ismura

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 8 (Perang di Snezhnaya)

Signora tiba di depan pintu ruang rehabilitasinya, berkat tipu muslihat Il Dottore kini perempuan itu dicap sebagai orang yang memiliki penyakit jiwa yaitu Bipolar Disorder.

“Gue gak sudi masuk ke sini! Gue gak gila, Berengsek!” sentak Signora yang terus didorong oleh petugas rehabilitasi di sana.

“Ayo, Ibu Signora. Jangan membantah, nanti kami berikan treatment yang lebih parah lagi dari sebelumnya kalau tidak mau kooperatif dengan petugas,”

Sebenarnya Signora sudah tidak lagi memedulikan siksaan sebelum ia dibawa ke ruangannya, mulai dari kepalanya yang sengaja dibenamkan ke air, sampai disengat oleh listrik. Rasa sakitnya tidak akan sepadan ketika melihat senyum kemenangan dari Il Dottore beberapa waktu lalu.

“Signora?” tanya seseorang dari dalam ruangan.

Kenapa aku seperti mengenal suara ini? ujar La Signora dalam hati.

“KAU BENAR SIGNORA?!” suara lelaki itu kini terdengar jelas, ia sibuk menggedor-gedor pintunya dari dalam.

Satu dari tiga petugas panti rehab itu pun mengambil kunci yang ia ikat di sabuknya, mungkin tujuannya untuk mempermudah pergerakannya saat membuka atau menutup pintu ruangan pasien jiwa di Snezhnaya.

Setelah pintu itu terbuka, lelaki misterius tadi langsung menerkam petugas yang membukakan pintu tadi dengan ganas.

Mata Signora terbelalak melihat orang yang sedang mencabik-cabik dada petugas rehabilitasi itu dengan kuku panjangnya, ia jelas mengenal sosok itu, orang nomor lima di Harbingers, Pulcinella.

Sadar dengan ketakutan dari kedua petugas yang masih hidup tadi langsung membuat Signora menjatuhkan mereka dengan mudah lalu memijakkan kakinya tepat di wajah petugas itu satu persatu.

“Ha-ha-ha! Kau masih ganas dan licik seperti dulu,” ledek Pulcinella sambil tertawa.

La Signora mendengus kesal setelah mendengar ledekan dari salah satu kakaknya di Harbingers, lalu mengambil kunci borgol yang sudah tercecer ke mana-mana karena kuku tajam milik Pulcinella.

“Kalau kau tidak tahu apa-apa lebih baik diam saja, Kak.” ujar Signora karena sudah terlampau kesal.

Pulcinella terkekeh melihat wajah kusut adiknya, ia sudah mendapatkan kunci borgol Signora sejak tadi. Lelaki itu memegang kunci mungil tadi dengan kuku jempol dan telunjuknya.

“Sepertinya kunci borgolmu tidak ada di sini,” kata Pulcinella bercanda.

La Signora menghela nafas panjang, “Cepat berikan kunci itu atau lepaskan borgolku sekarang,”

Namun perkataan perempuan itu tak diindahkan oleh Pulcinella, ia langsung berbalik arah dan pergi meninggalkan Signora seorang diri.

“Berarti Il Dottore sengaja melepasmu melalui aku, ya?” tanya Signora.

Pulcinella hanya mengangguk tanpa menoleh ke belakang, langkahnya semakin jauh meninggalkan Signora seorang diri.

“Jangan terlalu cepat marah sama abang kamu,”

Signora dengan cepat menoleh ke belakang dan mendapati mantan istri Pierro sedang berjalan mendekatinya.

“Columbine?”

Perempuan bersurai merah layaknya api tersebut hanya bisa melemparkan senyumnya, perasaan Signora mulai campur aduk karena ternyata keluarganya kebanyakan dikurung di panti rehabilitasi.

“Tunggu saja, sebentar lagi—”

“WAH! INI RASANYA KEBEBASAN!”

“HA-HA-HA! JANGAN LEBAY LO, CIL!”

“APAAN? LO YANG LEBAY!”

Kini raut wajah La Signora sudah berubah total, ia benar-benar ketakutan sekarang. Walaupun Pulcinella berhasil lepas karena Il Dottore, tetapi justru malah akan membawa banyak bencana lain ke depannya.

Pantalone dan Sandrone masih terus berdebat tentang siapa yang lebih lebay saat dibebaskan oleh Pulcinella, sementara Arlecchino langsung berlari dan memeluk Columbine dengan erat.

“Sudah kubilang aku akan bebas, Sayang.” ujar Arlecchino kepada Columbine.

Setelah mendengar kata manis yang keluar dari mulut Arlecchino membuat Signora geli dan mual, entah apa yang sedang terjadi saat ini dalam pikirannya.

“Eh, Signora!” sapa Arlecchino sambil tersenyum.

“Jangan dekat-dekat sama gue, Pebinor.” balas Signora mundur beberapa langkah.

Melihat hampir setengah anggota keluarga Harbingers membuat Columbine tertawa bahagia, ini adalah kali pertama mereka berkumpul lagi setelah sekian lama.

“Berapa tahun? Kalian tidak bertemu?”

“Kami ketemu terus setiap hari!” ujar Sandrone yang masih terlihat kesal.

“Berapa lama, ya? Kayaknya lebih dari 20 tahun, ya, Sayang?” jawab Arlecchino sembari merangkul perempuan yang sangat ia cintai itu.

“Sudahlah, jangan kau panggil dia 'sayang', aku muak mendengarnya, Tolol!” sentak Signora lalu diikuti oleh anggukan dari Sandrone dan Pantalone.

“Hey! Kenapa kau sensitif sekali?! Kau tahu sendiri Pierro yang membuang Columbine di masa lalu—”

“Terus kenapa?! Apa perempuan di dunia ini cuma dia aja?!”

Arlecchino sudah mendengar pertanyaan itu lebih dari seratus kali, tidak ada yang bisa menyalahkan ke mana hati ini akan berlabuh, namun Signora masih tak bisa menerima kenyataan itu.

“Kak Pierro bilang Harbingers tidak pernah mengkhianati keluarganya, kenapa kau tega mengkhianati Kak Pierro?!”

Arlecchino sontak tertawa mendengar rengekan La Signora, tatapannya berubah tajam seketika. Sandrone dan Pantalone langsung sigap membelakangi Signora.

“Sudahlah, jangan bertengkar,” kata Sandrone kepada Signora.

“Kita baru saja berkumpul, jangan memperkeruh suasana,” ujar Pantalone melanjutkan kata Sandrone.

“Heh, Goblok! Itu harusnya kata-kata gue!”

“Eh, Tolol! Yang berantem itu kita atau mereka sebenarnya?!”

Pulcinella menghentakkan kakinya ke tanah, dari semua anggota keluarga Harbingers, dia adalah orang yang bertugas untuk melerai seluruh saudaranya.

“Cukup,”

Setelah mendengar satu kata yang keluar dari mulut Pulcinella, mereka semua terdiam. Tidak ada lagi yang berani mengeluarkan suara.

“Kita sudah dibebaskan oleh Il Dottore, sekarang pikirkan bagaimana cara keluar dari neraka ini,”

Alarm tanda bahaya mulai terdengar di lorong Harbingers Bersaudara berada, seluruh unit keamanan langsung memenuhi serta mengepung kawanan gila itu.

“JANGAN BERGERAK! ATAU KALIAN AKAN DIPINDAHKAN KE RUANG ISOLASI!”

Sandrone dan Pantalone sontak tertawa mendengar kalimat itu, rasanya sudah beribu kali mereka mendengarkan kalimat ancaman tersebut.

“UDAH BIASA, BOS! SEKARANG KAMI SUDAH LENGKAP!”

Pulcinella memberikan isyarat kepada Columbine sambil melemparkan kunci borgol Signora, setelah kunci itu di tangannya, perempuan itu langsung membebaskan adik iparnya.

“Terima kasih,” ujar Signora pelan, kalimat itu justru membuat garis bibir Columbine otomatis terangkat.

Kini Harbingers Bersaudara sudah bebas, sambil menunggu aba-aba dari Pulcinella mereka bersiap-siap untuk menghabisi seisi Pusat Penanganan Jiwa Snezhnaya sampai tuntas.

“Ingat tujuan utama kita, apa pun yang terjadi nanti kita harus berkumpul di rumah,” perintah Pulcinella kepada saudaranya.

“Udah lama gue gak deg-dengan kayak gini,” gumam Sandrone tersenyum.

“Rasanya kayak baru pertama kali mau membunuh orang,” lanjut Pantalone yang selalu meneruskan kalimat Sandrone.

“Tolong jaga adik perempuan satu-satunya kami, Sayang.”

“Aku akan melakukan apa pun untukmu, Arlecchino.”

La Signora tersenyum tipis, sudah lama ia tidak merasa sehangat ini. Sebelum ia kembali melamunkan masa lalu saat bersama saudaranya, ada baiknya mereka memenangkan pertarungan ini terlebih dahulu.

Odinnadtsat' Predvestnikov Fatui!

“SERANG!!!”

**

Ayato telah masuk ke wilayah Snezhnaya, banyak yang memandangnya aneh karena pakaian yang ia kenakan. Namun, lelaki bersurai biru itu memilih untuk tidak memedulikannya dan terus berjalan mencari informasi tentang Il Dottore.

Tiba-tiba tanah Snezhnaya bergetar hebat, ini adalah tanda bahwa Natlan sudah mulai porak poranda untuk yang kedua kalinya. Ini adalah kekuatan dari Dewi Perang Teyvat, Murata.

Benar-benar akan peran sebentar lagi, ujar Ayato dalam hatinya.

Semakin dalam Ayato menyusuri wilayah Snezhnaya, semakin sepi pula penduduk yang terlihat di sana.

“Woah! Jangan jalan lebih jauh lagi dari sini, Pak!” seru seseorang dari belakang.

Ayato tidak memedulikan perkataan kawanan berandal yang sedang bermain judi di lorong sempit dekat pusat kota Snezhnaya.

“Woy! Udah dibilangin jangan—”

Mengalir seperti air, Ayato kini sudah berada di tepat di depan kawanan berandal tadi sambil mengarahkan pedangnya ke arah mereka.

“Jangan apa?” tanya Ayato dengan suara beratnya.

Mereka bergidik ketakutan, bagaimana bisa manusia biasa memiliki kecepatan di luar nalar manusia, setidaknya itu yang ada di pikiran mereka saat ini.

“Jangan bacot kali, ya?”

Ayato menoleh ke belakang, orang yang selama ini dicari akhirnya menampakkan batang hidungnya.

Il Dottore tersenyum lebar ke arah Ayato, pria bersurai biru muda itu melepaskan sarung tangannya dan mengeluarkan dua pisau dari dalam jas putihnya.

Are you ready, President?

I'm more than ready, Psycho.

Il Dottore saling berbalas serangan dengan Ayato, kekuatan dan kecepatan mereka masih belum ada yang menandingi. Kepala dari kawanan berandal tadi hanya bolak-balik melihat ke kiri dan kanan, saking cepatnya pergerakan dua orang itu.

“Gila,” gumam salah satu dari kawanan itu pelan.

“Iya, gila banget,”

Childe sudah duduk di samping mereka, melihat pertarungan sengit yang tak akan pernah ia lerai. Tangan kanannya ia balut dengan kain berlapis-lapis, setelah mengeluarkan kekuatan penuh dari senjata prototip buatan Baizhu membuat tubuhnya melemah. Terbukti dari tubuhnya yang sudah terlihat mengering dan kurus, seluruh energinya terkuras habis karena tidak mendengarkan instruksi dari Baizhu.

“Tartaglia?!”

Childe hanya menutup mulutnya dengan telunjuk, tanda bahwa mereka seharusnya tidak mengungkapkan identitas lamanya.

“Tartaglia sudah mati, sekarang panggil aku Childe,”

Kawanan berandalan itu langsung sujud di depan Childe, karena lelaki bersurai oranye itu diceritakan lebih ganas dari saudara-saudaranya yang lain.

“Baik, Tuan Childe!”

Merasa bosan dengan pertempuran yang tak ada habisnya, Childe menatap ke langit. Ia tersenyum lebar dan berterimakasih kepada Tuhan karena telah memberikan cuaca cerah agar Snezhnaya bisa dijadikan tempat perang.

“Wah, ada tamu baru,”

Dari kejauhan, Childe melihat Dainsleif sedang berjalan masuk ke pusat kota. Wajahnya merah pekat karena emosi, Dainsleif tidak akan pernah memaafkan Harbingers selamanya.

“KEMBALIKAN LUMINE!”

Childe berdiri setelah Dainsleif berlari ke arahnya, ia membuka kain penutup tangan miliknya dan mulai menyerang pelayan khusus Celestia Kuno itu.

Pedang dan pisau milik Ayato dan Il Dottore masih terus beradu, tidak ada yang memberikan celah sedikit pun kepada lawannya.

“Kau tahu, Harbingers tidak akan bisa menjadi manusia berguna,” sindir Ayato yang masih menahan kekuatan Il Dottore.

“Setelah kepergianmu ke Snezhnaya, apakah kau sadar kalau adik kecilmu akan terseret ke dalam bahaya?” balas Il Dottore tak mau kalah.

Mendengar ucapan Il Dottore justru membuat Ayato tersenyum, hal ini membuat pria bersurai biru muda itu kesal.

“Lucu juga kau, Dottore. Kenapa gak jadi badut saja?”

Melihat sedikit celah dari Il Dottore, Ayato langsung menusukkan pedangnya ke sisi perut bagian kiri Il Dottore, namun karena lengah Il Dottore tidak dapat menepis serangan mendadak dari Ayato.

“Berengsek!”

Anehnya, kini Ayato tak lagi ada di hadapannya.

“Baiklah, aku berikan 3 detik untuk minta maaf kepada adikku,”

Il Dottore terkejut setelah melihat pedang yang sudah bertengger di dekat lehernya, kecepatan Kamisato Ayato memang tidak bisa diragukan lagi.

“1,”

“2,”

Il Dottore tersenyum, namun bukan untuk menyerah.

Bawahannya dari Underworlds melemparkan bom asap ke arah Ayato dari atas gedung yang mengelilingi pusat kota. Bom itu berhasil menutupi pandangan Ayato sekarang, Il Dottore memiliki kesempatan emas untuk menyerang balik orang nomor satu di Inazuma tersebut.

“Woah! Santai, dong!”

SLASH

Il Dottore terjatuh setelah kaki kirinya ditebas dari sisi yang tak terduga, bom asap ini justru membawa kesialan untuk Il Dottore.

“Masih belum?”

SLASH

“BANGSAT!”

Tangan kanan Il Dottore terluka karena serangan dari Ayato, namun ia masih belum bisa melihat keberadaannya sampai saat ini.

SLASH

SLASH

SLASH

SLASH

SLASH

Il Dottore terjatuh, tubuhnya sudah tak bisa lagi digerakkan. Beberapa saat setelah kabut akibat bom asap itu hilang, Il Dottore sudah kehilangan kesadarannya.

Beberapa puluh meter dari tempat pertarungan Ayato dan Il Dottore, Childe terlihat kewalahan menghadapi serangan bertubi-tubi dari Dainsleif, ia menyadari bahwa lelaki bersurai pirang itu bukanlah orang sembarangan.

Kukira tangan bodoh ini akan membuatku semakin kuat!

Childe terlihat memegangi tangan kanannya dari tadi, tubuhnya semakin kurus akibat energi yang harus terus diberikan ke tangan buatan itu.

“Sekarang katakan yang sebenarnya, di mana Lumine?” tanya Dainsleif seraya mendekati Childe yang sudah terpojok.

“Lumine aman bersama adikku di Inazuma!” sahut Ayato dari kejauhan.

Dainsleif menoleh ke arah Ayato, di saat rasanya Childe memiliki kesempatan untuk mengalahkannya, justru Ayato lah orang yang ada di depannya sekarang.

“Masih belum kapok kalah emang?”

SLASH

Untuk kedua kalinya, tangan Childe terputus karena Ayato. Lelaki bersurai oranye itu meringis kesakitan, kini sakitnya lebih parah karena sisa aliran listrik yang ada di tubuhnya masih menyengat pembuluh darahnya. Jantung Childe terpompa dengan kuat sehingga membuat sensasi di kepalanya seperti akan meledak.

“BABI!”

Sore wa anatadesu,

SLASH

Childe meratapi tangan kirinya yang melayang di udara, rasanya seperti slow motion di kepalanya. Setelah tangan kirinya jatuh ke tanah, teriakan Childe semakin kuat sampai bola matanya hampir keluar dari tempatnya.

“Aku lebih suka menghukum manusia secara perlahan,” ujar Ayato dengan suara beratnya.

“Jika kesempatan itu datang lagi, datanglah dengan anggota tubuh yang lengkap,”

Ayato pergi meninggalkan Childe yang masih histeris kesakitan, Dainsleif langsung menahan tangan Ayato dan menatap netranya ketika sudah bertemu.

“Kau yakin? Lumine aman di Inazuma?”

“Ya, adikku akan menjaganya,”

“Bagaimana bisa aku mempercayakan seorang Celestia Kuno dengan manusia biasa?!” sentak Dainsleif yang masih emosi sejak tadi.

“Hei, Dainsleif. Asal kau tahu, kecepatan adikku 10 kali lebih cepat dariku,”

Kini suara ledakan terdengar dari arah selatan, tepatnya di Pusat Penanganan Jiwa Snezhnaya. Setelah mendengar ledakan itu, Ayato dan Dainsleif langsung menuju ke tempat yang paling mengerikan di Teyvat.

“Apa yang terjadi?!” tanya Ayato sambil berlari.

“Firasatku buruk, sebaiknya kita jangan terlalu lama di sini,”

Dainsleif menghentikan langkahnya, begitu pula dengan Ayato. Suara ledakan itu terus menerus terdengar, kini asap kebakaran mulai terlihat di udara, warnanya hitam serta baunya pun sudah mulai menyebar ke seluruh kota.

“Setahuku, hampir seluruh anggota keluarga Harbingers ditahan di sana,” ujar Dainsleif ragu.

“Hah? Ada berapa anggota keluarga Harbingers?”

“11 orang, karena Dottore dan Childe sudah kita kalahkan, berarti tersisa 9 orang lagi,”

Ayato bergidik, ini kali pertama dalam hidupnya ia merasa ketakutan. Cuaca dingin di Snezhnaya juga memperlambat gerakannya, mereka masih terdiam menatap ke sumber asap sambil melamun.

“Ayo, Dainsleif. Kita harus pergi dari sini!”

Gempa bumi kembali terjadi, sudah yang ketiga kalinya Murata menhentakkan kakinya ke bumi. Kini gedung panti rehabilitasi itu pun ambruk seketika setelah gempa susulan tadi.

“JANGAN BERGERAK! ANDA SUDAH KAMI KEPUNG!”

Ayato dan Dainsleif menghentikan langkahnya, mereka tidak tahu siapa yang berbicara, tapi perasaannya benar-benar tidak baik.

“Gila! Mirip banget suaranya, Cil!”

“Bacot! Nama gue bukan Cil!”

