You Keep Me Alive: You Are Alive
Ending Chapter 9: Resolusi
Sebulan pasca Cataclysm, semuanya tampak baik-baik saja. Seluruh warga Teapod sedang melaksanakan kerja bakti, namun yang terlihat hanya ibu-ibu serta anak-anak mereka yang ikut membantu, tidak ada laki-laki yang sedang membersihkan daerah fasum kecuali Razor. Ya, dia sudah mulai membaik.
“Razor ingin membantu, Bu.” ujar Razor berusaha mengambil kembali sapu yang ada di tangan Lisa.
“Gak usah, kamu masih sakit, lho! Tunggu yang bapak-bapak aja, pada ke mana, sih?!” runtuk perempuan bersurai coklat itu.
Di antara seluruh ibu-ibu yang ada di Teapod, wajah Kujou Sara terlihat paling kesal. Bagaimana tidak? Ini semua pasti ulah Itto, kekasihnya. Bocah raksasa itu pasti mengajak bapak-bapak lain untuk bermain PS dan kabur dari tanggung jawabnya.
“Bunda! Sayu dan Yun Jin menemukan pelakunya!” seru gadis bersurai pirang—karena main cat rambut bareng Yun Jin.
“Astaga! Kamu kenapa jadi bule gini, Nak?!” ujar Sucrose tak percaya melihat perubahan anaknya.
“He-he! Sayu sekarang Celestia Kuno, Bunda!” balas Sayu berkacak pinggang.
“Heh! Kita ini mau melapor, Sayu!” timpal Yun Jin lalu menunjuk ke arah rumah Harbingers lama.
Tanpa basa-basi Sara langsung berjalan menuju rumah Harbingers lama dengan sapu di kedua tangannya, dalam pikirannya ia sudah membayangkan akan dipukul pakai apa Itto nantinya.
Yang lain ikut menyusul Sara di belakang. Eula, Rosaria, Lisa, Sucrose, Noelle, Barbara, juga Jean, Sayu dan Yun Jin.
“Tante kalau marah ngeri, ya?” senggol Jean putri dari Venti dan Barbara.
Yun Jin hanya tersenyum ketus, ia khawatir ayahnya akan mendapatkan kekerasan untuk kesekian kalinya dari Sara, semenjak Itto kembali bergabung di rumah Keluarga Geo hanya suaranya lah yang mengisi seluruh perumahan tersebut, suara minta ampun contohnya.
Mobil putih mulai parkir di pekarangan rumah Jean, Diluc dan Klee, namun hanya Jean Gunnhildr dan Klee yang keluar dari mobil tersebut.
“Kalian lihat Mas Diluc?” tanya Jean heran dengan wajah sedikit kesal.
“Ayo kita gerebek dia, Sayang.” ajak Lisa sambil melemparkan sapu ke arah Jean.
Klee bergabung dengan anak-anak lainnya, kini ia sudah tidak tertutup seperti dulu, adanya Klee justru ikut mewarnai keseruan anak-anak Teapod Residence.
“Kakak Klee dari mana?” tanya Sayu sembari menggaruk belakang kepalanya.
“Kami habis belanja dari toserba, mau jemput Ayah katanya masih di sini?” jawab Klee heran.
Mereka menggelengkan kepalanya, bingung ke mana seluruh kaum adam di Teapod Residence.
Hingga akhirnya tibalah mereka di depan rumah lama Harbingers, suara berisik sudah mulai terdengar dari luar, memang benar dugaan mereka, kumpulan bapak-bapak di Teapod Residence sedang bermain PS di rumah mewah nan usang tersebut.
“Jancok! Gue kalah pinalti!” seru Itto terdengar keras dari dalam.
“Tolol! Jangan berisik! Nanti kedengaran dari luar!” sentak Kaeya sama kerasnya dengan Itto.
“Lo juga berisik, Bodoh!” balas Diluc tak mau kalah.
“Sudah-sudah! Karena Itto gagal pinalti, sekarang terima hukumannya,” ujar Albedo menyuruh Venti mengambil sesuatu dari koper penemuannya.
“Al! Lo udah gak sopan lagi sama gue! Masa manggil nama doang sekarang!” rengek Itto sambil guling-guling di lantai.
“Debu, Itto! Astaga!” runtuk Diluc kesal, ia menutup mulutnya dengan tangannya.
Venti datang membawa koper berukuran sedang di ruang tamu Harbingers—karena memang ruangan itu yang masih dipasok oleh listrik.
