ismura

You Keep Me Alive: You Are Alive

Ending Chapter 9: Resolusi

Sebulan pasca Cataclysm, semuanya tampak baik-baik saja. Seluruh warga Teapod sedang melaksanakan kerja bakti, namun yang terlihat hanya ibu-ibu serta anak-anak mereka yang ikut membantu, tidak ada laki-laki yang sedang membersihkan daerah fasum kecuali Razor. Ya, dia sudah mulai membaik.

“Razor ingin membantu, Bu.” ujar Razor berusaha mengambil kembali sapu yang ada di tangan Lisa.

“Gak usah, kamu masih sakit, lho! Tunggu yang bapak-bapak aja, pada ke mana, sih?!” runtuk perempuan bersurai coklat itu.

Di antara seluruh ibu-ibu yang ada di Teapod, wajah Kujou Sara terlihat paling kesal. Bagaimana tidak? Ini semua pasti ulah Itto, kekasihnya. Bocah raksasa itu pasti mengajak bapak-bapak lain untuk bermain PS dan kabur dari tanggung jawabnya.

“Bunda! Sayu dan Yun Jin menemukan pelakunya!” seru gadis bersurai pirang—karena main cat rambut bareng Yun Jin.

“Astaga! Kamu kenapa jadi bule gini, Nak?!” ujar Sucrose tak percaya melihat perubahan anaknya.

“He-he! Sayu sekarang Celestia Kuno, Bunda!” balas Sayu berkacak pinggang.

“Heh! Kita ini mau melapor, Sayu!” timpal Yun Jin lalu menunjuk ke arah rumah Harbingers lama.

Tanpa basa-basi Sara langsung berjalan menuju rumah Harbingers lama dengan sapu di kedua tangannya, dalam pikirannya ia sudah membayangkan akan dipukul pakai apa Itto nantinya.

Yang lain ikut menyusul Sara di belakang. Eula, Rosaria, Lisa, Sucrose, Noelle, Barbara, juga Jean, Sayu dan Yun Jin.

“Tante kalau marah ngeri, ya?” senggol Jean putri dari Venti dan Barbara.

Yun Jin hanya tersenyum ketus, ia khawatir ayahnya akan mendapatkan kekerasan untuk kesekian kalinya dari Sara, semenjak Itto kembali bergabung di rumah Keluarga Geo hanya suaranya lah yang mengisi seluruh perumahan tersebut, suara minta ampun contohnya.

Mobil putih mulai parkir di pekarangan rumah Jean, Diluc dan Klee, namun hanya Jean Gunnhildr dan Klee yang keluar dari mobil tersebut.

“Kalian lihat Mas Diluc?” tanya Jean heran dengan wajah sedikit kesal.

“Ayo kita gerebek dia, Sayang.” ajak Lisa sambil melemparkan sapu ke arah Jean.

Klee bergabung dengan anak-anak lainnya, kini ia sudah tidak tertutup seperti dulu, adanya Klee justru ikut mewarnai keseruan anak-anak Teapod Residence.

“Kakak Klee dari mana?” tanya Sayu sembari menggaruk belakang kepalanya.

“Kami habis belanja dari toserba, mau jemput Ayah katanya masih di sini?” jawab Klee heran.

Mereka menggelengkan kepalanya, bingung ke mana seluruh kaum adam di Teapod Residence.

Hingga akhirnya tibalah mereka di depan rumah lama Harbingers, suara berisik sudah mulai terdengar dari luar, memang benar dugaan mereka, kumpulan bapak-bapak di Teapod Residence sedang bermain PS di rumah mewah nan usang tersebut.

“Jancok! Gue kalah pinalti!” seru Itto terdengar keras dari dalam.

“Tolol! Jangan berisik! Nanti kedengaran dari luar!” sentak Kaeya sama kerasnya dengan Itto.

“Lo juga berisik, Bodoh!” balas Diluc tak mau kalah.

“Sudah-sudah! Karena Itto gagal pinalti, sekarang terima hukumannya,” ujar Albedo menyuruh Venti mengambil sesuatu dari koper penemuannya.

“Al! Lo udah gak sopan lagi sama gue! Masa manggil nama doang sekarang!” rengek Itto sambil guling-guling di lantai.

“Debu, Itto! Astaga!” runtuk Diluc kesal, ia menutup mulutnya dengan tangannya.

Venti datang membawa koper berukuran sedang di ruang tamu Harbingers—karena memang ruangan itu yang masih dipasok oleh listrik.

“HA-HA-HA! BAJU COSPLAY SIAPA INI?!” Kaeya terbahak-bahak melihat baju cosplay bertema maid di tangan Venti.

“Hayoloh, Bang! Pakai!” ledek Venti sumringah.

Mereka memaksa Itto memakai baju tersebut, jika dilihat-lihat Thoma-lah yang paling bersemangat menahan kedua tangan Itto di banding yang lain.

“Ayo! Cepat sembelih!” canda Thoma yang diikuti gelak tawa para bapak-bapak Teapod.

“Kya! Jangan nodai aku!” rengek Itto masih mencoba memberontak, namun tenaganya masih kalah dengan yang lain.

Dengan paksa dan kekuatan penuh mereka akhirnya berhasil memakaikan baju itu kepada Itto, namun di saat yang sama para perempuan di perumahan sudah berhasil mendobrak pintu rumah Harbingers dan mendapati keadaan Itto yang sedang hina tersebut.

“Sa—”

Mereka saling melempar tatap, semua anak-anak menjerit heboh melihat Itto dengan pakaian selutut itu. Lisa hanya geleng-geleng kepala di antara ibu-ibu lainnya, sementara Sayu, Yun Jin dan Klee menutup mata Jean agar tidak melihat lebih jauh momen kelam Itto.

“UDAH GUE BILANG KERJA BAKTI KENAPA LO MASIH DANDAN-DANDANAN KAYAK GINI, ITTO!” teriak Sara lantang.

Ia berlari mengejar Itto dengan sapu di tangannya, Itto masih sibuk menutupi rok mininya agar tidak terjadi hal yang bukan-bukan. Seluruh bapak-bapak di Teapod Residence menundukkan kepala lalu mengheningkan cipta, menunggu para istrinya menjemput dengan satu jeweran pedas di telinga mereka.

“M-Mas cuma membantu, Sayang.” ujar Thoma kepada istrinya, Noelle.

“Aku dihasut Kaeya, Jean!” hal serupa juga dikatakan oleh Venti kepada Barbara.

Albedo hanya tersenyum kaku melihat Sucrose sudah menyilangkan kedua tangannya di dada, diikuti Sayu yang meniru gestur ibunya.

“Seharusnya kamu malu, Pepen!” sentak Barbara kesal dengan rona wajahnya yang memerah.

Mereka semua diseret menuju fasum sebelum diadili di tengah warga, Itto duduk bersimpuh di tengah-tengah yang lainnya. Sara yang masih terlihat kesal masih mengayunkan gagang sapu rumahnya dengan penuh kebencian.

“Coba jujur, siapa yang mulai ngajak main PS di saat kerja bakti?” tanya Sara dengan suara beratnya.

Semuanya kompak menunjuk ke arah Itto, pria gondrong tersebut menoleh perlahan ke arah teman-temannya sambil mengumpat kecil.

“Benar dugaan gue,”

Sara mendekati Itto lalu mendongakkan kepalanya dengan gagang sapu, kini netra mereka bertemu, melihat Itto dengan baju pelayan tersebut berhasil membuat kupu-kupu berterbangan di perutnya. Namun sebagai wanita yang adil ia berusaha mengalihkan perasaannya dan memukul kepala Itto dengan gagang sapu tadi.

“Kami semua sudah sepakat, tidak ada lagi yang boleh main PS! Kami akan razia seluruh rumah yang memiliki PS dan menyimpannya di tempat yang tidak akan kalian ketahui,” kata Sara tegas.

“Masa kami gak boleh—”

“DIAM!” tegas Jean Gunnhildr membela Sara.

“Kalian, ya? Apa gak malu udah tua masih bertingkah seperti anak-anak?” lanjut Jean yang sudah mulai geram.

“Pokoknya kami akan sita seluruh mainan kalian, gak ada kata tapi!”

Itto terkekeh mendengar bentakan dari ibu-ibu Teapod, ia mengangkat tangannya dengan gagah lalu berdiri sambil menutup roknya.

“Lo mau apa?!” sentak Sara keras.

“Gak jadi, Mami.” balas Itto sok imut.

Sara menoleh ke arah rumah Harbingers sebelum kembali menatap tajam suaminya.

“Kita juga akan kedatangan warga baru yang akan menempati rumah itu, jadi kalian jangan macam-macam lagi di sana,”

Para bapak-bapak menoleh satu sama lain, saat Thoma angkat tangan Sara langsung menggeleng dengan cepat tanda tidak ada pertanyaan tambahan.

“Kalau begitu gue juga ada masukan!” usul Kaeya di tengah-tengah keheningan.

“Apa?”

“Setelah mendengar keluhan bapak-bapak di sini karena istrinya sibuk main gadget, saya selaku pujangga cinta juga ingin memberikan tantangan kepada kalian!” balas Kaeya dengan semangat.

“BRO! ITU CUKUP KITA AJA YANG TAHU!” seru Itto namun suaranya tertahan.

“Bodoh sekali,” gumam Diluc masih bersikap istirahat di tempat.

Venti hanya terkekeh melihat tingkah teman-temannya yang lain.

“Oh, ya? Apa tantangan kalian?” tanya Lisa sambil tersenyum.

“Selama bapak-bapak dan pujangga cinta ini tidak main PS, kami juga mau ibu-ibu dan yang lainnya tidak bermain gadget!”

Semua terkejut mendengar usulan Kaeya.

“Selama SATU MINGGU!”

Para istri dan perempuan bergidik ngeri mendengar masukan dari Kaeya, sementara bapak-bapak lainnya langsung menyeringai setuju dengan Kaeya.

“Bahkan di kantor sekali pun?” tanya Eula mulai terlihat khawatir.

“Ya, bahkan di tempat kerja masing-masing,” balas Kaeya tersenyum lebar.

“Bagi yang gagal! Akan menuruti keinginan para pemenang!”

Rosaria hanya bisa menahan tawanya setelah melihat senyum manis Kaeya, sementara ibu-ibu lainnya sudah mulai panik dengan keinginan para lelaki Teapod.

Comeback is real, Bro!” seru Itto sambil tos-tosan dengan yang lain.

Sara mengangguk setuju, namun tidak dengan yang lainnya.

“Kami harus memberi kalian pelajaran. Baik! Satu minggu?”

“Ya, kalian rasakan dunia tanpa teknologi seperti apa,”

“Rosa, ambil surat perjanjian di ruanganku,” suruh Eula kepada adiknya.

Rosaria langsung pergi ke rumahnya untuk mengambil surat perjanjian yang biasanya dibuat oleh kakaknya. Hal ini justru membuat yang lainnya sedikit ketakutan, mengingat Eula adalah orang yang paling disiplin di perumahan itu.

“Apa kita harus pisah ranjang selama seminggu juga?” tambah Kaeya sambil menyeringai.

Kini raut wajah ibu-ibu Teapod mulai terlihat ketakutan, kini ide Kaeya benar-benar gila.

“BRO!” sentak Itto kesal.

“Jangan gitu, dong, Tolol!” Diluc selalu buka suara jika Kaeya sudah bersabda.

“Kasihan gue masih jomlo sendiri di sini!” rengek pria bersurai biru tua tersebut.

“Oke!” tegas Jean Gunnhildr, pernyataannya tidak disambut dengan baik oleh ibu-ibu lainnya.

“Kak!” rengek Barbara sambil menggoyang-goyangkan tangan kakaknya.

“Kita harus beri mereka pelajaran,” ujar Jean Gunnhildr dengan suara beratnya.

Diluc tersenyum tipis melihat raut wajah serius istrinya lalu mengangguk setuju dengannya.

“Satu minggu,”

“Oke, satu minggu,”

**

Xiao berlari-lari kecil di sekitar kaki gunung Tiangheng, mencari seseorang yang sudah ia tinggalkan selama Cataclysm berlangsung, di sebuah gubuk kecil itu Xiao melihat seorang gadis yang sedang duduk di depan rumah reyot tersebut.

“Maaf, sudah menunggu lama,” ujar Xiao sambil mengatur nafasnya.

Gadis itu menggeleng cepat, lalu menunduk dan menyapa pria bersurai hijau tersebut.

“Terima kasih sudah mau menjemput saya,” balas gadis bersurai coklat itu.

“Aku tak berhasil menemukan informasi tentang ayahmu di mana pun,”

Gadis bersurai coklat itu kembali menggelengkan kepalanya lalu tersenyum, “Tak apa, di sini juga tak masalah,”

Xiao menghela nafas kesal, raut wajah gadis itu tetap terlihat lesu setiap kali ia memaksakan senyumnya.

“Aku tak bisa menjamin keselamatanmu jika kamu terus tinggal di sini,”

“Sungguh, saya tidak apa-apa,”

“Tinggallah bersama kami di Teapod, kamu juga sudah kenal dengan Kak Ayu,”

Gadis itu terus menolak ajakan Xiao untuk tinggal di rumahnya.

“Yaoyao, untuk saat ini kamu harus mendengarkan kata-kataku,” ujar Xiao lirih.

-to be continued

You Keep Me Alive: You Are Alive

Chapter 9.2: Resolusi

Lisa masih menunggu Razor yang sedang menjalani prosedur tambahan setelah tubuhnya belum siap menerima banyak obat-obatan untuk menyembuhkannya. Razor terluka parah setelah dibantai Vennessa di kantor polisi Teyvat Pusat, raut wajah perempuan bersurai coklat itu terlihat muram seakan tak memiliki harapan lagi untuk apa pun.

Dari ujung lorong Rumah Sakit Mondstadt, Dainsleif berjalan ke arah Lisa lalu duduk di sampingnya. Pria bersurai pirang itu menyenderkan tubuhnya setelah meletakkan tongkat bantu jalannya di dekat kursi panjang di ruang tunggu ICU.

“Apa maumu?” ujar Lisa yang masih menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Dainsleif menghela nafas beberapa kali sebelum akhirnya angkat bicara, “Saya yakin Razor akan baik-baik saja,”

“Kau tak perlu meramal seperti dukun, orang-orang seperti kita tidak akan berguna lagi di masyarakat,”

Pasca Cataclysm, identitas Lisa Minci dan Dainsleif yang merupakan keturunan tetua Abyss Order terungkap. Hanya saja, berkat usul Zhongli status mereka ditangguhkan mengingat jasanya selama Cataclysm berlangsung cukup besar untuk Teyvat.

“Kalau kamu tak percaya dengan apa yang saya bicarakan itu tak akan menjadi masalah bagi saya, tetapi jika nanti Razor memang benar baik-baik saja, simpan rasa terima kasihmu untukku,” balas Dainsleif beranjak dari kursinya.

Saat Dainsleif melewati Lisa yang masih termenung, perempuan bersurai coklat itu menggumamkan sesuatu yang terdengar aneh di telinga Dainsleif.

“Kau bahkan masih mengucapkan doa-doa dari leluhur kita untuk keselamatan anakmu,” ujar Dainsleif dengan suara beratnya.

“Aku tahu kau sengaja membiarkan Rhinedottir menghancurkan pohon kehidupan,” sanggah Lisa saat mendongak ke arah Dainsleif.

Pria bersurai pirang itu terus melanjutkan perjalanannya menuju ruang rawatnya, tak peduli dengan semua omongan Lisa yang terus menghardiknya tanpa henti.

Sesampainya di ruang rawatnya, Dainsleif mendapati Albedo sedang bermain-main dengan bunga perisai berbentuk mini di tangan kanannya, ia tahu bahwa Albedo kemari untuk meminta penjelasan.

“Oh, sudah datang? Aku menunggumu sejak tadi,” sapa Albedo sambil tersenyum.

Pria bersurai coklat itu membantu Dainsleif hingga bisa duduk di atas ranjangnya, setelah Dainsleif berada di posisi yang nyaman ia mengambil kursi kecil di dekat nakas ruang rawat Dainsleif.

“Apa kau masih menutupi semua perbuatanmu?” tanya Albedo.

Dainsleif menggelengkan kepalanya, ia menegakkan tubuhnya sebelum mulai bercerita tentang kejadian di Chasm saat dirinya dan Xiao bertarung melawan Rhinedottir.

“Aku sempat dengar pembicaraanmu dengan Lisa, kau tahu sendiri lorong rumah sakit ini selalu kosong, bukan?” lanjut Albedo sebelum Dainsleif mulai berbicara.

“Ya, memang saya sengaja membiarkan Rhinedottir menghancurkan Chasm serta Pohon Kehidupan itu. Ini pesan terakhir Bunda Tsaritsa saat aku ditugaskan untuk membawa Aether dan Lumine sebelum Bunda kembali ke Enkanomiya,”

“Apa alasannya? Bukankah itu pohon yang sakral?”

“Ya,” angguk Dainsleif cepat.

“Seluruh yang hidup akan bertemu dengan kematian, aku hanya berjudi saat membiarkan Rhinedottir memotong habis pohon itu, kukira tidak akan terjadi apa-apa setelahnya namun ternyata dugaanku salah. Bunda Tsaritsa memanglah orang yang bijak dan selalu berpikir ke depan,” lanjut Dainsleif.

