You Keep Me Alive Season 2
cw, au // Chapter 8 (Perang di Snezhnaya)
Signora tiba di depan pintu ruang rehabilitasinya, berkat tipu muslihat Il Dottore kini perempuan itu dicap sebagai orang yang memiliki penyakit jiwa yaitu Bipolar Disorder.
“Gue gak sudi masuk ke sini! Gue gak gila, Berengsek!” sentak Signora yang terus didorong oleh petugas rehabilitasi di sana.
“Ayo, Ibu Signora. Jangan membantah, nanti kami berikan treatment yang lebih parah lagi dari sebelumnya kalau tidak mau kooperatif dengan petugas,”
Sebenarnya Signora sudah tidak lagi memedulikan siksaan sebelum ia dibawa ke ruangannya, mulai dari kepalanya yang sengaja dibenamkan ke air, sampai disengat oleh listrik. Rasa sakitnya tidak akan sepadan ketika melihat senyum kemenangan dari Il Dottore beberapa waktu lalu.
“Signora?” tanya seseorang dari dalam ruangan.
Kenapa aku seperti mengenal suara ini? ujar La Signora dalam hati.
“KAU BENAR SIGNORA?!” suara lelaki itu kini terdengar jelas, ia sibuk menggedor-gedor pintunya dari dalam.
Satu dari tiga petugas panti rehab itu pun mengambil kunci yang ia ikat di sabuknya, mungkin tujuannya untuk mempermudah pergerakannya saat membuka atau menutup pintu ruangan pasien jiwa di Snezhnaya.
Setelah pintu itu terbuka, lelaki misterius tadi langsung menerkam petugas yang membukakan pintu tadi dengan ganas.
Mata Signora terbelalak melihat orang yang sedang mencabik-cabik dada petugas rehabilitasi itu dengan kuku panjangnya, ia jelas mengenal sosok itu, orang nomor lima di Harbingers, Pulcinella.
Sadar dengan ketakutan dari kedua petugas yang masih hidup tadi langsung membuat Signora menjatuhkan mereka dengan mudah lalu memijakkan kakinya tepat di wajah petugas itu satu persatu.
“Ha-ha-ha! Kau masih ganas dan licik seperti dulu,” ledek Pulcinella sambil tertawa.
La Signora mendengus kesal setelah mendengar ledekan dari salah satu kakaknya di Harbingers, lalu mengambil kunci borgol yang sudah tercecer ke mana-mana karena kuku tajam milik Pulcinella.
“Kalau kau tidak tahu apa-apa lebih baik diam saja, Kak.” ujar Signora karena sudah terlampau kesal.
Pulcinella terkekeh melihat wajah kusut adiknya, ia sudah mendapatkan kunci borgol Signora sejak tadi. Lelaki itu memegang kunci mungil tadi dengan kuku jempol dan telunjuknya.
“Sepertinya kunci borgolmu tidak ada di sini,” kata Pulcinella bercanda.
La Signora menghela nafas panjang, “Cepat berikan kunci itu atau lepaskan borgolku sekarang,”
Namun perkataan perempuan itu tak diindahkan oleh Pulcinella, ia langsung berbalik arah dan pergi meninggalkan Signora seorang diri.
“Berarti Il Dottore sengaja melepasmu melalui aku, ya?” tanya Signora.
Pulcinella hanya mengangguk tanpa menoleh ke belakang, langkahnya semakin jauh meninggalkan Signora seorang diri.
“Jangan terlalu cepat marah sama abang kamu,”
Signora dengan cepat menoleh ke belakang dan mendapati mantan istri Pierro sedang berjalan mendekatinya.
“Columbine?”
Perempuan bersurai merah layaknya api tersebut hanya bisa melemparkan senyumnya, perasaan Signora mulai campur aduk karena ternyata keluarganya kebanyakan dikurung di panti rehabilitasi.
“Tunggu saja, sebentar lagi—”
“WAH! INI RASANYA KEBEBASAN!”
“HA-HA-HA! JANGAN LEBAY LO, CIL!”
“APAAN? LO YANG LEBAY!”