Sandrone dan Pantalone berjalan lebih dulu dari yang lainnya, Harbingers Bersaudara keluar dari kabut asap yang menyelimuti wilayah selatan Snezhnaya. Tidak terlihat luka sedikit pun, mereka benar-benar bukan lawan Ayato dan Dainsleif untuk saat ini.

“Setelah ini kita ke mana, Sayang? Mau dinner? Atau kita movie date aja, gimana?”

“Kita akan lakukan itu semua setelah semuanya berkumpul, Arlecchino.”

Signora terus menirukan mimik wajah Columbine dari belakang, melihat keharmonisan Arlecchino dan Columbine justru membuat dadanya semakin sesak. Pulcinella yang menyadari hal itu langsung merangkul sang adik untuk menenangkannya.

“Jangan dekat-dekat sama gue! Bau, Kak!”

Pulcinella tertawa terbahak-bahak mendengar celotehan Signora, walaupun perempuan itu tak menyadarinya, Pulcinella menggumamkan sesuatu dengan sangat pelan sehingga hanya dirinya sendiri yang dapat mendengarnya.

I love you, My Sister.

Langkah Sandrone dan Pantalone setelah melihat Ayato dan Dainsleif masih mematung di depan mereka, namun mereka memutuskan untuk melewati saja dua orang asing itu.

“Siapa itu? Masa pacaran di Snezhnaya?”

“Entah, lo liat coba bajunya? Norak banget!”

“Tolol! Nanti dia dengar!”

Mereka tertawa setelahnya tanpa menghiraukan Ayato dan Dainsleif. Begitu juga dengan Arlecchino dan Columbine yang masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

“Ayo kita pergi pelan-pelan,”

Namun tiba-tiba dari bawah tanah ada perangkap besar yang menjulang tinggi dan berhasil mengurung Dainsleif dan Ayato.

“Jangan pergi dulu, dong! Kita belum kenalan, lho!”

Pulcinella berjalan mendekati Dainsleif dan Ayato, senyumnya lebar sama seperti di saat ia mendapat ikan legendaris beberapa tahun yang lalu.

“Gak ada orang asing yang bisa masuk Snezhnaya, apa yang terjadi?”

Di luar pintu gerbang masuk wilayah Snezhnaya, ratusan unit jaga wilayah sudah tak lagi bernyawa, darah perjuangan mereka sedikit menempel di baju Ayato.

“Berarti semua orang yang ada di depan sudah mati? Hebat juga,”

Pulcinella meninju perangkap besi yang berhasil menjebak Ayato dan Dainsleif tadi dan hancur seketika.

“Kalian duluan saja, biar aku yang habisi mereka berdua,”

Setelah mendengar perintah Pulcinella, mereka semua meninggalkan tempat itu begitu saja. Signora masih heran saat menatap ke arah Dainsleif, rasanya seperti tidak asing saat melihat lelaki bersurai pirang itu.

Show me what you got!

Ayato menghunuskan pedangnya, walaupun ragu karena Pulcinella tidak memiliki senjata apa pun, pria bersurai biru itu pun menjatuhkan pedangnya.

You got some nerve, Kid.

Still, I'll gonna win,

Namun lagi-lagi gempa susulan kiriman dari Natlan kembali terasa, kali ini getarannya tidak main-main, mereka terombang-ambing karena tidak seimbang, Pulcinella langsung belari menjauh karena di tempat mereka diperangkap benar-benar dikelilingi oleh bukit yang rawan longsor.

“Kesempatan, ayo pergi dari sini!”

Ayato dan Dainsleif berlari menuju arah timur, berbeda dengan Harbingers bersaudara yang sudah lebih dulu menuju utara.

Beberapa detik kemudian, gempa susulan kembali datang. Bukti dengan tapak yang terjal itu mulai runtuh, Ayato dan Dainsleif berpencar untuk menghindari runtuhan longsor.

“Aku tidak apa-apa! Kau duluan saja!” seru Ayato dari balik runtuhan longsor.

“Baik!”

Dainsleif berlari menjauh dari Snezhnaya, ia harus cepat-cepat meminta bala bantuan karena Harbingers sudah keluar dari neraka. Akan lebih bahaya lagi kalau mereka ikut campur saat Perang Archon.

“Hey, Oom. Ngapain di sini?”

Ayato berbalik, melihat gadis kecil berambut ungu dengan polosnya menanyakan hal yang gak penting ini.

“Yun Jin?! Kenapa kamu bisa sampai ke sini? Ayo pergi!”

Ayato menarik lengan gadis kecil itu namun tertahan oleh tangan lain.

“Anak ini tanggung jawabku!”

Ayato menyeringai, ia melihat kesempatan emas di matanya, dan kali ini lelaki bersurai biru itu tidak akan menyia-nyiakannya lagi.

“Scaramouche, kenapa kau bisa sama cucunya Zhongli?”

-to be continued

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 7 (Perang di Liyue)

Suasana Liyue masih terasa mencekam. Pasca kematian Chef Mao, seluruh warga di Liyue selalu diawasi oleh Millelith dengan penjagaan yang sangat ketat. Tidak ada yang berani pergi seorang diri walaupun itu di siang hari. Il Dottore benar-benar membuat seluruh warga Negeri Seribu Kontrak tersebut.

Kini, seorang perempuan berzirah khas Inazuma sedang ditahan oleh satuan unit Adventures Guild yang dibawahi oleh Kaeya. Perempuan bersurai merah muda itu enggan membuka kain penutup di sekitar wajahnya. Ia selalu memberontak sebelum ditahan karena memasuki wilayah Guyun Forest, yang merupakan daerah sakral di Liyue.

“Walaupun kau tidak mau membuka penutup wajahmu, aku sudah mengetahui siapa identitasmu yang sebenarnya,” ujar Kaeya di ruang interogasi.

Perempuan itu masih tertunduk, ia sendiri paham bahwa dirinya tidak akan bisa lepas begitu saja, kecuali jika orang yang ada di depannya itu bisa dikalahkan. Namun, yang menjadi masalah adalah orang itu adalah pemimpin dari Knight of Favonius, Kaeya Alberich.

“Kalau kau masih enggan untuk jujur, tak ada cara lain yang bisa dilakukan selain dengan paksaan,” lanjut Kaeya dengan suara beratnya.

Kaeya mengambil pedang yang terletak di sisi kirinya, bermain-main dengannya sebelum mengarahkan pedang tersebut kepada perempuan misterius itu.

“Kalau kau mau bunuh aku, silakan. Aku sudah pernah mati, dan aku tidak keberatan kalau harus kembali ke neraka,” jawabnya samar, karena tertutup oleh kain tebal yang menutupi hampir seluruh wajahnya.

“Mata-mata Inazuma tidak perlu mencolok seperti ini, aku tahu siapa yang sering memakai baju zirah ini. Mereka adalah bawahan Arataki Itto, namun aku baru tahu kalau mendiang Itto memiliki anggota perempuan,” balas Kaeya dengan sinis.

Karena sabarnya yang sudah terlampau habis, dengan cepat Kaeya merobek kain penutup itu tanpa menyisakan luka di sekitar wajahnya.

Kaeya sontak terkejut melihat sosok perempuan misterius itu, ia seperti melihat mayat yang hidup kembali, walaupun kenyataannya memang Yae Miko sudah kembali dari neraka.

“Apa kau sudah puas?” ujar Yae Miko pelan.

Aura milik Yae Miko berhasil menghantam keras mental Kaeya, pedang yang awalnya digenggam erat olehnya kini terjatuh dan menghasilkan bunyi yang cukup mengganggu karena benturan.

“Ka-kau? Bagaimana bisa kau kembali—”

“Hidup. Aku tahu, kau tak perlu pikirkan aku. Sekarang bawa aku kembali ke Inazuma, aku harus bertemu Raiden Shogun,”

Kaeya masih membeku, hadirnya sosok Yae Miko masih menyentak hatinya. Butuh beberapa kali panggilan untuk menyadarkan kembali pria berusia 35 tahun tersebut.

“Raiden Shogun sudah tidak ada lagi, sekarang posisinya sudah digantikan oleh Keluarga Kamisato,” ujar Kaeya yang sudah mulai sadar.

Yae Miko menghela nafas beberapa kali, sebelum kembali menjadi orang yang paling menjengkelkan di dunia.

“Aku tidak bodoh, Kaeya.” ujar Yae Miko tersenyum.

“Kau pikir seorang pelayan khusus Celestia seperti aku tidak tahu soal itu?”

“Apakah harus kuceritakan apa yang sebenarnya terjadi di Tsurumi 5 tahun yang lalu?”

Kaeya menelan ludahnya dengan paksa, ia masih berjibaku dengan aura yang kuat dari Yae Miko. Walaupun perempuan bersurai merah muda itu tidak menyadarinya, namun Kaeya sudah lemah mental untuk menghadapi Si Rubah Licik Yae Miko.

“Di Inazuma, kami percaya bahwa pembersihan jiwa itu penting untuk orang yang sudah melanggar aturan dari Celestia. Raiden Shogun sudah membersihkan jiwaku, pedang sakral miliknya dihunuskan ke arah jantungku tanpa melukai jantung itu sendiri,”

“Tetapi, bodohnya Baizhu hanya melihat fisik luarku saja, tanpa tahu bahwa sebenarnya aku masih hidup!” lanjut Yae Miko sambil menggebrak meja di ruang interogasi.

“Aku dijadikan bahan eksperimennya, lelaki bodoh itu selalu berpikir bahwa ia bisa menghidupkan manusia, padahal aku tidak pernah mati sejak awal,”

“Childe selalu mencarikan organ tubuh manusia khususnya jantung untuk menghidupkanku kembali, namun di setiap prosedur operasi yang akan ia lakukan kepadaku, untungnya selalu ada halangan yang datang. Sampai akhirnya aku di asingkan di Liyue,”

Kaeya mengangkat tangannya, bukan seperti seorang murid yang ingin bertanya kepada gurunya, melainkan untuk interupsi cerita Yae Miko.

“Aku sudah tahu masalah Childe dari salah satu informan kami. Tetapi aku baru tahu soal kasus malpraktek ini. Di mana tempat rahasia Baizhu?” tanya Kaeya heran.

“Di desa Qingce, seluruh warga Qingce merupakan bawahan Baizhu,” jawab Yae Miko singkat.

“Informasi yang kau berikan cukup berharga untuk mengantarkanmu—”

“Aku berubah pikiran,” potong Yae Miko cepat.

“Kau harus membawaku sampai ke hadapan Raiden Shogun,”

Yae Miko selalu menyinggung nama Raiden Shogun, karena tidak ada yang mengetahui kebenaran bahwa ia adalah Raiden Ei. Ia juga berharap bahwa tidak ada yang mengetahui hal ini, siapa pun itu.

“Oke, itu adalah tugas yang mudah, karena di Teapod baru saja terjadi badai besar,”

“Teapod?”

Kaeya mengangguk, “Di mana ada badai, di situ ada Raiden Shogun,”

“Berarti kau harus membawaku ke hadapan tuanku,” ujar Yae Miko kembali tersenyum.

**

Aether dan Shenhe telah tiba di kaki gunung Tianheng, mereka istirahat sejenak setelah lebih dari 2 jam berjalan dari Teapod Residence. Lelaki bersurai pirang itu masih terlihat murung karena syok.

Shenhe pun tidak tahu bagaimana cara menghiburnya, ia tidak pernah berbicara kecuali jika ditanya oleh Aether.

“Shenhe?” panggil Aether.

Perempuan bersurai putih itu menoleh ke arah tuannya, ia tersenyum tipis saat menatap Aether.

“Perjalanan kita masih jauh?” tanya Aether untuk kesekian kalinya.

“Aku ingin tahu kabar Lumine,” lanjutnya lirih.

Shenhe menundukkan kepalanya, karena ia jelas tidak tahu di mana keberadaan saudara kembarnya Aether. Tugasnya saat ini adalah menjauhkan Aether dari segala mara bahaya yang bisa saja terjadi dalam waktu singkat.

“Lumine pasti aman, saya tahu kamu bisa merasakan hal itu,”

Memang benar, Lumine dan Aether adalah satu. Apabila Lumine dalam bahaya pasti kondisi Aether akan sama seperti adiknya, hanya Celestia Kuno-lah yang bisa seperti ini.

Dari kejauhan, ada dua orang bersenjata sedang berjalan menuju tempat istirahat Aether dan Shenhe.

“Aether, jangan ke mana-mana,” suruh Shenhe yang sudah berdiri terlebih dahulu.

Semakin dekat kawanan itu berjalan, semakin kenal pula Aether dengan salah satu orang bersenjata itu.

“Shenhe, jangan macam-macam! Aku kenal dengan—”

Tanpa mendengarkan sisa kalimat Aether, Shenhe langsung berlari dan menyerang pria berambut krem itu.

Bunyi gesekan kedua besi itu berhasil menimbulkan suara yang keras karena tidak ada orang lain di sana selain mereka.

“Kazuha!” seru Aether.

“JANGAN BERGERAK!” sentak Shenhe keras.

Netra milik Kazuha dan Shenhe kembali bertemu, sementara Yanfei terus berjalan menghampiri Aether yang sudah terpojokkan.

“Ini Celestia Kuno yang kau bicarakan?” tanya Yanfei tanpa menoleh ke arah Kazuha.

“Kau urus dia, biar aku melawan perempuan ini,” balas Kazuha dengan tegas.

“Lawan? Kau benar-benar gegabah, Nak.” ujar Shenhe dengan suara beratnya.

Kazuha mengayunkan pedangnya ke sisi kiri Shenhe, namun karena gerakannya dapat dibaca dengan mudah olehnya, Shenhe berhasil menepis serangan mendadak dari Kazuha.

“Woah, boleh juga,” guman Kazuha pelan.

Shenhe terlihat tegap dengan senjata yang dipegangnya, wajahnya terlihat sayu namun netranya setajam pisau.

Kini gairah bertarung Kazuha semakin tinggi, kuda-kuda yang ia pasang sudah terlihat gagah, ia hanya butuh celah untuk menumbangkan Shenhe dalam sekali tebasan.

“Tenang saja, perempuan itu akan dikalahkan dengan mudah,” ujar Yanfei yang malah berdiri di samping Aether.

Lelaki bersurai pirang itu terus mencuri-curi pandang ke arah Yanfei, ia curiga perempuan itu akan menusuknya dari belakang. Benar saja, Yanfei sudah siap-siap mengeluarkan pisau kecil dari belakang tubuhnya.

Aether memijak kaki Yanfei dan mendorongnya hingga terjatuh, pisau kecil milik Yanfei itu terlempar ke tanah.

Aku memang tidak bisa bela diri, tapi aku tahu kalau aku dalam bahaya, ujar Aether dalam hati.

“Jujur saja, aku tidak tega melawan perempuan,” sindir Kazuha sambil menyeringai.

“Karena mau bagaimanapun aku pasti akan menang,”

Kazuha mulai maju dan menyerang Shenhe, namun kecepatan tangannya mampu mengecoh mata Shenhe sehingga perempuan itu tidak sadar bahwa Kazuha hanya melayangkan serangan gertakan sebelum menebasnya dari belakang.

“SHENHE!” teriak Aether dengan lantang.

Tanpa sadar, Kazuha sudah ada di depan mata Aether dan langsung memukul leher bagian belakang Aether dengan gagang pedangnya.

Yanfei terkejut melihat kecepatan Kazuha, perempuan itu sontak bertepuk tangan setelah Kazuha berhasil mengalahkan dua orang dalam waktu kurang dari 10 detik.

“Sudah kubil—”

Dari atas pohon, turun seorang lelaki bersurai panjang berwarna abu-abu, wajahnya penuh dengan bekas luka. Pedang besarnya hampir melukai tubuh Kazuha, kalau saja ia lengah mungkin Kazuha akan mati saat itu juga.

“Pengkhianat,” ujar lelaki bersurai abu-abu tersebut.

“Ra-Razor?!”

Tanpa aba-aba, Razor langsung menyerang Kazuha dengan cepat. Pedang miliknya dibubuhi oleh aliran listrik yang telah dibuat untuk Pasukan Kepolisian Khusus Teyvat (PKKT).

Pedang besar itu pun berhasil menusuk bahu kanan Kazuha hingga tembus ke belakang, lelaki bersurai krem itu berteriak histeris kesakitan. Kini Kazuha sudah terpojokkan karena tubuhnya sudah tertusuk pedang yang menancap di sebuah pohon.

“Kazuha mengkhianati Aether,” kata Razor dengan suara beratnya.

“A-aku memiliki alasan!”

“Razor tidak perlu tahu, Kazuha sudah menyerang abangnya Lumine!”

Razor melepas paksa pedang yang menancap di tubuh Kazuha dan menusuknya kembali di sisi yang berbeda.

“AKH! BANGSAT!” pekik Kazuha keras.

Garis bibir Razor mulai terangkat, melihat Kazuha kesakitan berhasil memuaskannya. Penjahat memang harus disiksa pelan-pelan seperti ini.

“Menyerahlah sebelum Razor bunuh,”

Retina Kazuha melebar, raut wajah Razor terlihat menyeramkan saat ini. Selama Kazuha mengenalnya, Razor tidak pernah seganas ini.

“A-aku memiliki alasan, Razor.”

Kazuha mulai mengeluarkan darah dari mulutnya, tidak ada harapan baginya untuk memenangkan pertempuran ini. Razor bukanlah lawan yang sepadan dengannya.

“Razor tidak perlu tahu alasan Kazuha,”

Razor kembali melepas pedang miliknya, namun saat ia akan melayangkan serangan terakhirnya ada serangan lain yang datang dari belakangnya.

Razor langsung terjatuh dan tak sadarkan diri, luka di punggungnya cukup dalam. Dari kejauhan, seorang pria bertopeng gagak meniup asap yang keluar dari tangan besinya.

“Duh, ganggu pemandangan gunung Tianheng saja kalian ini.” ujar pria bertopeng gagak itu.

Dari jarak sejauh itu, dia berhasil mengalahkan Razor begitu saja? ujar Kazuha dalam hati sebelum benar-benar tak sadarkan diri.

Yanfei satu-satunya yang masih sadar dan menyaksikan semuanya dari awal, ketika pria bertopeng gagak itu datang mendekatinya, tubuh Yanfei langsung terasa lemah dan terjatuh.

“Tenang saja, urusanku bukan denganmu,”

Aura milik pria bertopeng gagak itu membuat dada Yanfei sesak, padahal ia sama sekali tidak disentuh olehnya, hanya dari suaranya saja sudah berhasil menaklukkan Yanfei.

Pria bertopeng gagak itu berjalan mendekati Aether yang masih belum sadarkan diri. Suara kekehan pria itu terdengar oleh Yanfei.

“Akhirnya aku bertemu denganmu, Abang Iparku.” ujar pria bertopeng gagak tersebut.

Walaupun samar, Yanfei mendengar hampir seluruh kalimat yang diucapkan pria misterius itu.

“Waduh, kayaknya aku baru saja memberikan keterangan verbal untuk pengacara nomor satu di Teyvat,”

Yanfei bergidik, dari mana dia tahu kalau dirinya dulu adalah seorang pengacara. Pria misterius itu kembali terkekeh melihat wajah Yanfei yang sudah terlihat putus asa.

