ismura

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Chapter 1 (Perpecahan) trigger: harsh words

Sudah lebih dari 2 jam Signora dan Mona duduk di ruang makan Harbringers, tidak ada yang menyentuh makanan yang sudah terhidang di atas meja. Tak ada yang mau mengalah dengan egonya masing-masing, cara terakhir Signora untuk memulangkan Scaramouche tampaknya gagal. Anak itu benar-benar tidak tertarik dengan perjodohan yang telah diatur ini.

“Saya masih kuat menunggu sampai Scaramouche datang,” ujar Mona membuka pembicaraan.

Signora menatap Mona tajam, nafsu makannya sudah hilang. Rasanya ia ingin mengobrak-abrik semua yang ada di meja makan ini sesukanya karena adiknya tak kunjung hadir menemui orang penting dari Mondstadt ini.

“Kenapa? Ada yang salah dengan muka saya?” Mona mengernyitkan alisnya sebelah.

“Tidak, tidak sama sekali,” jawab Signora ketus.

Mona menyilangkan tangannya di dada, perempuan itu menyenderkan tubuhnya di kursi yang berlapis emas, kursi ini hasil desain Signora sendiri, biasanya ini dipakai untuk perjamuan para petinggi pemerintah, harganya sangat mahal.

Ternyata setelah Signora pergi dari pesta rumah barunya Jean dan Lisa 5 tahun yang lalu, Yanfei terus menerus membantu para tamu undangan untuk membersihkan kembali nama Signora, gadis gila itu bahkan rela menjatuhkan harga dirinya sendiri agar nama Harbringers bisa kembali dipercaya oleh masyarakat.

Setelah itu banyak pesanan yang berdatangan, isu Fatui Harbringers pun hilang dalam sejenak, apalagi saat berita penangkapan Yanfei mulai tersebar, nama Signora dan Harbringers kembali diperbincangkan. Salah satu blunder terbesar Yanfei saat itu ada di tangan Scaramouche dan Ajax.

“Boleh saya tanya sesuatu, Mona?”

Mona kembali menoleh ke Signora, ia meluruskan duduknya dan meletakkan kedua tangannya di atas meja.

“Boleh. Silakan, tanyakan saja,” jawab perempuan bersurai hitam dengan topi berwarna biru itu dengan tegas.

“Ini tentang badai di Tsurumi Island,”

Mona terkekeh setelah mendengar kalimat pertama yang keluar dari mulut Signora.

“Sejak kapan Anda tertarik kepada Celestia?”

“Kenapa Anda bertanya balik kepada saya?” balas Signora ketus.

Melihat wajah Signora yang sudah terlanjur kesal, Mona menghela nafas untuk menenangkan dirinya setelah mengetahui bahwa Signora tidak tahu apa-apa tentang Celestia.

“Setiap Celestia yang ada di Teyvat memiliki kekuatan, kekuatan itu di dapat setelah mereka diangkat menjadi Celestia,” jawab Mona dengan serius.

“Lalu? Tahu dari mana kalau kejadian di Tsurumi Island itu adalah ulah dari Celestia?” Signora kembali bertanya kepada sang ahli meteorolog Mondstadt itu.

“Ya, semua sudah saya jawab di awal, mereka memiliki kekuatan tersendiri, Anda ternyata tidak pernah baca berita, ya?”

Wajah Signora semakin terlihat masam, perutnya yang kosong ditambah dengan omongan Mona yang terdengar menyudutkan membuat perempuan itu lebih emosi dari sebelumnya.

“Saya sibuk mencari Scaramouche selama 3 tahun terakhir, urusan mistis seperti itu tidak membuat saya tertarik. Dan kebetulan saya sekarang sudah duduk di depan pakarnya secara langsung, makanya saya bertanya kepada Anda,”

“Apalagi yang ingin ditanyakan?”

“Saya hanya tahu Celestia di Inazuma lewat berita, dia sendiri yang mencanangkan bahwa Celestia tidak harus ada lagi di dunia yang sudah modern ini, tapi kenapa dia masih ada?”

Mona mengangguk pelan, paham dengan apa yang dipikirkan oleh calon iparnya tersebut.

“Maaf, Signora. Untuk masalah itu, saya tidak tahu. Tugas saya hanya untuk mengamati cuaca di Teyvat. Setelah menemui kejanggalan itu, saya mendiskusikannya dengan sejarawan yang ada di Inazuma yang saya lupa tanyakan namanya, beliau mengatakan bahwa kekuatan Celestia dari Inazuma adalah pengontrolan cahaya namun hanya untuk beberapa tempat saja,” jawab Mona sejelas-jelasnya.

“Dan Tsurumi adalah salah satu tempatnya?”

Mona hanya membalasnya dengan anggukan.

“Saya tidak berani menjawab lebih banyak, karena pasti ada yang lebih paham tentang hal ini,”

Kini Mona dan Signora sudah tidak tegang seperti tadi, mereka mulai berbicara hal-hal lain selain Celestia.

“Maafkan saya, Signora. Makanan kita jadi dingin dan tidak enak lagi untuk disantap,”

Signora tersenyum, kali ini senyumnya tulus.

“Kita bisa memesan makanan lain atau memasak, tenang saja,”

“Anda bisa memasak? Saya baru saja mempelajari resep Sweet Madame yang saya dapat dari Good Hunter!”

“Oh, ya? Mau masak bareng?”

“Boleh!”

**

Kazuha tak berhenti menelepon Kokomi yang tiba-tiba hilang kabar, ponselnya sudah tidak aktif beberapa menit yang lalu. Kini Beidou sedang berada di ruang operasi, selain Kokomi, hanya Gorou yang sangat dekat dengannya. Namun Gorou sedang tidak bisa menemani sahabatnya itu karena urusan kuliah yang tidak bisa ditinggalkan.

“Kamu ke mana, sih, Mi?” gumam Kazuha pelan.

Salah satu dokter dari ruang operasi keluar dari ruangan, Kazuha menahan lengannya untuk bertanya kabar sepupunya itu.

“Dok, apa operasinya sudah selesai?” tanya Kazuha khawatir.

Dokter itu membuka pembungkus rambutnya yang sudah bertengger di kepalanya selama beberapa jam. Peluhnya mengalir deras, rambutnya pun sudah basah, hanya matanya yang tersenyum untuk menenangkan Kazuha yang sedang kalut.

“Tenang saja, semuanya akan baik-baik saja,” jawab sang dokter.

“Syukurlah, terima kasih, Dok.”

“Oh, iya. Di ruangan operasi itu ada pintu khusus agar perawat dan dokter yang sedang bertugas di ruang operasi bisa kembali ke tempat istirahat mereka, saya keluar dari sini untuk mengabari saudara yang menunggu pasien saja,” lanjut sang dokter kepada Kazuha.

Kazuha sudah bisa bernafas lega setelah mendengar penjelasan dari dokter, setelah mendengarkan kabar bahwa kapal milik Beidou yang bertengger di Inazuma mengalami kebocoran, Kazuha langsung berangkat dari kampusnya menuju pelabuhan, belum diketahui apa yang membuat kapal yang kokoh milik sepupunya itu bisa tenggelam begitu saja.

“Kamu tunggu 15 menit dari sekarang, seluruh petugas masih membereskan ruang operasi, lalu temani saudara kamu untuk menuju ke ruang rawat, ya.”

“Baik, terima kasih, Dok.”

Setelah berpisah dengan dokter, Kazuha duduk di kursi yang berjejer dekat pintu ruangan operasi. Menenangkan tubuhnya dan mengirimkan pesan kepada Kokomi bahwa Beidou sudah selamat.

Masih gak terkirim juga, mungkin habis baterai,

Belum sampai 15 menit, suara erangan mulai terdengar dari ruangan Beidou.

“ANJIIIIIIIINGGGGGGGGG!”

Walaupun Kazuha terkejut setelah mendengar umpatan Beidou, hatinya sedikit tenang karena sepupunya sudah kembali seperti biasa.

“Lo abis kecelakaan masih aja ngum—”

Kazuha tak menyelesaikan ucapannya, melihat Beidou terjatuh sambil meraba-raba apa pun yang terkena oleh tangannya membuat lelaki itu memekik histeris.

“LO KENAPA, MBA?!”

Kazuha berlari menghampiri Beidou dan mengangkatnya, ia belum sadar dengan apa yang terjadi dengan sepupunya.

“DOKTER ANJING! ANJING! ANJING! ANJING!” umpat Beidou tak henti-henti.

“MATA KANAN GUE DICONGKEL SAMA DIA! DOKTER BANGSAT!”

You Keep Me Alive Season 2

cw, au // Prolog

Teyvat, selalu menjadi tempat yang menarik bagi setiap orang. Tujuh wilayah yang terbentang luas di negeri ini selalu memiliki cerita yang unik untuk diceritakan.

“Selamat datang, Mona Megistus. Silakan duduk,” sapa Signora yang sudah duduk di meja panjang ruang makannya.

Mona Megistus, adalah seorang astronom dan meteorolog muda terkenal di Mondstadt yang menjadi korban perjodohan orang tuanya dengan salah satu The Harbringers, Scaramouche.

“Langsung ke intinya saja, Signora. Mana dia?” tanya gadis bersurai hitam panjang itu setelah duduk di kursinya.

Signora tersenyum tipis, memaki gadis yang ada di hadapannya dengan berbagai macam umpatan di hatinya. Signora sengaja membuat acara perjodohan itu di rumahnya supaya Scaramouche mau kembali pulang setelah pergi dari rumah selama 3 tahun, semenjak adiknya memegang kendali penuh atas Fatui Harbringers, Scaramouche mengembangkan organisasi itu dengan cepat. Namun, ia mengambil jalur yang salah.

“Mungkin sebentar lagi, lebih baik kita makan terleb—”

“Saya tidak lapar. Orang tua saya yang memaksa untuk bertandang ke sini, saya hanya ingin melihat calon suami saya,” balas Mona tegas.

Signora yang sudah terlampau emosi kembali meletakkan sendok dan garpunya di atas alas peralatan makan. Padahal ia sudah lama ingin memakan makanan yang ia beli langsung dari Fontaine.

“Dia sebentar lagi akan datang, saya yakin,”

**

“Hati-hati, ya, Sayang!” seru Ningguang dari depan gerbang sekolah.

“Hati-hati, Cucuku!” ujar Zhongli tak mau kalah dengan sang istri.

Mereka yang mengantar kedua cucunya, Sayu dan Yun Jin hari ini. Karena Albedo sedang bulan madu dengan Sucrose di Liyue. Sebenarnya Sucrose tidak tega meninggalkan Sayu sendirian, gadis kecilnya adalah anak yang pemalu, ia jarang berbicara dan lebih sering menangis. Namun, Sayu bisa ditenangkan oleh Zhongli.

Sejak kelahiran Yun Jin, Keluarga Geo terbagi menjadi dua kubu yang selalu bersaing. Pertama adalah kubu Nana, yang berisi Ningguang, Yun Jin, Sara dan Gorou. Yang kedua ada kubu Angli, yang berisi Zhongli, Sayu, Sucrose, Albedo, dan Noelle.

Yun Jin menggenggam tangan Sayu, berjalan bersama menuju kelas mereka masing-masing. Karena usia Yun Jin belum cukup untuk masuk ke TK Teyvat, ia terpaksa menunggu hingga tahun depan, berbeda dengan Sayu.

“Lihat cucu kita, Ning. Mereka mesra sekali,” ujar Zhongli sambil meniru apa yang dilakukan oleh Yun Jin kepada Ningguang.

Perempuan itu tersenyum setelahnya, menatap netra Zhongli sedalam-dalamnya. Walaupun mereka berdua sangat kompetitif, di saat sedang berdua mereka jauh lebih romantis dari Albedo dan Sucrose atau Noelle dan Thoma.

“Wanmin, yuk?” ajak Ningguang, ia meletakkan kepalanya di bahu bidang suaminya.

“Kita bawa dua mobil, lho. Di sini gak ada tukang parkir,” balas Zhongli dengan nada sinis.

Ningguang terkekeh mendengar kesinisan suaminya, ia mengangkat kepalanya dan menahan lengan Zhongli.

“Hanya ada satu cara untuk menyelesaikan semua ini, Mas.”

“Iya, hanya satu caranya,”

Mereka berjalan menuju mobilnya masing-masing, Zhongli dengan mobil keluarga berwarna kuning keemasan sementara Ningguang dengan mobil sedan berwarna hijau milik Sucrose yang dititipkan kepadanya.

Suara mesin mobil mereka saling beradu, setelah Zhongli mensejajarkan mobilnya dengan Ningguang, lelaki paruh baya itu membuka jendelanya.

See you on another side, Baby.

Hasta la vista, Mi Amor.

**

Keqing berjalan menuju ruangan Kujou Sara, gadis itu terlihat khawatir sambil memegang selembar koran yang sudah disobek dan sedikit basah karena keringat.

“Permisi, Sara.” sapa Keqing dari luar ruangannya.

Ruang kerja Sara dipasang pintu dengan alarm khusus buatan Sangonomiya Enterprise, sensornya bisa membaca gerak langkah kaki manusia atau suara putaran roda dari kursi roda milik Sara sehingga pintu itu akan otomatis terbuka dengan sendirinya.

“Ya, Keqing. Silakan masuk,”

Gadis itu jalan menghampiri Wakil Direktur Jade Chambers, Kujou Sara.

“Kamu terlihat khawatir,” ujar Sara tersenyum.

Keqing masih terlihat khawatir, namun memaksa ikut tersenyum.

“Potongan koran ini baru saya temukan 3 hari yang lalu, saya tidak berani memberikannya kepada kamu, tapi Ibu Ningguang masih belum juga datang ke kantor,”

Sara mengulurkan tangannya, meminta potongan koran yang masih dipegang erat oleh Keqing.

“Biar saya yang lihat,”

Dengan terpaksa Keqing memberikan potongan koran itu kepada Kujou Sara, ia berharap Sara tidak kaget dengan isi beritanya.

Badai di Tsurumi Island masih berlanjut, sejarawan curiga bahwa Celestia masih hidup

Badai besar terus menghujani Tsurumi Island, fenomena ini terbilang langka mengingat pulau itu tidak berpenghuni, peristiwa ini telah ditutupi oleh Pemerintah Inazuma selama 5 tahun, akhirnya seluruh warga Teyvat mengetahui bahwa Celestia dari Euthymia masih hidup

Informasi tambahan dari Mona Megistus, seorang astronom sekaligus meteorolog muda dari Mondstadt mengatakan bahwa badai Tsurumi Island hanya berhenti selama satu hari setiap tahunnya, di tanggal 1 Juni

Sara tak kunjung bersuara, ia masih membaca kata demi kata yang ada di potongan koran itu.

“1 Juni itu?” tanya Keqing pelan.

“Ulang tahun Kak Itto,”

**

Scaramouche mengistirahatkan dirinya di Windrise, setelah perjalanan panjangnya dari Natlan untuk bertemu dengan seseorang, pemuda bersurai ungu itu terpejam sesaat.

Sudah 3 tahun Scaramouche pergi dari rumah Harbringers, ia sengaja melakukan itu untuk mencari cara agar dapat membebaskan saudaranya yang sedang mendekam di penjara daerah Fontaine. Namun, setelah Scaramouche tiba di Fontaine, lapas narapidana di Fontaine dalam keadaan terbakar, tidak ada yang tersisa di sana, tak ada yang sempat menyelamatkan dirinya, kecuali satu orang, kakak yang sengaja menghilang dari silsilah keluarga Harbringers, Il Dottore.

“Lo ngapain tidur sendirian di hutan?” ujar seseorang dari belakang Scaramouche.

“Berisik, jangan ikut campur urusan orang lain,” balas Scaramouche tanpa membuka matanya.

“Walaupun itu kakak lo sendiri?”

Scaramouche membuka matanya perlahan, ia melihat pria bersurai biru muda itu sedang tersenyum. Orang yang selama ini ia cari telah ada di depan matanya.

“Dottore?”

“Hai, gue baru balik dari Liyue,” sapanya sambil tersenyum.

