hujan masih menjadi musik pengiring monolognya.

“aduh gue masih apal jalan gak yaaa?” mengingat saat pergi tadi hanya google maps yang ia andalkan.

“anjir hampir jam tujuh” perempuan itu lagi-lagi menghela napasnya setelah melihat jam tangan yang melingkari tangan kirinya.

“duh gue gak bisa diem aja”

“yaudahlah mau gimana lagi” Via bangkit dari jongkoknya dan keluar dari zona berteduhnya.


Haknyeon tak henti-henti berkedip ketika air hujan menusuk kedua matanya. Air hujan turun bertabrakan dengan laju motornya, tapi ia tidak peduli.

“Viaaa!”

Suara yang nyaris tidak terdengar karena rintik hujan itu tetap ia keluarkan dari tenggorokannya. Entah apa yang merasuki lelaki ini, semangatnya menggebu gebu untuk mencari keberadaan Via, gadis yang baru ia temui dua hari yang lalu.

Jalanan sangat sepi dan minim pencahayaan, hanya cahaya dari lampu motornya yang mendominasi.

“Viaaaa!”

HAKNYEON?!

Haknyeon tersentak saat panggilannya akhirnya mendapat jawaban. Dan benar saja, tak jauh dari posisinya saat ini ada seseorang dengan sepedanya melaju mendekat.

“Haknyeon lo ngapain manggil-manggil gue? lo nyariin gue?” Via menginterogasi temannya itu karena terlalu banyak pertanyaan di kepalanya.

“HAHAHAHAHA”

“gue nanya, Haknyeon. kok lo malah ketawa”

“lo kocak! rambut lo kenapa diplastikin begitu?”

Setelah kalimat itu, Via memegang kepalanya yang terbungkus kantong plastik berwarna putih. Seperti memakai shower cap.

“oh, ini tadi gue minta ke penjual buah pinggir jalan. untung masih ada orang, kalo engga nanti kepala gue basah, kan repot. Sama ini juga” Via menunjukkan kantong plastik lain, namun yang satu ini berisikan totebagnya. “isinya harta karun”.

“yaudah ayo pulang” Haknyeon tertawa lagi kemudian memutar motornya dan mereka akhirnya melaju sejajar. Persis seperti saat mereka bersepeda menuju ke pasar tempo hari. Namun kali ini mereka melaju di bawah guyuran hujan, dan Haknyeon menggunakan motor vespa biru kesayangannya.

“lo nyariin gue?”

Haknyeon tak menjawab.

“Haknyeon!!!”

“eh, apa?”

“kenapa lo nyariin gue?”

“gak apa-apa”

“hujan loh ini, ngapain ujan-ujanan nyari gue?”

“tapi kan gak gede hujannya, Via”

“tapi kan lo tetep nyariin gue. emangnya ada apa, Haknyeon?”

“gak ada apa-apa”

“dih”

“gue cuma khawatir”


Haknyeon duduk di ruang tengah rumah ternak sambil mengeringkan rambutnya yang basah, sesekali ia menggosok badannya juga dengan handuk yang sama.

Via yang baru selesai mandi datang membawa dua gelas teh panas. Teh yang berada pada plastik hitam pemberian Haknyeon bersama dengan cemilan yang lain.

“lo kenapa gak langsung pulang aja, Haknyeon?” Via duduk di hadapan Haknyeon dan memberikan salah satu gelas padanya.

“gue bosen kalo di rumah” Haknyeon mendekatkan gelas tadi kepada dirinya untuk sedikit menghangatkan suhu tubuhnya.

“tapi gue sekarang mau lanjutin laporan lagi, tadi belom maksimal. lo gue anggurin, gapapa?”

“gapapa, gue sambil dengerin musik aja disini”

“eh baju lo yang kemaren gue pake kayaknya udah kering deh. udah gue cuci dari kemaren sekalian mandi sore”

“yaudah siniin, gue ganti pake baju itu aja”

Via bangkit lagi untuk mengambil baju yang dimaksud, dan betul saja bajunya sudah kering.

“lo bisa ganti di toilet”

“oke, Vi”

***

Haknyeon sibuk memilih lagu pada playlistnya sedangkan Via bergelut kembali dengan notebooknya.

“lo mau sambil makan jeruk, Vi? tuh di plastik ambil aja punya lo satu” Haknyeon menunjuk ke arah dua kantong plastik dekat pintu.

“Iyaa nanti ajaa, makasih” pandangan Via tetap fokus ke laporannya.

“minjem earphone dong, vi”

“gue gak punya”

“terus selama ini lo dengerin musik atau telfon gimana?” Haknyeon kaget.