Kini raut wajah La Signora sudah berubah total, ia benar-benar ketakutan sekarang. Walaupun Pulcinella berhasil lepas karena Il Dottore, tetapi justru malah akan membawa banyak bencana lain ke depannya.
Pantalone dan Sandrone masih terus berdebat tentang siapa yang lebih lebay saat dibebaskan oleh Pulcinella, sementara Arlecchino langsung berlari dan memeluk Columbine dengan erat.
“Sudah kubilang aku akan bebas, Sayang.” ujar Arlecchino kepada Columbine.
Setelah mendengar kata manis yang keluar dari mulut Arlecchino membuat Signora geli dan mual, entah apa yang sedang terjadi saat ini dalam pikirannya.
“Eh, Signora!” sapa Arlecchino sambil tersenyum.
“Jangan dekat-dekat sama gue, Pebinor.” balas Signora mundur beberapa langkah.
Melihat hampir setengah anggota keluarga Harbingers membuat Columbine tertawa bahagia, ini adalah kali pertama mereka berkumpul lagi setelah sekian lama.
“Berapa tahun? Kalian tidak bertemu?”
“Kami ketemu terus setiap hari!” ujar Sandrone yang masih terlihat kesal.
“Berapa lama, ya? Kayaknya lebih dari 20 tahun, ya, Sayang?” jawab Arlecchino sembari merangkul perempuan yang sangat ia cintai itu.
“Sudahlah, jangan kau panggil dia 'sayang', aku muak mendengarnya, Tolol!” sentak Signora lalu diikuti oleh anggukan dari Sandrone dan Pantalone.
“Hey! Kenapa kau sensitif sekali?! Kau tahu sendiri Pierro yang membuang Columbine di masa lalu—”
“Terus kenapa?! Apa perempuan di dunia ini cuma dia aja?!”
Arlecchino sudah mendengar pertanyaan itu lebih dari seratus kali, tidak ada yang bisa menyalahkan ke mana hati ini akan berlabuh, namun Signora masih tak bisa menerima kenyataan itu.
“Kak Pierro bilang Harbingers tidak pernah mengkhianati keluarganya, kenapa kau tega mengkhianati Kak Pierro?!”
Arlecchino sontak tertawa mendengar rengekan La Signora, tatapannya berubah tajam seketika. Sandrone dan Pantalone langsung sigap membelakangi Signora.
“Sudahlah, jangan bertengkar,” kata Sandrone kepada Signora.
“Kita baru saja berkumpul, jangan memperkeruh suasana,” ujar Pantalone melanjutkan kata Sandrone.
“Heh, Goblok! Itu harusnya kata-kata gue!”
“Eh, Tolol! Yang berantem itu kita atau mereka sebenarnya?!”
Pulcinella menghentakkan kakinya ke tanah, dari semua anggota keluarga Harbingers, dia adalah orang yang bertugas untuk melerai seluruh saudaranya.
“Cukup,”
Setelah mendengar satu kata yang keluar dari mulut Pulcinella, mereka semua terdiam. Tidak ada lagi yang berani mengeluarkan suara.
“Kita sudah dibebaskan oleh Il Dottore, sekarang pikirkan bagaimana cara keluar dari neraka ini,”
Alarm tanda bahaya mulai terdengar di lorong Harbingers Bersaudara berada, seluruh unit keamanan langsung memenuhi serta mengepung kawanan gila itu.
“JANGAN BERGERAK! ATAU KALIAN AKAN DIPINDAHKAN KE RUANG ISOLASI!”
Sandrone dan Pantalone sontak tertawa mendengar kalimat itu, rasanya sudah beribu kali mereka mendengarkan kalimat ancaman tersebut.
“UDAH BIASA, BOS! SEKARANG KAMI SUDAH LENGKAP!”
Pulcinella memberikan isyarat kepada Columbine sambil melemparkan kunci borgol Signora, setelah kunci itu di tangannya, perempuan itu langsung membebaskan adik iparnya.
“Terima kasih,” ujar Signora pelan, kalimat itu justru membuat garis bibir Columbine otomatis terangkat.