You Keep Me Alive Season 2 Character List (updated 22/03/22)

*this is an alternate universe by the author *all characters belong to miHoYo *spoiler free!! *ignore timestamps *modern society setting *ooc, bxg, gxg ship *written in bahasa *REALLY appreciated if you qrt/rt/like

Geo Family Zhongli – 55 tahun / timeskip 65 tahun – Suami dari Ningguang – Ketua RT 01 Teapod Residence – Konyol, receh, bijaksana, perhatian dan kolot – Hero of Teyvat – Cucu favoritnya adalah Sayu – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Ningguang dan Madame Ping

Ningguang – 53 tahun / timeskip 63 tahun – Istri dari Zhongli – Direktur utama Jade Chambers – Bijaksana, tegas, penyayang, dan serius – Super mom and the lovely grandma – Juru bicara RT 01 Teapod Residence – Cucu favoritnya adalah Yun Jin – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Zhongli dan Madame Ping

Arataki Itto (death, will appears on flashback) – Troublemaker of Teyvat – Ayah dari Yun Jin – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Kujou Sara

Albedo – 29 tahun / timeskip 39 tahun – Suami dari Sucrose, ayah dari Sayu – Receh, penyayang, cerdas, dan kebapakan – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Sayu dan Sucrose – Alchemist di Bio-Alchemy of Mondstadt

Noelle – 22 tahun / timeskip 32 tahun – Rajin, supel, manis, penyayang, namun penakut – The Pearl of Geo Family – Kekasih Thoma – Memiliki ikatan yang kuat dengan Thoma – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Madame Ping

Gorou – 20 tahun / timeskip 30 tahun – Manja, pemberani, konyol, dan bijaksana – The Last Member of Geo Family – Masih menyukai Kokomi namun tetap menghargai Kazuha – Memiliki ikatan yang kuat dengan Ningguang

Sucrose – 28 tahun / timeskip 38 tahun – Istri dari Albedo, ibu dari Sayu – Pesimis, penyayang, pekerja keras, supel – Guru IPA di SMP Teyvat

Kujou Sara – 24 tahun / timeskip 34 tahun – Ibu dari Yun Jin – Keras, tegas, memiliki PTSD – Wakil direktur di Jade Chambers – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Arataki Itto

Yun Jin – 5 tahun / timeskip 15 tahun – Putri dari Kujou Sara dan Arataki Itto (death) – Serius, polos, namun petakilan – Cucu kesayangan Ningguang – Incaran musuh Keluarga Geo

Sayu – 5 tahun / timeskip 15 tahun – Putri dari Albedo dan Sucrose – Pemalu, polos, namun telmi (telat mikir) – Cucu kesayangan Zhongli

Madame Ping – 82 tahun – Ibu dari Ningguang, mertua dari Zhongli – Sangat menyayangi Zhongli – Bijaksana, receh, peduli – Cucu kesayangannya adalah Noelle – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Noelle, Ningguang dan Zhongli

Ancient Celestia Aether – 22 tahun – Saudara kembar Lumine – Merupakan seorang Celestia Kuno – Warga Teapod Residence RT 01 – Tampan, jenius, perhatian – Kekasih dari Keqing – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Lumine dan Kokomi

Lumine – 22 tahun – Saudara kembar Aether – Merupakan Celestia Kuno – Warga Teapod Residence RT 01 – Cantik, jenius, pemalu, memiliki empati yang tinggi – Kekasih dari Childe – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Aether dan Kokomi

Sangonomiya Kokomi – 23 tahun – Tegas, berwibawa, manis, pintar – Pemilik Sangonomiya Enterprise – Merupakan Celestia Kuno – Saudara tiri Aether dan Lumine – Kekasih dari Kazuha

Adeptus Cousin Ganyu (12 IPA 1) – 23 tahun / timeskip 33 tahun – Sepupu Xiao, anak angkat Zhongli – Cantik, pintar, perhatian – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Xiao – Sahabat Keqing

Xiao – 21 tahun / timeskip 31 tahun – Sepupu Ganyu, anak angkat Zhongli – Ganteng, atlet, cuek, (masih) wibu – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Ganyu – Kekasih dari Xiangling

Harbringers La Signora / Rosalyne – 31 tahun / timeskip 41 tahun – Pendiri The Harbringers – Cuek, pekerja keras, keras, tegas – Memiliki hubungan khusus dengan Il Dottore

Childe / Ajax / Tartaglia – 23 tahun – Kekasih dari Lumine – Pintar, manis, ramah, namun memiliki aura jamet – Nampaknya seperti pengangguran tapi kekayaannya selalu mengalir

Scaramouche / Kunikuzushi – 20 tahun / timeskip 30 tahun – Kasar, keras, manja, tertutup – Pemimpin Fatui Harbringers – Mengetahui seluk beluk Celestia dan Celestia Kuno – Dijodohkan dengan Mona Megistus

Megistus Family Mona Megistus – 21 tahun / timeskip 31 tahun – Astronom terkenal di Teyvat – Manis, perhatian, penyayang, tertutup – Pewaris asli dari Keluarga Megistus – Dijodohkan dengan Scaramouche

Aether's Friends Xingqiu – 21 tahun / timeskip 31 tahun – Jenius, perhatian, ramah, kaya raya – Tunangan dari Hu Tao – Memiliki ikatan yang kuat dengan Hu Tao

Bennett – 21 tahun / timeskip 31 tahun – Masih sering dianggap figuran – Konyol, baik, ramah – Kekasih dari Fischl

Amber – 20 tahun / timeskip 30 tahun – Ramah, baik, perhatian, pesimis

Hu Tao – 21 tahun / timeskip 31 tahun – Ceria, cerdas, ramah, perhatian – Tunangan dari Xingqiu

The Underworld Dainsleif – 35 tahun / timeskip 45 tahun – Misterius, pendiam, kaku, serius – Sedang mencari informasi tentang Celestia Kuno – Bawahan Tsaritsa (death)

Tsaritsa (death, will appears on flashback) – Ibu dari Aether, Lumine, dan Kokomi – Tegas, keras, sombong, pemarah – Mati dibunuh oleh Zhongli – Celestia Kuno terakhir yang diketahui oleh sejarah – Atasan Dainsleif

Yanfei – 37 tahun / timeskip42 tahun – Memiliki kepribadian ganda – Dibenci seantero Teyvat – Memiliki reputasi yang sangat buruk

Il Dottore – Usianya tidak diketahui – Memiliki kepribadian ganda – Tahanan kelas kakap Fontaine – Memiliki hubungan khusus dengan La Signora – Masih dalam pencarian oleh Teyvat Police

Wanmin Restaurant Mao – 50 tahun – Ayah dari Xiangling – Pekerja keras, ulet dan tegas – Koki utama Wanmin Restaurant

Xiangling – 22 tahun – Putri dari Mao – Pekerja keras, manis, ramah, penyayang – Kekasih dari Xiao – Koki di Wanmin Restaurant

Jean and Lisa's Family Lisa – 43 tahun / timeskip 53 tahun – Single parent, penyayang, perhatian – Rektor di Universitas Teyvat – Masih menyukai Rosaria

Jean – 34 tahun – Istri dari Diluc (death), ibu dari Klee – Mandiri, cantik, pekerja keras, penyayang, tegas – Memiliki ikatan yang kuat dengan Klee – Kepala Sekolah SMA Teyvat

Klee – 13 tahun / timeskip 23 tahun – Anak dari Diluc (death) dan Jean – Ceria, pintar, menarik, seniman – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Razor

Razor – 21 tahun / timeskip 31 tahun – Anggota kepolisian khusus di Teyvat – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Klee – Pendiam, dan polos – Atasan Teppei

Barbara – 21 tahun / timeskip 31 tahun – Manis, perhatian, setia, seniman – Istri dari Venti, adik kandung Jean

Venti – 21 tahun / timeskip 31 tahun – Suami dari Barbara, adik ipar dari Jean – Tampan, atlet, perhatian, bucin, seniman – Memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Barbara

Electro Girls Keqing – 23 tahun / timeskip 33 tahun – Bendahara di Jade Chambers – Kekasih dari Aether – Cantik, pintar, mandiri – Ngebet nikah sama Aether – Sahabatnya Ganyu

Beidou – 33 tahun / timeskip 43 tahun – Pemabuk, keras, perhatian, manis, sexy – Sahabat Arataki Itto (death) – Sepupu dari Kazuha – Kapten kapal khusus wanita Liyue

Adventures Guild Officer Kaeya – 35 tahun / timeskip 45 tahun – Sepupu dari Diluc (death) – Pemimpin Knight of Favonius – Teman main Zhongli – Ganteng, lucu, cerdas, namun buaya dan jamet

Rosaria – 39 tahun / timeskip 49 tahun – Adik tiri Eula – Masih menyukai Kaeya – Dingin, jutek, judes, penyayang

Kazuha – 21 tahun / timeskip 31 tahun – Baik, perhatian, puitis – Kekasih dari Kokomi – Sepupu dari Beidou – Anggota Adventures Guild termuda – Sahabat Gorou

Inazuma's Stakeholder Kamisato Ayaka – 21 tahun / timeskip 31 tahun – Putri Inazuma – Manis, rajin, tegas – Mantan kekasih Thoma

Kamisato Ayato – 33 tahun / timeskip 43 tahun – Pelaksana pemerintah di Inazuma – Tegas, bijaksana, penyayang – Sangat membenci Keluarga Geo

Thoma – 23 tahun / timeskip 33 tahun – Baik, pintar, ulet, dan menarik – Kekasih Noelle – Kepala Kepolisian Inazuma – Bawahan Eula

Teyvat Police Teppei – 32 tahun / timeskip 42 tahun – Bawahan Razor – Baik, tegas, bijaksana, kolot – Memiliki ikatan yang kuat dengan Yanfei

Eula – 40 tahun / timeskip 50 tahun – Kakak tiri dari Rosaria – Jujur, polos, pendendam – Pimpinan Teyvat Police

Baizhu's Family Baizhu – 54 tahun – Penghuni Teapod Residence yang baru – Calon RT 02 Teapod Residence – Ayah dari Qiqi – Receh, kolot, dan ramah

Qiqi – 13 tahun / timeskip 23 tahun – Putri dari Baizhu – Pendiam, polos, pemalu, tertutup – Masih mencari tahu siapa ibunya

Cryo Family Shenhe 34 tahun / timeskip 44 tahun – Tante dari Chongyun – Tegas, pemarah, penyayang, tertutup, memiliki PTSD – Penghuni Teapod Residence yang baru

Chongyun 21 tahun / timeskip 31 tahun – Keponakan Shenhe – Baik, ramah, manis, pesimis – Teman kuliah Xingqiu – Diam-diam menyukai Amber

Celestia Raiden Ei (currently with no name) – 35 tahun / timeskip 45 tahun – Inazuma's traitor – Keberadaannya tidak diketahui – Salah satu Celestia yang masih hidup

Fischl – 22 tahun / timeskip 32 tahun – Puitis, pengkhayal, perhatian, pemalu – Kekasih dari Bennett – Salah satu Celestia yang masih hidup

You Keep Me Alive Season 1 Trivia

  1. Gorou tahu bahwa Xiao adalah saudara angkatnya namun tetap memukulnya karena tidak terima dengan perlakuan Xiao kepada Hu Tao (chapter 2)

  2. Fischl merupakan seorang Celestia, namun tidak diketahui oleh Zhongli.

  3. Scaramouche tahu bawa Fischl adalah seorang Celestia.

  4. Mariane (ibunya Fischl) mengangkat Fischl sebagai Celestia lewat hukuman yang diberikan kepada Fischl tanpa diketahui olehnya sendiri.

  5. Scaramouche tahu siapa saja Celestia yang masih hidup namun ia tak memedulikan hal itu.

  6. Aether, Lumine dan Kokomi adalah Celestia Kuno yang tersisa.

  7. Kamisato Ayato sangat membenci Keluarga Geo.

  8. Diluc memiliki hubungan dengan banyak wanita selain Lisa.

  9. Kaeya mengikuti gaya hidup Diluc.

  10. Hanya Itto dan awak kapal milik Beidou yang tahu kenyataan di balik eye patch milik Beidou.

  11. Hanya Albedo (anak dari Keluarga Geo) yang tahu bahwa Zhongli yang membunuh Raiden Ei yang palsu.

  12. Sifat Albedo berubah semenjak lahirnya Sayu, ia terlihat seperti Zhongli sekarang.

  13. PS milik Ajax ada lebih dari 4 di rumah si kembar, semuanya disita oleh Lumine agar Ajax bisa fokus menyelesaikan kuliahnya.

  14. Madame Ping awalnya tidak tahu bahwa Aether dan Lumine adalah Celestia Kuno.

  15. Xiao lupa kalau dirinya dengan Xiangling sudah memiliki hubungan (teaser season 2).

  16. Ei ada saat Keluarga Geo ziarah ke makam Itto di hari ulang tahunnya (chapter 16)

  17. Wilayah tempat peristirahatan terakhir Itto termasuk ke dalam jangkauan kekuatan Celestia milik Ei.

  18. Ei belum memilih nama yang tepat sejak berpisah dengan Zhongli (chapter 16)

  19. Rosaria sadar bahwa Lisa menyukainya.

  20. Sangonomiya Enterprise tidak pernah berbagi informasi dengan polisi selama season 1 berlangsung.

  21. Fatui Harbringers sudah resmi menjadi milik Scaramouche sejak Yanfei ditangkap.

  22. Sumber keuangan Ajax (Childe) sampai saat ini belum diketahui.

  23. Aether dan Lumine takut untuk menikah dengan pasangan mereka (Keqing dan Childe).

  24. Kamisato Ayaka masih tetap mencintai Thoma meskipun hubungannya dengan Thoma telah selesai.

  25. Teapod Residence kini sudah memiliki banyak rumah siap huni.

You Keep Me Alive

cw, au // ending You Keep Me Alive

“Ilmu pengetahuan benar-benar membuatmu gila, Yanfei.” ujar Ningguang dari luar sel tempat Yanfei berada.

Gadis itu hanya terkekeh mendengar Ningguang, orang yang selama ini ia anggap sebagai ibu kandungnya sendiri. Tidak ada alasan spesifik kenapa Yanfei sengaja mencelakakan Zhongli, gadis itu memang sudah gila sejak awal.

Ningguang bergegas meninggalkan selnya Yanfei, ia masih ditunggu oleh Teppei yang kebetulan sedang berjaga di depan meja informasi.

“Kamu ini kerjanya sebagai inspektur atau resepsionis, sih, Pei?” ledek Ningguang bercanda.

Teppei hanya membalas pertanyaan Ningguang dengan tawa canggungnya. “Mau gimana, Bu? Kalau gak diawasin nanti mereka mangkir terus!”

Ningguang mengisyaratkan Teppei untuk mengikutinya, mereka berjalan menuju sudut ruangan dekat pintu keluar kantor polisi pusat Teyvat.

“Yanfei benar-benar tidak memberikan alasan yang pasti, seperti yang kamu bilang?”

Teppei hanya mengangguk, tidak ada yang tahu bahwa selama ini Yanfei memiliki kelainan, gadis itu mengidap dissociative identity disorder atau berkepribadian ganda.

Ningguang berdehem, jawaban Teppei sama sekali tidak memuaskannya. Ia merasa kasihan kepada Yanfei karena bisa saja ia memiliki trauma di masa lalu sehingga dia bisa menjadi seperti sekarang ini.

“Tapi, Bu. Hukum tetap harus ditegakkan, Yanfei akan mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuatannya.”

“Ya, jangan dikurung dalam penjara terus. Buat dia berbicara dengan psikiater atau apa pun itu namanya. Dia masih sangat muda, Teppei.” balas Ningguang khawatir.

Rasa kesal dan bencinya kepada Yanfei perlahan hilang setelah mengetahui bahwa gadis itu memiliki kelainan, melihat Yanfei dikurung di dalam sel berukuran sempit justru mengingatkannya kembali kepada anak sulungnya, Arataki Itto. Ningguang selalu menemani Itto di saat-saat terakhirnya, ia benar-benar merindukan Itto saat ini.

“Ya sudah, saya percayakan semuanya kepada yang lebih paham. Terima kasih banyak, Teppei.” ujar Ningguang lalu pergi meninggalkan kantor polisi.

Perjalanan sebuah waktu tidak perlu lagi diragukan, ia akan terus berjalan walaupun banyak orang yang memohon untuk menghentikannya. Waktu tidak pernah berbohong jika berbicara tentang akhir, ia selalu menepati janjinya untuk menyembuhkan luka seseorang, mengungkap takdir yang selama ini ditunggu oleh setiap insan, dan yang paling pasti adalah waktu justru membuat kita sadar bahwa hidup hanyalah sementara.

5 tahun telah berlalu, hari ini adalah hari kelulusan si kembar di Universitas Teyvat.

“Wisudawan terbaik Universitas Teyvat, dari jurusan Ilmu Pemerintahan, Aether dengan IPK sempurna, 4.0!” seru Lisa yang kini sudah menjadi rektor di Universitas Teyvat.

“Wisudawati terbaik Universitas Teyvat, dari jurusan Psikologi, merupakan kembaran dari Aether, bernama Lumine dengan IPK hampir sempurna, 3.94!”

“Selamat untuk kedua wisudawan terbaik tahun ini, saya harap kalian akan traktir saya nanti di rumah!” ledek Lisa kepada si kembar yang justru mengundang gelak tawa tamu yang lain.

Sejak lulus sidang skripsi beberapa bulan yang lalu, Venti dan Barbara memutuskan untuk menikah sebelum prosesi wisuda. Barbara meminta Lumine dan Jean untuk menjadi bridesmaid-nya, namun Lumine lah yang paling sibuk sebelum pernikahan mereka. Ditambah lagi dengan hiruk pikuknya dunia perkuliahan yang kadang membuatnya nangis sendiri di kala dunia sedang kejam kepadanya.

And now i pronounce you husband and wife

You may kiss the bride

Melihat indahnya pernikahan Venti dan Barbara membuat air mata Lumine tak bisa ditahan lagi, ia tak pernah menyangka sahabatnya ini benar-benar menemukan pasangan sejatinya begitu cepat. Dulu ia selalu mencibir Barbara ketika sudah berbicara tentang jodoh, karena ia tak pernah percaya sedikit pun dengan jodoh yang katanya di tangan Tuhan. Namun, Tuhan memberikan petunjuk untuk Barbara, sehingga ia terus menjaga Venti sampai akhirnya mereka berdiri di depan puluhan tamu yang menjadi saksi ikatan cinta mereka.

“Jangan nangis, dong!” ujar seorang pria yang berdiri tepat di samping Lumine sembari memberikan tisu kepada kekasihnya tersebut.

“Terima kasih, Sayang.” balas Lumine kepada Tartaglia, orang yang masih setia menunggunya sampai lulus kuliah.

Hubungan mereka selalu dihadapkan dengan problematika yang rumit, mulai dari Aether yang awalnya masih tidak setuju dengan hubungan mereka, ditambah lagi dengan Tartaglia yang masih dianggap sebagai bagian dari The Harbringers bagi sebagian orang. Tartaglia terus menjaga rahasia terbesar yang dimiliki oleh Lumine, yaitu dia adalah seorang Celestia kuno. Memang sampai saat ini belum banyak yang mengetahui hal itu, tapi itu selalu menjadi kebanggaan tersendiri untuk Tartaglia yang sekarang sudah mendapatkan panggilan khusus dari Lumine, yaitu Childe.

“Tumben? Manggil sayang?” sindir Childe kepada sang kekasih.

“Berisik! Lagi terharu ini!” balas Lumine kesal.

Childe merangkul Lumine dengan lembut, mereka begitu menikmati suasana pesta pernikahan Venti dan Barbara. Di satu sisi, masih ada saudara yang belum bisa tahan melihat kemesraan adiknya, padahal mereka sudah jadian selama kurang lebih 2 tahun.