“ya gak pake lah, gitu aja ditanyain. gue gak suka denger musik”

“DEMI APA?” Haknyeon lebih kaget lagi.

“lo ngajak ngobrol mulu ih”

“hahaha, iya maaf. jadi ini gue boleh play lagu?”

“iyaaaa play aja”

Lagu pertama yang Haknyeon pilih adalah 'I Will be Here for You' by Michael W. Smith.

When you feel the sunlight Fade into the cold night Don't know where to turn I don't know where to turn And all the dreams you're dreaming” Haknyeon bernyanyi sambil bersender ke dinding, suaranya tidak begitu terdengar bahkan nyaris berbisik-bisik.

“suara lo bagus”

“makanya gue jadi penyanyi”

“oh iya, gue lupa lo itu penyanyi”

Haknyeon hanya tersenyum dan melanjutkan nyanyiannya,

All you need is someone you can hold Don't be sad, you're not alone”.

***

“isi playlist lo enak-enak”

“mau? kalo mau, gue share sekarang”

“bentar gue nyalain hp gue dulu, kayaknya udah lumayan batrenya” Via meraih ponsel yang sedang diisi dayanya di sudut ruangan dan kemudian menyalakannya.

ting ting ting

Notifikasi terus bermunculan seketika ponselnya menyala yang membuat Via memelototi ponselnya.

“eh, notif dari lo paling banyak. lo segitu khawatirnya yaaa ke gue?” Via meledek.

“gak, jangan kepedean deh”

Via hanya tertawa.

“eh tapi gue gak punya spotify deh”

“hadehhh. lagian kok bisa sih lo gak dengerin musik?” Haknyeon menghela napas.

“kalo gue denger musik, gue keinget Ibu gue”

why?

“dia suka tiba-tiba marah dan jerit-jerit”

Haknyeon hanya terdiam, tak mau bertanya lebih lanjut karena khawatir terlalu mengusik privasi Via.

“yaudah lo ketik aja link nya di web, bukanya di notebook” Haknyeon memberikan saran sekaligus mengganti topik pembicaraan.

“ohh bener”

Lagu yang sedang diputar kali ini adalah 'Nothing's Gonna Change My Love for You' by George Benson.

Haknyeon kembali menggumam menyanyikan lagu yang terdengar. Via sibuk dengan laptopnya lagi untuk membuka tautan yang Haknyeon bagikan tadi dan menutup berkas laporannya yang sudah hampir 2 jam ia geluti.

Our dreams are young and we both know They'll take us where we want to go Hold me now, touch me now I don't want to live without you

Nothing's gonna change my love for you You oughta know by now how much I love you” Via bergumam sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

“EH ITU LO HAPAL?!!” Haknyeon bertanya dengan nada tinggi.

my dad's favorite

your dad's???

Via hanya mengangguk.

what...

“kenapa deh?”

“isi playlist gue itu semua lagu kesukaan Papa gue, Vi”

REALLY?” Via terlihat sangat terkejut dengan ditanggapi oleh anggukan dari Haknyeon.

“Papa gue dulu suka banget koleksi vinyl, dan gue tumbuh ditemenin lagu-lagu ini”

Vinyl tuh apa? sorry gue gak ngerti soal musik-musikan”

“Piringan hitam, Via”

“ooohh” Via mengangguk-angguk “Ayah gue dulu nulis lagu, tapi lagu itu dicolong” lanjutnya.

“dicolong gimana?” Haknyeon terlihat sangat kaget.

“ya ada yang ngaku-ngaku lagu itu ciptaannya, sampe terkenal dimana-mana. Ayah gue stress, sakit-sakitan dan akhirnya meninggal 3 tahun lalu”

Haknyeon mengangguk-angguk memahami “I'm sorry”.

That's why Ibu gue suka bereaksi berlebihan kalo denger musik, beliau selalu keinget sama Ayah”.

your mom...” Haknyeon berhati-hati membuka suaranya ingin bertanya, namun Via sudah paham maksudnya.

“Ibu gue didiagnosa stroke gak lama setelah Ayah meninggal”.

“semoga setelah ini banyak kebahagiaan dateng buat keluarga lo, Via”.

Via mengangguk.

also my family” tambah Haknyeon “Papa gue meninggal 5 tahun lalu, dan kita semua sama sekali gak siap. Peternakan berantakkan, pernikahan kakak gue diundur sampe 2 tahun dan itu gak mudah buat dia. dan gue... bahkan gak ada di hari beliau meninggal”

where were you?” Via penasaran.

“Seoul. gue sekolah disana, dan lagi dimasa trainee gue”

Via tidak merespon, ia hanya membeku.

sorry Haknyeon, gue bikin suasana jadi sedih”

“gak masalah. thank you udah mau cerita”.

thank you” Via tersenyum, Haknyeon juga.

