ismura

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Ending Chapter 3 (Pengkhianatan)

Signora masih terbaring di rumah sakit, walaupun dokter sudah mengizinkannya untuk pulang, ia masih belum beranjak dari ranjangnya. Ia masih termenung sembari menatap ke arah lampu yang sudah tidak terang lagi di netranya.

Kenapa kamu masih hidup, Dottore?

Kilas balik saat badai salju di Snezhnaya

La Signora masih sibuk membereskan berkas-berkasnya, kini seluruh jalanan Snezhnaya sudah ditutupi oleh salju. Nama Harbringers baru saja dikenal oleh masyarakat Teyvat, mereka adalah pionir bagi masyarakat Snezhnaya dalam bidang bisnis.

Awalnya Signora membangun Fatui Harbringers yang memang fokus di bidang jasa, bahasa kasarnya mereka adalah pekerja serabutan yang direkrut untuk melakukan pekerjaan kotor pemerintah yang ingin membasmi anti pemerintah di Snezhnaya.

Upah yang diberikan oleh pemerintah tidak main-main, berhasil membunuh serta menghilangkan jasad targetnya saja sudah dihadiahi uang yang jumlahnya bisa untuk membeli satu hektar tanah. Namun sepanjang perjalanan Signora sebagai pemimpin di Fatui Harbringers, ia ingin menggunakan uang sisa dari pekerjaan lamanya yaitu sebagai akuntan dan upahnya di Fatui Harbringers untuk meneruskan mimpinya sebagai seorang desainer.

“Terlalu banyak yang harus dibawa seorang diri!” runtuk gadis itu kesal.

La Signora masih memikirkan cara untuk membuat banyak dokumen penting Fatui Harbringers, mengingat banyaknya rahasia pemerintah di sana, membuat gadis bersurai pirang itu takut untuk salah langkah.

Terdengar suara hentak kaki dari luar ruang kerja Signora di kantor Harbringers, lelaki bersurai biru muda itu datang dengan wajah yang panik.

“Signora! Semua akses keluar dari Snezhnaya sudah ditutup! Kita harus tetap di sini sampai ada pemberitahuan lebih lanjut dari pusat,” ujar Il Dottore dengan nada sedikit keras.

“Apa?! Ta-tapi Tartaglia dan Kunikuzushi—”

“Mereka di tempat yang aman, aku baru saja menghampiri mereka. Tenang saja, mereka sudah kuberikan bekal yang cukup untuk bertahan sampai badai ini selesai,”

Mendengar penjelasan Il Dottore membuat rasa sesak di dada Signora sedikit lega, gadis itu sangat mempercayainya, sehingga tidak ada keraguan sedikit pun dari apa pun yang keluar dari mulutnya.

Signora menghempaskan badannya di kursi kerjanya, badai salju kali ini belum pernah terjadi sejak lama, ini juga pertama kalinya bagi Signora menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi kedua adiknya semenjak Il Dottore bekerja di Mondstadt. Mereka jarang bertemu, namun di saat keluarga mereka bisa bersama, bencana besar justru terjadi.

“Jadi ini saja yang mau diselamatkan? Apa ada lagi?” tanya Il Dottore penasaran.

Signora tak menghiraukan kakaknya yang sedang membuka-buka dokumen rahasia itu, mereka adalah Harbringers, keluarga tidak akan pernah berkhianat.

“Masih banyak, tapi itu yang benar-benar harus dibawa,”

Pria bersurai biru muda itu berhenti di satu dokumen yang menurutnya janggal, ada banyak hal aneh saat ia membaca kata demi kata yang tertulis di sana.

“Dek?”

Signora menoleh ke arah Il Dottore tanpa tenaga.

“Kamu beneran melakukan ini?”

Gadis itu beranjak dari kursinya dan berjalan mendekati Il Dottore.

“Apaan? Yang jelas seluruh dokumen itu sudah kukerja—”

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Il Dottore langsung membanting dokumen yang ada di tangannya. La Signora terkejut bukan main karena ini kali pertama gadis itu melihat Il Dottore murka.

“Snezhnaya tidak bisa dijual! Ini tempat lahir kita, Dek!” bentak Il Dottore kesal.

Foto yang terselip di dalam amplop coklat itu tak sengaja keluar, terdapat gambar lelaki bersurai hijau panjang dengan senyum tipisnya menghiasi foto tersebut.

“A-aku hanya melaksanakan tugasku, Kak!” balas Signora tak mau kalah.

“KENAPA KAMU JUAL SNEZHNAYA UNTUK DIJADIKAN TEMPAT EKSPERIMEN DOKTER MAGANG DARI LIYUE ITU?!”

Sekilas terlihat air mata yang berlinang di wajah Il Dottore, ia adalah dokter umum di Mondstadt. Setelah gagal mendapatkan tempat sebagai dokter spesialis karena Baizhu, pria bersurai biru muda itu menyimpan dendam kesumat kepadanya.

“K-Kak?” ujar La Signora terbata-bata.

“Sehina itu? SEHINA ITU TEMPAT KELAHIRAN KITA?!”

Signora tak bisa lagi berkata-kata, apa pun yang ia lakukan di masa lalu tidak akan bisa diubah. Pemerintah Snezhnaya benar-benar mempercayakan La Signora untuk melobi pelaksana pemerintah sementara Liyue, Madame Ping, agar membeli seluruh wilayah yang terletak di ujung Teyvat itu untuk kepentingan eksperimen milik Baizhu.

Il Dottore yang sudah terlanjur geram langsung membuka paksa dokumen-dokumen lain untuk mendapatkan informasi lebih tentang kelicikan pemerintah.

“Kak! Udah! Maafin a—”

“DIAM!”

Kini Il Dottore terduduk setelah melihat namanya sendiri di bagian depan amplop coklat.

Signora menutup wajahnya karena malu, ia lupa memusnahkan dokumen itu sejak awal. Namun gadis berusia 18 tahun itu tidak bisa menghalau kakaknya yang masih membaca isi surat tersebut.

HASIL AKHIR UJIAN TERTULIS DOKTER SPESIALIS BEDAH TEYVAT

IL DOTTORE 95,7

BAIZHU 92

Il Dottore meremas kertas hasil ujian yang menentukan posisinya sebagai dokter spesialis bedah. Wajahnya merah padam karena menahan emosi, setelah mengetahui bahwa adiknya adalah seorang pengkhianat, pria bersurai biru muda itu beranjak pergi meninggalkan La Signora.

“Signora, jangan sampai Ajax dan Scaramouche tahu tentang hal ini, cukup kita berdua saja,”

Gadis itu menangis setelah mendengarkan pesan terakhir Il Dottore.

“Oh, iya. Satu hal lagi,”

“Saat aku kembali lagi, aku akan menghancurkan semua yang telah kamu buat dari nol,”

**

La Signora menoleh ke arah pintu ruang rawatnya yang baru saja terbuka, ada beberapa petugas dengan tanda pengenal dari Badan Rehabilitasi Jiwa Snezhnaya.

“Selamat malam, Ibu Signora.”

“Ya? Ada apa?”

“Setelah mendalami kasus yang dialami oleh Ibu Signora, kami memutuskan untuk memindahkan Ibu ke tempat yang lebih baik di Snezhnaya,” ujar salah satu petugas.

Perempuan itu tidak terima dengan perkataan petugas tersebut, namun mereka langsung mengikat tangan dan kakinya dan membawa ranjangnya keluar dari ruangan.

Suara teriakan Signora tidak dihiraukan oleh siapa pun di sana, ia melihat sebuah tanda yang familiar di belakang leher mereka. Lambang Fatui Harbringers yang sudah diberi tanda pisau, bukti bahwa organisasi itu telah hancur.

Kini Netra Signora teruju pada satu orang, Il Dottore berdiri sambil tersenyum di ujung lorong rumah sakit. Pria bersurai biru muda itu mengangkat jari tengahnya, sambil mengatakan sesuatu yang sudah tak jelas lagi di matanya.

“BANGSAAAAATTTTT!!!” teriak Signora dengan lantang.

Good job, my friends from Underworlds,

Setelah Harbringers pindah tangan ke Il Dottore, ia langsung mengubah identitas organisasinya menjadi The Underworlds, seluruh karyawan lama Signora langsung loyal kepada Il Dottore entah kenapa. Pria itu telah berhasil membalikkan keadaan.

**

Zhongli tiba di pintu gerbang Celestia Fontaine, terdapat air mancur yang terlihat megah dari sisi mana pun. Pria paruh baya itu menunggu seseorang di sana, orang penting dari Fontaine.

“Halo, Archon!” sapa gadis bersurai krem itu dari kejauhan.

Zhongli hanya tersenyum tipis menjawab sapaan Lynette, salah satu Celestia dari Fontaine. Gadis itu menunduk seraya memberikan salam setelah mereka tiba di depan Zhongli.

“Ada perlu apa, nih?” tanya Lynette tersenyum.

“Saya butuh informasi tentang orang yang kamu lepaskan dari neraka,” jawab Zhongli serius.

Gadis itu terkekeh melihat wajah serius sang Archon dari Liyue, aura yang dipancarkan oleh Zhongli sama sekali tidak memengaruhi mentalnya. Lynette masih berdiri tegak dengan senyum manisnya.

“Kau datang ke tempat yang salah, Tuan.”

Seketika puluhan pasukan bertameng kaca mengelilingi Zhongli dan Lynette, dengan peralatan lengkap mereka siap menghajar Zhongli jika pria itu bermain-main dengan Celestia dari Fontaine tersebut.

“Kamu tahu sendiri, kan? Kalau saya sendiri cukup untuk menghabisi seluruh Fontaine?” ujar Zhongli dengan suara beratnya.

Lynette tersenyum getir, di dalam hatinya ia sadar betul bahwa orang yang ada di depannya bukanlah orang yang sembarangan. Namun harga diri Fontaine ada di tangannya, ia tak perlu bantuan saudara kembarnya untuk menangani sesepuh Teyvat tersebut.

“Saya tahu pasti akan hal itu, namun janganlah menjadi pemantik Archon War seperti Tsaritsa di masa lalu,” jawab Lynette sinis.

“Semua cara akan kulakukan untuk mendapatkan kembali cucuku,”

Zhongli dan Lynette saling melempar tatapan tajam, belum ada yang bergerak, namun aura yang dipancarkan oleh mereka berdua bisa membuat puluhan pasukan Fontaine bergidik.

Menyadari bahwa pasukannya sudah tak bernyali membuat Lynette memalingkan wajahnya dari Zhongli.

“Asal kau tahu, Il Dottore tidak mengincar bocah ingusan,” ujar Lynette kesal.

“Asal kamu tahu, saya memiliki 9 cara untuk membunuhmu dengan tangan kosong,” balas Zhongli tersenyum.

-to be continued

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 3.2 (Pengkhianatan)

Fischl duduk termenung di depan halte bis dekat rumah sakit, gadis itu menunggu Bennett yang sudah berjanji akan menjemputnya. Kekasihnya sering tertimpa sial, hari ini saja ia sudah ditilang lebih dari enam kali, entah ia dibodoh-bodohi atau memang dia laki-laki paling sial di dunia.

“Mami...” gumam Fischl pelan.

Ibunya masih berada di pusat rehabilitasi jiwa di Snezhnaya, sudah 5 tahun lebih Mariane menjalani rehabilitasi. Walaupun sempat membaik, keadaannya kini semakin buruk, nama Oldenburg tidak bisa luput dari ingatannya.

Kekuatan Fischl adalah manipulasi suara, apa pun yang ia katakan dalam hati bisa di dengar oleh orang lain jika ia menginginkannya. Saat disudutkan oleh Baizhu beberapa jam yang lalu adalah kali pertama kekuatan Fischl muncul, namun gadis itu tidak tahu apa-apa tentang apa yang sudah terjadi.

“Icel!” sapa Bennett dari kejauhan, wajahnya terlihat lelah karena sejak tadi selalu ketiban sial.

Fischl hanya melirik sebentar ke arah kekasihnya, hatinya sedang tak karuan, akan berbahaya jika ia mengatakan sesuatu di luar kehendaknya.

“Maafin Benny, ya! Benar-benar sial hari ini, Cel.” ujar Bennett setelah duduk di samping kekasihnya.

“Iya, gak apa-apa,” balas Fischl pelan.

Bennett tahu apa yang terjadi pada Fischl, ia langsung merangkulnya dan meletakkan kepala Fischl di pundaknya.

“Benny belum tahu apa yang terjadi sama Icel karena Icel sendiri belum cerita, tapi Benny selalu siap untuk menjadi pendengar setia untuk kamu, Cel.”

Fischl tersenyum tipis setelah mendengarkan ucapan Bennett, namun hati dan raganya sudah terlanjur lelah. Kehadiran Baizhu membuatnya benar-benar khawatir akan terjadi sesuatu yang lebih mengerikan lagi dari kejadian tadi.

“Benny?” ujar Fischl lembut.

Bennett menoleh ke arah gadis yang masih terbuai dalam lamunannya tersebut.

“Ya, Sayang?”

“Kamu sayang sama aku?”

“Tentu saja!” balas Bennett tersenyum.

Melihat raut wajah Bennett membuat Fischl sedikit tenang, namun hatinya masih belum pulih sepenuhnya.

“Benar-benar sayang?”

Bennett mengangguk tegas, ia yakin dengan jawabannya sejak lama.

“Kalau aku pergi? Apakah kamu masih menyayangiku?”

Merasa ada yang berbeda dari kekasihnya, Bennett langsung memeluk tubuh kekasihnya itu dengan erat.

“Sejauh apa pun kamu pergi, bahkan ke dunia lain pun, aku akan tetap sayang sama kamu,” balas Bennett dalam pelukannya.

Fischl menitikkan air matanya, apa yang dikatakan oleh kekasihnya terasa sungguh nyata. Ia benar-benar tak bisa melepaskan Bennett, apa pun yang terjadi.

But,” ucap Fischl ragu.

Why, Honey?” balas Bennett yang masih nyaman dalam pelukannya.

Fischl melepaskan pelukan Bennett dan menatapnya dalam-dalam, netra mereka seakan berbicara, namun ungkapannya berbeda.

Sometimes, goodbye is the purest form of I love you, did you know that?

Bennett terkejut setelah mendengarkan perkataan kekasihnya, gadis bersurai pirang itu menangis namun tidak berhenti tersenyum.

What do you mean?

You know that I love you so much, right?

Bennett mengangguk pelan.

That's why, we should break up,

Fischl mengecup kening Bennett dengan lembut, lalu berdiri dan pamit dari hadapannya. Senyuman terakhir Fischl tidak dapat ditebak oleh Bennett, ia tidak merasa bahwa perasaan Fischl telah habis padanya. Namun, lelaki itu tetap tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

Bennett menahan lengan Fischl, ia belum bisa menerima keputusan sepihak yang diucapkan oleh Fischl.

“Kamu kenapa, Cel?” tanya Bennett khawatir.

If you really love me, you should let me go, Benny.

Can you at least tell me why?

It's better this way,

Goodbye, Benny.

Fischl melepaskan tangan Bennett dan pergi saat bis baru saja menepi di halte. Gadis itu meninggalkan kekasihnya dengan jutaan pertanyaan di kepalanya. Setelah duduk di kursi paling belakang, netra mereka kembali bertemu, ucapan selamat tinggalnya kini terasa nyata.

Bis itu melanjutkan perjalanannya, sementara Bennett masih terdiam di sana, menyaksikan kepergian kekasihnya membuat hatinya hancur tak bersisa. Tak ada lagi yang bisa keluar dari mulutnya, Bennett menangisi kepergian kekasihnya di bawah jutaan bintang di malam hari.

**

Xiao telah tiba di Liyue, melihat banyak jalanan yang sudah ditutup membuatnya yakin bahwa Il Dottore tidak ada di Snezhnaya. Intuisinya lah yang membantu lelaki bersurai hijau itu hingga bisa sampai di sini.

Banyak petugas kepolisian gabungan yang berjaga di sana, dari kejauhan pun ia bisa melihat Wanmin Restaurant sedang ramai namun bukan untuk makan malam.