“Udah kali, Yang. Mereka cocok, kok.” ujar Keqing yang dari tadi sibuk mengelus punggungnya Aether, kepalanya otomatis terfokus ke Childe ketika pria itu sedang memanjakan Lumine.

“Keselnya sampai sekarang, tahu!” runtuk Aether, namun ia tak bisa berbuat apa-apa.

“Eh, Yang?”

Aether menoleh ke arah Keqing. Keqing pun menyenderkan kepalanya di bahu sang kekasih.

“Bentar lagi, kan, wisuda. Aku juga udah kerja dan jabatanku di Jade Chambers juga lumayan.”

“Apa? Kamu mau menikah juga?” potong Aether dengan senyum menggoda.

“Yaaaa... siapa tahu kepikiran gitu,” lanjut Keqing yang sudah terlanjur malu, ia membuang wajahnya setiap kali Aether berusaha untuk menatap matanya.

“Lagian masa aku ngelamar kamu di nikahan orang, sih?”

Keqing terkejut, matanya juga berkaca-kaca, namun bukan karena Aether, melainkan pengumuman lempar bunga untuk tamu yang hadir malam ini.

“Pokoknya kamu ambil itu bunga, gak mau tau!” suruh Keqing yang sudah berusaha mendorong Aether menuju tempat lemparan bunga.

Namun, lagi-lagi mata Aether fokus ke Lumine dan Childe, tapi Childe yang mendorong-dorong Lumine untuk menangkap bunganya.

“Ayo, Sayang! Kamu, kan, temannya Barbara!” seru Childe dengan nada memelas.

“Yang, ih! Venti itu sahabat kamu, tahu!” suruh Keqing dengan suara yang tegas.

Kini si kembar sudah berdiri di antara tamu lain yang siap untuk menangkap bunga yang akan dilempar oleh kedua pasutri muda ini.

“Kenapa lo di sini?” tanya Aether datar.

“Lo sendiri? Ngebet kawin?” balas Lumine.

Venti dan Barbara sudah memegang bunga dan menghadap ke belakang. Semua peserta pelemparan bunga sudah memasang kuda-kuda untuk berebut bunga yang katanya jika berhasil ditangkap maka dia akan menemukan jodohnya sebentar lagi.

“Ngalah sama adik lo, Bang.”

“Gue lebih tua dari lo, lo gak boleh nikah sebelum gue.”

“Bawel”

1

“Gue sama Keqing udah pacaran duluan,”

2

“Tapi Childe lebih kaya dari kalian,”

3

Venti dan Barbara melempar bunga tepat menuju si kembar, namun mereka masih berdebat tentang siapa yang harus mendapatkan bunga sampai saat ini. Aura tidak mengenakkan mulai terasa ketika Childe dan Keqing melompat untuk menggapai bunga yang masih melayang di udara itu.

“YES! DAPAT!” seru Childe penuh antusias.

“GAK ADA CERITA!” balas Keqing yang juga berhasil mendapatkan sebagian dari bunga yang dilemparkan.

Si kembar hanya bisa menatap heran pasangan mereka masing-masing, saat bunganya jatuh dan rusak pun mereka masih terus berdebat tentang siapa yang akan menikah duluan, gedung mana yang akan dipakai, pakaian dari adat mana yang akan mereka gunakan, bahkan siapa anak mereka nanti jika laki-laki dan perempuan.

“Mereka lebih cocok kayaknya, ya, Bang.”

“Ho'oh.”

**

Xiao berjalan menuju Cafe Good Hunter atas suruhan Xingqiu, hari ini lelaki itu diminta untuk menjadi ring bearer untuk Xingqiu.

Karena semuanya sibuk mau wisuda atau nikah, lo sendiri yang masih jomlo.

Kalimat itu masih terngiang jelas di telinga dan pikiran Xiao, bisa-bisanya Xingqiu mengatakan fakta terpahit dalam hidupnya dan masih terpikirkan sampai saat ini.

“Xiao! Sini cepetan!” seru Xingqiu yang sudah duduk di mejanya, namun Xiao tak melihat Hu Tao di mana pun.

Xiao dengan cepat menghampiri Xingqiu, setelah brief selama 2 menit, Xiao duduk di sembarang meja agar tidak terlihat sedikit pun oleh Hu Tao yang sudah berjalan kembali menuju mejanya dari toilet.

“Eh? Kamu siapa?” tanya seorang gadis yang awalnya sibuk memakan makanan yang terhidang di piringnya.

Mata Xiao langsung tertuju kepada gadis rambut pendek dengan pita aneh (menurut Xiao) di kepalanya.

“Kamu siapa?” tanya Xiao balik, ia jadi linglung karena panik ia telah duduk di tempat yang sudah ditempati orang lain.

“Xiangling,” jawab gadis itu tersenyum saat netra mereka bertemu.

“A-aku Xiao,” balas Xiao yang terlihat lebih gugup daripada saat ia interview untuk masuk akademi Teyvat.

Xingqiu sudah mengkode temannya itu berulang kali, namun tak dihiraukan oleh Xiao yang sudah nyaman ngobrol dengan Xiangling.

“Kayaknya temen kamu manggil-manggil di ujung sana?” bisik Xiangling.

“Oh, itu aku disuruh jadi pembawa cincin tunangannya,” balas Xiao santai.

Xiangling terkejut setelah mendengar perkataan Xiao, namun Xiao lebih terkejut lagi karena dia lupa sudah diminta tolong oleh Xingqiu.

Xiao langsung beranjak dari mejanya dan berlari menuju Xingqiu dan Hu Tao.

“Duuh! Yang baru kenalan sama cewek cakep sampai lupa sama kita-kita!” ledek Xingqiu ke Xiao yang sudah tersipu malu.

“Diem! Ini kotaknya!”

Xingqiu menerima kotak yang diberikan oleh Xiao, namun ia kembali memberikan kepada temannya tersebut.

“Gue tahu lo anti sosial, Cho. Tapi masa lo gak ingat, sih, kalau kami baruuuuuu aja tunangan kemarin?”

Xiao hanya membeku setelah mendengar omelan Xingqiu.

“Terus ini kotak buat apa?”

“Itu kartu namaku, Xiao. Nomor teleponku ada di sana, nanti telepon aku, ya!” ujar Xiangling yang sudah berdiri tepat di belakang Xiao.

Saat Xiao menghadap ke Xiangling, ia hanya dapat melihat senyum tulus dari perempuan yang baru saja ia kenal itu.

“Ini Xiangling, anaknya Chef Mao. Itu, lho! Kita biasa cabut kuliah kan ke Wanmin! Ini anaknya!” ujar Xingqiu dengan penuh semangat.

Hu Tao hanya memperhatikan Xiao dengan segala kebingungan yang ditunjukkan kepada semua orang, gadis itu tersenyum bahagia setelah melihat Xiao bisa berbicara dengan temannya lagi atau berkenalan dengan orang baru pasca kematian Yoimiya.

“Senang berkenalan denganmu, Xiao!” ujar Xiangling dengan senyum yang masih terlihat indah di benak Xiao.

Xiangling meninggalkan Good Hunter karena ia harus kembali ke Wanmin Restaurant, tempat di mana ia bekerja yang sesungguhnya, gadis itu menggantikan Chef Mao yang sudah pensiun, untung saja bakat memasaknya ikut turun ke Xiangling, kalau tidak mungkin Wanmin sudah tidak beroperasi lagi karena anak satu-satunya tidak bisa memasak.

“Gimana? Pilihan Hu Tao, tuh!” ledek Xingqiu.

“Ih, apaan, sih, Yang?!” bantah Hu Tao, malu-malu tapi mau dipuji juga.

Xiao tersenyum, matanya masih menatap ke pintu keluar Good Hunter, ia percaya semuanya memang sudah menjadi takdir dari Tuhan, pertemuan Xiao dan Xiangling ada alasannya, entah itu hanya sebagai tempat singgah, atau menjadi rumah untuk selamanya.

**

Kazuha menunggu kapal milik Beidou yang sudah terlihat dari pelabuhan, hari ini sepupunya kembali entah dari mana dan akan tinggal di Liyue untuk sementara waktu sampai tugas baru diberikan kepadanya.

Dengan gagahnya, Beidou berdiri di kepala kapal seorang diri, kini tidak ada lagi yang disembunyikan olehnya. Ia sudah merelakan matanya untuk disingkirkan, hidup dengan satu bola mata justru membuat Beidou lebih bersyukur dengan semua yang telah terjadi. Mengorbankan mata kirinya untuk menyelamatkan Kazuha saat ada perampok yang menjarah rumahnya di masa lalu adalah hal yang selalu menjadi kebanggaan Beidou.

Sudah sekian lama gue menderita karena mata kiri ini, sekarang impian gue sudah terwujud. Gue adalah kapten kapal wanita khusus Liyue. Rasanya gue sedang hidup di dunia mimpi.

Kazuha tersenyum menyambut kedatangan Beidou, kini umurnya sudah pantas untuk menemani sang kakak untuk minum alkohol.

“Udah latihan lo?” tanya Beidou dengan nada menyindir.

“Udah, dong! Tapi gue masih awal, jangan ajakin gue lomba dulu,” balas Kazuha percaya diri.

“Halah, Bocil! Di mata gue lo tetap Kazuha yang lemah dan manja, sama aja!” ledek Beidou sambil mengelus kasar rambut adiknya.

Mereka tertawa saat perjalanan menuju Wanmin Restaurant, banyak cerita yang akhirnya tersampaikan, kini Kazuha sudah memasuki semester akhir dan mempersiapkan skripsinya, ia masih harus terus mengejar mimpinya sebagai sastrawan. Semua itu didukung oleh Beidou, apa pun yang terjadi, selama Kazuha menikmati perjalanan itu, ia tidak akan menghalangi.

“Bentar! Kayaknya gue kenal sama nih cewek!” potong Beidou dengan cepat.

Perempuan itu berusaha untuk mengingat-ingat nama gadis yang selalu bertengger di depan rumah sepupunya saat masa sekolah dulu.

“Masa lo lupa, Mba?”

Gadis itu menunduk dengan anggun dan menyapa Beidou yang langsung mempertanyakan sisi kewanitaannya.

“Perkenalkan, Kak. Saya Sangonomiya Kokomi.”

“Sang-sangonomiya! Ah! Iya! Sangonomiya!” hanya itu yang keluar dari mulut Beidou.

“Dih, norak lo, Mba.” sindir Kazuha sambil menyenggol bahu sepupunya itu.

“Diem! Gue udah lama ngefans banget sama anak ini! Tuan putri ini! Masa pacarnya manusia biasa kayak adik gue?!” ujar Beidou tak percaya.

Kokomi hanya tertawa melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Beidou. Begitu juga dengan Kazuha, yang masih tak percaya dengan kisah cintanya sendiri. Kokomi yang awalnya sudah memutuskan untuk mundur, ternyata diam-diam memperhatikan Kazuha pasca kematian Yoimiya. Memang butuh waktu yang lama untuk menyadari hal itu, namun Kokomi tidak pernah menyerah untuk memenangkan hati Kazuha. Gadis itu adalah sang juara di hatinya.

“Kebetulan! Ada Kokomi! Gue mau minuman gue dituangkan sama tuan putri!” ujar Beidou penuh antusias.

“Atur aja, Mba! Atur!” sindir Kazuha tak ada hentinya.

“Tenang saja, Kak! Mimi jago, lho!” balas Kokomi dengan manisnya.

Beidou, Kazuha dan Kokomi masuk ke dalam Wanmin Restaurant, menikmati seluruh hidangan yang disajikan serta mengabadikan momen ini sehingga tidak akan bisa dilupakan. Kini mereka satu, dan akan selalu menjadi satu untuk selamanya.

**

Razor telah selesai melaksanakan upacara pengukuhan pasukan khusus kepolisian Teyvat, Lisa yang berdiri di kursi tamu hanya bisa menangis terharu melihat anaknya yang kini sudah menjadi pasukan khusus kepolisian Teyvat.

“Selamat, ya, Ibu Lisa!” ujar tamu yang lain kepadanya.

“Terima kasih banyak!”

“Ya ampun, anakku udah jadi polisi aja,” gumam Lisa yang masih enggan menahan tangisnya di depan banyak orang.

Klee berlari menuju Razor yang sedang berjalan menuju keluarganya.

“Selamat, Abangku!” ujar Klee sambil memeluk erat abangnya. Gadis ini sudah berusia 13 tahun sekarang, Klee sudah duduk di bangku SMP.

“Terima kasih, Klee. Terima kasih semuanya,” ujar Razor kepada seluruh anggota keluarganya yang hadir dalam upacara pengukuhan.

Venti membisikkan sesuatu kepada Barbara lalu diiyakan oleh sang istri, Barbara langsung menyuruh anggota keluarganya untuk berfoto untuk mengabadikan momen indah ini.

“Venti gak ikut foto?” tanya Jean heran.

“Bisa minta tolong fotoin sama yang lain, lho!” timpal Lisa karena tak enak dengan Venti yang terkadang memisahkan diri dari keluarga barunya.

“Gapapa, Bu! Nanti kalau ada yang saya kenal minta tolong foto aja,”

“Gaya formal dulu!”

Venti terus mengabadikan momen ini, ia terus menekan tombol foto di gawainya, saking semangatnya fotonya terlihat bagus-bagus sampai tidak perlu lagi disunting oleh Barbara yang suka menambahkan filter lucu atau menajamkan fotonya dengan aplikasi edit foto.

“Yok! Sekarang gaya bebas!”

“Sebentar!” kata Lisa menahan Venti untuk memotret mereka.

“Hey! Thoma! Sini dulu sebentar!”

Thoma hanya terkekeh setelah dipanggil oleh Lisa dan mengambil alih gawai yang dipegang oleh Venti.

“Kalau gaya bebas kamu paling jago, Ven! Ajarin kami!” kata Lisa penuh canda.

“Ya udah, ayo ikutin saya!”

Gaya-gaya aneh ditunjukkan oleh Venti, namun semuanya tetap mengikuti dan tenggelam dalam kebahagiaan mereka.

“Makasih, ya, Thoma! Kamu seniornya Razor jangan galak-galak sama anak saya, ya!” ledek Lisa sambil memukul lembut lengan Thoma.

“Hehe! Enggaklah, Bu. Saya gak pernah galakin anak orang, kok.” balas Thoma sambil tertawa dan menggaruk-garuk belakang kepalanya.

“Udah sana, kamu ditungguin anak pak RT, tuh. Makasih sekali lagi, ya!”

Setelah pamit dengan keluarga Jean dan Lisa, Thoma berbalik dan menghampiri kekasihnya, Noelle.

“Maaf, Sayang!”

“Gapapa, kok. Itu, kan, tetanggaku juga.” jawab Noelle sambil tersenyum.

Mereka saling melempar senyum, kisah cinta mereka dimulai saat Thoma mendaftarkan dirinya untuk mengikuti akademi di tahun pertamanya kuliah, ia rasa kuliah bukanlah jalan yang tepat untuknya. Walaupun ia sudah mendapatkan jatah bangku kuliah saat dia kelas 12 dulu, ia tak menikmati sedikit pun dunia perkuliahan. Mungkin karena rasa sakit di hatinya pasca putus dengan Ayaka masih sangat terasa.

Noelle selalu ada untuk Thoma di tahun terakhir sekolahnya, setelah lulus sekolah, Noelle juga mengikuti jejak Thoma untuk masuk ke akademi. Kekuatan cinta yang membuat Noelle yakin bahwa suatu saat nanti Thoma akan menerima dirinya sebagai perempuan, bukan sebagai adik kelasnya saja.

“Ini dia! Kapten pasukan khusus!” kata Zhongli dengan sikap tegap dan hormat berkali-kali.

“Udah, Mas. Noraknya jangan ditunjukin banget,” balas Ningguang yang sudah malu dari tadi karena Zhongli terlalu sering berteriak saat pengukuhan.

“Ya, gimana, Ning? Dulu waktu saya ikutan beginian gak pake upacara,” timpal Zhongli yang masih tak mau kalah dengan sang istri.

“Ya udah, bikin pengukuhan sendiri aja sana, minta sama gubernur.”

“Beneran? Nanti aku makin famous kamu jadi cemburu?”

Ningguang menatap suaminya dengan jijik yang dibuat-buat, maksudnya untuk bercanda. Namun seluruh keluarganya paham dengan seluruh pertikaian kecil yang ada di antara pasutri legenda itu.

“Gorou juga mau, Mah! Kayak Bang Thoma.” bujuk Gorou yang sebenarnya tidak diperbolehkan masuk akademi oleh Ningguang.

“Gak, gak, gak! Jangan masuk akademi semua, dong! Nanti rumah jadi sepi!” ujar Ningguang yang sengaja mengelak pelukan dari Gorou.

“Oh, iya. Thoma, kita jemput Al, Sucrose dan Sayu di TK, ya? Ada acara di sekolah jadi ayah dan ibunya harus hadir. Biar Ning sama yang lain langsung ke makam Itto.” ajak Zhongli sambil memberikan kunci mobilnya kepada Thoma.

“Siap, Pak.” jawab Thoma dengan tegas, sudah menjadi kebiasaan juga.

**

Sara dan Yun Jin berjalan menuju makam Itto, kini kursi roda milik Sara sudah diganti dengan yang lebih canggih, ia tinggal menggeser ke sana kemari tuas yang ada di kedua tangannya.

Hari pertama Yun Jin untuk bersekolah sengaja diurungkan karena anak itu ingin merayakan ulang tahun sang ayah sekaligus menjadi pengalaman pertamanya untuk berziarah di makamnya.

“Ayah mana, Ma?” tanya Yun Jin dengan suara lucunya.

“Sebentar lagi, Sayang. Hati-hati bebatuannya, kamu di samping Mama saja.”

