You Keep Me Alive: You Are Alive
Chapter 10: Suasana Baru Teapod Residence
Xiao masih terus berusaha berinteraksi dengan Yaoyao selama perjalanan mereka menuju Teapod Residence, gadis itu luluh ketika Xiao menyentuh pucuk rambutnya di saat pria itu sudah menyerah.
Yaoyao adalah gadis yang selamat dari dua kejadian besar di Teyvat, Perang Archon kedua dan yang baru-baru ini, Cataclysm. Ia ditemukan oleh Xiao saat pria itu sedang beristirahat di perbatasan Liyue dan Sumeru kala itu, hidup pontang-panting tanpa arah membuat Xiao iba dan membangunkan rumah untuknya di sekitar Gunung Tianheng serta memberikan uang yang cukup sebelum meninggalkan gadis itu dalam waktu yang lama.
“Di perumahanku, akses internet sudah ada dan kencang! Soalnya banyak yang memakai internet untuk keperluan bekerja contohnya, atau sekadar jalan-jalan di internet untuk membeli baju mereka gitu,” cerita Xiao tersenyum dan penuh antusias.
Yaoyao hanya membalas senyumnya sebentar lalu kembali murung seperti biasa, gadis berusia 18 tahun itu masih belum terbiasa dengan segala kebaikan yang Xiao berikan kepadanya.
“Sebentar lagi kita sampai, aku juga sudah belikan gawai untukmu, sudah ada nomorku dan Kak Ayu di sana. Kamu bisa minta sama warga yang lain kalau misalnya ada apa-apa jadi enak komunikasinya,” lanjut Xiao setelah memberikan gawai tersebut kepada Yaoyao.
“Terima kasih,” balas Yaoyao singkat.
Sesampainya di sana, suasana Teapod Residence terlihat pelik, padahal ia baru meninggalkan perumahan itu tadi malam.
Dua kubu besar sedang bertatap-tatapan di depan rumah mereka masing-masing, kubu bapak-bapak yang diketuai oleh Itto sementara kubu ibu-ibu diketuai oleh Sara.
Sara dan yang lainnya tinggal di pekarangan rumah Keluarga Geo, sementara yang lainnya harus sempit-sempitan di rumah Kaeya karena memang posisi bangunan itu saling berhadapan.
“Apa lo?” ujar Itto sambil mendongakkan kepalanya, kacamata hitamnya ia letak di atas kepalanya atas saran dari Venti.
Sara hanya menatap Itto kesal, melihat gaya kekasihnya justru membuatnya semakin murka, apalagi kaum adam Teapod Residence malah melakukan tarian aneh yang diajarkan oleh Itto.
“Gue gak ikutan!” sentak Diluc kesal karena ditarik-tarik oleh Thoma.
“Gue juga gak mau, Bang! Tapi ikut ajalah!” ajak Thoma pasrah.
Venti ikut-ikutan di depan yang lainnya, kemampuan menarinya justru lebih baik walaupun role model-nya adalah Itto. Ia sengaja memamerkan kemampuannya hanya untuk melihat reaksi menggemaskan dari istrinya Barbara.
“Ih, Pepen jago banget narinya,” gumam Barbara pelan.
Lisa langsung menjitak kepala perempuan bersurai pirang itu untuk menyadarkannya.
“Berhasil, Bro! Istri lo gak tahan!” bisik Itto masih sibuk meniru gaya Venti.
“Tapi istri lo enggak, Bang! Lihat, tuh!” tunjuk Venti ke arah Sara yang masih menatap Itto tajam.
“Lo gak tahu bini gue! Makin tajam tatapannya makin suka berarti!” balas Itto sambil tertawa.
Semua yang dikatakan oleh Itto tidak benar, Sara justru semakin kesal melihat Itto yang semakin menjadi, rasanya ia ingin datang ke sana lalu menghajarnya hingga pingsan. Namun peraturan baru yang dicanangkan oleh Kaeya sebelum mereka menandatangani surat perjanjian itu adalah kedua kubu bebas saling perang atau menggoda lawannya dengan cara apa pun, dan ini adalah cara pertama bapak-bapak untuk membuat lawannya menyerah sebelum bertanding.
