ismura

You Keep Me Alive: You Are Alive

Chapter 1: Tuntutan

Ningguang dan Zhongli terlihat sedang bersenda gurau di teras rumahnya, kini mereka hanya tinggal berdua di Liyue semenjak kepergian Madame Ping. Zhongli sengaja meminta Ningguang untuk tinggal di sini karena pria itu ingin pensiun dan menikmati sisa harinya hanya berdua dengan sang istri.

“Enak, Mas?” tanya Ningguang antusias.

Zhongli kembali menyeduh teh panas yang sudah disiapkan istrinya, kini mereka memiliki kebun teh kecil dan sekarang adalah saat yang tepat untuk menikmati hasil kerja keras mereka selama kurang lebih 10 tahun.

“Enak, Sayang. Cobain sendiri kalau kamu tidak percaya,” balas Zhongli kaku seperti biasa.

Semenjak Perang Archon kedua berakhir, Zhongli bukanlah lagi orang yang jenaka. Ia masih terpukul atas kepergian Lord Lesser Kusanali saat melawan Murata 10 tahun lalu.

Kini Zhongli bahkan jarang tersenyum, tentu ia tak ingin semua orang tahu sisi barunya tersebut.

Ningguang justru lebih senang dengan perubahan yang Zhongli alami, ia kembali dibuat jatuh cinta kepada Zhongli karena sudah kembali menjadi dingin dan kaku seperti di saat mereka muda dulu.

“Kamu ganteng banget, sih?” goda Ningguang sambil menopang dagunya dengan sebelah tangan.

Zhongli tak bereaksi sedikit pun setelah digoda oleh Ningguang, tatapannya masih tajam seperti biasa dan berhasil membuat garis bibir Ningguang semakin lebar.

“Terima kasih, Ning.” jawab Zhongli terlihat memaksakan senyumnya.

Ningguang terkekeh melihat suaminya salah tingkah namun bingung harus berekspresi seperti apa. Setelah teh panas milik Zhongli habis, Ningguang kembali menuangkan sedikit minuman buatannya.

Beberapa pasukan Millelith berdatangan dari bawah, mereka datang membawa Eula yang merupakan pimpinan kepolisian di Teyvat.

“Ibu Ningguang, Bapak Zhongli, maaf mengganggu waktu pensiun kalian,” sapa Eula sambil memberikan surat perintah kepada Ningguang.

“Surat penangkapan?” tanya Ningguang tak percaya.

Eula hanya mengangguk, namun perempuan itu malah meminta Millelith untuk pergi meninggalkan pekarangan rumah Zhongguang.

“Warga Liyue sudah tahu tentang kasus korupsi Madame Ping, dan menurut sumber terpercaya—”

“Sumber terpercaya apanya?” potong Ningguang kesal.

“Saya juga baru tahu tentang hal ini, tapi jurnalis dari Liyue's Media Group sudah membeberkan fakta yang selama ini memang polisi sengaja tutupi tentang Madame Ping,”

“Kenapa kepolisian lebih tahu dari anaknya sendiri?” sindir Ningguang kepada Eula.

“Saya sendiri tidak tahu apa-apa tentang kasus korupsi yang kalian bilang itu, kenapa Liyue tega sekali menggugat orang yang bahkan sudah lama pergi?!” lanjut Ningguang dengan nada sedikit tinggi.

Zhongli berdeham, suaranya langsung membuat Ningguang duduk kembali. Sang istri sudah mematung ketika suara Zhongli mulai terdengar di telinganya.

“Iya, Mas.” ujar Ningguang patuh.

Zhongli berdiri dari kursinya, netranya beradu dengan Eula. Namun aura mereka sama kuatnya sehingga tidak ada yang mengalah sama sekali.

“Jadi, Jade Chambers dituntut karena Madame Ping memiliki saham yang besar di sana?” tanya Zhongli setelah membaca referensi tuntutan di balik surat perintah yang diberikan Eula.

“Iya, Pak.”

“Dan saya ke sini bukan untuk menangkap Ibu Ningguang,” lanjut Eula pelan.

“Lalu?”

“Ini tentang makam Celestia Kuno yang mulai sering diserang oleh orang misterius,”

**

Yelan keluar dari ruang kerjanya, perempuan bersurai pendek itu masih sibuk dengan gawainya tanpa memperhatikan jalan sama sekali.

Orang-orang yang ada di koridor langsung menempelkan badannya ke dinding saat Yelan melewati jalan itu. Itu bukan kemauan mereka sendiri, banyak berkas yang berhamburan di udara karena terlempar oleh karyawan di firma hukum tempat Yelan bekerja. Ya, aura milik Yelan-lah yang membuat mereka tunduk ketakutan seperti itu.

Setelah melihat Yelan masuk ke dalam mobil, Xinyan langsung menghidupkan mobilnya untuk membuntuti Yelan. Walaupun mereka saling bekerja sama untuk mengungkap berita korupsi Madame Ping, tapi ada satu hal yang membuat Xinyan kurang percaya kepada Yelan.

Ke mana lagi lo hari ini?

Mobil milik Yelan terus berjalan hingga tiba di area pemakaman di Liyue. Melihat hal aneh ini justru membuat Xinyan heran karena Yelan tidak pernah pergi ke tempat ini sebelumnya.

Mau ngapain dia—

Tiba-tiba Xinyan dipukul dari belakang, tubuhnya diseret perlahan masuk ke dalam sebuah rumah kecil dekat pemakaman tersebut.

“Mau diapain dia, Nyonya?”

“Tunggu sampai sadar, berani-beraninya dia buntutin sumber Mora-nya,” ujar Yelan kesal.

Tak lama kemudian Xinyan sadar, namun pipinya terasa sakit, tangan dan kakinya juga sudah diiikat ke kursi. Ia membuka matanya perlahan dan mendapati Yelan sedang mengelap tangannya dengan kain putih yang sudah mulai berubah warna.

“Akhirnya bangun juga,”

Darah yang menetes dari bibir dan pelipis Xinyan masih mengalir deras, Yelan sengaja menamparnya hingga gadis itu bangun dari pingsannya. Kini wajah Xinyan sudah tak terbentuk lagi akibat tamparan Yelan.

“Apa salahku?!” bentak Xinyan keras.

“Salah lo? Salah satunya mau menjatuhkan investor hidup lo, kan?” jawab Yelan tersenyum.

“Biar gue hitung kemungkinan lo mati berapa persen,”

Yelan mengambil dua buah dadu dan melemparkan ke udara, dengan cepat tangannya meraih dua gelas usang lalu menangkap kedua buah dadu yang melayang di udara tadi ke masing-masing gelas.

TUK

Dua buah dadu itu sudah terperangkap di dalam gelas, Xinyan masih belum mengerti dengan apa yang Yelan lakukan karena ini adalah kali pertamanya melihat semua ini.

“Dadu di sebelah kanan gue adalah jumlah tusukan di jantung lo,”

“Dan di sebelah kiri adalah sisa hari sebelum kematian lo,”

Xinyan bergidik, aura yang dipancarkan Yelan begitu keras untuk tubuhnya. Badannya terjatuh karena tidak kuat menahan aura milik Yelan.

Perempuan bersurai pendek itu tersenyum sambil membuka gelas di tangan kanannya.

“Oke, jumlah tusukan di jantung lo cuma satu,”

Yelan mengambil pisau dari stockingnya lalu berjalan mendekati Xinyan yang masih memberontak untuk bebas.

“Gak mau tahu berapa hari lagi sisa hidup lo?”

Yelan membuka tali yang mengikat tangan dan kaki Xinyan lalu membiarkan dia membuka sendiri gelas yang masih telungkup di atas meja itu.

“ENAM! MASIH ADA ENAM HARI LAGI! LO MAU GUE NGAPAIN?!” ujar Xinyan yang sudah hilang akal.

“Jangan terlalu percaya sama dadu, yang gue lakuin itu cuma judi,”

SWOOSH

Pisau tadi menancap persis di samping kiri Xinyan, gadis itu kembali terjatuh karena tidak sadar Yelan sudah ada di depannya.

“Jangan pernah buntutin gue lagi,” ujar Yelan dengan suara datarnya.

**

Seorang pria turun dari sampan di dekat pelabuhan Inazuma, ia mengibas rambut kremnya karena sempat diguyur hujan selama perjalanannya di laut.

“WOAH! INAZUMA MAKIN MODERN, KAH?!” seru pria berambut krem tersebut.

Ia berlari-lari mengelilingi pusat kota Inazuma dan menikmati seluruh pemandangan yang ada, membeli semua yang dijual di sana dan berhenti di satu tempat di dekat kantor pemerintahan Inazuma.

“Kalian sudah menolakku jadi PNS! Sekarang kalian akan mendapat balasannya!” serunya sambil menunjuk langit dengan jari telunjuknya.

DUAR

Suara petir itu menggelegar ke seluruh Inazuma, dan berhasil membuat pria tadi bergidik ketakutan.

“HEY! JANGAN SEMBARANGAN MENUNJUK LANGIT KE UDARA!” seru salah satu pasukan penjaga Inazuma.

“Huh? Emang kenapa?”

“Langit Inazuma dikuasai oleh Celestia, kau tidak boleh sembarangan seperti itu lagi!” jelas petugas tersebut.

“Langit? Bisakah kau turunkan hujan?” canda pria bersurai krem tersebut.

Seketika hujan deras melanda Inazuma, ia bahkan sudah tidak bisa melihat lagi di mana petugas yang berbicara dengannya tadi.

“GUE BERCANDA! ELAH! BAPER AMAT LO, CELESTIA!”

DUAR

Pria itu tersambar oleh petir, tubuhnya gosong dan ia sudah tak sadarkan diri. Saat hujan mulai reda barulah orang tahu kalau ia sudah pingsan akibat terkena sambaran petir.

“Hey! Hey! Sadarlah!”

“Hah?”

“Siapa namamu?!”

“Tomo,”

KLUB BODOH

BAB 4: ULANG TAHUN LUMINE

“Oke, kalian tetap semangat, ya! Walaupun belum bisa mewakili sekolah untuk lomba puisi tahun ini,” ucap Bu Amber sambil menyemangati kami.

Ganyu masih terisak-isak sejak tadi, sementara Sara masih terus menahan tawa karena berhasil ngerjain Ganyu.

Kami gagal total, 10 peserta yang ikut seleksi, hanya 2 orang yang berhasil lolos dari Klub Sastra. Suasana kelas sedikit berbeda setelah pengumuman itu.

**

Hari ini, aku dan keluargaku akan pergi jalan-jalan ke mal karena Lumine sedang berulang tahun yang ke-11. Ayah janji akan mengajak Lumine makan Sweet Madame, ayam panggang kesukaan semua orang, apalagi kemarin Lumine berhasil mendapat peringkat 3 di sekolahnya, berbeda denganku yang mendapatkan peringkat terakhir.

“Ayah! Cepetan! Nanti ayamnya habis!” teriak Lumine yang sudah berlari lebih dulu saat kami turun dari mobil.

Aku sangat sayang sama Lumine, dia adalah adik paling imut yang pernah kupunya, ya, memang dia satu-satunya adikku.

“Sabar, Sayang. Kalau habis nanti Ibu sama Ayah suruh Oomnya bikin lagi untuk kamu,” bujuk Ibu yang sedang bersusah payah menarik tangan bocah ingusan yang lasak itu.

“Hachu!”

Tuh kan, ingusan.

“Duuh! Kamu gak boleh minum es, ya. Minumannya gak usah pake es,” omel Ibu sambil ngelap ingus Lumine.

Sementara aku dan Ayah berjalan menuju antrian.

“Lah? Ayato?” aku melihat Ayato yang sedang ngantri juga di depan kami.

“Ther? Kok lo kesini juga?” tanya Ayato, dengan wajah kaget tapi langsung berubah setelah melihat Ayah.

“Aetheeeerrr! Sobatku! Ayo kita pesan bareng aja!” Ayato, penjilat sejati sedang beraksi.

“Teman kamu, Nak?” tanya Ayah ragu.

Aku hanya menggelengkan kepalaku dan memberi isyarat untuk mengiyakan saja semua kata Ayato.

“Apa kabar, Om? Saya Kamisato Ayato, teman sekelas Aether.” Kata Ayato sambil mencium tangan Ayah.

“Teman satu kelas Aether, ya?” tanya Ayah, basa basi paling absurd menurutku, padahal Ayah tahu kalau aku masuk Klub Bodoh.

“Iya, Om. Kami satu klub juga!” jawab Ayato sambil tersenyum lebar.

Tak lama kemudian, kami mulai berhadapan dengan kasir. Saatnya kami memesan, keluarga kami, tidak dengan Ayato.

“Gue paket besar super aja, Ther.” ucap Ayato santai, sepertinya dia tahu kalau kita ketemu teman yang sedang bersama keluarganya, pasti dibayarin.