Yun Jin menuruti perkataan Sara, melihat sang ibu tidak bisa berjalan layaknya manusia biasa, membuatnya sedikit sedih karena ia tidak bisa mengikuti sports day dengan Sara nantinya.

Mereka tiba di depan makam Itto lebih dulu dari yang lain. Sara meminta Yun Jin untuk meletakkan kue ulang tahunnya di atas makam sang ayah. Untung cuaca sedang bersahabat hari ini, karena beberapa hari sebelumnya ramalan cuaca Teyvat jarang akurat.

“Ayah mana? Katanya sudah sampai?”

Sara hanya bisa menahan tangis setelah mendengar pertanyaan anaknya, namun ia paksakan dengan tawa kecil karena kepolosan Yun Jin.

“Ini tempat peristirahatan terakhir Ayah, Nak. Ayah udah tidur lama banget di sini.”

“Oh, begitu,”

Yun Jin melihat sekeliling area pemakaman dengan seksama, lalu kembali menoleh ke Sara.

“Berarti semua yang ada di sini adalah sudah tidur di dalam tanah?”

Sara hanya mengangguk sambil mengelus kepala Yun Jin, ia gemas dengan tingkah dan pertanyaan aneh yang selalu dilontarkan putri tersayangnya itu.

“Ayo, ucapin selamat ulang tahun untuk Ayah.” ajak Sara kepada Yun Jin.

Ibu dan anak itu menutup matanya, berdoa yang terbaik untuk sang suami sekaligus ayah dari harta berharga yang telah ditinggalkan oleh Itto.

Kak Itto—maksudku, Sayangku. Maafkan aku yang baru berani mengajak Yun Jin untuk mengunjungimu, anak kita sudah berusia 5 tahun, ia bersikeras untuk merayakan ulang tahunmu dibandingkan dengan menghadiri acara hari pertama sekolahnya bersama sepupunya, si Sayu. Anak kita seperti dewasa sebelum waktunya, namun ditutupi oleh kepolosan. Dia berpikir sebelum bertindak, tutur katanya bagus dan terjaga, dia benar-benar tidak seperti kita, Sayang. Dan aku sangat bersyukur, dan meminta maaf karena aku sempat tidak mau menjaga harta berharga yang telah kamu berikan ini kepadaku. Dengan Yun Jin aku kuat, dia adalah alasanku untuk hidup sekarang, membawa semangatmu untuk terus menjadikan anak kita sukses di kemudian hari. Tidak banyak yang berubah dari aku, rasa sayangku terus tumbuh hanya kepadamu, di hatiku hanya Yun Jin sekarang. Kamu tidak perlu takut aku pindah ke lain hati walaupun kamu memintanya ribuan kali di akhirat sana.

Yun Jin menatap sang ibu yang masih terpejam dan menangis, Sara sengaja menahan tangisnya ketika berdoa agar tidak didengar oleh Yun Jin.

Anak itu jelas belum tahu caranya berdoa, ia juga masih bingung dengan esensi berdoa kepada mayat yang sudah lama terkubur di dalam tanah. Namun, setelah ia menyelesaikan doanya, Yun Jin memeluk erat sang ibu yang masih menangis karena mendoakan suaminya.

“Yuyun sayang Mama. Mama jangan menangis,” ucap Yun Jin kepada Sara.

Setelah mendengar ucapan anaknya justru membuatnya menangis lebih keras lagi. Ia benar-benar bersyukur telah diberikan karunia yang besar ini oleh Tuhan, Yun Jin adalah satu-satunya alasan untuk tetap bertahan hidup.

“Nana! Angli!” seru Yun Jin kepada Ningguang dan Zhongli yang baru saja tiba bersama yang lainnya.

“Tuh, kan, masih dipanggil Angli, kamu gak ajarin, kan, si Yun Jin?” runtuk Zhongli ke Ningguang.

“Kan, lebih cocok. Angli yang berarti Abah Zhongli.” ledek Ningguang yang sudah merasa menang.

Kedekatan Yun Jin dan Ningguang sudah terasa saat anak itu baru saja lahir, Zhongli tidak diberikan kesempatan sedikit pun untuk menimang cucunya pasca kelahiran, ikatan yang dimiliki oleh Ningguang dan Yun Jin sangatlah kuat.

Zhongli menghampiri Sara yang sedang menyeka air matanya dengan sapu tangan. Lelaki paruh baya itu tersenyum sembari mengelus lembut tangan anaknya yang sedang bersedih itu.

“Itto pasti senang melihat kita semua berkumpul di sini,” bisik Zhongli pelan.

Sara hanya mengangguk mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh Zhongli.

“Terima kasih, Yah.” balas Sara pelan.

Setelah itu semuanya bergantian memberikan doa untuk Itto, sementara Sara dan Yun Jin menunggunya di belakang. Yun Jin terus memegang tangan sang ibu, karena baru kali ini anak itu melihat ibunya menangis, selama ini Yun Jin menilai Sara sebagai ibu yang tegas, namun ternyata sang ibu memiliki sisi lain yang baru saja ia ketahui hari ini.

Setiap orang memiliki alasan untuk bertahan hidup, dan alasan itulah yang menguatkan mereka agar terus berjuang hingga titik darah penghabisan. Tidak ada yang bisa membantah hal itu, baik atau buruknya seseorang tak membuat mereka lupa dengan alasannya untuk terus bertahan, setiap awal pasti memiliki akhir, pertemuan akan berjumpa dengan perpisahan, semua yang hidup justru dibayang-bayangi oleh kematian.

You keep me alive, Yun Jin.” ujar Sara dalam hati saat menatap putri satu-satunya itu.

You Keep Me Alive

cw, au // chapter 16.1 (You Keep Me Alive) trigger: character death

Raiden Shogun duduk bersandar di bebatuan pesisir pantai Tsurumi. Wajah perempuan itu sudah tak terurus lagi, rambutnya berantakan, dan tatapannya kosong.

Berita tentang hilangnya pelaksana pemerintahan Inazuma sudah tersebar luas, Raiden Shogun mengisolasi diri ke pulau angker di daerah Tsurumi. Suasana kantor pusat Inazuma juga terlihat sangat kacau karena hilangnya sang pemimpin secara tiba-tiba.

Ah, penyesalan memang selalu datang di akhir.

Yae Miko tampak berjalan menuju batu yang sedang menjadi sandaran Raiden Shogun, senyumnya masih terpampang jelas oleh mata telanjang. Gadis itu menghampiri Raiden dan duduk tepat di samping kirinya.

“Raiden Shogun, apa yang harus saya lakukan untuk membuatmu kembali ke Inazuma?”

Raiden tak menjawab pertanyaan pelayan pribadinya tersebut, tatapannya masih kosong, ia terus memandang lautan luas di seberang sana.

Yae Miko terkekeh melihat keputusasaan Raiden Shogun, ia tak menunjukkan rasa simpati sedikit pun kepada atasannya.

“Seharusnya kita sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi, Raiden. Kenapa kamu terlihat seperti orang yang sudah putus asa?” tanya Yae Miko lembut.

“Kamu mau tahu kenapa?” jawab Raiden Shogun, menatap ke arah Yae Miko.

Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum menjawab pertanyaan Raiden.

“Dulu, jauh sebelum saya diutus untuk menjadi Celestia, aku selalu berpikir bahwa ada yang aneh dengan semua ini. Kenapa harus ada Celestia? Kenapa semuanya harus mengikuti Celestia? Dan kenapa pada akhirnya banyak Celestia yang dibunuh?”

“Ayahmu Celestia, bukan?” tanya Raiden Shogun kepada Yae Miko.

Gadis itu lagi-lagi mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Raiden.

“Bukan hanya itu, kembaran saya, Baal, juga—”

“Sebentar. Baal itu adalah Anda sendiri,” potong Yae Miko.

Beberapa detik kemudian, Yae Miko terkejut karena pikirannya sendiri. Yae Miko terperanjat setelah menyadari bahwa orang yang ada di depannya adalah Ei, bukan Baal atau Raiden Shogun yang sebenarnya.

“Bagaimana bisa?” gumam Yae Miko pelan, matanya berkaca-kaca setelah menyadari hal ini setelah bertahun-tahun lamanya.

“Celestia dari Euthymia masih hidup...” lanjut Yae Miko.

Raiden Shogun (Ei) tersenyum tipis setelah melihat Yae Miko ketakutan. Karena sebagai seorang pelayan, Yae Miko dilatih untuk takut dan tunduk kepada Celestia yang mana Ei adalah orangnya, namun memiliki kedudukan yang hampir sama dengan pelaksana pemerintah yang saat ini dipegang oleh Raiden Shogun.

Yae Miko sujud di depan Raiden Shogun (Ei) sembari meminta maaf berkali-kali kepada sang putri Inazuma.

“Saya minta maaf, Tuan Putri! Saya meminta maaf telah banyak mengingkari tugas saya sebagai pelayan Celestia!”

Air mata Yae Miko mengalir deras, tak kalah dengan hujan yang baru saja membasahi hampir seluruh pulau Tsurumi. Guntur mulai menyambar di sekitaran pesisir pantai, ini adalah kehebatan dari Celestia dari Euthymia, di saat suasana hatinya sedang buruk, ia bisa mendatangkan badai terbesar sekali pun, namun hanya di beberapa tempat saja.

Ei sengaja memancing Yae Miko untuk datang ke pulau Tsurumi untuk membalas dendamnya.

“Saya pernah bilang sama kamu, untuk memotong kaki Kujou Sara dan membawanya kembali ke Euthymia.” ujar Raiden Ei tegas.

Yae Miko hanya bisa menangis sambil mencium kaki Raiden Ei berkali-kali.

“Saya minta—”

“KENAPA KAMU TIDAK MENGIKUTI PERINTAH SAYA?!”

DUAR DUAR DUAR

Puluhan guntur menyambar pulau Tsurumi dalam beberapa detik saja. Tubuh Yae Miko sudah terlihat lemah karena ketakutan, benar-benar kekuatan seorang Celestia dari Euthymia tidak ada tandingannya.

“Sekarang semuanya percuma, Miko. Saya sudah tidak berminat lagi untuk berlama-lama di Inazuma, dan kamu saya pecat saat ini juga.”

Yae Miko masih bersikeras untuk meminta ampun, ia tidak mendengar lagi semua kata yang keluar dari mulut Raiden Ei, ditambah dengan suara hujan dan petir yang sangat deras.

Raiden Ei duduk bersimpuh di depan Yae Miko yang masih bersujud di depannya. Mengambil sebilah pisau dari belakang pakaiannya, Ei memanggil Yae Miko sekali lagi.

“Miko, tatap mata orang yang sedang berbicara denganmu.”

Yae Miko mendongak ke arah Raiden Ei yang sudah siap dengan pisaunya. Gadis itu memaksakan senyumnya dan berharap nyawanya bisa menjadi ampunan untuk Sang Putri Inazuma.

“Terima kasih, Raiden Ei.” ucap Yae Miko untuk terakhir kalinya.

SLASH

Raiden Ei menghunuskan pisaunya tepat di jantung Yae Miko, pisau milik Ei telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Perempuan itu tersenyum melihat Yae Miko sudah tidak lagi bernyawa, ia menyeret jasadnya ke tepi pantai dan membiarkan tubuhnya terbawa oleh ombak yang entah ke mana akan membawanya pergi.

Tidak akan ada yang mencurigai kehilangan Yae Miko di kursi pelaksana pemerintah, juga tidak akan ada petugas kepolisian yang akan menyelidiki kasus kehilangan pelayan khusus Euthymia itu sampai ke pulau Tsurumi. Berita kematian Yae Miko tersebar begitu saja dan lenyap dalam sehari. Raiden Shogun mengundurkan diri dari jabatannya dan menghilang dari Inazuma.

Hiruk pikuk kantor pemerintahan Inazuma bisa diredamkan oleh klan dari Kamisato yang siap untuk menggantikan Raiden Shogun tanpa adanya Celestia yang membayangi. Ayato Kamisato kini menjadi pelaksana pemerintahan di Inazuma, dan Ayaka Kamisato akan disiapkan untuk menjadi Putri Inazuma yang baru setelah sekian lama, tepatnya setelah kepergian Raiden Ei yang palsu.

“Saya, Ayato Kamisato bersumpah untuk menjalankan seluruh jajaran pemerintahan Inazuma dengan jujur dan adil.”

“Saya, Ayaka Kamisato bersumpah untuk terus menjunjung tinggi kebersamaan seluruh rakyat Inazuma agar dapat hidup tentram, aman dan damai. Sebagai Putri Inazuma yang baru, saya berjanji akan mengangkat harkat dan martabat seluruh perempuan yang ada di Inazuma, tanpa terkecuali!”

Suasana pengukuhan pelaksana pemerintah dan Putri Inazuma yang baru berlangsung haru, karena ini juga mencatat sejarah sebagai pelaksana pemerintah pertama yang bukan dari kalangan Celestia dan Putri Inazuma pertama yang merupakan seorang manusia biasa.

Thoma hanya bisa menahan tangisnya di antara kerumunan warga yang sibuk mengabadikan kecantikan Putri Inazuma, Ayaka Kamisato. Mereka terpaksa memutuskan hubungannya karena Ayaka akan menjadi Putri Inazuma, dan sekali lagi, kisah antara Itto dan Ei tidak akan terulang kembali. Kisah mereka hanya dikenang sebagai dongeng pengantar tidur, bukan sebagai mimpi yang harus digapai.

Tartaglia merangkul sahabatnya itu, berusaha untuk menghiburnya atau membuatnya senyum di kala melihat Ayaka di singgasana Inazuma dari kejauhan.

“Sudahlah, Thoma. Memang jalan kalian seperti ini,” bujuk Tartaglia pelan. Berulang kali ia mengusap punggung Thoma agar ia tidak menahan tangisnya.

Thoma hanya tersenyum, berusaha mengikhlaskan Ayaka yang tidak akan pernah bisa bersamanya lagi. Bagi Thoma, Ayaka adalah orang yang memberi pelajaran lewat sakitnya perpisahan, karena tidak semua orang bisa hidup bersama pada akhirnya. Ditambah lagi, jalan hidup mereka sudah dibagi seadil-adilnya oleh Tuhan.

6 BULAN KEMUDIAN

Sara menggulingkan roda di kursinya dengan cepat agar bisa keluar dari kamarnya, ia sudah tidak berani lagi untuk pergi ke sekolah karena perutnya semakin membesar.

“TOLONG!” rintih Sara menahan sakit, namun tidak ada siapa pun di lantai 2.

Sara mengambil ponselnya dari saku baju kanannya, mencari nama Sucrose yang sepertinya masih sibuk menidurkan Sayu di kamarnya.

Dering telepon Sucrose berbunyi di ruang tamu, artinya ponselnya sedang tidak bersamanya.

“Aduh, gimana ini?!” gumam Sara panik.

Belum hilang akal, ia menelepon Ningguang yang sedang berada di Jade Chambers, namun tak kunjung diangkat juga telepon dari Sara.

BYUR

Sialan! Air ketuban gue!

Genangan air ketuban Sara membuatnya takut untuk menggerakkan kursi rodanya, ia terus menelepon seluruh anggota keluarganya yang lain.

Halo, Sara? Ada apa?

“Pak! Tolong Sara! Air ketuban Sara sudah pecah!”

Teleponnya langsung ditutup oleh Zhongli, ia tak tahu di mana lelaki itu berada, namun Sara terus meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Beberapa menit kemudian Zhongli datang dan membawa Sara menuju mobilnya, Sucrose yang baru saja keluar dari kamarnya setelah berhasil menidurkan, Sayu, putri pertamanya langsung panik melihat Sara yang sudah terlihat lemas dibopong oleh Zhongli.

“Sucrose! Kamu jaga rumah saja! Kasihan Sayu!”

Mau tak mau, Sucrose harus menuruti perkataan Zhongli. Perempuan itu juga tak bisa berbuat banyak saat ini, ia hanya menelepon Albedo yang sedang berada di sekolah untuk menjemput adik-adiknya.

“Halo? Al? Sara sama Ayah Zhongli sedang menuju rumah sakit! Mau melahirkan!”

Hah? Oke, Sayang. Aku, Noelle sama Gorou ke rumah sakit sekarang. Kamu di rumah sama Sayu gapapa?

Sucrose menghela nafasnya, lagi-lagi ia jarang mendapatkan peran di keluarga barunya, tugasnya hanya menjaga putri satu-satunya dan membantu mertuanya di dapur saat pagi dan malam hari. Rasanya ia ingin berbuat lebih dari itu, namun rasa kurang percaya diri terus menghambat aksinya.

“Iya, aku jaga Sayu di rumah. Kamu hati-hati, ya!” tutup Sucrose, lalu kembali masuk ke dalam rumah.

Setelah tiba di rumah sakit, Sara langsung dibawa oleh petugas di sana untuk masuk ke dalam ruang bersalin, untungnya tidak terjadi apa-apa selama perjalanan mereka menuju rumah sakit.

Zhongli masih terengah-engah melihat Sara yang sudah masuk ke dalam ruangan bersalin, ia mulai merasakan sakit di badannya pasca kecelakaan, yang memang tidak akan hilang dengan cepat atau tidak akan hilang sama sekali.

“Ayah!” seru Albedo disusul oleh Gorou dan Noelle.

Zhongli hanya menoleh ke arah mereka tanpa mengucap satu kata pun. Gorou langsung mengarahkan sang ayah untuk duduk di kursi ruang tunggu sementara Noelle membeli air untuk semuanya di kafetaria.

“Mamah udah tahu?” tanya Albedo ke ayahnya.

Zhongli hanya menggeleng, tenaganya benar-benar sudah habis setelah membopong Sara dari rumah ke rumah sakit.

“Ini, Yah! Minum dulu!” seru Noelle membawa 3 botol air mineral untuk sang ayah, kakak dan adiknya.

“Lho? Kamu gak minum, Noelle?” tanya Zhongli heran.

Noelle hanya tersenyum lega melihat ayahnya sudah memiliki energi untuk berbicara.