Maaf, Xiangling.

Xiao meneruskan langkahnya menuju Pelabuhan Liyue, mencari informasi tentang pembunuh beragam wajah itu dari orang terpercayanya.

“HAH? Oom kira kami tahu di mana dia?” ujar Meng tak percaya.

“Gila ini manusia, kami aja baru pulang les tambahan di sekolah langsung dengar kabar kalau Chef Mao sudah tewas,” timpal Lulu yang tak kalah kesalnya dengan Xiao.

Raut wajah Xiao berubah pekat, dulu Itto sempat mengatakan bahwa orang-orang terpercaya di Liyue adalah Little Meng dan kawan-kawan. Kini ia merasa malu telah mengikuti saran dari mendiang abangnya tersebut.

“Padahal kalian orang terpercayanya Bang Itto,” gumam Xiao sembari mengelus dagunya, berpikir panjang untuk langkah selanjutnya.

Meng dan Lulu saling menatap, mendengar nama Itto membuat mereka sedikit yakin bahwa Xiao bukan orang asing yang meminta informasi.

“Oom kenal Kapten Itto?” tanya Lulu.

Xiao hanya mengangguk, lalu berbalik arah dan meninggalkan mereka berdua.

“Sebentar, Om!” sahut Meng setelah meyakinkan Lulu bahwa Xiao bukan orang yang berbahaya.

Xiao dibawa ke gedung kosong tempat Itto dan yang lainnya bermain, banyak gambar dan tulisan aneh yang tidak tahu dibuat oleh siapa.

“Tempat apa ini?” tanya Xiao tak percaya setelah membaca dengan benar tulisan yang ada di tembok besar yang mengelilingi gedung itu.

ITTO LOVE SARA! JANGAN DIHAPUZ!

Lulu terkekeh melihat raut wajah Xiao yang sudah menganga. Meng menyenggol lengan Xiao dan memberikan gulungan kertas yang ada di tangannya.

“Katanya ini warisan Kapten Itto, tapi kami gak pernah buka. Tanya aja si Lulu, ya, kan?” ujar Meng meyakinkan.

“I-iya! Kami gak pernah baca. Sumpah!” balas Lulu mengangkat kedua jarinya tanda bahwa sumpahnya itu nyata.

Walaupun Xiao tidak yakin bahwa mereka sudah membaca gulungan kertas peninggalan Itto, ia tidak sungkan mengambil gulungan kertas itu dan membukanya.

Namun, lelaki bersurai hijau itu merasa dihantui oleh kedua bocah Liyue yang sudah duduk di bangku SMA itu, matanya melirik ke isi gulungan kertas tersebut walaupun gelagatnya seperti orang yang tidak peduli.

“Kalian mau baca juga?” tanya Xiao datar.

“Eng-enggak! Oom baca aja! Kami gak boleh melanggar perintah Kapten Itto!” balas Lulu tegas, walaupun sebenarnya ia sangat penasaran dengan apa yang ada di gulungan kertas tersebut.

“Resep membuat Almond Tofu karya Arataki Itto?” ucap Xiao dengan nada sedikit kecewa.

Meng dan Lulu sontak tertawa mendengar ucapan Xiao, mereka ingat bahwa dulu Itto dan yang lainnya sempat adu kepandaian dalam memasak, kawanan Itto memaksa Chef Mao untuk menjadi jurinya saat itu, alhasil Itto dan kawan-kawan dihardik oleh koki nomor satu di Liyue tersebut.

“Kebalik berarti, Om!”

Mengingat Itto adalah orang yang sama jenakanya dengan Zhongli membuat Xiao tertawa setelah mendengar penjelasan dari anak buah Kapten Itto. Ia membalikkan gulungan kertas itu dan membaca apa yang ada di sana.

Untuk siapa pun yang membaca ini nantinya, tapi gue berharapnya Ayah yang bakal baca, tapi kalau bukan Ayah, ya udah yang lain juga gak apa-apa.

Dulu ada yang sempat membicarakan Noelle, mutiara dari keluarga kami. Mereka bukanlah Fatui Harbringers yang sering dibicarakan oleh orang-orang. Noelle adalah adik perempuan satu-satunya yang sangat kusayangi, namun adikku hanya tahu sampai di bagian 'adik perempuan satu-satunya' saja.

Semenjak Tsaritsa dibunuh oleh Ayah Zhongli beberapa tahun yang lalu, mengundang banyak kebencian kepada Keluarga Geo. Dan aku, sebagai satu-satunya orang yang mengetahui hal ini harus menghentikan garis kebencian dari warga Teyvat.

Tidak sedikit orang yang masih berharap besar kepada Celestia Kuno, orang-orang yang telah membantu Tuhan untuk menghidupkan Teyvat. Walaupun masih banyak Celestia Kuno yang bertebaran di seluruh negeri ini, Tsaritsa adalah orang yang paling mereka puja. Setelah Istana Agung Celestia hancur karena kekalahan Tsaritsa, orang-orang mulai mencari anggota keluarga kami untuk dibasmi, namun kekuatan mereka tidak sekuat Kapten Itto yang sudah menjaga Keluarga Geo selama bertahun-tahun. He-he-he! Ketawa dulu boleh kali?

Ada tiga Celestia Kuno yang berhasil aku ketahui sampai saat aku menulis surat ini, mereka adalah tetanggaku, Aether dan Lumine. Satu Celestia Kuno lagi berada di Inazuma, putri pemilik Sangonomiya Enterprise yang bernama Sangonomiya Kokomi. Setelah berbulan-bulan pergi mengelilingi Teyvat, akhirnya aku mendapatkan informasi sedikit tentang Celestia Kuno selain yang ada di buku sejarah.

Berbeda dengan Celestia biasa, Celestia Kuno tidak memiliki kekuatan supernatural. Dulu aku memiliki kekasih seorang Celestia, ia sempat menceritakan kepadaku bahwa ia bisa mengendalikan cuaca khusus di wilayahnya, namun sampai saat ini aku tidak pernah melihat kekuatan milik Ei.

Dari beberapa sejarawan juga aku mengetahui, bahwa Celestia Kuno dulunya mengangkat para Celestia untuk menjadi pelindung. Orang-orang yang diangkat oleh para Celestia Kuno berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan kekuatan milik mereka sendiri untuk melindungi orang nomor satu di bumi.

Musnahnya Celestia Kuno akan membawa petaka untuk Teyvat, namun mirisnya mereka tidak berani mengungkap identitasnya setelah kematian Tsaritsa, karena bagi mereka keturunan Tsaritsa adalah sebuah aib sepanjang hayatnya.

Orang-orang Snezhnaya adalah pembenci nomor satu Tsaritsa, karena wilayah itu adalah tempat pertama yang dihancurkan oleh Ayah Zhongli pasca kematian Tsaritsa. Munculnya Harbringers membuatku sedikit khawatir saat itu, karena mereka adalah keturunan Snezhnaya yang berani terang-terangan menunjukkan identitasnya. Mereka adalah La Signora, Scaramouche dan Ajax. Tapi sebenarnya Harbringers bukan hanya mereka bertiga, namun aku hanya berhasil mendapatkan satu nama. Orang itu sedang mendekam di Fontaine, penjara paling kejam di Teyvat, pembunuh berdarah dingin dengan beragam wajah bernama Il Dottore.

Sampai saat ini aku masih menunggu kehadiran Il Dottore, kalau saja ia berhasil keluar dari Fontaine. Ia akan menjadi lawan terakhirku nantinya, setelah itu kalau aku mati pun aku sudah rela jika telah berhasil membunuhnya. Semoga aku bisa menyelesaikan misi terakhirku tanpa halangan dan rintangan, menulis ini membuatku semakin antusias! Aku benar-benar gak sabar menunggu hari bersejarah itu!

Satu lagi, tolong jaga harta paling berharga milikku yang telah kutitipkan kepada Kujou Sara. Dia adalah harapanku, dan selamanya akan menjadi alasanku untuk tetap hidup di Teyvat.

P.S.: Makanan di Wanmin hari ini kurang garam, tolong bilang sama Chef Mao kalau masak jangan sambil melamun!

Dengan bangga dan penuh cinta, Arataki Itto.

Tak terasa, air mata Xiao mengalir tanpa ia minta. Kini ia benar-benar paham alasan Itto selalu menggila dan dianggap membuat onar bagi sebagian orang. Kini Xiao mulai yakin kenapa Zhongli menitipkan tombak saktinya untuk lelaki bersurai hijau tersebut. Ia adalah orang yang dipercaya oleh Zhongli setelah Itto.

Tak lama setelah Xiao menggulung kembali gulungan kertas itu, Lulu datang membawa topeng iblis milik Itto yang selalu ia pakai saat menghibur anak-anak di Liyue.

“Ini, Om.” ujar Lulu tersenyum.

Xiao mengambil topeng iblis milik Itto dan menyangkutkan benda itu di belakang kepalanya.

“Terima kasih, Lulu dan Meng.”

Setelah keluar dari gedung rahasia Itto, Xiao melanjutkan perjalanannya mencari Il Dottore. Namun langkahnya terhenti saat Hu Tao, Xingqiu dan Xiangling sedang berjalan membawa abu Chef Mao untuk 'dibebaskan'.

“Xiao?” panggil Xiangling gugup.

Xiao hanya melemparkan senyumnya ke arah Xiangling, lalu pergi meninggalkannya dari arah yang berlawanan.

Aku tak berharap kamu mengerti dengan keputusan ini. Tunggu aku, tunggu aku sampai menyelesaikan semua ini, Aling.

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 3.1 (Pengkhianatan) trigger: murder, mutilation, blood, characters death

Selama perjalanan menuju Snezhnaya, Xiao terlihat gusar. Zhongli menyadari tingkah laku anak angkatnya yang sudah berbeda dari biasanya, melihat Xiao terus menerus melihat ponselnya membuat pria itu tersenyum tipis.

“Ada apa dengan Xiangling?” tanya Zhongli lembut.

Xiao terkejut mendengar pertanyaan ayahnya, namun ia masih berusaha untuk menyembunyikan perasaannya seperti biasa.

“Bukan apa-apa,” jawab Xiao singkat.

Zhongli tentu tahu bahwa Xiao memang seperti ini dari dulu, hidup tanpa orang tua sejak kecil membuat lelaki bersurai hijau itu sangat tertutup.

“Pergilah, temui kekasihmu, Alatus.”

“Tidak, aku sudah berjanji untuk menemanimu,” jawab Xiao dengan cepat.

Xiao kembali melirik ponselnya, mengetahui bahwa Chef Mao telah meninggal semakin membuatnya khawatir. Ia tidak bisa pergi ke Wanmin begitu saja karena sudah berjanji akan menemani Zhongli.

“Tidak apa-apa, saya bisa pergi menuju Snezhnaya sendiri,”

Xiao menundukkan pandangannya ke jalan, ia tidak bisa memilih. Hatinya ingin terus menemani Xiangling, sementara otaknya meminta untuk terus bersama Zhongli.

“Kalaupun saya pergi menemui Xiangling, saya akan mencari Il Dottore dan membunuhnya,” jawab Xiao pelan.

“Itu keputusanmu, saya tidak pernah melarang semua keputusan yang sudah atau akan kamu ambil, kalau hatimu mengatakan untuk pergi menemui Xiangling, silakan ikuti kata hatimu, Alatus.” balas Zhongli dengan suara yang berat.

Xiao berhenti sejenak, kini hati dan pikirannya sudah mulai selaras. Lelaki bersurai hijau itu harus menemui Xiangling.

“Baik, Yah. Aku akan pergi ke Liyue,”

Zhongli tersenyum melihat Xiao sudah bisa memutuskan keinginannya, ia mendekati anaknya dan memberikan tombak sakti yang selalu menemani perjalanan Zhongli selama berpuluh tahun.

“Kenapa tombak ini diberikan kepada saya?”

“Musuhmu bukanlah orang yang mudah ditebak, saya tidak bisa wariskan ini ke Itto, dan kamu satu-satunya orang yang bisa menggunakan senjata ini untuk kebaikan,”

Xiao menerima tombak milik Zhongli dengan berat hati, beban yang secara langsung diberikan kepadanya sudah membuat tombak itu terasa berat di tangannya.

“Terima kasih, Yah.”

“Pergilah, saya akan baik-baik saja,”

**

Kaeya tiba di ruang rawat Rosaria tak lama setelah membalas pesan Eula, ia menugaskan bawahannya untuk menemui Kazuha di Inazuma.

Melihat Rosaria sedang tertidur dalam kondisi yang mengerikan itu membuat hati Kaeya seperti teriris oleh pisau yang paling tajam.

Rosa,

Pria itu duduk di samping Rosaria, terus memandangi wajah perempuan itu dengan tenang. Garis bibirnya terangkat setelah mengingat banyak kenangan bersama Rosaria di masa lalu.

Maafkan aku, Rosa. Aku tidak bisa lama-lama menemanimu,

Setelah berdoa untuknya, Kaeya beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan Rosaria yang masih tertidur di atas ranjang pasien.

Mata Rosaria terbuka setelah Kaeya menutup pintu ruang rawat, air matanya berlinang, sejak tadi ia sadar bahwa Kaeya ada di sampingnya. Melihat pria itu berdoa dengan tulus membuat hatinya terenyuh, namun ia terus menyadarkan dirinya bahwa Kaeya hanyalah masa lalu untuknya.

Kenapa sulit sekali melupakanmu, Kae?

**

Kazuha masih terus di samping Beidou, perempuan itu masih dalam efek bius dengan dosis sangat besar oleh dokter. Sambil menunggu kabar tentang transplantasi mata dari rumah sakit pusat, Beidou diminta untuk tetap tenang dan tidak merecoki semua ruangan yang ditempatinya, perempuan bersurai hitam itu sudah lebih dari 4 kali dipindahkan dari ruangannya. Kini mereka berada di ruangan khusus pasien yang memiliki penyakit keras, karena memang tidak ada lagi ruangan yang aman untuk Beidou.

Kita pasti bisa lalui ini semua, Mba.

Pintu ruang rawat Beidou bergeser, bawahan Kaeya dari Adventures Guild tiba memberikan informasi tentang Il Dottore. Telah diketahui bahwa Il Dottore adalah orang yang mencegah Kokomi agar tidak bisa bertemu dengan Beidou dan dirinya. Karena sebelum diculik, rekaman CCTV menunjukkan bahwa Kokomi ada di sana serta rekaman di ruang operasi juga menunjukkan semua aksi Il Dottore kepada Beidou.

“Anda diminta Ibu Eula untuk menyisir seluruh wilayah Inazuma, kami sudah menjaga seluruh area rumah sakit untuk menjaga Beidou,” ujar salah satu anggota Adventures Guild.

“Bagaimana dengan Sangonomiya Kokomi? Apakah ada kabar darinya?” Kazuha tidak memedulikan perintah Eula sama sekali, ia lebih khawatir dengan kekasihnya ketimbang tugas yang diberikan kepadanya.

“Sangonomiya Enterprise tidak mau kooperatif dengan kepolisian, ini yang membuat kita sulit untuk melacaknya,”

Kazuha berdeham, ia paham alasan Kokomi tidak ingin berbagi informasi dengan kepolisian. Semenjak ayahnya meninggal karena kecelakaan, dan hukum terasa tumpul bagi keluarganya, Sangonomiya Enterprise tidak pernah lagi berurusan dengan aparatur negara.

Namun di saat-saat seperti ini, ada baiknya mereka bekerja sama dengan kepolisian, ditambah lagi Adventures Guild dan Knight of Favonius adalah pasukan khusus untuk kejahatan berat.

“Baiklah, saya akan pergi setelah sepupu saya—”

“Pergilah, gue udah sadar dari tadi, Dek.” potong Beidou tegas.

“Ini tugas negara, lo harus kerahkan semuanya untuk negara ini,” lanjut Beidou.

Kazuha mendekati Beidou yang terlihat sudah lebih tenang dari sebelumnya.