“Kami paket keluarga, sama satu minumannya gak usah pake es, ya.” lanjut Ayah.

Aku masih geregetan sama Ayato, si penjilat ulung. Dia masih santai-santai menunggu kami memesan makanan.

“Yah, dia dibayarin juga?” tanyaku sambil berbisik ke Ayah.

“Ya, mau gimana lagi?” jawab Ayah terpaksa.

**

Setelah semua makanan siap, kami berjalan menuju meja yang sudah diduduki Ibu dan Lumine. Ibu yang bingung kenapa ada 3 orang yang datang menghampiri mejanya, karena ada Ayato, yang dengan terpaksa diajak Ayah untuk gabung bersama kami.

“Tante! Saya Ayato! Temannya Aether! Salam kenal,” Ayato langsung datang dan menyalimi tangan Ibu.

“Kamu temannya Aether?” tanya Ibu bingung.

Aku hanya bisa memberi isyarat untuk mengiyakan saja semua yang Ayato bilang.

“Kami lebih dari teman, Tante. Kami sahabat sejati! Ha-ha-ha!” jawab Ayato, aku sangat kesal mendengarnya, Ayah hanya geleng-geleng kepala sementara Lumine sudah tidak perduli lagi dengan keadaan disekitar, fokusnya hanya ke ayam saja.

**

Setelah kami bernyanyi selamat ulang tahun bersama Lumine, kami berdoa dan mulai memakan makanan kami, sungguh perayaan ulang tahun yang sangat sederhana dan membahagiakan, lebih bahagia lagi kalau gak ada Ayato.

“Ayato, udah berapa lama temanan sama Aether?” tanya Ibu yang mencoba berpikir positif terhadap Ayato.

Keluarga kami sudah terlatih berbahasa dengan gestur tubuh, tanda dari gerak-gerik, dan hembusan nafas, kami bisa berkomunikasi hanya dari hembusan nafas atau tatapan mata, dari tadi kami sibuk mencaci maki Ayato dengan tatapan mata dan hembusan nafas.

“Baru, Tante. Hari senin kemarin kami temenan,”

Padahal tidak, aku belum merasa menjadi temannya.

“Oh…”

Hanya itu yang keluar dari mulut Ibu. Tidak mau merusak suasana, Ibu mencoba profesional di depan Lumine yang masih belum mengerti apa-apa, tapi memberikan tatapan tajam ke Ayah, kenapa tidak mengusir Ayato setelah membelikan makanannya.

Setelah itu suasana menjadi hening, kami masih sibuk dengan makanan masing-masing.

“Maaf, Om. Boleh nambah, gak?” tanya Ayato.

**

“Besok-besok gak usah undang di Ayato lagi, ya! Tekor kita, Yah!” omel Ibu sambil mencubit perut buncit Ayah.

Ayato sampai nambah 3 porsi, entah apa yang ada di dalam pikirannya.

“Iya, udah. Biarin aja, anggap aja sumbangan untuk anak gak mampu,” canda Ayah, yang diikuti oleh tawa Ibu, walaupun terpaksa.

Kami pulang dengan perut kenyang, tapi dengan perasaan jengkel. Lumine yang sudah tertidur di jalan pulang tadi kubawa menuju tempat tidurnya, Ayah yang masih harus melapisi mobilnya dengan plastik besar untuk menutupi mobil kesayangannya, sementara Ibu langsung pergi ke kamar mandi karena sudah kebelet dari tadi.

Ayato berengsek! umpatku dalam hati.

You Keep Me Alive: You Are Alive

PROLOG

Teyvat tak pernah bosan menjadi tempat datangnya para pertualang di berbagai wilayah yang menyebar di seluruh bumi. Pasca Perang Archon kedua, kini ketujuh wilayah tersebut mulai bahu membahu saling bantu setelah para Archons membuat perjanjian damai atas usulan Cyno Sang Archon Sumeru.

Teknologi yang semakin canggih, akses internet yang mudah didapat membuat warga Teyvat kini tak kesulitan lagi untuk menggali informasi sekaligus menyebarkan banyak hal ke dunia maya.

“Benarkah?” gumam seorang gadis bersurai merah di depan layar laptopnya.

Xinyan adalah seorang jurnalis dari Liyue's Media Group, walaupun baru beberapa bulan bekerja di sana ia sudah memiliki reputasi yang tinggi karena banyak memecahkan kasus lama yang belum terungkap sejak dulu, contohnya ia berhasil mengungkap secara rinci peristiwa yang terjadi di Enkanomiya saat Perang Archon berlangsung, bagaimana Ayaka dan yang lainnya bisa kalah dengan Il Dottore dan banyak hal lainnya.

“Kalau informasinya begini adanya, berarti Celestia Kuno—”

Suara petir yang masih menyambar Liyue belum berhenti sejak tadi, seluruh pembangkit listrik di Negeri Seribu Kontrak itu mulai dipadamkan agar tidak terjadi kebakaran.

Hal itu jelas membuat Xinyan memaki langit karena sudah menganggu pekerjaannya, ia belum sempat menuliskan atau menyimpan artikel yang ia dapat dari underground, situs gelap tempat para broker atau informan bayaran saling bertukar informasi.

“Siaaaal! Belum ada yang gue simpan dari tadi!” pekik Xinyan keras, namun tak berhasil mengalahkan suara langit.

**

Pintu ruangan pengadilan dibuka oleh petugas di Liyue's Court Room, seorang perempuan bersurai pendek dengan tatapan tajamnya berjalan menuju kursi penuntut. Dengan penuh arogan ia duduk di sana sembari menaikkan satu kakinya di meja.

“Belum datang juga dia?” tanya Yelan dengan sinis.

Yelan adalah seorang pengacara narsis yang ada di Liyue, perempuan itu kerap menuai kontroversi karena sikapnya di meja hijau, belum lagi ia pernah kedapatan bermain judi dengan para hakim dan komisaris dari Liyue's Media Group setelah kemenangan pertamanya di pengadilan.

Namun catatan buruknya di meja hijau dapat dibersihkan olehnya secepat kilat, sejak peristiwa itu Yelan mulai membuka suara tentang penjualan wilayah Snezhnaya yang dilakukan oleh mendiang Madame Ping di masa lalu. Yelan memaksa Ningguang yang merupakan anak dari sesepuh Liyue serta Direktur Utama dari Jade Chambers itu melakukan klarifikasi atas kejahatan sang ibu di masa lalu.

Yelan mengambil gawainya dari tas, ia berselancar di internet sambil berswafoto untuk diunggah ke media sosial miliknya.

“Hadirin dimohon untuk berdiri!” seru salah satu petugas di dekat meja hakim.

Pria bersurai putih itu masuk ke dalam ruangan, di saat semuanya berdiri untuk memberikan penghormatan Yelan masih terlihat angkuh dengan gawai di tangan kanannya.

“Hadirin dimohon untuk duduk kembali,”

Saat orang nomor satu di ruang pengadilan itu ingin membuka suara, seorang pria bersurai biru berjalan dengan anggun menuju kursi terdakwa.

Xingqiu, seorang sastrawan muda asal Liyue adalah orang yang dituntut oleh Yelan kali ini. Setelah kasus judinya terungkap, Xingqiu langsung merilis buku yang berjudul Jaksa, Meja Hijau dan Kemunafikan.

Buku itu memang ditujukan untuk Yelan, namun perempuan itu tak terima jika dibilang munafik oleh Xingqiu karena ia merasa belum pernah melanggar sumpah dan kode etiknya sebagai seorang pengacara.

“Baiklah, saya sudah membaca seluruh laporan dari terdakwa. Saudara Yelan, silakan turunkan kaki Anda sekarang juga,”

Yelan menurunkan kakinya, perempuan itu berdiri tegak menunggu hasil putusan perkara oleh hakim.

“Dengan ini terdakwa Xingqiu penulis buku Jaksa, Meja Hijau dan Kemunafikan dinyatakan tidak bersalah karena bukti yang diberikan oleh penuntut kurang valid untuk dijadikan acuan,”

Mata Yelan terbelalak, hakim sudah mengetok palu suci itu. Setelah semuanya selesai, Xingqiu beranjak untuk meninggalkan ruang pengadilan.

“Tunggu!” seru Yelan sambil menahan lengan Xingqiu.

Netra mereka bertemu, banyak wartawan yang sibuk mengabadikan momen langka ini di ruang sidang. Yelan dengan tatapan penuh emosi sementara Xingqiu membalasnya dengan lemah lembut.

“Gue bakal balas lo,” kata Yelan dengan suara berat.

“Jangan buang waktumu,” balas Xingqiu sambil tersenyum.

LIHAT KE SINI!

YELAN, XINGQIU! LIHAT KE SINI

WAH, INI COCOK JADI HEADLINE NEWS!

SEPERTINYA YELAN MASIH TAK TERIMA DENGAN KEKALAHANNYA

BIASANYA KALAU YELAN KALAH, DIA BAKAL BALAS LEBIH PARAH! TAPI LAWANNYA SEKARANG XINGQIU?

Yelan melepas lengan Xingqiu dan pergi meninggalkan pria bersurai biru itu sambil ngedumel sendiri karena kesal.

**

Wangsheng Funeral Parlor kembali disibukkan dengan persiapan acara tahunan yang selalu diselenggarakan warga Teyvat untuk mengenang para Celestia Kuno. Hu Tao berlari ke sana kemari untuk membantu karyawannya mempersiapkan berbagai macam peralatan yang dibutuhkan saat acara.

“Gak kerasa, udah sebelas tahun aja kalian pergi,” gumam Hu Tao saat lewat di depan makam teman sekolahnya dulu.

Suara minta tolong terdengar dari luar area Wangsheng, dengan cepat pemilik jasa pemakaman itu berlari ke sumber suara dan mendapati bahwa dua orang bertubuh besar dengan jubah hitam menutupi seluruh tubuh mereka menghajar karyawan Wangsheng tanpa ampun.

“Ada apa ini?! Mereka salah apa?!” seru Hu Tao berusaha melerai orang tak dikenal tersebut.

“Jangan, Bu—”

Salah satu pria bertubuh besar itu memukul jatuh Hu Tao, perempuan itu tersungkur ke tanah dengan darah segar keluar dari bibirnya yang pecah.

“Ambilkan senjataku,” ujar Hu Tao sambil berdiri dari tanah.

“KAMI INGIN CELESTIA KUNO!” sentak pria misterius tadi.

“Jangan pernah berharap untuk dapatkan mereka sebelum kau melangkahi mayatku,” balas Hu Tao tersenyum tipis.

Karyawan Hu Tao melemparkan tombak panjang itu ke arahnya, di saat yang sama dua pria misterius tadi mulai menyerang Hu Tao dengan tangan kosong. Setelah Hu Tao menangkap senjatanya, ia kembali melemparkan tombak miliknya ke udara.

“Duh, kalau orang baru di sini gak usah banyak gaya, deh!” ledek Hu Tao yang sudah melayang di udara.

SLASH

SLASH

SLASH

“Masih ada kuburan kosong, kan? Masukin aja mereka ke sana, ditumpuk sekalian!” seru Hu Tao lalu disanggupi oleh karyawannya dengan tawa.

Apa ini?

Hu Tao mengambil secarik kertas yang terjatuh dari tubuh pria misterius itu dan membacanya.

Khaenri'ah, negeri pengabul mimpi. Negeri itu terbentang luas dan dikelilingi danau dengan air suci. Namun saya tidak bisa sampai ke sana sejauh apa pun saya berenang. Mungkin Celestia Kuno yang merupakan penduduk asli Khaenri'ah tahu akan hal ini, saya harus bertanya kepada mereka.

-Halfdan

“Bukannya rumor ini sudah ada sejak lama?” gumam Hu Tao pelan.

Tanpa pikir panjang Hu Tao meremas kertas kecil itu lalu membuangnya di tempat sampah, ia memutuskan untuk tidak memedulikan lagi dua orang gila yang hampir merusak acaranya tersebut.

**

“ITTO ANJING!”

Gadis bersurai hijau itu terus memijak makam Arataki Itto tanpa ampun, rasa kesalnya akibat kematian Itto baru saja dapat ia lampiaskan setelah gadis itu bebas dari penjara di Inazuma.

“LO BILANG MAU JADI ARCHON?! LO BILANG MAU NIKAHIN RAIDEN EI?! KENAPA LO MATI DULUAN?!”

“LO BILANG MAU NUNGGUIN GUE, BANGSAAATTTT!”

Air matanya tak dapat ditahan lagi oleh Kuki Shinobu, selama ia mengucap sumpah serapah di depan makam ketua gengnya, ia terus menangis dengan keras agar doanya kepada Tuhan bisa sampai ke singgasana.

“Lo bilang Arataki Gang bakal ngumpul lagi—”

Dari belakang, seorang gadis bersurai ungu menepuk lembut pundak Kuki Shinobu.

“Kakak kenapa?” tanya Yun Jin khawatir.