“Aku tak akan paham jika kau terus menerus memuji perempuan yang sudah mati,” sindir Albedo sinis.

“Biarkan saya selesaikan omongan saya sebelum kau menghinaku seperti ini,” balas Dainsleif menaikkan sebelah alisnya.

“Pohon yang terbuat dari air mata Bunda Tsaritsa itu adalah bukti bahwa gerbang menuju Singgasana benar-benar ada. Mereka semua dijaga oleh putri pemilik Wangsheng di masa lalu, aku tak pernah bertemu dengannya hingga saat ini, namun tampaknya perempuan itu memiliki kode etik yang sangat baik dalam mempertahankan ruh-ruh manusia di Teyvat,”

“Salah satunya adalah dua bunga terindah di Teyvat, Aether dan Lumine. Kudengar mereka berdua sedang berada di Sumeru bersama Lord Lesser Kusanali,”

Albedo tak lagi bersuara, ia menunggu lanjutan dari cerita Dainsleif namun di saat yang sama pria bersurai pirang itu ikut menunggu reaksi dari Albedo.

“Baik, saya lanjutkan saja,”

“Untuk kasus Itto, Diluc, Jean dan seluruh Harbingers yang kembali hidup itu memang ulah dari—”

“Hu Tao, namanya dalah Hu Tao,” potong Albedo.

“Ah... Hu Tao?”

“Berarti selama ini ia terus menjaga ruh mereka agar tidak meninggalkan Teyvat menuju Singgasana. Aku tak tahu apa alasannya tapi itu semua berbalik ke kita juga, kan? Mereka dengan mudah dikalahkan oleh Arataki Itto seorang diri, pria raksasa itu benar-benar gila jika sudah bertarung,” lanjut Dainsleif dengan suara beratnya.

“Aku pernah mendengar penjelasan dari Hu Tao, kalau ia memiliki kuasa penuh atas ruh tersebut dan dia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan alam baka,” timpal Albedo sambil mengelus dagunya.

“Namun aku tak menyangka kalau kemampuannya ini membantu kita saat Cataclysm,”

“Pada intinya, Pohon Kehidupan yang hancur sebenarnya dapat memicu kembalinya arwah yang telah mati kembali ke dunia? Begitu maksudmu?” tanya Albedo memastikan.

Dainsleif mengangguk setuju, “Itu adalah pesan terakhir Bunda Tsaritsa,”

“Lalu siapa yang mencuri jasad mereka sebelum Cataclysm muncul?”

“Kalau urusan itu, aku tak tahu-menahu,”

**

Aether dan Lumine bersama Kusanali terlihat sedang duduk di taman bunga yang berada di puncak tertinggi Sumeru, mereka bertiga sedang menunggu kehadiran seseorang di sana.

“Aku sudah mendapatkan kabar dari Kokomi, setelah Watatsumi hancur karena ulah Raiden Ei membuat wilayah Enkanomiya yang berada di bawah tanah terbuka lebar sehingga Enkanomiya dapat merasakan teriknya matahari,” ujar Kusanali dengan lembut.

Lumine hanya mengangguk sambil tersenyum, rasanya sungguh melegakan saat mereka bisa kembali ke dunia ini walaupun tidak tahu alasannya. Cataclysm ini adalah pengalaman pertama bagi Teyvat, kegilaan dan keputusasaan yang terjadi selama Cataclysm berhasil membuka mata seluruh masyarakat bahwa mukjizat itu benar-benar nyata.

Seorang pria berjalan menuju taman bunga tempat mereka bercengkrama bersama Cyno sang Archon Sumeru. Senyum tipisnya terbentuk saat ia kembali bertemu dengan dua Celestia Kuno itu setelah tiba dari Enkanomiya.

“Lumine,” panggil Aether memecahkan lamunan adiknya.

Mereka bertiga berdiri menyapa pria bersurai ungu yang datang bersama Cyno, dia adalah orang yang mencuri jasad Celestia Kuno sebelum Cataclysm muncul.

“Lo gak usah nganggap gue dewa atau apa, ya, setelah ini!” runtuk Scaramouche kesal melihat perlakuan Aether dan Lumine kepadanya.

“Gue cuma lakuin apa yang harus gue lakuin,” lanjutnya lagi.

Mereka terkekeh melihat reaksi Scaramouche yang wajahnya sudah mulai memerah karena tak biasa menerima pujian.

“Terima kasih, Scara.” ucap Lumine sambil tersenyum.

Scaramouche memalingkan wajahnya, pujian yang mereka lontarkan berkali-kali membuat hatinya memanas, terlihat dari merah wajahnya dan cacian yang ditujukan pada si kembar sampai lebih dari 5 menit.

“Gue datang ke sini cuma buat bilang satu hal sama kalian,” kata Scaramouche setelah merasa semua caciannya tak berguna sama sekali.

“Gak semua Harbingers itu jahat,” lanjut Scaramouche lirih.

“Iya, kami tahu,” balas Aether dengan senyum tulusnya.

Kusanali mempersilakan Scaramouche duduk di tengah taman bunga Sumeru, angin yang meniup ke arahnya sedikit membuat pria bersurai ungu itu tenang, hijaunya rerumputan dan bunga yang selalu bermekaran di mana-mana membuat dirinya merindukan seseorang.

“Bagaimana kabar Mona dan Nara?” tanya Lumine memecahkan lamunan Scaramouche.

Scaramouche terkekeh setelah mendengar nama putrinya, matanya berkaca-kaca karena memang saat ini itulah kelemahan Scaramouche. Semenjak kelahiran Nara, putrinya, Scaramouche tak lagi menjadi pribadi yang penuh dengan rasa dendam dan kasar walaupun beberapa saat yang lalu sifat lamanya keluar.

“Mungkin tahun depan dia akan masuk sekolah dasar,” balas Scaramouche tersipu malu.

“Lo harus biarkan Nara berinteraksi sama manusia lainnya, Scara.” timpal Aether menggoda Scaramouche yang sedang tersipu.

“Gue lebih tahu mana yang terbaik buat Nara, lo gak usah sok-sokan ceramah kayak gini!” sentak Scaramouche kesal.

“Iya, deh! Si FOTY!” ledek Lumine ikut meledek Scaramouche.

“FOTY?” ujar Scaramouche pelan.

Father of the Year!

You Keep Me Alive: You Are Alive

Chapter 9.1: Resolusi

Xingqiu dan Hu Tao tiba di Good Hunter, Mondstadt. Ia dipanggil oleh Yelan untuk datang dengan alasan yang tidak ia ketahui. Pria bersurai biru itu menggenggam erat tangan istrinya yang masih belum bisa berjalan dengan baik pasca Cataclysm.

Melihat perempuan bersurai pendek itu dengan narsisnya swafoto di cafe tersebut membuatnya geleng-geleng kepala, ia menyapa Yelan lalu duduk di samping Hu Tao.

“Oh, sudah tiba,” sapa Yelan yang masih sibuk memilih filter lucu di Teygram.

“Ada perlu apa?” tanya Xingqiu heran.

Yelan menutup gawainya dan meletakkan di meja, senyumnya terasa mencurigakan di benak Xingqiu. Selama Cataclysm, Yelan terus mencari Xingqiu yang menjadi relawan untuk evakuasi warga Liyue karena hancur oleh ulah Rhinedottir yang habis-habisan membombardir Negeri Seribu Kontrak tersebut.

“Sebelum gue mulai bicara, gak mau ngomong sesuatu gitu?”

“Atau sekadar ucapan terima kasih?” lanjut Yelan dengan sinis.

Xingqiu terkekeh mendengar ucapan pengacara narsis tersebut, setelah berhasil ditemui oleh Yelan dan disuruh menuju Teapod membuat Xingqiu lupa untuk mengucapkan dua kata yang paling dasar saat orang membantunya dalam kesusahan.

“Ah, maaf. Terima kasih,”

Hu Tao masih plonga plongo melihat interaksi kedua orang yang ada di depan matanya, namun perasaannya tidak bisa berbohong. Hu Tao merasakan adanya ikatan khusus namun aneh di antara mereka.

“Kenapa istrimu?” tanya Yelan sambil menaikkan sebelah alisnya.

“Ah! Tidak ada apa-apa!” balas Hu Tao terkejut ketika Yelan menatapnya sinis.

“Dia yang membantuku untuk menemuimu ke Teapod saat Cataclysm,” bisik Xingqiu ke telinga istrinya.

Hu Tao hanya mengangguk sebagai balasannya, ia terus menatap wajah Yelan hingga perempuan itu benar-benar risih karena terlalu lama ditatap dengan tatapan mengerikan Hu Tao.

“Zhenyu,”

“Sebentar, kenapa kau memanggilku dengan nama itu?” potong Xingqiu tegas.

“Tidak ada yang boleh memanggilku dengan nama itu—”

“Karena nama itu sangat kau benci, kan?” sanggah Yelan sambil tersenyum.

“Namun sayang sekali, mulai sekarang kau harus terbiasa jika aku memanggilmu dengan nama itu,” lanjut Yelan datar.

Xingqiu mendengus kesal karena Yelan tak mau mendengarkan ucapannya, ia berdiri dari kursinya namun lengannya ditahan oleh Hu Tao yang ingin menenangkannya.

“Sebentar, Qiu. Mungkin ada sesuatu yang harus ia jelaskan kepadamu,” ucap Hu Tao lembut.

Yelan tersenyum, namun raut wajahnya terlihat beda saat Xingqiu menatapnya, perlahan rasa kesalnya hilang dan ia pun kembali duduk untuk mendengarkan seluruh cerita Yelan.

“Sebelum Cataclysm, aku menemukan dokumen yang kurasa penting namun begitu menyebalkan ketika kubaca. Aku tak berharap kau akan percaya dengan kata-kataku jika aku memintamu ke sini dan datang tanpa membawa bukti,”

“Xing Yi dan Yun Zu telah memberikanmu banyak kekayaan sebelum kematiannya, dan kau tidak menyia-nyiakan aset keluarga kita, buktinya kau masih bisa berdiri tegak sampai sekarang dan membantu banyak orang dengan uang mereka,”

Xingqiu memiringkan kepalanya, ada yang janggal dari kata-kata Yelan barusan namun ia tetap mendengarkan seluruh ceritanya hingga usai.

“Sementara aku, sudah dibuang oleh mereka sejak kecil. Walaupun aku selalu bersyukur karena Yun Zu masih terus menjalin komunikasi denganku tapi tak membuatku melupakan seluruh perlakuan Xing Yi di masa lalu,”

Melihat tatapan Xingqiu semakin aneh justru membuat Yelan terkekeh, ia sengaja menunggu kata yang keluar dari mulut pria bersurai biru tersebut.

“Dari tadi kudengar kau bilang 'keluarga kita', nama Ibu dan Bapak berulang kali, aku tak bisa langsung mempercayai semua omonganmu. Mengingat kau sangat membenciku karena salah satu karya tulisku,” ujar Xingqiu membuka suara.

“Ya, benar. Memang aku sangat membencimu, kau menghancurkan reputasiku karena omong kosong yang sudah dibaca oleh lebih dari ribuan orang, bahkan bukumu itu jadi buku terlaris sepanjang karirmu,”

“Tapi itu semua tak mengubah fakta bahwa kau tetaplah adikku,” lanjut Yelan sambil menghela nafasnya.

“Lalu kenapa kau harus katakan ini padaku?” tanya Xingqiu.

“Kurasa kau harus tahu, walaupun kita berjalan ke arah yang berbeda, tetapi satu hal itu yang tak bisa kuubah sampai kapan pun,”

Dugaan Hu Tao benar, sejak pertama kali bertemu dengan Yelan ia sudah merasa ada sesuatu yang tersimpan rapat olehnya.

“Terima kasih, sekarang izinkan aku dan Hu Tao pergi,” ujar Xingqiu sambil berdiri dari kursinya dan mengajak Hu Tao pergi.

Hu Tao hanya menundukkan kepalanya lalu ikut menyusul Xingqiu yang sudah berjalan lebih dulu menuju mobilnya.

Yelan hanya menatap kepergian adiknya dengan senyum tipis, perlahan mobil Xingqiu hilang dari pandangannya sehingga membuat perempuan bersurai pendek itu ikut pergi setelahnya.

**

Shenhe membuka matanya untuk pertama kali setelah koma lebih dari seminggu, tubuhnya belum bisa digerakkan dengan bebas karena banyak tulangnya yang patah karena pertempurannya dengan Vennessa Ragnvindr.

Qiqi terlihat sedang tertidur di samping perempuan bersurai putih tersebut, senyum yang terpancar di wajahnya adalah rasa syukur Shenhe karena ia masih diberikan kesempatan untuk hidup bersama putrinya.

“Sudah bangun?”

Ganyu mendekat ke ranjang Shenhe setelah menutup buku bacaannya, perempuan bersurai biru itu duduk di samping Qiqi yang sedang tertidur.

“Berapa lama?”

“Seminggu, mungkin lebih,” jawab Ganyu sambil tersenyum.

“Lama juga, pasti banyak yang kutinggalkan dalam waktu yang lama,” ucap Shenhe lesu.

“Kami bergantian saat berjaga, kok. Kemarin Chongyun yang menungguimu seharian,”

Melihat Shenhe yang masih membisu membuat Ganyu khawatir, ia memegang tangan Shenhe dengan lembut hingga membuat perempuan bersurai putih itu sadar dari lamunannya.

“Sebentar lagi shift Chongyun selesai, dan dia akan segera kemari,” lanjut Ganyu pelan.

Qiqi terbangun dari tidurnya, melihat sang ibu sudah sadar membuat gadis itu tersenyum lebar setelah menanti sekian lama.

“Mami!” seru Qiqi sedikit keras.

Shenhe hanya tersenyum ke arah Qiqi, ia belum memiliki cukup energi untuk bergerak leluasa. Tangan dan kakinya masih dibalut oleh perban dan penyangga, kondisinya sangat parah karena ia adalah petarung di barisan paling depan saat Cataclysm berlanjut.

Qiqi langsung mengambil Cocogoat Milk dan menusukkan sedotaan itu lalu memberinya kepada Shenhe, “Minum ini, Mami. Untuk kesehatan tulang, Qiqi sudah baca di internet!”

Perempuan bersurai putih itu mengangguk, ia dibantu oleh Ganyu agar dapat duduk dan minum susu kesukaan anaknya.

Pintu ruang rawatnya bergeser, Ningguang dan Zhongli datang untuk menjenguk Shenhe yang masih terbaring lemas di atas ranjangnya.

“Ningguang...”

Keduanya masuk lalu berjalan mendekati Shenhe, Ningguang dan Zhongli terlihat baik-baik saja di matanya, berarti memang Teyvat sudah kembali aman seperti biasa.

“Apa kabar, Shenhe?” sapa Ningguang dengan lembut.

“Mami baru saja sadar, Nana!” balas Qiqi yang masih belum bisa menyembunyikan perasaan bahagianya.

“Maaf, saya belum bisa bergerak leluasa,” ucap Shenhe terlihat kewalahan dengan tubuhnya.

“Tidak usah dipaksa, kami hanya datang menjenguk,” balas Zhongli singkat.

Beberapa saat kemudian, Chongyun datang dengan tergesa-gesa. Melihat bibinya sudah sadar membuat air matanya berlinang setelah tahu bahwa Shenhe baik-baik saja.

Aunty!” seru Chongyun haru.

Ia memeluk Shenhe dengan penuh rasa rindu, sementara Qiqi berusaha menarik tubuh Chongyun karena khawatir tulang ibunya belum cukup kuat jika dipeluk dengan erat seperti itu oleh pamannya.

“Jangan terlalu keras, Paman! Mami masih sakit!” runtuk Qiqi sedikit kesal melihat tingkah Chongyun.

“Ah! Maaf!” ucap Chongyun yang baru saja berhasil dipisahkan oleh Qiqi.

Mereka tertawa di dalam kehangatan, rasa syukur yang tak henti-hentinya diucapkan membuat suasana di ruangan itu semakin haru. Banyak sekali tanda tanya saat Cataclysm terjadi, namun mereka tidak pernah mempertanyakan hal itu karena apa pun jawabannya jika memang semuanya baik-baik saja itu sudah cukup bagi mereka.

**

Diluc, Jean, Klee dan Kaeya tiba di Cape Oath. Melihat taman bunga yang tertata rapi di sana serta pemandangan indah puncak gunung tersebut membuat Klee berlari-lari ke sana kemari sambil menunggu Diluc dan Kaeya yang masih sibuk berdebat karena hal sepele.

“Mama! Ayo cepat ke sini!” panggil Klee heboh.

Jean Gunnhildr tersenyum lalu berlari kecil menyusul putrinya, matanya pun tertuju pada hamparan bunga Cecilia yang terlihat indah dan menyejukkan hati.

“Kan gue udah bilang! Gue gak ada edit pemain! Tanya aja sama Itto! Kita main adil, kok! Lo aja yang aneh!” sentak Kaeya kesal.

“Dulu jaman gue main gak ada pemain bola yang larinya sekencang itu!” balas Diluc tak mau kalah.

“Jaman lo terus! Lo udah kakek-kakek emangnya? Rambut masih merah gitu udah merasa tua!”

“Atau jangan-jangan lo sama bocah raksasa itu sekongkol buat ngerjain gue! Iya, kan?!”