“Obat bius dengan dosis apa pun tidak pernah membuat gue tertidur, gue sengaja menahan diri supaya gak ngamuk lagi. Gue sadar kalau semua yang gue lakukan ini gak akan membuat mata gue kembali,”

“Mba—”

“Maafin gue, Zuha. Lo gak harus ada menemani gue setiap saat, lagi pula gue aman bersama mereka,”

Air mata Kazuha menetes, semua yang diucapkan oleh Beidou begitu menusuk di hatinya. Ia tak tega meninggalkan sepupunya dalam keadaan seperti ini, namun tugas yang sedang diemban olehnya membuat Kazuha tidak bisa bersantai menemani saudaranya yang sedang sakit.

“Gue akan bunuh Il Dottore, gue janji,” ujar Kazuha serius.

Beidou hanya tersenyum mendengar janji dari adiknya. Sayang sekali ia tidak bisa melihat raut wajahnya lagi.

“Pergilah,”

Kazuha berserta anggotanya langsung keluar dari ruang rawat Beidou, menyisakan satu orang yang berjaga di sana.

“Hey, boleh minta tolong ambilkan ponsel gue di meja?”

“Baik, Bu.”

Dengan sigap petugas itu mengambilkan ponsel milik Beidou, setelah membuka kuncinya dengan fingerprint, perempuan bersurai hitam itu memintanya untuk menghubungi Ningguang.

Halo?

“Selamat malam, Ibu Ningguang. Ini saya Beidou,”

Ada apa?

“Apakah saya boleh meminta tolong?”

Cepat katakan permintaanmu, saya sudah terlalu muak mendengar suaramu,

Beidou tersenyum tipis setelah mendengarkan ucapan yang selalu menohok dari Ningguang.

“Ini informasi tentang Raiden Ei,”

Lanjutkan,

“Sekarang saya berada di Inazuma, sebelumnya apakah Ibu tahu apa yang dilakukan oleh Il Dottore kepada saya?”

Il Dottore? Jadi kamu adalah korban malpraktek yang dilakukan olehnya?

“Ya, mata saya dicongkel,”

Baik, jadi ada apa dengan Raiden Ei?

“Inazuma adalah wilayah dari kekuatannya, Il Dottore mungkin tidak akan kembali ke Inazuma untuk sekarang,”

“Selama saya menjaga lautan Teyvat, Raiden Ei selalu berkomunikasi dengan saya,”

“Raiden Ei memiliki koneksi dengan salah satu bawahan Tsaritsa, yang bernama Dainsleif. Saya minta tolong kepada Ibu, kalau Dainsleif datang menemui Ibu, percayakan semuanya kepada Dain,”

**

Shenhe dan Arataki Gang telah sampai di perbatasan antara Liyue dan Sumeru. Mereka istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya menuju Liyue.

Melihat perempuan bersurai putih itu tidak mengatakan apa pun selama perjalanan mereka, membuat salah satu dari Arataki Gang inisiatif untuk mengajaknya berbicara.

“Jangan bicara sama saya,” ujar Shenhe tegas.

Melihat sikap Shenhe justru membuat mereka jengkel, mereka mendiskusikan sesuatu tentang perjalanannya.

“Halo? Kenapa kalian ada di sini?” tanya seseorang yang sedang memetik bunga untuk kepentingan obat-obatan.

“Ah, kami menumpang istirahat di sini,”

Baizhu tersenyum, setelah bunga untuk ramuan obatnya dimasukkan ke dalam keranjang. Ia mengajak mereka semua untuk beristirahat di tempat pria itu bekerja.

“Di sini dingin, dan angin malam tidak baik untuk kesehatan kalian,” ujarnya sambil tersenyum.

Melihat senyum tulus Baizhu, membuat Arataki Gang langsung beranjak dan mengikuti Baizhu menuju tempat kerjanya.

Shenhe dibiarkan sendiri beristirahat di bawah pepohonan, sementara Arataki Gang yang sudah terlanjur kesal dengan sikapnya pergi bersama Baizhu.

“Maaf, ya, berantakan,” kata Baizhu yang langsung membereskan ruangan bekas amukannya tadi.

“Biar kami bantu bersih-bersih, Pak. Makin banyak tenaga makin cepat selesainya!”

Arataki Gang dengan sigap membersihkan ruangan tempat mereka istirahat tadi, dalam waktu beberapa menit saja ruangan itu sudah terlihat bersih dan rapi.

“Ayo ke ruangan yang lain, kita bersihkan semuanya!”

Saat mereka berjalan menuju pintu lain yang sedikit terbuka, Baizhu langsung menghadangnya.

“Untuk ruangan ini, tidak perlu dibersihkan, banyak bahan kimia yang tidak bisa kalian hirup sembarangan,” larang Baizhu kepada Arataki Gang.

“Gak apa-apa, Pak! Kami punya masker, kok! Ayo pakai maskernya!”

Melihat kawanan itu mengambil masker dari saku bajunya membuat Baizhu kesal, ia mengepalkan tangannya dengan kuat.

“Permisi, Pak.” ujar salah satu di antara mereka.

Baizhu menghela nafas setelah mereka masuk ke ruangan terakhirnya.

Mau gimana lagi?

Mata anggota geng Arataki terbelalak melihat tubuh manusia yang berada di dalam tabung tersebut, mereka sangat mengenali sosok itu.

“P-Pak?”

“Ada apa?” ujar Baizhu tersenyum.

“I-ini beneran?”

Mereka tidak menyadari bahwa ada sosok lain yang ada di ruangan tersebut, ia berbadan jangkung dan bersurai oranye.

“Kalau memang beneran, memangnya kenapa?” tanya Childe dengan suara beratnya.

“Hey! Kau siapa?!”

“Aku? Kau tak perlu tahu aku siapa,” balas Childe yang sudah memegang pedang miliknya.

Baizhu melemparkan senyumnya kepada Childe, begitu pun dengan lelaki bersurai oranye tersebut.

“Sisakan jantungnya untuk saya,”

“Dengan senang hati, Baizhu.”

Suara teriak dan erangan Arataki Gang tidak didengar oleh siapa pun, karena ruang rahasia milik Baizhu memiliki sistem khusus untuk menghalangi suara keluar dari tempat mereka berpijak.

Sambil tersenyum, Childe menghabisi nyawa Arataki Gang dalam sekejap, membelah dada mereka satu persatu dan mengambil jantungnya untuk keperluan medis Baizhu yang ada hubungannya dengan tabung berisi tubuh manusia itu.

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 3 (Pengkhianatan) trigger: bloods, gore, character death

Baizhu telah tiba di tempat rahasianya. Setelah gagal menculik Fischl, pria bersurai hijau itu mengobrak-abrik seisi ruangan yang menjadi tempat eksperimennya. Emosinya sudah tak bisa lagi ditahan, namun ia menyadari sesuatu, bahwa kekuatan Celestia milik Fischl adalah manipulasi suara walaupun belum diketahui bagaimana cara bekerjanya.

“Bisa-bisanya dia mempermainkanku!” bentak Baizhu keras.

Setelah puas merecoki ruangannya, Baizhu berjalan menuju pintu lain dari tempat rahasianya.

Di sana terdapat satu tabung yang berisi tubuh manusia, kulitnya pucat dan tidak ditutupi oleh benang sehelai pun.

“Sebentar lagi, tinggal sebentar lagi,” gumamnya pelan.

**

Tiga pria berbadan besar berlari menuju rumah duka setelah mendengar kabar bahwa Yun Jin telah menghilang sekitar 3 jam yang lalu. Mereka mengaku sebagai anggota dari Arataki Gang.

“Maafkan keterlambatan kami!” ujar salah satu dari ketiga orang tersebut.

Mereka langsung bersujud di depan Kujou Sara yang sedang kebingungan dengan apa yang terjadi.

Ningguang yang menyadari kehadiran mereka langsung menghampiri tiga orang itu dengan matanya yang bengkak.

“Kenapa kalian di sini? Bukankah dulu sudah saya bilang untuk tidak kembali lagi?” kata Ningguang dengan tegas.

Arataki Gang bergeming, mereka bertiga masih sujud di hadapan Kujou Sara.

“Angkat kepala kalian,” ujar Sara pelan.

Setelah mendapatkan perintah dari kekasih Itto, ketiga kepala yang tadinya berada di tanah, terangkat dengan menyisakan pasir di dahi mereka.

“Kami akan menemukan Tuan Putri! Ini titah dari Bos Itto!”

Sara menoleh ke arah Ningguang dan tersenyum, seperti mengisyaratkan bahwa mereka benar-benar tulus untuk membantu Keluarga Geo.

Sembari menggelengkan kepalanya Ningguang berkata, “Kami tidak memiliki petunjuk apa-apa,”

Merasa bersalah melihat kejadian yang ada di depan matanya sekarang membuat Shenhe ikut bersuara.

“Biarkan saya ikut dengan mereka bertiga,” kata perempuan bersurai putih itu.

“Hah? Apa maksudmu?” tanya Ningguang mengernyitkan alisnya.

Shenhe menunduk, lalu pergi meninggalkan Ningguang dan semua yang ada di rumah Keluarga Geo.

Melihat Shenhe beranjak pergi, langsung membuat kaki Arataki Gang bergerak menyusul perempuan yang belum pernah mereka kenali sebelumnya.

“Sebentar!” seru Kujou Sara.

Tiga kepala tadi berbalik arah, mereka duduk bersimpuh di depan Sara agar dapat mendengarkan perintah ibu dari anaknya Arataki Itto itu dengan jelas.

“Jangan ceroboh, walaupun kalian kuat, tetap gunakan otak kalian!” ujar Sara keras.

Garis bibir bawahan Itto mulai naik, mengiyakan ucapan Sara dan berlari menyusul Shenhe.

Kini, Zhongli dan Xiao beserta Shenhe dan rombongannya telah pergi meninggalkan rumah duka. Tidak berbekal petunjuk, mereka nekat pergi mencari cucu kesayangan dari Ningguang itu.

“Tidak ada lagi yang pergi dari Teapod, kita harus saling berjaga di sini,”

Ucapan Ningguang disanggupi oleh yang lain, Lumine masih mencari-cari Childe yang katanya ingin membeli makanan namun tak kunjung kembali.

“Bang? Lo liat Childe gak?” bisik Lumine ke telinga Aether.

Mendengar bisikan Lumine, membuat lelaki bersurai keemasan itu menggeleng dengan cepat.

“Selama gue di sini gak pernah ngeliat dia, Dek.”

Jawaban Aether membuat Lumine semakin khawatir, takut terjadi apa-apa pada kekasihnya tersebut. Ia sudah berkali-kali menghubungi Childe namun panggilannya selalu dialihkan ke kotak suara.

“Bener-bener, dah, ini anak!” runtuk Lumine.

Eula, Razor, dan Teppei telah mengerahkan beberapa unit penjagaan untuk Teapod Residence. Mereka bertiga telah pergi menyusul Thoma yang sedang bertugas di Snezhnaya, Thoma menjelaskan bahwa Il Dottore belum di temukan di mana pun. Hampir seluruh wilayah Snezhnaya sudah disisir untuk mencari pria bersurai biru muda itu, namun hasilnya nihil, Il Dottore tidak ditemukan di mana pun.

**

Wanmin Restaurant tetap sibuk walaupun berita tentang Celestia atau naiknya status buronan Il Dottore sedang ramai dibicarakan oleh orang banyak.

Mao, yang merupakan ayah dari Xiangling sekaligus koki utama di tempat makan terkenal di Liyue itu masih sibuk membuat banyak makanan pesanan dari pelanggannya.

Xiangling yang juga ikut membantu ayahnya terlihat kewalahan karena pengunjung hari ini lebih ramai dari hari biasanya.

Di saat yang sama dering telepon milik Xiangling terus terdengar, Chef Mao tidak mengizinkan Xiangling untuk mengangkat telepon sampai seluruh pengunjung telah selesai mendapatkan pesanannya.

Mata Xiangling terus mencuri-curi pandang, melihat siapa yang menghubunginya sejak tadi.

Ah, dari Xiao!

Chef Mao yang menyadari gerak-gerik putri tunggalnya langsung berdeham memperingati Xiangling untuk fokus menyelesaikan pekerjaannya.

“Iya, Pa. Maaf.” ujar Xiangling kembali mengaduk adonan untuk membuat kue kering.

“Nak, tolong beli rempah-rempah di pasar! Stok kita sudah mau habis, takutnya keburu tutup,” suruh Chef Mao kepada Xiangling.

Gadis itu hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara, ia bergegas pergi menuju pasar basah yang letaknya sedikit jauh dari Wanmin Restaurant.

Televisi yang terletak di dekat meja kasir terus menampilkan berita tentang Il Dottore, foto yang dipampang di berita tidak terlalu menunjukkan identitasnya, apalagi peringatan waspada tentang pria bertopeng gagak yang bukan merupakan ciri-ciri aslinya sama sekali.

“Gak adil, kenapa foto gue yang itu, sih?” runtuk pria bersurai biru muda itu kesal.

Ia sedang menikmati miso yang menjadi salah satu menu favorit di Wanmin Restaurant.

“Hey! Tambah lagi, dong!” seru Il Dottore.

“Baik! Satu miso lagi!” balas Chef Mao ke pelanggan barunya tersebut.

Sambil menunggu makanan untuknya disajikan, Il Dottore membakar rokoknya. Dihirup tembakau hasil lintingannya sendiri, sambil menyenderkan tubuhnya di punggung kursi kayu Wanmin Restaurant.

Fatui berengsek ini kenapa lama sekali mencari informasi tentang Celestia Kuno?! runtuk Il Dottore dalam hati.

Bukan dia sebenarnya yang membawa mobil menuju Snezhnaya, itu adalah hasil rekayasa bawahannya ketika menyunting rekaman CCTV saat Il Dottore menculi Sangonomiya Kokomi di Inazuma.

Awan hitam mulai menyelimuti Liyue, Il Dottore menyadari hal itu namun tetap bersikap tidak peduli. Urusannya bukanlah dengan Celestia, sesekali ia mencuri pandang ke langit.

“Ternyata lo ada di sini, Celestia.” gumam pria bersurai biru muda itu pelan.

Xiangling membawa satu mangkuk miso panas menuju meja Il Dottore, meletakkan secarik kertas berisi pesanannya lalu kembali berlari menuju dapur.

Il Dottore tidak memedulikan miso yang sudah berada di depannya, kini pandangannya tertuju kepada awan hitam yang semakin menutupi langit Liyue.

Sembari meletakkan uang lebih di mejanya, Il Dottore keluar dari Wanmin Restaurant dan menjelajah di sekitar area tersebut.

“Gila, informasi dari si kembar Fontaine itu akurat sekali,” Il Dottore berbicara dan tertawa sendiri setelahnya.

Entah siapa yang dibicarakan olehnya, namun semakin ia melangkah ke arah awan yang semakin memekan saat itu pula ia melihat Raiden Ei yang sedang berdiri di dekat pohon besar dekat pintu gerbang Liyue.

“Akhirnya kita bertemu,” ujar Il Dottore tersenyum.

Raiden Ei hanya menatap pria itu kosong, tidak bersuara namun juga ikut berjalan mendekati Il Dottore.

“Sayang sekali, belum saatnya kita bertanding,” balas Raiden Ei yang melewati Il Dottore begitu saja.

Anehnya, pria bersurai biru itu tidak bergerak sama sekali setelah dilewati oleh Raiden Ei. Tubuhnya ambruk karena aura milik Raiden Ei terasa seperti meremukkan tubuh Il Dottore.

“BANG—BANGSAT!!” teriak Il Dottore lantang.

Namun awan hitam tadi sudah kembali normal, Raiden Ei sudah tak nampak lagi di mana-mana. Setelah berhasil bangkit, wajah Il Dottore berubah menjadi sangat menyeramkan.

“Berani-beraninya kau meremehkanku!”

Il Dottore mengeluarkan pisau sepanjang lengannya, berjalan menuju Wanmin Restaurant dan membabi buta di sana. Suara minta ampun pengunjung di sana justru membuatnya semakin bergairah untuk menyiksa bahkan membunuh mereka. Dapur Wanmin terlihat kosong, ia belum menemukan jasad karyawan Wanmin.

