You Keep Me Alive
cw, au // chapter 5 (Dunia Baru) trigger: nsfw 18+
Albedo pergi ke sebuah cafe di daerah Mondstadt bersama Klee, yang merupakan anak dari Jean dan Diluc, juga keponakan bagi Barbara. Albedo sangat disukai oleh Klee karena diam-diam bocah berumur 8 tahun itu suka ikut eksperimen bersamanya di laboratorium tempat Albedo magang dulu.
Kini Albedo mahasiswa kimia semester akhir di Universitas Teyvat. Ia memilih untuk pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarganya sebelum ia benar-benar disibukkan dengan pekerjaannya di Bio-Alchemy of Mondstadt.
Kamu fokus kuliah saja, Al., itu yang selalu dikatakan oleh Ningguang kepada Albedo, mengingat Itto yang tidak mau berkuliah, membuat Albedo merasa memiliki tanggung jawab yang besar untuk membanggakan nama keluarganya.
“Klee mau pesan kayak apa yang Kak Al pesan.” ujar Klee manja, anak itu sudah bermain bersama Albedo sejak ia masih bayi.
Dulu keluarga Jean dan Zhongli bisa dibilang dekat, Klee yang masih bayi sering dititipkan kepada Zhongli namun Zhongli malah meminta Albedo untuk membantunya, di situlah awal terbentuknya ikatan antara Albedo dan Klee.
“Ya sudah, Kak Al mau pesen es krim coklat aja. Klee suka, kan?” ujar Albedo manis.
“Klee SUKA! Kakak! Klee mau yang ini juga! Sweet Madame!” kata Klee sambil menunjuk gambar makanan khas paling laris di cafe itu.
“Baik! Ditunggu, ya!” ujar sang pelayan cafe.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, Klee langsung mengambil tas yang ia letakkan di lantai lalu mengeluarkan sesuatu.
“Kak Al! Lihat nilai ujian Klee! Dapat 90!”
Albedo mengambil kertas ujian milik Klee dan melihat jawabannya dengan seksama.
Wah, anak jaman sekarang pelajarannya semakin sulit ternyata. pikirnya dalam hati.
“Kamu pintar sekali, Klee! Kak Al bangga sama kamu!” Albedo mengelus lembut kepala Klee penuh kasih sayang.
“Pasti kamu belajar sama Mama Jean terus, kan?” lanjut Albedo.
“Enggak! Mama sibuk di sekolah, jadi Klee harus belajar sendiri!” jawab Klee sambil melet. Senyumnya Klee benar-benar bisa membuat Albedo lupa dengan semua hal yang membebaninya, bocah itu layaknya lilin kecil yang menerangi kegelapan.
“Oh, ya! Papa gimana kabarnya?” tanya Albedo heran, Klee sudah jarang nampak bersama Diluc, kalaupun Albedo harus mengantarnya pulang dulu, ia selalu mengantarkannya ke rumah Jean.
“Papa...” gumam Klee pelan.
“Klee gak tahu Papa di mana!” lanjut Klee sambil tersenyum, tak ada yang disembunyikan olehnya karena memang ia tak tahu di mana sang ayah sekarang berada.
Jean dan Diluc sudah berpisah di saat Klee berusia 3 tahun, hanya Zhongli yang mengetahui alasan mereka berdua berpisah, selebihnya tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada keluarga mereka.
“Ya udah, sekarang Kak Al kan gak tinggal di asrama lagi, Klee bisa main sama Kak Al nanti, ya!”
Albedo kembali mengelus kepala Klee dengan penuh kasih sayang, senyum tulusnya Klee mulai terpancar karena ia sudah menganggap Albedo sebagai kakak kandungnya sendiri, berbeda dengan Itto yang selalu bertengkar dengan Klee setiap mereka berjumpa. Itto bahkan pernah diikat dengan petasan oleh Klee saat sedang tidur siang.