“Enak aja! Gue udah berlatih dari jaman Pak Zhongli masih hobi main PS!”

Perdebatan mereka tak pernah ada ujungnya, namun justru hal itu yang semakin mendekatkan mereka. Ikatan yang selama ini terputus akhirnya dapat terjalin kembali karena alasan yang belum diketahui oleh semua orang.

Kehadiran Diluc, Jean, Itto dan yang lainnya masih membekas di hati seluruh umat manusia, mereka bukan hantu yang berjalan tanpa menapak ke tanah atau sosok mistis yang tiba-tiba datang lalu pergi tanpa pamit. Mereka nyata, mereka benar-benar kembali.

“WAH! INI DIA CUCUKU YANG MANIS DAN TIDAK TSUNDERE LAGI!” seru Varka sambil berlari dan memeluk Klee dengan erat.

“Kakek tahu dari mana tentang tsundere-tsundere itu?!” tanya Klee yang masih terbenam dalam dekapan Varka.

Jean menunduk menyapa ayahnya, namun Varka tidak memedulikan sapaannya dan langsung memeluk putri yang selama ini ia rindukan.

“Kamu baik-baik saja, kan, Jean?”

“Iya, Yah. Aku baik-baik saja,”

Melihat Diluc dan Kaeya masih berseteru tanpa henti membuat Varka tak berhenti tertawa karena memang mereka sejak dulu sudah seperti itu.

“OY! SAPALAH ORANG TUA INI WAHAI MANUSIA GAIB!” canda Varka kepada Diluc.

Senyum tipis Diluc terbentuk saat ia berjalan ke arah Varka meninggalkan Kaeya yang masih kesakitan karena kakinya dipijak oleh Diluc.

“Kenapa Anda tidak ikut membantu kami saat Cataclysm?” itu adalah kalimat pertama yang diucapkan oleh Diluc karena ia tak pandai basa-basi.

“Kaku dan bodoh seperti biasa! Ha-ha-ha!” balas Varka menyembunyikan rasa kesalnya di depan Jean dan Klee.

Mereka duduk di tengah taman bunga buatan Varka, hijaunya rerumputan di sekelilingnya memberikan hawa sejuk apalagi angin sedang bermain-main di puncak gunung Cape Oath.

“Asal kalian tahu saja! Banyak sekali pasukan misterius itu datang ke Cape Oath, tujuan mereka tidak jelas dan terus menerus menyebut kata 'Celestia Kuno'!” jelas Varka penuh antusias.

Klee hanya memandangi kakeknya dengan penuh kekaguman, gadis itu tak pernah bosan mendengar cerita Varka sejak kecil, apalagi mereka jarang berjumpa dan karena itu pula momen ini terasa berharga baginya.

“Aku tak tahu kejadian di luar Cape Oath, tapi mungkin lebih dari ribuan orang memenuhi puncak gunung ini!” lanjut Varka heboh.

“Dan Kakek mengalahkan mereka seorang diri?!” tanya Klee dengan mata penuh api semangat.

“Jelas!”

“Kakekmu ini adalah pejuang tangguh, lho!” canda Varka sambil tertawa terbahak-bahak.

Diluc hanya bisa tersenyum melihat Klee dan Varka heboh sendiri, di sampingnya Jean menatap Diluc penuh kekaguman hingga membuat Kaeya harus menjahilinya di momen yang langka tersebut.

“Dulu marah-marah karena dia gak pulang, sekarang susah mau ngomong kalau dia di sampingmu?” ledek Kaeya menyeringai.

“HAH? Apa—enggak, tuh?” sentak Jean lalu memalingkan wajahnya.

“Lo kenapa, sih, gak bisa lihat orang senang?!” balas Diluc membela istrinya.

“Keluarga yang aneh!” sindir Kaeya sambil terkekeh.

“Lo juga bagian dari keanehan itu,” celetuk Diluc tanpa menoleh ke arah adiknya.

Kaeya semakin puas tertawa mendengar kejujuran yang tak terduga dari mulut Diluc, dua kakak beradik itu memang punya cara untuk saling menyayangi satu sama lain.

You Keep Me Alive: You Are Alive

Chapter 9: Resolusi

“MAMA!” pekik Yun Jin histeris.

Gadis bersurai ungu itu tak sadar bahwa pasukan Abyss Order yang ada di belakangnya sudah mengayunkan senjatanya.

Merasa ada bahaya di belakangnya membuat Yun Jin berbalik arah dan mendapati bahwa pedang besar itu sudah tepat di depan matanya.

Ma...ma?

SLASH

Kepala gadis itu putus karena serangan brutal dari pasukan Abyss Order, Sayu yang melihat jelas dengan mata kepalanya sendiri tak percaya dengan semua yang terjadi di hadapannya.

Tubuh Yun Jin tergeletak begitu saja di atas tanah, sementara pasukan Abyss Order lainnya langsung membantai seluruh warga Teapod yang sudah berada di hutan.

Tubuh Sayu dan Sucrose diseret paksa oleh kawanan berjubah hitam tersebut lalu di lempar ke tengah-tengah bersama yang lainnya.

“Bunda!” pekik Sayu ketakutan.

Sucrose hanya bisa melindungi putrinya dengan tubuhnya, sementara pedang itu terus menerus menusuknya hingga ujungnya ikut menembus tubuh Sayu secara tidak langsung.

“Bunda—”

SLASH

Tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka, seluruh warga Teapod perlahan dikalahkan oleh pasukan Abyss Order. Vennessa Ragnvindr membelah tanah perumahan Teapod hanya dengan hentakan kakinya saja, seluruh mayat yang ada di Teapod dibuang ke dalam bumi sebelum akhirnya disatukan kembali oleh perempuan bersurai api tersebut.

Senyum Vennessa tak bisa lagi ia sembunyikan, melihat pahlawan nasional Teyvat sudah tergeletak tak bernyawa membuat tawanya semakin kencang. Wajah bengisnya menandakan bahwa peperangan ini dimenangkan oleh Abyss Order.

“SUDAH KUBILANG! TIDAK ADA YANG BISA MENGALAHKAN PASUKAN ABYSS ORDER!”

“DAN SEKARANG SIAPA YANG MASIH MAU HIDUP ANGKAT TANGAN!”

Tak ada yang menjawab pertanyaan Vennessa, perempuan itu kembali tertawa terbahak-bahak karena tahu bahwa tidak ada satu pun warga Teapod Residence yang selamat dari pembantaian ini.

“Hey!” seru Vennessa.

Ia mengambil kepala gadis bersurai ungu tersebut dari tanah lalu melemparkan ke arah bawahannya.

“Kau lupa kepala ini,” ujar Vennessa dengan suara beratnya.

Lingkaran hitam buatan Abyss Order mulai memudar, kini tidak ada lagi yang bisa menghalangi niat mereka untuk menguasai dunia. Rhinedottir keluar dari lingkaran hitam itu sebelum pudar sepenuhnya.

Langit Teyvat semakin memerah, ini yang mereka inginkan. Sesuatu yang abadi tanpa ada orang yang mengganggu, sesuatu yang sudah diinginkan oleh tetuanya sejak ribuan tahun yang lalu.

“Kita menang,” ujar Vennessa kepada Rhinedottir.

Perempuan bersurai putih itu tersenyum, ia berjalan ke arah Vennessa lalu memeluknya dengan erat.

“Akhirnya kita benar-benar memenangkan pertarungan ini, Nak.” ucap Rhinedottir dengan mata yang berkaca-kaca.

Vennessa hanya mengangguk dalam dekapan perempuan bersurai putih itu, bersyukur bahwa skenario terbaik ciptaan Tuhan benar-benar memihak pada mereka.

“Kini, tak ada satu pun umat manusia yang bisa mengganggu kita,”

“Kita berhasil mematahkan harapan Primodial Ones,”

“Aku benar-benar bahagia, Rhinedottir!” seru Vennessa bahagia.

“Aku tahu, maka dari itu kita harus segera sadar BAHWA INI SEMUA HANYALAH MIMPI—”

Arataki Itto terbangun dari tidurnya, tubuhnya penuh dengan peluh yang membasahi seluruh tempat tidurnya. Ia menoleh ke arah kiri dan melihat Yun Jin dan Sara sedang tertidur pulas di kamarnya.

Sialan, kukira dia berbohong kepadaku! runtuk Itto kesal dalam hatinya.

**

Sucrose masih duduk bersimpuh sambil memangku Sayu yang sedang tertidur di atas pahanya. Menunggu Albedo yang tak kunjung sadar di rumah sakit, seluruh pejuang Teyvat sudah mendapatkan perawatan yang intens namun belum maksimal pasca Cataclysm.

Sayu menggerakkan tubuhnya secara tidak sadar, membuat Sucrose terkejut dan kembali mengelus pucuk rambut putri satu-satunya tersebut.

“Sayang,” sapa seseorang dari depan pintu ruang rawat.

Mata Sucrose terbelalak melihat sosok suaminya yang sehat tanpa cacat berjalan ke arahnya.

“Al?!” sentak Sucrose tak percaya.

Albedo memeluk erat tubuh istrinya, perasaan bersalahnya semakin besar karena ia harus menutupi banyak hal selama Cataclysm bergulir.

“Aku minta maaf,”

“Ka-Kamu?! Bagaimana bisa?!”

Albedo tersenyum setelah melepaskan pelukannya dari sang istri, ia menunjuk ke arah tubuhnya yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit.

“Selama ini aku tak pernah ada,” ujar Albedo.

“Jangan begitu! Jangan berbohong!” balas Sucrose dengan nada yang sedikit ditahan karena takut membangunkan Sayu.

“Bukan, maksudku aku tak pernah ada selama Cataclysm,”

“Itu adalah prototip yang sama seperti buatan Dokter Baizhu, selama Cataclysm aku bersama Dokter Baizhu di Domain of Experiment untuk membantunya menyembuhkan diri,” jelas Albedo kepada Sucrose.

Air mata Sucrose mengalir deras, ia memukul tubuh Albedo sekuat tenaga lalu kembali memeluknya.

“Bodoh! Kamu bodoh! Semua orang mengkhawatirkanmu!”

“Ha-ha, aku minta maaf sama kamu karena telah berbohong selama ini,”

“Sebentar!” Sucrose mendorong tubuh suaminya sedikit keras sehingga Albedo mundur beberapa langkah.

“Ada yang aneh semenjak Perang Archon kedua berakhir, berarti selama ini kamu—”

Albedo mengangguk, ia kembali meraih tubuh istrinya karena rindu yang tak dapat diucapkan dengan kata-kata.

“Aku tak pernah berubah, aku sengaja merancang tubuh baruku agar bisa menggantikan sosok Itto dan Ayah yang konyol. Aku tidak bisa seperti mereka, tapi aku rasa semuanya berjalan dengan baik, kan?”

“Diam! Aku kesal sama kamu!” balas Sucrose tak terima.

“Aku lakukan ini semua demi keluarga kita, Sayang.” ujar Albedo.

“Siapa yang menggantikan peran mereka kalau bukan aku?” lanjutnya lirih.

“Tapi kenapa harus berbohong sama istrimu sendiri?!” ucap Sucrose tak terima.

“Kamu pasti bisa membedakan mana aku yang asli dan tidak selama 10 tahun terakhir,”

Sucrose terdiam sejenak, terkadang memang Albedo bisa menjadi badut untuk seluruh warga Teapod, namun di saat pria itu sudah berada di kamar semuanya berubah drastis. Sejak saat itu pula Sucrose sadar bahwa peran Albedo selama 10 tahun terakhir adalah untuk membuat orang tidak terjebak di masa lalu.

“Tetap saja!” rengek Sucrose sambil memukul Albedo saat ia masih di dalam pelukannya.

You can do whatever you want to me, Dear.

As long as I'm with you, it's more than enough,

Albedo mengecup lembut kening istrinya hingga wajah Sucrose memerah karena serangan mendadak dari suaminya. Albedo terkekeh melihat reaksi Sucrose yang berhasil membangunkan Sayu dari tidurnya.

“Bunda? Kenapa—”

“Ayah?! Kok hidup?!”

Jentikan jari Albedo membuat Sayu sadar sepenuhnya, air mata gadis berusia 15 tahun itu tak dapat lagi ia tahan. Walaupun sebenarnya Sayu tak mengerti apa yang sedang terjadi, jika Albedo ada di depannya berarti Albedo memang ada di depannya.

**

Yae Miko tiba di pesisir pantai Tsurumi Island, di sana sudah ada Raiden Ei yang sedang duduk bersimpuh menikmati matahari terbit.

“Bolehkah saya duduk di sampingmu?” tanya Yae Miko lembut.

“Ah... Kamu ternyata,” balas Raiden Ei sedikit terkejut.

Yae Miko duduk di samping Raiden Ei, ikut menikmati indahnya ciptaan Tuhan yang sering kita lupakan. Raiden Ei tak sengaja tersenyum menikmati momen ini bersama orang terkasihnya, hal itu justru membuat Yae Miko iseng dan menganggu Sang Celestia.

“Jangan!” seru Raiden Ei.

Reaksi lucu dari Raiden Ei membuat perempuan bersurai merah muda itu terkekeh, ia benar-benar bersyukur bahwa semuanya telah usai dan orang-orang akan kembali seperti biasa.

“Aku belum mendapatkan kabarnya hingga saat ini,” ucap Raiden Ei memecahkan keheningan.

“Makoto belum kembali dari lingkaran hitam tersebut,”

Yae Miko berdeham, ia memegang tangan Raiden Ei dengan lembut, “Di mana pun dia berada sekarang, saya yakin semuanya akan baik-baik saja,”

“Kembalinya mereka ke dunia ini masih penuh dengan tanda tanya, namun aku tak pernah sedikit pun berharap untuk mendapatkan jawaban itu,” ujar Raiden Ei tersenyum.

“Anggap saja Sang Pemilik Segalanya itu mendengar seluruh penderitaan kita selama Cataclysm berlangsung,” balas Yae Miko sambil tersenyum.

“Sudah kubilang, aku tak perlu tahu jawabannya,” potong Raiden Ei cepat.

You Keep Me Alive: You Are Alive

Chapter 8: Puncak Cataclysm

Liyue sudah rata dengan tanah, di sana masih ada seorang gadis yang berusaha melepaskan dirinya dari himpitan reruntuhan bangunan rumah sakit. Luka di kaki Xinyan membuat ia harus terpincang-pincang saat melarikan diri.

Pandangannya teralihkan pada pertarungan Ajax Tartaglia dengan Eula, Rosaria dan Yelan. Pertarungan itu terlihat sengit dan berlalu begitu cepat, serangan demi serangan yang diberikan oleh ketiga pejuang Teyvat itu dapat dengan mudah dihindari oleh Ajax dan begitu pun sebaliknya, karena sudah paham betul dengan pola serangan Ajax membuat Eula dan Rosaria dapat menghindari serangan pria bersurai oranye itu dengan baik.

“Kalian lincah juga untuk ukuran tante-tante,” sindir Ajax kepada Eula dan Rosaria.

“Mayat seharusnya tetap menjadi mayat,” balas Eula tersenyum tipis.

Ajax sontak tertawa mendengar ucapan Eula, wajahnya kembali berubah sepersekian detik kemudian.

Ajax menghilang dalam sekejap mata lalu berpindah posisi di belakang Eula dan Rosaria sambil mengayunkan pedangnya.

SLASH

Pedang milik Ajax bergesekan dengan senjata yang terlihat baru baginya, seorang pria berambut ungu menangkis serangannya lalu menghempaskan pedang Ajax jauh ke belakang.

“Apa kabar, Bro?” ujar pria bersurai ungu tersebut.

“Kuni—”

Kunikuzushi menebas tubuh Ajax dengan cepat, luka di dadanya mengeluarkan begitu banyak darah. Namun ia tak peduli dengan berapa banyak darah yang sudah ia keluarkan saat ditebas oleh Kunikuzushi, fokusnya adalah membunuh seluruh orang yang ada di depan matanya.

“Seharusnya kau membantu anggota keluargamu!” sentak Ajax sambil berdeham.

Darah yang keluar dari mulutnya ia seka dengan bahu bidangnya, pria bersurai oranye itu masih terkekeh melihat sesuatu yang berbeda dari Kunikuzushi.

“Kalau kau mau membunuhku, sekarang adalah waktunya!” seru Ajax keras.

Tanpa basa-basi lagi Kunikuzushi berlari menyerang Ajax dengan pedangnya, namun energi dari senjata prototip milik Ajax sudah terisi penuh lalu mengarahkan tangannya kepada Kunikuzushi.

“MATILAH—”

Ajax berhasil masuk ke dalam perangkap Yelan, kini tubuhnya sudah dikendalikan oleh benang-benang tipis miliknya.

SLASH

Tangan prototip milik Ajax terbang di udara, namun senjata itu tak akan mati dengan sendirinya. Ledakan besar terjadi di sekitar pusat kota Liyue. Eula, Rosaria terpental jauh akibat dari ledakan besar tersebut, sementara Yelan melarikan diri dengan benang yang sudah terpasang di udara.

“Hah... Sial,” ujar pria bersurai ungu tersebut setelah bangkit dari tanah.

Ajax masih berusaha untuk berdiri walaupun ia sudah tak memiliki tangan, senyumnya belum pudar setelah tahu bahwa orang yang ia kira saudaranya itu ternyata bukan Kunikuzushi (Scaramouche).