Il Dottore terus mencari-cari di sekitar dapur, garis bibirnya naik setelah melihat apron yang tersangkut dari luar lemari kayu dekat kompor.

Mitsuketa!

Setelah membuka lemari kayu tersebut, Il Dottore menyeret paksa Chef Mao yang sudah terlihat ketakutan.

“Ampun! Ampuni saya!”

Suara yang keluar dari mulut Chef Mao kembali membangkitkan gairah Il Dottore.

“Kalau lo teriak-teriak gitu, nanti orang lain dengar!”

Pria itu menjatuhkan tubuh Chef Mao dan mendudukinya. Mulutnya dibuka, lidahnya ditarik paksa, pisau yang masih bersimbah darah itu dengan cepat memotong habis lidah milik Chef Mao.

Suara erangan Chef Mao memenuhi seisi dapur, namun tidak ada yang mendengarkannya. Semua orang yang ada di Wanmin Restaurant sudah dibunuh oleh Il Dottore.

“Nanti kalau udah mood gue sambungin lagi, tenang aja!”

Chef Mao masih meringis kesakitan, darah yang terus mencuat dari mulutnya membuat pakaian milik Il Dottore semakin memerah.

“Duh, jadi kotor,” gumamnya pelan.

Il Dottore kembali membuka rahang pria tua itu dan menancapkan pisau tadi di lubang mulutnya. Tubuhnya bergetar lalu diam begitu saja, matanya terbuka lebar karena masih merasa kesakitan di saat-saat terakhirnya.

“Makanya jangan bikin baju gue kotor, dong!” seru Il Dottore sembari meludah ke dalam mulut Chef Mao yang masih terbuka lebar.

Pria bersurai biru muda itu bangkit dari tubuh Chef Mao, ada Xiangling yang sudah membatu berdiri di belakangnya. Tatapan Il Dottore berubah dalam sekejap, ia sudah puas dengan perbuatannya.

“Hei?” sapa Il Dottore sambil melambaikan tangannya ke wajah Xiangling.

“Syok, ya? Liat bapak kamu matinya menjijikan kayak gini?” lanjut Il Dottore tersenyum.

Air mata Xiangling mengalir deras, namun ia masih membeku sambil memegang bungkusan rempah-rempah yang telah ia beli dari pasar.

“Bilang sama yang lain, ya? Kalau Il Dottore masih di Liyue,”

Ia mengelus lembut rambut pendek Xiangling, dan mengecup dahinya dengan lembut.

Xiangling pingsan setelahnya. Karena merasa tidak enak, Il Dottore mengangkat tubuh gadis itu dan membaringkannya di atas jasad sang ayah.

So sweet! Coba dulu gue sama bapak bisa kayak kalian!” rengek Il Dottore dengan nada manjanya, rona wajahnya memerah karena tersipu malu.

Pria bersurai biru muda itu menangis keras karena rengekannya tidak digubris oleh Xiangling yang sudah tak sadarkan diri sejak tadi.

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Ending Chapter 2 (Pria Bertopeng Gagak)

“BANGSAT!” teriak Scaramouche lantang.

Setelah status Il Dottore dinaikkan menjadi Buronan Nasional oleh kepolisian, membuat Scaramouche menyesal karena telah memberikan Fatui Harbringers kepada saudaranya tersebut.

Entah dari mana Il Dottore mengetahui tentang Celestia Kuno, pertemuannya dengan Dottore terjadi setelah semua kejadian mengerikan itu terjadi. Scaramouche sudah mati langkah, apa pun yang ia lakukan rasanya akan salah.

Mona Megistus terus menerus meneleponnya, calon istrinya itu masih bersama Dainsleif di rumah sakit karena sedang menjaga Signora.

Rasa bingung yang terus menghantuinya membuat lelaki itu bergerak menuju rumah duka, ia melihat Childe di sana. Scaramouche ingin meminta bantuan kakaknya untuk menyelamatkan Harbringers, harga dirinya sudah ia tinggalkan saat kakinya melangkah menuju rumah Keluarga Geo.

“Cuma lo satu-satunya harapan gue, Jax.” gumam Scaramouche pelan, langkah kakinya semakin mendekatkan dirinya ke rumah Zhongli.

Namun, ada yang aneh di matanya, melihat seorang gadis kecil sedang berlari tunggang langgang menjauhi rumah Keluarga Geo. Scaramouche tahu dia adalah putri dari Kujou Sara, tetapi tetap saja aneh mengingat gadis itu sangat dijaga oleh Ningguang dan juga Zhongli.

“Sebentar, lo mau lagi ke mana?” ujar Scaramouche seraya menahan lengan kecil milik gadis itu.

Raut wajahnya terlihat menakutkan, membuat Scaramouche menaikkan sebelah alisnya, bingung.

“Lepasin, Om!” sentak Yun Jin sambil mengerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan genggaman Scaramouche.

Tak mau kalah dengan anak kecil, Scaramouche menjentikkan telunjuknya ke dahi Yun Jin agar gadis kecil itu diam dan menjawab pertanyaannya.

“Gue tanya lo kenapa?”

“Yun Jin harus pergi dari rumah!”

“Kenapa lo harus pergi dari rumah?”

“Tante tetangga baru Yun Jin yang suruh, katanya kalau gak pergi dari sini—”

**

“Akan lebih bahaya lagi nantinya,” ujar Shenhe tegas. Perempuan itu membelakangi Yun Jin karena masih tak percaya dengan gelagat Childe.

Lelaki bersurai oranye itu masih tersenyum ke arah Shenhe, berusaha menjelaskan sebaik-baiknya agar perempuan itu percaya dengan alasannya.

“Saya cuma mau bilang kalau Yun Jin mengambil tas yang salah, gitu doang,” jawab Childe tersenyum.

Yun Jin terus menatap Childe tajam, berusaha mengerti mimik wajahnya yang sekarang dibandingkan dengan beberapa menit yang lalu. Perubahannya sangat drastis, ia masih tak mengerti apa yang dikatakan oleh Childe saat gadis itu membelakanginya.

“Yun Jin, kamu pergi dari sini,” ujar Shenhe untuk yang kedua kalinya.

Yun Jin salah mengartikan omongan perempuan bersurai putih itu, gadis kecil itu lari sekencang-kencangnya lewat pintu belakang karena panik. Padahal maksud Shenhe adalah pergi dari ruang tamu, perempuan itu sudah trauma dengan lelaki dewasa, semua ucapannya terdengar dusta di telinganya.

“Kalau pergi, kenapa lewat pintu belakang?” ujar Childe bingung ketika menoleh ke belakang, ke arah Yun Jin berlari.

“Dia akan kembali lewat pintu depan,” jawab Shenhe polos, namun dengan tatapan yang tajam.

Childe terkekeh melihat kepolosan perempuan berusia 33 tahun itu, lalu meninggalkan Shenhe begitu saja menuju kekasihnya yang terlihat sedang mencari keberadaannya.

**

Dainsleif keluar menuju taman rumah sakit untuk mencari udara segar, ia tak tahan melihat banyak orang yang lalu-lalang di rumah sakit. Misinya untuk mencari Celestia Kuno tertahan saat Mona memintanya untuk menemaninya hingga Scaramouche datang.

“Kenapa kau di sini?” tanya seseorang dari belakang.

“Itu pertanyaan saya, Celestia.”

Raiden Ei mulai menampakkan dirinya, awan hitam mulai mengelilingi rumah sakit. Walaupun ia bisa melakukan pengontrolan cahaya, itu hanya di beberapa tempat saja. Efek lain dari kekuatannya adalah jika ia keluar dari wilayahnya, Raiden Ei akan selalu membawa awan hitam ke mana pun perempuan itu pergi.

“Tidak ada Celestia Kuno di sini,” jawab perempuan bersurai ungu tersebut.

Dainsleif terkekeh pelan, lalu menoleh ke belakang. “Teyvat adalah negara yang unik,”

Raiden Ei mengangguk, ia bahkan tak menatap lawan bicaranya. Awan hitam di langit semakin pekat, ia dihantui oleh kekuatannya sendiri.

“Kupikir hanya Tsurumi saja wilayah istimewamu,”

“Teapod, dan seluruh Inazuma juga merupakan wilayah istimewaku,” balas Raiden Ei datar.

Perempuan itu mendongak, netranya selalu melihat langit hitam yang seolah mengutuknya ke mana pun ia pergi.

“Bawa pria bertopeng ungu itu ke Inazuma, kalau kau mau menghabisinya, aku bisa membantumu,”

“Belum tentu aku berada di pihakmu setelah kutemukan pria bertopeng gagak itu,”

Raiden Ei tersenyum tipis seraya menunduk, berbalik dan pergi meninggalkan Dainsleif dengan segala kebingungannya.

Bodoh, ucap Raiden Ei dalam hati.

**

Fischl berjalan dengan tegak, ia sedang menikmati angin malam di sekitar Mondstadt. Gadis itu melantunkan bunyi musik klasik yang keluar dari mulutnya. Angin malam kali ini benar-benar membuat Fischl tenang karena ia memutuskan untuk pulang ke rumah dengan berjalan kaki.

Setelah mengisi acara dongeng untuk anak-anak di posko Dragonspine, gadis bersurai pirang itu tak bisa menyembunyikan senyum dan perasaan bahagianya.

Setelah tiba di pusat kota Mondstadt, Fischl merasakan ada hawa yang aneh. Ia merasa ada yang mengikutinya sejak tadi.

Hari masih menunjukkan pukul 20.13 WT, orang-orang masih ramai di pusat kota.

“Mungkin perasaanku a—”

Fischl menabrak pria berambut hijau yang sedang berdiri di depannya.

“Maaf,” ucap gadis itu pelan.

Tanpa membalas omongan Fischl, pria itu langsung menarik tangan Fischl masuk ke dalam sebuah gang kecil.

“Kamu siapa?!” bentak Fischl kesal, ia berhasil melepaskan genggaman kuat pria itu.

“Celestia dari Oldenburg, akhirnya kita bertemu,” balas Baizhu tanpa menjawab pertanyaan Fischl.

Fischl terkejut setelah identitasnya terungkap, tidak banyak orang yang tahu nama belakang gadis itu, bahkan kekasihnya sendiri.

“Apa maumu?” tegas Fischl, berusaha terlihat tangguh di depan lawannya.

Baizhu hanya terkekeh melihat sikap Fischl, lagi-lagi dipegangnya tangan Fischl lalu diseret hingga masuk ke gang itu lebih dalam lagi.

“Saya Dokter Baizhu,” kini Baizhu menjawab pertanyaan Fischl, namun genggaman kuatnya sudah terlanjur menyakiti pergelangan tangan Fischl.

“Lepaskan!” bentak Fischl keras.

Setelah tiba di tengah-tengah gang sempit, Baizhu mulai mengambil sebilah pisau yang terletak di belakang bajunya.

Fischl hanya terpejam setelah melihat pisau yang mengkilap karena pancaran sinar bulan, gadis itu sempat melihat wajahnya sendiri sebelum memejamkan matanya.

TOLONG!!! pekik Fischl dalam hati.

“TOLONG!!!” seketika ada suara yang sama terdengar keras di telinga Baizhu.

Pria perawakan tinggi itu menjatuhkan pisaunya karena panik akan ketahuan oleh orang lain.

TOLONG AKU!! SIAPA PUN!!!

“TOLONG AKU!! SIAPA PUN!!!”

Apa yang diucapkan Fischl di dalam hatinya, juga terdengar keras di telinganya. Sama seperti Baizhu, gadis itu terkejut setelah mendengar jeritan seorang perempuan yang tengah meminta tolong.

“Apa yang kau lakukan?!” bentak Baizhu keras.

Baizhu mencengkram leher Fischl, gadis itu mengerang kesakitan. Tangan besar Baizhu memiliki ukuran yang sama dengan wajahnya.

DOKTER BAIZHU!!!

“DOKTER BAIZHU!!!”

Lagi-lagi Baizhu menggagalkan aksinya, ia mencari sumber suara yang terdengar keras itu.

“HEY! KAMU SIAPA?!” teriak seorang perempuan dari ujung gang.

Bangsat! runtuk Baizhu dalam hatinya.

Selagi Fischl memegangi lehernya yang terasa sakit, Baizhu kabur keluar dari gang tersebut dari arah yang berlawanan.

Perempuan itu berlari menghampiri Fischl, memeriksa keadaannya dan membantunya bangkit dari tanah.

“Kamu gak apa-apa?” tanya Mona khawatir.

Fischl hanya menggelengkan kepalanya saat itu.

“Te-terima kasih,” jawab Fischl pelan.

Mona dan Fischl bergegas keluar dari gang kosong itu, walaupun Fischl menolak ajakan Mona ke rumah sakit, gadis itu tetap menuruti omelan perempuan yang baru saja menyelamatkan nyawanya tersebut.

**

Yun Jin mulai menangis ketika Scaramouche terus memaksanya untuk kembali ke rumah duka. Ia tidak pernah menghadapi anak kecil semasa hidupnya, lelaki bersurai ungu itu bingung harus berbuat apa.

“Gue gak bisa biarin lo pergi dari Teapod, akan lebih mengerikan lagi dampaknya kalau lo sampai hilang,” ujar Scaramouche tegas, Yun Jin tidak akan paham dengan apa yang dibicarakan olehnya.

Ia mendengus kesal, lalu membopong tubuh gadis itu dan menjauh dari Teapod.

“Gue tumpahin semuanya ke elo kalau Zhongli udah murka!” sentak Scaramouche kesal.

Ia dan Yun Jin pergi dari Teapod Residence menggunakan mobil sedan berwarna sama seperti rambutnya.

Dalam perjalanan tak tentu arah itu, Yun Jin terlihat tenang dan menikmati perjalanannya. Senyum tipis putri dari Kujou Sara ini tak bisa disembunyikan.

“Seneng lo?” tanya Scaramouche heran.

Yun Jin menoleh ke arah Scaramouche dan mengangguk pelan, lalu tersenyum.

“Terima kasih, Oom!” balas Yun Jin sembari memberikan senyum lebarnya.

“Apaan, sih?!” balas Scaramouche kesal, ia benar-benar alergi dengan ungkapan yang positif.

Beberapa menit setelah keheningan mereka, Yun Jin kembali membuka suara.

“Kita mau ke mana, Om?”

“Snezhnaya,” jawab Scaramouche seadanya.

“Snezhnaya dekat rumah Yun Jin gak?”

Scaramouche menggeleng tanpa menoleh ke gadis kecil itu, ia masih fokus ke jalan.

“Ah! Bangsat!” bentak Scaramouche kesal.

“Ah! Bangcat!” timpal Yun Jin mengikuti ucapan Scaramouche.

“HEH?! SIAPA YANG NGAJARIN LO MENGUMPAT?!”

Yun Jin menunjuk Scaramouche dengan tatapan datar, netra gadis itu terlihat berbeda di mata Scaramouche, ada sesuatu yang tersembunyi di sana, ia yakin sekali.

“Kita mau ke mana, Om?” tanya Yun Jin lagi.

“Berisik!”

Setelah dibentak Scaramouche, Yun Jin mengerutkan dahinya dan menatap ke bawah. Gadis itu menatap celana hitamnya yang kotor karena beberapa kali terjatuh sebelum bertemu dengan Scaramouche.

“Maaf, kalau gue kasar,” ujar Scaramouche.

“Iya, gak apa-apa, Om.” jawab Yun Jin secepat kilat.

Lelaki itu tertawa setelahnya, anak ini benar-benar polos. Scaramouche mengacak-acak rambut Yun Jin iseng, ingin melihat reaksi gadis kecil itu setelahnya.

Yun Jin merapikan rambutnya tanpa merengek, ini adalah hal baru bagi Scaramouche yang tipikal hobi mencari keributan lewat keisengan.

Telepon Scaramouche berdering, nama Mona Megistus tertera di layar ponselnya. Segera ia menekan tombol hijau itu untuk mengangkat telepon dari calon istrinya tersebut.

“Halo?”

Akhirnya diangkat juga, kamu di mana?

“Lagi di dekat Mondstadt,” jawab Scaramouche singkat.