“HA-HA-HA! BAJU COSPLAY SIAPA INI?!” Kaeya terbahak-bahak melihat baju cosplay bertema maid di tangan Venti.
“Hayoloh, Bang! Pakai!” ledek Venti sumringah.
Mereka memaksa Itto memakai baju tersebut, jika dilihat-lihat Thoma-lah yang paling bersemangat menahan kedua tangan Itto di banding yang lain.
“Ayo! Cepat sembelih!” canda Thoma yang diikuti gelak tawa para bapak-bapak Teapod.
“Kya! Jangan nodai aku!” rengek Itto masih mencoba memberontak, namun tenaganya masih kalah dengan yang lain.
Dengan paksa dan kekuatan penuh mereka akhirnya berhasil memakaikan baju itu kepada Itto, namun di saat yang sama para perempuan di perumahan sudah berhasil mendobrak pintu rumah Harbingers dan mendapati keadaan Itto yang sedang hina tersebut.
“Sa—”
Mereka saling melempar tatap, semua anak-anak menjerit heboh melihat Itto dengan pakaian selutut itu. Lisa hanya geleng-geleng kepala di antara ibu-ibu lainnya, sementara Sayu, Yun Jin dan Klee menutup mata Jean agar tidak melihat lebih jauh momen kelam Itto.
“UDAH GUE BILANG KERJA BAKTI KENAPA LO MASIH DANDAN-DANDANAN KAYAK GINI, ITTO!” teriak Sara lantang.
Ia berlari mengejar Itto dengan sapu di tangannya, Itto masih sibuk menutupi rok mininya agar tidak terjadi hal yang bukan-bukan. Seluruh bapak-bapak di Teapod Residence menundukkan kepala lalu mengheningkan cipta, menunggu para istrinya menjemput dengan satu jeweran pedas di telinga mereka.
“M-Mas cuma membantu, Sayang.” ujar Thoma kepada istrinya, Noelle.
“Aku dihasut Kaeya, Jean!” hal serupa juga dikatakan oleh Venti kepada Barbara.
Albedo hanya tersenyum kaku melihat Sucrose sudah menyilangkan kedua tangannya di dada, diikuti Sayu yang meniru gestur ibunya.
“Seharusnya kamu malu, Pepen!” sentak Barbara kesal dengan rona wajahnya yang memerah.
Mereka semua diseret menuju fasum sebelum diadili di tengah warga, Itto duduk bersimpuh di tengah-tengah yang lainnya. Sara yang masih terlihat kesal masih mengayunkan gagang sapu rumahnya dengan penuh kebencian.
“Coba jujur, siapa yang mulai ngajak main PS di saat kerja bakti?” tanya Sara dengan suara beratnya.
Semuanya kompak menunjuk ke arah Itto, pria gondrong tersebut menoleh perlahan ke arah teman-temannya sambil mengumpat kecil.
“Benar dugaan gue,”
Sara mendekati Itto lalu mendongakkan kepalanya dengan gagang sapu, kini netra mereka bertemu, melihat Itto dengan baju pelayan tersebut berhasil membuat kupu-kupu berterbangan di perutnya. Namun sebagai wanita yang adil ia berusaha mengalihkan perasaannya dan memukul kepala Itto dengan gagang sapu tadi.
“Kami semua sudah sepakat, tidak ada lagi yang boleh main PS! Kami akan razia seluruh rumah yang memiliki PS dan menyimpannya di tempat yang tidak akan kalian ketahui,” kata Sara tegas.
“Masa kami gak boleh—”
“DIAM!” tegas Jean Gunnhildr membela Sara.
“Kalian, ya? Apa gak malu udah tua masih bertingkah seperti anak-anak?” lanjut Jean yang sudah mulai geram.
“Pokoknya kami akan sita seluruh mainan kalian, gak ada kata tapi!”
Itto terkekeh mendengar bentakan dari ibu-ibu Teapod, ia mengangkat tangannya dengan gagah lalu berdiri sambil menutup roknya.
“Lo mau apa?!” sentak Sara keras.
“Gak jadi, Mami.” balas Itto sok imut.
Sara menoleh ke arah rumah Harbingers sebelum kembali menatap tajam suaminya.
“Kita juga akan kedatangan warga baru yang akan menempati rumah itu, jadi kalian jangan macam-macam lagi di sana,”
Para bapak-bapak menoleh satu sama lain, saat Thoma angkat tangan Sara langsung menggeleng dengan cepat tanda tidak ada pertanyaan tambahan.
“Kalau begitu gue juga ada masukan!” usul Kaeya di tengah-tengah keheningan.
“Apa?”