Make up lo luntur,” ujar Ajax terkekeh.

Shikanoin Heizou tak menyangka bahwa Ajax masih kuat untuk bertahan setelah ledakan besar dari senjata miliknya.

“Gue udah pernah bertahan dari neraka, lo gak akan bisa mengalahkan gue lagi,” lanjut Ajax dengan suara beratnya.

“Kalau begitu, bisakah kita ulang lagi pertarungan kita?” balas Heizou dengan sinis.

Eula dan Rosaria berdiri di belakang Heizou, kedua perempuan itu kembali memegang senjatanya dengan erat, tak peduli berapa kali mereka terjatuh keduanya tidak akan menyerah di medan tempur.

“Demi Teyvat, kami tidak akan kalah lagi,” ujar Eula dengan tegas.

Ajax menegakkan tubuhnya, aliran listrik di dalam tubuhnya membuat dirinya kejang tak tentu arah. Wajahnya terlihat panik, ia belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Kenapa tubuhku?

Kepala Ajax dipegang dengan keras dari belakang, ia tak bisa menoleh ke belakang dan aura yang dipancarkan oleh seseorang di belakangnya itu benar-benar kuat hingga membuat tubuhnya remuk.

“Kau bilang pernah bertahan di neraka?”

Cengkraman pria itu berhasil meretakkan tengkorak Ajax Tartaglia, matanya terbelalak menahan rasa sakit akibat kekuatan dahsyat milik Sang Archon Liyue.

“Aku salah mempercayaimu 10 tahun yang lalu,” ujar Zhongli dengan suara beratnya.

“A-AMPUN!” pekik Ajax histeris.

Zhongli mengeraskan cengkramannya, tubuhnya mengeluarkan uap akibat emosi yang sudah ia tahan selama 10 tahun terakhir.

“Jangan pernah bermain-main di tanah kelahiran kami,”

Tulang tengkorak Ajax hancur lebur di tangan Zhongli, netranya menyala-nyala dan terlihat tajam. Tubuhnya terjatuh namun tidak dengan kepalanya, Ajax Tartaglia kembali kalah untuk yang kedua kalinya.

Gila, ini kekuatan yang sebenarnya dari Archon Liyue?! gumam Heizou dalam hatinya, badannya bergetar hebat hanya karena aura yang dipancarkan oleh Zhongli.

“Ayo ke Teapod,” ajak Zhongli kepada yang lain.

**

Diluc saling bertukar serangan dengan Pierro, wajahnya penuh amarah setelah tahu bahwa Jean Gunnhildr pernah dikalahkan oleh Pierro saat Perang Archon kedua.

“Kau lebih buruk dari istrimu!” seru Pierro terus menerus menyerang Diluc tanpa henti.

Diluc hanya bisa menangkis seluruh serangan yang masuk ke arahnya, tubuhnya tercabik-cabik oleh pedang besar milik Pierro.

Pantalone menusuk tubuh Dainsleif beberapa kali, luka di sekitar dadanya membuat gerakan Dainsleif sedikit terhambat karena harus menahan sakit yang luar biasa tersebut.

“UDAH 10 TAHUN BERLALU TAPI KAU MASIH LEMAH, BANGSAT!”

BRUK

Sandrone terpental mengenai Pantalone yang sudah dihajar habis-habisan oleh Xiao, tubuh mereka tersungkur ke tanah dan dengan cepat Xiao menarik badan Dainsleif untuk segera melarikan diri.

“Lukamu saat melawan Rhinedottir kembali terbuka,” ujar Xiao pelan.

“Terima kasih,” balas Dainsleif saat dibopong oleh Xiao menuju hutan tempat persembunyian warga Teapod.

Il Dottore terlihat kewalahan menahan serangan dari Arataki Itto, raksasa gondrong itu tak lagi menampakkan senyumnya atau pun tertawa. Wajahnya berubah menjadi sangat mengerikan ditambah tongkat favoritnya itu sudah penuh dengan darah Il Dottore yang menempel di sekitarnya.

“Akhirnya kita bertarung,” ujar Itto dengan suara beratnya.

Aura yang dipancarkan oleh Itto benar-benar menekan keras tubuh Il Dottore, ia tak bisa berbuat apa-apa kecuali menerima serangan brutal dari pria bersurai gondrong tersebut.

Sial!

Itto menekan tongkatnya ke tempurung kaki Il Dottore, bunyinya nyaring seperti kayu yang dipatahkan oleh besi.

“Lagi,”

Il Dottore memekik kesakitan, Itto tak memberinya ruang sedikit pun untuk bernafas. Il Dottore dihajar habis-habisan oleh Arataki Itto.

“Lagi,”

Semakin keras erangan Il Dottore, semakin kuat pula kekuatan Itto untuk menghancurkan seluruh tubuhnya.

“Lagi,”

Air mata Il Dottore keluar dengan sendirinya, ia sudah tak dapat berbuat apa-apa lagi. Wajah Itto terekam jelas di benaknya sebelum tongkat besi Itto meremukkan wajahnya dan membunuhnya dalam keadaan yang hina.

“Lagi,”

Itto masih terus membantai Il Dottore walaupun lawannya sudah tak lagi bergerak, kini tubuhnya sudah mencair karena tumbukan dari tongkat milik Itto.

“La—”

Ia tersadar karena tongkatnya ditahan oleh seseorang dari belakang. Diluc berhasil menahan kekuatan besar milik Itto sambil mengangkat jasad Pierro di tangan kanannya.

“Dia sudah cair, kau tak perlu lagi menyiksanya,” ujar Diluc dengan suara beratnya.

Netra Itto dan Diluc bertemu, aura mereka saling beradu satu sama lain. Mereka menyimpan dendam yang besar namun belum puas dengan kemenangan yang sudah dimiliki.

“Kita sudah menang,”

**

Di Watatsumi, peperangan masih terus terjadi. Ayato dan Ayaka sudah tak lagi berdaya menahan serangan dari Arlecchino dan Columbine. Tubuhnya sudah tak dapat digerakkan karena tulangnya sudah patah di beberapa bagian vital.

“Apa hanya segini saja kemampuanmu?” kata Columbine dengan wajah bengis.

Arlecchino menatap Columbine dengan wajah yang merona, melihat kekasihnya begitu anggun di medan perang semakin membuatnya jatuh cinta untuk kesekian kalinya.

Beidou dan Gorou dihantam beberapa kali oleh Pulcinella, melihat musuhnya sudah tak sadarkan diri membuat dirinya merasa bosan dan melempar mereka jauh ke bawah Pulau Watatsumi.

“Kami menemukan biangnya, Tuan!”

Gadis berselimut tato itu sudah diikat dengan besi oleh pasukan dari Underworlds, namun rangkaian kembang api milik Yoimiya masih terus menghujan wilayah Watatsumi tanpa ampun.

“Kita sudah terbiasa dengan panasnya api neraka, biarkan mereka mati oleh senjatanya sendiri,” ujar Pulcinella kepada bawahannya itu.

Awan hitam mulai menutupi seluruh wilayah Watatsumi, senyum beringas para Harbingers merekah saat tahu bahwa Celestia dari Euthymia sudah mulai menampakkan dirinya.

Raiden Ei berjalan ke arah kawanan Harbingers, netranya yang tajam dan aura yang menggelegar berhasil menekuk lutut para Underworlds saat itu juga.

“Sayang sekali, perang sudah selesai,” ujar Pulcinella sambil terkekeh.

Raiden Ei hanya melewati Pulcinella begitu saja, ia terus berjalan menuju Arlecchino dan Columbine yang sudah berlari ke arah perempuan bersurai ungu tersebut.

“JANGAN—”

SLASH

Pedang milik Raiden Ei berhasil melukai Arlecchino dan Columbine dengan sekali serangan, tubuh mereka tersungkur di depan Pulcinella. Melihat Raiden Ei yang masih berjalan ke arah Sangonomiya Shrine membuat Pulcinella murka, ia langsung melesat ke arah Raiden Ei sambil mengayunkan pedangnya.

Petir dan kilat putih milik Raiden Ei menyilaukan pandangannya, saat Pulcinella sadar sudah tidak ada lagi sosok Celestia tersebut di depannya.

“Pulci—”

Pulcinella mendongak ke atas, sebuah pedang besar melayang ke arahnya dari langit beserta guntur yang beriringan di sekitar pedangnya.

“Ya Tuhan, kenapa kau selalu bermain-main dengan kami,” ujar Pulcinella yang sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi.

**

Tomo, Kazuha dan Yae Miko berlari menuju jalur evakuasi darurat di Narukami Shrine, kawanan Abyss Order tak henti-hentinya melayangkan serangan ke arah mereka.

“JANGAN MENOLEH KE BELAKANG!” seru Tomo kepada yang lainnya.

Mereka sudah kalah telak oleh pasukan Abyss Order, tidak ada cara lain selain melarikan diri dari teror pasukan berjubah hitam tersebut.

Saat Tomo, Kazuha dan Yae Miko hampir tiba di depan gua rahasia tempat keluar dari Narukami Shrine, sebuah kilat ungu datang dari arah yang berlawanan.

SLASH

Ratusan pasukan Abyss Order melayang di udara setelah terpental oleh kilat berwarna ungu tersebut. Sosok perempuan berambut ungu berhasil menaikkan garis bibir Yae Miko dan membuatnya menghentikan langkahnya.

“Kalian duluan saja,”

“Kau yakin?” tanya Tomo yang masih deg-dengan karena melihat kilat ungu tersebut.

“Kita sudah menang, dia sudah datang,” jawab Yae Miko yakin.

Mendengar jawaban Yae Miko membuat Kazuha dan Tomo berlari menuju gua tersebut, sementara perempuan bersurai merah muda itu kembali menuju Narukami Shrine secepat mungkin.

Setelah ia tiba di puncak Narukami Shrine, sudah tak ada lagi Abyss Order yang bernyawa. Semuanya tumbang oleh satu orang, perempuan bersurai ungu itu berdiri dengan gagah namun tak mengurangi indah wajahnya.

“Kau tak perlu menemaniku, Miko.”

Yae Miko menundukkan kepalanya, “Aku tidak akan membiarkan pelaksana pemerintah Inazuma bertarung seorang diri,”

Lingkaran hitam pasukan Abyss Order kembali terbuka, pasukan lainnya mulai berlari menyerang Raiden Makoto dan Yae Miko.

Mereka berdua kembali berjibaku melawan pasukan Abyss Order sekuat tenaga, namun kemampuan bertarung Raiden Makoto jauh di atas kawanan berjubah hitam tersebut.

“Mereka tidak akan ada habisnya,” ujar Yae Miko di belakang Raiden Makoto.

“Kalau begitu, kita hanya harus mengalahkannya dari dalam,”

Raiden Makoto berlari menuju lingkaran hitam tersebut sambil menebas seluruh pasukan Abyss Order yang menyerang ke arahnya. Lingkaran hitam itu mulai tertutup saat Raiden Makoto berhasil masuk ke dalamnya dan menyisakan Yae Miko seorang diri.

Seluruh pasukan Abyss Order yang sudah tergeletak di tanah mulai membangkitkan dirinya, Yae Miko dikelilingi oleh pasukan berjubah hitam yang sudah siap untuk melakukan pembalasan.

“Demi Inazuma dan Narukami Shrine, aku akan berjuang walaupun nyawa taruhannya,”

Langit merah Inazuma terbelah oleh sinar biru yang datang dari langit, siapa pun yang melihatnya pasti akan ketakutan.

“Bintang jatuh?!”

Sinar biru itu menghantam Narukami Shrine dengan keras sehingga membuat puncak kuil tersebut retak karena kekuatannya.

Pasukan Sangonomiya mulai bermunculan di sekitar Narukami Shrine, sosok perempuan bersurai keemasan berdiri di samping Yae Miko yang sudah tak berkutik.

“Kita lawan mereka bersama-sama,” ujar Sangonomiya Kokomi sambil tersenyum.

Yae Miko terkekeh melihat Celestia Kuno itu datang entah dari mana, kini seluruh pasukan Abyss Order mulai berperang dengan Pasukan Sangonomiya.

“DEMI TEYVAT!”

**

Gempa bumi mulai terasa di seluruh Teyvat, getaran di tanah itu membuat semua orang sulit untuk menyeimbangkan tubuhnya. Seorang perempuan bersurai abu-abu tertawa dengan keras karena berhasil membuat kekacauan di seluruh Teyvat.

“KALI INI AKU TIDAK AKAN KALAH LAGI!” seru Murata Sang Dewi Perang Teyvat.

Ia berjalan menuju Sumeru, di sana Sang Archon Sumeru sudah menunggunya dengan pasukan bersenjata lengkap.

Cyno berdiri dengan gagah di depan para pasukannya, “Lawan kita hanya satu, Teyvat akan kembali damai seperti semula!”

Murata kembali menghentakkan kakinya, bumi mulai retak akibat kekuatan mengerikan Murata, dari belakang terlihat Iansan ikut berlari-lari menyusul Murata.

Kalau dia saja bisa hidup, kenapa kau tidak?! seru Cyno dalam hatinya.

Dari bawah tanah mulai muncul ribuan pohon hingga membentuk hutan belantara, pandangan pasukan Sumeru tertutup oleh hutan belantara tersebut.

“Oh? Kau lagi?”

“Kali ini kau tidak sekuat dulu,”

Kusanali mengarahkan tangannya ke Murata, akar dari pepohonan itu mulai mengikat tubuhnya dengan erat, begitu pula dengan Iansan yang sudah merengek karena kesakitan.

“Mama!” rengek Iansan keras.

Dari sisi kiri dan kanan terlihat dua sosok bersurai keemasan berlari dan menebas tubuh Murata yang sudah tak bisa bergerak.

“Kami tak akan kalah lagi,”

“Kesempatan ini tak akan datang dua kali,”

Aether dan Lumine berhasil mengalahkan Murata dengan mudah berkat bantuan Kusanali. Si kembar itu tersenyum ketika efek dari senjatanya mulai membakar tubuh Murata perlahan.

“BERENGSEK! AKU BARU SAJA KEMBALI!” pekik Murata kesakitan.

“MAMA!” seru Iansan sambil menangis.

Tubuh Murata mulai membengkak seakan-akan ingin meletus, dahan besar milik Kusanali langsung menutupi Celestia Kuno itu dengan cepat.

“Kita menang,”

Murata berteriak kesakitan sebelum tubuhnya hancur tak bersisa, sayang sekali Celestia dari Natlan tersebut kalah telak oleh para Celestia Kuno.

Awan merah di seluruh Teyvat mulai pudar, lingkaran hitam tempat masuk pasukan Abyss Order pun ikut meredup saat itu juga.

Seluruh pasukan yang sudah berjibaku dalam peperangan ini pun bersorak tanda kemenangan sudah ada di tangan mereka. Air matanya sudah tak dapat dibendung lagi karena rasa lelah dan sakitnya sudah terbayar.

Mata Hu Tao mulai kembali normal, panas tubuhnya mereda seiring berjalannya waktu. Saat ia sadar, semua orang sedang menangis haru setelah peperangan itu berakhir.

“Apa yang terjadi?” tanya Hu Tao lirih.

Ia dipeluk oleh suaminya yang diam-diam sudah tiba di Teapod dan menemaninya selama ini. Darah yang menetes dari tubuhnya mulai menyadarkan Hu Tao karena Xingqiu, Thoma dan Bennett-lah yang melawan pasukan Abyss Order yang menyusup ke hutan di area Teapod Residence.

“Kita menang, Sayang.” balas Xingqiu yang sudah tak dapat menahan tangisnya.

“Benarkah?”

Hu Tao merasakan anggukan suaminya di bahunya, perempuan bersurai hitam itu tersenyum dan bersyukur karena sekali lagi Teyvat berhasil memenangkan peperangan ini.

Zhongli, Eula, Rosaria dan Heizou tiba di Teapod. Kedatangannya disambut haru oleh sang istri, Ningguang menjerit histeris sambil memeluk tubuh suaminya dengan erat. Zhongli tersenyum tipis sambil mengeratkan pelukannya kepada Ningguang.

“Saya kembali, Ning.”

Diluc Ragnvindr dan Arataki Itto berjalan ke arah yang berbeda, Klee sudah menunggu sang ayah bersama ibunya.

“PAPA!” seru Klee sambil memeluk ayahnya.

Diluc langsung menarik tubuh Jean agar bergabung dalam pelukannya, kesempatan langka ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Klee merasakan hangat tubuh kedua orang tuanya untuk pertama kalinya, gadis bersurai pirang itu menangis sesenggukan karena ini adalah momen yang selalu ia doakan seumur hidupnya.

Sara dan Yun Jin melihat Itto berjalan ke arah mereka dengan perasaan tak percaya, senyum lebar Arataki Itto benar-benar menyembuhkan luka di hati Yun Jin sepenuhnya. Ia memeluk erat tubuh raksasa yang ia panggil ayah itu, tak akan melepasnya walaupun kiamat datang berkali-kali.

Itto mengecup lembut pucuk rambut Sara, kekasihnya itu tak henti-hentinya meraba tubuh Itto karena tak percaya dengan sosok yang ada di depannya.

“Hey! Hey! Hey! Geli tahu!” sentak Itto yang kaget karena ulah kekasihnya.

Itto, Sara dan Yun Jin tertawa setelahnya, menikmati momen indah ini sebelum semuanya kembali direnggut oleh Yang Maha Punya.