“Lo siapa?” balas Kuki Shinobu dengan angkuh.

“Yun Jin mau ziarah ke makam ayah tapi Kakak—”

“Ayah?”

Kuki menoleh ke belakang, ia melihat gadis bersurai ungu itu heran. Ia tak menyangka Arataki Itto sudah memiliki anak sebesar ini.

“Itto ayah kamu?” tanya gadis bersurai hijau itu.

Yun Jin mengangguk dan tersenyum, gadis itu duduk di samping Kuki Shinobu lalu membersihkan bekas pijakan kaki gadis bersurai hijau tersebut di keramik makam Arataki Itto.

“Tolong jangan rusakin makam Ayah lagi, ya, Kak?”

You Keep Me Alive Season 3

Character List (updated 03/04/22)

*this is an alternate universe by the author *all characters belong to HOYOVERSE *spoiler free!! *ignore timestamps *modern society setting *ooc, bxg, gxg ship *written in bahasa *REALLY appreciated if you qrt/rt/like

Geo Family Zhongli – 65 tahun – Suami dari Ningguang – Bijaksana, perhatian dan kolot – Hero of Teyvat – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Ningguang

Ningguang – 63 tahun – Istri dari Zhongli – Direktur utama Jade Chambers – Bijaksana, tegas, penyayang, dan serius – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Zhongli

Arataki Itto (death, will appears on flashback) – Ayah dari Yun Jin – Pemimpin Arataki Gang

Albedo – 39 tahun – Suami dari Sucrose, ayah dari Sayu – Receh, konyol, penyayang, cerdas, dan kebapakan – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Sayu dan Sucrose – Master Alchemist di Bio-Alchemy of Teyvat

Noelle – 32 tahun – Rajin, supel, manis, penyayang, namun penakut – The Pearl of Geo Family – Istri dari Thoma – Memiliki ikatan yang kuat dengan Thoma

Gorou – 30 tahun – Pemberani, konyol, dan bijaksana – The Last Member of Geo Family – Pasukan Unit Khusus Kepolisian Inazuma

Sucrose – 38 tahun – Istri dari Albedo, ibu dari Sayu – Pesimis, penyayang, pekerja keras, supel – Guru Kimia di SMA Teyvat

Kujou Sara – 34 tahun – Ibu dari Yun Jin – Keras, tegas, memiliki PTSD – Wakil direktur di Jade Chambers

Yun Jin – 15 tahun – Putri dari Kujou Sara dan Arataki Itto (death) – Serius, polos, namun petakilan – Cucu kesayangan Ningguang – Incaran musuh Keluarga Geo

Sayu – 15 tahun – Putri dari Albedo dan Sucrose – Pemalu, polos, namun telmi (telat mikir) – Cucu kesayangan Zhongli

Adeptus Cousin Ganyu – 33 tahun – Sepupu Xiao, anak angkat Zhongli – Cantik, pintar, perhatian – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Xiao – Sahabat Keqing

Xiao – 31 tahun – Sepupu Ganyu, anak angkat Zhongli – Salah satu Hero of Teyvat – Keberadaannya tidak diketahui – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Ganyu

Harbringers La Signora / Rosalyne – 41 tahun – Keberadaannya tidak diketahui – Cuek, pekerja keras, keras, tegas

Scaramouche / Kunikuzushi – 30 tahun – Kasar, keras, manja, tertutup – Keberadaannya tidak diketahui – Suami dari Mona Megistus

Megistus Family Mona Megistus – 31 tahun – Astronom terkenal di Teyvat – Manis, perhatian, penyayang, tertutup – Keberadaannya tidak diketahui – Istri dari Scaramouche

Teyvat's Xingqiu – 31 tahun – Adik dari Yelan (tidak saling tahu) – Jenius, perhatian, ramah, kaya raya – Sastrawan terkenal – Suami dari Hu Tao

Hu Tao – 31 tahun – Ceria, cerdas, ramah, perhatian – Pemilik Wangsheng Funeral Parlor – Istri dari Xingqiu

Yelan – 38 tahun – Kakak dari Xingqiu (tidak saling tahu) – Jaksa di Liyue's Court – Keras, licik, narsis

Xinyan – 30 tahun – Jurnalis dari Liyue's Media Group – Ulet, tangkas, pemberani

Diona – 20 tahun – Bartender di Angel's Share – Ulet, tekun, pemalu – Membenci Diluc Ragnvindr

Yaoyao – 18 tahun – Ceria, ramah, manis – Mencari keberadaan ayahnya

Varka – 65 tahun – Pemimpin Mondstadt (vakum) – Tim Ekspedisi Mondstadt – Ramah, ceria, adil dan bijaksana

Tomo – 35 tahun – Pelancong di Teyvat – Memiliki hubungan dengan Beidou dan Kazuha di masa lalu – Ceria, optimistik

Yae Miko – 43 tahun – Fortune teller di Narukami Shrine – Ramah, anggun, baik

Sumeru's Cyno – 32 tahun – Archon dari Sumeru – Tegas, keras, pendiam, tertutup – Salah satu Hero of Teyvat

Collei – 18 tahun – Tertutup, penakut – Memiliki penyakit langka

Barnabas – 60 tahun – Petinggi Sumeru – Penasehat Cyno – Licik, sombong, konservatif

Liyue's Yu – 35 tahun – Pemimpin Liyue's Media Group – Tegas, idealis, konservatif

Zhang – 40 tahun – Pandai besi di Liyue – Konservatif, pendiam, percaya takhayul

Verr Goldet – 40 tahun – Pemilik Wangshu Inn – Ramah, santun, elegan – Memiliki ikatan yang kuat dengan Qiqi

Feng – 23 tahun – Pencetus dan ketua Arataki Reborn

Lulu – 23 tahun – Sekertaris Arataki Reborn

Meng – 23 tahun – Anggota Arataki Reborn

The Unknown Dainsleif – 45 tahun – Misterius, pendiam, kaku, serius – Keberadaannya tidak diketahui

Yanfei – 42 tahun – Memiliki kepribadian ganda – Keberadaannya tidak diketahui – Memiliki reputasi yang sangat buruk

Vennessa Ragvindr – 44 tahun – Adik dari Diluc Ragnvindr (death) – Sepupu Kaeya Alberich – Salah satu Abyss Order – Kuat, atletik namun tidak berperasaan

Rhinedottir – 41 tahun – Salah satu Abyss Order – Mengaku berasal dari Khaenri'ah – Licik, bengis, cerdas

Paimon – Usia tidak diketahui – Mengaku berasal dari Khaenri'ah – Mencari keberadaan Celestia Kuno – Memiliki kesulitan dalam berbicara

Lisa's Family Lisa – 53 tahun – Single parent, penyayang, perhatian – Rektor di Universitas Teyvat

Razor – 31 tahun – Anggota kepolisian khusus di Teyvat – Pendiam, dan polos

VenBar's Family Barbara – 31 tahun – Manis, perhatian, setia, seniman – Istri dari Venti, adik kandung Jean (death)

Venti – 31 tahun – Suami dari Barbara, adik ipar dari Jean (death) – Tampan, atlet, perhatian, bucin, seniman – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Barbara

Jean – 10 tahun – Anak dari Venti dan Barbara

Electro Girls Keqing – 33 tahun – Bendahara di Jade Chambers – Cantik, pintar, mandiri – Sahabatnya Ganyu

Beidou – 43 tahun – Pemabuk, keras, perhatian, manis, sexy – Sahabat Arataki Itto (death) – Sepupu dari Kazuha – Kapten kapal Liyue

Kuki Shinobu – 25 tahun – Wakil ketua Arataki Gang – Tahanan di Inazuma – Keras, tangkas, jeli, tertutup

Alberich's Family Kaeya – 45 tahun – Sepupu dari Diluc (death) – Pensiunan Knight of Favonius – Teman main Zhongli – Ganteng, lucu, cerdas, namun buaya dan jamet

Klee – 23 tahun – Anak dari Diluc (death) dan Jean (death) – Pendiam, tertutup, dingin

Adventures Guild Officer Rosaria – 49 tahun – Adik tiri Eula – Secret Investigation di Adventures Guild – Dingin, jutek, judes, penyayang

Teppei – 42 tahun – Secret Investigation di Adventures Guild – Baik, tegas, bijaksana, kolot – Memiliki ikatan yang kuat dengan Yanfei

Kazuha – 31 tahun – Baik, perhatian, puitis – Keberadaannya tidak diketahui – Sepupu dari Beidou – Sahabat Gorou

Bennett – 31 tahun – Pemimpin Adventures Guild – Konyol, baik, ramah – Suami dari Glory (Fischl)

Amber – 30 tahun – Wakil Ketua Adventures Guild – Ramah, baik, perhatian, pesimis

Inazuma's Stakeholder Kamisato Ayaka – 31 tahun – Putri Inazuma – Manis, rajin, tegas

Kamisato Ayato – 43 tahun – Pelaksana pemerintah di Inazuma – Tegas, bijaksana, penyayang

Teyvat Police Eula – 50 tahun – Kakak tiri dari Rosaria – Jujur, polos, pendendam – Pemimpin Teyvat Police

Thoma – 33 tahun – Baik, pintar, ulet, dan menarik – Suami dari Noelle – Kepala Kepolisian Inazuma

Shikanoin Heizou – 24 tahun – Ketua Intelejen di Teyvat Police – Ahli penyamaran – Ramah namun idealis

Cryo Family Shenhe – 44 tahun – Tante dari Chongyun, ibu dari Qiqi – Tegas, pemarah, penyayang, tertutup, memiliki PTSD

Chongyun – 31 tahun – Keponakan Shenhe, paman dari Qiqi – Baik, ramah, manis, pesimis – Diam-diam menyukai Amber

Qiqi – 23 tahun – Putri dari Diluc (death) dan Shenhe – Periang, ramah, cerdik

Celestia Raiden Ei – 45 tahun – Keberadaannya tidak diketahui – Salah satu Celestia yang masih hidup

Glory (Fischl) – 32 tahun – Puitis, pengkhayal, tertutup, pemalu – Istri dari Bennett – Salah satu Celestia yang masih hidup

KLUB BODOH

BAB 3: Lomba Puisi

Matahari berhasil menggeser bulan, orang-orang yang sedang naik gunung pasti sedang mengabadikan momen sunrise mereka di sana, tapi tidak denganku yang baru bisa tidur jam 3 pagi tadi.

“Aether! Bangun!” Ibu menggedor pintu kamarku dan itu sangat menyebalkan.

“IYA, BENTAR!” teriakku dari dalam selimut, aku belum siap menghadapi hari ini.

“JANGAN BENTAK-BENTAK IBUMU!” teriak Ayah dari sisi lain, hari ini keluargaku sedikit aneh.

Saat di kantin kemarin, kami sepakat untuk membuat puisi sendiri di rumah masing-masing. Puisi yang kami buat harus orisinil, makanya aku sampai rela-rela begadang nonton video lomba puisi di Youtube. Group chat Klub Bodoh ramai dari semalam, mereka juga tampak bingung dengan puisi yang mereka buat, Ganyu memaksakan rima yang harus sama, Ayato yang terus mengajak video call group untuk melihat penampilannya, hingga Sara yang selalu left group karena terlalu berisik dan tidak tahu cara mute notification.

“Kamu begadang, ya?” tanya Ibu sambil menuangkan susu putih ke gelasku.

“Iya, Bu. Hari ini seleksi lomba puisi, aku ikut soalnya,” jawabku lemas sambil memegang roti bakar yang baru keluar dari oven.

“Lomba puisi?!” tanya Ayah yang mulai melupakan korannya.

Ayah mulai fokus mendengarkan ceritaku, diikuti oleh Lumine yang selalu melakukan apa yang Ayah lakukan.

“Iya, dan aku belum bikin puisinya karena susah banget,” jelasku sambil meminum susu segar yang sedikit menyadarkanku.

“Ayah ada puisi legenda! Bahkan masih Ayah simpan sampai sekarang! Sebentar, Ayah ambilkan, ya.”

Ayah langsung berlari menuju kamarnya, entah di mana dia menyimpan puisi legenda buatannya, yang jelas aku sudah lega karena tidak perlu memikirkan puisi lagi.

“Nih! Udah dilaminating dari jaman Ayah SMA, dulu Ayah juga sempat ikut lomba puisi, pakai puisi ini!” cerita Ayah penuh semangat, aku bisa melihat api perjuangan dari matanya.

“Terus? Ayah menang, gak?” tanya Lumine polos, dia juga kecipratan semangat membara yang Ayah pancarkan ke kami.

“Ayah gak menang, sih. Tapi Ayah bisa menangin hati Ibu. Hehehe!”

Aku mengangguk mengerti, walaupun nanti tidak bisa lolos seleksi, setidaknya dengan puisi legenda ini aku bisa menunjukkan bahwa aku keturunan orang yang bisa membaca puisi.