Kini Harbingers Bersaudara sudah bebas, sambil menunggu aba-aba dari Pulcinella mereka bersiap-siap untuk menghabisi seisi Pusat Penanganan Jiwa Snezhnaya sampai tuntas.
“Ingat tujuan utama kita, apa pun yang terjadi nanti kita harus berkumpul di rumah,” perintah Pulcinella kepada saudaranya.
“Udah lama gue gak deg-dengan kayak gini,” gumam Sandrone tersenyum.
“Rasanya kayak baru pertama kali mau membunuh orang,” lanjut Pantalone yang selalu meneruskan kalimat Sandrone.
“Tolong jaga adik perempuan satu-satunya kami, Sayang.”
“Aku akan melakukan apa pun untukmu, Arlecchino.”
La Signora tersenyum tipis, sudah lama ia tidak merasa sehangat ini. Sebelum ia kembali melamunkan masa lalu saat bersama saudaranya, ada baiknya mereka memenangkan pertarungan ini terlebih dahulu.
“Odinnadtsat' Predvestnikov Fatui!“
“SERANG!!!”
**
Ayato telah masuk ke wilayah Snezhnaya, banyak yang memandangnya aneh karena pakaian yang ia kenakan. Namun, lelaki bersurai biru itu memilih untuk tidak memedulikannya dan terus berjalan mencari informasi tentang Il Dottore.
Tiba-tiba tanah Snezhnaya bergetar hebat, ini adalah tanda bahwa Natlan sudah mulai porak poranda untuk yang kedua kalinya. Ini adalah kekuatan dari Dewi Perang Teyvat, Murata.
Benar-benar akan peran sebentar lagi, ujar Ayato dalam hatinya.
Semakin dalam Ayato menyusuri wilayah Snezhnaya, semakin sepi pula penduduk yang terlihat di sana.
“Woah! Jangan jalan lebih jauh lagi dari sini, Pak!” seru seseorang dari belakang.
Ayato tidak memedulikan perkataan kawanan berandal yang sedang bermain judi di lorong sempit dekat pusat kota Snezhnaya.
“Woy! Udah dibilangin jangan—”
Mengalir seperti air, Ayato kini sudah berada di tepat di depan kawanan berandal tadi sambil mengarahkan pedangnya ke arah mereka.
“Jangan apa?” tanya Ayato dengan suara beratnya.
Mereka bergidik ketakutan, bagaimana bisa manusia biasa memiliki kecepatan di luar nalar manusia, setidaknya itu yang ada di pikiran mereka saat ini.
“Jangan bacot kali, ya?”
Ayato menoleh ke belakang, orang yang selama ini dicari akhirnya menampakkan batang hidungnya.
Il Dottore tersenyum lebar ke arah Ayato, pria bersurai biru muda itu melepaskan sarung tangannya dan mengeluarkan dua pisau dari dalam jas putihnya.
“Are you ready, President?“
“I'm more than ready, Psycho.“
Il Dottore saling berbalas serangan dengan Ayato, kekuatan dan kecepatan mereka masih belum ada yang menandingi. Kepala dari kawanan berandal tadi hanya bolak-balik melihat ke kiri dan kanan, saking cepatnya pergerakan dua orang itu.
“Gila,” gumam salah satu dari kawanan itu pelan.
“Iya, gila banget,”
Childe sudah duduk di samping mereka, melihat pertarungan sengit yang tak akan pernah ia lerai. Tangan kanannya ia balut dengan kain berlapis-lapis, setelah mengeluarkan kekuatan penuh dari senjata prototip buatan Baizhu membuat tubuhnya melemah. Terbukti dari tubuhnya yang sudah terlihat mengering dan kurus, seluruh energinya terkuras habis karena tidak mendengarkan instruksi dari Baizhu.
“Tartaglia?!”
Childe hanya menutup mulutnya dengan telunjuk, tanda bahwa mereka seharusnya tidak mengungkapkan identitas lamanya.
“Tartaglia sudah mati, sekarang panggil aku Childe,”
Kawanan berandalan itu langsung sujud di depan Childe, karena lelaki bersurai oranye itu diceritakan lebih ganas dari saudara-saudaranya yang lain.