“Bukannya lebih baik kau memberikan keterangan di akhirat saja?”

Pria bertopeng gagak itu berbalik arah dan berjalan menuju Yanfei, terlihat aliran listrik di tangan kanannya, di situlah Yanfei sadar kalau hidupnya sebentar lagi akan selesai.

JANGAN BERGERAK! ANDA SUDAH TERKEPUNG!

Suara salah satu Millelith terdengar jelas melalui pelantang, Eula dan bawahannya mulai mengelilingi area pertempuran itu.

“Menyerahlah! Anda sudah terkepung!” seru Eula sambil berjalan ke pria bertopeng gagak itu.

“Gak ada cara lain kalau begini,”

Pria misterius itu mengarahkan tangan besinya ke tanah, setelah itu ia menembak kekuatan penuh sehingga berhasil membuat getaran yang hampir menyerupai gempa bumi.

Suara gunung meletus mulai terdengar, namun tidak berasal dari Liyue karena daerah itu tidak memiliki gunung yang aktif.

“Gempa?!”

Dari atas gunung Tiangheng, hewan-hewan mulai turun untuk memberitahu bahwa sebentar lagi akan ada bencana alam.

“SEMUANYA! MUNDUR!” perintah Eula kepada seluruh pasukannya.

Berbeda dengan bawahannya, Eula justru berlari ke arah pria bertopeng gagak itu dan menyerangnya. Walaupun berhasil mengelak, topeng gagak miliknya rusak karena pedang milik Eula.

Netra mereka bertemu, Eula terkejut setelah mengetahui bahwa pria bertopeng gagak adalah orang yang ia kenal sejak lama.

“Chil—”

Childe langsung memukul jatuh Eula dengan tangan besinya, perempuan bersurai biru muda itu tak sadarkan diri setelahnya.

“Nah, sekarang saatnya—”

“Hah?”

Childe tak mendapati sosok Aether di mana pun, begitu juga dengan Shenhe. Getaran di gunung Tianheng tak kunjung berhenti, target utamanya sudah hilang dari pandangan.

“Sialan, perempuan itu pura-pura mati,” dengus Childe kesal.

Childe pergi meninggalkan wilayah kaki gunung Tianheng, walaupun terlihat emosi, lelaki bersurai oranye itu masih bisa tersenyum karena ulah Shenhe.

Beberapa menit setelah kepergian Childe, getaran sudah mulai hilang. Eula, Razor, Kazuha dan Yanfei langsung dievakuasi oleh tim medis dan dibawa ke Rumah Sakit Umum Liyue.

**

Aether membopong tubuh Shenhe yang masih tak sadarkan diri. Setelah siuman, lelaki bersurai pirang itu mencari cara untuk membawa Shenhe menjauh dari area pertempuran.

Tubuhnya berlumuran darah karena luka dipunggung Shenhe. Mereka kini tiba di perbatasan Liyue dan Sumeru, perubahan cuacanya mendadak drastis karena Sumeru beriklim tropis.

“Sebentar, sebentar lagi!” seru Aether yang masih berlari sekuat tenaga sambil membopong Shenhe.

-to be continued

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 6 (Perang di Teapod)

Kilas balik 33 tahun lalu Berita lahirnya Arataki Itto sangat menggemparkan Liyue, Zhongli mengumumkan kelahiran Itto sekaligus melamar Ningguang saat itu. Banyak orang yang bertanya-tanya mengapa Ningguang lebih memilih Zhongli daripada yang lain. Padahal sudah banyak laki-laki yang datang menghadap Madame Ping untuk melamar anak perempuan satu-satunya sesepuh Liyue tersebut.

Dari pintu gerbang masuk wilayah Liyue, terlihat seorang lelaki bertubuh besar sedang mengamuk sambil meneriakkan nama Ningguang.

Dia adalah orang nomor dua di Harbringers, Il Capitano. Capitano merupakan sosok yang sangat ditakuti oleh laki-laki Liyue, karena dia secara terang-terangan mengungkapkan perasaan sukanya kepada Ningguang. Setiap hari ia selalu menyempatkan untuk berkunjung ke kediaman Madame Ping, bernyanyi dan menari untuk menarik perhatian Ningguang.

“NINGGUANG! KENAPA KAU MALAH MEMILIH DIA DARIPADA AKU?! APA KURANGKU? AKU ADALAH HARBRINGERS! LAKI-LAKI PILIHANMU HANYALAH ANJING PUNGUT YANG DIAMBIL OLEH IBUMU!”

Kini Il Capitano sudah berdiri tepat di depan pagar dinding rumah Madame Ping, wajahnya merah pekat begitu juga dengan matanya. Ia terlihat seperti sedang menahan tangis.

Madame Ping yang sedang duduk di depan teras rumahnya hanya melihat Capitano merengek dari kejauhan. Tidak ada yang menyangka bahwa lelaki bertubuh besar itu memiliki hati yang rapuh. Kedatangannya dari Snezhnaya tidak lagi untuk menghibur Ningguang, melainkan meluapkan amarahnya setelah mendengar anak pertamanya lahir ke muka bumi Teyvat.

Ningguang dan Zhongli sedang bermain dengan Itto, perempuan itu tidak membiarkan Zhongli keluar dari rumah. Ia khawatir akan terjadi perkelahian nantinya, namun wajah kekasihnya masih terlihat tenang sembari menimang anak pertamanya.

“Mas,”

“Ya, Ning?”

“Tolong jangan hiraukan dia, ya. Saya tidak memiliki perasaan kepadanya,”

Zhongli tersenyum, ini adalah kali keduanya Ningguang melihat wajah manis Zhongli. Senyuman pertama Zhongli nampak ketika ia mendengar kabar kehamilan Ningguang, salah satu ajudan Madame Ping pergi ke Guyun Forest yang merupakan tempat tinggal Zhongli di masa lalu untuk mengabarkan bahwa Ningguang tengah mengandung anak pertamanya. Sayang sekali Ningguang hanya tahu dari cerita saja, karena setelah Zhongli menghadap Ningguang dan Madame Ping raut wajahnya sudah kembali datar seperti semula.

Mereka berdua membiarkan Capitano yang masih terdengar dari luar, lelaki bertubuh besar itu tidak beranjak dari sana selama lebih dari seminggu. Tubuhnya yang besar dan kekar kini semakin kurus karena menahan lapar dan haus, ia tetap berdiri di sana setelah suaranya habis karena sibuk memanggil nama Ningguang.

BANGSAT! AKAN KUBALAS KALIAN SEMUA! pekik Il Capitano dalam hati.

Keadaan di Teapod Residence sekarang

Kini mereka sudah berhadapan, Il Capitano sudah tidak sekurus dulu. Ningguang masih ingat jelas raut wajah Capitano yang masih terekam di memorinya. Tidak ada yang berubah kecuali goresan di mata kanannya.

“Kau masih terlihat cantik, Ningguang.” ucap Capitano tersenyum tipis.

Mendengar hal itu justru membuat Ningguang semakin muak, banyak hal yang terjadi sebelum pernikahannya dengan Zhongli dan itu semua karena ulah Il Capitano.

“Aku tak pernah berhubungan dengan perempuan lain setelah kau campakkan begitu saja,” lanjut Capitano.

Pierro yang sedang berdiri di belakang hanya bisa menggelengkan kepalanya. Fokusnya berubah setelah melihat banyak perempuan sedang bersembunyi di Teapod.

“Kau urus saja perempuan idamanmu, Capt. Aku mau bersenang-senang dengan yang lain,” ujar Pierro tersenyum.

Capitano tak menjawabnya, ia berjalan mendekat ke Ningguang sementara Pierro menuju kawanan Keqing tanpa memedulikan Fischl yang sudah terduduk ketakutan.

Barbara terlihat ketakutan, raut wajah Pierro samar di netranya. Tidak ada yang mengetahui mengapa hal ini bisa terjadi, Pierro seperti tidak memiliki wajah.

“Sayang, bawa yang lain masuk ke dalam,” suruh Venti kepada Barbara.

Barbara spontan menarik Keqing yang juga sudah mematung. Walaupun mereka tidak mengenali dua orang itu, namun semua bisa merasakan bahwa Capitano dan Pierro adalah orang yang berbahaya.

“Kenapa kau suruh semuanya masuk? Sementara kau sendiri—”

Pierro menghentikan langkahnya, ia menatap dengan benar Venti dari atas sampai bawah.

“Ha-ha-ha! Kukira kau wanita, Teman.”

Venti tak menggubris perkataan Pierro, walaupun tak memiliki kemampuan bela diri, namun ia tetap harus menjaga semua orang yang ada di rumah Keluarga Geo.

“Baik, karena wajahmu cantik, aku akan mengalahkanmu terlebih dahulu,”

Tanpa aba-aba Pierro langsung berlari menyerang Venti. Bermodalkan reflek yang kuat Venti dapat menghindari serangan tiba-tiba dari Pierro.

Dari sisi lain, Albedo keluar dari belakang rumahnya dan berlari melindungi Ningguang. Ia menggunakan pedang yang terbuat dari larutan perak buatannya, pedang itu terlihat berat karena saat Albedo memegangnya badannya seperti berat di sebelah kiri.

“Ini anakmu juga?” tanya Capitano heran.

Ningguang tak menjawab pertanyaan Capitano, perempuan itu masih memegangi baju bagian belakang Albedo.

“Kita tidak bisa melawannya, Al.” ujar Ningguang pelan.

Albedo sendiri tahu akan hal itu, namun ia terus menguatkan dirinya agar aura milik Capitano tidak terlalu menekan tubuhnya.

“Ini permintaan terakhir Bang Itto, Mah.”

Albedo melayangkan pedangnya ke arah Capitano, walaupun berhasil menghindari serangan itu, pipi kanannya tergores pedang yang kini terasa sangat panas karena efek dari senjata milik Albedo.

Dia bisa membuat senjata seperti ini, cukup mengejutkan,

Lelaki bertubuh besar itu menghantamkan tubuhnya ke Albedo, ia tidak memiliki senjata untuk melawan Albedo.

Albedo tersungkur ke tanah, namun saat Capitano melompat untuk menghimpitnya, Albedo bisa menghindari serangan itu.

“MAH! CEPAT MASUK KE DALAM!” seru Albedo menghancurkan lamunan dan ketakutan Ningguang.

Setelah sadar dari lamunannya, Ningguang dengan cepat berlari menuju rumah Keluarga Geo. Sadar bahwa targetnya sudah hilang dari radar, Capitano menendang tubuh Albedo sekuat tenaganya dan berlari menyusul Ningguang.

Tenaga Il Capitano tak bisa dibendung oleh Albedo, senjatanya tidak dapat membantu banyak. Tendangan tadi berhasil mematahkan beberapa tulang rusuk Albedo, ia tergeletak sembari memegangi dadanya.

“A-A-ANJING!”

Albedo melemparkan pedangnya ke arah Capitano, saat ujung pedang Albedo terkena tekanan udara menciptakan reaksi panas yang sudah diprogram oleh Albedo selama 5 tahun terakhir. Kini ia bisa menggunakan senjata buatannya setelah sekian lama.

Capitano yang sadar dengan serangan Albedo spontan memegangi pedang itu dengan tangan kosong, seketika pedang itu meledak dan berhasil membuatnya mundur beberapa langkah.

Berhasilkah?

Tubuh besar itu tak jatuh ke tanah, senyumnya merekah. Capitano mengganti fokusnya ke Albedo, ia harus menyelesaikan pertarungan ini sebelum kembali merebut hati Ningguang.

“Kau mau bertarung? Ayo lawan aku!” teriak Il Capitano keras.

Venti tidak bisa lagi bergerak, lehernya sudah terkunci oleh tangan Pierro, kukunya yang tajam membuat beberapa titik yang kini sudah mulai mengeluarkan darah di leher Venti.

“Lemah sekali kau, Pria Cantik.” ujar Pierro tersenyum.

Venti terus memukul wajah Pierro namun tampaknya ia tidak merasakan sakit sedikit pun. Venti masih berusaha melepaskan cengkraman Pierro, namun nafasnya perlahan hilang karena di saat yang sama Pierro semakin menguatkan kekuatan tangannya.

“VENTI!!!” teriak Barbara, suaranya terdengar sangat melengking.

Perempuan itu berlari ke arah Pierro dan Venti, berusaha melepaskan Pierro namun usahanya tampak sia-sia karena Pierro tak berkutik sedikit pun saat dipukul berkali-kali oleh Barbara.

“Sayang sekali aku sudah berjanji dengan Columbina untuk tidak menyakiti perempuan,” kata Pierro tersenyum.

Netranya masih fokus ke Venti yang sudah mulai kehilangan nafas, namun Barbara masih bersikeras melepaskan tangan Pierro walaupun tidak ada hasil.

“LEPASKAN VENTI!!!” pekik Barbara lantang.

“DIAM!” balas Pierro dengan suara yang terdengar sangat keras diikuti oleh angin kencang setelahnya.

Barbara terjatuh saat itu juga, kakinya lemas sehingga ia hanya bisa menyaksikan Venti yang sudah mulai tak sadarkan diri.

Ve-Venti...

Venti menoleh perlahan ke arah Barbara, di sisa nafasnya lelaki itu memilih untuk memberikan senyumnya kepada sang istri.

“Maaf,” ucap Venti pelan.

Air mata Barbara mengalir deras walaupun bola matanya terbuka lebar. Venti menutup matanya perlahan setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya.

Tiba-tiba terdengar suara benda yang sedang melayang ke arah Pierro, sebuah tombak yang terlihat menyala-nyala berhasil menusuk tangan Pierro dan berkat kekuatan tombak sakti itu membuat tangan kanan Pierro lepas dari tubuhnya.

Capitano yang sudah berhasil memijak tubuh Albedo berkali-kali seketika tertahan oleh sesuatu. Ia tak bisa menggerakkan kakinya sama sekali sekarang.

“Wah, pahlawannya sudah datang,” gumam Pierro sembari menoleh ke arah di mana tombak misterius itu datang.

“Ternyata masih ada manusia biasa yang berhasil menahan kekuatanku,” ujar Il Capitano sambil tertawa.

Dari arah yang berlawanan, Xiao berhasil memukul jatuh Pierro dengan sekali pukulan. Sementara Cyno berhasil menepis kaki baja milik Il Capitano dengan mudah.

“Lawanmu bukan dia,”

Netra merah milik Cyno bertemu dengan Capitano, senyum keduanya kembali terlihat. Capitano terkekeh melihat orang yang berhasil menepis tendangannya, ia tahu sosok Cyno begitu pun sebaliknya.

“Anak kesayangan Waldes akhirnya keluar dari kandang,” ledek Il Capitano yang masih tak berhenti menyeringai.

“Dasar ras sampah,” ujar Cyno tersenyum.

Il Capitano melayangkan pukulannya ke arah Cyno, mereka saling berbalas pukulan tanpa menepis atau menghindarinya.

Mereka sama kuatnya, terlihat dari pola bertarungnya, Cyno dan Capitano seperti sudah hafal dengan gerakan lawan mereka.

Albedo yang masih tersungkur tak bisa melepaskan pandangannya dari Cyno dan Capitano, serangan demi serangan terus mereka terima namun tidak ada yang tumbang begitu saja. Walaupun tubuh Cyno jauh lebih kecil dari Capitano, namun pukulan yang berhasil masuk terdengar keras di telinganya.

Mereka sungguh gila, gumam Albedo dalam hati.

Pierro berhasil bangkit dari tanah, serangan tiba-tiba dari Xiao membuat darah segar keluar dari bibirnya yang sudah sobek.

“Hebat juga,” gumam Pierro pelan.

Lelaki itu menyeka darah yang masih keluar dari bibirnya dengan tangan kirinya.

Ekspresi Xiao masih terlihat datar, namun ia sudah bersiap untuk menyerang Pierro lagi dan lagi.

Tombak sakti milik Xiao masih menancap di tangan Pierro, anehnya tidak ada darah yang keluar dari tangan atau pun tubuhnya.

Pierro terkekeh melihat ekspresi datar yang ditunjukkan oleh Xiao, baru kali ini ia terintimidasi oleh lawannya.

“Aku kenal dengan tombak itu,” ujar Pierro dengan suara beratnya.

“Aku tak peduli,”

Xiao berlari dan menyerang Pierro dengan cepat, namun gerakan tubuh Pierro semakin lincah dari biasanya.

Barbara dengan cepat menarik tubuh Venti masuk ke dalam rumah Keluarga Geo. Nafasnya terdengar berat, Barbara melakukan segala upaya untuk menyadarkan suaminya.

“Venti, ayo bangun! Venti!” ujar Barbara putus asa.

Noelle dan Keqing ikut membantu Barbara dan Venti saat itu, Ningguang sudah berhasil masuk dan menyuruh Jean, Sucrose, Sayu dan Klee keluar dari pintu belakang dan kabur dari Teapod.

“Sara tetap di sini saja, Bu.”

“Jangan, Sara! Kita harus secepatnya meninggalkan Teapod!”

Sara menggeleng keras ke arah Ningguang, walaupun ia sadar dengan kondisinya saat ini, perempuan bersurai ungu itu tetap bersikeras tetap tinggal dan membantu yang lainnya.

“Sara rasa, Sara bisa berdiri, Bu! Tolong biarkan Sara tinggal di sini dan membantu yang lainnya!”

Netra Sara terlihat kosong, ia sudah kehilangan anaknya hari ini, dan kalau ia tidak dapat melakukan apa pun rasanya hidupnya akan sia-sia.

Namun Ningguang tidak peduli dengan kerasnya hati Sara, ia langsung mengambil pegangan kursi roda milik Sara dan mendorongnya menuju pintu belakang menyusul yang lainnya.

“Noelle! Mamah akan segera meminta bala bantuan, bantu Venti sampai sadar lalu pergi dari sini!” seru Ningguang yang sudah menjauh darinya.

Dengan cepat Noelle berlari menuju gudang dan mengambil tandu darurat bekas ujian praktek ekskul PMR semasa sekolahnya dulu. Venti yang sudah sedikit sadar langsung dipindahkan ke tandu tersebut.

Dengan sekuat tenaga Noelle, Keqing dan Barbara mengangkat tandu itu dan pergi dari rumah Keluarga Geo.

Sementara itu, Xiao yang sudah kehabisan tenaga hanya bisa menghindari serangan Pierro. Sosok Pierro terlihat seperti fatamograna, tubuhnya bisa menghilang begitu saja ketika terkena tekanan udara dari pukulannya. Tetapi di saat Pierro mulai menyerang, sosoknya terlihat nyata.

“Kau bukan tandinganku, Bocah Kecil.” ujar Pierro yang sudah mulai terlihat serius.

Cyno masih terus menangkis serangan mutlak dari Il Capitano, target serangannya bukanlah dirinya melainkan Albedo. Kini Cyno lebih terlihat sedang melindungi Albedo ketimbang melindungi dirinya sendiri.

“Kau benar-benar lemah, Tolol.” ujar Capitano yang masih tak berhenti menyerangnya.

