You Keep Me Alive
cw, au // chapter 7.2 (Ekspektasi Orang Tua)
Jean, Klee dan Razor tiba di depan gerbang Liyue. Sudah ada Lisa di sana, menahan rindu anak semata wayangnya yang pergi dari pagi sampai sore hanya untuk bermain dengan Klee.
“Loh? Ibu katanya gak ikut?” tanya Razor polos.
Lisa langsung memeluk Razor dan membisikkan sesuatu pada anaknya.
“Ibu sengaja diam-diam ikut, Ibu juga mau kali main sama kamu.” ledeknya.
Jean masih tersipu setelah melihat Lisa, pikirannya masih mengambang karena ajakan Lisa untuk tinggal satu rumah dengannya.
“Jean? Kamu kenapa?” tanya Lisa heran.
“Eh. Enggak, Bu. Masih terpikirkan masalah tadi.” jawab Jean pasrah, ia juga sebenarnya bingung apakah Lisa bercanda atau tidak.
Lisa terkekeh mendengar respon dari Jean, ia langsung menggandeng Jean dan berjalan duluan masuk ke area festival.
“Mama mau ke mana?” tanya Klee sambil mengejar ibunya.
“Klee, Tante pinjam mama kamu dulu, ya! Kan kamu lagi asik-asiknya sama Razor.”
Klee langsung mengangguk dan berlari menghampiri Razor lalu menarik tangannya agar bisa menyusul Jean dan Lisa.
“Ayo, Bang! Kita jangan mau kalah sama Mama dan Tante.” ajak Klee yang masih berusaha mengejar Jean dan Lisa.
Razor tersenyum tipis, ia bahagia sekarang. Tentu ini adalah momen yang langka baginya, Razor kini memiliki adik, walaupun bukan dari ibu yang sama.
“Ayo, Klee! Kita coba jajanan festival!” seru Razor penuh semangat.
“AYO!”
**
Kini keluarga Geo yang baru tiba di festival Liyue, mereka membawa dua mobil, rombongan Albedo dan sang ibu hamil Sucrose berangkat bersama Itto dan Sara. Sementara Ningguang dan Zhongli bersama Noelle, Gorou, Lumine dan Barbara.
“Wah, suasana festival masih sama setiap tahunnya, ya.” gumam Ningguang melihat sekeliling festival.
Zhongli tersenyum melihat wajah sang istri yang sedang mengagumi suasana festival. Ia langsung menggenggam tangan Ningguang dan berjalan lebih dulu meninggalkan yang lainnya.
“Yah?” ucap Sucrose yang ikut menggandeng tangan Albedo.
Jelas, warna wajah Albedo memerah setelah dipanggil 'ayah' oleh Sucrose, sebutan yang terbilang mendadak ini mengundang gelak tawa dari sang tunangan, yang sebenarnya ingin mengetahui reaksi Albedo yang terbilang cuek dalam hubungan mereka.
Seru banget ngelihat Kak Albedo dan tunangannya. pikir Sara dalam hati.
Ia menoleh ke arah Itto namun kehilangan sosok raksasa itu dari pandangannya, rupanya Itto sudah berlari menuju Trio Bocah Liyue yang sudah melambaikan tangannya dari tadi.
“Permisi, Kak Sara.” sapa Barbara dan Lumine yang masih segan melihat wajah sang gagak.
“Lumine dan Barbara, kan? Kalau di luar sekolah santai saja.” jawab Sara sambil tersenyum.
Aura yang dipancarkan oleh Sara jelas berbeda ketika sedang berada di sekolah. Barbara baru saja menyadari kalau Sara bukan orang yang sangat judes di mana pun. Dengan keyakinan dan keberaniannya yang baru saja tumbuh, Barbara langsung menggandeng Sara dan Lumine lalu masuk ke dalam festival.
“Barb!” pekik Lumine yang masih ketakutan berada di samping Sara.