“Kalian gak akan tahu gimana bahagianya aku saat melihat kalian!” seru Itto sumringah.

-to be continued

You Keep Me Alive: You Are Alive

Chapter 7: Cataclysm Bagian Ketiga

“Kau yakin mereka semua sudah mati?” tanya Beidou ragu.

Setelah berjam-jam bertarung dengan pasukan Abyss Order, para pejuang di Inazuma akhirnya bisa sedikit bernafas lega. Kini mereka sedang bersiap-siap untuk menuju Watatsumi dengan kendaraan pasukan perang.

Ayaka terlihat sedang mengelap pedangnya setelah mengalahkan lebih dari ratusan pasukan Abyss Order seorang diri, sementara Ayato masih menenangkan dirinya, pria bersurai biru itu baru kali ini berperang dalam waktu yang lama, lawan yang datang tanpa henti membuat pria itu gugup dan senang dalam waktu yang bersamaan.

“Sini pedangmu, Kak.” pinta Ayaka kepada sang kakak.

Ayato langsung memberikan pedang kebanggaan miliknya untuk dibersihkan oleh Ayaka, pedang itu sudah menemaninya selama Perang Archon kedua. Melihat sang adik dengan telaten membersihkan senjatanya membuat garis bibir Ayato terangkat dengan sendirinya.

Ayato mengusap pucuk rambut Ayaka karena memang adiknya sungguh menggemaskan saat ini.

“Apa, sih?!” gerutu Ayaka setelah melihat wajah iseng Ayato.

“Lho? Gak boleh? Lagi pula ini kali pertama kita di medang tempur, kan? Dan kita juga menang,” balas Ayato sambil tersenyum.

Melihat senyum tulus Ayato membuat Putri Inazuma itu tersipu malu, tanpa disadari ikatan batin mereka semakin kuat. Keduanya bertempur di tempat yang sama dan berhasil memenangkan peperangan ini walaupun banyak pasukan yang gugur saat menghadapi pasukan Abyss Order.

“Bawel,” ucap Ayaka singkat.

Ayato hanya terkekeh melihat reaksi lucu dari adiknya, ia menoleh ke arah Gorou yang segan mengganggu momen mereka, seluruh kendaraan menuju Watatsumi telah siap untuk berangkat.

“Jangan minum dulu! Itu sake mahal!” seru Ayato kepada Beidou yang baru saja akan membuka tutup botol sake miliknya.

“Sial! Bikin penasaran aja!” balas Beidou kesal.

Satu persatu pasukan khusus Inazuma naik ke dalam kendaraan perang tersebut, selama perjalanan mereka menuju Watatsumi mereka melihat banyak sekali tumpukan mayat kawanan Abyss Order juga para Ronin yang sudah berjuang sekuat tenaga mempertahankan tanah kelahiran mereka.

“Bagaimana kabar di Narukami Shrine?” tanya Beidou usil, ia terlihat cengengesan saat wajah Ayato memerah saat ia menyinggung soal Yae Miko.

“Aku tak tahu,” balas Ayato sambil memalingkan wajahnya.

Ayaka dan Beidou tertawa melihat reaksi langka dari Ayato, karena baru beberapa bulan terakhir ia mulai mencoba membuka hatinya pasca kepergian Lumine yang gugur di medan perang saat Perang Archon kedua.

Hubungan Yae Miko dan Kamisato Ayato hanya diketahui oleh beberapa orang, salah satunya adalah Beidou, makanya ia sangat senang menjahili Ayato dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat rona wajah pria bersurai biru itu memerah.

“Sersan Gorou! Watatsumi dalam bahaya!” seru salah satu bawahan Gorou.

Mendengar kabar buruk itu membuat Gorou terperanjat saat ia sedang beristirahat, ia langsung mengambil walkie talkie bawahannya untuk mendengarkan kabar terkini di Watatsumi.

Sersan! Kami sedang berusaha menahan pasukan Abyss Order yang datang tanpa henti, di sana sudah ada Sersan Teppei namun kekuatan kami tidak cukup!

“Kalau sudah ada Teppei semuanya pasti—”

AKKHHH!!!!

Suara teriakan para Resistance di Watatsumi membuat Gorou semakin panik, Ayato langsung menghampiri Gorou dan ikut mendengarkan kabar para pasukan Resistance.

“HEY! APA YANG TERJADI? JAWAB!” sentak Gorou khawatir.

Ayato ikut cemas mendengar seluruh jeritan kepedihan yang keluar dari walkie talkie itu, ternyata perang belum usai. Masih ada peperangan yang baru saja terjadi di Watatsumi.

“Apa yang terjadi sekarang?!” tanya Beidou saat mendengar suara jeritan dan desingan peluru dari alat komunikasi tersebut.

“KITA HARUS KE WATATSUMI SECEPATNYA!”

**

Rhinedottir duduk di antara tumpukan mayat pasukan Millelith di Liyue, ia berhasil mengalahkan seluruh unit pertahanan Liyue seorang diri. Senyumnya merekah saat melihat sosok perempuan bersurai pendek tiba di hadapannya.

“Manusia biasa tak akan bisa mengalahkan Abyss Order, Gadis Manis.” ucap Rhinedottir terkekeh setelah melihat wajah masam Yelan.

“Jangan mentang-mentang kau memiliki kekuatan dukun bisa merendahkan kami begitu saja,” balas Yelan dengan suara beratnya.

Rhinedottir tertawa sekencang-kencangnya saat mendengar ucapan Yelan yang terdengar tegar walaupun sebenarnya kakinya sedang bergetar hebat melihat tumpukan mayat di mana-mana.

“Oh? Ada penantang baru?”

Eula dan Rosaria datang mendekat ke arah mereka, dua kakak adik itu memegang senjatanya dengan erat. Tanpa basa-basi Rosaria langsung berlari dan menyerang Rhinedottir yang masih menertawakan kehadiran mereka.

“Tunggu—”

SLASH

Serangan Rosaria berhasil melukai Rhinedottir, perempuan bersurai putih itu terkejut saat melihat darah yang keluar dari mulutnya.

Ia mundur beberapa langkah, wajahnya mulai terlihat serius saat tetesan darah yang jatuh dari dadanya mulai berjatuhan.

“Boleh juga, kau orang pertama yang berhasil melukaiku,” ucap Rhinedottir dengan suara beratnya.

Dada Rhinedottir mulai mengeluarkan asap dan menyembuhkan luka akibat serangan dari Rosaria dengan cepat.

“Sudah kuduga, dia salah satu orang yang mencuri zat nano dari pohon kehidupan,” gumam Eula pelan.

Yelan yang tak mengerti apa-apa hanya bisa memasang badannya untuk bersiap menghadapi Rhinedottir yang sudah mengeluarkan senjatanya.

Dari tangan Rhinedottir mengeluarkan embun yang mendidih, ia langsung mengarahkan kedua tangannya ke arah Rosaria.

“ENYAH KAU!”

Dengan cepat Rosaria menghindari serangan dari Rhinedottir dan mulai menyerang balik perempuan bersurai putih itu.

“SEKARANG!” seru Eula mulai ikut berlari dan mengarahkan perangnya ke Rhinedottir.

Rosaria kembali menebas Rhinedottir dari belakang, punggungnya tembus oleh tombak milik Rosaria hingga membuatnya terjatuh untuk kedua kalinya.

Eula dengan cepat mengayunkan pedangnya ke arah Rhinedottir.

SLASH

Dua serangan telak dari Eula dan Rosaria berhasil membuat Rhinedottir memekik, saat melihat kesempatan terbuka lebar Yelan langsung melemparkan benang-benang tipis untuk mengikat tubuh Rhinedottir.

Lingkaran hitam mulai muncul di sekitar Liyue, mau tak mau Rhinedottir terpaksa memanggil bantuan dari Abyss Order untuk menyerang Eula, Rosaria dan Yelan.

Harapan Rhinedottir seketika sirna, tidak ada satu pun pasukan yang keluar dari lingkaran hitam tersebut.

“Apa ini—”

SLASH

“Kenapa—”

SLASH

“KALIAN—”

SLASH

“KE MANA PASUKANKU?!”

SLASH

Akhirnya Rhinedottir, luka di seluruh tubuhnya kini sulit untuk ia sembuhkan. Cairan yang menetes dari senjata Eula dan Rosaria membuat garis bibir Yelan sedikit terangkat setelah menyadari bahwa mereka melumuri senjatanya dengan oli.

“Jadi itu rahasia untuk melawan Abyss Order,” ujar Yelan kepada Eula.

Perempuan bersurai biru itu tak menghiraukan ucapan Yelan. Firasatnya buruk, walaupun Rhinedottir sudah tak sadarkan diri namun lingkaran hitam itu tetap berputar sesuai porosnya.

“Kenapa lingkaran itu masih ada?” gumam Eula pelan.

“Sepeltinya mereka dicegat,” balas Rosaria ragu.

Hanya satu orang yang keluar dari lingkaran hitam tersebut, ia tak memiliki tangan dan wajahnya ditutupi oleh topeng berbentuk gagak.

Nothing feels like home,” ujarnya sambil terkekeh.

Eula terkejut melihat sosok yang sangat ia kenali itu, perempuan bersurai biru itu tahu betul kalau orang yang ada di depannya adalah salah satu anggota keluarga Harbingers, Ajax Tartaglia.

“Jangan kaget gitu, dong! Gue jadi gak enak ini!” ledek Ajax.

Aliran listrik yang keluar dari dalam tangannya membentuk sebuah pedang, ia menanggalkan topengnya dengan pedang listrik miliknya.

Are you ready for a second round?

**

Setibanya di Watatsumi pasukan khusus Inazuma yang dipimpin oleh Ayato langsung bergerak menyerang kawanan Abyss Order yang sudah mulai menguasai sebagian dari pulau tersebut.

Langit Inazuma tak pernah sesuram ini, lingkaran hitam terus muncul dari segala arah dan mengeluarkan ratusan hingga ribuah pasukan Abyss Order lainnya yang siap menghancurkan Teyvat.

“Apa yang terjadi?!” seru Gorou kepada salah satu pasukan Resistance yang masih sadar.

“A-Ada penyusup...”

Gorou melihat sekelilingnya, seluruh pasukan Resistance masih berjibaku dan bertukar serangan dengan Abyss Order namun ia tak melihat Teppei di mana pun.

“Mana Teppei?!”

Ia mendongak ke arah yang ditunjukkan oleh bawahannya, Sangonomiya Shrine sudah habis dilahap Si Jago Merah.

“Teppei mengkhianati kita,”

Di depan Sangonomiya Shrine, Teppei bersama beberapa pasukan berzirah berdiri dengan tegak menunggu balasan dari pasukan khusus Inazuma.

“Kerja bagus, Teppei.” ujar seorang perempuan yang baru saja keluar dari lingkaran hitam tersebut.

Teppei menoleh ke arah perempuan itu, kedua pedang miliknya sudah dipegang erat oleh Columbine, ia berjalan mendekati Teppei lalu menebasnya dengan cepat.

SLASH

“Seorang pengkhianat, akan selalu menjadi pengkhianat,” ujar Columbine dengan suara beratnya.

“Apa ini?! Bukankah mereka—”

Arlecchino dan Pulcinella tiba di Watatsumi, ketiga anggota Harbingers itu telah sampai di medan perang.

“Bukankah ini hari yang indah, Sayang?” ujar Arlechino kepada kekasihnya.

“Tentu, semuanya akan terasa indah saat kau ada di sisiku,” balas Columbine sambil tersenyum.

“Sepertinya penjaga alam baka itu sudah mati,” timpal Pulcinella sambil memegang senjatanya.

Ayato terkejut melihat para Harbingers bangkit dari kematiannya, mereka benar-benar datang di saat yang tidak tepat.

“TEGAKKAN KEPALA KALIAN!”

“PERTARUNGAN KITA BELUM USAI!”

“DEMI INAZUMA!”

DEMI INAZUMA! sorak para pejuang Inazuma dengan lantang.

Tiba-tiba muncul ratusan kembang api di saat yang bersamaan menghiasi langit Inazuma, seorang gadis berselimut tato terlihat sedang berlari setelah menghidupkan rangkaian kembang api buatannya untuk mengecoh para Abyss Order.

“Kakak...” panggil Ayaka lirih.

“Yang benar saja?” ujar Ayato sambil terkekeh.

Ratusan Ronin yang sedang bersembunyi akhirnya menampakkan diri. Tubuh tegap dengan mental tak takut matinya berhasil menaikkan moral para Resistance dan pasukan khusus Inazuma.

“Oh? Kembang api? Apa di Watatsumi sedang festival?” canda Columbine saat menatap ke langit.

Kembang api yang sudah terpecah di udara kini mulai menghujani pasukan Abyss Order saat sedang menikmati pemandangan indah yang ternyata adalah sebuah jebakan.

“Dia ada di pihak kita,”

Ayato menghunuskan pedang lalu mengangkatnya ke atas, dengan satu teriakan lantang pria bersurai biru itu langsung membuat pejuang dari Inazuma berlari ke arah Abyss Order dan Harbingers.

“DEMI INAZUMA!”

**

Vennessa Ragnvindr dengan cepat melayang ke arah lingkaran hitam tersebut, geraknya terhambat karena angin milik Venti terus mengganggu perempuan bersurai api tersebut.

Dari bawah, Diluc Ragnvindr berlari mengejar adiknya yang akan kabur dari Teapod. Pasukan darat Abyss Order sudah dibantai habis oleh Arataki Itto seorang diri, ia bahkan mengalahkan mereka sambil menggendong anak gadis kesayangannya, Yun Jin.

“Kamu masih terkejut?” tanya Itto dengan nada bercanda.

Yun Jin tak menjawab pertanyaan ayahnya, ia masih terlihat syok melihat sosok raksasa yang berhasil mengalahkan pasukan Abyss Order seorang diri.

Itto dan Yun Jin berlari keluar area perumahan Teapod menghampiri Kujou Sara yang sudah terluka akibat serangan bawah tanah dari Abyss Order. Mereka bersembunyi di sekitar hutan sambil mengobati seluruh ksatria Favonius dan warga Teapod lainnya.

“Mama!” seru Yun Jin sambil menangis.

Sara langsung memeluk Yun Jin tanpa memperhatikan sosok raksasa yang sudah duduk di sampingnya. Perempuan bersurai ungu itu bersyukur bahwa Yun Jin baik-baik saja tanpa ada luka sedikit pun.

“Terima—”

Itto tersenyum saat Sara menoleh ke arahnya, pria berambut gondrong itu langsung memeluk anak dan istrinya dengan erat tanpa mengucapkan satu kata pun.

“Kak Itto?” gumam Sara tak percaya.

“Aku pulang, Sara.” jawab Itto dengan mata berkaca-kaca.

Vennessa hampir tiba di lingkaran hitam itu, anehnya tidak ada lagi pasukan Abyss Order yang keluar dari sana.

Ada yang aneh,

SLASH

Keanehan di benak Vennessa terjawab dengan kepalanya sendiri yang sudah melayang di udara, tubuhnya terpelanting beberapa kali di tanah beriringan dengan kepalanya yang sudah retak karena benturan.

Diluc menghentikan langkahnya, dari lingkaran hitam itu muncul beberapa orang yang pernah ia lawan di masa lalu.

“Kembali ke sini mengingatkanku pada kenangan buruk di Sumeru,” ujar pria bersurai biru muda itu pura-pura ketakutan.

Candaannya disambut oleh tawa dengan kedua saudaranya yang masih suka saling menghina satu sama lain.

“GUE YANG BANTU DOTTORE BUNUH MANUSIA API ITU!” sentak Sandrone lantang.

“LAH? PEDANG GUE DULUAN YANG SAMPAI KE NADINYA!” balas Pantalone sama kerasnya.

Il Dottore, Sandrone, Pantalone dan Pierro tiba di medan perang. Mereka membawa banyak pasukan dari Underworlds yang benar-benar datang dari alam baka.

“Diluc Ragnvindr,” gumam Pierro.

“Pierro,”

Jean Gunnhildr berdiri di samping Diluc Ragnvindr, perempuan bersurai pirang itu membisikkan sesuatu di telinga suaminya.

Aku dikalahkan olehnya,

Diluc berdeham, ia tak percaya istrinya bisa dikalahkan oleh para Harbingers.

“Kita bertemu lagi, Jean.” ujar Pierro sumringah.

“Kali ini lawanmu bukan dia,” potong Diluc kesal.

Xiao dan Dainsleif tiba di belakang Diluc, saat semuanya tengah bersiap untuk menyerang muncul seorang raksasa dari udara setelah melompat setinggi mungkin.

“Jangan lupakan Arataki Itto di sini!” seru Itto sambil tertawa.

Xiao hanya bisa geleng-geleng kepala melihat gelagat abangnya di medan perang.

“Kulihat kau sudah mewarisi tombak sakti milik Ayah,” ucap Itto kepada Xiao.

“Jangan khawatir, dia baik-baik saja,” lanjut Itto tanpa menoleh ke arah Xiao.

“Aku sempat bertemu dengannya tadi,”

Xiao hanya mengangguk setelah mendengar ucapan Itto, ia merasa aman berdiri di belakang bocah raksasa dengan senyum menggelikannya.

Kali ini pertarungan yang sebenarnya akan dimulai.

Are you ready, Bro?!” seru Itto kepada Diluc.

