You Keep Me Alive
cw, au // chapter 15 (Siluet) trigger: blood, suicide attempt
Scaramouche terlihat sedang bingung di kantornya. Walaupun masih anak sekolahan, ia sudah memiliki bisnis karena diturunkan oleh La Signora yang bergerak di bidang jasa, tak ayal seluruh karyawan Scaramouche memiliki badan yang besar dan tegap.
Mungkin karena Scaramouche adalah anak bungsu, La Signora lebih menyayangi dan memperhatikannya di bandingkan dengan Ajax, yang dinilai sudah bisa hidup mandiri. Jika dilihat dari sifat dan sikapnya, Ajax memang orang yang mandiri dan kuat, namun sang kakak melupakan fakta bahwa Ajax tidak pernah memiliki masa kecil yang indah karena perannya tersebut.
“Boss,” ujar salah seorang bawahan Scaramouche.
Scaramouche hanya menoleh sebentar, lalu kembali fokus ke berkas-berkas yang sudah bertumpuk di atas mejanya.
“Madam Yae Miko memberi upah lebih lagi untuk kami, bagaimana cara membaginya?” lanjutnya.
“Untuk kalian saja semuanya, ajak yang lain makan-makan bersama. Saya tahu kalian sering mengais makanan bekas dari Wanmin Restaurant, kan?” jawab Scaramouche tanpa melihat ke arah bawahannya.
Lelaki berbadan besar itu berkaca-kaca, mereka tidak sadar bahwa selama ini Scaramouche memperhatikan seluruh karyawannya. Mereka sudah cukup paham bahwa kondisi Fatui Harbringers sedang tidak baik karena kasus tabrak lari Zhongli beberapa waktu lalu, hanya Yae Miko yang masih menggunakan jasa mereka sampai saat ini.
“Masih gila itu si perawan tua?” tanya Scaramouche datar.
Pertanyaannya hanya dibalas dengan anggukan, sambil sesekali memegangi perut karena memang mereka jarang mendapatkan makanan yang masih layak untuk dimakan sehingga harus mengais makanan bekas dari rumah makan atau tong sampah di kota.
“Ya sudah, kalian makan saja,”
Pria berbadan besar itu meninggalkan ruangan Scaramouche sambil terisak-isak, memang Mora yang diberikan oleh Yae Miko sangat besar, bisa dipakai untuk menyewa apartemen selama setahun, dan Scaramouche tidak memperhatikan itu sama sekali, yang penting baginya adalah kesejahteraan karyawannya.
Lelaki bersurai ungu itu melanjutkan pekerjaannya, dan terhenti di satu berkas yang membingungkan baginya, berkas klien yang meminta Fatui untuk membuat Zhongli kecelakaan seolah itu adalah kecelakaan tunggal.
Scaramouche tak bisa berhenti tertawa setelah membaca nama klien yang mencoba membunuh pahlawan Teyvat itu.
“TOLOL!” teriak Scaramouche lantang, dibarengi dengan tawa yang menggelegar.
“PEREMPUAN MUNAFIK!”
Scaramouche menyobek kertas permintaan jasa milik Yanfei dan membakarnya hingga hangus. Orang yang selama ini menjadi kepercayaan bagi keluarga Geo justru menusuknya dari belakang, seluruh permainan Yanfei sudah terungkap, namun buktinya sudah dibakar habis oleh Scaramouche. Ia ingin tahu bagaimana kelanjutan dari sandiwara manusia-manusia bodoh di Teyvat.
**
Suasana rumah Jean dan Lisa terlihat ramai, hari ini mereka menyelenggarakan pesta rumah baru dengan mengundang seluruh warga Teapod Residence dan kolega serta kerabat yang mereka kenal.
Barbara sibuk menuangkan minuman dingin di atas cawan kaca yang tampak bersinar karena pantulan sinar matahari. Senyum gadis itu merekah karena sebentar lagi kekasihnya, Venti, akan datang. Mereka sudah lama tidak ketemu karena kesibukan masing-masing, dan hari ini Barbara ingin membayar rasa rindunya dengan harga berapa pun agar dapat terus di samping Venti.
“Klee! Jangan main HP terus!” seru Jean dari dapur.
Sang ibu terlihat sedikit kesal karena setelah Klee dibelikan gawai baru oleh Lisa, ia seakan memiliki dunia baru dan membuatnya lupa dengan dunia nyata.