“Baik, Tuan Childe!”
Merasa bosan dengan pertempuran yang tak ada habisnya, Childe menatap ke langit. Ia tersenyum lebar dan berterimakasih kepada Tuhan karena telah memberikan cuaca cerah agar Snezhnaya bisa dijadikan tempat perang.
“Wah, ada tamu baru,”
Dari kejauhan, Childe melihat Dainsleif sedang berjalan masuk ke pusat kota. Wajahnya merah pekat karena emosi, Dainsleif tidak akan pernah memaafkan Harbingers selamanya.
“KEMBALIKAN LUMINE!”
Childe berdiri setelah Dainsleif berlari ke arahnya, ia membuka kain penutup tangan miliknya dan mulai menyerang pelayan khusus Celestia Kuno itu.
Pedang dan pisau milik Ayato dan Il Dottore masih terus beradu, tidak ada yang memberikan celah sedikit pun kepada lawannya.
“Kau tahu, Harbingers tidak akan bisa menjadi manusia berguna,” sindir Ayato yang masih menahan kekuatan Il Dottore.
“Setelah kepergianmu ke Snezhnaya, apakah kau sadar kalau adik kecilmu akan terseret ke dalam bahaya?” balas Il Dottore tak mau kalah.
Mendengar ucapan Il Dottore justru membuat Ayato tersenyum, hal ini membuat pria bersurai biru muda itu kesal.
“Lucu juga kau, Dottore. Kenapa gak jadi badut saja?”
Melihat sedikit celah dari Il Dottore, Ayato langsung menusukkan pedangnya ke sisi perut bagian kiri Il Dottore, namun karena lengah Il Dottore tidak dapat menepis serangan mendadak dari Ayato.
“Berengsek!”
Anehnya, kini Ayato tak lagi ada di hadapannya.
“Baiklah, aku berikan 3 detik untuk minta maaf kepada adikku,”
Il Dottore terkejut setelah melihat pedang yang sudah bertengger di dekat lehernya, kecepatan Kamisato Ayato memang tidak bisa diragukan lagi.
“1,”
“2,”
Il Dottore tersenyum, namun bukan untuk menyerah.
Bawahannya dari Underworlds melemparkan bom asap ke arah Ayato dari atas gedung yang mengelilingi pusat kota. Bom itu berhasil menutupi pandangan Ayato sekarang, Il Dottore memiliki kesempatan emas untuk menyerang balik orang nomor satu di Inazuma tersebut.
“Woah! Santai, dong!”
SLASH
Il Dottore terjatuh setelah kaki kirinya ditebas dari sisi yang tak terduga, bom asap ini justru membawa kesialan untuk Il Dottore.
“Masih belum?”
SLASH
“BANGSAT!”
Tangan kanan Il Dottore terluka karena serangan dari Ayato, namun ia masih belum bisa melihat keberadaannya sampai saat ini.
SLASH
SLASH
SLASH
SLASH
SLASH
Il Dottore terjatuh, tubuhnya sudah tak bisa lagi digerakkan. Beberapa saat setelah kabut akibat bom asap itu hilang, Il Dottore sudah kehilangan kesadarannya.
Beberapa puluh meter dari tempat pertarungan Ayato dan Il Dottore, Childe terlihat kewalahan menghadapi serangan bertubi-tubi dari Dainsleif, ia menyadari bahwa lelaki bersurai pirang itu bukanlah orang sembarangan.
Kukira tangan bodoh ini akan membuatku semakin kuat!
Childe terlihat memegangi tangan kanannya dari tadi, tubuhnya semakin kurus akibat energi yang harus terus diberikan ke tangan buatan itu.
“Sekarang katakan yang sebenarnya, di mana Lumine?” tanya Dainsleif seraya mendekati Childe yang sudah terpojok.
“Lumine aman bersama adikku di Inazuma!” sahut Ayato dari kejauhan.
Dainsleif menoleh ke arah Ayato, di saat rasanya Childe memiliki kesempatan untuk mengalahkannya, justru Ayato lah orang yang ada di depannya sekarang.
