permintaan ketujuh.
Tante sudah terlihat lebih tenang ketika Eric masuk dengan semangkuk bubur dan segelas air di tangannya. Eric tersenyum ketika tatapannya bersibobrok dengan tante.
“Maaf ya, Eric, saya jadi nyusahin begini.”
Eric buru-buru menggeleng, “tante jangan bilang kayak gitu. Eric sama Han sama sekali gak ngerasa disusahin kok. Ya, kan, Han?”
“Iya tante,” Han mengangguk mantap, “sekarang tante makan, ya. Ayo, Han sama Eric bantu.”
Nampaknya selera makan tante kini sedang amat buruk. Terlihat dari cara beliau yang mengunyah pelan. Sembari makan pun beliau terlihat sedang memikirkan sesuatu dengan pandangannya yang kosong.
“Buburnya Eric gak enak ya, tante?” Han menyeletuk, “harusnya emang Han aja yang masak.”
“Eh, sembarangan,” Eric menepuk pundak Han, “jangan mau dimasakin Han, tante, ntar malah tambah sakit.”
Tante tertawa, “enggak, kok. Bubur kamu enak, Ric, cuma saya aja yang lagi gak selera makan.”
“Tante lagi kangen Sunwoo, ya?”
Rasanya Eric ingin sekali menyumpal mulut Han dengan lap di dekatnya. Kadang mulut temannya ini suka seenaknya berbicara tanpa melihat kondisi.
“Saya gak pernah gak kangen Sunwoo,” tante tersenyum sendu.
Eric dan Han saling melirik, sebenarnya cukup bingung mau menanggapi apa. Mau berkata tentang titipan Sunwoo namun Eric masih belum menemukan kalimat yang tepat, takut jadinya malah menyinggung bukannya menenangkan.
“Saya masih suka ngerasain Sunwoo di sini,” tiba-tiba tante bercerita, “mungkin kesannya saya belum nerima kepergian Sunwoo tapi memang begitu keadaannya. Saya masih punya rasa bersalah sama anak saya sendiri.”
Eric ingat Sunwoo pernah bercerita kepadanya bahwa semenjak kedua orang tuanya bercerai, sang bunda bekerja amat keras demi memenuhi kebutuhan mereka berdua. Tak jarang Sunwoo kehilangan perhatian yang seharusnya ia dapatkan dari bundanya lantaran sibuknya sang bunda.
Ketika Sunwoo sakit, tentu sang bunda bekerja dua kali lipat lebih keras demi biaya pengobatan Sunwoo dan Sunwoo semakin merasa jauh dari bundanya. Mungkin itulah penyesalan yang masih dibawa oleh bunda Sunwoo. Beliau menyesal tidak menghabiskan cukup waktu dengan anak satu-satunya.
“Sunwoo gak pernah ngeluh ke saya kalau dia butuh perhatian saya,” tante berbicara dengan nada sendu, “saya-nya yang selalu gak peka. Padahal semua kesempatan ada di depan mata saya tapi gak ada satupun yang saya ambil.”
Han dan Eric saling bertatapan ketika tante mulai menangis lagi. Keduanya menghela napas, ikut merasa sedih sebelum Han menepuk bahu tante pelan, berusaha menenangkan beliau.
“Tante, ada sesuatu yang mau Eric kasih tau ke tante,” pelan-pelan Eric mulai berbicara.
“Iya? Apa, nak?”
“Sunwoo ... titip pesan ke tante lewat Eric,” Eric mengambil napas panjang-panjang, “dia bilang tante jangan ngerasa bersalah lagi. Sunwoo sama sekali gak marah ke tante. Dia pingin tante bahagia walau Sunwoo udah gak sama tante lagi. Tante harus terima kepergian Sunwoo, ya? Kalau gak gitu, Sunwoo sedih, tante. Dia sedih liat tante yang kurang tidur, kurang makan, kurang istirahat sampai jadi drop begini.”
“Iya, tante,” Han melanjutkan, “Sunwoo sayang banget sama tante. Dia pasti gak mau liat tante sakit. Tante yang ikhlas, ya? Sekarang Sunwoo udah gak ngerasa sakit lagi, gak kayak dulu. Sunwoo udah tenang di sana.”
Tangis tante semakin pecah. Meski begitu beliau mengangguk, menerima semua tutur kata Eric dan Han. Dirinya sadar bahwa memang sudah saatnya untuk merelakan anaknya pergi ke tempat yang lebih baik.
“Tante, salah satu permintaannya Sunwoo itu dia pingin liat semua orang-orang yang dia sayang bahagia. Jadi mulai sekarang tante harus bahagia, ya?” tutup Eric seraya memeluk wanita itu.
“Kita di sini, tante,” lanjut Han, “kita gak bakal biarin tante sendirian.”
Eric tahu betul bagaimana rasanya ditinggal sendirian. Maka dari itu mulai hari ini ia tidak mau tante merasakan hal yang sama.
“Oh iya, saya tiba-tiba ingat,” perlahan tante berjalan menuju lemarinya, mengambil sesuatu.
Han dan Eric mengintip penasaran. Keduanya saling bertanya melalui tatapan mata, terlalu penasaran.
“Sebelum Sunwoo pergi, dia nitip sesuatu buat kalian,” tante menyerahkan dua amplop yang masih rapi kepada Han dan Eric, “harusnya saya ngasih ini waktu pemakaman Sunwoo tapi waktu itu saya terlalu terpukul. Maaf ya, nak, saya baru kasih sekarang.”
Eric diam menatap amplop di tangannya. Apa isi titipan Sunwoo?