“Mereka kenapa, sih?!” sentak Xiao kesal melihat tingkah Itto dan yang lainnya.
Yaoyao tak berekspresi sedikit pun, ia tak begitu mengerti apa yang dilakukan oleh manusia-manusia unik di perumahan ini, namun lamunannya pecah saat Yun Jin dan Sayu datang menghampiri mereka.
“Om! Ini tetangga baru kita, ya? Kata Mama begitu,” tanya Yun Jin dengan lembut.
“Bukan, mungkin yang Mama kamu maksud orang lain, tapi itu kenapa, sih, orang tua kalian?” balas Xiao masih malu melihat apa yang ada di depannya.
“Mereka lagi perang!” balas Sayu antusias.
“Kamu kenapa jadi pirang sekarang?” Xiao semakin bingung dengan apa yang terjadi saat ini.
“Sekarang Sayu Celestia Kuno, Om! Lihatlah! Pirang keemasan!” tunjuk Sayu ke atas kepalanya.
“Oh, iya! Kenalan dulu! Aku Yun Jin dan ini saudaraku namanya Sayu!” ucap Yun Jin kepada Yaoyao sambil mengulurkan tangannya.
“Halo, aku Yaoyao,” balas Yaoyao singkat.
“Ih, Kakak Yaoyao cantik rambutnya, nyalon di mana, Sis?” tanya Sayu mengikuti gaya ibu-ibu sosialita dari komplek seberang.
Yaoyao terkekeh melihat gaya glamor yang dibuat-buat oleh Sayu, hal ini akhirnya membuat Xiao dapat bernafas lega karena selama ini sudah khawatir kalau Yaoyao sudah tidak memiliki kemampuan untuk merasakan apa-apa lagi.
“Kakak! Kalau ketawa lucu tahu!” seru Yun Jin mengagumi manisnya wajah Yaoyao.
“Ah... Enggak!” bantah Yaoyao tersipu malu.
Xiao mendorong lembut tubuh Yaoyao ke arah Yun Jin dan Sayu lalu berjalan ke arah kumpulan bapak-bapak perumahan, netra mereka bertemu dan Xiao mengisyaratkan kepada gadis bersurai coklat itu kalau ini adalah suasana baru yang akan menjadi kesehariannya di masa depan.
Namun, sayangnya Yaoyao tak paham dengan kedipan mata Xiao hingga ia hanya bisa mengartikan kedipan itu sebagai tanda bahwa Xiao izin sebentar ke kamar mandi.
**
Raiden Ei dan Yae Miko turun dari Narukami Shrine, keduanya terlihat datar diikuti oleh beberapa gadis kuil yang sedang membawa beberapa barang bawaannya.
“Kamu yakin?” tanya Raiden Ei ragu.
Yae Miko hanya membalasnya dengan senyuman, “Percaya padaku, kamu butuh suasana baru,”
“Bilang saja kamu mau berduaan sama Tuan Kamisato, bukan?” Ledek Ei sinis.
Yae Miko terkekeh mendengar ucapan Celestia dari Euthymia tersebut lalu mengangguk setuju dengan perkataannya.
“Tuh, kan!”
“Bercanda, jangan terlalu serius,” balas Yae Miko sebelum semuanya keterlaluan.
Sebuah mobil di ujung Narukami Shrine sudah terparkir, seorang pria bersurai biru keluar dari mobil tersebut lalu berlari kecil ke arah Raiden Ei dan Yae Miko.
“Mana yang mau dibawa?” tanya Ayato dengan anggun.
“Baik sekali kekasihmu,” bisik Raiden Ei.
Ayato mengambil dua koper yang paling besar lalu meletakkannya di bagasi mobil, Raiden Ei dan Yae Miko sudah tiba di depan mobil milik Ayato.
“Kata Yae kamu cuti?”
“Ya, kebetulan saya tidak ada pekerjaan selama beberapa hari terakhir,” balas Ayato cepat.
“Kalau begitu menganggur? Bukan cuti?” tanya Raiden Ei heran dengan makna ucapan Ayato.