Razor baru saja turun dari lantai dua setelah mandi, ia masih mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Razor, tolong ambil saja HP-nya Klee. Dia udah lama banget mainnya,”
“Iya, Bu.”
Razor menghampiri Klee di ruang tamu, namun Jean tetap memperhatikan mereka dari dapur, takut Razor terpengaruh oleh Klee dan melupakan tugasnya.
“Duh, salah nyuruh orang,” runtuk Jean pelan.
Klee langsung mengajak Razor bermain gim dan diiyakan oleh sang kakak, dengan cepat Razor berlari menuju kamarnya untuk mengambil gawainya yang sedang diisi daya baterainya.
Lisa yang sejak tadi memperhatikan mereka hanya bisa tertawa sambil berjalan ke dapur, ia merangkul Jean yang sudah ngomel-ngomel sendiri dari tadi.
“Sudah, Jean. Biarkan saja, mereka masih anak-anak,” bisik Lisa lembut.
Jean bergidik, ia masih belum biasa diperlakukan selembut itu oleh Lisa, sekuat apa pun Jean berusaha untuk menerima perlakuan Lisa, tetap saja ia belum terbiasa dengan semua itu.
Lisa membantu Jean mempersiapkan makanan yang akan dihidangkan saat pesta nanti, apa pun masalahnya jika diselesaikan bersama pasti akan cepat selesai.
Jean menoleh sekilas ke arah Lisa, namun Lisa sudah lebih dulu memandangi wajah Jean sambil tersenyum menggoda. Mereka tertawa setelahnya, sambil melanjutkan urusan mereka di dapur.
TING TONG
Barbara dengan cepat berlari menuju pintu depan rumahnya, saat ia membuka pintunya, dia kaget dengan penampilan Beidou yang jauh berbeda dari biasanya.
“Tante Beidou?” ujar Barbara pelan.
Beidou hanya tersenyum kepada Barbara, ia mengacaukan rambut Barbara yang sudah ditata rapi sejak pagi. Perempuan itu sengaja, karena ia suka reaksi Barbara ketika sedang kesal dengannya.
“Tante! Ih! Rara udah dandan, lho!”
Barbara langsung berlari menuju kamarnya, tak peduli dengan cawan-cawan kaca yang masih belum selesai ia tuang. Sementara Beidou masih tertawa melihat Barbara yang terlihat masih seperti balita di matanya.
Jean keluar dari dapur, mendengar Barbara yang mengomel sambil menangis membuatnya penasaran dengan apa yang terjadi di depan.
“BEIDOU!” sahut Jean penuh semangat.
Jean langsung memeluk Beidou erat, ia senang bahwa temannya menepati janjinya untuk datang ke pesta rumah baru mereka.
“Gue datang, nih. Jangan bilang gue pembohong lagi,” ledek Beidou sambil merangkul Jean.
Mereka tertawa setelahnya, Lisa juga ikut tersenyum melihat kehangatan yang ditunjukkan oleh dua sahabat itu dari dapur. Bersyukur bahwa Jean masih bisa menemukan kebahagiaan lain, dan dia sudah tidak terlihat murung lagi semenjak kepergian sang suami.
“Lah? Baru gue doang ini ceritanya?” tanya Beidou heran.
Jean hanya mengangguk sebagai balasan. “Gue mau ngajak lo masak tapi pasti gak akan bisa, kan?”
Beidou sontak tertawa mendengar pertanyaan Jean.
“Tahu aja! Gue mau minta bir, mana kulkas lo?”
Lisa datang dari dapur sambil membawa satu botol bir yang masih dingin dari kulkas, uap yang dikeluarkan dari minuman dingin itu terlihat jelas oleh mata telanjang, yang membuat Beidou bersemangat untuk menelanjangi minuman itu sampai habis.
“Oh, iya! Saya Beidou, Bu.” ujar Beidou kepada Lisa.
Lisa hanya membalasnya dengan senyuman, lalu kembali menuju dapur untuk menyelesaikan masakannya.
“Kenapa itu orang?” tanya Beidou pelan.
Jean tak bisa menjawabnya, ia juga baru kali ini melihat Lisa bertingkah seperti itu.
“Beidou! Sepatunya dilepas, ya, Sayang!” teriak Lisa dari dapur.
“Bangsat! Gue lupa lepas sepatu!” gumam Beidou malu, ia meletakkan birnya dan berlari keluar rumah untuk membuka sepatunya.