Aku lagi di rumah sakit dekat sana! Aku gak tahu apa-apa di sini! seru Mona dengan keras.

Barusan aja aku nolongin orang yang kayaknya mau diperkosa, tapi setelah diselamatin aku gak ngerti dia ngomong apa? Bahasanya tinggi banget!

Scaramouche tersenyum mendengar seluruh cerita Mona, namun hatinya lagi-lagi berpikir apakah aku sedang jatuh cinta?

“Terus lo mau ikut gue? Lo biarin ipar lo di rumah sakit sendirian?”

Signora udah siuman, aku gak tega ninggalinnya, tapi dia bersikeras menyuruhku pulang,

“Ya sudah, memang dia seperti itu, tunggu gue di depan rumah sakit,”

Setelah diiyakan oleh Mona, Scaramouche dan Yun Jin melaju ke Rumah Sakit Mondstadt. Rencananya untuk pergi ke Snezhnaya bisa saja terhambat karena akses masuk wilayah itu sudah ditutup oleh pihak kepolisian semenjak Il Dottore ada di sana. Namun Scaramouche tak peduli, rasa dendamnya terhadap saudaranya lebih besar dari rasa takutnya. Setelah menjemput Mona, mereka bertiga melaju menuju Snezhnaya secepat mungkin.

**

Sara kalang kabut mencari Yun Jin yang sudah tak kembali selama lebih dari 1 jam. Padahal ia hanya meminta tolong untuk mengambil tablet miliknya untuk memberitahu Ningguang sesuatu.

Habis aku kalau Ibu tahu Yun Jin hilang!

Berselang beberapa menit kemudian, suara pekikan Ningguang terdengar di ruang utama.

“YUN JIN MANA?!”

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Ningguang, perempuan itu terlihat sedang berlari ke sana kemari mencari cucu kesayangannya itu.

Zhongli berlari masuk ke dalam setelah mendengar teriakan Ningguang, diikuti oleh Xiao dan Ganyu yang menemaninya di luar tadi.

“MAS! YUN JIN HILANG!” seru Ningguang tak tahu tempat.

Raut wajah suami Ningguang itu berubah seketika. Setelah ibu mertuanya meninggal, Celestia yang mempermainkannya, kini cucunya ikut hilang di saat yang sama.

Zhongli meremas keras pundak Ningguang, istrinya itu langsung berhenti menjerit karena panik.

“Ning, aku tak bisa menahan amarahku lagi,”

Ningguang menelan ludahnya, ia tak pernah melihat suaminya murka seperti ini. Perempuan itu hanya mengangguk di setiap kata yang keluar dari mulut suaminya.

“Aku akan pergi mencari Il Dottore atau siapa pun yang menculik cucuku,” ujar Zhongli tegas tepat di depan wajah sang istri.

Mendengar ucapan Zhongli membuat Childe bergidik, beruntung Zhongli tidak mengtahui bahwa pria bertopeng gagak itu adalah dirinya.

“Biarkan aku ikut, Yah.” ujar Xiao mendekati ayah angkatnya.

“Tapi, Xia—”

Xiao menoleh ke arah Ganyu dengan cepat, matanya memerah, ia juga tak bisa berdiam diri begitu saja.

Zhongli berdiri setelah mendengar perkataan Xiao, membiarkan Ningguang yang masih terisak dan pergi begitu saja diikuti oleh Xiao di belakangnya.

Hati-hati, Mas. ucap Ningguang dalam hati.

Zhongli berjalan menghampiri Childe. Lelaki bersurai oranye itu terlihat gugup setelah Zhongli berada tepat di hadapannya.

“Saya titipkan Teapod Residence kepada kamu,”

-to be continued

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 2.1 (Pria Bertopeng Gagak) trigger: blood

Hasil otopsi Madame Ping sudah keluar, ia meninggal akibat kekurangan darah karena satu tusukan dari pelaku. Ningguang masih tak sadarkan diri dalam perjalanan pulangnya dengan ambulan, Lumine dan Shenhe menemani perempuan itu, namun mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang.

“Mba?” ujar Lumine pelan.

Mendengar Ningguang yang masih menggumamkan nama sang ibu dalam tidurnya membuat air matanya ikut mengalir, berbeda dengan Shenhe, perempuan itu tidak bereaksi apa-apa.

“Sabar saja,” balas Shenhe sambil menatap ke luar jendela mobil ambulan.

Lumine hanya mengangguk sembari mengelus punggung tangan Ningguang, suara sirine ambulan yang memekik membuat seluruh kendaraan yang ada di jalan menepi agar mereka dapat sampai ke rumah duka dengan cepat.

**

“Baik, sampai jumpa di Teapod,” tutup Zhongli yang baru saja menghubungi Eula.

Zhongli, Aether dan Childe melaju lebih dulu menuju Teapod. Setelah mengabarkan Albedo dan Sucrose, pria paruh baya itu termenung selama perjalanan.

“Apa kata Mba Eula, Pak?” tanya Childe memecahkan lamunan Zhongli.

“Dia akan datang ke rumah duka,” jawab Zhongli singkat.

Pikirannya masih melayang, tidak ada yang menyangka bahwa ibu mertuanya merupakan salah satu target dari penjahat tak berhati itu. Kini, Zhongli benar-benar berharap bahwa Itto ada di sampingnya.

Aether masih membatu, ia tidak bisa berbuat atau berkata apa pun untuk menghibur tetangganya. Pikirannya kosong, memikirkan banyak kemungkinan yang dapat terjadi.

“Lo juga jangan panik, Ther. Percayakan semuanya pada Mba Eula,” hibur Childe yang sedang memegang kendali mobil milik Zhongli.

Mendengar suara Childe sedikit menenangkan hati lelaki bersurai keemasan itu, lelaki bersurai oranye itu benar-benar jadi penengah yang baik di kala orang tertua di antara mereka sedang kalut.

Tak terasa, mereka bertiga telah tiba di Teapod. Di sana sudah ada Gorou, Noelle, Sayu dan Yun Jin dari Keluarga Geo. Venti, Barbara, Jean, Klee dan masih banyak lagi yang sudah mempersiapkan semuanya setelah mendapatkan kabar dari Zhongli.

“Ma, Nenek Ping, kan, orang yang baik, kok nasibnya bisa seperti ini?” tanya Klee polos, ia masih memegang erat baju ibunya yang juga terlihat gusar karena belum melihat Lisa datang.

“Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kepada kita, Klee.” hanya itu yang keluar dari mulut Jean sekarang.

Venti terus menggenggam erat tangan Barbara yang sudah menangis sesenggukan karena takut.

“Gapapa, Sayang. Tenang aja,” ucap Venti sembari mengecup lembut kepala Barbara.

Suara sirine mobil ambulan sudah mulai terdengar, disusul oleh Lisa serta Albedo dan Sucrose. Jenazah Madame Ping diangkat menuju rumah Keluarga Geo setelah mobil itu diparkirkan tepat di depan pintu rumah.

Eula baru saja tiba di rumah duka bersama Razor dan Teppei. Perempuan bersurai putih pendek itu menarik lengan Zhongli keluar dari kerumunan.

“Bukan Il Dottore pelakunya,” bisik Eula.

Zhongli berdehem, mengangguk setelahnya. Ekspektasinya buyar setelah ditunjukkan sebuah foto buram yang terekam oleh CCTV kota, Il Dottore sedang melaju di jalan tol menuju Snezhnaya.

“Tim kami sedang menuju Snezhnaya, seluruh akses masuk dan keluar sudah diblokade, Thoma bertugas di sana,” lanjut Eula.

Zhongli kembali menoleh ke dalam rumah, melihat Ningguang yang sudah menangis tersedu-sedu sambil memeluk jenazah ibunya.

“Kalau tenaga saya dibutuhkan, akan dengan senang hati saya lakukan,” kata Zhongli serius.

Eula mengangguk, netra coklat milik Zhongli terlihat kosong. Lelaki itu benar-benar putus asa sekarang.

“Kami akan berusaha semaksimal mungkin,” balas Eula tersenyum.

Klee menarik-narik celana Razor, melihat abangnya sudah datang ke rumah duka justru mengundang air matanya untuk keluar. Baginya, Razor adalah zona ternyamannya sekarang.

“Bang, kenapa Nenek Ping terbunuh? Abang kok gak nolongin Nenek Ping?” rengek Klee yang sudah menangis saat Razor datang dan memeluknya.

“Maafin, Abang, Klee.” jawab Razor tak enak.

Sara dan Keqing baru saja tiba di rumah duka, Yun Jin langsung berlari memeluk sang ibu dan duduk di pangkuannya. Gadis kecil itu baru bisa menangis setelah melihat wajah Sara.

“Kamu kenapa menangis, Sayang?” tanya Sara, suaranya bergetar hebat karena syok. Ia bahkan tak kuasa menahan dirinya, melihat Ningguang dari luar rumah justru membuat tangisnya ikut pecah.

“Soalnya Nana nangis, Yun Jin jadi ikut menangis,”

“Mama jangan nangis juga,” lanjut gadis berusia 5 tahun itu.

Zhongli mengisyaratkan Keqing agar membawa masuk Sara dan Yun Jin ke dalam, perintahnya langsung diiyakan dalam sekejap. Mereka masuk ke rumah duka untuk membantu menenangkan Ningguang yang sudah menangis meronta-ronta.

Dari kejauhan Scaramouche memandangi rumah duka, mata lelaki itu mencari-cari Signora yang ia kira sudah sadar pasca ledakan di rumahnya.

“Berarti dia belum sadar,” gumam lelaki bersurai ungu itu pelan.

Scaramouche mengambil ponselnya, mencari nama Mona Megistus yang letaknya paling atas di daftar panggilan terakhir.

Gue gak mungkin nanya sama Mona, batin lelaki itu.

Tiba-tiba angin bertiup kencang, bintang-bintang di langit sudah tertutupi oleh awan hitam. Bukti bahwa Celestia dari Euthymia hadir di tengah-tengah duka mulai dirasakan oleh beberapa orang, termasuk Scaramouche.

“Kenapa lagi dia?” runtuk Scaramouche kesal.

Zhongli mendongak ke langit, sadar bahwa Raiden Ei ada di sekitarnya. Pria itu pamit sebentar dengan Eula untuk mencari Celestia itu di sekitar rumahnya.

Mata pria paruh baya itu mencari-cari sosok yang tak pernah ia temui selama 5 tahun terakhir, Zhongli percaya bahwa Raiden Ei datang untuk memberitahu sesuatu yang penting.

Namun orang yang ia cari tak kunjung ditemukan, awan hitam di langit perlahan menghilang, bintang malam mulai menunjukkan sinarnya. Lelaki itu mendengus kesal karena sudah dipermainkan oleh Celestia.

Kujou Sara masih mengelus lembut kepala anaknya, isak tangisnya mulai berhenti. Ia harus lebih kuat untuk Ningguang, juga anaknya. Perempuan itu tidak boleh terlihat lemah lagi, seluruh rasa takutnya ia kesampingkan demi keluarganya.

“Yun Jin? Boleh tolong ambilkan tablet Mama di dalam tas?” ujar perempuan bersurai ungu yang sama persis seperti anaknya.

Yun Jin mengangguk pelan, gadis itu berjalan menuju ruang tamu, merogoh tas yang ia kira milik ibunya.

Buku?

Karena rasa penasaran yang tinggi, ia mengambil sebuah buku yang berbau amis dari tas tersebut.

Kok baunya gak enak? Bukan seperti bau buku?

Yun Jin membuka lembaran demi lembaran kumpulan kertas yang dijadikan menjadi sebuah buku. Banyak nama-nama yang ia ketahui tertulis di dalamnya.

Lumine – Celestia Kuno

Aether – Celestia Kuno

Satu Celestia Kuno lagi belum kudapatkan, si Jalang Tsaritsa benar-benar membuatku bingung. Banyak sekali nyawa yang tak berdosa menjadi kotor karenanya.

Raiden Ei – Celestia dari Euthymia

Fischl – Celestia dari Oldenburg

DAFTAR NAMA ORANG YANG HARUS DIBUNUH

Madame Ping

Ningguang

Zhongli

Raiden Ei

Fischl

Kujou Sara

Il Dottore

Semua Celestia Kuno

Mata Yun Jin terbelalak ketika melihat sebagian besar nama yang tercantum di buku itu ia kenali.

“Nana? Angli? Mama?” ucap gadis itu ketakutan.

Gadis itu merasa dihantui oleh sosok yang berdiri di belakangnya, Yun Jin menoleh ke belakang, melihat lelaki jangkung dengan surai berwarna oranye menatap Yun Jin dingin.

“Kenapa harus lo yang baca jurnal gue?” ujar Childe dengan suara yang berat.

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 2 (Pria Bertopeng Gagak) trigger: blood, character death

“Sekali lagi saya meminta maaf kepada semuanya, kita terpaksa rapat di rumah sakit,” ujar Ningguang lesu.

Perempuan itu duduk bersama Lisa, Shenhe, Zhongli, si kembar di kafetaria rumah sakit Liyue. Eula tidak ikut dalam rapat karena langsung menuju kepolisian untuk mencari informasi tentang Il Dottore yang diduga pelaku penganiayaan Rosaria.

“Tidak apa-apa,” jawab Shenhe, yang terpaksa ikut karena Chongyun yang memaksanya.

Perempuan bersurai putih itu sungguh pemalu, ia jarang berbicara dengan tetangganya setelah satu minggu tinggal di Teapod Residence. Ia malah lebih sering mengurung diri di kamar sambil menunggu Jean, ia hanya ingin bertemu dengannya namun tak pernah menemukan waktu yang tepat.

“Situasi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, apalagi Scaramouche yang ternyata membakar rumah Harbringers sore tadi. Ada masalah apa di keluarga itu?” sentak Lisa kesal, namun wajahnya menoleh ke arah Lumine.

Gadis bersurai keemasan itu menunduk, ia bahkan tidak tahu apa-apa tentang Harbringers sekarang, tetapi orang-orang masih menganggap kekasihnya sebagai bagian dari Harbringers.

“Maaf, Bu Lisa. Kami tidak tahu apa-apa tentang Harbringers, Ajax juga sudah memutus hubungannya dengan Mba Signora dan Scaramouche, jangan menatap adik saya dengan tatapan seperti itu,” bantah Aether yang sudah kesal dengan ucapan dan perlakuan Lisa.

Lisa menghela nafasnya panjang, ia menyibak rambut coklat panjangnya yang sudah mulai tak bisa diatur. Tentu ia merasa bersalah karena sudah terbawa emosi terlebih dahulu, banyak kejadian aneh terjadi begitu saja.

Hilangnya Kokomi membuat Lumine semakin gusar, ia terus menghentakkan kakinya pelan, celana kain hitam yang ia pakai sudah kusut karena terus diremas oleh gadis itu.

“Saudara kami, Sangonomiya Kokomi juga hilang. Apa yang harus kita lakukan, Pak?” tanya Aether kepada Zhongli.

Pak RT itu masih mengelus dagunya, berpikir bagaimana cara mengamankan warganya yang sedang khawatir setelah banyak peristiwa mengerikan terjadi hari ini.

“Lisa, rumah Signora yang terbakar, tiba-tiba dihujani katamu?”

Lisa mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan sang ketua RT. Mereka tidak tahu apa-apa soal Celestia, walaupun di portal berita sudah dipenuhi oleh kabar tentang kekuatan milik Raiden Ei tersebut.

Ningguang menatap suaminya sendu, ia salah satu orang yang mengetahui bahwa Raiden Ei masih hidup. Perempuan itu sempat menelepon Keqing untuk mengetahui kabar Kujou Sara, yang sudah tahu kabar ini lebih dulu darinya.

Sara masih terlihat syok, walaupun kini ia sudah tidak menunjukkan traumanya seperti dulu. Keqing diminta oleh Ningguang untuk terus berada di sampingnya sampai rapat RT ini selesai.

“Bagaimana kalau kita lebih sering lagi melakukan kegiatan ronda?” usul Lisa asal.

Zhongli menggeleng pelan, “Kita tidak bisa ngeronda kalau orang yang ditakutkan adalah Il Dottore,”

“Mas tahu sesuatu tentang Il Dottore?” tanya Ningguang khawatir.