“Ah, maaf. Maksud saya saat ini Inazuma baik-baik saja, apalagi semenjak kita sudah bergabung dengan Klan Sangonomiya di kursi pemerintah, semua keamanan dan teknologi benar-benar diurus oleh mereka dengan baik,”
Perempuan bersurai ungu itu tersenyum, Raiden Ei melihat ke sekeliling sebelum kepergiannya dari Inazuma. Bunga Sakura yang berjatuhan akan selalu menjadi sesuatu yang dirindukan olehnya, setelah Raiden Ei masuk ke dalam mobil, ia melambaikan tangannya kaku ke arah Yae Miko sebelum menutup kaca mobilnya dan berangkat menuju Teapod Residence.
“Aku tak bisa membayangkan akan menjadi seperti apa perumahan itu nantinya,” gumam Yae Miko sambil tertawa.
**
Yelan keluar dari mobil biru miliknya, ia sudah memarkir kendaraan pribadinya di dekat fasum perumahan Teapod. Setelah mengambil koper di bagasi, ia berjalan mencari rumah ketua RT di perumahan tersebut.
Belum sampai di area perumahan, ia sudah dicegat oleh pria bersurai ungu yang sedang berusaha mendatarkan wajahnya di saat rasa ingin memaki sudah tak terkendali.
“Kau mau ke mana?” tanya Scaramouche dengan wajah kesalnya.
“Kau tak perlu tahu, aku penghuni baru perumahan ini,” balas Yelan singkat.
Mona dan Nara kembali dari area perumahan Teapod lalu mengajak Scaramouche dan Yelan menuju rumah RT Teapod.
“Mereka lagi ada kegiatan katanya, jadi semua tugas RT dibebankan ke Kujou Sara,” ucap Mona pelan.
“Lo jangan gampang percaya sama omongan mereka,” balas Scaramouche kesal.
“Ayah, gak boleh manggil Ibu seperti itu lagi!” timpal Nara, putri dari Mona dan Scaramouche.
“Aduh, maaf, Sayang! Ayah gak sengaja!” raut wajah Scaramouche berubah drastis ketika anaknya sudah merengek kesal dengan kelakuannya.
Yelan mendengus kesal melihat tingkah calon tetangganya itu, saat mereka hampir tiba di rumah Keluarga Geo, muncullah kembang api yang meledak di siang hari.
“GUE BELI DARI SOHIB GUE, NIH! KEREN GAK?!”
DUAR
DUAR
DUAR
“ITTO, GOBLOK!”
“TELEPON PEMADAM KEBAKARAN SEKARANG!”
“GAK BOLEH MEGANG HAPE!”
“TERUS GIMANA INI?!”
“AYO BAHU MEMBAHU GUYUR APINYA!”
Para ibu-ibu keluar dari rumah Keluarga Geo, melihat api yang mulai menjalar ke rumah mereka membuat perempuan bersurai ungu itu langsung mengambil ponselnya untuk menelepon unit pemadam kebakaran.
“Halo! Tolong kirimkan unit kebakaran ke sini segera! Di Teapod Residence RT 01!”
Wajah panik Sara justru menjadi tanda bahwa kemenangan ada di tangan kaum adam Teapod.
“HA! KALAH! IBU-IBU KALAH! KITA MENANG, GUYS!” seru Itto kegirangan.
“TAPI MASIH KEBAKARAN, ITTOLOL!”
“WOY, BURU AMBIL SELANG! INI ADA KERAN DI DEPAN!”
Scaramouche berbalik arah namun ditahan oleh Mona, perempuan bersurai hitam itu juga lebih geram dari suaminya, hanya saja senyum yang terpancar di wajahnya bisa menipu Nara yang masih sibuk melihat kembang api.
“Ini karena lo menang warisan makanya kita jadi tinggal di sini!” sentak Mona sambil menahan suaranya.
“Lo sendiri yang tanda tangan! Udah enak kita tinggal di Fontaine!” balas Scaramouche tak mau kalah.
“Gue gak tahu kalau tetangga lo kayak gini!”
Dari arah yang berbeda, Ayato dan Raiden Ei ikut memandangi kembang api yang berhasil membakar area depan perumahan tersebut.
“Baru datang sudah kebakaran?” gumam Raiden Ei panik.
“Selamat datang di Teapod Residence,” hibur Ayato sama paniknya dengan sang Celestia.