Awan hitam mulai menyelimuti seluruh wilayah Teapod, hujan dan gemuruh dari petir terdengar keras dan menyakiti telinga semua orang di sana.

Petir itu tidak menyambar sekali dua kali, dalam satu detik terdengar lebih dari belasan petis yang menyambar Teapod Residence.

Celestia?

Sosok Raiden Ei mulai muncul di hadapan mereka, walaupun hujan deras mengguyur tak membuat tubuhnya basah. Matanya menyala seiring dengan gemuruh yang masih memekik di telinga.

Semakin dekat Raiden Ei dengan Il Capitano, semakin sering pula guntur itu menyerang ke arahnya.

“Ha-ha-ha! Celestia datang!” seru Il Capitano sumringah.

Garis bibir Raiden Ei naik, lelaki bertubuh besar itu tidak terintimidasi sama sekali. Aura mereka saling beradu, dari belakang Pierro menyerang Raiden Ei sekuat tenaganya. Namun, tubuh Raiden Ei juga hilang bagaikan ilusi, teknik yang sama seperti milik Pierro.

Hujan deras mulai menutupi pandangan Il Capitano dan Pierro, sementara Cyno, Xiao dan Albedo sudah melarikan diri dari tempat kejadian.

“Kita gak dikasih time out, nih, Bro.” ujar Pierro kepada Capitano.

Mereka tertawa setelahnya, banjir mulai menggenang di kakinya.

“Hukuman kalian akan lebih dari ini,” ujar Raiden Ei, namun mereka tidak bisa menemukan sosok Celestia dari Euthymia itu.

“Hukuman katanya? Ha-ha-ha!” canda Pierro yang diikuti oleh tawa dari Il Capitano.

Saat mereka berdua sedang sibuk tertawa, kilat putih tiba-tiba menyerang Capitano dan Pierro sampai berhasil membuat mereka terpelanting ke sana kemari.

DUAR

Kilat putih itu kembali menyerang mereka dengan ganas, serangan mendadak itu hampir membuat mata Il Capitano dan Pierro buta seketika. Orang pertama dan kedua Harbringers itu berhasil dikalahkan dengan mudah oleh Raiden Ei.

Sudah kubilang, Celestia tidak akan mati,

-to be continued

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Ending Chapter 5 (Orang Yang Tepat)

Zhongli tiba di Sumeru, kedatangannya disambut langsung dengan hangat oleh Kusanali sendiri, perempuan itu merupakan Archon sekaligus Celestia dari Negeri Bunga Suci.

“Akhirnya, yang ditunggu-tunggu telah tiba!” sapa Kusanali dengan senyum hangatnya.

Garis bibir Zhongli pun ikut naik setelah disapa oleh orang nomor satu Sumeru tersebut.

“Apa kabar, Dik?”

Kusanali hanya mengangguk anggun, sudah lama ia tidak bertemu dengan pahlawan Teyvat satu ini. Saat Perang Archon di masa lalu, Kusanali yang membantu Zhongli untuk menjahit seluruh luka di tubuhnya sebelum berangkat menuju Istana Celestia Agung tempat Tsaritsa berada.

Zhongli memiliki kedekatan dengan ayah dari Kusanali, Lord Waldes yang juga merupakan seorang Celestia. Kematian Waldes membuat amarah Zhongli semakin membara, apalagi saat ia mengetahui bahwa pembunuhnya adalah orang nomor lima di Harbringers, Pulcinella.

“Kudengar Lyney beraliansi dengan Murata,” ujar Kusanali.

Mereka berdua berjalan menuju taman di belakang kastil tempat Kusanali tinggal. Rumput yang hijau ditambah hembusan angin pasti membuat siapa pun merasa nyaman jika sedang berada di sana.

“Ya, Murata sepertinya sudah turun ke bumi,” balas Zhongli singkat.

Pria paruh baya itu tak berhenti memegangi dagunya, ia terlihat sedang berpikir keras, dan tentu Kusanali menyadari hal itu.

“Apa yang harus kami lakukan? Apa benar Perang Archon akan terjadi lagi?”

Zhongli berdeham, tatapannya kembali kosong. Ia hanya ingin Yun Jin kembali ke rumah, namun sepertinya semua sudah terlanjur kacau.

“Murata tidak akan keluar dari Natlan, kami sudah membuat perjanjian di masa lalu,” ujar Zhongli.

“Perjanjian?”

“Ya, perjanjian damai. Sebelum saya menuju Istana Celestia Agung, saya mampir ke sini dulu, bukan?”

Kusanali hanya mengangguk pelan, perempuan itu masih fokus mendengar cerita Zhongli dengan seksama.

“Saat itu saya baru saja berperang di Natlan, lukanya cukup parah sampai saya harus meminta tolong sama kamu,”

Kusanali terkekeh sembari menggelengkan kepalanya, tentu ia masih ingat kejadian itu, Zhongli berteriak habis-habisan saat diobati oleh Kusanali. Teknik pengobatan di Sumeru adalah salah satu yang terbaik di Teyvat, Lord Waldes juga selalu menyuruh Zhongli untuk datang jika ingin melakukan pengobatan.

“Saya hampir menang melawan Murata, sampai kata menyerah keluar dari mulutnya,”

“Hah? Murata? Menyerah? Saya tak pernah bisa membayangkan seorang Dewi Perang menyerah melawan Archon,”

Kini Zhongli yang terkekeh, tentu ingatan itu masih kuat, semua ini bisa ia lalui berkat tombak sakti peninggalan Madame Ping. Kini ia tidak memilikinya lagi karena sudah diwariskan kepada Xiao.

Zhongli sedikit ragu apakah dia masih bisa bertarung seperti dulu, kekuatan Murata tentu lebih kuat dari sekarang. Hanya dengan satu pijakan saja sudah menggetarkan Teyvat, bagaimana kalau dia sudah mengeluarkan seluruh kemampuannya nanti.

“Lalu? Perjanjian apa yang kalian buat?”

“Ah... perjanjian itu, ya? Murata berjanji untuk tidak membuat kekacauan lagi di Teyvat setelah itu. Dia tidak akan keluar dari kandangnya sampai kapan pun, seumur hidupnya,”

“Dan sekarang?”

“Sekarang, dia belum memulai apa-apa. Namun, gempa itu bisa menjadi pertanda bahwa dia akan kembali ke medan perang,” jawab Zhongli dengan suara beratnya.

Mereka tiba di pohon paling besar yang menutupi seluruh kastil. Pohon ini sangat sakral mengingat di sinilah Lord Waldes dimakamkan setelah kegugurannya.

“Apa kabar, Lord Waldes?” sapa Zhongli sambil tersenyum ketika menyentuh pohon besar itu.

Kusanali hanya tersenyum di belakangnya, ia berusaha sekuat mungkin untuk menahan air matanya agar tidak menetes. Teyvat sudah mulai kacau kembali, perang bisa saja terjadi kalau tidak ada pihak yang ingin berdamai. Namun perempuan bersurai hijau itu tahu satu hal, Zhongli pasti memiliki alasan untuk hal ini.

“Saya belum menceritakan alasan saya bertandang kemari, kan?” tanya Zhongli tanpa menoleh ke belakang.

“Iya, saya ingin mendengarnya. Tapi sebelum itu, kenapa engkau meminta Cyno untuk menemani Xiao dalam perjalanannya?”

Zhongli tersenyum, ia duduk di samping pohon besar itu dan meminta Kusanali untuk ikut duduk bersamanya.

“Anak laki-lakiku harus tahu cara berperang, begitu juga dengan adikmu, Cyno. Saya yakin mereka tidak akan pernah akrab, namun mereka bisa saling melindungi satu sama lain,”

Kusanali duduk bersimpuh di depan makam sang ayah. Setelah mendengar perkataan Zhongli, hatinya sudah lebih tenang. Cyno akan diangkat menjadi Archon beberapa tahun lagi, lelaki berusia 22 tahun itu akan menjadi pelaksana pemerintah Sumeru, menggantikan Kusanali yang sudah menjaga Sumeru selama 15 tahun.

“Xiao bisa berpikir beberapa langkah ke depan, dan Cyno bisa mengeksekusinya dengan cepat. Mereka adalah harapan Teyvat di masa depan,” cerita Zhongli sambil tersenyum.

“Ah, maaf. Saya jadi teringat Itto ketika melihat senyummu,” balas Kusanali ragu.

“Tidak apa-apa, kalau anak itu masih hidup, dia bisa membantai seluruh penjahat di Teyvat dengan cepat,” canda Zhongli.

Mereka berdua tertawa setelahnya. Kusanali yang sebenarnya terlihat gusar kini sudah lebih baik dari sebelumnya, harapan satu-satunya adalah Teyvat bisa kembali seperti semula, tanpa ada lagi peperangan dan kehancuran. Mereka menikmati teh yang berasal dari perkebunan di bawah kastil Sumeru, sampai Kusanali sendiri lupa menanyakan alasan sebenarnya Zhongli bertandang ke Negeri Bunga Suci itu.

**

Ayato dan Lumine tiba di Inazuma, kedatangannya disambut hangat pula dengan Ayaka. Gadis bersurai biru itu sangat khawatir karena sang kakak pergi hanya dengan meninggalkan sepucuk surat.

“KAKAK!” sentak Ayaka keras, memang dia seperti itu, meskipun terlihat khawatir namun ia tidak bisa menahan kekuatannya untuk memukul sang kakak.

“Hey, udah-udah, Sayang. Kan Kakak sudah pulang,” bujuk Ayato sambil tersenyum.

Lumine yang sudah membaik dari sebelumnya hanya bisa tersenyum melihat interaksi Ayato dan Ayaka. Namun, rasa sesalnya karena tidak mendengarkan kata Aether kembali menusuk kepalanya, ponselnya hilang sehingga tidak bisa menghubungi Aether saat ini.

“Untuk sementara, kamu tinggal di sini saja dulu. Saya akan menghubungi keluargamu secepatnya, di sini juga ada Ayaka, kamu kenal, kan?” tanya Ayato sambil tersenyum.

Lumine sama sekali tak bisa menerima senyuman lelaki bersurai biru itu, kini semuanya terasa pahit di matanya. Setelah melihat sisi lain dari Childe, Lumine benar-benar enggan berurusan dengan laki-laki mana pun untuk selamanya.

“Iya,” jawab Lumine singkat.

Ayaka yang menyadari ada sesuatu dari Lumine langsung menggiringnya pergi dari hadapan Ayato. Mereka tidak terlalu dekat saat sekolah, Ayaka juga langsung menjadi Putri Inazuma semenjak kelulusan SMA. Entah apa yang akan terjadi kalau dua orang asing ini berinteraksi.

Melihat Ayaka sudah membawa Lumine pindah ruangan, membuat senyum Ayato memudar. Ia tak terlihat ramah dan hangat seperti biasanya, tatapannya kosong saat ini.

Childe, ternyata dia boleh juga,

**

Albedo telah keluar dari ruang kerjanya. Bersama Sucrose, mereka sudah merancang sistem pertahanan rumah untuk Teapod Residence.

“Semuanya, ayo berkumpul sebentar!” seru Albedo ketika baru saja keluar dari ruangan.

Sayu yang dari tadi dilarang untuk masuk ke ruang kerja Albedo langsung berlari memeluk sang ibu, matanya sembab karena terus menangis, perasaannya juga kacau karena kehilangan sepupunya yang pergi entah ke mana.

“Baik, saya sudah merancang sistem pertahanan untuk seluruh wilayah di perumahan ini dengan bantuan teknologi nano. Beruntung kita masih punya beberapa bahannya, untuk sekarang kita masih aman,”

“Namun kalau keadaan sudah tidak bisa dikendalikan lagi, kita harus mencari bahan baku untuk cadangan pertahanan dan kebutuhan pokok,”

Saat Ningguang melihat Albedo menjelaskan hal ini kepada semuanya, muncul rasa bangga dari dalam dirinya. Namun, cepat-cepat ia membuyarkan lamunannya karena tidak ada lagi waktu untuk itu. Semua harus siap menghadapi hal yang paling buruk nantinya.

Dering telepon Ningguang berbunyi, nama Xiao tertera di layarnya. Setelah izin untuk mengangkat teleponnya, Ningguang pergi sedikit menjauh dari ruang utama.

“Halo? Xiao? Ada apa, Nak?”

Bu, apakah ada perempuan bernama Fischl di Teapod? Dia sudah sampai?

“Ada apa dengan gadis puitis itu?”

Ah... Ibu mengenalnya? Tapi yang paling penting, dia harus ada di Teapod sekarang. Fischl adalah salah satu Celestia yang masih hidup di Teyvat, orang-orang masih memburunya, dia butuh tempat yang aman,

“Oh, begitu. Baik, nanti Ibu hubungi unit—”

Belum selesai Ningguang menyelesaikan kalimatnya, sosok Fischl sudah tiba di depan pagar rumah Keluarga Geo. Kondisinya mengenaskan, tubuhnya berlumuran darah dan matanya tertutup sebelah.

“TOLONG! SAYA DIKEJAR SAMA ORANG GILA!” teriak Fischl sembari berusaha membuka pintu pagar Keluarga Geo.

Dengan cepat Ningguang berlari menuju pagar rumah, suara teriakan Ningguang terdengar sampai ruangan utama, Keqing yang paling pertama mendengar suara teriakan Ningguang.

“ADA APA, BU?! IBU?!”

Tepat di depan pagar rumah, terlihat sosok pria bertubuh besar sedang memegang sebuah cerutu di tangan kirinya. Ia tersenyum melihat keputusasaan dari wajah Fischl, dan senyumnya kini terlihat semakin lebar setelah melihat Ningguang.

“Akhirnya kita bertemu lagi, Ningguang.”

“Ka-kau? Capitano?”

Capitano, orang nomor dua di Harbringers telah tiba di depan rumah Keluarga Geo. Di tangan kanannya, ia memegang bola mata sebelah kiri Fischl yang ia cabut paksa karena tidak mau menuruti keinginannya.

Di sekitar perumahan Teapod, seluruh unit penjagaan sudah terkapar. Capitano berhasil mengalahkan mereka seorang diri. Tiba-tiba ada sosok lain yang datang menyusul pria bertubuh besar tersebut.

“Kenapa kau sampai rela-rela datang ke sini untuk menemui perempuan yang sudah menikah?”

“DIAM, PIERRO! AKU AKAN REBUT NINGGUANG KEMBALI DARI ZHONGLI!”

-to be continued

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 5.2 (Orang Yang Tepat) trigger: gore, harsh words, minor character death

Natlan adalah wilayah yang paling rawan bencana alam di Teyvat, wilayahnya dikelilingi oleh 5 gunung berapi yang statusnya masih aktif hingga saat ini. Sama seperti Raiden Ei, yang bisa dengan leluasa menggunakan kekuatan Celestianya di Inazuma, Celestia dari Natlan juga memiliki kekuatan seperti itu.

Salah satu dari si kembar dari Fontaine, Lyney terlihat sedang mendorong kursi roda dengan seseorang yang duduk di atasnya. Wajahnya masih terlihat seperti anak kecil, memiliki rambut abu-abu dan terlihat sinis ke mana pun ia pergi.

Murata, adalah Celestia dari Natlan, ia sengaja bergerak menggunakan kursi roda karena kekuatannya yang sangat menakjubkan sekaligus mengerikan. Di setiap hentakan kakinya mampu merusak tanah yang ia pijak, dan kemarahannya mampu menyulut salah satu gunung berapi yang ada di Natlan. Tak heran, perempuan itu dijuluki Goddess of War atau Dewi Perang di Teyvat.

“Jadi? Zhongli sudah mengalahkan adikmu?” tanya Murata dengan santainya.

“Iya, kini unit keselamatan dan seluruh warga sedang mengevakuasi korban perang kecil itu,” jawab Lyney gugup.

Murata terkekeh, tentu Lyney yang belum pernah mendengar suara tawa Celestia Natlan itu terkejut. Orang yang selama ini tidak pernah menunjukkan senyum atau tawanya sedikit pun bisa menaikkan garis bibirnya di saat genting seperti ini.

“Jadi kau mau aku membantumu dan Fontaine untuk mengalahkan Zhongli?” tanya Murata untuk yang kedua kalinya.

“Jika itu tidak memberatkanmu,” balas Lyney dengan cepat.

“Kau tahu, kan? Apa yang terjadi kalau aku memijakkan kakiku sekarang?”

Lyney menggeleng ragu, ia mengetahui kekuatan Murata hanya dari cerita orang-orang saja. Lelaki bersurai krem itu tidak mengetahui pasti kekuatan Dewi Perang tersebut.

“Aku sengaja tidak menyentuh benda apa pun setelah diangkat menjadi Celestia, namun peristiwa gunung meletus saat Perang Archon pertama dan menghancurkan setengah wilayah Teyvat itu karena aku hampir kalah dengan Zhongli. Setelah kau mendengar cerita ini, kau masih mau aku membantumu untuk mengalahkan Zhongli?” lanjut Murata dengan suara berat.

Lyney sontak menganga setelah mendengar cerita dari Murata, padahal Zhongli hanyalah orang biasa yang memiliki titel Archon, kekuatannya tidak akan sebanding dengan Celestia. Namun setelah mengetahui kebenaran yang baru saja disampaikan oleh Murata, Lyney kembali bergidik untuk kesekian kalinya hari ini.

“Kau tahu kenapa Fontaine tidak pernah lagi diserang oleh siapa pun sampai saat ini?”

Lyney kembali menggeleng, ia seperti orang bodoh ketika sudah berhadapan dengan Murata dan ia sadar akan hal itu.

“Karena kalian tidak memiliki Celestia untuk melindungi kalian berdua, Celestia Kuno bisa apa? Kalian sangat lemah, kalian hanya keponakan Tsaritsa,”

Mendengar omelan dari Murata membuat Lyney hampir kehilangan kesabarannya, ia bermimpi untuk membangun pasukan khusus dengan teknologi yang canggih untuk Fontaine, karena memang Celestia terdahulu di wilayah itu sudah dibunuh oleh Zhongli saat Perang Archon. Setelah kembali disadarkan oleh Murata, Lyney menghentikan dorongan pada kursi roda milik Celestia Natlan itu.

“Kita sebentar lagi sampai, jangan emosi karena telah kubilang lemah, karena kenyataannya memang seperti itu,”

Lyney tersenyum tipis setelah mendengar ucapan Murata, lalu menghadap kepadanya dan sujud di depan Murata.

“Tolong bantu aku, Murata. Ini demi Fontaine dan hubungan diplomasi kita,”

Murata kembali terkekeh, melihat seorang Celestia Kuno yang justru memohon bantuan kepada Celestia biasa membuatnya semakin jijik entah kenapa.

“Sebelum tengkorakmu hancur tanpa sisa, angkat kepalamu, Lyney.” ujar Murata.

Dengan cepat Lyney mengangkat kepalanya, karena hembusan angin dari gerakan kakinya Murata saja sudah sangat terasa di sekelilingnya.

“Saya akan melawan Zhongli di Natlan, kalau kau mau nama Fontaine kembali bersih, kau harus membawanya ke sini,”

“Tapi kenapa?!” sentak Lyney yang sudah mulai terlihat putus asa.