**

Setelah sampai di sekolah, kami langsung diarahkan menuju Lab Bahasa, Ajax dan Sara sudah tiba lebih dulu dariku. Selain kami, ada beberapa siswa lain yang mengikuti seleksi lomba puisi, mentalku langsung jatuh saat melihat mereka yang sepertinya sudah mantap berlatih. Sementara aku, membaca puisi legenda ini saja belum.

“Kok puisi lo udah dilaminating?” Sara langsung menyadari bentuk puisi dari kertas yang sudah berumur itu.

“Gue gak sempat bikin lagi, ini punya Ayah gue dipinjemin ke gue,” jawabku takut, takut Sara marah pastinya.

“Oh, coba lihat?”

Tanpa perlawanan—karena memang takut sama Sara, aku langsung memberikan puisiku kepada Sara.

“Yakin ini Ayah lo yang bikin?” tanya Sara ragu, dia sempat tertawa kecil setelah membaca puisi Ayah.

“Yakin dong! Ayah gue juga pernah ikut lomba puisi dulu!” Jawabku meyakinkan, walaupun aku dihina oleh Sara, jangan sampai Sara juga menghina Ayahku.

“Okedeh, nih.” Sara memberikan puisiku tanpa ada ancaman dan robekan.

**

Seleksi lomba puisi dimulai, ada 10 peserta yang mengikuti seleksi ini, 6 orang dari Klub Bodoh, sisanya dari Klub Sastra. Satu persatu siswa dipanggil untuk mengambil nomor urut penampilan, dan sialnya aku mendapatkan urutan pertama.

“Duh, kok gue yang duluan?” omelku pelan.

Ayato menyadarinya, lalu menghampiriku dengan langkah yang mantap.

“Lo pasti bisa, Ther! Gue denger Ayah lo pembaca puisi yang hebat dulu. Lo juga pasti dapat getah-getahnya!” Ayato mencoba meyakiniku.

Kalimat ajaibnya mampu membuatku terpengaruh oleh omongannya. Walaupun tadi gak sempat latihan karena Itto memperlihatkan foto-foto TWICE yang terbaru, aku dengan langkah yang mantap dan penuh percaya diri setelah mendapat dukungan dari Klub Bodoh maju ke depan dan bersiap untuk membacakan puisi milik Ayah.

“Selamat pagi semuanya!” sapaku mantap.

“Pagi!” jawab siswa lainnya serentak, walaupun juri tampak menghiraukan sapaanku.

“Saya peserta pertama, Aether akan membacakan puisi yang berjudul—” aku mengambil kertas tua pemberian Ayah dan membaca judul puisi legenda itu dalam hati.

“Pesawat Tempur!” ucapku lantang, aku yakin Ayah pasti mendoakan keberhasilanku dari jauh, aku bisa merasakannya.

“Waktu kau lewat…”

“Aku sedang memainkan gitar!”

Semua langsung tertawa setelah mendengarkan puisiku. Aku bisa merasakan hinaan secara tidak langsung dari tatapan mereka, apalagi Sara. Dia yang tertawa pertama kali dan terlihat sangat puas melihat penampilanku, ternyata puisi legenda yang Ayah maksud adalah lagu Pesawat Tempur milik Iwan Fals.

“NEXT!”

Aku berjalan lesu menuju kursiku, Sara yang masih terkekeh menyuruh yang lainnya untuk diam duluan, karena dia tidak bisa berhenti tertawa sebelum semuanya berhenti. Aku tidak menghiraukan mereka, menyeret kursiku lalu memisahkan diri dari mereka.

“Ayo semangat dong, Ther! Gitu doang udah jatuh mental lo!” Sara menyemangatiku, aku merasa malu karena takut dianggap penjiplak, padahal kami sudah janji untuk membuat puisi sendiri semalam.

“Selanjutnya, Kamisato Ayato.”

Sekarang giliran Ayato. Seperti biasa, gayanya yang sok berkarisma mampu membuat impresi pertamanya ke juri terlihat sangat baik.

“Saya Kamisato Ayato, akan membawakan puisi buatan saya sendiri yang berjudul—”

Ayato mulai membuka kertas yang sudah kusut, kami sudah bisa melihat perjuangan Ayato dari kertasnya.

“Mungkinkah,”

**

Mungkinkah, Tetap Dalam Jiwa, Dekat Di Hati, Gejolak Kawula Muda, dan Panggung Sandiwara adalah ‘puisi’ asli yang mereka janjikan semalam, kami semua gagal seleksi puisi hari ini. Bu Amber yang masih syok mengantarkan kami ke kelas, tetap menyemangati kami walaupun tidak sama sekali memberikan hasil yang terbaik untuk Klub Bodoh.

“Udah, Gak apa-apa. Masih ada lomba yang lain,” Bu Amber mencoba menyemangati kami yang sudah terduduk lesu di lantai kelas.

Ganyu menangis karena ternyata dia dikerjain sama Sara yang memaksa Ganyu untuk membacakan ‘puisi’ berjudul Dekat Di Hati, yang ternyata itu adalah lagu dari RAN.

Sudah setengah jam lebih kami dihimpit oleh keheningan, seakan tidak ada lagi yang bisa memecahkan keheningan ini. Kami adalah manusia yang gagal, kami adalah sampah masyarakat, kami adalah aib bagi keluarga, kira-kira seperti itu perasaan yang kami rasakan sekarang.

“Kalian udah sarapan tadi?” Tanya Itto.

“Belum, sih. Sarapan, yuk?” Ajak Ayato.

“Yuk,”

“Yuk, Nyu. Gue traktir,” ajak Sara.

“He’eh.” Ganyu mengangguk tanda setuju.

Ternyata mereka tidak merasakan apa yang kurasakan. Ternyata mereka lapar, sial.

KLUB BODOH

BAB 2: Persiapan Lomba Puisi

Setelah jam makan siang, Bu Amber menyuruh kami berkumpul lebih cepat, walaupun sebenarnya kami tidak ada yang ke kantin saat jam makan siang. Klub Bodoh mendapatkan tugas pertama dari kesiswaan, untuk mengikuti lomba puisi, kami berenam akan mengikuti seleksi besok di Lab Bahasa.

“Gimana? Kita mau rembukan aja bikin puisinya? Biar di rumah bisa kurang beban kita,” usul Itto yang masih menunggu baterai gawainya penuh.

Ganyu terlihat lebih bersemangat dari kami.

“Gimana kalau kita latihan baca puisi dari buku dulu?” Ganyu mulai memberi pendapatnya.

Aku melihat Ganyu beda dari biasanya, setelah Bu Amber mengumumkan akan mengikutkan kami untuk lomba puisi, wajah Ganyu langsung cerah dan bersemangat.

“Gua lihat elo udah bikin banyak puisi tadi. Mana sini biar kami baca satu-satu aja puisi buatan lo,”

Sara langsung mengambil tumpukan kertas yang ada diatas meja Ganyu, tanpa perlawanan—lebih tepatnya karena takut akan digampar Sara, Ganyu membiarkan Sara mengambil dan memilih puisi yang akan dia bacakan.

“Gue mau bikin puisi sendiri aja,” Ayato langsung pergi ke kursinya dan mulai menulis puisi, sepertinya dia sudah mendapatkan inspirasi.

Ajax dan Itto masih memilih-milih puisi buatan Ganyu, sedangkan aku mencoba untuk membuat puisi sendiri, seperti Ayato.

20 menit berlalu, sekarang kami sudah siap dengan puisi kami masing-masing.

Ayato akan tampil di urutan pertama, sesuai keinginan yang dia paksa.

“Oke, izinkan saya membacakan puisi buatan saya sendiri, yang berjudul Cinta dan Rahasia.” Dengan suara yang jelas diberat-beratkan.

Ayato tampak sangat percaya diri walaupun dari judulnya saja kami sudah tahu kalau dia menjiplak dari lagu Yura Yunita.

“Itu lagu Yura gak, sih?” bisik Sara kepadaku, aku hanya bisa mengangguk dan menahan ketawa tanpa menoleh ke arahnya.

“Ehem..” Ayato mulai mengatur nafasnya dan memulai puisinya.

“Terakhir..”

“Kutatap mata indahmu..”

“Di bawah bintang-bintang!!”

“Terbelah….. hatiku”

“Antara cinta dan rahasia.”

Ayato mulai tak terkendali, dia terduduk dan menunduk, kami berlima berusaha menahan tawa dan mencoba untuk menghargai usaha Ayato, kami tidak akan menuduh dia menjiplak karya orang lain.

“Maaf, Guys. Gue nyontek sebenarnya,” Ayato akhirnya mengaku. “Nyontek?! Tapi kok kayak murni dari otakmu yang liar itu, Ayato!” Ganyu mencoba menyemangati Ayato, walaupun wajahnya sudah lebih merah dari kami karena menahan tawa.

“Oke! Sekarang giliran gue! Gue bacain puisi Ganyu yang berjudul Kesempurnaan Cinta.” M langsung berdiri dan mengusir Ayato dengan halus.

“Ehem..”

“Kau dan aku..”

“Tercipta oleh waktu”

“LO JUGA JIPLAK, RA?!” Sara tak sengaja membentak Ganyu. Sepersekian detik kemudian, mata Ganyu langsung berkaca-kaca, dia langsung berlari keluar ruang kelas.

“Woy! Jangan lo gituin si Ganyu! Ini puisi dia tahu!” Itto yang membela Ganyu seketika sadar kalau dia pernah mendengar lagu Rizky Febian ini.

**

Setelah berhasil membujuk Ganyu, kami berenam berkumpul sebelum pulang sekolah, memikirkan apa yang harus kami lakukan supaya bisa menghilangkan stereotip guru-guru tentang kebodohan kami ini. Tidak ada suara yang keluar dari mulut kami, perasaan malu, hancur, sampai merasa tak berguna sepertinya yang sedang kami rasakan sekarang.

“Kalian lapar gak?” tanya Itto.

“Lapar, sih.” Jawab Ayato.

“Makan aja, yuk.”

“Yuk.”

“Yuk.”

“Hayu.” Ternyata mereka bukan memikirkan tentang lomba puisi.

Fun Fact Selama Pengerjaan Seri You Keep Me Alive 1 dan 2!

  1. Sebelum menulis You Keep Me Alive season pertama, Author tidak memiliki pengalaman menulis cerita dari sudut pandang orang ketiga.

  2. You Keep Me Alive telah diangkat menjadi novel dan menjadi karya pertama Author yang menggunakan sudut pandang orang ketiga.

  3. Author sempat mengalami writer's block saat Arataki Itto mendapatkan hukuman mati (S1Ch11).

  4. Selama pengerjaan dari chapter 1 sampai 12 di setiap seasonnya, Author tidak memiliki catatan penting bagaimana seri itu berjalan. Semuanya mengalir begitu saja.

  5. Butuh waktu 2 jam untuk merampungkan kerangka cerita YKMA 2 untuk chapter 13-16 (saat rapat guru di sekolah).

  6. Author memiliki kecenderungan membunuh/menyiksa karakter favoritnya di seri ini.

  7. Adegan Yun Jin dan Kujou Sara di pemakaman kembali terulang di season 2, di mana Klee dan Kaeya mengunjungi makam Jean dan Diluc. Bagian itu adalah bagian favorit bagi Author.

  8. Murid-murid Author yang sudah membaca YKMA season pertama menangis histeris saat Arataki Itto meninggal dunia.

  9. Karakter favorit Author di season 1 adalah Kujou Sara, dan di season 2 adalah Jean dan Shenhe.

  10. Butuh waktu sekitar 45 menit sampai satu setengah jam untuk menyelesaikan satu chapter.

  11. Antagonis favorit Author adalah Il Dottore, sementara protagonis adalah Zhongli.

  12. Niat awal Author adalah membuat Dainsleif sebagai antagonis utama lalu Il Dottore.

  13. Video-video yang dibuat selama YKMA adalah video buatan Author sendiri.

  14. AU pertama yang membuat Author percaya diri terjun ke dunia AU adalah cerita Keluarga Geo dan AU Chilumi.

  15. Author merasa bodoh karena typo selama menulis Teapod Residence, seharusnya Teapot. (udah terlanjur juga)

  16. Sama seperti nomor 15, tetapi Harbringers, seharusnya Harbingers. (merasa bodoh)

  17. Karakter favorit murid-murid Author di season pertama adalah Arataki Itto dan Kujou Sara.

  18. Karakter yang paling dibenci oleh murid-murid Author di season pertama adalah Yae Miko dan Raiden Shogun (Ei).

  19. Author lebih ambis menyelesaikan AU daripada menyelesaikan kuliahnya.

  20. Author sempat berpikir untuk menghidupkan Arataki Itto dengan bantuan Baizhu.

  21. Author tidak berniat membuat Childe menjadi antagonis, tapi kayaknya seru.

  22. Jujur, Author kerap melupakan Gorou dan menyisipkan perannya di bagian akhir.

  23. Menurut Author, kalau Arataki Itto masih hidup mungkin Perang Archon II tidak akan terjadi.

  24. Author hampir membunuh karakter Zhongli di chapter 15.

  25. Author sangat senang jika ada pembaca yang QRT salah satu potongan fake chat atau chapter YKMA.

  26. Author berpikir kemungkinan untuk YKMA season 3.

  27. Author sudah membakar kertas yang berisi kerangka YKMA season 2 sesaat setelah chapter 16 diunggah.

You Keep Me Alive Season 2 Trivia

  1. Sepanjang hidupnya, Ajax Tartagila (Childe) hanya dikalahkan oleh Kamisato Ayato.

  2. Scaramouche dan La Signora adalah anggota keluarga Harbingers yang masih hidup.

  3. Pasca Perang Archon II, keberadaan La Signora masih tidak diketahui.

  4. Pasukan dari Fatui Harbingers dan The Underworlds adalah dua kubu yang berbeda.

  5. The Underworlds adalah kubu yang mengagung-agungkan Il Dottore, sementara Fatui Harbingers adalah orang yang masih setia dengan Keluarga Harbingers.