“Setelah mendengar keluhan bapak-bapak di sini karena istrinya sibuk main gadget, saya selaku pujangga cinta juga ingin memberikan tantangan kepada kalian!” balas Kaeya dengan semangat.
“BRO! ITU CUKUP KITA AJA YANG TAHU!” seru Itto namun suaranya tertahan.
“Bodoh sekali,” gumam Diluc masih bersikap istirahat di tempat.
Venti hanya terkekeh melihat tingkah teman-temannya yang lain.
“Oh, ya? Apa tantangan kalian?” tanya Lisa sambil tersenyum.
“Selama bapak-bapak dan pujangga cinta ini tidak main PS, kami juga mau ibu-ibu dan yang lainnya tidak bermain gadget!”
Semua terkejut mendengar usulan Kaeya.
“Selama SATU MINGGU!”
Para istri dan perempuan bergidik ngeri mendengar masukan dari Kaeya, sementara bapak-bapak lainnya langsung menyeringai setuju dengan Kaeya.
“Bahkan di kantor sekali pun?” tanya Eula mulai terlihat khawatir.
“Ya, bahkan di tempat kerja masing-masing,” balas Kaeya tersenyum lebar.
“Bagi yang gagal! Akan menuruti keinginan para pemenang!”
Rosaria hanya bisa menahan tawanya setelah melihat senyum manis Kaeya, sementara ibu-ibu lainnya sudah mulai panik dengan keinginan para lelaki Teapod.
“Comeback is real, Bro!” seru Itto sambil tos-tosan dengan yang lain.
Sara mengangguk setuju, namun tidak dengan yang lainnya.
“Kami harus memberi kalian pelajaran. Baik! Satu minggu?”
“Ya, kalian rasakan dunia tanpa teknologi seperti apa,”
“Rosa, ambil surat perjanjian di ruanganku,” suruh Eula kepada adiknya.
Rosaria langsung pergi ke rumahnya untuk mengambil surat perjanjian yang biasanya dibuat oleh kakaknya. Hal ini justru membuat yang lainnya sedikit ketakutan, mengingat Eula adalah orang yang paling disiplin di perumahan itu.
“Apa kita harus pisah ranjang selama seminggu juga?” tambah Kaeya sambil menyeringai.
Kini raut wajah ibu-ibu Teapod mulai terlihat ketakutan, kini ide Kaeya benar-benar gila.
“BRO!” sentak Itto kesal.
“Jangan gitu, dong, Tolol!” Diluc selalu buka suara jika Kaeya sudah bersabda.
“Kasihan gue masih jomlo sendiri di sini!” rengek pria bersurai biru tua tersebut.
“Oke!” tegas Jean Gunnhildr, pernyataannya tidak disambut dengan baik oleh ibu-ibu lainnya.
“Kak!” rengek Barbara sambil menggoyang-goyangkan tangan kakaknya.
“Kita harus beri mereka pelajaran,” ujar Jean Gunnhildr dengan suara beratnya.
Diluc tersenyum tipis melihat raut wajah serius istrinya lalu mengangguk setuju dengannya.
“Satu minggu,”
“Oke, satu minggu,”
**
Xiao berlari-lari kecil di sekitar kaki gunung Tiangheng, mencari seseorang yang sudah ia tinggalkan selama Cataclysm berlangsung, di sebuah gubuk kecil itu Xiao melihat seorang gadis yang sedang duduk di depan rumah reyot tersebut.
“Maaf, sudah menunggu lama,” ujar Xiao sambil mengatur nafasnya.
Gadis itu menggeleng cepat, lalu menunduk dan menyapa pria bersurai hijau tersebut.
“Terima kasih sudah mau menjemput saya,” balas gadis bersurai coklat itu.
“Aku tak berhasil menemukan informasi tentang ayahmu di mana pun,”
Gadis bersurai coklat itu kembali menggelengkan kepalanya lalu tersenyum, “Tak apa, di sini juga tak masalah,”
Xiao menghela nafas kesal, raut wajah gadis itu tetap terlihat lesu setiap kali ia memaksakan senyumnya.
“Aku tak bisa menjamin keselamatanmu jika kamu terus tinggal di sini,”
“Sungguh, saya tidak apa-apa,”
“Tinggallah bersama kami di Teapod, kamu juga sudah kenal dengan Kak Ayu,”
Gadis itu terus menolak ajakan Xiao untuk tinggal di rumahnya.
“Yaoyao, untuk saat ini kamu harus mendengarkan kata-kataku,” ujar Xiao lirih.
-to be continued