I don't even know you, Punk.” balas Diluc dengan wajah kesalnya.

-to be continued

You Keep Me Alive: You Are Alive

Chapter 6: Cataclysm Bagian Kedua

Kazuha, Tomo dan Yae Miko berhasil mengalahkan seluruh serangan dari pasukan Abyss Order. Mereka terduduk bersama Ronin yang masih hidup, berteriak dan bersuka cita sambil menyanyikan lagu asal yang keluar dari mulutnya.

“Udah lama banget gue gak ngerasain deg-degan kayak gini lagi!” seru Tomo sambil menari-nari dengan tarian yang aneh.

Yae Miko hanya tersenyum, ia menuangkan sake ke gelas Kazuha yang sedang memandangi sahabatnya yang sedang menghibur para Ronin.

“Memang dia selalu ceria, ya?” ujar Yae Miko tersenyum.

Kazuha hanya membalasnya dengan anggukan lalu kembali menatap Tomo yang sudah semakin menjadi.

Tomo dan Kazuha sudah menjadi teman sejak mereka kecil, Kazuha sudah menganggak pria bersurai kuning itu layaknya kakak kandung sendiri.

“Kazuha! Ayo gabung denganku!” panggil Tomo yang masih terlihat sumringah.

Namun di belakangnya sebuah portal hitam kembali terbentuk sehingga para Ronin tadi langsung bersiap dengan pedang di tangan mereka.

“TOMO—”

SLASH

Tomo berhasil menghindari serangan dadakan dari salah satu Abyss Order yang melesat cepat dari lingkaran hitam tersebut.

“Santai aja! Berapa pun mereka kita ladenin!”

Lingkaran hitam tadi mulai menyebar ke seluruh Inazuma. Ayato, Ayaka dan Beidou masih berjibaku melawan pasukan Abyss Order sambil mengevakuasi warga pusat kota untuk melarikan diri ke Ritou dan kabur lewat jalur laut.

“Masih ada lagi! Tahan!” seru Ayato sambil mengarahkan pedangnya ke pasukan berjubah hitam tersebut.

Kemampuan pedang dua kakak adik dari Klan Kamisato berhasil menumbangkan puluhan Abyss Order dengan mudah, sementara Beidou menghalau serangan mereka dan langsung menyerang balik ketika pasukan misterius itu lengah.

“JANGAN LENGAH! SEMUA HARUS TETAP HIDUP!” seru Beidou lantang.

“SIAP, KAPTEN!”

Ayaka menghunuskan pedang dan mengangkatnya ke udara, kilauan besi hasil tempaan master senjata Inazuma hasilnya tidak main-main. Lumuran darah yang membekas di pedangnya justru membuat Ayaka semakin bersemangat untuk mengalahkan para Abyss Order.

“Perjuangan kita belum usai, Kak!”

Ayato kembali berdiri tegak, nafasnya yang sudah terengah-engah tak membuatnya terlihat lemah di mata musuh. Netranya yang tajam sedikit membuat pasukan Abyss Order bergidik ketika kedua bola mata pelaksana pemerintah Inazuma itu menatap tajam.

Aura milik Kamisato Ayato begitu keras menghantam mental pasukan Abyss Order, inilah kekuatan di balik elegannya orang nomor satu Inazuma tersebut.

“Inazuma tidak akan kalah! Tetaplah fokus dengan lawan, rasa sakit kita hari ini akan terbayar segera!”

Pasukan khusus Inazuma yang diketuai oleh Gorou tiba di antara mereka, Gorou telah berhasil mengalahkan seluruh kawanan Abyss Order yang datang dari Kannazuka.

“Titik aman kita ada di Watatsumi, setelah semua dievakuasi kita harus segera menuju ke sana, Tuan Muda.” ujar Gorou kepada Ayato.

“Kita belum mendapatkan kabar dari Narukami Shrine,” balas Ayato dengan suara beratnya.

“Oh, jadi dia alasanmu untuk mengajakku minum di tempat yang suci itu,” ledek Beidou sambil menyeringai.

Ayaka hanya mengangguk setuju dengan omongan Beidou, “Padahal kuil itu tempat untuk ibadah, bukan untuk minum,” lanjut Ayaka menyindir Ayato.

Kamisato Ayato hanya terkekeh mendengar ucapan adiknya, pasukan Abyss Order kembali menyerang mereka dengan ganas, namun moral pasukan khusus Inazuma sudah naik drastis, mereka tidak akan kalah semudah itu sekarang.

“DEMI INAZUMA!”

**

Perang di Teapod Residence masih berlanjut, fokus Vennessa sudah terpecah karena sibuk menghindari serangan dari Venti dan bom milik Klee.

“SIALAN!” teriak Vennessa lantang.

Situasi Abyss Order di Teapod sudah kacau, Xiao pun dengan mudah menyerang sisa pasukan yang berada di area rumah Keluarga Geo.

Ayah, kita pasti menang!

Kaeya ikut bertempur melawan belasan Abyss Order sekaligus, bom milik Klee pun tidak bisa dihindari untuk saat ini, setidaknya para penghuni Teapod berada di posisi yang aman.

“Thoma, segera evakuasi orang-orang yang ada di rumah!” perintah Kaeya kepada Thoma.

“Baik, Pak!”

Vennessa yang sudah terlihat geram langsung melesat ke arah Lisa yang masih sibuk membuat lingkaran listrik di sekitar rumah Keluarga Geo.

“AMBIL ANAKMU INI!”

Perempuan bersurai api itu melempar tubuh Razor ke arah Lisa, ia tak bisa menghindari Razor, umpan Vennessa berhasil membuat Lisa kehilangan konsentrasi dan membuyarkan garis pertahanan warga Teapod.

“Al! Kunci perisaimu!” seru Dainsleif.

Lingkaran emas milik Albedo berhasil mengurung Vennessa di antara para petarung dari Teapod Residence. Namun, ia justru tertawa melihat para manusia yang masih berani mengalahkannya.

“Kalian manusia-manusia lemah tidak akan bisa mengalahkanku begitu saja!”

Vennessa mengarahkan kedua tangannya hingga menciptakan kobaran api untuk menyerang Albedo, tidak ada yang bisa menebak gerakan Vennessa hingga api tadi berhasil membakar tubuh Albedo dengan cepat.

“AKH! SIAL!” pekik Albedo keras.

Sayu dan Sucrose yang hanya bisa melihat Albedo hangus terbakar tidak dapat berbuat apa-apa. Sayu masih berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan tangan Sucrose dan Yun Jin yang masih berusaha menghalau Sayu agar tidak keluar dari rumah.

“AYAH!” teriak Sayu histeris.

Garis pertahanan Teapod Residence sudah hancur ketika Albedo terjatuh ke tanah, kini pasukan Abyss Order mulai membuat lingkaran hitam dari atas rumah Keluarga Geo.

Shenhe melompat ke arah Vennessa dan menusuknya dengan tombak milik perempuan bersurai putih itu.

“Tidak semudah itu, Bangsat!”

Vennessa mencengkram leher Shenhe, gumpalan api di tangannya pun berhasil membakar Shenhe dengan mudah. Serangannya tampak sia-sia karena Vennessa tidak bisa ditembus oleh peluru atau pun senjata biasa.

“SHENHE!”

BOOM

Tubuh Shenhe terlempar jauh ke dalam kubangan besar yang dibuat oleh Klee, Venti dengan cepat mengejar Shenhe agar tidak jatuh lebih jauh ke dalam. Dengan bantuan anginnya Shenhe berhasil diselamatkan oleh Venti namun sayangnya Vennessa sudah ada di depan matanya ketika pria bersurai hijau itu mengangkat tubuh Shenhe.

SLASH

“Woah! Kau masih bisa menangkis seranganku?”

Xiao menahan serangan dari Vennessa, duel udara mereka masih terus berlanjut. Berkat kekuatan dari tombak sakti milik Xiao berhasil menusuk beberapa bagian tubuh Vennessa hingga terluka.

“CEPAT PERGI DARI SINI!” teriak Xiao dengan lantang.

Thoma dan yang lainnya mulai melarikan diri dari Teapod. Noelle dengan susah payah membopong tubuh Hu Tao karena ia masih tak sadarkan diri. Suhu panas tubuh Hu Tao membuat kulit Noelle seperti terbakar, kejangan dari tubuhnya membuat Noelle sulit untuk membawa Hu Tao kabur dari kejaran Abyss Order.

Beberapa pasukan medis Knight of Favonius terus berusaha mengevakuasi seluruh warga Teapod yang terjebak kebakaran, kekuatan Vennessa benar-benar di luar nalar manusia.

Lisa mengangkat tubuh Razor dan ikut berlari menyusul yang lainnya, air matanya terus mengalir saat melihat anaknya benar-benar sudah tak berdaya.

Razor, bertahanlah!

Venti dengan cepat menerbangkan ratusan pasukan Abyss Order yang datang dari atas, tubuh mereka terpental jauh karena kekuatan Celestia milik Venti.

“Keqing! Kita harus cepat pergi dari sini!” seru Sara dengan keras.

“Ta-Tapi—”

SLASH

Serangan tak terduga muncul dari bawah tanah, pasukan Abyss Order mulai bermunculan dari bawah dan menyerang orang-orang yang tak bersenjata.

Yun Jin terpisah dengan Sara yang sudah terhempas jauh akibat serangan dadakan barusan, gadis bersurai ungu itu teriak histeris ketika Sara sudah tak sadarkan diri.

“MAMA!”

Klee dan Kaeya tampak kewalahan menahan serangan yang datang tanpa henti, stok bom milik gadis bersurai pirang itu mulai menipis sehingga ia tak dapat berbuat apa-apa sekarang.

“KLEE!”

Pasukan Abyss Order berhasil mengepung Klee seorang diri, gadis itu terlihat ketakutan melihat pedang tajam milik bawahan Vennessa Ragnvindr, wajahnya tertutup oleh topeng besi dan baju zirahnya terlihat mengkilap terkena pantulan cahaya merah dari langit.

“Menyerahlah,”

Noelle dan Hu Tao terjatuh karena tanah datar Teapod terus bergemuruh akibat serangan dari bawah tanah.

SLASH

Kedua tangan Noelle ditusuk oleh senjata salah satu pasukan Abyss Order ketika sedang berusaha meraih tubuh Hu Tao yang masih kejang-kejang.

Noelle memekik keras karena kesakitan, mereka sudah terkepung dan tak bisa berbuat apa-apa.

Bolehkah aku?

Kaeya diserang dari arah berlawanan oleh pasukan Abyss Order, tubuhnya sudah terluka berat dan tersudutkan oleh pria bertubuh besar itu.

Bolehkah aku?

“KAEYA!!!”

Pedang tajam dan mengkilap milik Abyss Order berhasil membuat Yun Jin melihat wajahnya sendiri yang sudah terlihat ketakutan.

“Ma..ma...”

Vennessa tertawa terbahak-bahak ketika melihat sekelilingnya, Dainsleif sudah berhasil dikalahkan ketika sedang mencoba menyerang titik lemah milik Vennessa, perempuan bersurai api itu benar-benar bahagia melihat kehancuran warga Teapod.

“Habisi mereka semua,”

Ayunan pedang milik Abyss Order mulai mendekati wajah Yun Jin, namun tiba-tiba sosok raksasa muncul dan menahan serangan pasukan Abyss Order.

“Jangan pernah berani mengayunkan pedang hina itu ke anakku,” ujar pria berambut gondrong dengan tongkat favoritnya itu.

Dari udara muncul kobaran api yang membentuk burung elang menerbangkan pasukan Abyss Order menuju kubangan besar di tengah-tengah Teapod.

“Kamu gak apa-apa, Sayang?” kata perempuan bersurai pirang kepada Klee.

Netra merah Vennessa Ragnvindr terbelalak ketika melihat seorang pria bersurai merah api yang sama sepertinya, raut wajahnya datar namun terkesan tegas ketika berhasil mengalahkan seluruh pasukan Abyss Order saat sedang berusaha menghabisi Klee.

“Tch! Mereka bukanlah lawan yang pantas untukmu, Vennessa.”

Klee masih tampak tak percaya sosok perempuan bersurai pirang itu mengulurkan tangannya kepada gadis berusia 23 tahun tersebut.

“Sekarang kamu aman, Sayang.”

Vennessa membeku, melihat Diluc Ragnvindr dan Jean Gunnhildr berdiri di antara anaknya dengan tegap.

“K-KAU?!”

Sosok raksasa itu tersenyum tipis, dengan mudahnya ia menangkis lima pedang besar yang sedang mengarah kepada Yun Jin.

“A-A—”

“Tak perlu kaget seperti itu, Nak. Kali ini Ayah datang untuk menolongmu,” ujar Arataki Itto sambil tersenyum.

-to be continued

You Keep Me Alive: You Are Alive

Chapter 5: Cataclysm Bagian Pertama

Pasukan dari Abyss Order tak segan-segan membombardir seluruh Teapod, walaupun di sana ada beberapa petarung veteran seperti Dainsleif dan Shenhe mereka tetap tidak bisa menahan kekuatan dari Abyss Order yang dikepalai oleh Vennessa Ragnvindr.

“ENYAH!”

“ENYAH KALIAN SEMUA!” seru Vennessa sambil mengarahkan kepalan tangannya yang dapat mengeluarkan api.

Venti masih terus menghalau serangan brutal dari Vennessa dengan kekuatan anginnya, namun itu semua tampak sia-sia karena dari sisi mana pun mereka terus diserang dan warga Teapod harus menjaga seluruh orang yang masih berada di rumah.

Xiao terus menghajar pasukan-pasukan berjubah hitam itu dengan tombak saktinya, ia belum tahu bahwa pemilik tombak tersebut sudah gugur sebelumnya.

“Tetap tahan! Jangan sampai lengah!” seru Dainsleif dengan lantang.

Venti, Dainsleif, Shenhe berjibaku menahan serangan dari anak buah Vennessa, sementara Albedo berusaha menciptakan benteng dengan berkekuatan nano melalui alat yang ia kembangkan.

You've got to be kidding me!

Alat yang selama ini disimpan oleh Lisa akhirnya terpakai juga, ia mengenakan dua gelang kristal hingga membentuk lingkaran listrik untuk menahan seluruh pasukan Abyss Order yang semakin mendekat ke arah rumah Keluarga Geo.

“Bunda...” panggil Sayu sambil memegang baju Sucrose.

Sang ibu langsung memeluk erat Sayu dengan wajah khawatir, air matanya terus mengalir melihat Albedo bersusah payah mengaktifkan perisai besar berbentuk bunga miliknya.

“Sayu ingin membantu Ayah,”

“Jangan! Kita di sini saja!” bantah Sucrose keras.

“Percaya sama Sayu, Bunda. Tolong,” rengek Sayu makin keras.

Air mata gadis berusia 15 tahun itu mengalir deras, ia memaksa untuk melepas dekapan sang ibu dan berlari keluar rumah.

“Sayu! Jangan!”

Yun Jin menahan lengan Sayu yang hampir tiba di pintu rumahnya, ia menarik saudaranya agar tidak keluar dan menghambat seluruh perjuangan orang yang ada di luar.

“Tapi Sayu harus!”

“Sayu sudah ikut ekstrakulikuler Ninja!” rengek Sayu kepada Yun Jin.

“Kita gak bisa apa-apa, Sayu!” tegas Yun Jin keras.

Thoma berhasil menghubungi pasukan Knight of Favonius dan mereka sedang menuju kemari secepat mungkin, tugasnya adalah menjaga pertahanan terakhir Teapod hingga KoF datang ke medan tempur.

Sara dan Keqing masih sibuk mengurusi luka Kuki Shinobu, tubuhnya terluka parah akibat benang tipis milik Yelan di ruang sidang tadi.

Yelan kabur begitu saja setelah hampir kalah satu lawan satu dengan Shenhe, perempuan bersurai putih itu membiarkan Yelan kabur karena ia tak ingin membunuh siapa-siapa lagi dalam hidupnya.

“Bagaimana Ibu?” tanya Sara kepada Keqing.

“Ibu sudah tertidur, terpaksa diberikan obat penenang oleh Noelle,” jawab Keqing masih fokus dengan luka Kuki Shinobu.

“Bang Al! Mana Ayah?!” seru Xiao sembari menahan lima musuh sekaligus.

Albedo tak menjawabnya, mengingat sang ayah sudah gugur beberapa saat yang lalu kembali membuatnya meneteskan air mata.

Namun Xiao lebih tahu Zhongli lebih dari siapa pun, melihat raut wajah abang angkatnya membuat dirinya yakin kalau Zhongli tidak baik-baik saja.

Vennessa masih sibuk menyerang asal ke sekitar, kini Teapod kembali dilahap oleh Si Jago Merah. Tubuh Razor masih melayang-layang untuk memamerkannya kepada Lisa.

“LISA MINCI!”

Kepalan api milik Vennessa dengan cepat menyambar ke arah Lisa, namun dengan cepat perisai bunga milik Albedo berhasil menghalau kobaran api tadi.

“Terima kasih, Al.”

“Jangan menahan diri lagi!” sentak Albedo kesal.

Lisa menghela nafasnya, ia masih ragu untuk mengeluarkan kekuatan yang sebenarnya.