  6. Columbine mati bersama mantan suaminya, Pierro.

  7. Pierro masih tidak terima kenyataan bahwa Columbine meninggalkannya untuk Arlecchino.

  8. Sandrone dan Pantalone tidak bisa bertarung dalam keadaan terpisah.

  9. Selama season 2, Kamisato Ayato tidak pernah kalah dalam pertempuran.

  10. Kamisato Ayato sengaja membeberkan fakta bahwa adiknya lebih kuat untuk mengelabui musuh.

  11. Kemampuan bertarung Kamisato Ayato jauh lebih tinggi dari Kamisato Ayaka.

  12. Zhongli kini hidup dengan satu tangan setelah kalah melawan Murata di Perang Archon II.

  13. Zhongli dan Ningguang menghabiskan sisa waktunya di Liyue.

  14. Tidak ada lagi Celestia Kuno yang tersisa di Teyvat.

  15. Fischl menyamar menjadi Glory agar tidak menjadi sasaran orang jahat lagi, mengingat dia sudah mendapatkan efek dari kekuatan Celestianya.

  16. Sampai saat ini jasad Baizhu dan Arataki Gang belum ditemukan oleh siapa pun.

  17. Yae Miko dan Raiden Ei sudah tidak lagi terikat dalam hubungan di masa lalu.

  18. Yae Miko menjadi penjaga 'Kuil Suci' Narukami atas kemauannya sendiri.

  19. Scaramouche masih dalam misi pembantaian sisa The Underworlds 2 jam sebelum menikah dengan Mona Megistus.

  20. Pernikahan Mona Megistus dan Scaramouche masih menuai kontroversi hingga saat ini.

  21. Jean mendapatkan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Mondstadt saat prosesi pemakamannya.

  22. Ekspedisi Varka selama ini adalah menjaga makam istrinya di taman bunga di Cape Oath.

  23. Saat Murata menyebabkan gempa besar dan mengenai daerah Liyue, Yanfei pergi meninggalkan rumah sakit dalam keadaan salah satu kakinya patah. Hingga saat ini keberadaan Yanfei belum diketahui.

  24. Thoma butuh waktu 9 bulan untuk mendapatkan restu dari Ningguang, perempuan itu masih kesal karena Thoma membiarkan Zhongli menuju Sumeru seorang diri.

  25. Albedo adalah Ketua RT 01 Teapod Residence yang baru.

  26. Nama anak dari Barbara dan Venti adalah Jean, mengambil nama dari Jean Gunnhildr.

  27. Shenhe melepaskan jabatannya sebagai pelayan Celestia Kuno agar bisa terus bersama Qiqi.

  28. Dainsleif tidak melepaskan jabatannya sebagai pelayan Celestia Kuno dan melanjutkan perjalanannya ke dunia antah berantah.

  29. Berkat Baizhu, ilmu kedokteran di Teyvat kini meningkat pesat.

  30. Orang yang dicintai oleh Xiao selalu mati.

  31. Xiao memutuskan untuk mengelilingi Teyvat untuk mencari 'sesuatu'.

  32. Melihat Klee membutuhkan sosok orang tua dalam hidupnya membuat Kaeya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin di Knight of Favonius.

  33. Rosaria masih mencintai Kaeya diam-diam.

  34. Chongyun melanjutkan studinya di Sumeru untuk mempelajari ilmu kedokteran.

  35. Razor dan Lisa pindah ke rumah baru di Teapod Residence.

  36. Venti, Barbara dan putrinya Jean tinggal di rumah lama Jean-Lisa di Teapod Residence.

  37. Kaeya dan Klee tinggal di rumah yang berbeda namun masih di area RT 01 Teapod Residence.

  38. Kujou Sara sudah bisa beraktivitas seperti biasa, ia sudah sembuh dari kelumpuhannya.

  39. Keluarga Harbingers ingin menguasai Teyvat lewat perpecahan para Celestia namun telah kalah duluan di medan perang.

  40. Kamisato Ayato dan Keqing selalu bergantian saat ziarah, mereka tidak pernah memasuki area pemakaman itu secara bersamaan.

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Ending You Keep Me Alive

“Jadi begitu?” ujar Zhongli setelah mendengar cerita Dainsleif selama perjalanan pulang mereka dari Natlan.

“Ya, Bunda Tsaritsa diam-diam bertemu dengan suaminya saat dirajam oleh ayah Kokomi. Saat beliau hamil, ia kembali membuat replikanya dan pergi dari Enkanomiya untuk sementara waktu, tentu Kokomi sadar dengan perubahan sang ibu, tetapi ia masih terlalu kecil untuk mengerti, apalagi ia masih berusia satu tahun lebih,”

“Saat Aether dan Lumine lahir, aku diutus untuk membawa mereka pergi dari Chasm, tempat kelahiran mereka—”

“Wah, berarti si kembar itu orang Liyue, dong?” canda Zhongli memecahkan suasana.

Dainsleif hanya tersenyum tipis menanggapi candaan Zhongli, melihat Pahlawan Teyvat itu masih berdiri tegak walaupun salah satu tangannya sudah hilang, ia berdecak kagum karena Zhongli masih bisa tersenyum dan bercanda walaupun ia tahu rasa sakit yang sekarang dideritanya tak main-main.

“Angli!”

Zhongli tentu mengenali suara itu, cucu perempuan kesayangan Ningguang itu berlari menghampiri kakeknya dengan penuh semangat namun seketika berhenti saat melihat sang kakek sedang dalam kondisi yang buruk.

“Angli?” gumam Yun Jin berkaca-kaca.

Gadis kecil itu ragu ingin memeluk Zhongli, ia bingung bagaimana rasanya jika hanya dipeluk dengan satu tangan, namun saat Zhongli melebarkan pelukannya Yun Jin langsung berlari dan merasakan hangatnya dekapan sang kakek.

“Akhirnya kamu pulang, Yun Jin.” ujar Zhongli lirih.

Air mata Zhongli menetes untuk pertama kalinya setelah berpuluh-puluh tahun lamanya, kali ini ia benar-benar merasakan nikmatnya pertemuan setelah sekian lama. Yun Jin semakin erat memeluk tubuh kakeknya dan mengelus punggung lebar Zhongli dengan lembut.

“Angli kuat sekali!” ujar Yun Jin tersenyum manis.

Zhongli yang masih terisak langsung memegang erat tangan Yun Jin dan mengajaknya untuk pulang menuju Guyun Forest, tempat kelahiran sang Pahlawan Teyvat tersebut.

Akhirnya, Ningguang pasti gak jadi marah sama saya,

9 bulan kemudian

Cyno berdiri di atas altar paling tinggi di Sumeru, upacara pengangkatannya sebagai seorang Archon dari Negeri Bunga Suci itu berlangsung dengan khidmat. Biasanya Kusanali adalah orang yang paling rewel jika ada upacara-upacara sakral yang diselenggarakan di Sumeru, namun kini rasanya seperti ada yang hilang sebelum Cyno melangkahkan kakinya ke atas altar tersebut.

“Saya Cyno,”

“Putra bungsu Lord Waldes dan adik dari Lord Lesser Kusanali, bersumpah akan menjaga kesatuan seluruh penduduk Sumeru dan juga Teyvat. Saya berjanji tidak akan ada lagi peperangan yang terjadi baik itu di wilayah kita maupun di Teyvat. Era baru telah lahir, kita benar-benar sudah hidup tanpa naungan dari Celestia Kuno dan juga para Celestia. Biarlah kenangan kita selama beberapa bulan terakhir menjadi saksi bahwa kita sebagai manusia biasa dapat hidup berdampingan tanpa ada pertumpahan darah!”

Suara gemuruh dari seluruh warga Sumeru benar-benar menjadi euforia tersendiri di kalangan mereka. Cyno yang memang terkenal pendiam dan juga tegas sudah sejak awal disinyalir menjadi Archon ketika Kusanali mengumumkan bahwa sebentar lagi akan ada pengangkatan Archon baru di Sumeru. Walaupun lebih awal dari rencana, kekosongan Sumeru selama beberapa bulan terakhir menjadi momok mengerikan apalagi teror dari para Harbingers masih sangat terasa di mana pun.

Zhongli dan Ningguang berada di belakang Cyno bersama petinggi Sumeru lainnya, melihat suaminya tersenyum membuat perempuan bersurai putih itu ikut melebarkan garis bibirnya, Ningguang menggenggam erat tangan kanan Zhongli, berharap apa yang dikatakan oleh Cyno benar adanya, ia tidak mau ada perang lagi di masa depan.

“Ning,”

“Iya, Mas?”

“Mari menua bersama,”

“Ning juga berpikiran yang sama, Mas.”

**

Salah satu perawat yang membantu Barbara bersalin keluar dari ruangan. Venti, Klee dan Kaeya yang sudah menunggu di depan akhirnya mendapat kabar gembira karena Barbara berhasil melahirkan anak perempuan dalam keadaan yang sehat.

Surai pirang anak perempuan Barbara mengingatkannya kepada sang kakak, Jean Gunnhildr. Barbara menangis histeris saat menggendong buah hatinya untuk pertama kali.

“Aaaa! Rara punya anak!” seru Barbara yang masih menempelkan pipinya ke buah hatinya tersebut.

Venti pun ikut meneteskan air mata setelah melihat sang istri dan anaknya selamat dan telah berhasil melalui ujian hidup mati terberat di dunia.

“Pepeeen! Sini! Ini anak kita, Sayang! Peluk dia, peluk aku jugaaa!”

Tanpa berpikir panjang lagi Venti langsung meraih dua orang paling berharganya dan memeluk dengan erat Barbara serta putri pertamanya, air matanya jatuh menetes saat ia mencium pucuk rambut Barbara.

“Kamu berhasil, Sayang.”

“Selamat datang di dunia, Tuan Putri.” ujar Venti tak bisa menyembunyikan senyumnya.

Kaeya ikut tersenyum menikmati momen haru Venti dan Barbara, Klee pun ikut tersenyum walaupun ia bukanlah gadis riang seperti dulu. Klee kian menutup diri setelah mendengar kabar bahwa Jean gugur dalam peperangan, gadis kecil itu bahkan tidak mau ikut saat prosesi pemakaman Jean 2 hari setelah kematiannya.

“Om,” ujar Klee pelan.

Klee terus menarik lengan baju panjang milik Kaeya sampai pria itu sadar dari lamunannya.

“Ya, Klee?”

“Klee mau ketemu Mama,”

“Tunggu sebentar boleh?”

Klee menggeleng, ia terus menarik baju Kaeya sampai ia menuruti permintaan keponakan kesayangannya itu.

“Venti,” panggil Kaeya sambil mengisyaratkan bahwa ia harus pergi dengan Klee.

Venti hanya mengangguk sebagai balasan, lalu menjelaskan kepada Barbara bahwa iparnya harus pergi bersama Klee ke suatu tempat.

“Venti...”

“Ya, Sayang?”

“Aku boleh, kan? Menamai putri kita dengan nama kakakku?”

Venti tersenyum ke arah Barbara, ia kembali mengecup lembut dahi istrinya dan menghirup aroma bayi yang selalu menjadi favoritnya.

“Apa pun pilihan kamu, aku akan dukung,”

**

Shenhe membuka pintu rumah barunya, ia dihadiahi oleh pemerintah Liyue sebuah rumah layak huni karena jasanya selama Perang Archon. Setelah bertemu dengan Qiqi untuk pertama kalinya, butuh waktu lama agar hubungan ibu dan anak itu dapat akrab.

Shenhe terus menggenggam tangan putrinya ke mana pun ia pergi, bahkan saat pendaftaran ulang sekolahnya sang ibu terus berada di sampingnya. Di hari pertama Qiqi masuk sekolah pasca peperangan, Shenhe duduk di sampingnya agar Qiqi merasa aman.

“Mami,” ujar Qiqi pelan.