Malam itu memang dingin, namun cerita antara Haknyeon dan Via membuat kedinginan itu tak berarti. Saling bertukar cerita, menjadi pendengar setia, adalah sebaik-baiknya peran seorang teman.

Saat hujan mulai mereda, pukul 11 malam. Haknyeon pulang ke rumahnya. Membawa sesuatu yang baru dalam dirinya. Entah apa itu, seperti ada objek tumbuh pada raganya. Haknyeon merasa dirinya 'hidup' kembali.


#injunoona


Via masih tertawa sambil mengeringkan rambut dengan handuknya mengingat tingkah Yohan yang sangat berusaha melindunginya dari serangan para penggemar Haknyeon di twitter.

Ia duduk di lantai kayu ruangan tengah rumah ternak, meluruskan kaki untuk sekedar mengistirahatkannya karena seharian ia bebani sebagai tumpuan badannya.

Rutinitas Via Setelah pulang dari peternakan di pukul empat sore adalah mandi, kemudian membuka sosial media serta mengirim pesan kepada orang-orang terdekatnya untuk sekadar memberikan kabar dan setelah itu baru pergi ke rumah Pak Jodi untuk makan malam bersama.

***

Via baru saja mengunci pintu rumah ternak dari luar, ia berniat pergi makan malam saat suara motor mendekat.

eh kunyuk pelan-pelan bisa gaksih?! ini gue kan udah mepet duduknya ke belakang!

HAHAHAHAHA

Karena percakapan itu bisa Via mengerti dan suaranya sudah Via kenali, pasti itu dua sekawan Haknyeon dan Seungkwan. Sebenarnya masih ada ikatan lain sih majikan & pegawai. Tapi seumur hidup Via, ia tak pernah mendengar ada pegawai yang meng-kunyuk-kan majikannya.

Motor Vespa berwarna biru berhenti di halaman rumah ternak. Seungkwan yang duduk di belakang Haknyeon turun dengan wajah kesal, ia terlihat kesusahan karena membawa banyak bungkusan-bungkusan kain yang tak tahu apa isinya.

“Hai, Via!”

Haknyeon yang masih duduk di motornya melambai sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi.

“motor gue bagus gak, Vi?” lanjutnya.

Via yang masih berdiri di teras kebingungan,

“hai! emm.. bagus kok!”

wajahnya kikuk tidak tahu harus berekspresi seperti apa, namun ia tetap mengangkat tangan kanannya untuk membalas lambaian tangan Haknyeon.

“Vi, lo mau ke rumah gue?” tanya Seungkwan.

Via mengangguk.

“Gak usah, nih kita bawa kesini makan malemnya”

Seungkwan mengangkat kedua tangannya bermaksud menginformasikan kepada Via bahwa isi bungkusannya adalah amunisi untuk makan malam mereka.

“ih ngapain?! gue jadi gak enak dianter anterin segala” Via merasa tidak enak.

“Iya, gue juga gak mau sih sebenernya Vi” kata Seungkwan yang kemudian menghela napasnya.

“gue yang mau, Vi. soalnya bosen ah makan di rumah gue atau rumah Seungkwan mulu. kali-kali disini gak papa kan?” kata Haknyeon dengan senyumannya lagi.

Haknyeon berjalan mendekati pintu yang masih terkunci dan mencoba membukanya.

“masih dikunci” Via memutar badannya dan kemudian membukakan pintunya.

Haknyeon masuk mendahului Via dan Seungkwan. Entah kenapa manusia itu menjadi sangat semangat di momen ini. Ia masuk ke rumah kemudian duduk di ruangan tengah, tempat tadi Via mengeringkan rambutnya.

“ih lo maen masuk aja! liat Seungkwan keberatan bawa makanannya!” Via mengomeli Haknyeon, namun yang ditegur hanya tersenyum.

“santai aja Via, buset” Seungkwan kemudian duduk di sebelah Haknyeon.

“meja nya mana?” tanya Haknyeon sambil melirik kesana kemari.

“meja apa?” Via yang tidak tahu soal meja yang dimaksud kebingungan.

“meja lipet, buat makan. lo selama ini makan gak pake meja?” Seungkwan sedikit terkekeh.

“yaudah gue cariin” Haknyeon bangkit dari duduknya dan kemudian membuka delapan pintu pada lemari yang berada di ruangan itu, dan benar saja meja lipat yang tadi dimaksud ada di dalam salah satunya.

“nahhhh” Haknyeon mengambilnya lalu memposisikan meja di tengah-tengah mereka bertiga kemudian ia duduk lagi di posisi yang tadi.