“ASIIIIK! Klee dan Kak Al bisa bareng-bareng lagiiii!” seru Klee penuh semangat, Albedo tentu tahu isi pikiran Klee saat ini, ia pasti sedang membayangkan apa saja yang akan ia lakukan bersama Albedo.
Klee pernah memberikan list tentang apa yang ingin dilakukan bersamanya, walaupun akhirnya terbakar karena Itto mengira itu sampah. Mungkin itulah kali pertama bertengkaran mereka sampai saat ini.
“Halo! Maaf menunggu! Ini pesanannya, ya!” sapa sang pelayan yang datang membawa 2 es krim coklat dan satu porsi Sweet Madame.
“Selamat makan, Klee!”
“Selamat makan, Kak Al!”
**
Albedo menghempaskan tubuhnya ke kasur, lagi-lagi ia menerima pesan yang sama dari Ningguang, ia merasa tertekan setiap kali mendapat pesan yang memuakkan itu.
Kamu fokus kuliah saja, Al.
“Gak ada lagi yang bisa ditulis sama Mamah, ya?” gumam Albedo dalam hati.
Pikirannya sedang kacau, penelitiannya sudah 4 kali ditolak oleh dosennya, padahal ia sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi hasilnya tak selalu seperti yang ia bayangkan. Apa memang dunia sedang bercanda dengannya?
TING!
Dering ponsel Albedo berbunyi, ternyata dari Sucrose, rekan kuliahnya.
“Halo? Iya, kenapa, Sucrose?” sapa Albedo melalui telepon.
“Kak Al, lagi sibuk gak?” tanya Sucrose dengan nada yang mengkhawatirkan.
Memang mahasiswa kimia selalu dipusingkan dengan tugas akhir di setiap semesternya, sama seperti Albedo, Sucrose juga sudah lebih dari 5 kali ditolak proposal penelitiannya oleh dosen.
“Kamu di mana? Biar aku ke sana aja.” jawab Albedo langsung bergegas mempersiapkan diri, ia menghidupkan loudspeaker di ponselnya sembari bersiap-siap.
“Aku di depan pintu kamar Kak Al.“
Karena bingung, bagaimana bisa perempuan masuk ke dalam asrama laki-laki di malam hari, Albedo langsung berlari menuju pintu asramanya dan mendapati Sucrose yang sedang berdiri ketakutan sambil memegang proposal penelitiannya dan sebotol wine yang tampak masih baru.
“Kamu kok bisa masuk ke asrama cowok?” tanya Albedo heran.
Sucrose langsung masuk tanpa disuruh, ia benar-benar tak bisa memikirkan apa-apa lagi.
Gadis berambut hijau itu melemparkan proposal penelitiannya ke tempat sampah dan terduduk sambil menangis.
“Kenapa ditolak mulu, sih?!” rengek Sucrose pasrah, ia benar-benar pusing bukan kepalang.
“Tenang, kita masih ada waktu untuk mencari topik baru, Sucrose.” bujuk Albedo sambil memegang pundak Sucrose dengan lembut.
Hanya rintihan Sucrose yang terdengar malam itu, Albedo pun bingung bagaimana cara menenangkan seorang perempuan, baru kali ini ia melihat Sucrose menangis. Di mata Albedo, gadis ini memiliki jiwa pekerja keras yang tinggi, lain daripada yang lain.
“Kak...”
“Iya?”
“Aku bawa wine, Kakak mau temenin aku minum?” tanya Sucrose pelan.
“Boleh, tapi kamu kuat minum?” tanya Albedo yang sudah memegang botol wine yang dibeli oleh Sucrose entah di mana.
“Aku mau lupain semuanya malam ini.” jawab Sucrose sambil menyenderkan badannya di dinding.
Albedo mengambil gelas dari box peralatan makan miliknya, isinya tak pernah dikeluarkan karena Albedo lebih sering masak dan makan di dapur bersama asrama putra. Ia kadang lupa kalau memiliki peralatan makan yang sudah disiapkan oleh Noelle dari semester pertama Albedo kuliah.