Spontan Lyney menutup mulutnya setelah tidak sengaja menyentak Murata, air matanya mengalir deras begitu saja, suara gemuruh dan getaran yang berasal dari tanah sudah amat terasa di kakinya.

“Beraninya kau menyentakku? Kau siapa?”

Murata menurunkan kaki kanannya ke tanah, lalu tiba-tiba suara letusan dari salah satu gunung yang mengelilingi Natlan mulai terdengar. Suara teriakan masyarakat Natlan dan sirine tanda evakuasi mulai dibunyikan, mereka tahu bahwa sang Celestia telah menginjak bumi.

Lyney hanya bisa menunduk dan meminta ampun kepada Murata, tanah Natlan tak berhenti bergetar dan suara letusan dari gunung berapi itu sangat memekikkan telinga.

“Sudah telat, aku tak bisa lagi mengampunimu, Lyney.”

“Sudah kubilang, Celestia Kuno itu lemah,”

“Kalau kau ingin perang dengan Natlan, akan kubuat Fontaine dibanjiri lava panas dari gunung nenek moyangku!”

**

Thoma tiba di markas kepolisian pusat Teyvat, namun situasi di sana sedang tidak kondusif. Berita tentang gempa yang baru saja terjadi di Natlan kini menjadi fokus mereka, seluruh ketua dari satuan wilayah masih terus menghubungi Natlan namun belum ada balasan.

“Thoma, kenapa kau baru saja tiba— mana Pak Zhongli?” tanya Eula yang juga terlihat panik saat ini.

Lelaki bersurai kuning itu menelan ludahnya, ia tak seberani itu mengatakan yang sejujurnya kepada Eula.

“Mana Zhongli?!” sentak Eula.

Thoma menunduk lalu menggeleng pelan, tanda bahwa ia tidak membawa Zhongli ke markas pusat.

Eula berdeham, kedatangan Thoma sendiri sudah membuatnya kesal, kini ia harus mengurus Natlan.

“Maaf, Thoma. Kamu sudah melanggar janjimu sebagai polisi,”

Dua petugas tiba-tiba datang dan membekuk Thoma, namun ia tidak memberikan perlawanan karena memang ini yang harus dilakukan, ada harga yang harus dibayar, itu yang selalu dikatakan oleh Zhongli dan masih terngiang di kepalanya.

Thoma berharap, dengan lolosnya Zhongli sekarang dapat membuat Teyvat kembali seperti dulu. Apalagi ia sekarang sedang menuju ke Sumeru, tempat Archon sekaligus Celestia Sumeru, Kusanali.

Setelah tangan Thoma diborgol oleh kedua petugas itu, Eula meminta mereka untuk meninggalkannya.

“Apa ada yang ingin kau sampaikan?” tanya Eula, kini wajahnya tidak seperti tadi. Ia terlihat seperti menyimpan harapan dengan datangnya Thoma.

Thoma yang menyadari hal itu langsung mengangguk dengan yakin, setelah itu mereka pergi ke ruang interogasi untuk saling bertukar informasi.

“Di sini sudah aman, apa informasi yang kamu dapatkan?” tanya Eula setelah mereka tiba di ruang interogasi.

Thoma berdeham pelan, ia terus meyakinkan dirinya untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Eula.

“Saya dan Pak Zhongli sedang menuju Sumeru saat berita status saya sebagai buronan mulai naik,”

“Pak Zhongli menjelaskan tentang Celestia dan Archon, namun saya rasa Ibu sudah pasti mengetahui hal itu dari beliau sendiri,”

Eula mengangguk, tatapannya masih fokus kepada Thoma.

“Saya sudah memaksa Pak Zhongli untuk mengantarkannya ke Sumeru, namun beliau bersikeras menolak, Pak Zhongli mungkin sudah setengah jalan menuju Sumeru, mengingat jaraknya cukup jauh dari Fontaine setelah perang kecil itu,”

“Saya tidak tahu rencana beliau, tetapi Pak Zhongli akan bertemu dengan Lord Kusanali, Archon sekaligus Celestia dari Sumeru,”

Mendengar informasi dari Thoma membuat Eula bernafas lega, setidaknya ia tahu di mana orang penting Teyvat itu berada, kabar kedekatan Zhongli dan Kusanali juga sudah diketahui oleh banyak orang. Mereka sangat dekat, namun tidak ada yang tahu pasti bagaimana mereka bisa dekat.

“Baik, saya akan menjaga dengan baik informasi yang kamu sampaikan, namun kamu tetap harus ditahan hingga dan menunggu perintah lanjutan dari saya setelah Natlan sudah kembali normal,” ujar Eula lalu berdiri dan meninggalkan ruangan interogasi.

Thoma menundukkan kepalanya, menunggu petugas yang akan membawanya ke sel.

Setelah itu, berita penangkapan Thoma mulai tersebar seantero Teyvat. Kini ia dianggap sebagai pengkhianat negara setelah melepaskan Zhongli yang sekarang statusnya sudah menjadi buronan nasional.

**

Childe masih meringis kesakitan setelah diobati oleh Baizhu. Tangannya putus dengan sekali tebasan saat bertarung melawan Ayato.

Baizhu belum menemukan solusi untuk Childe, telinganya sudah panas mendengar cacian dari Pria Bertopeng Gagak itu. Pria paruh baya itu masih membolak-balikkan telapak tangan Childe yang putus.

Doc? Come on! Don't waste my time!

Baizhu tak menghiraukan omongan Childe, ia mendadak menggunakan bahasa asing saat situasinya seperti ini.

“Saya masih mencari cara untuk menyatukan tanganmu, dan ini butuh waktu yang lama,”

AT LEAST GIVE YOUR PROTOTYPE! YOUR MAGICAL HAND THAT YOU MADE FEW YEARS AGO!

Baizhu menoleh ke arah Childe, rasa ragu di hatinya setelah mendengar penemuan gagalnya itu membuat tubuhnya bergetar hebat. Temuan terlarang itu tidak bisa digunakan oleh sembarang orang.

ARE FUCKING HEAR ME?!

“Kamu yakin?”

Childe mengangguk seperti orang gila setelah mendengar ucapan Baizhu, melihat wajahnya yang sudah terlihat putus asa membuat Baizhu pasrah dengan apa yang akan terjadi setelah Childe menggunakan prototip buatannya itu.

Baizhu meletakkan tangannya di salah satu kotak dekat ruang kerjanya, tiba-tiba ada satu brankas muncul dari dalam meja kayu tersebut.

Childe langsung berjalan dengan cepat dan mengambil prototip berbentuk tangan sebelum Baizhu sempat menyentuhnya.

“Kamu harus hati—”

Tanpa mendengarkan perintah Baizhu, Childe langsung menancapkan prototip itu ke dalam tangannya yang sudah bolong. Seketika aliran listrik mengejutkan pembuluh darah Childe dan menyentrumnya, namun melihat reaksi yang diberikan Childe justru membuat Baizhu tersenyum lebar.

EUREKA!

Childe menatap Baizhu dengan tatapan yang bengis, raut wajah pria paruh baya itu mengganggu netranya.

I will test this thing,

On you,

Childe mengarahkan tangannya ke Baizhu, dengan secepat kilat tubuh pria paruh baya itu terbelah menjadi dua.

Now, I will kill every motherfuckers in this world” ujar Childe dengan suara beratnya.

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 5.1 (Orang Yang Tepat)

“Kami pamit,” ujar Shenhe kepada Ningguang.

Setelah Aether sadar, Ningguang membantu Shenhe menjelaskan semuanya kepada lelaki bersurai pirang itu. Walaupun ia belum mengerti dengan semua yang sudah terjadi, namun di saat ia tahu bahwa Dainsleif juga sedang mencari Lumine membuatnya sedikit bernafas lega.

Si kembar Aether dan Lumine mengenal sosok Dainsleif, walaupun tidak terlalu dekat tetapi mereka tahu bahwa Dainsleif ada untuk melindungi dirinya dan Lumine. Aether tidak tahu sama sekali tentang Shenhe karena perempuan itu tidak pernah nampak di Istana Celestia Agung di masa lalu.

“Hati-hati, Sayang.”

Keqing memeluk erat tubuh Aether, pelukan itu dibalas dengan erat olehnya. Gadis bersurai ungu itu masih belum bisa merelakan kepergian Aether, perjalanan mereka sengaja tidak diberitahu oleh Shenhe karena alasan keselamatan.

Aether dan Shenhe pergi dari Teapod Residence, walaupun sudah berkali-kali diminta untuk diberi pendampingan, Shenhe tetap menolak permintaan Ningguang.

“Ibu,” panggil Sara pelan.

Ningguang menoleh ke arah perempuan bersurai ungu tersebut, ia terlihat berbeda hari ini.

Ningguang spontan merangkul Sara dan mengecup lembut pucuk rambutnya.

“Mas Zhongli akan segera menemukan Yun Jin, Sayang.” bisik Ningguang lembut.

Sara tersenyum tipis, banyak pikiran yang bertabrakan di kepalanya. Kehilangan Yun Jin memang menyayat hatinya, namun kembalinya Raiden Ei setelah sekian lama membuatnya teringat pada masa lalu. Ia takut kalau Raiden Ei kembali dengan sengaja untuk menculik Yun Jin, karena tidak terima bahwa Itto lebih memilihnya ketimbang Raiden Ei.

Iya, semoga saja, ucap Sara dalam hati.

**

Ganyu terus menemani Xiangling. Setelah sampai di Liyue, Ganyu tak pernah melepaskan pandangannya dari Xiangling, ini adalah satu-satunya cara untuk mengalihkan pikirannya dari Xiao, yang kabarnya sempat bertemu dengan kekasihnya namun tidak mengucap satu patah kata pun saat itu.

“Tapi, Kak—”

“Kenapa, Ling?” tanya Ganyu tersenyum.

Ganyu mengelus punggung Xiangling, setelah melihat senyum tulus Ganyu membuat Xiangling mendapatkan sedikit energi untuk bangkit dari keterpurukan.

“Xiao menjanjikan sesuatu kepadaku,”

Xiangling memberikan ponselnya kepada Ganyu, terlihat kontak dengan nama Xiao di sana. Ganyu membaca seluruh pesan Xiao pasca kepergiannya dari Pelabuhan Liyue.

Ganyu terkekeh setelahnya, bisa-bisanya Xiao berpikir seperti itu di saat seperti ini. Gadis bersurai biru itu memberikan ponsel Xiangling dan terus tersenyum lebar.

“Ini kali pertama Cho berjanji pada seseorang, Ling. Dia gak pernah seperti ini, aneh itu anak,” ujar Ganyu sengaja menggerutu di depan Xiangling.

Melihat ekspresi wajah Ganyu ikut membuat Xiangling terkekeh, ia benar-benar butuh ini, seseorang yang bisa menjadi pendengar yang baik sekaligus teman cerita yang dapat diandalkan.

“Selama kamu pacaran sama dia, Kakak tahu kamu tidak pernah merasa spesial, karena memang Cho seperti itu. Dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik, bahkan sama Kakak juga seperti itu. Memang butuh kesabaran ekstra dan kepekaan yang tinggi supaya bisa tetap satu dunia dengannya,” lanjut Ganyu sambil mendekatkan dirinya ke samping Xiangling.

Kini gadis berponi itu tak bisa menyembunyikan senyumnya lagi, mendengar cerita Ganyu justru membuatnya semakin rindu kepada kekasihnya. Xiangling hanya bisa berharap Xiao pulang dengan selamat, agar janji itu bisa ditepati.

“Kak?”

“Ya, Kakak yakin Cho sekarang sudah menemukan orang yang tepat,”

Ganyu memeluk Xiangling erat, mengelus punggungnya agar gadis itu bisa jauh lebih tenang dari sebelumnya. Ia benar-benar bangga dengan Xiao, dengan menunjukkan perasaannya yang sebenarnya, Xiao sudah selangkah lebih maju dari dirinya yang dulu.

“Terima kasih, Kak Ayu.”

“Eh? Kok tau panggilan Kakak?”

Xiangling tersenyum ke arah Ganyu, jarak wajah mereka tinggal sejengkal, senyum Xiangling terlihat manis di mata Ganyu, senyum yang benar-benar tulus, senyum yang jarang sekali dapat diungkapkan dengan baik.

“Xiao kalau ceritain Kakak ke Aling pasti selalu manggilnya 'Kak Ayu', walaupun awalnya bingung tapi Aling mikirnya itu pasti Kak Ganyu,” jawab Xiangling dengan senyum manisnya yang masih terukir jelas di wajahnya.

“Ya udah, panggil Kak Ayu aja terus. Biar kita juga semakin dekat satu sama lain,” balas Ganyu kepada Xiangling.

Permintaan Ganyu dibalas oleh anggukan keras dari Xiangling, mereka tertawa setelahnya, menunggu kabar baik dari orang yang tepat yang mereka bicarakan barusan.

**

Seorang dokter masuk ke ruang rawat Beidou, ia bersama 6 perawat lain datang membawa kabar yang cukup mengejutkan.

“Selamat malam, Ibu Beidou. Maaf mengganggu malam-malam begini,” sapa sang dokter.

Beidou tersenyum, walaupun tak dapat melihat wajah sang dokter, ia bisa merasakan bahwa ia tidak sedang dalam bahaya.

“Bagaimana, Dok? Saya merasakan kehangatan di ruangan ini,” balas Beidou yang masih tersenyum.

“Wah, ternyata Ibu tahu kalau saya akan membawa berita baik,”

Dokter itu membuka lembaran demi lembaran kertas yang disematkan disebuah alas, membacanya dengan seksama dan tak berhenti tersenyum.

Penjaga ruangan Beidou masih terus menatap tajam dokter tadi, namun tak ada kecurigaan sedikit pun yang terasa di hatinya.

“Ibu Beidou bersiap untuk transplantasi bola mata, ya. 3 hari lagi kita akan melaksanakan prosedurnya. Mohon bersabar dan berdoa yang terbaik,” ujar sang dokter penuh semangat.

Mendengar perkataannya membuat Beidou ikut tertawa setelahnya, kabar gembira ini sudah lama ia nantikan.

“3 hari lagi? Sebentar itu, saya bisa menunggu!” jawab Beidou antusias.

“Iya, nanti prosedurnya akan dilakukan oleh kami, biayanya juga sudah ditanggung oleh Klan Kamisato sebagai kompensasi permintaan maaf mereka perihal kecelakaan yang terjadi di Inazuma,”

“Wah, baik bener si Ayato. Dia masih ada janji sama gue buat nuangin minum ke gelas gue!” lanjut Beidou tak berhenti bercerita.

Raut wajahnya yang terlihat cerah justru mengundang senyum dan tawa dokter dan perawat yang berkunjung. Mereka sangat menghormati dan mengagumi Kapten Beidou yang telah menjaga bahari yang ada di Teyvat selama 5 tahun terakhir.

“Baik, Bu. Kami permisi dulu, selamat beristirahat,”

“Terima kasih banyak, Dok!”

Setelah pintu ruang rawatnya ditutup, Beidou memaksakan dirinya untuk duduk. Pandangannya memang gelap, tetapi harapan yang datang bagai cahaya itu tak berhenti membuat Beidou tersenyum. Perempuan bersurai hitam itu akhirnya memiliki kesempatan untuk melihat lagi, nikmat ini tidak akan ia sia-siakan lagi.

Kazuha, tunggu gue!

**

Thoma dan Zhongli sedang dalam perjalanan menuju Sumeru, namun radio di mobil dan dering telepon Thoma tak berhenti memanggilnya sejak tadi.

“Kenapa gak diangkat, Thoma?” tanya Zhongli.

Lelaki bersurai kuning itu sadar, kalau ia mengangkat telepon Zhongli, itu sama saja dengan menyerahkan seorang buronan wilayah Teyvat. Thoma lebih memilih untuk mengikuti kata hatinya dibandingkan dengan menyerahkan seseorang yang sebenarnya bertindak untuk keadilan.

Dengan cepat Thoma memukul radio mobil dinasnya hingga rusak, ekspresi Zhongli masih terlihat datar saat Thoma melakukan itu.

“Jadi, pemerintah sekarang sedang mengejar saya, ya?”

Thoma mengangguk pelan, “Tapi, gak apa-apa, Pak! Saya akan—”

“Turunkan saya sekarang, ini demi keselamatan kamu,”

“Tidak, Pak. Jarak menuju Sumeru masih sangat jauh,”

“Ya, saya tahu. Tetapi Kusanali akan membantu jadi kamu tenang saja,”

Thoma menoleh ke arah Zhongli, nama itu terdengar asing di kepalanya. Siapa orang yang dimaksud oleh ayah kekasihnya itu.

“Kusanali?” tanya Thoma heran.

“Ya, dia rekan saya sesama Archon,”

Perlahan Thoma menghentikan mobilnya, rasa penasarannya yang tinggi masih tertutup oleh rasa segannya terhadap Zhongli. Setelah ia lulus dari akademi dan diangkat menjadi Kepala Kepolisian Inazuma, Thoma tidak pernah mendengar nama Archon atau Celestia lagi di sana.

“Pak? Apa boleh saya bertanya?”

“Ya, silakan, Thoma.”

Thoma menghela nafasnya, meyakinkan dirinya sebelum ia tidak memiliki kesempatan lagi untuk bertanya.

“Apa itu Archon?” tanya Thoma ragu.

Zhongli terkekeh mendengar pertanyaan Thoma. Pria paruh baya itu menoleh ke arahnya setelah sekian lama menatap jalanan dengan tatapan kosong.

“Archon adalah gelar khusus yang diberikan oleh pemerintah atas jasanya kepada suatu wilayah. Di Teyvat, Archon biasanya dari kalangan Celestia. Namun untuk kasus Inazuma sekarang, pelaksana pemerintah bisa disebut sebagai Archon walaupun Ayato tidak mau dipanggil seperti itu,”

Thoma mengangguk pelan di setiap Zhongli menjedakan ceritanya.

“Berarti, Archon yang merupakan manusia biasa tinggal Bapak dan Tuan Ayato?”

“Ya, mungkin begitu, Thoma.” jawab Zhongli dengan santai.

“Oh, iya. Ada juga wilayah yang tidak memiliki Archon atau Celestia seperti Mondstadt, mereka wilayah dengan pemerintah yang demokratis, tentu kamu tahu hal itu karena Mondstadt adalah kampung halamanmu, kan?”

Thoma mengangguk untuk kesekian kalinya, “Lalu bagaimana dengan Snezhnaya?”

“Wilayah itu sangat tertutup sekarang, namun tetap memiliki pelaksana pemerintah walaupun tidak memiliki Archon atau seorang Celestia,”

“Sebenarnya saya tidak ingin menceritakan hal ini kepada siapa-siapa, tetapi mungkin informasi ini akan sangat berharga untuk kepolisian,” lanjut Zhongli.

Thoma menyiapkan dirinya untuk mendengar lanjutan dari cerita Zhongli, ia harus benar-benar siap untuk terkejut.