Akhirnya mereka memulai makan malam. Ini pertama kalinya baik untuk Haknyeon, Via dan Seungkwan. Makan malam bersama, sebagai teman.

***

Makan malam tadi berlangsung dengan tenang, tanpa ada obrolan. Karena Haknyeon bilang, “prinsip hidup gue adalah fokus saat makan. gak boleh ngobrol gak boleh main hp. kalo makan ya makan” saat Via mengangkat ponselnya di waktu suapan pertama. Kalimat Haknyeon berhasil membuatnya menjadi kikuk dan refleks menyimpan ponselnya kembali.

Begitu selesai makan dan merapikan semuanya, Haknyeon akhirnya membuka suara.

“Nah, sekarang baru boleh ngobrol” Haknyeon melipat kakinya dan duduk di hadapan Via.

“kalo main hp?” tanya Via iseng.

“boleh” jawab Haknyeon.

“kalo nyuruh kalian pulang?” tambah Via lagi.

“pfffft” Seungkwan menahan ketawanya dengan susah payah sambil bersandar di sudut ruangan.

“loh kok lo bilang gitu sih, Vi?” Haknyeon menekuk wajahnya.

“bercanda anjir!!” Via menepuk lengan Haknyeon sambil tertawa.

“oh! gue punya pertanyaan buat kalian. gue penasaran banget deh soal ini” Ucap Via yang membuat kedua lelaki itu mendengarkan lebih seksama.

“kalian kok ngobrol sehari-hari pake bahasa Indonesia sih?”

Haknyeon dan Seungkwan saling menatap dimomen ini.

“jadi giniii” Haknyeon menyandarkan punggungnya ke dinding.

“Bapaknya Seungkwan kan kerja buat bokap gue dari dulu banget, dan kebetulan kita lahir cuma beda setahun” jelas Haknyeon.

“terus terus” Via tidak sabar.

“Orang tua Haknyeon dulu pergi ke luar negeri mulu, jarang banget ada di rumah. Ni anak jadinya dititipin ke bapak gue” kali ini Seungkwan yang berbicara.

Via mengangguk-angguk, memahami situasi yang kedua temannya jelaskan.

“Karena di rumah Seungkwan komunikasinya pake bahasa Indonesia, ya yaudah deh gue terbiasa” lanjut Haknyeon.

“dan karena Ayah Haknyeon bolak balik ke luar negeri, Haknyeon dituntut buat bisa banyak bahasa” tambah Seungkwan.

“bahasa apa aja tuh?” Via menanggapi.

english, japanese, korea, Indonesia, mandarin” Haknyeon melipat jari tangannya satu persatu seiring dengan disebutnya setiap bahasa.

“anjaaaay” Via bertepuk tangan.

Via tersenyum, merasa ia diterima dengan tangan terbuka disini. Baru kemarin ia merasa sangat dihina oleh Haknyeon. Tapi ternyata lelaki itu merupakan orag yang sangat terbuka, menerimanya dengan baik.

“terus terus Vi, isi following twitter Haknyeon tuh Indonesian semua tauuu. mulai dari akun berita sampe gosip” Seungkwan dan Via serentak tertawa.

“kalo twitter lo emang gimana?” tanya Via kepada Seungkwan.

“gue mah gak main sosmed sosmed” jawabnya singkat.

“dia mah kudet” ledek Haknyeon tak mau kalah.

***

“AAAAAA” suara teriakan serentak keluar dari pita suara Via, Haknyeon dan Seungkwan. Ada pemadaman listrik.

“anjiiir” suara Seungkan melengking memenuhi ruangan. Ia memeluk lengan Haknyeon dengan erat.

“lo kenapa sihhh?!” Haknyeon merasa tidak nyaman atas pelukan sahabatnya itu.

Via mencari ponselnya acak dan kemudian menyalakan flash light.

“ih lo berdua ngapain peluk-pelukan?”

kedua lelaki itu refleks melemparkan diri menjauhi satu sama lain.

“gue harus pulang Nyeon, Ibu gue kasian sendirian”

“Bapak lo kemana emang?”

“Bapak gue pergi ke rumah temennya”

“Yaudah kalian pulang aja” Via menanggapi.

“lo gak papa, Vi? gelap loh ini” Haknyeon memastikan.

“gak papa, kan ada ini” Via mengangkat ponselnya menunjukkan flash light.

“yaudah deh. ayo buruan bangun!” Haknyeon bangkit dan mengulurkan tangan kepada Seungkwan.

Tak membutuhkan waktu lama, mereka berdua akhirnya pergi menjauh dari pekarangan rumah ternak dengan motor Haknyeon dan menyisakan Via seorang diri lagi.


#injunoona