“Noelle ada botol sendiri, Yah. Tenang aja.” jawab gadis itu sambil tersenyum.

“Gara-gara ikutan jadi aktivis lingkungan, Kak Noelle gak mau lagi beli air mineral kemasan kayak gini, Yah.” adu Gorou, si bungsu kepada sang ayah.

Zhongli hanya terkekeh mendengar cerita dari Gorou, yang sedang habis dimarah-marahi oleh Noelle karena mulutnya yang suka ngomong sembarangan.

“SARA!!!!”

Zhongli, Noelle, Albedo dan Gorou menoleh ke sumber suara, terlihat sang ibu sedang panik berlari ke dalam rumah sakit setelah mendapatkan kabar bahwa Sara akan melahirkan dari menantunya, Sucrose.

“SARA MANA, MAS?!” seru Ningguang kepada sang suami, tanpa memperhatikan kondisi Zhongli yang masih terlihat lemas tak bertenaga.

“Sara sudah di ruangan bersalin, Mah. Jangan dicekik Ayah! Dari tadi udah ngebopong di Sara dari rumah tau!” kata Albedo berusaha melerai Ningguang yang sudah panik.

Ningguang melepaskan genggamannya dari kerah baju Zhongli dan meminta maaf setelahnya.

“Udah sekian lama Jade Chambers dianggurin, ternyata banyak banget urusan yang harus diselesaikan. Untung telepon terakhir Sucrose itu Mamah angkat, kalau enggak? Mamah gak akan tahu cucu kedua Mamah lahir hari ini.” cerita Ningguang antusias kepada yang lain.

Zhongli hanya tersenyum melihat wajah sang istri yang sedang bercerita dengan wajah yang berseri-seri, sudah lama ia menanti kehadiran cucu keduanya. Setelah pemeriksaan USG di rumah sakit beberapa waktu lalu, Sara akan memiliki anak perempuan, itu yang membuat Ningguang semakin bersemangat, karena selama ini hanya Noelle lah anak perempuan satu-satunya di keluarga. Sekarang sudah ada Sayu, anak dari Sucrose dan Albedo, dan setelah ini akan ada putri dari Sara.

“Mamah semangat banget?” tanya Noelle malu-malu.

“Ya, semangat dong! Kan bakal ada dedek baru lagi! Perempuan pula!” jawab Ningguang sambil tertawa.

“Rumah sakit ini terjamin, dokternya baik-baik dan tangkas, Mamah yakin Sara tidak akan terlalu kesakitan saat melahirkan.” lanjut Ningguang gemas sendiri karena sedang membayangkan wajah cucunya.

Merasa ada yang aneh, Zhongli mencoba bangun dari kursinya dan izin keluar dari rumah sakit untuk sementara waktu.

Dalam perjalanannya menuju taman rumah sakit, ternyata ia sudah ditunggu oleh orang yang selama ini menghilang dari peradaban, Raiden Shogun atau Ei.

“Ternyata kamu tahu caranya kembali ke dunia nyata.” canda Zhongli yang baru saja duduk di samping Ei.

“Kamu sudah tahu? Kalau saya adalah Ei, bukan Baal.” tanya Ei yang terlihat enggan menoleh ke arah Zhongli.

“Sayang sekali, Ei. Kontrak yang diberikan kepada saya hanyalah untuk membunuh orang yang memiliki nama atau jabatan yang tertera di gulungan kertas itu.” balas Zhongli tanpa menjawab pertanyaan dari Ei.

Ei menunduk, merasa belum puas dengan jawaban dari Zhongli, ia bertanya sekali lagi.

“Sejak kapan kamu tahu, Zhongli?”

“Sejak saya mendapatkan kabar bahwa Tsurumi badai besar, di situ saya tahu bahwa Celestia masih hidup,”

Ei menoleh ke arah Zhongli, berarti selama ini Zhongli tidak tahu apa-apa tentang pertukaran identitasnya dengan Baal.

“Baal yang menjadi Putri Inazuma di masa lalu sudah terbunuh. Dan kamu, pelaksana pemerintahan Inazuma dengan gelar Raiden Shogun juga sudah keluar dari pemerintahan. Siapakah kamu sekarang?” tanya Zhongli bercanda.

“Saya tidak memiliki nama,”

“Oh, begitu,”

Ei berdiri dari kursi taman itu dan berjalan meninggalkan Zhongli yang masih asik menghirup udara segar dari pepohonan yang mengelilingi di sekitar taman rumah sakit.

“Selamat tinggal, Zhongli.”

Celestia tidak akan mati

**

Sara berhasil melahirkan putrinya dengan selamat dan normal, bayi itu diberi nama Yun Jin atas saran dari Ningguang yang masih menimang cucu keduanya itu dengan erat.

Melihat sang ibu sangat tulus saat menimang anaknya, membuat Sara merasa lega dan merasa bahwa mereka adalah keluarga yang tepat untuknya. Walaupun Sara bukan siapa-siapa bagi mereka di masa lalu, kini keluarga Geo lebih dekat dari apa pun dengan Sara, dan kini saling mengisi ruang kosong mereka satu sama lain di keluarga ini.

“Gantian, dong, Ning! Ini, kan, cucu Mas juga.” kata Zhongli yang juga ingin mencoba menimang cucunya.

“Cuci tangan dulu! Kalian semuanya cuci tangan dulu kalau mau gendong si Yuyun!”

“Lho? Udah ganti aja namanya?” ledek Gorou dengan senyum yang sinis.

“Ini panggilan sayangnya Nana (nenek) untuk adek, ya, kan?” balas Ningguang, namun matanya hanya terfokus kepada Yun Jin yang sedang tertawa tanpa membuka matanya.

“Udah, nanti Ayah gendong Sayu aja sampai puas,” sindir Albedo kepada sang ayah.

Zhongli hanya bisa tertawa mendengar perkataan Albedo, dan mengangguk setelahnya.

“Nanti kita adu mekanik si Sayu sama Yun Jin kalau udah gede!”

“HEH?! GAK BOLEH!”

You Keep Me Alive

cw, au // chapter 16 (You Keep Me Alive)

Upacara peringatan kematian Yoimiya telah selesai dilaksanakan, ada dua orang yang masih terpukul karena kepergian Yoimiya. Gadis itu pergi dengan cepat, tanpa pamit, tanpa kata, hanya menyisakan senyum di benak Kazuha. Begitu pula dengan Xiao, setelah melihat Yoimiya mondar mandir di depan kelasnya, mereka tak pernah berbincang setelahnya, Xiao hanya menanyai kabar Yoimiya lewat Kazuha dan Gorou, setelah berhasil mendapatkan alamat rumahnya, musibah malah terjadi. Namun, jika Xiao tidak menemukan Yoimiya saat itu, mungkin kisahnya akan lebih parah dari sekarang.

“Masih muda, lho!”

“Anak itu padahal jago banget bikin kembang api!”

“Anak-anak keturunan Naganohara cepat sekali berpulang,”

“Bagaimana bisa tidak ada satu keluarga pun yang datang saat upacara pemakaman dia?!”

“Hey, bukannya itu Kazuha? Orang yang selama ini selalu bersama Yoimiya?”

“Anak itu terlihat sangat tertekan saat ini,”

“Tapi? Siapa yang ada di sebelahnya?”

“Oh, anak itu? Dia yang menemukan Yoimiya di saat terakhirnya,”

Zhongli mendekatkan diri kepada Xiao, menepuk lembut bahunya sampai anak itu menoleh ke arahnya.

“Alatus, ayo kita pulang. Yoimiya tidak akan tenang kalau kamu bersedih terus,”

Xiao mengangguk, ia dibantu Zhongli untuk berdiri. Ganyu yang sudah berdiri di depan pintu masuk rumah duka hanya bisa tersenyum melihat Xiao dan Zhongli yang sedang berjalan keluar dari rumah duka.

“Semangatin terus adik kamu, ya, Ganyu.” bisik Ningguang pelan.

Ganyu hanya mengangguk pada ucapan ibu angkatnya, Adeptus bersaudara ini adalah anak yatim piatu yang diangkat oleh keluarga Geo karena hubungan di masa lalu. Orang tua Xiao membantu melarikan Zhongli dari kejaran para bangsawan, sementara kakeknya Ganyu ikut membantu Madame Ping membuat tombak sakti yang sekarang diturunkan kepada Zhongli.

“Alatus, Ganyu. Rencananya Ningguang akan membuat satu rumah kecil di perumahan Teapod. Kalian bisa tinggal di sana nanti, jadi kalian tidak perlu tinggal di Liyue lagi nantinya.” ujar Zhongli kepada Xiao dan Ganyu.

“Kenapa rencana Ibu tapi Bapak yang bicarakan?” tanya Ganyu heran.

Xiao masih bergeming, ia hanya melihat ke luar kaca mobil yang sedang dikendarai oleh Ningguang.

“Sebenarnya rencananya itu milik saya, tapi karena Ning yang punya duit, jadinya rencana Ning saja. Ya, kan?” kata Zhongli menyenggol siku sang istri.

“Benar, karena Bapak kalian jarang punya uang. Jadi semuanya Ibu yang urusin. Ya, kan?” balas Ningguang menyenggol sikunya Zhongli.

Ganyu hanya tertawa melihat interaksi kedua orang tuanya yang jarang mau mengalah. Namun saat gadis itu menatap ke arah Xiao, ia tak bisa menahan tangisnya.

Apakah gue pantas untuk mencintai seseorang?

Ganyu memegang tangan Xiao, walaupun tak digubris oleh Alatus (Xiao), Ganyu terus mengusap lembut punggung tangannya. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menenangkan sang adik, atau setidaknya sedikit melupakan apa yang sedang ia rasakan sekarang.

**

Ajax berdiri di depan pintu rumah The Harbringers, senyum yang ia tunjukkan tidak bisa disembunyikan lagi olehnya. Rasanya seperti ia benar-benar akan memenangkan pertempuran jauh sebelum semuanya dimulai.

“Ada apa lo ke sini?” tanya Signora datar.

“Gue ada sesuatu yang mungkin bisa membantu lo dan Harbringers untuk bertahan,”

“Ya sudah, masuk sini.”

Ajax belum melupakan seluruh isi rumah Harbringers, rumah yang luas dan terlampau mewah ini kadang dirindukan juga oleh lelaki berusia 18 tahun tersebut. Banyak juga kenangan yang sudah ia ukir bersama kakak dan adiknya di sini, namun baginya sebentar lagi—

“Apa yang bisa lo berikan kepada Harbringers?” ujar Signora memotong lamunan Ajax.

Ajax terkekeh melihat keseriusan di wajah Signora, jelas-jelas sang kakak berusaha menutup rasa rindunya dengan berlaku sok keras di depannya.

“Gue juga kangen sama lo, Kak.” balas Ajax sambil tertawa kecil.

Wajah Signora kaget setelah mendengar balasan dari adiknya, wajahnya memerah karena malu, garis bibirnya mulai terangkat tapi ia masih tetap berusaha menutupinya.

Straight to the point, Jax.”

“Gue lihat semua yang terjadi di pesta rumah baru Ibu Jean dan Lisa.”

“Terus?”

“Mata gue hanya tertuju kepada lo, Kak.”

Signora terkekeh, bisa-bisanya adiknya berbicara seperti itu.

“Dan gue merekam semuanya, mungkin bisa lo gabungkan dengan rekaman suara milik Scaramouche?”

“Dari mana lo tahu kalau Scara juga merekam suaranya?!” bentak Signora kesal.

Kini giliran Ajax yang terkekeh, seolah bintang hanya menyinari Ajax saat itu.

“Lo gak perlu tahu, kita gunakan teknik manipulatif ini untuk menjatuhkan Yanfei.”

“Terus? Lo minta apa? Sama kayak Scaramouche? Minta Fatui Harbringers untuk lo? Mendingan kalian—”

“Enggak! Gue gak akan minta apa-apa dari kalian. Semua uang yang selalu kalian kirimkan ke gue diam-diam juga gak pernah gue pakai, Kak.” potong Ajax dengan santai.

Ajax berdiri dari sofa empuk hasil desain dari Signora, perasaannya sungguh tenang walaupun hanya beberapa menit saja duduk di sana.

“Gue mau melepas semua identitas gue sebagai The Harbringers, gue gak mau jadi Ajax The Harbringers lagi,”

Signora mengernyitkan alisnya, heran dengan tingkah adiknya yang satu ini.

“Gue mau jadi Tartaglia dari Snezhnaya,”

Signora memukul meja ruang tamu dengan keras, kaca yang ditopang oleh pilar meja itu retak karena kerasnya tenaga yang dikeluarkan oleh Signora.

“Gak ada satu pun orang Snezhnaya yang menggunakan identitas itu lagi! Lo bisa mati, Jax!”

“Darah keturunan Snezhnaya tidak bersalah, Kak. Hadirnya Celestia itu sendiri yang membuat Snezhnaya hancur. Kita tidak bersalah.”

Ajax mengirim kumpulan video yang telah ia rekam dari beberapa sisi, lalu bergegas pergi meninggalkan rumah mewah namun kosong milik Harbringers.

DING

Signora menoleh ke ponselnya, ada beberapa pesan dari Ajax.

“Sudah gue kirim semuanya. Mulai sekarang, bukan gue yang dikeluarkan dari Harbringers, tapi gue sendiri yang keluar dari Harbringers.”

Signora tak bisa menahan amarahnya, semua umpatan ia lontarkan kepada Ajax, namun tak dihiraukan oleh adiknya. Kini Ajax The Harbingers bukan lagi identitasnya, Ajax sudah menemukan jati dirinya yang sebenarnya. Harbringers adalah amanah yang berat baginya, saat ia pergi ke mana pun, ia selalu disegani karena Ajax merupakan salah satu dari Harbringers.

Ajax telah melepaskan semuanya, kini ia adalah Tartaglia dari Snezhnaya.

**

Ningguang masuk ke dalam kamarnya, melihat Zhongli yang sedang berbaring di kasur hanya dengan sarung kesayangannya.

“Mas? Capek?” tanya sang istri pelan.

Zhongli hanya berdehem menjawab pertanyaan sang istri, ia seperti akan berangkat ke dunia mimpi namun ditahan oleh petugas imigrasi dari dunia nyata.

“Ning boleh bertanya sesuatu?”

Zhongli membuka matanya, bangun dari tidurnya dan menyenderkan tubuhnya di ujung kasur.

“Kamu mau nanya apa, Ning?” tanya Zhongli sambil tersenyum.

Ningguang menunjukkan kekhawatirannya, hal itu terlihat jelas di wajahnya.

Zhongli mendekatkan dirinya ke Ningguang, memeluk tubuh sang istri dengan pelan dan lembut.

“Tanya saja,” lanjut Zhongli setelah berhasil membuat istri merasa nyaman.

“Ini soal Celestia, Mas.”

“Ya?”

Ningguang mendongak ke arah Zhongli yang berbeda 10 cm di atasnya. Suaminya sangat tinggi di matanya. Hanya netra mereka yang berbicara, beradu tentang siapa yang paling jujur di antara mereka.

“Kenapa kamu dipilih untuk menghabisi seluruh Celestia yang ada di Teyvat?”

Zhongli tersenyum setelah mendengar pertanyaan Ningguang, sang istri terlihat sangat menggemaskan ketika berada di dekapannya. Ia terus meremas tubuh sang istri dengan pelukannya.

“Ning bertanya serius, Mas.”

“Lho? Gak boleh emangnya saya menyelesaikan rindu saya kepadamu terlebih dahulu?”

“Ya, boleh.”

Zhongli mengecup lembut pucuk rambut Ningguang dan bersender di atasnya.

“Saya dipilih untuk menghabisi seluruh Celestia setelah menyelesaikan begitu banyak misi yang diberikan pemerintah. Saya hanya lulusan sekolah dasar, Ning. Hidup saya di jalanan lebih memikat mata pemerintah daripada nilai akademik saya.”

“Kenapa begitu? Maksud Ning, kenapa kamu yang hanya lulusan SD bisa diberikan banyak misi oleh pemerintah?”

“Madame Ping adalah kepala pemerintah sementara di Liyue saat itu, ketika saya masih berusia 12 tahun.”

Ningguang terkejut mendengar nama sang ibu disebutkan dalam cerita Zhongli, namun Zhongli tak bisa melihat wajah Ningguang karena masih memeluk erat tubuh sang istri.

“Hanya dengan melihat kamu dia bisa percaya dengan semua itu?”

“Tidak. Saya juga tidak ingat dengan pasti kenapa, tapi setelah beberapa tahun saya mengabdi kepada beliau, di usia 15 tahun saya dihadapkan dengan lebih dari 30 orang bertubuh besar untuk saling membunuh satu sama lain agar bisa bebas dari arena yang telah dibuat.”

“Berbekal satu senjata saja, seluruh orang ikut menonton pertarungan kami, dan siapa yang menyangka tombak yang saya ambil itu adalah senjata sudah menemani perjalanan saya selama ini.”

Ningguang berusaha untuk mendongak lagi ke arah Zhongli, namun kepalanya di tahan oleh dagu sang suami yang masih menopang kepalanya di atas kepala Ningguang.

“Sekarang sudah tidak ada lagi, kan? Celestia di dunia ini?” tanya Ningguang dengan sengaja menjebak sang suami. Padahal ia tahu sendiri jawabannya.

“Ada, Celestia kuno masih ada di dunia ini,”

Ningguang tersenyum mendengar jawaban dari sang suami, serasa mendapatkan jackpot, ia melanjutkan pertanyaannya.

“Kamu tahu, Mas? Kalau sebenarnya keturunan dari Celestia kuno itu tinggal di perumahan kita?”

Zhongli tersenyum mendengar pertanyaan dari Ningguang.

“Tentu,” jawab Zhongli datar.

Ningguang melepaskan pelukan Zhongli dan menatap netra sang suami dalam-dalam.

“Belum selesai rindunya, Sayang.” lanjut Zhongli sambil memeluk istrinya kembali.