“Hanya saya dan Itto yang tahu hal ini,”

“Di Snezhnaya, anggota keluarga Harbringers memiliki kekuasaan khusus. Fatui Harbringers yang didirikan oleh Signora hanyalah salah satu cabang aliran ekonomi mereka, mereka bergerak di bidangnya masing-masing. Ada seseorang yang memiliki tahta tertinggi di Harbringers, entah beliau sudah mati atau tidak, tidak ada yang tahu,”

“Namanya Pierro, dia jelas lebih berbahaya dari Il Dottore,”

Ponsel Thoma berdering untuk kesekian kalinya, kali ini dari Eula.

Halo, Thoma? Apa benar kamu sedang bersama Pak Zhongli?

“I-iya, Bu. Bagaimana ini?”

Secara hukum, kita harus menangkapnya. Saya harap kamu bisa paham dengan hal ini,

Thoma menoleh ke arah Zhongli perlahan, senyumnya terlihat dipaksakan.

“Baik, Bu.”

Zhongli membuka pintu mobil Thoma, perjalanannya menuju Sumeru masih sangat jauh, butuh sekitar 7 jam lagi agar dapat sampai ke sana.

“Pak,” panggil Thoma.

“Ya, Thoma?”

“Saya akan mengikuti kata hati saya sekali lagi, semoga Bapak bisa sampai ke Sumeru dengan selamat,”

Zhongli mengangguk dan tersenyum setelahnya, lalu melambaikan tangannya seiring mobil Thoma yang perlahan hilang dari pandangannya.

Terima kasih, Thoma.

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 5 (Orang Yang Tepat)

Baizhu tak berhenti tersenyum, sementara Childe yang masih membopong Lumine masih melemparkan amarahnya kepada sang dokter.

“GILA LO, YA?!” sentak Childe, namun tak digubris oleh Baizhu.

Pria paruh baya itu membetulkan posisi kacamatanya, lalu menghela nafas setelah itu.

“Apa kamu lupa? Alasan awal kita bekerja sama?”

Childe menaikkan sebelah alisnya, ia meletakkan tubuh kekasihnya di atas ranjang besi yang tak beralas lalu berjalan ke arah Baizhu.

“Pikirkan tentang orang yang bisa kembali hidup itu tapi masih memiliki ingatan tentang semuanya, Bodoh.” ujar Childe dengan suara beratnya.

“Dengan kembalinya Yae Miko dari neraka, bukankah akan lebih seru nantinya? Anak muda tidak pernah berpikir panjang,” sindir Baizhu tersenyum.

Mereka saling melempar tatap, tanpa sadar Lumine yang sudah siuman hanya bisa melihat Childe dan Baizhu aneh.

“Childe? Kita di mana?” tanya Lumine pelan, gadis itu masih memegangi kepalanya karena sakit.

Childe berbalik arah dan tersenyum lebar kepada sang kekasih. Lelaki bersurai oranye itu memeluk Lumine dengan erat.

“Syukurlah kalau kamu baik-baik saja, Sayang.”

Merasakan kehangatan dalam pelukannya, Lumine membalas dekapan Childe, ia mengelus lembut punggung kekasihnya.

“Aku gak apa-apa, kok. Ayo kita pulang, ini tempat apa?” tanya Lumine heran.

Childe menggelengkan kepalanya, gestur itu terasa di pundak kiri Lumine. “Untuk sementara kita di sini dulu, di luar sana Il Dottore masih bebas berkeliaran,”

Lumine bergidik, jari Childe mulai naik ke belakang lehernya, awalnya lembut namun tiba-tiba berubah menjadi cengkraman yang menyakitkan.

“Childe?! AJAX!”

Childe tak menghiraukan omongan Lumine, netra kekasihnya tiba-tiba terlihat kosong. Tangannya semakin kuat mencekik Lumine yang mulai kehabisan nafasnya.

“Kenapa gak dari awal aja gue bunuh lo, ya?” ujar Childe datar.

“Ka-kamu ke-kenapa?” balas Lumine sembari melepaskan cengkraman Childe.

Baizhu hanya bisa menonton apa yang dilakukan oleh Childe tanpa ada niatan untuk melerai mereka. Tujuannya bukan Celestia Kuno, ia tidak tertarik dengan suku yang telah membantu Tuhan untuk menghidupkan bumi ini, fokusnya adalah salah satu Celestia yang gagal ia tangkap yaitu Fischl.

“Saya tunggu di ruang sebelah,” ujar Baizhu pelan.

Childe hanya mengangguk tanpa menoleh ke belakang, kini senyumnya semakin lebar setelah melihat Lumine yang sudah mulai tidak sadarkan diri.

“Chi—”

Tangan Lumine tak lagi dapat melepaskan cengkraman Childe, gadis itu sudah tak sadarkan diri lagi. Setelah itu, Childe membaringkan tubuh Lumine di ranjang tadi, melepaskan seluruh pakaiannya lalu naik ke atas ranjang itu.

“Coba aja lo bukan keturunan Tsaritsa, kita pasti udah hidup bahagia di Teapod,”

Suara berisik tiba-tiba muncul dari ruangan sebelah, bunyi itu langsung membuat Childe menoleh ke pintu ruangan Baizhu.

“Nanti kita lanjut,” ujar Childe pelan. Ia menutupi tubuh Lumine dengan kain putih yang berada di dekatnya.

Saat Childe tiba di ruangan sebelah, ia melihat Baizhu sudah terluka parah di dekat meja kerjanya.

DOC!

Baizhu tidak bisa berkata apa-apa lagi, mulutnya terus mengeluarkan darah, tatapannya hanya tertuju pada lelaki yang sekarang berdiri tepat di belakang Childe.

Suara ayunan pedang terdengar tepat dari belakang Childe, namun lelaki jangkung itu dapat dengan cepat mengeluarkan pedang yang sudah terikat di pinggangnya.

“Woohoo, cepat juga responmu,” ujar lelaki yang tak dikenal itu sambil tersenyum.

“Kau siapa?” tanya Childe menoleh ke belakang, pedang mereka masih bergesekan, suara goresan besi itu terdengar melengking.

“Kecurigaan saya tentang tempat ini akhirnya terjawab, kalian sama biadabnya,” kata Kamisato Ayato tanpa menjawab pertanyaan Childe.

Namun kekuatan Ayato lebih besar dari Childe, sehingga pedang milik Childe terlepas di saat Ayato semakin menekan pedangnya.

Childe dengan cepat mengambil pedangnya dan membalas ayunan pedang Ayato yang terlihat lembut namun terdengar cepat.

Ayato dan Childe tak berhenti menyerang, tidak ada celah yang didapatkan oleh Childe, lelaki bersurai biru itu terus menangkis serangannya, wajahnya terlihat datar namun netranya menatap tajam.

“Sehebat apa pun permainan pedangmu, tidak akan bisa mengalahkan ayunan pedang dari Kepala Klan Kamisato sekaligus pelaksana pemerintah Inazuma,”

Setelah habis kesabarannya, Childe menyerang Ayato dengan satu serangan mutlak. Namun, lagi-lagi serangannya dapat ditepis dengan mudah oleh orang nomor satu di Inazuma tersebut.

“Berengsek!” hardik Childe.

Melihat keputusasaan di matanya, Ayato tersenyum tipis, ia bahkan tidak mengeluarkan keringat sedikit pun, Childe hanya manusia biasa dengan reflek yang terlatih, tapi tidak memiliki kemampuan berpedang.

“Saya Kamisato Ayato, saya melihat dengan jelas wajahmu saat penobatan kami di Inazuma 5 tahun yang lalu,”

“Engkau adalah orang yang selama ini kami cari-cari,”

Childe menaikkan sebelah alisnya, nafasnya terengah-engah. Baru kali ini ia berhasil menemukan lawan yang lebih kuat darinya. Lelaki bersurai oranye itu memang sering membunuh orang-orang yang lemah dan tak berdosa, maka dari itu kini ia kewalahan menghadapi Ayato.

“Cari?” tanya Childe dengan nafas yang tak beraturan.

Ayato mengangguk pelan, tubuhnya tetap tegak dan pedang di tangannya masih digenggam erat olehnya.

“Engkau banyak membunuh warga Inazuma untuk keperluan eksperimen Dokter Baizhu, kenapa engkau melakukan itu?” tanya Ayato tegas.

Childe hanya terkekeh mendengar pertanyaan Ayato.

“Dari mana kau tahu kalau aku yang melakukan itu semua? Bukankah warga Inazuma memang suka bunuh diri?”

Garis bibir Ayato semakin naik, ia menatap netra Childe setajam-tajamnya.

Childe tidak bisa membaca pergerakan Ayato yang tiba-tiba sudah berada di depannya dan menyerang titik lemah Childe.

Pedang milik Childe sudah terbuang begitu saja, ia sangat terkejut ketika pedang milik Ayato sudah berada tepat di nadi lehernya.

“Yang menghukummu masih manusia biasa, Childe. Celestia tidak perlu ikut campur dalam masalah ini,” ujar Ayato dengan suara beratnya.

Netra mereka kembali bertemu, Childe tersenyum sinis saat mendongak ke arah Ayato. Ia tetap tidak menunjukkan ketakutannya walaupun sudah terpojok.

“Celestia tai anjing!”

Childe menjegal kaki Ayato dengan keras, membuat lelaki bersurai biru itu mundur beberapa langkah. Saat Childe berusaha mengambil kembali pedang miliknya, Ayato langsung melemparkan pedangnya dan menancap di punggung tangan Childe.

“BANGSAT!” pekik Childe keras.

Ia heran pedang milik Ayato tidak bisa dilepaskan dengan mudah. Childe tak berhenti meringis kesakitan, sementara Ayato berjalan ke arah Childe perlahan.

“Sudah tidak ada lagi yang bisa engkau lakukan, Snezhnaya.”

Kini aura milik Ayato mulai menghimpit tubuh Childe, rasa sesak di dadanya mulai terasa. Childe sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk melawan Ayato.

“Baru punggung tangan yang terluka, engkau sudah menangis seperti itu, bagaimana dengan nyawa keluarga orang yang telah engkau bunuh selama ini?” tanya Ayato sembari menarik pedang yang tertancap di punggung tangan Childe.

Childe tak berhenti berteriak kesakitan, darah di tangannya sudah banyak mengalir namun ia tak sempat mengikat bekas lukanya untuk menghentikan pendarahan.

“Minta Baizhu untuk memberikan tangan baru untukmu,”

SWING

Tangan kanan Childe terlepas dari tubuhnya, melihatnya tergeletak di lantai membuat Childe memekik histeris karena kaget, namun rasa sakitnya mulai terasa beberapa detik kemudian.

Ayato pergi meninggalkan Childe dan Baizhu yang sudah tak sadarkan diri menuju ruangan sebelah, namun ia tidak menemukan siapa-siapa di sana, hanya kain putih dengan bekas pijakan kaki yang tergeletak di sana.

“Ayolah, tidak ada lagi tempat rahasia untuk keluar dari gubuk kotor ini,” ujar Ayato dengan keras.

“Keluarlah, Childe sudah kalah,” lanjut Ayato.

Pintu lemari besi yang terletak di samping tempat Ayato berdiri itu terbuka, ia melihat sosok gadis bersurai pirang keemasan keluar dari sana dengan tubuh yang bergetar hebat.

Ayato melepaskan jasnya dan mengenakannya di tubuh Lumine. Lelaki bersurai biru itu merangkul Lumine dan membawanya keluar dari ruang rahasia Baizhu.

“Kamu sudah berada bersama orang yang tepat, Lumine.” ujar Ayato lembut.

**

Xiao tiba di depan rumah Fischl yang tampak kosong, lelaki bersurai hijau itu masih mondar-mandir di depannya.

“Kau mencari siapa?” suara lirih seorang perempuan terdengar dari belakang.

Xiao menoleh dan melihat Fischl masih terisak setelah perpisahannya dengan Bennett.

“Aku mencarimu, Celestia.”

Fischl tak menggubris omongan Xiao, gadis itu melewatinya begitu saja dan masuk ke dalam rumahnya.

Xiao tetap menunggu Fischl di depan, ia tak bergerak sedikit pun dari tempatnya.

“Kau benar-benar keras kepala, ya?” ujar Fischl yang sudah membuka pintu rumahnya.

“Akan lebih bahaya lagi jika kau terus di sini,” jawab Xiao datar.

Fischl terkekeh pelan mendengar suara Xiao yang terdengar lucu. Bagaimana bisa dia tahu situasi yang sedang ia alami sekarang.

“Kau peramal? Atau dukun?” tanya Fischl bercanda.

“Aku anak angkat Rex Lapis,”

Mendengar julukan Zhongli langsung membuat Fischl menutup pintunya dan berjalan ke arah Xiao.

“Yang benar saja? Kapten basket di sekolahku dulu adalah anak angkat dari pahlawan yang sudah menyelamatkan hidupku?” tanya Fischl heran.

Xiao hanya mengangguk sebagai jawaban.

Fischl mengelus dagunya, gadis itu terlihat ragu di mata Xiao. Namun lelaki itu tidak akan bergerak jika tidak ada kemauan dari Fischl.

“Kau tahu? Aku hampir saja diculik oleh lelaki dengan rambut hijau dan berkacamata,” ujar Fischl pelan.

Xiao tetap terlihat tak peduli dengan cerita Fischl, setidaknya itu yang ditangkap oleh gadis itu sekarang.

“Dan aku diselamatkan oleh seorang gadis yang terus menerus menggumamkan nama Scaramouche di setiap ada kesempatan,”

Namun Xiao masih terlihat datar saat Fischl melanjutkan ceritanya. Gadis itu kini lebih terlihat kesal daripada ragu.

“Kau dengar apa kataku?!” sentak Fischl keras.

Xiao mengangguk, tubuhnya masih berdiri tegak tanpa menyisakan jejak kaki lain selain tempatnya berpijak.

“Lalu? Ke mana kita akan pergi?—Sebentar! Kau tahu dari mana kalau aku seorang Celestia?”

“Namamu sering muncul di daftar buronan para pembunuh bayaran di dunia underground,”

Fischl terkejut mendengar jawaban Xiao, sementara gadis itu masih sibuk mencerna perkataan Xiao, tangannya langsung ditarik paksa oleh Xiao.

“Akan kuceritakan nanti, aku lihat kau sudah mulai percaya denganku, makanya kita harus bergegas,”

“Setidaknya beritahu aku ke mana kita akan pergi!”

“Teapod, di sana kau akan aman,”

Xiao dan Fischl semakin menjauh dari rumah Keluarga Oldenburg, namun di ujung jalan mereka bertemu dengan sosok yang tampak asing sedang berdiri di sana.

“Siapa lagi ini? Temanmu?” bisik Fischl kepada Xiao.

Xiao mulai mengeluarkan tombak sakti milik Zhongli untuk berjaga-jaga.

“Fischl, apa pun yang terjadi, kau harus pergi ke arah Teapod, setelah ini aku akan menyusulmu,”

Gadis itu mengangguk pelan, lalu berlari sekencang-kencangnya menjauh dari Xiao dan lelaki yang baru saja mereka temui.

Saat orang asing itu teralihkan oleh Fischl yang sedang berlari, Xiao langsung menyerangnya dari arah yang lain.

“Siapa kau?” tanya Xiao yang sudah berhasil menyudutkan orang asing tersebut.

“Kita sama, Tolol!” balas lelaki bersurai abu-abu itu dengan keras.

Xiao masih belum percaya dengan omongan lelaki itu, namun di saat ia lengkah, tubuhnya langsung terlempar setelah ditendang dengan kuat oleh orang asing tadi.

“Aku disuruh Zhongli mengamankan anak itu, dan ternyata kita memiliki tujuan yang sama,”

“Namaku Cyno,”

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Ending Chapter 4 (Terpisah)

Berita tentang Zhongli yang sudah meratakan salah satu petinggi Fontaine telah menyebar luas dengan cepat. Dainsleif terlihat menghela nafasnya berkali-kali setelah Ningguang terus membentaknya, lelaki bersurai pirang itu ragu untuk menceritakan hal ini kepada Ningguang, karena ia ingin Zhongli sendiri yang mendengarkan ceritanya secara langsung.

“Sekarang bagaimana?! Mas Zhongli tidak akan pulang! Dan perang besar akan muncul kalau tidak diredam!”

Ningguang sudah tidak tahu lagi harus bagaimana, di samping amarahnya yang sudah meledak-ledak, ia khawatir dengan suaminya yang mungkin hanya seorang diri di luar sana.

“Sara, cepat telepon Xiao, suruh dia menyusul—”

“Mah! Thoma sudah sama Ayah,” potong Noelle dari belakang.

Mendengar kabar itu Ningguang bisa sedikit bernafas lega, setidaknya dirinya tahu bahwa Zhongli sudah berada dengan orang yang tepat.

“Dainsleif, saya terpaksa bertanya sekali lagi kepada kamu, kalau kamu tidak mau menjawab pertanyaan saya, lebih baik kamu keluar dari rumah ini,” ujar Ningguang tegas.

Lelaki bersurai pirang itu menunduk, berusaha meyakinkan dirinya untuk mengungkapkan yang sebenarnya. Cepat atau lambat semua akan mengetahui hal ini, hanya saja orang yang ia harapkan untuk mengetahui informasi penting ini tidak ada di depannya.

Di ruangan yang berbeda, Aether terus berusaha menelepon Lumine, pikirannya sudah kosong.

“Sebentar, Sayang. Aku mau bilang sama Sara dan Ibu Ningguang dulu, setelah itu kita berdua cari Lumine, ya?” bujuk Keqing tak kalah khawatir.

Aether sama sekali tidak mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Keqing, setelah gadis bersurai ungu itu pergi ke ruang utama, tubuh Aether bergerak sendiri menuju pintu belakang, untungnya ada Shenhe di sana.

“Jangan pergi,” ucap perempuan itu pelan.

“Jangan halangi saya,” balas Aether yang sudah hilang akal.

“Tunggu kekasihmu,”

Aether menghentikan langkah kakinya, tangannya sudah menyentuh gagang pintu, ia disadarkan oleh Shenhe, perempuan misterius yang bisa seenaknya keluar masuk Teapod.

“Saya pergi sebentar, kalau memang kamu masih nekat mencari adikmu tanpa petunjuk, saya sendiri yang akan menyeretmu pulang,”

Setelah mendengarkan perintah Shenhe, Aether terbujur kaku. Tubuhnya membeku, ia benar-benar khawatir dengan Lumine, penyesalan selalu datang di akhir, lelaki bersurai pirang itu membodoh-bodohi dirinya sendiri karena gagal mencegah adiknya.

Walaupun ia sudah mengabari Childe, hatinya tetap tidak tenang. Namun Aether percaya bahwa Childe bisa diandalkan, harapan terakhirnya di luar sana tinggal dia seorang.

“AETHER!” pekik Keqing keras.

Aether sudah tidak sadarkan diri lagi saat itu, ia menangis dalam tidurnya, menggumamkan nama sang adik berkali-kali, tubuhnya bergetar hebat, ini adalah sinyal bahwa adiknya benar-benar dalam bahaya.

**

“Tugas saya kemari adalah untuk memperingati anak-anak Bunda Tsaritsa, untuk menjauh dari salah satu Harbringers yang sangat membenci beliau,” jelas Dainsleif kepada Ningguang.