“Sebelum saya menyusul ke kafetaria, Eula memberikan sedikit informasi tentang Il Dottore,” jawab Zhongli.

“Ia adalah narapidana kelas kakap yang ditahan di Fontaine, penjara itu memiliki tingkat keamanan paling kuat di Teyvat. Biasanya orang yang ditahan di Fontaine adalah mayat hidup, mereka tinggal menunggu ajalnya saja di sana,”

Ningguang mendengus kesal, namun ia sedikit bersyukur bahwa mendiang Itto tidak ditahan di Fontaine 5 tahun yang lalu.

“Dia bebas begitu saja setelah membakar penjara itu, tidak ada yang berhasil kabur, pihak kepolisian juga tidak tahu kekuatan yang ia miliki, namun yang jelas dia memiliki kelainan seperti Yanfei, hanya saja 10 kali lebih mengerikan dari gadis itu,” lanjut Zhongli dengan suara beratnya.

Matanya berubah tajam, tidak ada lagi yang berani menyanggah ketika raut wajahnya sudah berubah seperti sekarang, ia tampak emosi yang ditampakkan lewat suara dan genggaman tangannya.

“Childe bagaimana?” tanya Zhongli kepada Lumine.

Gadis itu mendongak setelah mengetahui bahwa pertanyaan itu ditujukan kepadanya.

“Ka-katanya dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” jawab Lumine gugup.

Zhongli memejamkan matanya, memikirkan strategi terbaik yang dapat diterapkan jika situasinya sudah runyam seperti ini.

“Childe, Aether, Razor, Venti, Chongyun, Albedo, Gorou dan saya laki-laki yang setidaknya masih berada di Teapod. Dokter Baizhu pasti tidak bisa ikut berjaga mengingat beliau sangat sibuk di rumah sakit,”

“Kalaupun kita semua berjaga, hanya Razor, Childe dan saya yang dapat bertarung, bukan?”

Aether mengangguk gugup, ia sadar bahwa dirinya tidak bisa bela diri. Nekat pun tidak akan terbayar jika lawannya adalah Il Dottore.

“Maaf, Pak Zhongli. Tapi Razor mungkin akan disibukkan juga dengan tugasnya dari kepolisian. Saya juga mendapat kabar bahwa Razor ikut dalam penyelidikan kasus ini di bawah pimpinan Eula,” potong Lisa sesaat sebelum Zhongli membuka mulutnya.

“Ah... benar juga. Berarti tinggal saya dan Childe,”

Childe ke mana, sih?! pekik Lumine dalam hatinya.

Suara hentakan kaki yang terdengar keras dan buru-buru mulai mendekati ruang kafetaria, lelaki jangkung bersurai oranye yang selama ini ditunggu-tunggu akhirnya datang.

“Maaf, semuanya!” seru Childe dengan nafas yang terengah-engah.

Mata gadis bersurai keemasan itu berkaca-kaca setelah melihat orang yang ia khawatirkan dari tadi telah tiba, kekasihnya itu seperti pahlawan di siang bolong, namun pertarungan sebenarnya belum dimulai.

“Macet banget sumpah, Mi!” omel Childe yang sudah berdiri di belakang kekasihnya. Ia masih mengatur nafasnya hingga normal, deru nafas kekasih Lumine itu bahkan terasa di pucuk rambutnya.

Zhongli tersenyum tipis setelah melihat kehadiran Childe, lebih tepatnya ia sedikit lega karena telah melihat batang hidungnya.

“Kita harus banyak berjaga di Teapod,” ujar Zhongli sembari menatap mata Childe.

Lelaki itu hanya memberikan senyuman sebagai jawaban, ia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Zhongli.

“Kamu sudah tahu kabar tentang Scaramouche dan Signora?” tanya Ningguang.

“Sudah, Signora dibawa ke rumah sakit di Mondstadt,” jawab Childe singkat.

Ia merapikan rambutnya yang sudah acak-acakan, Childe terus memberikan senyum lebarnya kepada Lumine agar kekasihnya bisa tenang, karena orang yang ia butuhkan sudah ada di sampingnya.

Lumine pun tak dapat mengungkapkan kekesalannya karena keterlambatan Childe, tenaga yang ia miliki sudah habis terkuras setelah mendapatkan pertanyaan menohok dari Lisa beberapa menit yang lalu.

“Perihal Dottore, saya ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada semua yang hadir di sini,”

Semuanya serempak menoleh ke Childe, senyumnya sudah pudar, laki-laki itu menunduk karena merasa bersalah.

“Ia adalah salah satu keluarga kami, kami mengira ia sudah mati akibat badai besar yang menghantam Snezhnaya beberapa tahun yang lalu,”

Mereka semua terkejut setelah mendengarkan pengakuan dari Childe, kecuali Zhongli yang masih terlihat tenang namun tetap memejamkan matanya.

“Sekali lagi saya meminta maaf, dan kalau memang kita berhadapan lagi dengannya, saya dan Scaramouche lah yang harus membunuhnya,”

“Jangan gegabah, tahan emosimu,” timpal Zhongli tegas.

“Saudaramu memiliki banyak kepribadian, untuk level seorang penjahat, Il Dottore pasti menang dalam peperangan, kecuali jika kamu masih ingat sifat alami miliknya,”

“Terkadang ketika kita melihat sisi lain dari orang lain, membuat kita lupa dengan apa yang telah terjadi sebelum sisi lain itu terungkap,” lanjut Zhongli.

Childe mengangguk beberapa kali setelah mendengar semua yang Zhongli katakan, memang yang dikatakan olehnya benar. Il Dottore merupakan lawan yang berat bahkan untuknya sendiri.

“Saya paham, Pak.”

Ponsel milik Ningguang bergetar di dalam tasnya, melihat nama Thoma di layar ponselmya justru membuat perempuan itu semakin takut akan terjadi sesuatu di luar nalarnya lagi.

“Ya?”

Bu, ini Thoma,

“Kenapa Thom?”

Nenek Ping,

“Iya, Mama kenapa, Thoma?”

Nenek Ping meninggal,

“APA?!” sentak Ningguang setelah mendengar kabar buruk lainnya hari ini.

“MAS, MAMA MENINGGAL, MAS!”

Zhongli terkejut setelah mendengar perkataan istrinya, begitu juga dengan yang lain. Mereka beranjak dari kursinya setelah Ningguang tak sadarkan diri karena panik.

“Halo, Thoma? Apa yang terjadi?” tanya Zhongli sambil menekan suaranya.

Nenek Ping meninggal di rumahnya, ada bekas tusukan di bagian ulu hatinya, sekarang sedang di bawa ke rumah sakit Liyue untuk otopsi,

“Baik, kami sedang berada di sini, tolong bawa mertua saya secepat mungkin,” balas Zhongli yang masih berusaha untuk tetap tenang.

Ia melihat Ningguang sedang menangis dalam tidurnya, banyak yang terjadi begitu saja. Sebagai yang paling tua, Zhongli berusaha untuk tenang dan berpikir jernih, agar tidak terjadi kesalahan dalam bertindak. Namun Madame Ping adalah sosok ibu yang baik baginya, air mata pria itu jatuh begitu saja setelah mengingat bahwa Madame Ping benar-benar sudah pergi dari dunia ini.

**

Kilas balik di kediaman Madame Ping

Wanita tua itu menggumamkan lagu-lagu lawas yang terlintas di benaknya, sambil memandikan Azdaha, anjing peliharaan kesayangannya.

“Ada urusan apa datang kemari?” tanya Madame Ping tanpa menoleh ke belakang.

Pria bertopeng gagak itu sudah berdiri menghantuinya sejak tadi, namun masih dibiarkan oleh Madame Ping yang lebih memilih untuk membersihkan peliharaannya.

“Berikan saya informasi tentang Celestia Kuno,” jawab pria misterius itu dengan suara beratnya.

“Walaupun saya tahu, saya tidak akan memberikannya kepada kamu, Nak.” balas Madame Ping lembut.

Tidak ada lagi yang berbicara setelahnya, Madame Ping masih sibuk mengurus Azdaha tanpa memedulikan sosok yang membahayakan baginya itu.

Kini pria bertopeng itu sudah tepat di depannya, namun wanita tua itu malah mengambil handuk kecil untuk mengeringkan bulu Azdaha dari jemuran di samping rumahnya.

“Kalau mau bertamu, silakan. Saya tidak akan melarang, kamu mau makan saya akan masakkan, kamu ingin minum teh dengan wanita tua ini juga tidak ada yang melarang. Namun bicara tentang Celestia Kuno, mohon maaf saya tidak bisa menjawabnya walaupun nyawa adalah taruhannya,”

Suara kekehan terdengar dari balik topeng gagak itu, mendengar jawaban tegas dari Madame Ping membuat darahnya semakin mendidih.

“Kalau saja ada berita tentang koruptor terbesar di Liyue di masa lalu yang sering dipanggil dengan sebutan Madame Ping, apa kata orang-orang nanti?”

Kini Madame Ping mendongak ke arah pria misterius itu, perhatiannya sudah didapat olehnya. Senyum di balik topeng gagak itu terlihat oleh Madame Ping.

“Kau bukan orang yang sedang diberitakan,” kata Madame Ping kaget.

Pria bertopeng gagak itu mengambil sebilah pedang dari punggungnya, pantulan matahari membuat senjata pria itu bersinar terang.

“Untuk terakhir kalinya, berikan informasi saya informasi tentang Celestia Kuno yang masih tersisa di muka bumi ini,”

Wanita tua itu hanya tersenyum, ia menjatuhkan handuk basah bekas Azdaha yang kini telah berubah warna karena darah yang keluar setelah pria bertopeng gagak itu menusuk ulu hati Madame Ping dengan bengis.

Pria bertopeng misterius itu mengeluarkan sebuah buku kecil dari dalam jubahnya, mencoret nama Madame Ping dengan darah yang masih mengalir dari dalam perutnya.

“Kau benar-benar bodoh,” ucap pria itu pelan lalu menghilang setelahnya.

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Ending Chapter 1 (Perpecahan) trigger: harsh words, gore, blood, multiple personality disorder

Kilas balik saat Beidou di Rumah Sakit Umum Inazuma

Beidou yang masih tak sadarkan diri dibawa dengan cepat menuju ruang operasi, ada sekitar 6 orang yang ada di dalam ruangan itu termasuk dokter.

“Tolong siapkan alat bedah, ada potongan kayu yang masih tersisa di paha bagian kanan,” ujar sang dokter dan diiyakan oleh petugas yang berada di sana.

Selama operasi berlangsung, tidak ada suara apa pun yang terdengar, semuanya fokus menyelamatkan sang kapten karena telah berjasa menjaga seluruh bahari yang ada di Teyvat selama lima tahun terakhir. Beidou banyak memerangi mafia laut selama kepemimpinannya. Pulau-pulau kecil yang bahkan tidak diketahui oleh pemerintah berhasil juga didapatkan olehnya melalui diplomasi. Maka dari itu, wanita berusia 33 tahun ini harus diselamatkan apa pun caranya.

Proses operasi berlangsung selama kurang lebih 3 jam, Beidou selamat tanpa ada cacat yang mengikuti pasca kecelakaan.

“Akhirnya!” seru salah satu perawat yang bertugas selama operasi berlangsung.

“Semoga lekas sembuh, Kapten!” seru yang lain penuh semangat.

Mereka benar-benar bangga telah menyelamatkan Beidou, ia merupakan idola seluruh perempuan yang ada di Teyvat sekarang. Beidou tak malu menunjukkan kekurangannya, ia hidup dengan satu mata melawan seluruh dunia yang berani menghalangi mimpinya. Kisah heroiknya sempat diangkat menjadi salah satu karya terlaris milik Xingqiu yang kini merupakan seorang penulis terkenal di Teyvat.

“Selesai juga,” gumam sang dokter pelan.

“Baik, semuanya telah selesai, kalian kembali ke ruang istirahat duluan saja. Saya masih menunggu keluarga pasien,”

Karena merasa tak enak dengan sang dokter, salah satu perawat mengusulkan agar dia yang menunggui keluarga Beidou, Kazuha.

“Biar saya saja, Dok. Anda sudah banyak mengeluarkan energi untuk menyelamatkan Kapten Beidou,”

Dokter itu tersenyum lewat matanya, maskernya masih ia gunakan walaupun proses operasi telah selesai, ini merupakan salah satu prosedur operasi standar yang diterapkan oleh rumah sakit.

“Tidak apa-apa, jangan sungkan dengan saya,”

“Baiklah, terima kasih banyak, Dok!”

Kawanan perawat itu pergi menuju pintu khusus menuju ruang istirahat mereka, seluruh rumah sakit sekarang memiliki pintu itu di setiap ruangan operasi.

Kini tinggal mereka berdua di ruangan itu, Beidou yang belum sadarkan diri tidak mengetahui bahwa tangan dan kakinya sudah diikat dengan kuat oleh sang dokter.

“Akhirnya, tinggal kita berdua,” ujar Il Dottore pelan.

Ia membuka pembungkus rambut dan maskernya setelah merasa aman, lalu mengunci seluruh akses masuk dari mana pun menuju ruang operasi.

Il Dottore melambaikan tangannya ke wajah Beidou, memang tidak ada reaksi apa pun dari Beidou karena obat bius yang diberikan kepadanya lebih besar dari apa pun mengingat perempuan itu adalah seorang pemabuk berat.

“Lo ngapain?” ucap Beidou tanpa membuka matanya.

Pria bersurai biru muda itu tersenyum, ia tahu bahwa Beidou sudah sadar saat ia melambaikan tangannya.

“Lepasin tangan dan kaki gue sekarang,” suruh Beidou kepada Il Dottore.

Ia tak menjawab apa yang diperintahkan oleh Beidou, matanya terus menatap tubuh perempuan itu ke sana kemari dengan wajah mesumnya.

“LEPASIN!” bentak Beidou keras. Namun sayang, tidak akan ada yang mendengarnya karena ruangan itu kedap suara.

“Jangan habisin suara lo, Beidou.” jawab Il Dottore yang masih terkekeh karena tingkah sang kapten.

Beidou berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan ikatan di tangan dan kakinya, kain yang terikat di tangannya justru menghentikan peredaran darahnya sehingga membuat tangan batinnya memerah karena darah yang menumpuk di sekitarnya.

“Percuma, gue dulu anak pramuka, Bei.” ledek Dottore yang mulai naik ke ranjang tempat Beidou diikat.

Raut wajah Beidou berubah, begitu juga dengan Dottore yang tidak terlihat mesum lagi di matanya.

“Kapten kapal dengan mata satu, gadis itu terlihat sangat legendaris ketika kisahnya kubaca di dalam ruang sempit dan dingin itu,”

“Melawan banyak perompak di laut serta berhasil memenangkan hati penduduk kecil di sekitaran Teyvat,”

“Sungguh menggairahkan,”

Kini Beidou terlihat ketakutan, aura milik Il Dottore sangat menekan tubuhnya, badannya sudah bergetar hebat setelah Dottore mengeluarkan sendok kecil dari saku jas kerjanya.

“Eh, bentar,”

Il Dottore membuka jas putihnya dan melemparnya sembarangan, lalu matanya kembali fokus ke Beidou yang sudah tidak berdaya.

“Nanti kotor jasnya, masih baru soalnya,” canda pria bersurai biru muda itu.

Seakan tersihir oleh wajah lain milik Il Dottore, membuat garis bibir Beidou naik seketika.

Senyum perempuan itu disambut hangat oleh Dottore, ia mendekatkan wajahnya ke Beidou. Deru nafasnya terasa di sekitar wajah Beidou, membuat perempuan itu semakin terbuai dengan manisnya perlakuan Dottore yang fana.

Can I?

Beidou mengangguk pelan, senyumnya semakin lebar saat Dottore menyelipkan rambut ke belakang telinganya. Kini wajah perempuan itu terlihat jelas dari pantulan netra milik Il Dottore.

Oh my, you fucking bitch!

Il Dottore menancapkan sendok kecil tadi ke mata kiri Beidou, mencongkelnya begitu saja seperti sedang memakan buah semangka.