Jean tertawa sambil menoleh ke arah Lisa, melihat senyum Lisa membuat Jean serasa lebih hidup dari sebelumnya. Ia sangat bersyukur bahwa Tuhan cepat memberikan pengganti Diluc untuknya, walaupun bukan sebagai pasangan, Lisa adalah teman yang baik serta ibu yang dapat dijadikan panutan untuk Klee dan Barbara.
**
Kokomi berdiri di depan rumah si kembar, sudah lebih dari 15 menit perempuan itu menunggu namun tidak ada balasan dari dalam. Bel rumah yang sudah ia tekan berkali-kali, pintu rumah yang juga sudah ia ketuk berkali-kali, hasilnya nihil. Namun ia masih belum menyerah, ia tahu bahwa Aether dan Lumine sedang berada di rumah.
“Ah? Kak Kokomi?” sahut Lumine heran.
Kokomi tersenyum, memberikan dua kotak makanan untuknya dan sang kakak.
“Bisa tolong sampaikan salam saya kepada Aether?” tanya Kokomi sambil tersenyum.
Lumine hanya mengangguk dan masih bingung dengan kedatangan Kokomi yang terbilang tiba-tiba ini.
“Kakak mau masuk dulu? Aether masih istirahat, sih.”
“Tidak usah, saya tidak akan mengganggu waktu istirahat kalian. Saya ikut sedih setelah tahu kondisi kalian sebelum pindah ke SMA Teyvat. Kalian adalah saudara yang hebat karena bisa menguatkan satu sama lain.”
Lumine mengernyitkan alisnya, lagi-lagi ia bingung dari mana Kokomi tahu cerita yang seharusnya hanya diketahui oleh Keqing, Ajax dan Scaramouche, itu pun kalau Scara masih ingat.
“Kakak tahu dari mana?”
“Saya? Tahu dari siapa?”
Lumine mengangguk pelan, sebenarnya ia ragu untuk bertanya kepadanya.
“Hotaru, kita adalah Celestia yang tidak masuk dalam kontrak milik Zhongli,” jawab Kokomi tersenyum.
Lumine bergidik, gadis bersurai pirang itu tak menyangka bahwa Kokomi tahu nama aslinya. Bukan hanya itu, ternyata Kokomi juga merupakan keturunan dari Celestia kuno.
“Kontrak yang diberikan kepada Zhongli hanya untuk menghabisi seluruh bangsawan dan Celestia murni dari setiap suku yang ada di Teyvat. Bunda Tsaritsa adalah Celestia kuno terakhir, benar?”
Pertanyaan Kokomi hanya dibalas oleh senyum tipis Lumine, yang sudah semakin ketakutan mendengar seluruh penjelasan Kokomi.
“Kita adalah keturunannya, hanya saja kita berbeda bapak. Wanita jalang itu ternyata memberikanku dua adik kembar.” lanjut Kokomi yang masih tak bisa berhenti tersenyum.
“K-Kak?”
Kokomi spontan memeluk Lumine, air matanya mengalir setelahnya. Sudah lama ia mencari informasi tentang keberadaan saudara jauhnya, ini adalah wasiat terakhir dari sang kakek yang gagal diteruskan oleh ayahnya yang meninggal karena kecelakaan satu tahun yang lalu.
“Maafkan saya, Hotaru. Saya tahu kalian sangat sayang dengan Bunda Tsaritsa, tapi keluarga kami sangat membenci ibu kita. Walaupun saya juga darah dagingnya, perlakuannya kepada keluarga kami sangat kejam.”
“Kak? Aku bingung,” ujar Lumine pelan.
“Lingkaran kehidupan dan kebencian harus putus di kita, sekarang kita harus hidup berdampingan dan tidak saling bermusuhan satu sama lain.”
Lumine melepaskan pelukan Kokomi sekuat tenaga, ia menatap tajam mata yang diduga saudaranya itu.
“Kak, aku ingin mencoba untuk percaya dengan Kakak. Tapi maaf, aku belum bisa.” kata Lumine, bibirnya bergetar hebat karena masih ketakutan ketika mendengar nama lamanya.
“Pak Zhongli adalah ketua RT di perumahan ini. Kalau Kakak mau, kita bisa bertanya sama-sama kepa—”
“Jangan,” sanggah Kokomi.
“Kenapa?”
Kokomi menghela nafasnya perlahan, mencoba menenangkan dirinya sembari menyeka air matanya yang terkadang masih mengalir begitu saja.
“Saya takut dengan Zhongli, dia bukan orang sembarangan.” jelas Kokomi kepada Lumine.