“Il Dottore?” tebak Ningguang asal, karena memang dia adalah tokoh utamanya selama ini.

“Bukan, Il Dottore tidak ada hubungannya dengan Celestia Kuno, ia membunuh karena hatinya berkata seperti itu, lain halnya dengan—”

“Scaramouche? Saya tidak pernah melihat anak itu beberapa tahun terakhir,” sanggah Ningguang.

“Lagi-lagi bukan, Bu.” jawab Dainsleif sembari menggelengkan kepalanya.

“Harbringers tidak hanya mereka berempat, Harbringers merupakan bisnis keluarga, mereka 11 bersaudara,” lanjut Dainsleif tegas.

Setelah mendengar penjelasan Dainsleif, Ningguang sontak terkejut. Satu saja kekuatan dari salah satu Harbringers sudah membawa kekacauan sebesar ini, dan juga sudah berhasil membuat Zhongli turun tangan.

“Jadi siapa? Apa kami tidak mengenalnya?”

“Saya tidak tahu apakah Ibu mengenalnya atau tidak, usianya lebih muda dari saya. Dia sangat aktif di dunia underground, anak itu menjual organ tubuh manusia untuk bahan eksperimen seorang dokter,”

“Yang saya tahu hanya Scaramouche dan Chil—”

“Childe adalah orang yang saya maksud,”

Lagi-lagi Ningguang, Sara dan Noelle terkejut setelah mendengarkan penjelasan Dainsleif.

“Mah, kecurigaan Noelle akhirnya terjawab,” ujar gadis bersurai merah muda tersebut.

“Curiga? Apa, Nak?”

“Ingat gak selama 5 tahun terakhir ini? Di setiap festival di perumahan kita, Childe selalu membiayai acara itu penuh, kita bahkan tak pernah keluar uang, untuk anak seumuran kami, dia bisa dapat uang dari mana?”

Lidah Sara kelu saat itu, ia tidak bisa berkata apa-apa. Bayangan Childe di kepalanya kini begitu menyeramkan, mengingatkannya kepada seseorang.

“Saya adalah pelayan khusus Celestia Kuno, saya ingin menjemput Aether dan Lumine untuk mengasingkan diri di—”

“Lumine kabur dari rumah ini setelah mengetahui kabar Childe kecelakaan, mereka sepasang kekasih,” potong Ningguang dengan cepat.

Dainsleif berdeham, berpikir langkah yang tepat untuk diambil agar tidak salah jalan.

“Saya punya mata dan telinga di seluruh negeri ini, pencarian Lumine bisa selesai dengan cepat, tetapi saya harus membawa Aether pergi dari Teapod segera,”

Keqing menerobos masuk ke ruang utama, gadis itu sudah terisak-isak menghadap Ningguang.

“Ibu! Aether pingsan!”

Setelah mendengar nama Aether, Dainsleif spontan berlari mencari Aether. Ningguang mengisyaratkan Noelle untuk mengejar Dainsleif secepatnya.

Melihat tubuh Aether yang terbujur kaku di atas sofa membuat mata Dainsleif berair, tentu ia tidak tega melihatnya terbaring lemah, namun di saat yang sama Dainsleif tahu bahwa Lumine juga sedang dalam bahaya.

“Jangan kau sentuh dia,” ujar Shenhe dari ujung ruangan.

“Shenhe?” balas Dainsleif kaku.

“Kau cari gadis itu, biarkan dia bersamaku,” suruh Shenhe sembari berjalan mendekati mereka.

Muncul keraguan di hati Dainsleif, ia tidak bisa sembarang percaya kepada seseorang, setelah mendengar fakta bahwa Lumine dan Childe adalah sepasang kekasih cukup membuat batinnya terguncang. Kini ia harus berbagi tugas dengan Shenhe yang merupakan rekan kerjanya di masa lalu.

Dulu, Dainsleif dan Shenhe bersama-sama menjadi pelayan khusus Tsarista.

“Kau tidak ada hubungannya lagi dengan Bunda Tsaritsa,” ujar Dainsleif tegas.

Noelle yang baru saja tiba terkejut melihat Dainsleif dan Shenhe yang sedang berperang aura. Aura mereka saling bertabrakan, tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, mereka sama kuatnya dengan ambisi masing-masing.

“SUDAH CUKUP!” bentak Ningguang keras.

“Cepat bawa Aether pergi dari sini, kalian berdua juga silakan pergi dari sini!” suruh Ningguang kepada Dainsleif dan Shenhe.

Dari ruangan yang berbeda, Lisa datang dengan wajah yang kesal.

“Terima kasih informasinya, Shenhe.” ujar Lisa dengan suara yang berat.

“Ada apa, Lisa?” tanya Ningguang heran.

“Saya harus mencari Qiqi, Ibu Ningguang.” balas Lisa singkat.

“Qiqi? Anak Dokter Baizhu?”

Lisa menggeleng pelan, ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya lagi.

“Jean dan Klee masih di ruangan Noelle, apa saya memiliki waktu sebentar untuk menjelaskan apa yang telah terjadi selama ini?”

Ningguang mengangguk pelan, begitu juga dengan yang lain. Mereka tidak pernah melihat Lisa murka seperti ini, benar-benar banyak yang terjadi dalam satu hari saja.

“Shenhe baru saja menceritakan kepada saya, alasannya pindah ke Teapod bersama keponakannya Chongyun,”

Ningguang menoleh ke arah Shenhe perlahan, perempuan bersurai putih itu menundukkan kepalanya.

“Shenhe pindah kemari untuk mencari anaknya yang telah lama hilang, dan anak itu adalah Qiqi,” lanjut Lisa lirih.

“Berarti—”

“Belum cukup sampai di situ, Qiqi adalah anak dari Shenhe dan Diluc,”

Mulut Ningguang ternganga setelah mendengar penjelasan dari Lisa.

Diluc masih membawa luka yang mendalam bagi Shenhe yang sengaja dipisahkan dari anaknya pasca melahirkan. Pria bersurai merah itu memberikan Qiqi kepada Baizhu beberapa jam setelah anak itu lahir.

“Diluc Ragnvindr?” tanya Dainsleif pelan.

Ia menoleh ke arah Shenhe dan hanya dibalas oleh anggukan perempuan bersurai putih itu.

“Selain jasanya di bidang militer, laki-laki biadab itu juga berjasa di bidang pembuatan anak!” ujar Lisa yang sudah semakin kesal.

“Jadi biarkan saya menjadi Qiqi, Ibu Ningguang. Saya bisa meminta bantuan Razor untuk penjagaan, saya menitipkan Jean dan Klee di sini. Kondisinya hancur setelah mengetahui fakta lain tentang suaminya,” lanjut perempuan bersurai coklat itu.

Shenhe mendekat ke Aether yang masih terbujur kaku, menggeser Dainsleif yang sudah berdiri di dekatnya terlebih dahulu.

“Pergilah, cari Lumine,” suruh Shenhe dengan suara lirihnya, perempuan itu terlihat seperti sedang menahan tangisnya.

Dainsleif mengiyakan suruhan Shenhe, ia pamit dan pergi setelahnya. Lisa juga pergi beberapa saat setelah Dainsleif meninggalkan rumah Keluarga Geo.

Ningguang duduk di samping Shenhe yang sedang menunggu Aether siuman, menepuk lembut punggung perempuan bersurai putih itu.

“Ke mana akan kau bawa anak ini?” tanya Ningguang pelan.

Shenhe tak menjawabnya, perempuan itu masih mengelus lembut punggung tangan Aether. Keqing yang baru saja datang dengan Sara langsung berlari mendekati mereka.

“Jangan sentuh dia!” lerai Keqing yang tak suka kekasihnya disentuh oleh perempuan lain.

Namun hanya dari tatapan mata Ningguang, Keqing langsung mengerti bahwa Shenhe bukanlah orang yang harus dicurigai.

“Aether harus pergi dari Teapod sebelum bahaya yang mendatanginya,” jelas Ningguang kepada Keqing.

Air mata gadis bersurai ungu itu kembali mengalir. Keqing tidak rela berpisah dari kekasihnya, walaupun di saat yang sama ia paham kalau Aether adalah seorang Celestia Kuno, ia tidak bisa hidup sebagai manusia biasa dan tidak bisa memiliki pasangan seorang manusia biasa seperti Keqing.

“Saya akan membawa Aether segera setelah dia sadar,” ujar Shenhe dan disanggupi oleh Ningguang dan Keqing.

**

Kazuha tiba di Tsurumi, setelah mengitari pulau itu lebih dari 3 kali, ia tidak menemukan apa-apa di sana. Kokomi tidak ada di mana pun.

Pulau itu terlihat kering hari ini, sinar bulan yang begitu terang terasa seperti panas di siang hari.

Kamu di mana, Mi?

Wajah Kokomi terus terngiang di benak Kazuha, badannya melemah.

“Mi...” ucap Kazuha lirih.

Lelaki itu mengais pasir di pantai Tsurumi karena putus asa. Wajahnya memerah, sama seperti matanya yang sudah mengering.

“Jangan sedih gitu, dong!” seru seseorang dari belakang.

Kazuha sontak menoleh ke belakang sambil mengeluarkan pedangnya. Ia melihat sosok yang sering muncul di internet atau televisi, orang yang sudah menjadi buronan nasional, pembunuh beragam wajah, Il Dottore.

“Tenang aja, kita gak bakal mati di sini, jadwal Celestia kosong hari ini,” canda Il Dottore berjalan mendekati Kazuha.

“A-apa maumu?!” sentak Kazuha keras.

“Kamu tahu cara orang jaman dulu bertransaksi bagaimana?”

Kazuha menggeleng ke arah Il Dottore.

“Jawaban yang tepat! Barter!” lanjut Il Dottore yang tak peduli dengan gelengan kepala Kazuha.

“Kalau kamu mau Kokomi, berarti kita harus barter. Dan nilainya juga harus setara, Celestia Kuno dibayar dengan Celestia Kuno,”

“Kamu tinggal pilih, bawa Aether atau Lumine ke hadapanku lalu Kokomi akan kubebaskan,”

Kazuha menelan paksa ludahnya, nama yang ia dengar begitu familiar. Aether dan Lumine adalah teman SMA-nya. Dan dia baru tahu kalau mereka berdua adalah Celestia Kuno.

“Aether? Lumine?” gumam Kazuha pelan.

“Ya, mereka sama seperti kekasihmu,” jawab Il Dottore tersenyum.

“Aku sudah puas membunuh banyak orang hari ini, jadi kuberikan diskon untukmu, namun kalau kau gagal membawa salah satu di antara mereka ke sini dalam waktu 3 hari, berarti kau yang akan kubunuh,” lanjut Il Dottore.

Pria bersurai biru muda itu menduduki tubuh Kazuha yang sudah melemah, aura milik Il Dottore sudah menghancurkan mental Kazuha.

“Sanggup?”

Kazuha hanya membalasnya dengan anggukan.

Good!

Il Dottore berdiri dari tubuh Kazuha, mengulurkan tangannya dan membantu Kazuha bangkit.

Kazuha sadar, bukan hanya mereka yang ada di Pulau Tsurumi, sosok perempuan dengan baju tahanan dan borgol di tangannya terlihat jelas beberapa meter di belakang mereka.

“Oh, iya. Kau tidak sendiri, Temanku. Bawa Yanfei bersamamu, tapi jangan lupa mandikan dia pakai air pantai ini, kemaluannya sudah penuh dengan lendirku,” ujar Il Dottore menepuk pundak Kazuha dan pergi meninggalkan mereka.

Kazuha menatap Yanfei perlahan, wajah perempuan itu tertutupi oleh rambut yang sudah tak beraturan. Bajunya penuh darah dan bagian belakang celananya sudah bolong dan lengket.

“Lepasin gue, Bangsat!” bentak Yanfei keras.

**

Seorang perempuan berlari di Guyun Forest, setelah berhasil kabur dari ruangan eksperimen Baizhu dan melewati berbagai macam rintangan akhirnya perempuan bersurai merah muda itu bebas.

Terdapat bekas jahitan yang tak beraturan di dada kirinya, sembari memegangi dadanya perempuan itu duduk di tengah hutan Guyun.

Nafasnya tak beraturan, tubuhnya basah oleh keringat, ia memakai pakaian bekas salah satu anggota Arataki Gang.

“Sial!”

“Bagaimana caraku kembali ke Inazuma?!” gumam Yae Miko lirih.

-to be continued

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 4.1 (Terpisah)

“Bagaimana bisa Tsaritsa masih hidup?”

Ningguang menaikkan sebelah alisnya, bukti bahwa Tsaritsa mati saat Archon War bahkan sudah tersebar di mana-mana. Zhongli diangkat menjadi Hero of Teyvat dan menyandang gelar Archon bukan tanpa alasan tentunya.

Archon War adalah agenda utama Bunda Tsaritsa saat itu, dalam sejarah memang Zhongli adalah pahlawan negeri ini. Tapi menurut informasi yang saya dengar, dia mati terkena reruntuhan bangunan Istana Celestia Agung.”

Mendengar perkataan Dainsleif, perempuan itu menggebrak meja yang ada di hadapannya, semuanya bergidik setelah melihat istri dari Zhongli murka untuk kesekian kalinya kecuali Dainsleif, lelaki itu tetap tenang dan duduk dengan tegap.

“Kalau begitu, siapa yang selalu ada di samping saya selama ini?! Boneka?! Kalau ngomong pakai otak, dong!” bentak Ningguang keras.

Dainsleif menggelengkan kepalanya, Kujou Sara yang duduk tepat di samping kanan Ningguang masih berusaha menenangkan sang ibu yang emosinya sudah tak terkontrol lagi.

“Sabar, Ibu.” ucap Sara pelan, ia terus mengelus lembut punggung perempuan berusia 53 tahun tersebut.

Ningguang berdeham, banyak hal yang bertabrakan di kepalanya. Ia belum siap untuk mencerna seluruh informasi yang baru saja didapat malam ini.

“Jawab pertanyaan saya, bagaimana bisa Tsaritsa masih hidup?”

“Saya akan menjawab ketika Zhongli sudah ada di hadapan saya,”

**

Wajah Zhongli belum pernah terlihat semenyeramkan ini, ia duduk di atas tumpukan pasukan Celestia dari Fontaine yang mengepungnya tadi.

Di dekat pintu masuk, Lynette sudah jalan terseok-seok, gadis itu berusaha menghubungi saudaranya Lyney, yang masih memiliki urusan di Natlan.

“Sudah kubilang, Lynette—”

Gadis itu tak berhenti meminta ampun dan berteriak kesakitan, Zhongli berjalan pelan mendekati Lynette yang sudah pasrah jika dihabisi saat itu juga oleh Zhongli.

“JANGAN!”

“Saya memiliki 9 cara untuk membunuhmu dengan tangan kosong, dan sekarang jumlahnya semakin bertambah di setiap teriakanmu,” lanjut Zhongli dengan bengis.

Pria paruh baya itu terkekeh melihat raut wajah Lynette yang sudah sangat ketakutan, kini aura mereka tak lagi beradu. Gadis itu sudah terperangkap, menunggu dirinya habis dimangsa oleh Zhongli.

“APA MAUMU?!” sentak Lynette tak hilang akal.

“Mau saya? Saya hanya ingin hidup tenang dengan keluarga saya,” jawab Zhongli dengan suara beratnya.

“Haruskah kalian menculik cucu saya untuk membangunkan naga yang telah tertidur lama?” lanjut Zhongli.

Lynette menelan ludahnya berkali-kali, ia benar-benar meremehkan kekuatan Zhongli. Gadis itu sadar bahwa gelar yang banyak berderet di depan dan belakang namanya tidak didapatkan dengan mudah.

“KALAU AKU MATI—”

“Ya, saudaramu juga akan mati, kan?” potong Zhongli cepat.

Zhongli mengepalkan tangannya, kini ia sudah berdiri tepat di depan Lynette. Tak ada lagi yang bisa gadis bersurai krem itu lakukan selain bersujud dan meminta ampun kepada Sang Archon.

“Walaupun kau bukan garis keturunan Tsaritsa, kau tetaplah keturunan hina yang harus dimusnahkan dari muka bumi ini,”

Lynette tak lagi mendongak ke arah Zhongli, ia menghela nafasnya berkali-kali karena panik. Aura milik Zhongli sudah menekan tubuhnya dengan keras, harapannya untuk hidup sudah hilang, gadis itu tak mungkin selamat hari ini.

“Beritahu saya di mana Il Dottore berada,” ujar Zhongli singkat.

“Di-dia pergi membebaskan Yanfei,” jawab Lynette pelan.

“Baik, sampaikan salam saya kepada Lyney,”

Zhongli pergi meninggalkan Lynette yang sudah melemah, gadis itu pingsan setelah Zhongli hilang dari pandangannya.

Istana Celestia di Fontaine hancur, Zhongli mengalahkan ratusan pasukan khusus seorang diri, ditambah lagi pria itu berhasil mengalahkan salah satu dari dua Celestia yang ternyata merupakan Celestia Kuno dari Fontaine, Lynette.

“Halo? Thoma?” sapa Zhongli dari teleponnya.

“Tolong jemput saya di Fontaine, dong! Naneun capek!”

**

Gedung pemerintahan Inazuma terlihat sepi, kepergian Kamisato Ayato mencari Il Dottore membuat seluruh kegiatan warga Inazuma diberhentikan sampai waktu yang tidak dapat ditentukan.

Kamisato Ayaka duduk di depan teras rumahnya, berdoa agar sang kakak dapat kembali dengan selamat. Tak terasa gadis bersurai biru itu menitikkan air matanya, hatinya terasa sakit sambil memegangi bingkai foto dirinya dan Ayato.

Abang, yang bisa Ayaka lakukan adalah berdoa untuk keselamatan Abang di luar sana. Tolong kembali, Inazuma membutuhkanmu,

**

Kazuha baru saja selesai patroli di sekitar kota Inazuma, tidak ada satu pun langkah kaki terdengar karena memang hanya dia seorang diri di sana.

Pesan?

Dari Kokomi?!

Setelah membaca pesan dari Kokomi, ia langsung bergegas menuju Tsurumi Island seorang diri. Ternyata Il Dottore berani memasuki wilayah terlarang di Inazuma tersebut untuk mengasingkan kekasihnya.

Kazuha tidak mengabari kepergiannya kepada yang lain, tubuhnya bergerak dengan sendirinya, jantungnya berdegup cepat, matanya berkaca-kaca setelah mendapatkan pesan dari kekasihnya itu.

Tunggu aku, Mi! Aku akan segera datang menyusulmu!

**

Scaramouche akhirnya berdiri tepat di hadapan Raiden Ei, lelaki bersurai ungu itu tak berhenti menyeringai setelah berulang kali merasa dipermainkan oleh Celestia dari Euthymia tersebut.

“Akhirnya kita bertemu,” ucap Raiden Ei tegas.

Aura yang dipancarkan oleh Raiden Ei tak bisa dilawan oleh Scaramouche, seketika ia tertunduk karena mentalnya melemah.