“Ya, Putriku? Kamu mau sesuatu?” balas Shenhe tersenyum.

“Qiqi mau Cocogoat Milk,”

Shenhe sontak berlari ke supermarket terdekat, saat melihat sang ibu perlahan hilang dari pandangannya membuat gadis itu tersenyum lebar. Ia masuk ke dalam rumah barunya dan melihat ke sekitar, rumah itu sudah diisi penuh sesuai kebutuhan mereka. Kini mereka bisa hidup tenang dan bahagia berdua, selamanya.

Gadis kecil itu duduk sambil menikmati sofa empuk yang bahkan masih memiliki label harga di sudut sofa tersebut. Ia mengelus lembut bantalan kecil yang ada di atas sofa dan berbaring di atasnya, Qiqi masih tak bisa menyembunyikan senyumnya setelah teringat banyak kenangan baru bersama orang yang paling berharga di hidupnya.

“QIQI!” seru Shenhe dari luar rumah.

Suara mobil pick up yang sedang mundur mulai terdengar di telinga Qiqi, Shenhe membeli satu kulkas penuh berisi Cocogoat Milk, perempuan itu tidak tega jika Qiqi hanya meminum satu bungkus minuman favoritnya itu, apalagi ini adalah kali pertama putrinya meminta sesuatu setelah 7 bulan lamanya.

Aku akan membuatmu bahagia, Sayang.

Qiqi menganga melihat petugas supermarket itu menurunkan kulkas yang besarnya 5 kali lipat dari tubuhnya, saat kulkas berisi Cocogoat Milk itu dilabeli 'MILIK QIQI SEORANG' oleh Shenhe, ia membuka pintu kulkas tersebut dan mengambil dua bungkus minuman favorit putrinya.

“Mami boleh minum juga, kan?” tanya Shenhe dengan wajah khawatir, ini juga kali pertama Shenhe menyebut dirinya dengan sebutan 'Mami'.

Qiqi tersenyum lalu mengangguk, ia mengambil Cocogoat Milk yang ada di tangan kiri Shenhe dan mengajak sang ibu menikmati sofa empuk di rumah barunya.

“Coba Mami duduk di sini, enak tahu!”

“Oh, ya? Coba Mami duduk,”

Melihat Qiqi dengan manisnya meminum Cocogoat Milk, air mata Shenhe mengalir membasahi pipinya. Ia bahkan belum membuka bungkus minuman itu, namun melihat raut wajah bahagia sang anak jelas membuat perempuan itu menjadi perempuan paling bahagia di dunia.

“Terima kasih, Mami!”

“Sama-sama, Sayangku!”

**

Teapod Residence kembali dibangun, semenjak kepergian Zhongli dan Ningguang yang telah memutuskan untuk tinggal di rumah lama Madame Ping, Albedo selaku laki-laki paling tua di perumahan tersebut memantaskan dirinya menjadi RT di Teapod Residence.

Walaupun Eula sebenarnya sudah menolak untuk menjadi RT, Albedo terus mengungkitnya agar perempuan itu tidak mencalonkan atau dicalonkan sebagai Ketua RT.

“Selamat datang semuanya!” ujar Albedo tersenyum, ia benar-benar terlihat seperti Zhongli sekarang.

Albedo mengundang seluruh warga Teapod untuk melangsungkan acara syukuran setelah ia menganggap dirinya sebagai Ketua RT baru di perumahan.

Sara dan Yun Jin saling membantu membawa makanan dan minuman buatan Noelle dan Thoma dari dapur. Kini kondisi Kujou Sara sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, perempuan itu sudah bisa berjalan dengan benar tanpa butuh alat bantu berjalan lagi dari rumah sakit.

Melihat senyum sang ibu membuat Yun Jin tambah semangat membantu seluruh pekerjaan rumahnya bersama Sara. Kini rumah Keluarga Geo diisi oleh Sara, Yun Jin, Albedo, Sucrose, Sayu, Noelle dan Thoma. Gorou memutuskan untuk tinggal di Inazuma setelah diangkat menjadi anggota kepolisian khusus Teyvat karena ia juga berjasa selama Perang Archon berlangsung.

“Mama! Sayu gak mau bantu kita!” ledek Yun Jin kepada Sayu yang masih sibuk bermain boneka capit online di gawainya.

Sayu mendengus kesal saat Yun Jin mengadu kepada Sara, gadis mungil itu cemberut lalu berlari ke arah Sucrose yang juga sedang membawa makanan dari dapur.

“Sini, Sayu bantu!” ujar Sayu dengan gemasnya.

“Kenapa, Sayang? Biar Bunda aja,”

“Sayu gak mau diaduin Yun Jin lagi,”

Sucrose terkekeh mendengar ocehan putrinya. Saat ia menoleh ke arah Sara, mereka pun tertawa setelah melihat persaingan putrinya dalam urusan dapur, Sucrose dan Sara membimbing putrinya tanpa harus saling mengejek satu sama lain.

“Ada-ada saja tingkah laku keluargaku ini,” gumam Albedo pelan.

Albedo tersenyum melihat tingkah laku istri dan iparnya, karena senyumnya tidak dapat ia sembunyikan, ia diledek oleh Eula dan Rosaria yang sudah lumayan muak melihat sifat baru Albedo.

Eula dan Rosaria memandang jijik sikap Albedo yang hampir sama seperti Zhongli saat pria itu sedang ramah tamah dengan warga lain, namun mereka justru bernafas lega karena tidak ada yang berubah sedikit pun di Teapod, semuanya sama walaupun penghuninya sudah berbeda.

“Rosa, kamu mau minum?” tanya Eula sambil menuangkan segelas es buah di gelas plastik.

“Tidak pellu,”

Semenjak insiden di Liyue, Rosaria berhasil mendapatkan perawatan intensif setelah perang besar itu terjadi. Lidah sintetis baru miliknya berhasil membuat perempuan bersurai merah marun itu berbicara walaupun bawaannya sedikit cadel.

Lisa berjalan mendekati Rosaria dan Eula, perempuan bersurai coklat itu akhirnya bertemu dengan adik kakak tersebut setelah tidak lama berjumpa karena Teapod sedang dalam tahap perbaikan.

“Sudah lama sekali kita tidak bertemu!” ujar Lisa penuh semangat.

Netra mereka bertemu, Lisa terlihat seperti mengisyaratkan sesuatu kepada Rosaria, namun ia memilih untuk tidak menggubrisnya karena ibu dari Razor itu tidak boleh dilayani karena akan semakin menjadi.

“Baik! Mohon untuk berkumpul sejenak, karena acara syukuran pengangkatan saya menjadi Ketua RT dan doa bersama untuk pasangan suami istri baru Noelle dan Thoma akan segera dimulai!” seru Albedo seraya memanggil warga Teapod dengan centil.

**

“Lo yakin?” tanya Beidou heran.

Kazuha sudah membawa perlengkapan untuk ikut berlayar dengan Beidou, lelaki bersurai krem itu sudah tidak memiliki semangat hidup setelah ditinggal oleh Kokomi 9 bulan yang lalu.

“Yakin! Bawa gue ke mana pun laut itu pergi!” seru Kazuha agar terlihat antusias di mata Beidou.

“Udah pamit sama Kokomi?”

Kazuha hanya tersenyum dan mengangguk menjawab pertanyaan Kazuha, senyum yang terpancar dari wajah keponakannya itu tak seperti biasanya. Beidou tahu bahwa Kazuha sedang bersusah payah menyembunyikan rasa sakit di hatinya.

Namun Beidou tidak sebodoh itu, ia hanya bisa tersenyum melihat tatapan kosong Kazuha. Perempuan itu mengangguk dan mempersilakan Kazuha ikut berlayar bersamanya mengarungi Teyvat.

Bodoh, kau pikir aku tidak akan paham dengan senyum palsumu itu?

Mi, tidak ada lagi yang bisa menggantikanmu. Izinkan aku pergi mengembara di lautan luas ini, agar aku sadar bahwa tidak ada lagi yang lebih indah selain kamu,

Beidou berjalan ke ujung, tempat di mana ia biasa memberikan komando kepada navigator kapal. Dengan penuh percaya diri, perempuan bersurai hitam itu berteriak lantang tanda perjalanan barunya akan segera dimulai.

Dengan sigap anak buah kapal Beidou menarik jangkar besar milik kapten kapal yang kini anggotanya bukan hanya wanita lagi, Kazuha berdiri di sekitar anak buah Beidou yang sedang menyorakkan yel-yel khas kepergian mereka.

Beidou dan anggotanya melambaikan tangan ke arah penduduk Liyue yang mengantarkan mereka pergi dari pelabuhan.

“SAMPAI JUMPA LAGI, KAPTEN BEIDOU!”

“KEMBALILAH BILA SEMPAT!”

“KAMI AKAN SELALU MENYAMBUTMU DENGAN MINUMAN TERBAIK!”

Beidou hanya tersenyum lebar saat kepergiannya, setelah kapal itu sedikit lebih jauh dari Liyue ia lalu kembali ke ujung kapal menemui Kazuha yang sudah duduk di sana sejak tadi.

“Jangan merengek di kapal ini, gak ada yang boleh mabuk laut di kapal gue,” omel Beidou dengan sengaja untuk memecahkan lamunan Kazuha.

“Berisik! Gue lagi menikmati suara laut!” balas Kazuha tak senang mendengar omelan Beidou.

Keponakannya benar-benar sudah tumbuh dewasa, rasanya baru kemarin ia bermain bajak laut bersama Kazuha, kini mereka sudah berlayar bersama entah ke mana. Beidou merangkul tubuh Kazuha dan menempelkan pipinya ke Kazuha.

“Apaan, sih?!”

“Lo mau gue lempar ke laut?!”

“Eh, jangan! Gue baru aja pergi dari sini!”

Mereka berdua tertawa lepas setelahnya, menikmati deburan ombak dan terik matahari yang menyengat kulitnya. Kazuha dan Beidou akan kembali, namun kita tidak tahu pasti kapan kedatangan mereka ke Teyvat.

**

Varka berjalan sendiri menuju Cape Oath, pria bertubuh besar itu tak henti-henti menyeka peluh yang membasahi wajahnya. Setelah menjenguk Barbara, Venti dan Jean cucunya, Varka memutuskan untuk kembali melakukan ekspedisi agar pikirannya tidak terperangkap dalam bayang-bayang kematian anaknya.

Rasa penyesalan yang besar karena gagal menyelamatkan Jean menjadi satu-satunya alasan Varka untuk pergi dari Teyvat. Senyum lebarnya merekah saat melihat taman bunga Dandelion yang terhampar luas di sana, bunga itu mengingatkannya kepada Maria Frederica Gunnhildr istrinya. Bunga khas Mondstadt itu adalah bukti cinta Varka dan Maria, ia membuat taman bunga itu khusus untuk istrinya saat perempuan itu sedang mengandung Jean.

“Aku pulang, Sayang.” ujar Varka lirih.

“Aku akan tetap di sini, bersamamu, selamanya,”

**

Xiao berdiri di depan gerbang masuk Liyue, lelaki bersurai hijau itu memutuskan untuk pergi dari Teyvat setelah kepergian Xiangling.

Ganyu masih tak tega melepaskan pelukannya, gadis bersurai biru itu menangis sesenggukan karena keputusan Xiao pergi dari Liyue.

“Kan udah janji gak bakal nangis,” omel Xiao kepada kakaknya.

“Mana bisa begitu, Cho!” rengek Ganyu kesal.

Xiao hanya bisa tersenyum saat Ganyu memukul pelan bahunya, wajar saja jika sepupunya itu tak terima dengan keputusannya. Xiao hanya ingin menyendiri tanpa ada gangguan dari siapa pun.

Topeng iblis milik Itto masih terletak dengan gagah di sisi kirinya, Xiao mengambil topeng tersebut dan memasang benda itu di wajahnya.

“Aku pergi, Kak Ayu.”

Xiao melepaskan pelukan Ganyu lalu pergi tanpa menoleh lagi ke belakang, sang kakak hanya bisa melambaikan tangannya ke arah Xiao tanpa dilirik lagi olehnya.

Perjalanan Xiao akan menjadi awal dari pertualangan barunya, namanya sudah tertulis di jajaran pahlawan yang ada di Teyvat, nama Xiao Alatus bersanding dengan Zhongli di monumen besar para pahlawan nasional.

Di balik topengnya, air mata Xiao mengalir deras. Langkahnya sungguh berat, namun ia terus memaksakan kepergiannya sebelum niatnya kembali diurungkan untuk kesekian kalinya.

**

Langkah kaki Dainsleif terasa aneh, ia seperti dihantui oleh sesuatu walaupun keberadaannya belum jelas. Perjalanannya menuju Kuil Suci di Inazuma terasa berbeda, mungkin karena ini adalah kali terakhirnya sebelum pergi dari Inazuma.