“Tapi dia lucu, kok. Receh juga orangnya,” balas Lumine sambil mengusap dagunya. Gadis itu heran, kenapa setiap pandangan orang terhadap Zhongli berbeda-beda.
“Itu gak terlalu penting, yang jelas, setelah mendengarkan ceritamu dari anak-anak di sekolah, aku langsung sadar bahwa kalian adalah orangnya. Aether sempat berteriak tentang Snezhnaya kepada Ajax, dan Ajax memanggilnya dengan sebutan Sora, itu yang membuat saya semakin yakin.”
Lumine bergeming, ia hanya bisa menatap Kokomi penuh kekhawatiran. Ia masih tak percaya bahwa ibunya memiliki kekasih dan keturunan lain selain dengan ayahnya yang selama ini mereka kenal.
“Kakak tahu? Alasan Mama melakukan hal seperti ini?”
Kokomi menggeleng, ia tak akan bisa menemukan jawabannya jika harus mencari ke mana pun, dan sejauh apa pun tempatnya.
“Mungkin supaya Celestia tidak punah, karena memang tinggal kita bertiga yang tersisa,” jawab Kokomi, berharap bisa diterima dengan baik oleh Lumine.
“Juga, Kak. Mungkin ada keturunan bangsawan lain yang tidak masuk ke dalam kontrak. Kita, kan, gak tahu.”
Kokomi hanya mengangguk, lalu kembali memeluk Lumine dengan erat. Kini bukan rasa takut lagi yang dirasakan oleh Lumine.
“Dek? Lo ngapain sama ketos?!” teriak Aether yang kaget setelah bangun dari tidurnya.
Lumine dan Kokomi hanya tertawa melihat reaksi dari Aether, setelah dipersilakan untuk masuk. Kokomi, Lumine dan Aether duduk di ruang tamu yang beralaskan bantal kecil untuk mereka duduk.
“Jadi begini ceritanya, saya akan ulangi dari awal,” ujar Kokomi membuka cerita dengan senyumnya yang manis dan menenangkan.
**
Xiao tiba di depan rumah Yoimiya, setelah memaksa Gorou untuk meminta alamat rumah Yoimiya kepada Kazuha. Akhirnya lelaki bersurai hijau itu tidak salah alamat lagi.
Ini pasti rumahnya,
Xiao mengetuk pintu rumah Yoimiya berkali-kali, namun hanya suara musik metal yang terdengar dari luar.
Gila ini anak, ya? Setel lagu kencang-kencang,
Saat Xiao akan mengetuk pintunya, tiba-tiba kenop pintu rumah Yoimiya terlepas dan jatuh. Pintunya terbuka karena terhembus angin yang lebih kencang dari biasanya.
Xiao berjalan pelan menuju ruang tamunya, melihat begitu banyak sampah yang berserakan di sana, namun ia tak memedulikan itu. Ia terus menyusuri seisi ruangan di rumah Yoimiya, namun tak ada satu orang pun di sana.
Anak ini keluar rumah gak kunci pintu, lagu kebesaran. Benar-benar gila ini anak.
Berjalan menuju sumber suara lagu metal yang masih terdengar berteriak dan mengumpat kepada Tuhan, jantung Xiao berdebar hebat, ia memiliki firasat yang buruk tentang apa yang akan terjadi jika ia terus masuk ke dalam kamar Yoimiya.
Total nightmare! Total nightmare! You wanna hear my side? You need to drown to know With all the times it hurt me to fuck you I built a wall with your blood to show God save us God save us all God hates us God hates us all
Xiao terjatuh karena terkejut melihat darah yang terus mengalir dari lengan Yoimiya, ia tak berkutik setelahnya, seluruh tubuhnya bergetar hebat, keringat mulai bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.
“YO-YOIMIYA!”
Setelah berhasil melawan rasa takutnya, Xiao langsung bergegas menutupi lengan Yoimiya yang terluka. Bekas sayatan miliknya terbuka lebar, seluruh bekas luka sayatan milik Yoimiya ia tutupi dengan tato. Ini yang membuat Xiao sadar alasan Yoimiya menggunakan tato untuk apa, tanpa bertanya langsung kepada orangnya.
Xiao mengambil ponselnya dan menghubungi unit gawat darurat daerah Inazuma.
“HALO! TOLONG KIRIMKAN AMBULAN KE RITOU! TEMAN SAYA MELAKUKAN PERCOBAAN BUNUH DIRI!”
credits: Song by Avenged Sevenfold – God Hate Us