“Karena kau sudah tunduk padaku, sekarang dengarkan aku baik—”

“SIAPA YANG MAU TUNDUK SAMA LO, BANGSAT!”

Emosinya lah yang berhasil membuat tubuh Scaramouche bangkit, ia tidak berniat menjadi bawahan siapa pun. Scaramouche hanya ingin menghabisi nyawa saudaranya, tidak lebih.

“Oh,”

Scaramouche mengernyitkan alisnya, bingung dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Raiden Ei.

“Kau bukan orang yang ingin membunuh Celestia Kuno,” lanjut Raiden Ei singkat.

“Hah?! Aku ingin membunuh Il Dottore! Persetan dengan semua Celestia yang ada di Teyvat!”

“Padahal kau tahu semuanya, Scaramouche.”

Scaramouche mengepalkan tangannya, pikiran Raiden Ei tidak bisa ditebak olehnya. Kalau saja lelaki itu mengetahui satu kelemahan Celestia itu, pasti ia sudah berhasil membalikkan keadaan.

“Apa maumu, Celestia? Kenapa baru sekarang kau mengitari Teyvat?! Sudah selesaikah kau berduka meratapi kematian kekasihmu?!” sentak Scaramouche kesal.

Awan hitam itu mulai menurunkan hujan, angin kencang mulai bertiup menyerang Scaramouche dari arah yang tak terduga.

“Berani-beraninya kau mengungkit masa laluku,” ujar Raiden Ei dengan suara beratnya.

“Ba-bagaimana bisa?! Ini bukan wilayahmu?!”

“Biar kuberitahu kau sesuatu, Bocah.”

“Tanah kelahiranmu ini bekas tempat perang, tentu saja aku bisa menggunakan kekuatanku di sini,”

“Jangan terlalu banyak membaca buku, itu semua palsu. Kekuatan Celestia hanya diketahui oleh Celestia itu sendiri, bukan dari buku yang tebal dan usang karya seorang penipu!”

Angin kencang itu mulai menerbangkan tubuh Scaramouche menjauh dari Raiden Ei, tubuhnya terlempar keras menuju mobilnya.

Mona dan Yun Jin yang menunggu di dalam terkejut melihat tubuh Scaramouche terbanting kuat sehingga membuat mobil sedan ungu itu hancur.

ANJING! pekik Scaramouche dalam hati.

Bisa-bisanya dia menggunakan kekuatannya di sini!

Awan hitam yang menyelimuti Snezhnaya sudah kembali normal, Raiden Ei berjalan menjauh dari negeri salju tersebut.

Perempuan itu tersenyum tipis setelah berhasil menipu Scaramouche, dan tentunya banyak orang termasuk Dainsleif.

“Kutukan ini, akan menjadi satu-satunya cara untuk menebus dosaku, Itto.” gumam Ei yang masih terbuai dalam lamunannya.

**

Lumine tiba di rumah sakit Liyue, gadis bersurai keemasan itu mencari nama Childe di papan informasi pasien, namun tidak ada satu pun nama Childe, Ajax, atau Tartaglia di sana.

“Permisi, Mba. Saya mau nanya, pasien yang bernama Ajax di ruangan mana, ya?”

“Sebentar, ya, Bu. Saya cek dulu,”

Setelah menunggu beberapa saat, resepsionis itu tidak menemukan nama Ajax di sistemnya. Lumine terlihat kesal bercampur cemas setelah mendengar jawaban dari petugas meja informasi tersebut.

“Terima kasih, Mba.”

Lumine berjalan keluar dari rumah sakit, hati dan pikirannya tak lagi satu. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengecek nama orang yang menghubunginya barusan.

Nomornya beda dari Childe, gumam Lumine dalam hati.

Setelah sadar bahwa ia dijebak, Lumine bergegas kembali masuk ke dalam rumah sakit. Gadis itu tak berhenti menghubungi abangnya selagi bisa, keringatnya sudah bercucuran karena panik. Lumine benar-benar di ujung tanduk.

Bisa-bisanya gue terjebak gini! BEGO BANGET! pekik Lumine dalam hati.

Panggilan menuju Aether akhirnya tersambung, Lumine berharap abangnya langsung mengangkat telepon darinya.

Halo?! Dek! Lo udah sampai?!

Halo?!

DEK?!

LUMINE! JAWAB!

Telepon Lumine terputus setelahnya, gadis itu dibekap oleh Baizhu dengan sapu tangannya. Lumine dengan mudahnya terperangkap di Rumah Sakit Liyue, yang merupakan kandang dari Baizhu, bawahan Childe.

Good job, Doc!” seru Childe sembari bertepuk tangan dengan puas.

“Cepat ambil jantungnya, organnya sangat berharga untuk eksperimen,” jawab Baizhu datar.

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 4 (Terpisah)

Lumine terlihat sedang menelepon di ujung ruangan rumah Keluarga Geo, wajahnya khawatir setelah berbicara dengan orang yang sedang menghubunginya sejak tadi.

“Te-terus?” ujar Lumine khawatir.

Gadis bersurai keemasan itu mengigit jarinya sembari mendengarkan berita tentang kecelakaan kekasihnya, Childe.

Saudara Childe sedang kami rawat di Liyue, karena nomor Ibu ada di kontak daruratnya, makanya saya menelepon Ibu Lumine secepatnya,

“Baik, saya segera menuju ke sana,” tutup Lumine cepat.

Melihat sang adik terlihat panik, Aether langsung mendekati Lumine dan memegang lengannya karena gelagatnya memang mencurigakan. Air matanya berlinang karena panik memikirkan Childe yang dilaporkan mengalami kecelakaan yang parah.

“Lo mau ke mana?” tanya Aether.

“Gue mau nyusul Childe, dia kecelakaan waktu beli makan di Wanmin,”

“Kita gak boleh keluar lagi, unit penjagaan udah sampai. Mereka udah di Teapod,”

Lumine menatap Aether tajam, mata dan rona wajahnya sudah merah. Gadis itu bingung harus memilih siapa? Keselamatan dirinya sendiri atau kekasihnya yang sedang membutuhkannya.

“Childe udah di tempat yang aman, Dek. Dan sekarang lo harus pikirin keselamatan lo sendiri,” lanjut Aether tegas.

“Lo gila, ya? Si Dottore-Dottore masih berkeliaran di mana-mana! Gimana kalau Childe jadi sasaran orang gila itu?!” bentak Lumine keras.

Keqing yang mendengarkan perdebatan Aether dan Lumine langsung menengahi kedua saudara itu. Tidak ada yang mau mengalah baik Aether mau pun Lumine, membuat Keqing menggelengkan kepalanya berulang kali.

“Lumi, setidaknya kamu coba bilang dulu sama Ibu Ningguang, siapa tahu beliau ada solusi lain, kita semua berkumpul di sini karena beliau juga, Pak Zhongli sedang—”

“Aku gak peduli, Kak! Pokoknya aku harus sama Childe!” potong Lumine dengan cepat.

Setelah selesai membereskan barang bawaannya, Lumine keluar dari rumah Keluarga Geo tergesa-gesa. Hanya Aether dan Keqing yang melihatnya pergi, sisanya masih menemani Ningguang di ruang utama.

Ningguang sudah memutuskan untuk menguburkan sang ibu di pekarangan rumahnya, mengingat mereka harus tetap bersama agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan akibat ulah Il Dottore.

“Aether, adik kamu mana? Ibu ada urusan dengannya dan Childe,” tanya Ningguang setelah matanya tertuju pada wajah khawatir Aether.

“Lu-Lumine pergi nyusul Childe, katanya dia kecelakaan,” jawab Aether pasrah.

Kini emosi Ningguang mulai naik kembali, rasanya ingin membiarkan pasangan itu mati di luar sana namun hati nuraninya melarang untuk berpikir seperti itu.

“Kenapa gak kamu tahan, Nak?!” sentak Ningguang kesal.

Aether hanya menunduk, ia tidak bisa menahan Lumine lebih keras lagi. Yang bisa ia lakukan hanyalah berdoa agar Lumine baik-baik saja selama perjalanan menuju rumah sakit.

**

Mona, Scaramouche dan Yun Jin telah tiba di Snezhnaya. Barikade penutup akses keluar-masuk wilayah itu sudah dibuka. Hal itu justru membuat Scaramouche terus mengumpat tanpa lagi memperhatikan Yun Jin yang kerap meniru umpatannya.

“Scara! Tenang! Ada anak kecil di sini,” dengus Mona yang ikut kesal karena tingkah Scaramouche.

“DIEM LO! LO JUGA, BOCIL! BAWA SIAL AJA!” bentak Scaramouche tak kalah keras.

Jika wilayah Snezhnaya telah dibuka, itu berarti Il Dottore memang tidak ada di Snezhnaya. Scaramouche merasa waktunya terbuang sia-sia, lelaki bersurai ungu itu tidak bisa berpikir jernih lagi. Rasanya ia ingin mengobrak-abrik Snezhnaya, namun itu semua tidak akan mungkin.

Yun Jin yang terlihat ketakutan setelah dibentak oleh Scaramouche terpikirkan sesuatu. Ia selalu melakukan ini setiap Sara sedang dongkol karena sesuatu.

“Apa-apaan ini?!” sentak Scaramouche setelah Yun Jin mengelus bagian belakang lehernya dengan lembut.

“Biasanya Yuyun giniin Mama kalau lagi marah,” jawab Yun Jin polos.

Setelah mendengarkan penjelasan Yun Jin, rona wajah Scaramouche berubah. Ia terlihat sedang tersipu malu, hal ini jelas ditangkap oleh Mona yang sudah terkekeh melihat tingkah calon suaminya tersebut.

“Bisa diam gak, sih?!” runtuk Scaramouche kepada Mona.

Tak sadar bahwa perkataan Scaramouche bukan untuknya, membuat Yun Jin melepaskan tangannya dan berhenti mengelus leher lelaki bersurai ungu tersebut.

“HEH?! Lo ngapain?!” tegas Scaramouche.

“Katanya diam?” balas Yun Jin cemberut.

“Bukan lo, Cil. Itu si Mona, kalau lo lanjut aja,”

Scaramouche kembali mengambil tangan Yun Jin dan meletakkannya di belakang leher lelaki itu. Tanpa sadar, garis bibir Scaramouche naik perlahan. Mona terus menerus memandangi wajah calon suaminya itu dengan senyum yang tak kalah lebarnya.

“Apaan lo?” tanya Scaramouche dengan sinisnya.

Mona menggeleng, lalu ikut mengelus lembut punggung tangan Scaramouche.

“Segalak-galaknya kamu sama aku dan Yun Jin, kamu tetap laki-laki polos, ya!” ledek Mona.

Lagi-lagi Scaramouche mengamuk setelah mendengarkan perkataan Mona. Yun Jin terus mengekori Scaramouche yang sedang mengejar Mona, tangannya tak dapat menggapai leher lelaki bersurai ungu itu kalau posisinya sedang tidak duduk.

Tangan Mona berhasil diraih oleh Scaramouche, ia memaksa tubuh gadis itu untuk menghadapnya. Netra mereka kembali bertemu, namun kali ini percikan api asrama benar-benar terasa oleh mereka berdua.

Mona memaksa menelan ludahnya beberapa kali, raut wajah Scaramouche begitu mengerikan dan menggairahkan di saat yang bersamaan. Gadis itu menutup matanya perlahan, melihat Mona yang sudah menutup matanya membuat Scaramouche terkekeh pelan.

Ia menjentikkan jari telunjuknya ke dahi Mona, membuat gadis itu meringis kesakitan.

“Sakit, woy!” bentak Mona keras.

“Lo gak bisa seenaknya ngasih kode murahan kayak gitu, Mona. Lo pikir gue siapa?”

Mona mendengus kesal, ia berbalik arah dan menarik lengan mungil Yun Jin dan pergi menuju mobil sedan ungu yang sudah terparkir rapi di dekat penginapan.

Scaramouche tertawa terbahak-bahak melihat sikap Mona yang dinilai menggemaskan baginya. Lelaki itu bergerak menyusul Mona dan Yun Jin lalu berteriak di antara puluhan orang yang sedang lalu lalang di jalan utama Snezhnaya.

“MONA MEGISTUS!”

Tak menghiraukan perkataan Scaramouche, Mona terus menggenggam lengan Yun Jin menjauh dari orang gila itu.

“MENIKAHLAH DENGANKU!”

Mona bergidik, baru kali ini ia mendengar kalimat positif yang keluar dari mulut Scaramouche. Ketika ia membalikkan badannya, Scaramouche sudah berada tepat di depannya.

“A-apa lo bilang?” tanya Mona ragu.

Yun Jin hanya terkekeh setelah mendongak ke arah Mona, wajah gadis itu merah pekat. Ia benar-benar tak menyangka bahwa Scaramouche akan mengatakan hal seperti itu di depan umum.

“Ya, menikahlah denganku. Jangan pergi dariku, dan tetaplah menjadi pasanganku sampai mati,”

Walaupun terdengar aneh di telinganya, mata Mona berkaca-kaca di setiap kata yang diucapkan oleh Scaramouche. Lelaki bersurai ungu itu tersenyum, kali ini senyumnya tulus.

Sadar bahwa yang ia lihat tidak akan pantas di matanya, Yun Jin langsung memalingkan wajahnya dari Mona dan Scaramouche. Gadis kecil itu terus menendang-nendang salju hingga menumpuk.

Melihat Scaramouche yang sudah mendekatkan wajahnya, otomatis membuat Mona menutup mata untuk kedua kalinya.

Namun, sifat jahilnya Scaramouche memang tak pernah bisa hilang. Ia menjentikkan jari tengahnya ke dahi Mona.

“ADUH! SAK—”

Belum sempat ia meruntuk karena Scaramouche, bibirnya sudah dikunci oleh Scaramouche. Mata Mona terbelalak karena serangan mendadak itu, tangannya tak kuat untuk melepaskan pegangan dari Scaramouche.

“Sekarang udah yakin?” tanya Scaramouche lembut.

Mona hanya menganggukkan kepalanya, matanya belum terbuka sepenuhnya. Tubuhnya masih melayang karena serangan mendadak barusan. Scaramouche memang benar-benar tidak bisa ditebak.

“Tolol,” ujar Scaramouche pelan.

Ia menarik lengan Mona dan Yun Jin menuju mobilnya. Rencananya untuk mencari Il Dottore tidak boleh tertunda lagi, lelaki bersurai ungu itu harus menemukan saudaranya lebih dulu dari siapa pun.

“Tadi kamu ngomong apa sebelum masuk ke mobil?” tanya Mona setelah menutup pintu mobil sedan ungu tersebut.

“Gue? Ngomong tolol. Kenapa emang?”

“Itu untuk siapa?”

Scaramouche kembali terkekeh setelah mendengarkan pertanyaan polosnya Mona.

“Mona, sadar gak, sih? Lo itu bisa jadi tolol sekaligus menggemaskan?”

Gadis bersurai hitam panjang itu tak bisa lagi mencerna seluruh perkataan Scaramouche, ia masih mengawang-awang karena ciuman pertamanya tadi.

“E-emang aku menggemaskan?” tanya Mona malu-malu.

“Dan tolol!” balas Scaramouche keras.

“Ber-berarti kamu suka cewek yang menggemaskan kayak aku?” lanjut Mona tak ada habisnya.

“Ya, apalagi kalau dia tololnya sama kayak lo,”

Mona tersenyum lebar setelah mendengar kata pertama yang keluar dari mulut Scaramouche, selebihnya ia tak peduli lagi. Gadis itu benar-benar tersihir oleh karisma Scaramouche.

“Om? Kita mau ke mana?” tanya Yun Jin dari kursi belakang.

“Kita ke Inazuma,” balas Scaramouche singkat.

“Jauh banget?” timpal Mona yang sudah sedikit sadar.

“Lo diam aja, gue lagi ngomong sama Yun Jin,”

“Pokoknya kita ke Inazuma, gue mau cari tahu sesuatu tentang Celestia dari Inazuma,”

Belum sempat mobilnya berjalan keluar dari parkiran, awan hitam nan pekat sudah menutupi langit cerahnya Snezhnaya. Garis bibir Scaramouche terangkat, ia langsung keluar dari mobil dan menyusul awan hitam itu ke bagian yang paling pekat.

“Kalian di sana aja!” perintah Scaramouche.

Yun Jin dan Mona hanya bisa melihat kepergian Scaramouche, entah apa yang ada di pikiran lelaki bersurai ungu itu. Tak ada yang tahu.

**

Dainsleif kembali tiba di Teapod Residence, ia masih tak menyangka bahwa Zhongli masih hidup. Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya, namun ia harus menanyakan langsung kepada orang yang bersangkutan.

Hanya rumah Keluarga Geo yang terlihat ramai, namun saat kakinya hendak melangkah masuk ke area perumahan, ia dihentikan oleh unit penjagaan di sana.

“Ada urusan apa ke sini?” tanya salah satu petugas dengan senjata lengkap.

“Saya mau bertemu Zhongli,” jawab Dainsleif singkat.

Lengannya ditahan saat ia memaksa untuk masuk, karena sabarnya telah habis, kepala Dainsleif ditodong oleh senjata petugas unit penjagaan Teapod Residence.

“JANGAN BERGERAK! TIDAK ADA YANG BOLEH MASUK KE AREA PERUMAHAN SELAIN PENGHUNI DI SINI!”

“Biarkan dia masuk, dia bersama saya,” ujar Shenhe yang baru saja tiba di Teapod Residence.

“Ah... benarkah? Baik, Bu.”

Dainsleif telah dilepaskan, namun Shenhe terus berjalan masuk tanpa berbicara satu patah kata pun ke lelaki bersurai pirang tersebut.

“Tak perlu berterima kasih,” potong Shenhe saat Dainsleif baru saja membuka mulutnya.

“Dan jangan berbicara dengan saya,” lanjut Shenhe tegas.

Langkah kaki Dainsleif terhenti, tiba-tiba aura yang dipancarkan oleh Shenhe tak bisa ditahan olehnya.

Dia siapa? gumam Dainsleif dalam hati.

Setelah tiba di rumah Keluarga Geo, Dainsleif menghadap Ningguang. Raut wajah perempuan paruh baya itu terlihat aneh karena mengira Dainsleif seumuran dengan Zhongli.

“Saya langsung saja, Bu. Setelah Raiden Ei menyuruh saya untuk bertemu dengan Zhongli, jujur saya terkejut. Saya selalu mengira bahwa Zhongli telah mati saat Archon War,”

Ningguang tersenyum getir, jangan sampai ia naik emosi karena perkataan orang yang baru saja ia temui itu.

“Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu, Nak?” tanya Ningguang sedikit menekan suaranya karena kesal.

“Karena saat Istana Celestia Agung telah hancur, Bunda Tsaritsa tersenyum puas, ia bangga telah berhasil membunuh sang Archon Liyue,”

“A-apa maksudmu? Tsaritsa telah mati dibunuh oleh Mas Zhongli!” bantah Ningguang tak percaya.

Dainsleif menggelengkan kepalanya, tatapannya begitu tajam hingga menusuk netra milik Ningguang.

“Bunda Tsaritsa masih ada, Bu.”