“Seperti biasa?” ujar seorang perempuan bersurai merah muda seperti mengenali kebiasaan Dainsleif saat bertandang ke kuil.

“Ya, ini yang terakhir kalinya,” jawab Dainsleif singkat.

Yae Miko menatap Dainsleif sebentar, lalu mengambil salah satu kotak berisi ramalan keberuntungan hari ini.

“Semuanya akan terasa berbeda, namun itu yang akan menjadi alasanmu untuk tetap kuat,” ungkap Yae Miko saat membacakan ramalan untuk Dainsleif.

Dainsleif menunduk sebentar lalu pergi meninggalkan kuil tersebut, Yae Miko pun tak terlalu memedulikan kepergian Dainsleif karena selama ini interaksi mereka hanya sebatas itu.

Selamat tinggal, Teyvat.

**

Klee dan Kaeya akhirnya tiba di makam Jean dan Diluc. Gadis kecil itu datang membawa dua buket bunga kesukaan ayah dan ibunya, ia meminta bantuan Kaeya untuk meletakkan Small Lamp Grass untuk Diluc di sisi kiri makamnya, sementara Klee meletakkan Bunga Dandelion favorit Jean di sisi kanan makamnya.

“Ayo berdoa, Om.”

Klee meletakkan kedua tangannya di antara makam orang tuanya, Kaeya ikut duduk bersimpuh di belakang Klee seraya menundukkan kepalanya.

Selamat pagi, Pahlawanku! Kalian baik-baik saja, kan? Klee dan Om Kaeya di sini baik-baik saja. Oh, ya! Kakek sudah pergi ekspedisi lagi, Ma. Klee gak diajak sama Kakek gak tahu kenapa! Padahal Klee sangat ingin jalan-jalan dengan Kakek melihat taman bunga di Cape Oath. Klee benar-benar rindu sama Mama dan Papa, tapi Om Kaeya bilang kalau Klee harus tetap kuat jalanin hidup ini tanpa kalian. Emangnya mudah apa? Melihat anak-anak lain bercanda sama keluarganya atau piknik bareng di hari minggu, senyum mereka terlihat tulus dan Klee mau itu juga! Apakah Klee terlalu egois?

Mama dan Papa sudah baikan, kan, di surga? Klee harap begitu, jadi nanti di saat Klee datang ke surga, urusan Mama dan Papa sudah selesai dan kita bisa bahagia lagi di singgasana surga! Tapi tunggu Klee dulu, ya, Ma, Pa.

Klee berjanji akan menjadi orang yang sukses serta mengharumkan keluarga kita, Klee tahu pasti Mama lagi senyum di atas, kan? Klee juga—

Klee meneteskan air matanya, hembusan angin di makam orang tuanya terasa sejuk. Gadis kecil itu terpaksa kuat di depan dua batu nisan yang tertancap di tanah.

“Klee sayang kalian,”

10 tahun kemudian

Untuk kesekian kalinya Ayato datang ke makam Lumine, tempat peristirahatan terakhirnya bersanding dengan Aether, Kokomi dan Tsaritsa.

Pria bersurai biru muda itu meletakkan Bunga Sakura di setiap makam Celestia Kuno tersebut. Ayato duduk bersimpuh di tengah-tengah makam mereka lalu menundukkan kepalanya.

Terima kasih, telah membawa kehidupan ke dunia ini. Tsaritsa, walaupun semua orang membencimu, tetapi tak sedikit pun perasaan itu ada di benakku. Kau telah melahirkan anak-anak yang hebat dan kau juga merupakan ibu yang kuat dengan segala ancaman dan rintanganmu setelah statusmu sebagai Celestia Kuno diketahui oleh dunia.

Lumine, kekagumanku kepadamu tidak akan bisa kuucapkan secara langsung kepadamu. Maafkan aku karena tidak bisa berada di sampingmu di saat terakhirku, terima kasih karena sudah selalu tersenyum di saat kau sendiri tak sadar bahwa aku selalu memperhatikanmu. Terima kasih karena telah bertahan hidup dan gugur dalam keadaan terhormat, dan sekarang izinkan aku untuk meninggalkan perasaanku di sini. Kau tahu? Membawa perasaan yang tak tentu arah ini sungguhlah berat, dan jujur di akhir seperti ini sungguh menyakitkan.

Keqing tiba di area pemakaman Celestia Kuno, sembari menunggu Ayato berdoa, ia membersihkan sekitar pemakaman tersebut agar terlihat lebih rapi dan enak untuk dipandang.

“Ah, kau sudah datang?” ujar Ayato tanpa menoleh ke belakang.

Keqing tak menjawab pertanyaan Ayato, gadis itu masih sibuk membersihkan makam kekasihnya setelah Ayato selesai berdoa.

“Aku pergi,”

Ayato pamit dari makam tersebut meninggalkan Keqing dan rasa perih di dadanya, saat itu juga air mata gadis itu membasahi pipinya.

Sayang, aku kembali. Kamu gak bosan, kan, samaku? Aku gak ganggu waktu kalian di sana, kan?

Dunia sudah lebih baik sekarang, tetapi duniaku tak pernah baik-baik saja setelah kepergianmu. Aku tak berniat mencintai siapa pun lagi, aku sudah tak punya siapa-siapa lagi. Kalau aku diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk menyusulmu saat ini juga pasti akan kulakukan. Namun sepertinya Tuhan masih ingin menguji kesabaranku untuk tinggal di dunia ini lebih lama.

Sayang, rasa cinta ini tak pernah sedikit pun pudar di hatiku. Aku sayang kamu, Aether. Dan akan selalu begitu sampai kapan pun,

Keqing mengelus makam Aether lalu beranjak pergi dari area pemakaman Celestia Kuno tersebut. Ia memaksakan senyumnya karena harus kembali berjibaku dengan urusannya di dunia.

**

“Glory!” panggil Bennett dari bawah air mancur di pusat kota Mondstadt.

Pria bersurai pirang itu berlari dengan penuh semangat setelah melihat perempuan yang sedang duduk di salah satu kursi kayu di dekat taman bunga.

Glory adalah perempuan buta dan bisu, Bennett adalah orang yang selalu membantunya selama 10 tahun. Semenjak perpisahannya dengan Fischl, ia sudah lupa dengan namanya cinta.

Kini Bennett menjadi salah satu orang dengan ranking yang tinggi di Adventures Guild, kesialan yang kerap menghampirinya kini sudah disapu bersih setelah Perang Archon berakhir.

“Maaf aku terlambat, aku bawakan makanan untukmu. Saat aku tepuk tangan kananmu berarti aku sedang menyuapkan makanan ini, ya?”

Glory hanya mengangguk tanpa tahu keberadaan Bennett, dengan tekun lelaki bersurai pirang itu memberi makan Glory. Sayang sekali ia tak bisa melihat wajah lelaki yang selalu membersamainya selama 10 tahun terakhir.

“Enak? Ngangguk, ya, kalau enak!”

Glory kembali mengangguk, makanan yang dibawakan oleh Bennett selalu nikmat. Namun tiba-tiba air mata gadis itu mengalir membasahi kain yang menutupi matanya.

“Kamu kenapa?” tanya Bennett sambil mengusap air mata Glory.

Aku mengenal suaramu, Benny. Kenapa kamu selalu ada di sisiku di saat aku ingin kamu pergi dari hidupku? Kenapa kamu selalu datang setiap hari?! Kenapa aku tak pernah bisa jauh darimu?! Kenapa aku selalu menunggumu setiap hari?! Kenapa, Benny?!

Bennett tersenyum, pipinya telah basah oleh air mata setelah mendengar isi hati Glory setiap kali ia datang dan merawatnya.

“Karena aku sayang sama kamu, Cel.”

Bennett memeluk erat tubuh mungil Fischl, selama ini ia sadar bahwa Fischl mengubah identitasnya pasca Perang Archon. Nama Fischl sudah tak lagi didengar oleh warga Mondstadt. Mereka hanya mengetahui bahwa Fischl telah membantu Raiden Ei untuk membuka peperangan kepada Murata, setelah itu ia hilang dalam sekejap mata.

Bennett tidak pernah sedikit pun melupakan Fischl, saat gadis itu kehilangan suara dan indera penglihatannya saja lelaki itu sudah ada di sisi Fischl.

“Aku gak bisa bungkam lagi, aku rindu sama kamu, Cel!” peluk Bennett semakin erat.

Aku tak bisa bicara seperti gadis lain,

“Aku tahu itu,”

Aku tidak bisa melihatmu lagi,

“Aku paham akan hal itu,”

Aku tak berguna lagi, Benny!

Bennett melepaskan pelukannya, lalu membuka kain penutup mata yang selama ini dipakai oleh Fischl.

“Kamu lihat aku, kan?”

Fischl menggeleng.

Bennett terkekeh setelah melihat Fischl yang masih sesenggukan menangis.

“Aku selalu ada di sisimu sejak awal dan akan selalu ada sampai akhir,” ucap Bennett sambil mengecup lembut dahi Fischl.

You keep me alive, Benny.

You know I would die for that, Cel.

THE END

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 15 (Akhir dari Perang Archon) trigger: blood, character deaths

BOOM

“ZHONGLI!!!”

Murata terlihat kebingungan, walaupun pukulannya mengenai wajah Zhongli tapi pria itu sama sekali tidak terjatuh atau pun merasa kesakitan. Yang ada di depannya adalah sosok lain yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Zhongli membuang ludahnya ke tanah, salivanya keluar bersamaan dengan darah di mulut pria berusia 55 tahun tersebut.

“Masih belum,”

Zhongli membalas pukulan Murata hingga kepalanya seperti terpisah dari tempatnya. Perempuan itu terjatuh, ketika tubuhnya terhempas ke tanah getaran yang terjadi di sekeliling Natlan semakin menjadi. Kelima gunung api di sekitar Natlan menyemburkan lavanya ke arah Zhongli.

Ning, apa pun yang terjadi, di dalam pikiranku kita sudah memenangkan perang ini,

Mineral panas itu sudah berjatuhan ke sekitar Zhongli, setengah dari tubuh Kusanali yang sudah tak bergerak pun ikut meleleh akibat lava panas tersebut.

“MATI KAU, ZHONGLI!” seru Murata yang masih mengerang kesakitan sambil memegangi pipi kirinya.

Zhongli tersadar dari lamunannya, ia berusaha sebisa mungkin kabur dari medan tempur dan lari dari Natlan. Murata sengaja menghancurkan semuanya agar orang-orang yang masih ada di Natlan tidak ada yang selamat.

“Mama,” panggil Iansan pelan.

Murata menoleh ke arah anaknya, lalu memeluk tubuh mungil itu dengan erat.

“Kita sudah menang, Iansan.” ujar Murata, ia mengecup lembut dahi Iansan sambil menitikkan air mata.

“Menang? Tapi kenapa kakek tua itu masih hidup?” tanya Iansan polos.

Murata terkekeh mendengar pertanyaan anaknya, lalu menjentikkan jarinya ke tanah hingga menciptakan gelombang tanah besar yang mengarah ke Zhongli.

“Kamu mau dia mati, kan?” tanya Murata.

Iansan hanya mengangguk, senyumnya mulai melebar saat Zhongli tenggelam dalam tanah yang terbuka akibat jentikan jari Murata.

Lava panas yang menyembur dari gunung api itu masih berjatuhan, bongkahan api itu benar-benar mengarah ke Zhongli namun ia tidak bisa menghindarinya karena sudah terjepit oleh tanah yang disebabkan oleh Murata.

Dengan sekuat tenaga Zhongli melepas jeratan itu, sementara mineral panas itu sudah semakin dekat dengannya.

BOOM

“AKH!!!”

Lengan kiri Zhongli hangus terbakar karena bara api dari lava tersebut sangatlah panas, api itu pun mulai merembes ke sekitar tubuh Zhongli. Zhongli masih terjebak di dalam tanah yang perlahan menelannya ke dalam bumi.

Tiba-tiba awan hitam mulai muncul menutupi Natlan, Murata yang menyadari hal itu langsung menyuruh Iansan kabur ke mana pun ia bisa pergi.

“Iansan mau bertarung sama Mama!”

“Dia bukan lawan yang tepat untuk kamu!” sentak Murata kepada Iansan.

Iansan menangis karena ini adalah kali pertamanya dibentak oleh sang ibu, ia terus melompat-lompat hingga tanah yang ia pijak retak dan hancur.

Kilat putih mulai menyilaukan mata mereka, Murata terlihat semakin ketakutan ketika di saat memiliki kesempatan untuk melihat, satu persatu gunung peninggalan nenek moyangnya melayang di udara.

Hujan deras mulai membasahi Natlan, wilayah yang sudah bermandikan api tersebut sudah berhasil dipadamkan oleh Raiden Ei.

Murata bangkit, kini Raiden Ei sudah berada tepat di depannya. Ia terus menghentakkan kakinya ke tanah agar musuhnya kehilangan keseimbangan.