“Tapi kenapa kamu bisa tahu?”

“Hotaru dan Sora bukan?”

“Hah? Mereka siapa?”

“Lho? Katamu sudah tahu? Tapi nama asli mereka saja kamu tidak tahu?”

“Oh, Lumine itu Hotaru, sedangkan Aether itu Sora?”

Zhongli mengangguk pelan, ia sudah tak memedulikan lagi kisah Celestia ini dan Celestia itu. Yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya menjaga keluarganya dengan baik setelah kepergian anak sulungnya yang sudah menjaga mereka tanpa diketahui banyak orang.

“Jangan mengusik mereka, Ning. Saya hanya membunuh nama-nama orang yang ada di kontrak saja.”

Ningguang berpikir sejenak, kata 'kontrak' terus terngiang di kepalanya.

“Sebentar, Mas. Ada satu hal lagi?”

“Ya, Ning?”

“Memang tujuan Mama untuk mempertemukan kalian itu apa? Hanya mencari tahu siapa yang akan memegang tombak sakti miliknya?”

“Tepat, presisi.”

Ningguang kembali melepaskan pelukan sang suami. “Lantas? Kontrak itu apa, Mas?”

“Setiap negara memiliki hambatan dan juga tantangan. Mereka ingin menuntaskan itu semua dengan cara apa pun. Celestia adalah hambatan terbesar negara ini, dan kehidupan setelah Celestia punah adalah tantangan untuk negara ini.”

“Makanya saya diberikan kontrak, lalu—”

“Apa isi kontraknya? Dan berapa hadiah yang diberikan oleh pemerintah?” potong Ningguang dengan cepat.

“Isi kontraknya? Membunuh seluruh Celestia dan bangsawan yang ada di dalam gulungan kertas,” jawab Zhongli datar.

“Hanya membunuh?” tanya Ningguang pelan.

Zhongli hanya mengangguk di depan sang istri, tanpa gerakan tambahan lainnya.

“Lalu? Hadiahnya?” lanjut Ningguang.

“Hadiahnya...”

Netra mereka kembali bertemu, namun pertanyaan ini tak akan terjawab begitu saja oleh tatapan mata.

“Saya ingin berkeluarga, memiliki keluarga, dengan kamu khususnya, Ning.”

Ningguang tersentak mendengar jawaban sang suami, senyumnya tak bisa ia sembunyikan lagi, rona wajahnya memerah karena malu sekaligus takjub dengan keinginan sang suami untuk membangun rumah tangga bersamanya.

“Padahal, hadiah yang diberikan itu pilihan kita, kan?”

“Ya, saya bebas memilihnya.”

“Dan kamu memilih aku?”

Zhongli kembali mengangguk, bukan Ningguang yang pertama kali menaruh hati kepada Zhongli.

Pria itu sudah lama menyukai Ningguang yang kerap berdiam diri di kamar saat Zhongli melakukan banyak tugas untuk Madame Ping, melihatnya bayangan dari luar ruangan saja sudah membuat jantungnya berdegub kencang. Zhongli muda sudah lama menyimpan perasaannya kepada Ningguang, namun sang istri baru menyadari kehadirannya saat Zhongli berusaha menjaga makam ayahnya yang sedang dirusak oleh warga lain karena dendam di masa lalu, bukan karena Zhongli melarikan diri setelah membunuh bangsawan dari keluarga Oldenburg.

Rasa cinta yang membuatnya bertahan, dan akhirnya cinta itu terbalaskan. Semua pertanyaan Ningguang dijawab oleh Zhongli, tidak ada yang disembunyikan sedikit pun dari sang istri. Keraguan yang selama ini membenak di hati, kini sudah tak lagi menghantui.

“Terima kasih banyak atas jawabannya, Mas.”

“Iya, Sayang.”

You Keep Me Alive

cw, au // ending chapter 15 (Siluet) trigger: gore, harsh words, character death

Zhongli dan Ningguang tiba di rumah sakit bersalin Mondstadt, ia bertemu dengan Albedo yang sudah kalang kabut—terlihat dari rambunya yang sudah acak-acakan.

“Sabar, Sayang. Sucrose dan si Dedek pasti baik-baik saja,” ujar Ningguang sambil memeluk Albedo.

Isak tangis yang terdengar dari mulut Albedo, lelaki itu baru saja pulang dari kantornya, di depan mobilnya ia menerima pesan singkat dari Sucrose yang mengatakan bahwa istrinya sudah berada di rumah sakit untuk melakukan pengecekan.

“Al selalu sibuk, Mah! Gak pernah ada waktu untuk Sucrose!” jerit Albedo penuh penyesalan. Ia sudah tak memedulikan siapa pun yang ada di sekitarnya lagi, selama Ningguang sudah ada di sisinya, Albedo bebas untuk melepaskan semuanya.

Sudah lebih dari 15 menit mereka menunggu di depan ruang bersalin, suara tangis bayi mulai terdengar dari luar.

“AL! Bayinya sudah lahir!” panggil Zhongli yang sedang berusaha menghibur anaknya.

Seorang suster keluar dari ruang bersalin dengan senyum yang lebar.

“Selamat, ya, Bapak Albedo! Anaknya perempuan, walaupun lahir secara prematur

Albedo berontak masuk ke dalam ruangan Sucrose, melihat sang istri terlihat sangat kurus, berbeda saat ia bertemu dengannya terakhir kali. Ia benar-benar melupakan paras istrinya karena sibuk bekerja.

“Apakah keduanya selamat, Sus?” tanya Ningguang khawatir.

Suster itu hanya tersenyum sebagai balasan, perempuan itu mengajak Ningguang dan Zhongli masuk ke dalam untuk melihat cucu pertama mereka.

“Wah! Cucunya Ayah dan Mamah!” seru Ningguang melihat sang bayi yang terlihat lebih mungil dari yang lain.

Beberapa saat setelah Zhongli dan Ningguang melihat cucunya, bayi itu pun di bawa ke ruang rawat intensif untuk penanganan lebih lanjut.

“Memang keduanya selamat, ini juga sebuah keajaiban menurut saya. Tapi saya harus wanti-wanti, jangan berikan pekerjaan yang berat lagi untuk sang ibu, kelahiran prematur bisa sangat berbahaya untuk si anak, begitu juga dengan kondisi psikis sang ibu. Mohon untuk direnungkan, ya, Pak, Bu.”

Dokter itu pergi meninggalkan ruangan, menyusul bayinya Albedo dan Sucrose yang sudah dibawa terlebih dahulu.

Kini tubuh Sucrose pun sudah dipasangi oleh banyak selang, Albedo masih tak berhenti menangis dan menyesal karena perbuatannya. Namun Sucrose masih bisa menggapai suaminya dan mengelus lembut tangannya.

“Gapapa, Sayang. Aku dan anak kita selamat, kok.” ujar Sucrose pelan.

Melihat senyum yang diberikan oleh Sucrose membuat Albedo sedikit tegar. Ini adalah pelajaran untuknya, agar tidak terlalu fokus kepada pekerjaannya dan harus menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya dengan keluarga kecilnya.

Ningguang mengisyaratkan Zhongli untuk keluar membeli makanan ringan untuk Albedo, anaknya pasti tidak sempat makan karena terlalu pusing memikirkan kelahiran buah hatinya.

Saat Zhongli keluar dari ruangan, ponselnya berdering, ternyata Yanfei yang menghubunginya.

“Halo? Yanfei, kamu sudah sampai di pesta rumah barunya?”

Halo, Pak. Saya baru saja tiba, tapi Ibu ke mana, ya?

“Kami sedang berada di rumah sakit, bayinya Albedo dan Sucrose baru saja lahir. Kamu nikmati saja pestanya, ya!”

Ah, baik. Terima kasih banyak, Pak.

**

Yanfei keluar dari mobilnya, berjalan menuju kerumunan yang sudah terlihat jelas dari luar. Sudah pasti itu adalah pesta rumah barunya Jean dan Lisa.

Perempuan itu berjalan dengan tegak, tas jinjing berwarna hitam yang selalu ia gunakan saat bertugas di pengadilan menjadi pilihan terbaiknya saat menghadiri pesta rumah baru ini. Alasannya cukup sederhana, agar dia mendapatkan klien di tempat baru, ini merupakan saran dari Ningguang untuknya.

“Yanfei! Sini!” panggil Lisa dari kejauhan.

Dengan senyum lebarnya Yanfei berjalan menghampiri Jean dan Lisa yang sedang berbincang dengan koleganya.

“Wah, ini pengacara terbaik di Teyvat?” ujar salah seorang koleganya Lisa.

Yanfei hanya menunduk dan tersenyum.

“Ini kartu nama saya, Pak. Saya selalu ada untuk konsultasi hukum.”

Setelah menerima kartu nama itu, lelaki tua itu menyimpan identitas Yanfei di saku jasnya.

“Silakan dinikmati semua hidangan yang ada, pesta baru saja dimulai!” seru Lisa kepada seluruh tamu yang hadir dalam pesta tersebut.

Di sudut ruangan, ada Venti dan Aether yang sengaja memisahkan diri dari Lumine dan Barbara. Mereka terlihat serius dan sedang membicarakan sesuatu.

PUSH! PUSH, Ther! Aelah!”

Venti memukul pelan pundak Aether yang gagal menjadi carry dalam gim MOBA favorit mereka.

“Lagian buff gue diambil terus! Gimana mau jadi?!” balas Aether tak terima dan ikut membalas pukulan Venti.

Lumine dan Barbara yang baru saja kembali setelah mengambil makanan hanya bisa menggeleng melihat tingkah saudara dan pacar mereka.

“Kok kamu bisa betah, sih, sama si Venti?” tanya Lumine heran.

Barbara terkekeh setelah mendengar pertanyaan Lumine.

“Aku beruntung banget, bisa menemukan pasangan hidupku lebih cepat,”

“Dih! Seyakin itu kamu sama Venti?”

Barbara hanya mengangguk setuju, gadis itu merangkul Lumine dan berlari kecil menghampiri Aether dan Venti, karena tak ada lagi yang perlu dijelaskan kepada Lumine.

Barbara dan Venti adalah pasangan terbaik seantero SMA Teyvat, sejak saat itu Lumine sadar bahwa omongan Barbara 5 tahun yang lalu itu benar. Kini tepat di depan matanya, Lumine menjadi saksi Barbara dan Venti yang sedang mengucap janji mereka sebagai pasangan suami dan istri.

And now i pronounce you husband and wife

You may kiss the bride

Lumine terisak karena terharu melihat momen yang sungguh indah ini, siapa yang menyangka bahwa Barbara dan Venti benar-benar menikah pada akhirnya, padahal gadis itu selalu mengira bahwa omongan Barbara hanya guyonan pasangan yang sedang dimabuk asmara.

“Jangan nangis, dong!” ujar seorang pria yang ada di sampingnya sembari memberikan tisu untuk Lumine.

“Terima kasih, Sayang.” jawab Lumine lembut.

**

“HALO, KAK! GAK ADA RENCANA BUAT BUKA KUNCI MOBILNYA GITU?!” seru Scaramouche dari teleponnya.

Nanti, kamu bawel banget, Kakak lagi malas menghadapi manusia bawel.

“BILANG AJA GAK MAU KETAHUAN MINUM ANGGUR!”

La Signora tersedak minumannya, bagaimana mungkin adiknya tahu dengan adiksinya sebagai pecinta minuman keras itu?

“Udah, 5 menit lagi kebuka sendiri itu,” tutup Signora.

Perempuan itu terus menyusuri stan minuman beralkohol sambil mengunyah keju. Katanya, meminum anggur dan memakan keju adalah perpaduan yang pas, dan ia mencintai keduanya saat itu juga.

“Signora!” panggil Yanfei.

Signora berjalan mendekati Yanfei yang masih berbicara dengan orang yang tak ia kenal.

“Ini La Signora dari The Harbringers, kalau perlu desainer kelas atas langsung saja konsultasi sama beliau,” ujar Yanfei dibarengi dengan senyum lebarnya.

Ini anak sok asik banget, Anjing.” gumam Signora dalam hati.

Setelah berbincang lama, Signora menarik baju Yanfei yang masih sibuk dengan bualannya tentang dunia hukum.

“Jangan ajak-ajak gue dalam sandiwara lo!” tekan Signora keras kepada Yanfei.

“Lho? Bukannya Harbringers lagi sepi kostumer? Gue cuma membantu doang,” jawab Yanfei tak bersalah.

“Rasa hormat gue udah hilang pas gue tahu kalau lo yang sengaja celakain Pak Zhongli!”

Yanfei terkejut mendengar pernyataan Signora, namun ia masih bisa mengendalikan mimik wajahnya.

“Lo tahu dari mana kalau gue mau bunuh Zhongli?” tanya Yanfei datar.

“Semua berkas Fatui Harbringers itu masih gue audit, gak mungkin gue serahkan semuanya begitu saja ke bocah yang masih puber, kan?” balas Signora.

“Lo mau berapa? Biar gue bayar!” ujar Yanfei yang sudah terlihat panik.

“Sayangnya duit gue udah banyak, gue cuma mau lihat gimana akhir dari sandiwara orang-orang yang lo anggap sebagai keluarga itu!”

Bibir Yanfei bergetar hebat, ia memegang tangan Signora namun dilepas begitu saja setelahnya. Yanfei memohon kepada Signora yang sudah terlihat tidak peduli lagi dengan aktingnya.

“Yanfei? Kamu kenapa?” tanya Lisa panik.

“MAAFKAN SAYA, SIGNORA! MEMANG HUKUM ITU SEPERTI INI! KAMU TIDAK BISA MENGHAPUS PERBUATANMU YANG SENGAJA MENCELAKAKAN PAK ZHONGLI BEBERAPA BULAN YANG LALU!” teriak Yanfei, semua perkataannya terdengar jelas oleh siapa pun.

Wajah Signora memerah, namun pandangan orang lain terhadapnya sudah tak bisa dielakkan lagi.

“Signora, lebih baik kamu pergi dari sini,” ujar Lisa dengan suara yang berat.

Berengsek!” pekik Signora dalam hati.

Signora meninggalkan pesta rumah baru Jean dan Lisa dengan penuh amarah, bisa-bisanya Yanfei memfitnahnya. Mungkin karena isu Fatui Harbringers yang masih hangat membuat orang lebih percaya kepada Yanfei dibandingkan dengannya.

Dalam perjalanan keluar dari area pesta, Signora dihadang oleh Noelle dan Gorou dengan wajah penuh kebencian. Namun nasi sudah menjadi bubur, amarah tidak bisa dilawan dengan amarah, Signora memutuskan untuk pergi dari pesta itu dan masuk ke dalam mobilnya yang masih terisi dengan Scaramouche yang sudah tertawa terbahak-bahak di dalam.

“Kenapa ketawa gitu? Jangan gila, Kuni!” ujar Signora kesal dengan tingkah sang adik.

“Lagian Kakak tolol banget mau difitnah gitu aja sama Yanfei!”

Signora terkejut mendengar Scaramouche, sang adik langsung menunjukkan rekaman percakapan Signora dan Yanfei karena tanpa sadar sejak tadi Signora belum menutup telepon dari Scaramouche.

“Keren juga kamu!” seru Signora yang sudah terlihat lega dengan rekaman yang ditunjukkan Scaramouche.

Sang adik hanya tersenyum, lalu menghapus rekaman tadi dengan cepat.

“KAMU NGAPAIN?!” bentak Signora keras.

“Aku mau lihat, gimana akhir dari cerita hidup si Yanfei!” balas Scaramouche tak kalah kerasnya.

“GAK HARUS DIHAPUS, LHO! INI BUKTI KUNCI UNTUK KITA!”

“Kalau begitu, Scara berikan satu syarat.”

Signora menelan ludahnya, ia tak pernah melihat wajah sang adik seserius ini sebelumnya.

“Berikan kuasa penuh atas Fatui Harbringers kepada Scara,” lanjut Scaramouche dengan senyum tipisnya.

“Ternyata kamu juga mau main-main sama Kakak, ya.” balas Signora datar.

**

Kazuha masih memegang teleponnya, ia mondar-mandir di sekitaran pelabuhan Liyue, melihat kapal milik sepupunya sudah bertengger kokoh di pinggiran, membuat Kazuha yakin bahwa sebentar lagi Beidou akan meninggalkan Liyue untuk berlayar. Kazuha sudah berkali-kali menghubungi Beidou, namun belum mendapatkan balasan hingga saat ini.

“Kemana perginya, sih?”

Mereka sudah janjian untuk bertemu di pelabuhan pukul 15.00 WT, dan sekarang masih pukul 14.30 WT. Sudah jelas Kazuha datang lebih dulu, anak ini memang selalu datang sebelum waktu yang ditentukan.

DING

Kazuha buru-buru membuka ponselnya, berharap itu adalah balasan dari Beidou.

Zu, ini gue, Xiao. Yoimiya di rumah sakit karena cutting, lo bisa ke sini? Dia ngigau manggil lo terus soalnya,

Setelah membaca pesan dari Xiao, Kazuha langsung terduduk seketika, ia tak memiliki tenaga sama sekali untuk membalas atau menelepon Xiao saat itu. Air matanya sontak keluar begitu saja membasahi pipinya. Kazuha hanya bisa meraung-raung sembari memegangi dadanya yang mulai terasa sakit. Ia harus dihadapkan dengan dua pilihan besar, mantan kekasihnya yang sangat membutuhkannya, dan sepupunya yang belum tentu bisa ia temui lagi di masa depan.

“KAZUHA! LO KENAPA?!” teriak Beidou dari ujung jalan.

Perempuan itu berlari sekuat tenaga setelah melihat Kazuha menangis meronta-ronta karena sesuatu yang tidak ia ketahui sebabnya.

“Mba,” ujar Kazuha lirih.

“Tenang! Jangan panik, lo kenapa?”

Beidou memperbaiki posisi kepala Kazuha, kini lelaki itu bersandar di atas paha Beidou.

“Yoimiya,”

“Yoimiya kenapa?”