Lantas perempuan itu berteriak dengan lantang, rasa sakitnya tak tertandingi. Beidou terus mengumpat Il Dottore yang sudah tak terlihat lagi.

“BAJINGAN! DOKTER BERENGSEK!”

“ANJING LO!”

Il Dottore terkekeh setelah turun dari ranjang pasien Beidou. Melempar-lempar bola mata yang penuh dengan berdarah itu ke udara.

“Sekarang coba lo jadi kapten yang buta, bisa gak lo menjaga seluruh bahari yang ada di Teyvat ini tanpa indra penglihatan!” ledek Dottore dengan nada sinis.

Ia memasukkan bola mata milik Beidou ke dalam toples yang sudah ia labeli dengan tulisan tangannya.

MATA GANTI UNTUK ROSALYNE

Beidou menggeliat kesakitan, namun tangan dan kakinya masih terikat kuat oleh Il Dottore.

“Beidou, mimpi lo kayaknya terhalang lagi karena gak ada mata, just beat it, bitch.

Il Dottore memakai kembali jas putih miliknya, bercak darah yang menempel di sekujur tubuhnya sudah ia bersihkan. Ia merasakan aura seseorang dari luar ruangan, sepertinya sepupunya sudah tiba di rumah sakit.

“Yah, adik lo udah sampai, tuh,” rengek Dottore seakan tak ingin waktu berduanya dengan Beidou habis dirampas oleh Kazuha.

“DIAM LO, BABI!” bentak Beidou yang sudah tak peduli lagi dengan sikap Il Dottore.

“DOKTER ANJING!”

“BANGSAT LO!”

Il Dottore mendekati perempuan itu dan memukul wajahnya sampai tak sadarkan diri, belum puas dengan perlakuan kejinya, pria itu mencium lembut dahi sang kapten yang sudah tak sadarkan diri lagi.

Saat berbalik arah menuju pintu masuk ruang operasi, wajah Il Dottore berubah begitu saja, ia memakai masker dan pembungkus rambut untuk menutupi identitasnya. Tanda pengenalnya ia sangkutkan di saku jas putihnya, keluar dari ruang operasi dan memberitahu kabar tentang Beidou kepada Kazuha.

**

Scaramouche tak berhasil mengejar saudaranya yang sudah melaju dengan mobil curiannya. Ia salah gerak, memberikan Fatui Harbringers justru membuat seisi Harbingers hancur beberapa menit setelahnya.

Emosi yang sudah tersulut juga memaksa Scaramouche untuk membakar rumah Harbringers tanpa ampun. Tak peduli lagi dengan kakak dan calon istrinya yang masih ada di dalam rumah.

Lelaki bersurai ungu itu berada tak jauh dari Teapod, melihat Si Jago Merah yang dipadamkan dalam sekejap membuatnya bergidik. Kekuatan ini hanya dimiliki oleh Celestia dari Inazuma, Raiden Ei.

“Apa rencanamu, Ei?” gumam Scaramouche pelan.

Portal berita mulai menyebarkan kepailitan Harbringers beberapa jam setelah Fatui Harbringers pindah tangan kepada Il Dottore, kini Scaramouche dan La Signora tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

“BANGSAT! SEKARANG GUE GAK AKAN BISA BALIK KE SIGNORA LAGI!” seru Scaramouche kesal.

Ia terus menendang-nendang pohon Birch tanpa ampun, walaupun tubuhnya sudah tak memiliki energi, Scaramouche terus membabi buta sampai amarahnya hilang.

Kini Signora sudah dibawa ke rumah sakit oleh Mona dan Dainsleif, kabar itu dibiarkan saja oleh Scaramouche. Ia sudah malu untuk menatap mata kakaknya, Scaramouche harus membunuh Il Dottore dengan tangannya sendiri.

Kakak tertuanya itu telah berhasil mengubah seluruh dunia dalam sekejap. Keberadaannya tidak diketahui, senyum tulus yang terpancar di wajahnya ternyata palsu, sikap hangatnya merupakan manipulasi paling mengerikan yang pernah dirasakan oleh Scaramouche.

**

Baizhu tiba di Wangshu Inn bersama Qiqi. Setelah Jean tiba di rumah, ia bergegas meninggalkan Teapod karena urusan penting. Qiqi yang masih berseragam sekolah terpaksa ikut dengan sang ayah karena ia masih belum nyaman di sekitar tetangga barunya.

“Kamu di sini dulu, ya, Nak.” kata Baizhu kepada Qiqi.

Pria paruh baya itu menitipkan anaknya di Wangshu Inn, Verr Goldet dengan senang hati menerima gadis lucu itu bersamanya, begitu juga dengan Qiqi, yang memang sudah lama dekat dengan pemilik Wangshu Inn tersebut.

Baizhu duduk di salah satu kursi kayu yang letaknya tak jauh dari Wangshu Inn, menunggu hadirnya orang penting yang ia sebutkan tadi.

“Ada apa?” tanya seseorang, ia duduk membelakangi Baizhu yang sudah tidak tegap lagi.

“Il Dottore sudah berkeliaran di Teyvat,” jelasnya kepada lelaki yang tak dikenal itu.

Orang yang sedang berbicara dengan Baizhu memakai topeng putih berbentuk kepala gagak, menggunakan jubah hitam untuk menutupi kulitnya yang bersinar ketika terkena sinar matahari.

“Sepertinya kau kalah dengannya, Dokter.”

“Sudah saya katakan berulang kali, saya tidak ingin mengotori tangan saya dan ikut campur dalam urusan kalian,”

Tidak ada yang berbicara setelah itu, pertemuan singkat mereka berakhir setelah pria berjubah hitam itu mengingatkan sesuatu kepada Baizhu.

“Sebentar lagi, tinggal sebentar lagi,”

Baizhu mendongak ke arah pria itu, menatapnya dengan wajah khawatir.

“Siapa targetmu selanjutnya?” tanya Baizhu.

“Madame Ping,” jawabnya tegas.

-to be continued

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 1.2 (Perpecahan) trigger: sexual assault, gore, murder, multiple personality disorder

Kilas balik saat kecelakaan kapal Beidou

Warga Inazuma tidak sempat menyelamatkan apa-apa setelah kapal milik kapten khusus wanita Liyue itu karam. Rosaria dan Beidou yang sudah tak sadarkan diri langsung diangkat menuju ambulan unit gawat darurat.

“Sebentar, saya dokter dari Adventures Guild,” ujar Baizhu menghentikan petugas unit gawat darurat saat akan memasukkan Rosaria ke dalam ambulan.

Baizhu menunjukkan tanda pengenalnya. Benar saja, nama dan jabatannya sebagai dokter khusus Adventures Guild memang tercantum di sana.

“Biar saya yang membawa Rosaria menuju rumah sakit, mobil ambulan saya juga sedang terparkir di sana, kita tidak boleh menumpuk korban di satu ambulan yang sama,”

“Lebih baik kalian fokus menyelamatkan Beidou, beliau sudah terluka parah,” lanjut pria paruh baya tersebut meyakinkan.

Dalam sekejap mata, petugas tadi langsung membawa Beidou yang sudah berada di dalam ambulan lebih dulu, sementara sisanya bersama Baizhu menuju mobilnya miliknya.

Di perjalanan menuju rumah sakit, radio khusus milik Dokter Baizhu berbunyi untuk memberikan laporan.

Maaf, Dokter. Rumah Sakit Umum Inazuma sedang penuh karena banyak korban dampak kecelakaan kapal. Korban datang tanpa henti kemari,

Baizhu menggelengkan kepalanya, wajahnya terlihat khawatir.

“Lalu? Apakah unit gawat darurat lain memadai untuk menangani Rosaria?”

Di unit gawat darurat tidak bisa melakukan operasi besar, Dok.

Baizhu memukul setirnya, ia kesal setelah sesekali menoleh ke arah Rosaria yang masih tak sadarkan diri.

“Bagaimana, Dok?” ujar salah seorang petugas yang ikut dengan mobil Baizhu.

“Dari sini lebih dekat ke Liyue atau Mondstadt?” tanya Baizhu sedikit panik.

Petugas itu mengecek ponselnya, mencari rute tercepat menuju rumah sakit umum di setiap wilayah Teyvat.

“Lebih cepat menuju Mondstadt, tapi jalurnya merah semua, Dok.”

Jalur merah yang tertera di ponsel petugas itu berarti sedang ada macet parah. Mau tidak mau mereka harus membawa Rosaria menuju rumah sakit umum di Liyue.

“Kita ke Liyue saja, ya?”

“Baik, Dok.”

Baizhu menekan tombol sirine di mobilnya untuk menandakan keadaan sedang darurat, berharap perjalanannya menuju Liyue bisa sampai dengan selamat.

**

Kilas balik saat Kokomi datang menjenguk Beidou

Kokomi tiba di area parkir Rumah Sakit Umum Inazuma, berita tentang kecelakaan Beidou sudah memenuhi portal berita hari ini. Gadis itu tampak khawatir selama perjalanan menuju ruang operasi Beidou.

Berjalan tanpa melihat jalan karena panik, Kokomi menabrak seseorang yang sedang jalan berlawanan dengannya.

“Maaf!” ujar Kokomi sembari membangunkan badannya.

“Tidak apa-apa,” jawab pria bersurai biru muda itu.

Kokomi pergi meninggalkan pria itu setelah meminta maaf untuk yang kedua kalinya. Namun langkah kakinya terasa berat.

Ada apa ini? Kenapa kepalaku pusing?

Kokomi kembali terjatuh, namun bukan karena menabrak orang lain, melainkan jarum tipis yang menempel di lengannya.

“Jarum bius?”

Saat Kokomi hampir tak sadarkan diri, pria bersurai biru itu kembali menghampirinya.

“HEY! KAMU GAK APA-APA?”

Kokomi tak menjawab pertanyaan pria itu. Matanya perlahan memejam karena efek bius yang tak bisa lagi ia tahan.

Il Dottore mengangkat tubuh Kokomi dan keluar dari pintu darurat, tubuh gadis itu terasa sangat ringan di pundaknya. Dottore tak berhenti tertawa selama perjalanan menuju basemen rumah sakit.

“Lemah banget Celestia Kuno satu ini,” gumam Dottore pelan.

Pria itu membawa Kokomi menuju mobilnya, setelah meletakkan gadis itu di kursi belakang mobilnya. Dottore membuka ponselnya dan menelepon seseorang.

“Area basemen sudah aman, kan? CCTV-nya bagaimana?”

CCTV sudah aman, Bos. Rekaman yang masih berjalan saat ini sudah disunting,” jawab salah satu bawahan Il Dottore dari telepon.

Il Dottore langsung menutup teleponnya, ia kembali menghadap ke belakang. Membuka kancing baju gadis bersurai keemasan itu satu persatu.

“Sangonomiya, Celestia Kuno, kamu memang benar-benar harta karun terbesar di Teyvat, Kokomi.” ujar Dottore pelan.

Pria bersurai biru muda itu meraba-raba seluruh tubuh Kokomi, mencari microchip yang terpasang di sekitar tubuhnya.

“Ini dia, mudah sekali, saya bahkan belum berbuat apa-apa sama kamu, Tuan Putri.” lanjut Dottore yang masih berlanjut meraba-raba tubuh Kokomi.

Setelah ia mendapatkan microchip milik Kokomi, Dottore langsung mematahkan benda kecil itu menjadi dua bagian lalu menelannya begitu saja.

“Satu dari tiga Celestia Kuno sudah kudapatkan,” gumam Dottore pelan.

Mobil milik Il Dottore melaju keluar dari rumah sakit, meninggalkan Kazuha yang masih mengkhawatirkan kekasih dan sepupunya itu sampai gila.

**

Setelah tiba di Liyue, petugas unit gawat darurat yang dibawa oleh Baizhu langsung membawanya ke ruangan operasi.

Ketika Baizhu ingin menyusul mereka, teleponnya berdering dari nomor yang tidak dikenal. Ia tak memedulikannya dan berlari menyusul Rosaria.

“Siapkan seluruh peralatan untuk bedah!” seru Baizhu ketika sampai di ruang operasi sambil memakai sarung tangan karet setelah mencuci tangannya.

“Bedah?” tanya salah satu perawat heran.

“Iya, kita harus membedahnya!”

“Tapi tidak ada luka apa pun yang harus diobati, pasien ini hanya pingsan karena syok,” balas perawat yang lain kepada sang dokter.

Baizhu terkekeh mendengar pernyataan yang dilontarkan oleh karyawannya.

“Yang lebih tahu itu kamu atau saya?”

Mereka semua terdiam setelah disudutkan oleh Baizhu, lalu segera mengikuti apa pun yang diperintahkan olehnya.

Tiba-tiba pintu ruang operasi itu terbuka, Il Dottore masuk begitu saja tanpa merasa berdosa.

“Do—”

“Halo, Baizhu.” sapa Dottore tersenyum.

Salah seorang perawat menghalangi Dottore ketika sedang berjalan menghampiri Baizhu yang masih membatu setelah melihat orang gila itu tiba-tiba datang menuju ruang operasi.

“Maaf, Pak. Keluarga tidak boleh masuk ke dalam ruang operasi!”

“Keluarga? Saya tidak punya keluarga,”

Il Dottore mengeluarkan pisau kecil dari dalam baju panjangnya, menyayat urat nadi di leher perawat yang menghalanginya dengan cepat.

“AAAHHH!!!” pekik seisi ruangan itu setelah melihat rekan kerjanya tewas di depan matanya.

Baizhu masih membatu bahkan saat Dottore sudah ada di depan matanya.

“Sekarang kita musuhan, ya. Lo udah mengkhianati gue, Zhu.” bisik Dottore dengan suara berat.

“Maaf,” gumam Baizhu pelan.

Pria paruh baya itu menjatuhkan alat operasinya ke lantai, sementara perawat lain berusaha menyelamatkan rekan kerjanya walaupun sudah terlambat, darah yang keluar dari lehernya sudah muncrat tanpa henti.

“Lo memihak ke orang yang salah, Zhu.” lanjut Dottore tepat di depan wajahnya.

Dottore mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya.

“Ini surat kronologis yang sudah gue siapkan, tulis ulang semuanya lalu suruh salah satu di antara orang yang ada di sini untuk menjaga ruang rawatnya Rosaria. Tunjukkan surat ini kepada siapa pun yang membesuknya,” suruh Dottore dengan tegas.

“Baik,” hanya itu yang keluar dari mulut Baizhu.

Dottore menoleh ke belakang, raut wajah petugas yang ada di ruang operasi itu terlihat sangat ketakutan oleh aura yang dipancarkan oleh Il Dottore.

Eenee meenie miney mo,

Dottore melemparkan pisau yang ia genggam tadi ke salah satu perawat yang ada di sana.

“JANGAN!” teriak Baizhu keras setelah melihat pisau itu tertancam di tengkorak perawat lain.

Pria bersurai biru muda itu tertawa terbahak-bahak setelah melihat dua jasad manusia tak berdosa yang baru saja ia bunuh terbujur kaku di lantai bergelimangan darah.

Mata Il Dottore beralih dengan cepat ke arah tiga perawat yang masih hidup.

“Siapa lagi, ya?” ujarnya tersenyum.

Suara minta ampun yang keluar dari mulut perawat itu tak lagi terdengar oleh Dottore, ia sudah dikuasai oleh dirinya yang lain.

“Sebentar, namamu siapa?” tanya Dottore ke salah satu perawat yang masih hidup.

“Sa-saya Xian—”

Belum sempat mengucapkan namanya, Dottore sudah membunuhnya dengan cepat, ada pisau lain yang keluar dari baju panjangnya. Pisaunya berukuran lebih panjang sehingga dapat dengan cepat memutus kepala perawat itu dari badannya.

Baizhu masih belum mengeluarkan suaranya, ia ingat betul sifat Dottore di dalam pikirannya. Lelaki itu sangat kejam, ia divonis multiple personality disorder oleh rekan kerja Baizhu beberapa tahun yang lalu, lebih tepatnya sebelum ia dijebloskan ke penjara karena sudah membunuh orang yang memvonis kelainannya.