Barbara hanya tersenyum dan mengacuhkan Lumine, ia senang bisa memiliki teman baru hari ini, dan itu sudah cukup baginya.
“Ayuk, Kak! Kita kejar pacar Kakak!” seru Barbara yang justru membuat Sara langsung tersipu malu saat mendengarnya.
Pacar... aku pun berharap seperti itu. gumam Sara dalam hati.
Gorou menempel ke Noelle, si bungsu merasa ditelantarkan oleh kedua orang tuanya yang malah asik berduaan menikmati festival. Noelle yang menyadari itu langsung mengelus lembut kepala Gorou dan menyadari bahwa waktu sangat cepat berlalu. Gorou sudah menjadi siswa SMA, padahal perasaan Noelle saat itu masih berpikir kalau Gorou baru saja masuk TK.
“Yuk, kita jangan sampai kalah sama Ayah dan Mamah!” ujar Noelle sambil tersenyum.
**
Flashback
Malam tanpa bintang kini sudah menjadi keseharian Lisa yang masih bertengger di ruang Fakultas Sastra di Universitas Teyvat. Lisa masih disibukkan dengan tesis yang baru saja ia garap setelah sekian lama terbengkalai karena harus menilai tugas-tugas mahasiswanya.
Sesekali ia menyeruput kopi yang sudah tak lagi panas untuk menghilangkan kantuk dan suntuknya.
Ada satu cara yang membuat Lisa bisa begitu saja menghilangkan rasa lelahnya ketika menjalani rutinitas yang monoton itu.
“Halo, Sayang? Kamu sudah makan?” tanya Lisa kepada Razor melalui ponselnya. Ia juga mengambil bingkai foto yang berisi fotonya dan Razor saat kelulusan SMP waktu itu.
Sudah, Bu. jawab Razor singkat.
“Nanti pulang mau Ibu bawain apa dari luar?” pertanyaan ini memang sudah sangat sering ditanyakan oleh Lisa, karena jujur ia tidak tahu bagaimana cara menghadapi remaja yang terbilang masih tertutup bahkan pada ibunya sendiri.
Tidak usah, Bu.
“Kalau ada apa-apa bilang, ya, Sayang!” seru Lisa dari ujung telepon.
Setelah itu ia menutup teleponnya dan meletakkan ponselnya di atas meja. Ia tak melanjutkan pengerjaan tesisnya, Lisa berdiri dari kursinya lalu meregangkan badannya sambil berjalan ke arah jendela.
“Hari ini langitnya kosong.” gumam Lisa pelan.
Di tengah lamunannya, kadang Lisa dihantam dengan keras oleh ingatannya di masa lalu, saat ia terus menerus dianiaya oleh Diluc, mantan kekasihnya. Luka yang ia alami tak kunjung sembuh, sudah 16 tahun lamanya ia terus terngiang-ngiang oleh perlakuan bejat Diluc di masa lalu. Perempuan itu tak tahu di mana lelaki itu berada, ia tak memedulikannya.
Dari saku kanannya, Lisa mengambil satu batang rokok lalu membakarnya. Ia hirup dalam-dalam tembakau yang selama ini mengkuatkan di kala ia sedang stress. Belum ada satu pun obat yang bisa menyembuhkan luka di hatinya, bahkan Razor sekali pun. Sifat dan wajahnya yang sangat mirip dengan Diluc kadang membuka luka yang hampir saja kering.
Terkadang Lisa menyesali perbuatannya karena telah memutuskan untuk mengandung Razor dan membesarkannya sampai sekarang. Pikiran itu muncul di kala ia sedang benar-benar lelah menjalani hidup, namun saat itu juga ia menyadarkan diri atas pikiran bodohnya.
Razor adalah pembangkit semangatnya, alasannya agar tetap bertahan hidup, cinta terakhirnya.
Lisa tak pernah memiliki perasaan pada lelaki mana pun, karena ia jatuh cinta pada orang yang tak akan pernah bisa menerima dan dimiliki olehnya, yaitu Rosaria.