Venti terbang ke sana kemari meniup pasukan Abyss Order agar tidak mendekat, ia terus mengibaskan tangannya sehingga menciptakan angin kencang yang dapat menerbangkan lebih dari ratusan bawahan Vennessa.

“Ma...” panggil Jean pelan. Anak dari Venti dan Barbara itu masih berusaha mencari keberadaan sang ayah di langit.

“Kita berdoa saja, Sayang. Jangan dilihatin terus,” ujar Barbara menutup mata anaknya.

Dari sisi barat, ribuan Knight of Favonius mulai datang menyerbu pasukan Abyss Order.

“Ayo, Bang Thoma! Mereka sudah datang!” seru Bennett keluar dari rumah Keluarga Geo.

Thoma dan Bennett langsung berlari dan bergabung dengan Knight of Favonius dan membalas serangan dari Abyss Order.

“Manusia-manusia lemah,”

Vennessa mengarahkan tangannya ke arah pasukan Knight of Favonius namun Venti berhasil menghalaunya dengan angin tornado yang diciptakan oleh kedua tangannya.

“SERANG!” seru Venti lantang.

Setelah Vennessa dibuat lengah oleh Venti, pasukan ksatria kebanggan Mondstadt itu mulai menyerang balik pasukan berjubah hitam tersebut.

“Licik juga kalian karena memiliki Celestia!” ledek Vennessa geram.

Venti hanya tersenyum sambil menari-nari di udara, berusaha mengalihkan perhatian Vennessa dari Knight of Favonius.

Hu Tao masih tak sadarkan diri di ruangan Sayu dan Yun Jin, Noelle masih menjaganya di sana. Tubuh perempuan bersurai hitam itu masih kejang-kejang karena alasan yang belum jelas, Noelle bolak-balik kamar untuk mengompres badan Hu Tao yang semakin memanas.

Ya Tuhan, tolonglah kami!

**

Di Inazuma pun demikian, serangan yang tak terduga dari Abyss Order berhasil menghancurkan beberapa wilayah negeri keabadian tersebut.

Ayato dan Beidou berlari ke pusat kota, agenda minum sake mereka terpaksa ditunda setelah langit Teyvat ditutupi oleh awan hitam dan disinari oleh cahaya yang kemerahan.

“Tenang! Kita masih ada waktu!” ucap Ayato.

Beidou tak menghiraukan ucapan pelaksana pemerintah Inazuma tersebut, ribuan pasukan Inazuma yang dipimpin oleh Ayaka masih berusaha membendung serangan dari Abyss Order.

“DEMI INAZUMA!”

Narukami Shrine juga disibukkan dengan serangan mendadak di udara, untungnya di sekitar puncak kuil suci itu dikelilingi oleh para Ronin yang tiba-tiba membantu pertahanan Narukami Shrine.

Yae Miko masih mengevakuasi penghuni kuil menuju jalur darurat, hampir seluruhnya sudah berhasil kabur dari Narukami Shrine.

“Yae Miko! Awas!”

SLASH

“Kau datang tepat waktu, Anak Muda.”

Kazuha menahan serangan dari belakang Yae Miko, pria bersurai krem itu dengan cepat mencincang tubuh pria besar berjubah itu.

“Hey, kalau bukan aku yang menyelamatkanmu, apakah kedua tanganmu akan kau korbankan lagi?” sindir Kazuha sinis.

Yae Miko terkekeh mendengar ucapan Kazuha namun secepat kilat ia menghilang dan ikut menyerang beberapa pasukan lagi yang ada di depan Kazuha.

“Jangan banyak bicara kalau sedang berperang,” tegas Yae Miko dengan suara beratnya.

Dari bawah Narukami Shrine terdengar suara sorakan pria yang benar-benar familiar di telinga Kazuha, sosok itu kembali mengingatkannya pada masa lalu.

Pria itu membawa seekor kucing di dalam kimononya, kepala hewan menggemaskan itu berkali-kali keluar walaupun Tomo berusaha memasukkannya kembali.

“AKU MAU BERDOA KE KUIL TAPI KENAPA RAMAI GINI!” seru Tomo yang masih asik menebas anggota Abyss Order dengan penuh semangat.

“Tomo?” gumam Kazuha pelan.

SLASH

“Bro! Aku tahu kau rindu denganku, tapi kita selesaikan nanti saja, ya!” ujar Tomo sambil tersenyum.

Garis bibir Kazuha ikut terangkat setelah melihat temannya yang sudah lama hilang kembali hadir di sisinya, mereka berdua bergabung dengan Yae Miko untuk menghabisi seluruh serangan yang tiada hentinya dari Abyss Order.

“Heran, kenapa di saat seperti ini sang pemilik langit tidak berbuat apa-apa!” sindir Tomo cengengesan.

“Kenapa rambutmu kribo sekarang? Gaya baru?”

“HAH? Oh, ini? Biasa—”

SLASH

“SUDAH KUBILANG JANGAN LENGAH!” teriak Yae Miko lantang.

“Woah, santai, Gadis Manis. Pertunjukan baru saja dimulai!” balas Tomo masih terkekeh melihat anggunnya Yae Miko namun dengan aura yang meledak-ledak.

“Omong-omong, Zu. Udah lama kita gak kayak gini, ya?”

Kazuha mengangguk yakin, melihat puluhan pasukan Abyss Order lainnya membuat gairah bertarungnya semakin tinggi.

It's nice to have you back, Bro.” ujar Kazuha.

“Bahasa apa itu?” balas Tomo bingung.

**

Garis pertahanan Teapod sudah mulai menipis, bahkan Venti tak dapat menghalau serangan bertubi-tubi dari Vennessa Ragnvindr.

“LISA! Kau benar-benar tak berniat membantu?!” sentak Shenhe yang sudah terluka parah.

“Kau diam saja! Aku tak perlu ocehanmu!”

Shenhe kembali berlari menuju kerumunan Abyss Order, lingkaran hitam yang menjadi pintu masuk Abyss Order tak henti-hentinya mengeluarkan pasukan bertubuh besar dan semakin lama tenaga mereka mulai habis karena kelelahan.

Albedo kembali mengaktifkan perisai bunganya di sekeliling rumah Keluarga Geo, energi nano miliknya sudah hampir habis, semuanya akan berakhir jikalau kekuatan canggih milik Albedo kehabisan energi.

“Bang Al, cepat katakan padaku! Apa yang terjadi dengan Ayah?!” sentak Xiao kesal.

Albedo menggelengkan kepalanya, ia masih fokus dengan penguatan perisai miliknya.

“Pak Zhongli sudah gugur,” jawab Lisa.

Mendengar ucapan Lisa membuat Xiao benar-benar diselimuti kemarahan, tubuhnya bergetar hebat ketika mengingat orang yang kuat seperti Zhongli bisa dikalahkan oleh pasukan Abyss Order.

“Kita tak punya pilihan lain—”

“DIAM!”

Xiao mengambil topeng iblis milik mendiang Itto dan memakainya, seluruh energi negatif yang sudah mengelilingi dirinya dijadikan alasan untuk bertarung habis-habisan saat ini.

“Tak punya pilihan lain, hah?”

SLASH

SLASH

SLASH

Ratusan pasukan Abyss Order melayang di udara, semuanya terjadi begitu cepat. Xiao sudah berada di titik puncaknya, tombak sakti miliknya menyala-nyala.

“TAK PEDULI BERAPA PUN PASUKANMU—”

SLASH

“TAK PEDULI SEKUAT APA PUN KALIAN—”

SLASH

“AKU—”

SLASH

“AKU—”

SLASH

“TAK AKAN MENAHANNYA—”

BOOM

Setengah wilayah Teapod hancur seketika, kubangan besar akibat ledakan dari arah yang tak diketahui itu berhasil mengalahkan hampir seluruh pasukan Abyss Order.

“Sekarang kalian sudah terpecah,” ujar Klee dengan suara beratnya.

Klee dan Kaeya tiba di medan tempur, kini fokus Vennessa beralih kepada gadis bersurai pirang tersebut.

Mama, Papa, sekarang saatnya berjuang hingga titik darah penghabisan!

Klee mengeluarkan bola kecil dari tasnya, bom berkekuatan nuklir hasil eksperimennya berhasil digunakan dengan baik.

“Gak sia-sia Klee main-main di laboratorium Kak Al waktu kecil,”

-to be continued

You Keep Me Alive: You Are Alive

Ending Chapter 4: Lima Menit

APA PUN BISA TERJADI DALAM 5 MENIT

Sumeru

Seorang gadis tak berhenti-berhentinya batuk selama perjalanannya kabur dari Sumeru, ia berlari namun sempoyongan sambil memegang kepalanya, wajahnya terlihat gusar karena sesuatu.

“Maaf,”

“Kalau jalan lihat-lihat, dong!”

“Maaf sekali lagi!” seru gadis bersurai hijau muda tersebut.

Sekali lagi, ia menabrak seseorang dengan seragam Adventures Guild khas Mondstadt.

“Aduh! Maaf! Kamu gak apa-apa?”

Melihat darah yang keluar dari mulutnya setelah bertabrakan dengan Amber membuat dirinya panik bukan kepalang.

“Kamu berdarah?! Kamu sakit? Ayo kita ke rumah sakit—”

“Enggak! Saya harus pergi dari sini!” seru gadis itu.

Amber terlihat bingung setelah gadis tadi hanya melaluinya begitu saja, namun ia memutuskan untuk mengikuti gadis itu hingga keluar gerbang Sumeru.

“Kenapa Anda masih mengikuti saya?” tanya gadis bersurai hijau tersebut.

“Siapa namamu? Kenapa kamu mau keluar dari sini?”

“Aku tak bisa menjelaskan alasanku, maaf!”

Gadis itu berlari sekuat tenaga menjauh dari Amber, namun sayangnya beberapa langkah setelah ia kabur gadis itu jatuh pingsan.

**

Berita tentang lepasnya Vennessa Ragnvindr dari lapas Teyvat Pusat langsung menyebar ke mana-mana, Xinyan yang masih dirawat di rumah sakit hanya bisa menggerutu karena tidak dapat berbuat apa-apa karena habis dibuat babak belur oleh Yelan.

“Gila, kenapa bisa sampai hancur gitu? Sekuat apa kekuatannya?” gumam Yelan pelan seraya membaca kata demi kata yang tertulis di televisi.

Pintu ruang rawatnya terbuka, di sana ada Rosaria dan seorang lelaki bertopi aneh masuk ke dalam dan menemui Xinyan.

“Selamat malam, Xinyan.” sapa Rosaria dengan tegas.

Lelaki tadi hanya menunduk tanpa berkata apa-apa.

“Saya membawa kepala intelejen Teyvat yang akan membantumu untuk investigasi tentang masalah yang kamu bicarakan kemarin,”

“Celestia Kuno?” tanya Xinyan ragu.

Rosaria hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Namaku Heizou, Shikanoin Heizou,” ucap Heizou mengenalkan dirinya kepada Xinyan.

“Saya pamit, karena di situasi pusat sedang runyam,”

Rosaria pergi begitu saja meninggalkan Xinyan dan Heizou, mereka tak membuka suara sama sekali setelah kepergian Rosaria.

“Jadi—” ucap mereka bersamaan.

“Maaf, silakan duluan,” ujar Xinyan salah tingkah.

“Sebenarnya saya sudah banyak mengumpulkan data tentang Celestia Kuno namun—”

“Listrik di apartemenmu terputus karena badai yang menerjang Liyue beberapa hari lalu?” sanggah Heizou yang berhasil membuat Xinyan bergidik ngeri.

“Bagaimana kamu bisa—”

“Aku tahu banyak tentang keadaan di sekitar Teyvat, walaupun aku berasal dari Inazuma tetapi itulah salah satu tugas badan intelejen Teyvat,” balas Heizou datar.

“Tapi sampai serinci itu?” gumam Xinyan ragu.

Heizou terkekeh melihat reaksi menggemaskan dari Xinyan, baru kali ini ia melihat laki-laki pendiam tadi tersenyum.

“Ya, maaf. Kebiasaanku, aku juga tidak bisa menghentikan kebiasaanku untuk memotong ucapan seseorang,”

“Namun pada intinya, seluruh berkas dan data yang tidak tersimpan aman di sini,”

Heizou memegang sebuah benda berukuran jari jempolnya lalu memberikannya kepada Xinyan.

“Aku tak menampik, kamu memang pandai mencari informasi,”

Heizou beranjak dari kursinya lalu pergi meninggalkan Xinyan, “Kamu mau ke mana?”

“Aku? Masih ada urusan lain di luar,” Heizou menoleh sejenak lalu tersenyum.

Heizou meninggalkan Xinyan begitu saja, gadis bersurai hitam itu langsung mengambil laptopnya dan mencolokkan flash drive tadi. Benar saja, seluruh data yang hilang karena belum tersimpan sudah tersusun rapi di sana.

“Apa ini?”

Xinyan membuka satu folder yang tidak memiliki judul, terdapat satu tulisan aneh di sebuah foto tersebut.

“Tulisan apa ini?”

**

“Ini tulisan orang-orang Khaenri'ah,” balas Lisa kepada Albedo.

Sementara yang lain masih sibuk menenangkan Ningguang karena masih histeris setelah melihat Zhongli gugur di medan perang, Albedo langsung menarik lengan Lisa dan berbicara dengan perempuan bersurai coklat itu empat mata.

“Apa Ibu bisa membacanya?”

“Ada-ada saja kamu, Al.” ledek Lisa sambil terkekeh.

“Tentu saja tidak,”

Albedo heran kenapa Lisa bisa tertawa di saat situasi genting seperti ini, seluruh anggota keluarga Geo masih terpukul karena kematian Zhongli dan masih berusaha untuk meminta Millelith pergi ke kediamannya untuk dievakuasi.

“Kamu pasti berpikir kalau saya sedang bercanda?”

Albedo mengangguk dengan pertanyaan Lisa.

“Tulisan ini hanya bisa dibaca oleh orang-orang Khaenri'ah, atau ahli linguistik yang meneliti tentang bahasa ini dan saya tidak memiliki koneksi dengan mereka,”

“Mereka? Maksudnya?”

“Ya, tapi sebentar, sepertinya saya tahu beberapa kata dari goresan ini,”

Lisa fokus membaca goresan di kertas usang tersebut, Albedo terus menatapnya tajam karena kecurigaannya kepada perempuan bersurai coklat itu semakin tinggi karena tidak seperti biasanya Lisa berlaku seperti itu.

“Pohon kehidupan, pengabul segala doa, Tsaritsa,” gumam Lisa pelan.

“Ya, hanya itu yang bisa saya baca dan mungkin ini adalah sejarah tentang Tsaritsa atau pun ini jurnal pribadinya yang ditulis dalam bahasa rahasia,”

“Seperti yang kamu ketahui juga, keluarga Tsaritsa adalah satu-satunya yang berhasil kabur dari aksi genosida yang dilakukan oleh Abyss Order, dan tidak ada satu pun orang-orang di dunia ini yang paham dengan bahasa tersebut kecuali orang Khaenri'ah sendiri,” lanjut Lisa.

Albedo mengangguk setuju dengan perkataan Lisa, tiba-tiba ponselnya berdering dan mendapati bahwa Bennett sedang meneleponnya.

“Halo, Bang! Aku udah di depan, tapi kok ramai?”

“Masuk saja, Ben.”

Bennett masuk bersama seorang gadis dengan dandanan aneh serta pita berbentuk bintang yang bertengger di rambutnya. Melihat sosok gadis itu membuat Lisa terperanjat lalu menghampirinya dengan cepat.

“Kau bukan orang Teyvat, kan?!” seru Lisa sedikit panik.

“Ya, Paimon bukan Teyvat,” jawab Paimon ikut panik setelah melihat raut wajah Lisa.

Albedo menatap Bennett heran, dari mana ia bisa bertemu dengan gadis itu.

“Ceritanya panjang, tapi aku menemuinya di daerah Dragonspine,” jelas Bennett kepada Albedo.

Albedo beralih menatap Paimon, ia benar-benar tidak memiliki petunjuk tentang Khaenri'ah dan berharap bahwa gadis yang bernama Paimon itu bisa membaca tulisan aneh yang ia dapat dari Zhongli.

“Namamu Paimon?” tanya Albedo.

Paimon hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara, Albedo memberikan kertas usang tadi untuk dibaca olehnya.

“Bagaimana kalian bisa mendapatkan ini?” tanya Paimon dengan wajah yang kaget.

“Apakah kamu bisa membacanya?”

Lagi-lagi Paimon mengangguk, kemudian membaca maksud dari kertas tersebut.