“Dia berulah lagi,”

“Dia di mana sekarang?!”

Kazuha tak menjawabnya, ia meneruskan tangisnya. Melihat Beidou setelah lebih dari 9 tahun cukup mengobati rasa rindunya terhadap sang kakak. Kazuha terakhir kali melihat Beidou di depan akademi Teyvat ketika Beidou akan melaksanakan pendidikannya sebelum menjadi pegawai negeri di Teyvat. Namun, karena masalah dan pelanggaran yang terus terjadi, Beidou terpaksa dikeluarkan dari akademi secara tidak hormat, begitu juga dengan sahabatnya, Itto.

“Yoimiya pasti baik-baik aja, lo tenangin diri dulu,” kata Beidou menenangkan Kazuha, berulang kali Beidou menghapus air matanya yang terus menerus mengalir serta mengelus lembut kepala lelaki yang sedang rapuh itu.

Beidou mengambil ponsel milik Kazuha dari tangan kirinya, setelah membawa Kazuha masuk ke dalam kapal khusus wanita Liyue, Beidou menghubungi Xiao yang sekarang sedang berada di rumah sakit Inazuma.

Halo? Zu?! Lo udah di mana?!

“Ini gue, Beidou. Kakaknya Kazuha, gimana kabar Yoimiya?”

Ah, Yoimiya sedang kritis, Kak.

Setelah mendengarkan penjelasan Xiao, Beidou memilih untuk menjauh dari Kazuha yang sudah tak sadarkan diri lagi karena lelah. Beidou berjalan menuju ujung kapal yang selalu menjadi tempat teraman baginya untuk melakukan banyak hal.

“Maaf, tadi masih ada Kazuha. Kritis gimana maksud lo?”

Saya telat membawanya ke rumah sakit, dia kehilangan banyak darah dan bisa saja gak tertolong lagi,

“Golongan darahnya apa?”

Sebentar, Kak. Nanti aku telepon lagi.

Xiao menutup teleponnya, air mata Beidou mengalir tanpa henti di ufuk matanya.

“Ini beneran gue boleh pergi gak, sih, dari Teyvat?”

Banyak kejadian yang menghambat Beidou untuk meninggalkan Teyvat, sebenarnya pengangkatannya sebagai Kapten kapal khusus wanita Liyue adalah mimpi terindahnya, menjadi pengawas seluruh bahari yang ada di Teyvat merupakan mimpinya setelah gagal menjadi pegawai negeri.

“Pertama lo, To. Sekarang Kazuha, besok siapa lagi?!” pekik Beidou lirih.

“Gue harus cepat-cepat ninggalin pesta temen gue untuk ketemu adik gue, dan sekarang dia sedang membutuhkan gue,”

“LO PIKIR INI ADIL, TUHAN?!”

Beidou menunjuk ke atas langit biru yang membentang luas tanpa batasan. Mengumpat sesukanya, mengeluh sebisanya, melampiaskan seluruh isi hatinya yang selalu menganggap bahwa mimpinya tidak pantas untuk digapai.

“BANGSAT LO, YA! ADA AJA ALASAN LO UNTUK MENGHAMBAT GUE PERGI DARI NEGERI INI!”

Seluruh awak kapal milik Beidou sudah tak berani mendekatinya, ini adalah kali pertamanya mereka melihat sang kapten mengumpat kepada Tuhannya.

Beidou melepaskan eye patch yang sudah lama ia pakai, membantingnya ke tanah dan memijaknya berkali-kali.

Terkejut. Ya, itu yang pasti sedang mereka rasakan saat ini, melihat bagian tubuh yang selalu ditutupi oleh Beidou dan merupakan aib baginya kini terpampang. Mata kirinya membusuk, bola matanya terluntang-lantung namun tetap terikat dengan sarafnya.

“Ka-kapten,” panggil salah satu awak kapalnya.

Beidou tak menghiraukannya, ia masih sibuk mengumpat dan memaki penciptanya seolah Dia adalah temannya sendiri.

Telepon dari Xiao sudah berdering berulang kali namun Beidou tak menyadari hal itu. Ponsel milik Kazuha tergeletak begitu saja di atas pagar pembatas kapal di dekat ujung kapal.

“Panggilin adiknya, siapa tahu udah sadar? Cepat!”

Awak kapal Beidou langsung berlari mencari ruangan Beidou, tempat Kazuha beristirahat, lelaki itu masih tertidur pulas sehingga perempuan itu segan untuk membangunkannya.

“UDAH BANGUN BELUM?!” tanya salah satu awak kapal yang ikut menyusulinya.

Perempuan itu hanya menggeleng, ia tak berani membangunkan Kazuha.

“Kapten! Sadarlah!” bujuk beberapa awak kapal Beidou yang berada di luar ruangan, kekuatannya tak bisa mengalahkan Beidou yang sudah mulai mematahkan kayu-kayu kapal karena sudah memijaknya dengan sangat keras.

“BIAR GUE HANCURIN SEKALIAN! BIAR HANCUR MIMPI SELURUH WANITA DI LIYUE INI GARA-GARA LO, BANGSAT!”

Telepon dari Xiao masih terus berdering, salah satu awak kapal Beidou mengambil teleponnya dan mengangkat telepon dari Xiao.

Halo? Kak Beidou? Kazuha?

“Iya, Kapten Beidou sedang tidak bisa berbicara saat ini,”

Suara raungan Beidou terdengar jelas dari telepon Xiao, lelaki itu juga sedang berusaha menahan tangisnya.

“Yoimiya udah gak ada, kita terlambat,”

Setelah menutup teleponnya, Xiao mulai menangis dengan keras di depan ruang operasi Yoimiya. Gadis itu sudah kehilangan banyak darah, seluruh lukanya kembali ia dibuka olehnya. Saat evakuasi, petugas menemukan satu botol obat terlarang dengan berat 300 gram, dan itu semua dihabiskan oleh Yoimiya dalam satu tenggak saja. Upayanya dalam keluar dari lingkaran setan sangat sulit, semuanya tidak akan selesai hanya dengan satu kali mengikuti program rehabilitasi.

Senyum manis Yoimiya akan selalu menjadi memori yang manis bagi Kazuha, namun seluruh rahasia yang disimpan olehnya masih menjadi misteri bagi Xiao.

-to be continued

You Keep Me Alive

cw, au // chapter 15.2 (Siluet) trigger: slightly nsfw, harsh words

Scaramouche bersiap-siap untuk berangkat ke pesta rumah baru Jean dan Lisa setelah Signora meneleponnya dan akan menjemput sekitar 15 menit lagi. Lelaki bersurai ungu itu menggunakan flannel berwarna gelap yang sengaja tidak ia kancingkan karena dilapisi oleh kaos hitam polos dan celana pendek yang ia pilih sesukanya.

Jangan pakai baju yang aneh-aneh!

Pesan Signora selalu dicibiri oleh Scaramouche. Baginya, sang kakak tidak mengerti dengan tren fashion jaman sekarang. Menurut Scaramouche tren itu bisa dibuat sendiri, jadi orang lain tidak perlu mengikuti tren yang sudah ada atau yang sedang berlangsung; hanya saja Signora tidak berprinsip seperti itu.

“Masih gak habis pikir gue, kok bisa-bisanya Yanfei sengaja menjebak keluarga Geo?” ujar Scaramouche pelan.

“Tolol banget, sih, kalau sampai si RT itu tau kalau dalangnya itu pengacaranya sendiri,”

Scaramouche hanya cekikikan setelah itu, kebiasaannya karena berbicara sendiri dan kerap tertawa itu kadang membuat orang merinding sendiri dibuatnya.

Mobil sedan putih tiba di depan rumah The Harbringers, Signora menurunkan kacanya karena sudah resah melihat adiknya tertawa sendiri di kursi depan rumahnya.

“Udah, jangan ketawa sendiri. Ayo naik!” seru Signora dari dalam mobil.

Scaramouche juga dapat menghentikan tawanya dalam sekejap, lalu memasang wajah datar sepersekian detik kemudian. Ia naik ke dalam mobil Signora dengan wajah yang tidak enak dilihat.

“Rumahnya dekat tapi kok naik mobil?” tanya Scaramouche saat baru saja menutup pintu mobil Signora.

“Rumah Jean dan Lisa di perumahan ini juga?”

“Kocak banget deh,”

Signora keluar dari mobilnya dan menekan tombol kunci di remote mobilnya, sehingga Scaramouche terkunci dari dalam. Mobil milik La Signora sudah terlampau canggih, semua kendali atas mobilnya ada pada remote yang sekarang sudah di masukkan ke dalam tas kecilnya.

“KAAAAAAAAAAAAAKKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Scaramouche dari dalam mobil.

**

Wajah Zhongli sudah tak terkondisikan lagi, ia kesal karena kaus kaki yang ia beli terlihat aneh di matanya. Kini Zhongli sedang berusaha menelepon costumer service dari toko kaus kaki tersebut.

Halo? Ada yang bisa saya bantu?

“Halo! Ini Zhongli, kamu kenal tidak?”

Maaf, Bapak Zhongli. Sepertinya ini kali pertama kita berbicara via telepon,

“Kalau begitu kenalan dulu, saya Zhongli. Kalau kamu siapa?”

Ah, maaf, Bapak. Nama saya Katheryne dari Teyvat Merchshop. Ada yang bisa saya bantu?

“Jangan bohong, Katheryne suaranya tidak seperti kamu,”

Saya tutup, ya, Pak?

“Yayayayaya! Hehehe! Iki lho, Mba?”

Opo, Mas?

“Lho? Mba'e iso boso Jowo? Jowo neng endi?”

Pak, tolong. Kita sudah terlalu ooc, jadi ada yang bisa saya bantu?

“SAYA MAU MARAH!” seru Zhongli tak terima dengan produk yang dikirimkan oleh toko tersebut.

_Baik, Pak Zhongli. Keluhan apa yang ingin Bapak sampaikan kepada toko kami?”

“GINI, YA, MBA! SAYA PESAN KAUS KAKI LEBIH DARI 5 PASANG UNTUK SAYA DAN ANAK SAYA ALBEDO, KEBETULAN KAKI KAMI SATU UKURAN. DAN KATA NING SUPAYA DAPAT GRATIS ONGKIR HARUS BELANJA MINIMAL 3 KAUS KAKI, TAPI KARENA—”

Bapak, langsung ke pokok permasalahannya, ya, Pak.

“AH, IYA! BAIK! JADI SAYA SUDAH UNBOXING, SAYA MAU UPLOAD KE TEYTUBE JUGA, TAPI ADA YANG ANEH DENGAN KAUS KAKINYA!”

Aneh? Seperti apa yang Bapak maksud?

“KENAPA KAUS KAKINYA BERTULISKAN L SEMUA? KAMU KIRA KAKI SAYA CUMA ADA KIRI SAJA?”

Maaf, Bapak. Untuk kaus kaki yang bertuliskan L itu berarti large, Pak. Bukan left seperti yang Bapak maksud!

“Oh.... tuuut, tuuut, tuuuut, tuuuut!

BAPAK JANGAN PURA-PURA NUTUP TELEPON, YA!

“MAAP!”

Zhongli menutup teleponnya karena malu, ia langsung mencari Gorou yang sudah mengusilinya karena si bungsu yang membantu sang ayah melakukan video unboxing, keluarga Geo baru saja akan membuka kanal video keluarga di Teytube.

“Gorou! Sini kamu!” seru Zhongli dari luar kamar Gorou.

“Gorounya gak ada di kamar, Yah!” jawab seseorang dari dalam.

“Oh, gitu! Makasih, ya!”

Zhongli pura-pura menghentakkan kakinya dan pergi dari kamar Gorou, namun tiba-tiba ia mendobrak pintunya dan mendapati Gorou sedang duduk di kasurnya sambil memegangi laptopnya.

“JUJUR SAMA AYAH! KAMU BUKA APA DI LAPTOP ITU?” ujar Zhongli yang sudah naik pitam.

“Po-porno?” jawab Gorou terbata-bata.

“Jangan bohong, Dek.”

“Iya, deh. Ini, Yah.”

Gorou membalikkan laptopnya dan menunjukkan kepada Zhongli, terdapat room chat milik Gorou dan Kokomi yang sudah kosong. Gorou tidak berani mengundang Kokomi untuk ikut ke pesta rumah baru Jean dan Lisa.

“Kamu mau ngapain sama si ketos?” tanya Zhongli ragu.

“Mau ngajak dia ke pesta tante Jean dan Lisa,” jawab Gorou pelan, ia menghela nafasnya karena sudah pasrah dengan keadaan.

“Coba sini,”

Zhongli mengambil laptop Gorou dan mengetikkan sesuatu.

Hi!

“Ayah ngapain?! Anak jaman sekarang gak ngomong kayak gitu!” sanggah Gorou yang merasa ketikan Zhongli terlalu ketinggalan jaman.

“Lho? Terus apa kalau bukan Hi?”

DING

“Eh, dibalas, Yah!” seru Gorou ketika bunyi pesan dari Kokomi terdengar.

Hi, Gorou ;)

“Cie, dikedipin sama Kokomi!” ledek Zhongli yang masih menguasai laptopnya Gorou.

“Ah, Ayah bisa aja! Tolong balesin, tapi jangan aneh-aneh,”

“Oke, kita balas lagi dengan ini,”

Hari ini sibuk gak? Mau makan malam bareng?

“Yah! Anak jaman sekarang gak makan malam!” elak Gorou, pikirannya sudah kalut karena balasan dari Kokomi barusan.

“Ngawur! Kamu semalam makan bakso berapa porsi? Bukan makan itu namanya?”

“Eh, iya juga.”

DING

Kepala mereka langsung menuju ke laptopnya Gorou, membaca huruf demi huruf yang dituliskan oleh Kokomi.

Malam ini aku mau ke pesta rumah barunya Jean dan Lisa, Lumine yang mengajakku. Kamu ikut juga?

“Wah, kamu kalah sama Lumine, nih, Dek.” ujar Zhongli sembari menepuk punggung Gorou.

“Coba Adek balas gini, Yah.”

Gorou mengambil laptopnya dan mengetikkan sesuatu.

Setelah dari pesta rumah baru, kamu mau gak nonton bioskop sama aku?

“Widih! Gila! Buaya juga kamu, Dek!” ledek Zhongli yang bingung antara kagum atau kesal melihat anak bungsunya sudah mulai dewasa.

DING

Mata mereka kembali menoleh ke arah layar laptop, mendapati satu emoticon jempol yang dikirim oleh Kokomi sebagai tanda disetujuinya ajakan si Gorou.

“YESSS! ADEK MAU KENCAN PERTAMA SAMA KOKOMI!” teriak Gorou, anak itu lompat-lompat di atas kasur kegirangan.

“YEEEAAYYY!” timpal Zhongli yang ikut antusias karena anaknya akan kencan dengan Kokomi.

Ningguang dan Madame Ping yang baru saja tiba di rumah langsung disuguhi dengan suara berisik yang berasal dari kamar Gorou.

“Ngapain lagi, sih, mereka?” runtuk Ningguang.

Ningguang membuka pintu kamar Gorou dan melihat anak dengan suaminya sedang lompat-lompat di kasur sambil perang bantal.

“MAS ZHONGLI! ADEK! TURUN!”

Perintah Ningguang sudah mutlak, tidak dapat diganggu gugat. Zhongli dan Gorou langsung bersimpuh di depan Ningguang. Namun pikiran Ningguang masih tak lepas dari seluruh cerita Madame Ping dalam perjalanan pulang tadi.

Apa lagi yang kamu sembunyikan, Mas?

**

Suasana rumah Jean dan Lisa sudah semakin ramai. Selain Beidou, banyak tamu lain yang sudah datang ke pesta rumah baru mereka.

Rosaria datang dengan Eula dengan balutan dress kembar berwarna biru muda dan heels setinggi 7 cm.

“Selamat datang, Rosa, Eula!” sapa Lisa yang juga terlihat modis, walaupun usianya sudah akan memasuki kepala 4, untuk urusan pakaian Lisa masih bervariasi.

Berbeda dengan Jean yang selalu menggunakan baju itu-itu saja atau satu warna saja, putih.

Saat Rosaria ingin mengambil minum untuknya dan Eula, ia mendapati Kaeya sedang menuangkan minuman untuk gadis lain yang sudah menunggunya di ujung ruangan.

“Permisi,” ujar Rosaria tanpa menatap mata Kaeya.

“Oh, iya, Rosa.”

Kaeya meninggalkan Rosaria tanpa sepatah kata pun setelah interaksi singkat mereka. Mata Rosaria masih sibuk mencari-cari Kaeya, ternyata lelaki itu sudah bergabung dengan kawanan lainnya dari Adventurers Guild.

“Sudah, biarkan saja,”

Rosaria kaget setelah mendengar suara dari sisi kanannya, ternyata Lisa sudah mendekapnya dari belakang, namun Rosaria berusaha melepasnya dengan halus.

“Maaf, Mba.”

Lisa memperbaiki rambut Rosaria yang sudah keluar dari ikatannya, ia menyisir rambutnya dengan lembut dan meletakkannya di belakang telinga Rosaria.

“Ah...” kata itu keluar begitu saja dari mulut Rosaria.

Lisa tersenyum melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Rosaria, namun seketika Rosaria sadar dan menutup mulutnya karena malu.

“Maaf, Mba! Kali ini beneran minta maaf!”

Lisa hanya dapat tersenyum menghadapi Rosaria yang salah tingkah, setelah Rosaria selesai menuangkan minuman untuknya dan Eula, ia pamit pergi dari Lisa.

Ah, kapan kamu bisa sadar dengan perasaanku, Rosa?

Di sisi lain, si kembar dan Kokomi sudah tiba di pesta rumah barunya Jean dan Lisa. Lumine langsung disambut oleh Barbara, sementara Aether dirangkul oleh Venti yang sudah memegangi dua minuman dingin untuk mereka.