Albedo mengelap gelasnya dengan kain putih, setelah merasa bersih ia meletakkan kedua gelas itu di atas meja kecil di tengah ruangan.
Sucrose mengambil botol wine itu dan menuangkannya ke gelas miliknya dan Albedo.
Keduanya bersulang untuk melupakan semua yang mereka lalui selama kuliah. Semester ini memang semester yang berat bagi mereka berdua. Mahasiswa yang tergolong jenius bahkan belum bisa mengikuti seminar proposal karena topiknya selalu ditolak oleh dosen.
Wajah Sucrose memerah setelah meneguk wine itu, benar dugaan Albedo, Sucrose tidak bisa meminum alkohol.
“Punya Kak Al udah habis? Sini Sucrose tuangin lagi.” Sucrose mengambil botol wine dan menuangkan ke gelas Albedo.
“Udah, cukup, Sucrose.”
Sucrose tak menghiraukan kata-kata Albedo, ia terus menuangkan wine itu sampai tumpah ke meja dan celana Albedo.
“Aduh, basah semua.” gumam Albedo pelan, ia buru-buru berdiri dan mengambil kain lap untuk membersihkan bekas tumpahan wine yang dibuat oleh Sucrose.
Kaki Albedo ditahan oleh Sucrose, saat Albedo menoleh ke arah Sucrose, bisa dilihat bahwa Sucrose sudah mabuk berat. Namun karena Sucrose tiba-tiba menahan kaki Albedo, membuat lelaki itu tersandung dan jatuh.
“Maaf, Kak Al.” ujar Sucrose sambil cegukan.
Tubuh Sucrose mulai bergerak naik menyamai posisi Albedo yang sedang telentang.
“Sucrose?” ujar Albedo kebingungan.
Kini wajah Sucrose sudah tepat di depan wajah Albedo.
Sucrose menatap Albedo, namun tatapannya kosong, ia benar-benar sudah mabuk berat. Hidung mereka sudah bersentuhan, jaraknya sudah sedekat itu.
“Kak Al...” ujar Sucrose lembut, kini nafasnya menggebu-gebu.
“Aku suka—”
“Bukan, aku sayang sama kamu.”
Sucrose langsung mencium bibir Albedo, ia melepaskan kacamatanya dan membuangnya sembarangan.
Albedo kaget bukan main, namun tubuh Sucrose sudah menempel di badannya, pikirannya sudah kacau, ia pun sudah mulai kehilangan akal sehatnya.
Albedo bergerak menjatuhkan Sucrose, kali ini ia yang mendominasi, ia memandangi wajah manis Sucrose yang sudah bercampur nafsu.
“It's my first time” ujar Sucrose.
“And you'll be my last” balas Albedo.
**
Klee memegang perutnya karena kekenyangan, setelah satu porsi Sweet Madame, ia memesannya lagi karena masih merasa lapar, padahal setelah beberapa gigitan ia sudah tidak bisa melanjutkan lagi, terpaksa sisanya dihabiskan oleh Albedo.
“Terima kasih makanannya, Kak Al!” ujar Klee yang masih bersandar karena kekenyangan.
“Makan yang banyak! Biar cepat besar!” balas Albedo sambil tersenyum.
CRING bunyi pesan masuk di ponsel Albedo.
Albedo mengecek pesan yang masuk, ternyata dari Sucrose, kekasihnya.
Sayang, aku hamil.
. . . . . . . . . . . . . . . (NOTES)
Sebenarnya aku udah bikin versi NSFW-nya, tapi karena merasa tidak cocok karena ingin semuanya bisa membaca AU ini, terpaksa dipotong adegan panasnya Albedo dan Sucrose. Silakan berkhayal sendiri aja gimana ya readers. Aku minta maaf!