“Pohon kehidupan berada di Chasm, tempat ini adalah tempat mekarnya dua bunga terindah dari Khaenri'ah. Mereka satu dan tidak dapat dipisahkan, jika salah satu pucuk bunga tersebut rusak maka seluruh dunia akan merasakan bencana besar,”

“Khaenri'ah adalah negara pengabul doa, tempatnya di atas bumi dan di bawah singgasana. Orang-orang bengis nan kejam yang tergabung dalam Abyss Order berusaha untuk merusak kebahagiaan bangsa Khaenri'ah, tatanan negara baru tanpa hadirnya Celestia yang melindungi bumi tidak dimasukkan ke dalam rencana mereka, para Celestia itu mengutus orang-orang bumi untuk membantunya melindungi Khaenri'ah dan diberi sebutan Archon,”

“Bumi tidak akan hancur selama para Archon masih hidup, namun Abyss Order selalu mencari cara untuk memusnahkan para Archon dengan terbang ke bumi. Di Chasm, terdapat satu pohon yang terbuat dari rumput liar yang mengenai air mata Tsaritsa saat menciptakan dua bunga terindah tadi, pohon itu akan selalu berdiri kokoh di bawah tanah. Selama pohon itu tidak hancur atau rusak, jiwa Celestia Kuno akan selalu ada di Teyvat,”

Aku sudah mengutus dua orang untuk melindungi pohon sakral itu, mereka adalah Dainsleif dan Shenhe. Tugas mereka adalah menghalangi jalan masuk Abyss Order untuk datang ke bumi, Dainsleif adalah keturunan dari Abyss Order yang memiliki idealis yang sama denganku, sementara Shenhe adalah seorang manusia biasa yang terjangkit penyakit langka namun berhasil sembuh setelah meminum sari daun pohon kehidupan milikku,

Orang-orang yang terkena zat itu berubah sesuai ambisi mereka dalam hidup, dan aku sangat bersyukur bahwa Shenhe bersedia menjagaku serta dua bunga indah ini. Bumi akan selalu aman jika mereka berdua bisa menjaga bungaku hingga mekar,

Lisa, Albedo dan Bennett dengan seksama mendengar Paimon, anehnya saat Paimon membaca tulisan itu ia sama sekali tidak terbata-bata seperti ia berbicara dengan mereka.

Ada atau tidak aku di dunia ini bukan menjadi masalah, seluruh kekuatanku telah habis setelah menciptakan mereka. Aku bukanlah siapa-siapa,

Paimon meletakkan kertas tadi di atas meja lalu menatap ketiga orang asing (baginya) dengan aneh.

“Sudah? Itu saja?”

Paimon mengangguk, “Hanya itu isinya,”

“Kita tak dapat jawaban atas semua diary konyol itu,” balas Lisa kesal.

“Paimon mencari Hotaru dan Sora,”

“Tapi... mereka sudah tiada,”

Paimon masih terlihat datar setelah mendengar jawaban Albedo.

“Boleh saya bertanya sesuatu?”

Paimon mengangguk, “Boleh,”

“Apa hubunganmu dengan mereka? Hotaru dan Sora maksud saya,” tanya Lisa penasaran.

“Paimon ingin membantu mereka mengalahkan Abyss Order,”

“Tapi—”

“Paimon harus ke Chasm,”

Shenhe datang memotong pembicaraan Paimon dan yang lainnya.

“Kita tidak perlu ke Chasm, Dainsleif dan Xiao sedang menuju kemari, peperangannya dengan Abyss Order di Chasm sudah selesai,” ujar Shenhe datar.

“Wilayah itu sudah tertimbun dengan tanah dan berhasil menghancurkan seluruh Chasm dan pohon kehidupan milik Bunda Tsaritsa,”

Paimon tersenyum, senyumnya terlihat dipaksa oleh gadis bersurai putih tersebut.

“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Lisa khawatir.

Seketika sebuah lingkaran hitam melebar di sekeliling ruang utama Keluarga Geo, Dainsleif dan Xiao tiba di sana dengan keadaan terluka parah.

“Kami gagal menjaga—”

“Paimon?!” seru Dainsleif tak percaya.

“Dain!”

Paimon langsung memeluk Dainsleif yang sedang terluka, wajahnya sudah tak lagi datar namun terlihat khawatir.

Xiao terduduk sambil memukul lantai berkali-kali karena kesal.

“Rhinedottir menghancurkan pohon milik Bunda Tsaritsa,” ucap Dainsleif lirih.

Cataclysm akan datang,”

Terdengar suara teriakan dari ruang keluarga, Hu Tao memekik histeris entah kenapa.

“Hu Tao?! Kamu kenapa?!” seru Barbara panik sambil terus memeluknya.

“TOLONG!!!”

“TOLONG AKU!!!”

“BADANKU TERASA TERBAKAR!!!”

“AKU GAK KUAT!” pekik Hu Tao meronta-ronta.

Tubuh Hu Tao mengejang tanpa alasan yang jelas, mata perempuan itu berubah menjadi hitam pekat.

Badai besar mulai terjadi di seluruh Teyvat, perasaan mereka benar-benar tak karuan karena ini bukanlah ulah Raiden Ei.

Shenhe keluar dari rumah Keluarga Geo dengan penuh keberanian, ia menatap awan hitam yang sudah menutupi matahari. Cahaya merah yang terbentuk di sela-sela awan hitam tadi mulai menyinari Teyvat.

“Dain, yang ditakutkan oleh Bunda Tsaritsa akhirnya tiba,” ujar Shenhe datar.

“Kau tak pernah berekspresi sedikit pun walaupun kiamat sebentar lagi akan datang,” ledek Dainsleif sambil terkekeh.

“Aku pernah berekspresi, tapi ketika aku sedang bersama Qiqi,” balas Shenhe tak mau kalah.

Venti ikut menyusul Dainsleif dan Shenhe keluar, ia masih dengan senyum manisnya yang kadang membuat orang-orang jengkel.

“Izinkan aku ikut membersamai kalian untuk menjemput kiamat ini,”

“Tch! Kukira kau cuma anak basket yang sekarang jadi pemain sinetron, Venti.” balas Xiao sambil menahan sakit di seluruh tubuhnya.

Lingkaran hitam mulai bermunculan mengelilingi Teyvat, pasukan Abyss Order mulai berdatangan satu persatu.

“Apa Ibu masih terus menahan diri walaupun Cataclysm sudah dimulai?” ucap Albedo kepada Lisa.

Lisa menghela nafasnya, “Siapa yang menyangka cerita ini akan menjadi penutup Teyvat kita tercinta?”

“ABYSS ORDER!”

Seluruh pasukan berjubah hitam nan misterius itu mulai memasang kuda-kuda.

“Heran, gak, sih? Kenapa selalu Teapod yang jadi tempat untuk berperang?” canda Venti sambil terkekeh.

“Kau benar-benar tak bisa serius sama sekali, ya?” balas Xiao kesal.

BOOM

“LISA MINCI!” teriak Vennessa Ragnvindr.

“KAU INGAT ANAK INI?”

Vennessa menggenggam tubuh Razor yang sudah hangus terbakar, melihat anaknya sudah tak berdaya membuat Lisa mulai murka.

“Paimon akan membantu,” ujar Paimon kepada Lisa.

“Terserah,” balas Lisa sambil mengeluarkan sesuatu.

“Minci?” tanya Shenhe pelan.

Dainsleif tersenyum setelah sekian lama tak mendengar nama itu, “Ternyata ada dua keturunan Abyss Order yang akan melawan darah dagingnya sendiri,”

“Aku sudah berjanji untuk tidak ikut-ikutan, tetapi kenapa Tuhan terus memaksaku untuk berperang,” ujar Lisa lirih, matanya masih tertuju kepada jasad anaknya yang masih melayang-layang di udara bersama Vennessa.

“Teyvat memang selalu menjadi tempat yang menarik bagi semua orang,”

SERANG!

-to be continued

You Keep Me Alive: You Are Alive

Chapter 4.1: Lima Menit

APA PUN BISA TERJADI DALAM 5 MENIT

Tubuh Razor sudah tak berdaya di atas tanah, ia dengan mudah dikalahkan oleh Vennessa dalam sekali serangan. Kebakaran yang disebabkan oleh perempuan bersurai api tersebut sudah meluluhlantakkan hampir seluruh wilayah Teyvat Pusat.

“Kau pikir bisa dengan mudah mengalahkanku dengan tekad yang kosong seperti itu?” ucap Vennessa dengan bengis.

Ada sesuatu yang janggal di hati Vennessa ketika melihat wajah Razor yang sudah tak sadarkan diri.

Kenapa wajahmu mirip dengan Kakak? tanyanya dalam hati.

Beberapa saat kemudian Knight of Favonius datang dan mengepung Vennessa yang masih melayang di udara.

Kau benar-benar mirip Diluc, gumam Vennessa dalam hati.

“JANGAN BERGERAK! ANDA SUDAH KAMI KEPUNG!”

Jangan bilang kau benar-benar anak dari Kakakku?

“VENNESSA RAGNVINDR! MENYERAHLAH SEBELUM KAMI MEMAKSAMU UNTUK BERTEKUK LUTUT!”

Kau bukan anak dari Diluc, kan?

“DALAM HITUNGAN 5, SEGERA MENYERAH!”

“Hey,” panggil Vennessa pelan.

Razor masih tak berkutik, tubuhnya sudah terbakar oleh api yang disebabkan oleh Vennessa.

“Ba-Bagaimana cara memadamkan api ini?!” seru Vennessa panik.

“BAGAIMANA INI?!”

Vennessa terlihat hilang arah setelah menyadari bahwa Razor adalah anak dari Diluc Ragnvindr, hitungan yang diserukan oleh Knight of Favonius tak dihiraukan olehnya.

5

4

3

2

1

“Kau... keponakanku?”

SERANG!

Ratusan desing peluru mulai menyerang Vennessa dari seluruh sisi, namun besi panas itu hanya melewati tubuhnya dan kembali menyerang pasukan kebanggaan Mondstadt itu.

Vennessa terlihat panik melihat Razor benar-benar sudah tak sadarkan diri, kakinya mulai memijak ke tanah sehingga membuat getaran hebat di sekelilingnya.

Dompet milik Razor yang tergeletak beberapa langkah dari mereka langsung diambil oleh Vennessa. Serangan kedua dari Knight of Favonius pun dengan mudah menyerang kembali pasukan itu karena kekuatan gaib milik Vennessa.

Silsilah Keluarga karya Razor,

Ini Ibu Razor, Lisa Minci. Ibu Razor adalah perempuan paling pintar di Teyvat, Ibu Razor sangat mendukung hobi Razor mengoleksi figur serigala yang ternyata merupakan julukan Ayah Razor saat menjadi kesatria dari Favonius.

Dan ini adalah Ayah Razor, yang bernama—

“Diluc Ragnvindr,” gumam Vennessa saat membaca satu persatu kata yang dibuat oleh Razor, namun kertas itu perlahan hangus menjadi abu karena tangannya yang memantik api.

“Kau...”

“Keponakanku?”

**

Albedo, Hu Tao dan Baizhu tiba di kediaman Zhongli. Melihat tubuh dokter bersurai hijau itu aneh, Ningguang langsung terasa mual saat melihat gumpalan tubuh Baizhu yang sedang regenerasi.

“Apa kabar, Baizhu?” sapa Zhongli serius.

Baizhu hanya tersenyum menjawab pertanyaan Baizhu. Mereka duduk di ruang tamu rumah bekas peninggalan Madame Ping.

“Sa-Saya tidak kuat, Mas.” bisik Ningguang kepada suaminya.

Zhongli lalu menyuruh Ningguang untuk pergi ke kamarnya, istrinya itu langsung berlari menuju kamar dengan cepat.

“Yah?” panggil Albedo heran.

“Kenapa, Al?”

“Mamah hamil?”

PLAK

Satu jitakan keras mendarat di kepala Albedo, Hu Tao berterima kasih kepada Zhongli lewat isyaratnya karena telah berhasil menjinakkan anak keduanya tersebut.

Baizhu hanya terkekeh melihat Albedo meringis kesakitan, namun saat ia tak sengaja menatap netra milik Zhongli di sanalah ia sadar bahwa aura yang dimiliki oleh Zhongli sedang menyala-nyala.

“Kami ke sini karena makam para Celestia Kuno dicuri oleh sekelompok orang misterius,” ujar Hu Tao kepada Zhongli.

Pria berusia 65 tahun itu berdeham, ia paham bahwa situasi yang sedang mereka hadapi saat ini sungguh berbahaya. Zhongli beranjak dari sofa untuk mengambil sesuatu dari lemari ruang tamunya.

“Mereka adalah Abyss Order,” ucap Zhongli singkat.

Hu Tao mengangguk setuju dengan pernyataan dari Archon Liyue tersebut. Setelah Zhongli membuka gulungan kertas yang sudah terlihat tua itu, mata mereka langsung tertuju pada tulisan kuno yang ada di sana.

“Sayang sekali tidak ada yang bisa membacanya, namun tulisan ini saya dapatkan saat Perang Archon pertama setelah berhasil mengalahkan Murata,”

Tulisan misterius itu tertata dengan indah namun seolah tak memiliki makna, sekuat apa pun manusia biasa berusaha memahaminya pasti tidak akan mendapatkan jawabannya.

“Murata memiliki hubungan dengan Abyss Order, tetapi kita tidak bisa menanyakannya secara langsung kepada debu yang sudah terbang entah ke mana,”

“Celestia itu sudah mati?” tanya Baizhu memastikan.

“Ya, Raiden Ei yang membunuhnya 10 tahun yang lalu,” jawab Zhongli.

Baizhu masih berusaha membaca goresan tinta di kertas usang itu, sementara Albedo sibuk mencari sesuatu di tasnya.

“Saya yakin tulisan ini ada hubungannya dengan Celestia Kuno, Khaenri'ah atau pun Abyss Order,” lanjut Zhongli menjelaskan kepada Hu Tao, Albedo dan Baizhu.

Setelah menemukan benda yang dimaksud, Albedo langsung menggunakan alat itu untuk menerawang tulisan tadi.

“Apa itu?” tanya Hu Tao heran.

“Ini alat yang saya kembangkan bersama Ibu Lisa Minci untuk penelitiannya, siapa tahu bisa berguna untuk menerjemahkan tulisan di kertas ini,”

Setelah beberapa menit menunggu, kekuatan alat canggih itu pun tak mampu menjelaskan maksud dari tulisan di kertas tersebut.

“Kalau begitu, bawa kertas ini untuk dibaca langsung oleh Lisa,” suruh Zhongli kepada Albedo.

“Baik, Yah.” balas Albedo singkat.

Ningguang keluar dari kamarnya dengan wajah panik, memberitahu Zhongli bahwa Sara dan Keqing diserang saat sedang melakukan sidang pertamanya di Liyue.

“Kita harus segera menuju Teapod,” ajak Zhongli kepada yang lainnya.

“Kalian pergi saja, biar saya tetap di sini bersama Hu Tao,” kata Baizhu dengan tegas.

Wajah Hu Tao terlihat aneh ketika orang yang baru ia kenal ini sudah memutuskan strategi begitu saja. Perempuan bersurai hitam itu tak sedikit pun setuju dengan keputusan Baizhu.

“Enak saja! Aku juga harus pulang setelah mengalami kegilaan ini!” bantah Hu Tao keras kepada Baizhu.

Tiba-tiba suara gemuruh mulai terdengar dari luar rumah Zhongli, sorakan dari orang-orang misterius itu semakin keras seiring berjalannya waktu.

“Sepertinya perjalanan kita akan terhambat,”

Albedo langsung berlari keluar rumah tanpa menghiraukan panggilan dari Ningguang, puluhan pasukan misterius itu sudah berjejer mengelilingi rumah Zhongli.

“Bagaimana ini, Al?” tanya Zhongli yang ikut menyusul anaknya keluar rumah.

“Semoga eksperimen Al selama 10 tahun ini berhasil,”

Albedo mengeluarkan perisai bunga miliknya dan meletakkannya ke tanah, setelah itu mulai tercipta lingkaran berbentuk emas yang berhasil menghalangi pasukan misterius itu untuk menyerang mereka.

“Tapi kita tidak bisa begini saja!” seru Hu Tao yang sudah terlihat panik.

“Ini alat untuk teleportasi, kita tetap butuh waktu untuk mengaktifkannya!” balas Albedo kesal mendengar suara Hu Tao.

“Kita tetap harus melawannya,”

“Al, jaga ibumu,” tegas Zhongli kepada anaknya.

Dengan cepat Zhongli melesat ke arah kawanan misterius itu dengan senjata yang ada di tangan kanannya.

“MAS! JANGAN!” pekik Ningguang histeris.

Zhongli masih berjibaku menahan seluruh pasukan yang berusaha masuk ke dalam lingkaran emas milik Albedo, melihat pahlawannya kesusahan membuat Hu Tao tergerak untuk membantu Zhongli menahan serangan mereka.

“Jangan!” teriak Albedo dengan keras.

Hu Tao bergidik, tubuhnya membeku mendengar suara Albedo.

Air mata Ningguang mengalir deras, ia tak tega melihat Zhongli kewalahan di medan tempur, serangan demi serangan yang dilayangkan oleh pasukan itu berhasil membuat Zhongli tersungkur beberapa kali karena jumlah mereka yang terlampau banyak.

“Sebentar lagi, Yah!”

Namun apa pun dapat terjadi dalam waktu lima menit, saat Albedo meneriakkan aba-aba kepada Zhongli—

SLASH

Sebuah pedang berhasil menembus perut Sang Archon, darah yang keluar dari mulutnya keluar deras. Tubuhnya ditindih oleh kawanan gila tersebut di depan mereka, mencabik-cabik seluruh tubuhnya dengan ganas lalu menyorakkan yel-yel kemenangan. Ningguang hanya bisa menyaksikan kematian suaminya, begitu juga dengan Albedo, Hu Tao dan Baizhu yang seolah tak percaya bahwa Archon dari Liyue tersebut telah gugur begitu saja dan di saat yang sama mereka sudah berada di Teapod setelah alat teleportasi milik Albedo telah aktif sepenuhnya.

“MAS ZHONGLI!!!”