“Masih belum kapok kalah emang?”
SLASH
Untuk kedua kalinya, tangan Childe terputus karena Ayato. Lelaki bersurai oranye itu meringis kesakitan, kini sakitnya lebih parah karena sisa aliran listrik yang ada di tubuhnya masih menyengat pembuluh darahnya. Jantung Childe terpompa dengan kuat sehingga membuat sensasi di kepalanya seperti akan meledak.
“BABI!”
“Sore wa anatadesu,“
SLASH
Childe meratapi tangan kirinya yang melayang di udara, rasanya seperti slow motion di kepalanya. Setelah tangan kirinya jatuh ke tanah, teriakan Childe semakin kuat sampai bola matanya hampir keluar dari tempatnya.
“Aku lebih suka menghukum manusia secara perlahan,” ujar Ayato dengan suara beratnya.
“Jika kesempatan itu datang lagi, datanglah dengan anggota tubuh yang lengkap,”
Ayato pergi meninggalkan Childe yang masih histeris kesakitan, Dainsleif langsung menahan tangan Ayato dan menatap netranya ketika sudah bertemu.
“Kau yakin? Lumine aman di Inazuma?”
“Ya, adikku akan menjaganya,”
“Bagaimana bisa aku mempercayakan seorang Celestia Kuno dengan manusia biasa?!” sentak Dainsleif yang masih emosi sejak tadi.
“Hei, Dainsleif. Asal kau tahu, kecepatan adikku 10 kali lebih cepat dariku,”
Kini suara ledakan terdengar dari arah selatan, tepatnya di Pusat Penanganan Jiwa Snezhnaya. Setelah mendengar ledakan itu, Ayato dan Dainsleif langsung menuju ke tempat yang paling mengerikan di Teyvat.
“Apa yang terjadi?!” tanya Ayato sambil berlari.
“Firasatku buruk, sebaiknya kita jangan terlalu lama di sini,”
Dainsleif menghentikan langkahnya, begitu pula dengan Ayato. Suara ledakan itu terus menerus terdengar, kini asap kebakaran mulai terlihat di udara, warnanya hitam serta baunya pun sudah mulai menyebar ke seluruh kota.
“Setahuku, hampir seluruh anggota keluarga Harbingers ditahan di sana,” ujar Dainsleif ragu.
“Hah? Ada berapa anggota keluarga Harbingers?”
“11 orang, karena Dottore dan Childe sudah kita kalahkan, berarti tersisa 9 orang lagi,”
Ayato bergidik, ini kali pertama dalam hidupnya ia merasa ketakutan. Cuaca dingin di Snezhnaya juga memperlambat gerakannya, mereka masih terdiam menatap ke sumber asap sambil melamun.
“Ayo, Dainsleif. Kita harus pergi dari sini!”
Gempa bumi kembali terjadi, sudah yang ketiga kalinya Murata menhentakkan kakinya ke bumi. Kini gedung panti rehabilitasi itu pun ambruk seketika setelah gempa susulan tadi.
“JANGAN BERGERAK! ANDA SUDAH KAMI KEPUNG!”
Ayato dan Dainsleif menghentikan langkahnya, mereka tidak tahu siapa yang berbicara, tapi perasaannya benar-benar tidak baik.
“Gila! Mirip banget suaranya, Cil!”
“Bacot! Nama gue bukan Cil!”
Sandrone dan Pantalone berjalan lebih dulu dari yang lainnya, Harbingers Bersaudara keluar dari kabut asap yang menyelimuti wilayah selatan Snezhnaya. Tidak terlihat luka sedikit pun, mereka benar-benar bukan lawan Ayato dan Dainsleif untuk saat ini.
“Setelah ini kita ke mana, Sayang? Mau dinner? Atau kita movie date aja, gimana?”
“Kita akan lakukan itu semua setelah semuanya berkumpul, Arlecchino.”
Signora terus menirukan mimik wajah Columbine dari belakang, melihat keharmonisan Arlecchino dan Columbine justru membuat dadanya semakin sesak. Pulcinella yang menyadari hal itu langsung merangkul sang adik untuk menenangkannya.