Kokomi hanya duduk di salah satu kursi yang kosong, melihat ke sekitar, banyak sekali kehangatan dari interaksi mereka. Tiba-tiba garis bibir Kokomi naik dengan sendirinya, berada di keramaian justru membuat dirinya semakin merasa kesepian.

“Ngapain bengong sendiri?”

Kokomi mendongak, ia melihat Kazuha yang sedang ikut berpura-pura melihat sekeliling pesta.

“Kazuha?” ujar Kokomi pelan.

“Mau minum?” tanya Kazuha sambil tersenyum.

Kokomi hanya mengangguk sebagai jawaban, Kazuha memberikan tangannya dan mengajak gadis bersurai pirang itu pergi ke stan tempat minuman dingin dengan aneka rasa.

Gorou melihat Kazuha dan Kokomi pergi menuju stan minuman, namun hatinya terasa seperti teriris ketika melihat Kokomi pergi dengan lelaki lain. Padahal ia tahu bahwa Kazuha sudah berusaha mengejar Yoimiya kembali, kini ia merasa dikhianati oleh Kazuha.

“Sudah, jangan langsung mengambil kesimpulan, Dek. Mereka cuma mau minum, kok.” kata Sara memecahkan lamunannya.

“Drama kamu, Dek.” celetuk Noelle yang sedang mendorong kursi roda milik Sara.

“Duuuh, anak Mamah udah bisa cemburu-cemburuan, ya!” ledek Ningguang sambil merangkul Gorou.

Madame Ping hanya tersenyum melihat wajah Gorou yang sudah memerah karena malu.

“Cinta kok sama monyet? Cinta monyet dong!” ujar Zhongli yang berusaha ikut dalam pembicaraan.

Gorou tersipu malu, bisa-bisanya ia berpikir bahwa ia dikhianati oleh Kazuha, padahal mereka adalah teman baik sejak kecil. Keluarga Geo tiba di pesta rumah baru Jean dan Lisa.

“Oh, iya, Mas? Albedo sama Sucrose sudah balik dari rumah sakit?” tanya Ningguang khawatir.

Zhongli mengambil ponsel dari saku kirinya dan menghubungi Albedo yang niatnya melakukan pengecekan kandungan Sucrose di rumah sakit.

“Halo? Al? Kamu sudah pulang?”

Halo, Yah! Maaf! Sepertinya Sucrose lahiran hari ini!

Zhongli langsung menyodorkan ponselnya ke Ningguang lalu berlari menuju mobilnya yang baru saja terparkir rapi setelah dipakai Ningguang.

“Halo, Al? Ada apa? Kok Ayah panik banget?”

Mah! Sepertinya Sucrose akan lahiran!

“Hah? Orang masih jauh usianya?”

Al juga kurang paham! Kata dokternya bayinya bisa jadi miniatur!

“Jangan panik, Al. Mamah sama Ayah segera ke sana, ya!”

Mendengar Albedo yang sudah ngawur saat berbicara membuat Ningguang sadar bahwa anaknya benar-benar butuh seseorang yang bisa menemani untuk menguatkannya.

“Ma, Ning mau ke rumah sakit, sepertinya Sucrose lahiran hari ini, tolong jaga anak-anak, ya, Ma!” pinta Ningguang kepada Madame Ping.

“Iya, Ning. Hati-hati, bilang jangan ngebut sama Zhongli, jangan ikutan panik, yang penting kalian selamat sampai tujuan dulu,”

Ningguang mengangguk dan mencium punggung tangan Madame Ping.

Setelah menghampiri Jean dan Lisa untuk memberitahu situasi Albedo dan Sucrose, Ningguang pergi menuju rumah sakit bersama Zhongli yang sudah menunggunya di depan.

You Keep Me Alive

cw, au // chapter 15.1 (Siluet) trigger: blood

Aether masih plonga plongo setelah mendapatkan penjelasan dari Ayaka, lelaki itu masih belum bisa percaya bahwa orang yang ia hormati sebagai ketua OSIS di sekolah merupakan saudara tirinya sendiri.

“Hotaru?” bisik Aether pelan.

Lumine hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

Kokomi masih tersenyum di hadapan si kembar, menunggu kedua saudaranya untuk mulai mempercayai bahwa Kokomi adalah saudaranya.

“Tapi, Kak?”

“Ya? Aether?”

“Kalau Celestia harus menikah dengan sesama Celestia dari suku atau keluarga bangsawan lain, bagaimana dengan seorang Celestia yang menikah dengan rakyat biasa?”

Kokomi mengangguk, ia memahami pertanyaan Aether. Di saat Kokomi mempelajari tentang seluk beluk Celestia, gadis itu juga memiliki pertanyaan yang sama dengan Aether. Karena ibu Kokomi (setelah Kokomi lahir) adalah rakyat biasa, namun saat itu Kokomi belum mengetahui bahwa Mina adalah ibu kandungnya.

“Dulu saya memiliki seorang ibu, yang merupakan rakyat biasa. Setelah mengetahui bahwa Ayah adalah Celestia dari Sangonomiya sebelum diturunkan kepada saya, saya mengira bahwa Mama Mina adalah ibu kandung saya.”

Lumine terkejut mendengarnya, begitu juga dengan Aether. Mereka mengernyitkan sebelah alisnya karena penasaran dengan kelanjutan dari cerita Kokomi.

“Saya juga mengetahui fakta bahwa Mama Mina bukanlah ibu kandung saya di usia ke 15 tahun,”

“Dulu Ayah sangat sering membanggakan statusnya sebagai Celestia, padahal seorang Celestia yang dipilih tidak boleh terlalu membanggakan statusnya karena akan ada balasan dari apa yang Ayah lakukan. Semua percaya akan hal itu.”

“Setahun kemudian, Ayah meninggal karena kecelakaan, saya juga tahu dalangnya siapa. Mereka adalah Fatui Harbringers yang diketuai oleh salah satu anak dari angkatan kalian, Scaramouche dari kelas 10A.”

Aether menyenggol lengan Lumine, mengisyaratkan bahwa “Scaramouche itu yang mana?

“Diem dulu!” seru Lumine karena memang dari tadi Aether selalu mengganggu Kokomi saat bercerita.

Kokomi terkekeh melihat tingkah si kembar, namun rasa senangnya tak bisa diungkapkan oleh apa pun. Ia benar-benar bahagia hari ini.

“Terus, Kak? Fatui Harbringers itu orang jahat, ya?”

Kokomi menggeleng, karena Sangonomiya bekerja sama dengan Harbringers milik La Signora, tentu ia harus tahu latar belakang Signora sebelum menyetujui kerja sama yang diajukan oleh kakak dari Scaramouche dan Ajax tersebut.

“Mereka hanya perusahaan penyedia jasa, dan sering digunakan untuk yang seperti ini. Di Teyvat belum ada hukum yang bisa menjerumuskan mereka ke dalam penjara karena pekerjaan aneh itu.” jawab Kokomi sembari menghela nafasnya karena teringat dengan peristiwa kecelakaan sang ayah.

“Terus? Bisa aja kecelakaan Pak Zhongli karena Fatui Harbringers?” sanggah Aether yang sepertinya otaknya sudah mulai jalan.

Kokomi mengangguk lagi, banyak pikiran yang berkeliling memutari otaknya namun sulit untuk diungkapkan.

“Kecelakaan Zhongli juga merupakan ulah Fatui, makanya Itto langsung tahu dan membunuh pelaku malam itu juga,”

“Kok Kakak tahu semua ini?”

Kokomi tersenyum, “Karena Sangonomiya dapat melacaknya, dan sistem kami lebih canggih dari kepolisian. Semua target yang menjadi sasaran Itto secara ajaib juga tepat,”

“Kedua polisi yang dibunuh oleh Itto bekerja sama dengan Fatui untuk menutup TKP dengan cepat. Walaupun saya yakin, Itto tidak akan tahu sampai ke sana,”

Mereka terdiam sesaat, merasa ada yang belum tuntas namun sudah membuka topik pembicaraan yang baru, peralihan itu kerap terjadi di mana saja.

“Sebentar, Kak. Kayaknya ada pembicaraan yang terlewat ini sama kita,” kata Lumine kesal setelah memukul lutut Aether yang masih bertanya Scaramouche itu siapa.

Kokomi memejamkan matanya sejenak, berusaha mengingat pembicaraan mereka tadi. Apa saja yang telah mereka bicarakan selama kurang lebih 2 jam ini.

“Ah!” seru Aether heboh sendiri.

Kokomi dan Lumine menoleh ke arahnya, namun tidak berharapan tinggi bahwa Aether akan mengingat pembicaraan mereka dari tadi.

“Gue sakit perut, bentar, ya! Jangan dimulai dulu!”

Aether berlari ke toilet secepatnya, lelaki itu memegangi bagian belakang celananya dan sedikit melompat agar sakit perutnya dapat teralihkan.

“Lumine,” panggil Kokomi lembut.

“Ya, Kak?”

“Pembicaraan kita yang tadi, jangan sampai diketahui oleh orang lain selain kita bertiga, ya. Soal Celestia kuno yang tersisa tinggal kita bertiga.”

Lumine mengangguk, setuju dengan usul dari Kokomi. Biarkan darah Celestia kuno milik mereka menjadi aib bagi mereka sendiri, selama hidup mereka tidak diusik berarti semuanya baik-baik saja.

“Oh, iya! Yang tadi, Kak! Kalau Celestia dan rakyat biasa memiliki anak gimana? Emang gak bisa?”

Melihat wajah antusias Lumine ketika mengingat pembicaraan mereka tadi justru membuat Kokomi tertawa setelahnya.

“Bisa-bisanya kamu, Lumine. Manis banget wajahnya!” ledek Kokomi kepada Lumine.

“Apa, sih, Kak?! Ayo jawab!” balas Lumine heboh sendiri, wajahnya sudah memerah karena malu.

“Iya, iya! Jadi begini, kalau misalnya Celestia dan rakyat biasa itu menikah, tidak masalah. Namun, kalau mereka memiliki keturunan, bisa saja keturunannya nanti akan mengalami kelainan, baik itu fisik maupun mental. Lebih parahnya lagi bisa keduanya, dan yang paling parahnya sang ibu tidak kuat untuk mengandungnya dan meninggal di kala sedang melahirkan.”

“Kok bisa begitu, ya, Kak? Kehebatan Celestia ini apa sebenarnya?”

**

“Kehebatan Celestia katamu?” tanya Madame Ping kepada Ningguang.

“Mama sendiri yang bilang bahwa Mas Zhongli membunuh Raiden Ei untuk menghapuskan Celestia yang tersisa di Teyvat. Ning bertanya satu hal yang sederhana, sehebat apa Celestia sehingga mereka harus dimusnahkan? Apa kekuatan mereka?”

“Bagaimana Mama menjelaskannya kepada kamu, Nak?”

Madame Ping terbatuk beberapa kali, karena memang penyakitnya belum dapat disembuhkan, di sela-sela pembicaraan mereka pasti diwarnai oleh batuk.

“Yang harus menikah dengan sesama Celestia lah, ada upacara pengangkatan dengan segala ritual yang aneh, banyak kejanggalan tentang Celestia di sini, dan Ning akan marah ke Mama kalau tidak dijelaskan secara rinci.” balas Ningguang sedikit keras, mereka sedang dalam perjalanan menuju Teapod, karena Ningguang menjemput Madame Ping untuk menghadiri pesta rumah barunya Jean dan Lisa.

“Baiklah, biar Mama jelaskan,”

“Celestia hadir di masa lalu, percaya atau tidak mereka adalah orang yang ikut membantu Tuhan untuk membangun Teyvat, menghidupkan bumi ini dan seisinya.”

“Celestia kuno, adalah orang-orang pertama yang sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya. Namun hebatnya kita diberikan petunjuk dari ciri-ciri yang diberikan tetua Celestia di masa lampau.”

“Mereka bersurai pirang, atau keemasan, rambut emas mereka itu alami bukan karena diwarnai oleh alat atau pergi ke salon. Kerap memiliki anak yang kembar, namun jika salah satu di antara mereka mati, kembarannya pasti ikut mati setelahnya.”

“Suami kamu sengaja diutus untuk melaksanakan tugas berat itu, karena itu adalah permintaan Tsaritsa, Celestia kuno terakhir yang diketahui oleh dunia. Karena sifat angkuhnya ia membangun istana di antara rakyat jelata dan melarat yang membuat Tsaritsa sendiri muak dengan sifatnya yang sudah mendarah daging itu, mereka cenderung memilih harta daripada nyawa orang lain, namun mereka sadar akan hal itu,”

“Jadi, di saat Tsaritsa mati pun, ia tertimbun oleh istana yang ia bangun sendiri, setelah dibunuh oleh Zhongli pastinya, itu masuk dalam buku pelajaran Sejarah Teyvat, Ning. Kamu gak bangga dengan suami kamu?” canda Madame Ping untuk mencairkan suasana.

Namun reaksi yang ditunjukkan oleh Ningguang justru berbeda, tak ada senyum yang keluar dari mulutnya, garis bibirnya bahkan tidak terangkat sama sekali. Ia benar-benar fokus mendengarkan seluruh cerita dari sang ibu.

“Lanjutkan, Ma. Tolong.”

“Baik,” ujar Madame Ping, patuh.

“Selanjutnya sampai—”

Mobil yang dikendarai Ningguang berhenti mendadak, ia ingat akan sesuatu. Sesuatu yang aneh tapi nyata itu terus menerus mengitari kepala Ningguang.

“ADA APA, NING?! KUCING?!” seru Madame Ping yang kaget sambil mengelus dadanya.

“Kembar, bersurai pirang atau emas? Mereka tinggal di dekat rumah kita, Ma!”

Madame Ping kembali tersentak, ia benar-benar mengira bahwa Ningguang sengaja ngerem untuk menghindari kucing yang sedang lewat. Namun, ternyata ada yang diduga Celestia kuno yang tinggal di antara mereka.

“Tapi, Ning.”

“Iya, Ma?”

“Kata Zhongli, kalau mereka tidak termasuk di dalam kontrak, kita tidak boleh mengusiknya, atau menohok langsung meminta identitas asli mereka kepada kita.”

Ningguang mengangguk, setidaknya ia tahu apa yang terjadi tentang Celestia serta latar belakang tentang Celestia. Hebatnya lagi, ia baru sadar bahwa Aether dan Lumine merupakan Celestia Kuno yang diceritakan oleh Madame Ping dari tadi.

“Sampai mana tadi, Ning?”

“Nining lupa juga, Ma!”

Mereka berdua tertawa terbahak-bahak, lalu melanjutkan perjalanan mereka untuk kembali ke rumah dan bersiap untuk pesta.

**

Xiao berlari mengikuti kawanan suster yang sedang mendorong ranjang Yoimiya menuju ruang operasi, mereka sudah sampai di IGD Inazuma.

Perasaan apa ini? Di saat melihat wajahnya yang sedang kesakitan membuat hatiku juga ikut sakit?

Perasaan apa ini? Aku juga bisa ikut merasakan rasa sakit di tanganku, dadaku, kepalaku?

Perasaan apa ini? Aku belum pernah merasakan keanehan ini sebelumnya

Saat di depan pintu ruang operasi, seorang suster menghalangi Xiao yang memaksa ikut ke ruangan.

“Kamu tidak boleh ikut, Dek. Hanya orang tua dan walinya saja yang boleh masuk ke dalam. Kamu hubungi orang tuanya dulu saja, ya. Kasian anak itu kekurangan banyak darah.”

“Apakah berpotensi kematian, Sus?”

“Dari darah yang kamu lihat di lantai sekarang saja bisa kamu bayangkan bahwa nyawanya sudah di ujung tanduk,” jawab sang suster lalu pergi masuk ke dalam ruang operasi meninggalkan Xiao seorang diri.

Xiao terduduk lesu di dinding dekat pintu masuk ruang operasi, mengacak-acak kepalanya karena merasa bersalah tidak berani untuk mengenalnya terlebih dahulu.

Kalau saja waktu itu gue kenalan sama dia, pasti dia gak bakal kesepian seperti ini!

Ini semua salah gue! Jalan yang sudah diberikan kepada gue malah gak diambil!

TOLOL! XIAO TOLOL!

Dering telepon Xiao terus berbunyi, namun tak diacuhkan oleh Xiao. Ia justru mematikan ponselnya saat itu juga, tak sadar bahwa yang meneleponnya adalah Ganyu.

**

“Kok gak diangkat?” gumam Ganyu pelan.

“Lho? Sekarang malah gak aktif? Abis baterai apa, ya?”

Ganyu melanjutkan perjalanannya menuju rumah Jean dan Lisa, ia membawa satu buah kado yang cukup besar untuk dibawa olehnya seorang diri. Kado itu akan diberikan kepada keluarga Jean dan Lisa di pesta rumah baru mereka nanti.

“Wah, rumah-rumah di Teapod besar dan mewah sekali,”

Tiba-tiba kado yang dibawa oleh Ganyu terasa ringan dengan sendirinya.

“Hah? Kok jadi ringan?”

“Ya iyalah, ada dua tenaga tambahan. Ya, gak, Thom?” sahut Ajax dan membuat Ganyu sadar dari lamunannya.

“Berat sama dipikul, ringan sama—” ujar Thoma, namun dipotong oleh Ajax.

“Si Anjing!” potong Ajax dengan nada bercanda.

“Bacot lo, Setan!” bentak Thoma tak terima dengan perkataan Ajax.

“Canda kali, Bro! Sensi amat hidup lo kayak masker!”

“Diem gak lo?! Gak usah tinggal di rumah gue lagi,”

“Baik, Madam! Maafkan saya!”

Ganyu hanya bisa tertawa melihat tingkah Ajax dan Thoma yang masih seperti anak-anak. Mereka tidak pernah terlihat akrab jika sedang berada di sekolah. Ini juga pengalaman pertama Ganyu melihat kedekatan Ajax dan Thoma. Namun, tetap saja pandangan Ganyu tak pernah luput dari Thoma.