“Zhu, pilih salah satu di antara mereka,” suruh Dottore setelah berputar balik dan berjalan mendekatinya.

Baizhu tak bisa memilihnya, ia adalah seorang dokter. Baizhu tidak akan melanggar kode etiknya sebagai dokter, juga sebagai manusia.

“Kenapa, sih? Susah banget? Kayak soal ujian kedokteran kita dulu, ya?”

Baizhu bergeming, ia benar-benar takut untuk bergerak. Begitu juga Rosaria yang sebenarnya sudah sadar dari tadi namun memilih untuk berpura-pura pingsan.

“Eh, udah bangun, nih, cewek montok!” seru Dottore dengan wajah penuh gairah.

Rosaria mencoba untuk menenangkan dirinya tanpa diketahui oleh Dottore, namun sayangnya pria itu lebih paham ilmu pura-pura mati dibandingnya.

“Gak usah pura-pura pingsan gitu, Sayang.” ujar Dottore menyeringai sambil mengedus seluruh bagian tubuh Rosaria.

Perempuan itu memekik keras dari dalam hatinya, tak kuat menahan pelecehan yang ia terima dari Il Dottore.

“Dottore, hentikan.”

“Diam dulu, Zhu. Ini jatah gue,”

Dottore naik ke atas ranjang Rosaria, perempuan itu tak berani membuka matanya.

“Tuh, kan. Udah bangun,” gumam Dottore sambil membuka mata Rosaria dengan paksa.

“Ampuni saya!” teriak Rosaria setelah dipojokkan oleh Dottore.

“Gue ampuni, kok, tenang aja. Tapi gue coba dulu, ya?”

Belum sempat Dottore membuka resleting celananya, Rosaria meludahi wajah pria gila itu beberapa kali agar ia dapat melepaskan genggamannya.

“Oh, sukanya ludah-ludahan?”

Tak mau kalah, Dottore ikut meludahi wajah Rosaria sebanyak-banyaknya. Setelah mencium aroma dari saliva milik Dottore, perempuan itu muntah-muntah karena mual.

“Tadi ngeludahin gue? Sekarang kenapa muntah-muntah pas gue ludahin balik?”

Baizhu menggenggam tangan Dottore dengan kuat, berusaha mengambil lagi perhatiannya dari Rosaria.

“Kenapa, sih? Udah milihnya?” tanya Dottore kesal.

Lelaki itu hanya mengangguk, ia berusaha mengalihkan perhatian Dottore dari Rosaria.

“Ya udah, bunuh yang mana, nih?”

Baizhu menunjuk dirinya sendiri, ia lebih baik mati daripada orang lain yang ada di ruangan ini.

“Jangan mati dulu, lo itu masih baru, Zhu.” ledek Dottore sambil merangkul badan Baizhu dengan erat.

“Atau gue pilih sendiri aja, nih?” lanjut Dottore.

Il Dottore kembali menatap wajah perawat yang masih hidup, namun ia sudah tidak punya perasaan untuk membunuh lagi.

“Gue udah terlanjur kepincut sama Rosaria, kenapa gak lo bunuh aja, sih, dua-duanya?” rengek Dottore seperti anak kecil.

“Udah, lah. Gue ngambek, malas sama kalian semua,” lanjutnya.

Rosaria terkejut melihat perubahan yang terjadi pada Dottore setiap detiknya, wajahnya bisa berubah menjadi ganas, menggelikan, manis, atau memuakkan dalam kedipan mata saja.

“Asal aja, deh, gue mau main sama Rosaria,”

Dottore langsung menghampiri perawat yang terlihat lebih muda dibandingkan dengan yang lain, memotong kepalanya dengan cepat lalu kembali berjalan menghampiri Rosaria yang masih tak berdaya.

“Rosa, Rosa, Rosa,” kata Dottore dengan suara beratnya.

“Lo udah melihat banyak hal hari ini. But, Honey. My ding dong aren't full yet

Rosaria bergidik setelah melihat wajah Dottore yang kembali berubah menjadi bengis, pria bersurai biru muda itu menarik paksa lidahnya dan memotongnya dalam sekejap.

Rosaria memekik keras, lidahnya dimain-mainkan oleh Il Dottore di depan matanya. Hanya tawa yang keluar dari mulut Dottore.

“Oh, iya. Katanya lo punya keahlian dalam berbahasa isyarat? Bahaya juga kalau lo ngasih bukti ke polisi pakai bahasa isya—”

Il Dottore menusuk punggung tangan bagian kiri Rosaria, lalu memotong jari-jari kecilnya dengan pisau yang keluar dari bajunya begitu saja. Setelah selesai dengan tangan kiri, Dottore pindah ke tangan kanan. Teriakan histeris Rosaria tak digubris oleh Dottore yang tampak tersenyum menikmati acaranya sendiri.

Okay, it's done. Clean the entire room for me please?

Baizhu hanya mengangguk pelan, sementara Il Dottore keluar lewat pintu rahasia yang hanya dilalui oleh dokter dan perawat setelah menyelesaikan tugasnya di ruang operasi.

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 1.1 (Perpecahan)

Selama perjalanan pulang, Dottore dan Scaramouche tidak berbicara apa-apa. Pemuda bersurai ungu itu tidak berani bertanya lebih kepada saudaranya yang telah lama hilang dari peradaban, namun begitu tahu bahwa Dottore adalah salah satu tahanan yang lepas dari Fontaine, ia sekuat tenaga mencari informasi tentang Fontaine dan berusaha untuk mengeluarkan Dottore dari jeruji besi.

“Kenapa diam aja? Lo gak kangen sama gue?” tanya Dottore sambil bercanda.

Scaramouche tidak menjawabnya, mengetahui fakta tentang penjara yang sangat besar di Fontaine terus membuatnya berpikir, bagaimana bisa Dottore bebas begitu saja ketika penjara itu terbakar, sementara tidak ada korban jiwa yang selamat saat itu.

“Pasti aneh, ya? Tiba-tiba gue ada di depan mata lo sekarang?” tanya Dottore lagi.

“Iya,” jawab Scaramouche singkat.

Il Dottore terkekeh melihat perubahan sang adik, dulu Scaramouche termasuk yang paling manja di antara saudaranya yang lain. Namun, kini ia lebih dingin dari es yang ada di Snezhnaya.

“Itu gerbang perumahannya,” ujar Scaramouche seraya menunjuk ke arah gapura Teapod Residence.

Mobil milik Dottore yang juga didapat entah dari mana masuk ke area perumahan baru itu, masih banyak lahan yang kosong di sana, walaupun penghuni Teapod sudah mulai banyak.

“Rumah kita pasti yang paling besar di antara yang lain,” kata Dottore tersenyum.

Melihat senyum tulusnya Dottore sedikit meluluhkan hati Scaramouche, sejauh apa pun dia pergi, bahkan ke dunia lain pun, Il Dottore adalah saudara yang paling ia sayangi.

“Lo aja yang masuk, gue malas ketemu sama Signora,”

“Gak boleh gitu, mau bagaimanapun Signora adalah orang yang menjaga dan membesarkan lo, Scara.”

Lagi-lagi, Scaramouche terenyuh setelah mendengar perkataan Dottore, tubuhnya serasa tergerak sendiri untuk membuka pintu mobilnya.

Mereka berjalan menuju ke rumah Harbringers untuk bertemu dengan Signora dan calon istri dari Scaramouche, Mona Megistus.

“Oh, iya. Mumpung belum masuk rumah, lo mau ngomongin apa?”

“Ehm... karena lo udah bebas, gue mau memberikan Fatui Harbringers kepada lo,” jawab Scaramouche tanpa melihat ke arah Dottore.

Dottore kembali terkekeh mendengar ucapan Scara, adiknya benar-benar sudah dewasa.

“Deal, nih, ya? Terus lo mau ngapain kalau gak ada Fatui?”

“Gue bisa cari kerjaan lain,”

Pintu rumah Harbringers terbuka, Signora dan Mona sedang duduk di ruang tamu sambil berbicara hal-hal yang ringan.

Mata Signora tak lagi memedulikan keberadaan Scaramouche di sana, ia terkejut melihat Il Dottore kembali ke rumah tanpa cacat apa pun.

“Do-Dottore,” gumam Signora pelan.

Il Dottore tersenyum, berjalan mendekati Signora dan mengelus lembut rambut putih milik perempuan itu.

“Perjanjian kita dimulai,” bisik Dottore dengan suara beratnya.

Sementara Scaramouche, tak bisa mengalihkan pandangannya dari Mona, melihat gadis bersurai hitam itu duduk dengan anggun langsung membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Mona beranjak dari sofa yang ada di ruang tamu lalu berjalan menghampiri Scaramouche.

“Jadi kamu yang bernama Scaramouche?”

“Iya,”

Mona tersenyum tipis, apa yang ada di bayangannya jauh berbeda dari yang ada di depan matanya sekarang. Gadis itu selalu mengira Scaramouche adalah anak yang manja dan tak mau diatur. Walaupun benar adanya, Mona juga tertarik kepada lelaki yang sedang ada di hadapannya.

“Ternyata kamu ganteng juga,” ujar Mona blak-blakan.

Rona wajah Scaramouche berubah sepersekian detik kemudian, pujian yang dilontarkan oleh Mona berhasil membuatnya tersipu malu.

“Apa, sih?” balas Scaramouche kesal.

Mona terkekeh melihat reaksi dari Scaramouche, pemuda itu benar-benar polos di matanya.

“Saya Mona Megistus, calon istrimu,”

“Saya Kunikuzushi, mimpi burukmu,”

**

Eula, dan Lisa tiba di rumah sakit Liyue berbarengan, sementara Zhongli dan Ningguang sudah lebih dulu menunggu mereka di depan ruang rawat Rosaria.

“Ah, Pak Zhongli, Bu Ningguang. Maaf saya terlambat,” ujar Eula sembari menundukkan kepalanya.

“Tidak apa-apa, kami juga baru sampai 5 menit yang lalu,” jawab Ningguang di saat Zhongli ingin membalas perkataan Eula.

Wajah Zhongli terlihat kesal ketika ia selalu dipotong oleh istrinya, namun ia tak bisa marah kepadanya, wajah Ningguang yang selalu terlihat manis di matanya membuat Zhongli hanya bisa lebih mencintainya.

“Apa kita sudah boleh membesuk Rosaria?” tanya Lisa sambil menoleh ke sana kemari.

Tidak ada perawat atau dokter yang lewat di lorong dekat pintu ruang rawat Rosaria, padahal seharusnya rumah sakit di Liyue ini merupakan tempat paling sibuk di Teyvat.

“Tadi saya sudah lihat jam besuknya, kita masih ada waktu satu jam,” jawab Zhongli.

Mereka masuk ke dalam ruang rawat Rosaria, di dalamnya ada satu perawat yang sedang menjaga di ruangan itu. Ternyata mereka di tempatkan di setiap ruang rawat, sehingga tidak mengganggu jalanan di sekitar rumah sakit.

“Maaf, Bapak, Ibu. Mau menjenguk saudari Rosaria, ya?” tanya si perawat sambil tersenyum.

Eula hanya mengangguk, ia menunjukkan badge kepolisiannya entah kenapa, ia sudah terlihat panik dari tadi.

“Oh iya, Ibu Eula. Silakan masuk, yang lain juga silakan masuk. Tapi batasnya hanya 4 orang saja, ya,”

Sebelum Eula melangkah menuju ranjang Rosaria yang tertutupi oleh gorden, Lisa menahan lengannya.

“Bagaimana kondisi Rosaria saat ini?” tanya Lisa khawatir.

Perawat itu tak langsung menjawabnya, wajahnya ikut khawatir setelah mendengar pertanyaan dari Lisa.

“Saya tidak berani menjawabnya, Bu. Ini kasus terparah yang pernah rumah sakit hadapi,”

Mendengar jawaban sang perawat langsung membuat Eula semakin panik dan melepaskan genggaman Lisa, ia berlari menghampiri tempat Rosaria.

“Bisa dibaca saja mungkin, kronolo—”

“ROSA!!!!” pekik Eula Histeris.

Ningguang dan Lisa ikut berlari menghampiri Eula dan Rosaria, sementara Zhongli membaca surat kronologis kecelakaan milik Rosaria dengan seksama.

Saya X, saksi yang melihat peristiwa Saudari Rosaria di Inazuma, kapal milik Beidou tenggelam saat akan menepi ke pelabuhan Inazuma, Rosaria adalah orang yang bertugas untuk menjemput Beidou di sana. Petugas yang bertugas memberikan sinyal untuk menepi lompat ke laut begitu saja, awak kapal milik Beidou yang kehilangan petugas itu malah menghantamkan kapalnya ke pelabuhan Inazuma. Sekarang kondisi di sana masih tak terkendali, setelah menabrakkan kapalnya sampai bolong di bagian kanan, kapal itu karam begitu saja, saya tidak melihat dengan jelas saat itu karena panik. Namun hanya Beidou yang berhasil sampai ke daratan, awak kapal yang terjebak di dalam meninggal semua.

Saya melihat seorang pria bertopeng memukul jatuh Rosaria, begitu juga saya, yang langsung tak sadarkan diri setelah melihat kejadian itu.

Setelah membaca seluruh surat kronologis yang terlihat mencurigakan itu, Zhongli berjalan ke tempat Rosaria.

Eula dan Ningguang menangis sambil memeluk tubuh Rosaria yang terlihat normal di mata Zhongli.

Lisa mendekat ke Zhongli dan membisikkan sesuatu.

“Lidah dan seluruh jari tangannya Rosaria dipotong oleh pelaku,”

Kini Zhongli menyadarinya setelah mendapatkan penjelasan dari Lisa, air mata perempuan bersurai merah itu mengalir deras, ia hanya bisa mengeluarkan suaranya, namun tak ada kata yang terucap karena lidahnya sudah habis terpotong. Jarinya yang terpotong juga tak bisa digunakan untuk mengungkapkan sesuatu lewat isyarat.

Pelakunya benar-benar gila,

**

Dainsleif baru saja tiba di depan Teapod Residence, mata lelaki itu terbelalak melihat Si Jago Merah yang sedang menghabisi rumah paling besar di Teapod. Belum ada bala bantuan yang datang ke sana, sebelum api itu mulai menjalar ke rumah lain, ia langsung menelepon unit pemadam kebakaran Teyvat.

“Sialan, kenapa jaringannya hilang!”

Si Jago Merah mulai membesar, kini tubuh Dainsleif bisa merasakan hawa panas akibat dari kebakaran itu.

Di ujung perumahan, Signora sudah tak sadarkan diri. Scaramouche benar-benar membakar rumah Harbringers, namun bukan karena perjodohan yang diatur antara keluarganya dan Megistus, tetapi karena Il Dottore mengkhianatinya setelah Fatui Harbringers diberikan kepada kakak tertuanya.

“TOLONG!” seru Mona yang masih bersusah payah mengangkat tubuh Signora.

Mendengar seruan itu, Dainsleif langsung berlari menuju sumber suara, ia terus menelepon unit kebakaran Teyvat yang masih belum bisa dihubungi.

“Apa yang terjadi di perumahan ini?!” tanya Dainsleif sambil mengangkat tubuh Signora yang masih tak sadarkan diri.

“Keluarga Harbringers terlibat pertikaian dengan seseorang, Scaramouche yang sudah marah langsung membakar rumahnya sesuai 'janji' yang ia ucapkan kepada Signora,”

“Scaramouche? Signora? Mereka ini Harbringers?”

“Iya! Mereka Harbringers dari Snezhnaya! Ayo cepat keluarkan kami dari sini!”

Mereka menjauh dari perumahan Teapod, unit kebakaran yang sudah dihubungi berkali-kali masih belum juga datang.

Awan yang cerah tiba-tiba berubah menjadi hitam pekat, air hujan mulai turun dan memerangi Si Jago Merah hingga padam. Setelah itu, awan hitam tadi kembali ke bentuk semula.

“Celestia,” Mona bergumam pelan.

“Apa katamu?” tanya Dainsleif curiga.

“Celestia ada di sini!”