“Percuma,”

Raiden Ei menghunuskan pedang untuk pertama kalinya, aliran listrik dari pedangnya terlihat menyilaukan mata Murata. Saat Raiden Ei mengangkat pedangnya, saat itu pula ribuan petir mulai menyambar dirinya.

“Aku beri kau lima detik untuk menyerah,”

Gunung pertama mulai jatuh menghancurkan Natlan, Murata mulai kehilangan keseimbangannya.

Satu

“Bagaimana bisa?!”

Raiden Ei tidak goyah sama sekali, kakinya bahkan tidak menapak ke tanah.

Dua

Gunung kedua jatuh di tempat yang sama, kini Teyvat benar-benar sudah diambang kehancuran.

“IANSAN?!”

Anak dari Celestia tersebut sudah luluh lantak bersama gunung kedua, rasa putus asa yang terpancar di wajah Murata mulai terlihat oleh Raiden Ei.

Tiga

“CUKUP!”

Murata yang sudah kehilangan akal sehatnya mulai berlari menyerang Raiden Ei, ia terus melayangkan pukulannya namun ternyata yang berdiri di depannya barusan hanyalah kamuflase milik Celestia dari Euthymia tersebut.

Empat

Murata benar-benar sudah kehilangan kendali atas tubuhnya, saat gunung ketiga mengarah kepadanya, perempuan itu memukul gunung tersebut hingga hancur tak bersisa.

Dua gunung terakhir datang secara bersamaan, dan dapat dengan mudah pula dihancurkan oleh Murata.

Lima

Raiden Ei kembali menunjukkan dirinya, ia berlari sambil mengarahkan pedangnya ke arah Murata.

Murata berhasil menghindari serangan dari Raiden Ei dan menahan tubuh Raiden Ei lalu menjatuhkannya ke tanah.

“Menyerahlah, Ei.”

Murata memukul Raiden Ei tanpa ampun, hanya dengan sekali pukulan ia berhasil membuat lubang besar ke dalam tanah.

“Dalam sejarah, aku yang akan memenangkan peperangan ini!” seru Murata yang sudah mulai menggila.

Raiden Ei masih terlihat datar walaupun bersusah payah menghindari serangan brutal dari Murata.

“Kau benar-benar naif, Murata.”

Kilat putih mulai datang dan membutakan mata Murata, saat Raiden Ei berhasil membebaskan diri dari Murata, ia tak lagi segan mengayunkan pedangnya ke arah Murata.

Ini untukmu, Itto.

SLASH

**

Varka bertemu dengan Eula yang sedang berlari menuju Natlan, Signora yang sudah tak sadarkan diri di dekapannya membuat Eula bingung mengapa Varka malah menyelamatkan salah satu anggota keluarga Harbingers.

“Kenapa kau menyelamatkannya, Varka?”

Belum sempat Varka menjawab pertanyaan Eula, kilat putih itu datang dan menutup pandangan mereka.

Setengah dari pasukan Knight of Favonius dan Faksi Anti Perang yang masih berhasil selamat pun ikut dibutakan oleh kilat putih milik Raiden Ei.

“Apa yang terjadi?!”

“APA INI?!”

“AKU TAK BISA MELIHAT!!”

“Tetap tenang dan jangan bergerak!” seru Kaeya menenangkan pasukannya.

Di Hutan Guyun, semuanya histeris ketakutan ketika gempa bumi itu mulai terasa di sana. Ningguang hanya bisa menenangkan yang lainnya walaupun dirinya sendiri sudah menangis karena putus asa.

“Tenang! Semuanya akan baik-baik saja!”

Saat tiba di Liyue, Lisa dan Qiqi hanya bisa membisu melihat bongkahan bangunan yang sudah rata dengan tanah. Seluruh wilayah Liyue sudah tak lagi bersisa, air matanya kembali menetes untuk kesekian kalinya.

Qiqi yang sudah sangat ketakutan hanya bisa memeluk kaki ibu dari Razor tersebut.

Tiba-tiba kilat putih itu pun mulai menutupi Liyue, namun dengan refleknya Lisa berhasil menutup mata Qiqi sebelum semuanya benar-benar terlambat.

**

Kilat putih milik Raiden Ei mulai mereda. Di rumah sakit Sumeru, si kembar Aether dan Lumine, Kokomi, Tsarista, Dainsleif, Shenhe dan Chongyun sudah bisa melihat satu sama lain.

“Silau juga, ya?” ujar pria bersurai biru muda itu sambil berdiri di depan pintu masuk ruang rawat di sana.

Dainsleif dan Shenhe langsung menutupi atasannya saat mengetahui Il Dottore sudah tiba di hadapan mereka.

“Dottore?!”

Il Dottore hanya tersenyum, ia mengeluarkan pisau dari dalam jas putih miliknya dan langsung menyerang ke arah Dainsleif dan Shenhe.

Chongyun menendang Il Dottore dari belakang, ia benar-benar tidak sadar akan keberadaan keponakan dari Shenhe tersebut karena dirinya sudah berganti.

What the—

Dainsleif berhasil menebas Il Dottore dari belakang, sementara Shenhe menusuk perut pria bersurai biru muda itu dengan pedang miliknya.

Wow! You guys hit me really hard,

“Semuanya! Keluar dari sini!” seru Dainsleif yang langsung disanggupi oleh yang lain.

Il Dottore sudah dikepung oleh Chongyun, Shenhe dan Dainsleif, mereka berdua tidak akan lagi memberi ampun orang paling ganas di Harbingers tersebut.

Forgive me! I won't do that again! I'm tired of killing innocent people!” ujar Il Dottore namun senyumnya tak bisa disembunyikan olehnya.

Ah, fuck. You guys really don't believe me, don't you?

Saat Dainsleif, Shenhe dan Chongyun lengah karena kebingungan dengan sikap Il Dottore, ia langsung menyapu tiga pasang kaki sekaligus dan berlari mengejar para Celestia Kuno yang sudah kabur entah ke mana.

Chongyun tak sadarkan diri karena bagian belakang kepalanya mendarat lebih dulu dari tubuhnya, ia langsung tak sadarkan diri setelahnya.

“Sialan!” erang Dainsleif kesal.

Shenhe tidak ikut bersuara, ia langsung melompat dari jendela rumah sakit dan mendarat dengan tepat. Shenhe masih berhasil melihat ke mana arah Celestia Kuno itu berlari namun memutuskan untuk pergi ke arah yang berlawanan untuk mengelabui Il Dottore.

“Sekali lagi, tolol!”

Il Dottore mencabut pedang yang tertancap di perutnya, walaupun ia terengah-engah akibat darah yang terus bercucuran dari tubuhnya, Il Dottore tahu bahwa Shenhe berusaha mengelabuinya dengan berlari ke arah yang berbeda.

“Sudahi permainanmu, Dottore!” seru Dainsleif dari belakang.

Sambil menghela nafas, Il Dottore mengeluarkan pistol dari belakang bajunya dan menembakkannya ke Dainsleif.

Semuanya terjadi begitu cepat, Dainsleif tidak bisa menghindari seluruh tembakan dari Il Dottore, kedua kaki dan tangan kirinya lumpuh seketika karena pistol milik Il Dottore.

“Tenang saja, itu hanya akan membuatmu lumpuh sementara. Adios!

Il Dottore berlari mengejar kawanan Celestia Kuno tadi hingga ke tengah hutan belantara di Sumeru.

YOU CAN RUN BUT YOU CAN'T HIDE, GUYS!

Saat menyadari bahwa ada gerak-gerik mencurigakan di semak-semak, Il Dottore kembali menembakkan pistolnya ke arah tersebut.

Razor berhasil menghindari tembakan Il Dottore dan berlari sekuat tenaga menyerang pria bersurai biru tersebut, namun sayangnya serangan Razor dapat dengan mudah dihindari oleh Il Dottore dan dengan satu tendangan saja Razor langsung tersungkur ke tanah.

“Ada luka besar di punggungmu, dan kau masih mau bertarung?” ujar Il Dottore dengan suara beratnya.

Razor mengerang kesakitan sambil memegangi luka di punggungnya yang belum kering.

“Aku mengenal tatapan itu, kau mirip salah satu orang yang paling sulit dikalahkan di masa lalu,” lanjut Il Dottore heran.

“Kau mirip Diluc Ragnvindr,”

Mendengar nama ayahnya, Razor meninggalkan seluruh rasa sakitnya dan menyerang Il Dottore membabi buta. Il Dottore tidak kewalahan sama sekali dengan serangan asal yang diberikan oleh Razor.

Dari sisi yang berbeda, Kazuha datang dan menebas Il Dottore di tempat yang sama dengan luka yang diberikan oleh Dainsleif saat berada di rumah sakit.

FUCK!

Razor dan Kazuha bergantian menyerang Il Dottore, pria bersurai biru itu sama sekali tidak menunjukkan titik lemahnya kepada mereka, ia terus tersenyum sambil menari-nari menghindari serangan Razor dan Kazuha.

Okay, it's over!

Il Dottore menunduk dan menusuk perut Razor dan Kazuha dengan pisau yang secara tiba-tiba keluar dari jas putihnya, serangan Razor mengenai dada Kazuha begitu pula sebaliknya, mereka terlihat seperti saling menyerang satu sama lain.

Kini Tsaritsa keluar dari tempat persembunyiannya, ia disusul oleh Kokomi yang sudah ketakutan ketika sang ibu terus menyalahkan dirinya karena peperangan ini.

“Ibu!” seru Kokomi.

SLASH

SLASH

Belum sempat Tsaritsa berbicara, Il Dottore sudah melayang ke arahnya dan menebasnya dengan mudah. Tsaritsa terjatuh sambil menyemburkan darah segar dari mulutnya.

“Ibu—”

SLASH

SLASH

Kokomi pun terjatuh saat tangannya hampir meraih jasad sang ibu, luka di perut dan lehernya membuat gadis bersurai pirang keemasan itu tak sadarkan diri.

“Ko-Koko-KOKOMI!!!” teriak Kazuha lantang.

Lelaki bersurai krem itu berdiri perlahan, ia berusaha sekuat tenaga untuk menyerang Il Dottore walaupun darah yang sudah keluar dari perutnya tak sedikit.

You like it, don't you?

I told you, three days!” bentak Il Dottore keras.

Now you and your girlfriend will rot in hell

Il Dottore mengeluarkan pistol dari sisi lain pakaiannnya, saat pistol itu diarahkan ke Kazuha, Aether mengambil lengan Il Dottore dengan paksa lalu mengarahkan mulut senjata api itu ke kepalanya.

Oh, you little bastard!

DOR

Tembakan itu tidak mengenai Aether mau pun Il Dottore, melainkan ke arah Lumine yang sedang berlari ke arah abangnya untuk ikut membantu melawan Il Dottore.

Peluru panas itu mendarat tepat di jantung Lumine, gadis bersurai pirang itu terjatuh dengan nafas yang berderu.

“Lumine!”

Aether berlari ke arah Lumine, kakinya sudah berkali-kali terkena peluru panas milik Il Dottore, namun ia berusaha sekuat tenaganya agar dapat di sampingnya.

Such a beautiful story,” gumam Il Dottore pelan.

SLASH

Kepala Il Dottore melayang di udara, darah segar miliknya mengalir dengan deras membasah jas putih pria bersurai biru muda tersebut.

Dainsleif terlambat, ia benar-benar terlambat menyelamatkan seluruh atasannya.

Shenhe tiba di hutan Sumeru, melihat semuanya sudah tergeletak di tanah tak sadarkan diri.

“Lumine,” gumam Aether tak tentu arah.

Aether terus menutupi darah yang keluar dari dada Lumine, namun semua yang ia lakukan untuk adiknya sia-sia.

“Abang...”

Aether menoleh saat Lumine memanggilnya, air matanya sudah mengalir deras membasahi wajah sang adik yang sedang berusaha tersenyum.

“Abang...” tanya itu yang keluar dari mulut Lumine.

“Hotaru, bertahanlah!”

Lumine kembali memaksakan senyumnya, pandangannya perlahan gelap begitu pula dengan Aether. Nafas si kembar terdengar buru-buru, genggaman erat Aether terlepas begitu saja ketika Lumine menghembuskan nafas terakhirnya. Tubuhnya terjatuh menghimpit sang adik, mereka berdua mati dalam keadaan tersenyum.

Dainsleif berjalan perlahan ke arah si kembar, ia mengangkat tubuh Aether dan meletakkannya di samping Lumine. Rasa sakitnya tak lagi bisa ditahan, air matanya keluar tanpa ia minta, Dainsleif benar-benar menyesal karena terlambat menyelamatkan para Celestia Kuno dari teror Il Dottore.

“Seharusnya aku—”

Shenhe menepuk lembut bahu Dainsleif, lalu membantu Aether dan Lumine menutup matanya.

“Kita kalah, Dainsleif. Kita gagal menyelamatkan mereka,”

-to be continued