“Jangan dekat-dekat sama gue! Bau, Kak!”
Pulcinella tertawa terbahak-bahak mendengar celotehan Signora, walaupun perempuan itu tak menyadarinya, Pulcinella menggumamkan sesuatu dengan sangat pelan sehingga hanya dirinya sendiri yang dapat mendengarnya.
I love you, My Sister.
Langkah Sandrone dan Pantalone setelah melihat Ayato dan Dainsleif masih mematung di depan mereka, namun mereka memutuskan untuk melewati saja dua orang asing itu.
“Siapa itu? Masa pacaran di Snezhnaya?”
“Entah, lo liat coba bajunya? Norak banget!”
“Tolol! Nanti dia dengar!”
Mereka tertawa setelahnya tanpa menghiraukan Ayato dan Dainsleif. Begitu juga dengan Arlecchino dan Columbine yang masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
“Ayo kita pergi pelan-pelan,”
Namun tiba-tiba dari bawah tanah ada perangkap besar yang menjulang tinggi dan berhasil mengurung Dainsleif dan Ayato.
“Jangan pergi dulu, dong! Kita belum kenalan, lho!”
Pulcinella berjalan mendekati Dainsleif dan Ayato, senyumnya lebar sama seperti di saat ia mendapat ikan legendaris beberapa tahun yang lalu.
“Gak ada orang asing yang bisa masuk Snezhnaya, apa yang terjadi?”
Di luar pintu gerbang masuk wilayah Snezhnaya, ratusan unit jaga wilayah sudah tak lagi bernyawa, darah perjuangan mereka sedikit menempel di baju Ayato.
“Berarti semua orang yang ada di depan sudah mati? Hebat juga,”
Pulcinella meninju perangkap besi yang berhasil menjebak Ayato dan Dainsleif tadi dan hancur seketika.
“Kalian duluan saja, biar aku yang habisi mereka berdua,”
Setelah mendengar perintah Pulcinella, mereka semua meninggalkan tempat itu begitu saja. Signora masih heran saat menatap ke arah Dainsleif, rasanya seperti tidak asing saat melihat lelaki bersurai pirang itu.
“Show me what you got!“
Ayato menghunuskan pedangnya, walaupun ragu karena Pulcinella tidak memiliki senjata apa pun, pria bersurai biru itu pun menjatuhkan pedangnya.
“You got some nerve, Kid.“
“Still, I'll gonna win,“
Namun lagi-lagi gempa susulan kiriman dari Natlan kembali terasa, kali ini getarannya tidak main-main, mereka terombang-ambing karena tidak seimbang, Pulcinella langsung belari menjauh karena di tempat mereka diperangkap benar-benar dikelilingi oleh bukit yang rawan longsor.
“Kesempatan, ayo pergi dari sini!”
Ayato dan Dainsleif berlari menuju arah timur, berbeda dengan Harbingers bersaudara yang sudah lebih dulu menuju utara.
Beberapa detik kemudian, gempa susulan kembali datang. Bukti dengan tapak yang terjal itu mulai runtuh, Ayato dan Dainsleif berpencar untuk menghindari runtuhan longsor.
“Aku tidak apa-apa! Kau duluan saja!” seru Ayato dari balik runtuhan longsor.
“Baik!”
Dainsleif berlari menjauh dari Snezhnaya, ia harus cepat-cepat meminta bala bantuan karena Harbingers sudah keluar dari neraka. Akan lebih bahaya lagi kalau mereka ikut campur saat Perang Archon.
“Hey, Oom. Ngapain di sini?”
Ayato berbalik, melihat gadis kecil berambut ungu dengan polosnya menanyakan hal yang gak penting ini.
“Yun Jin?! Kenapa kamu bisa sampai ke sini? Ayo pergi!”
Ayato menarik lengan gadis kecil itu namun tertahan oleh tangan lain.
“Anak ini tanggung jawabku!”
Ayato menyeringai, ia melihat kesempatan emas di matanya, dan kali ini lelaki bersurai biru itu tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
“Scaramouche, kenapa kau bisa sama cucunya Zhongli?”
-to be continued