ismura

WHY 18?

Chapter 13: Misteri Tak Berujung cw: forced abortion, murder, bloods, broken bones, violence, sex toy, gore, sadistic, brutality, traumatic event, brawl

Raiden Ei tiba di sebuah rumah kosong di daerah Fontaine, ia kembali melihat layar gawainya untuk memastikan lokasi yang telah diberikan oleh Childe. Sejak pertemuannya dengan Zhongli semalam, perut Ei terus ditendang oleh sang buah hati. Sang puan tersenyum, tentu ia merasakan sakit namun rasa sakit itu justru membuatnya semakin bahagia.

“Sebentar, ya, Nak. Bunda ada urusan,” gumam Ei sembari mengelus lembut buntingnya.

Usia kandungan Ei saat ini baru menginjak 7 bulan, perempuan berambut ungu itu sudah tak sabar menanti kelahiran anaknya setelah menunggu lama sejak pernikahannya dengan Zhongli 5 tahun lalu.

Baru saja Ei membuka knop pintu, suara teriakan seorang perempuan sudah terdengar dari luar. Raiden Ei langsung membuka pintu yang tak terkunci itu lalu berjalan perlahan ke dalam. Bau darah dan mayat begitu menyengat indera penciumannya, sepatunya pun sudah basah tergenang oleh campuran darah manusia yang tercecer di mana-mana.

Benar kata anak itu, dia perempuan yang menjijikkan, batin Ei.

Sandrone terlihat sedang bersenggama dengan salah satu robot buatannya, karena Katheryne sudah hancur, Sandrone beralih pada sebuah robot besar dengan penis berukuran sepanjang lengan manusia, tak ayal perempuan itu berteriak lantang, namun ada birahi di dalamnya.

Raiden Ei sudah berhadapan dengan Sandrone yang masih melakukan aktifitasnya, perempuan bersurai coklat itu menoleh perlahan ke arah Ei yang sudah menatapnya penuh kebencian.

“Kau—”

BRUK

Tendangan keras Raiden Ei berhasil membuat Sandrone terpelanting hingga penis robot berkulit manusia itu lepas dari liang surganya. Sandrone berdiri perlahan dengan senyum mengerikan, saat ia mengepalkan tangannya urat-urat mulai muncul di kedua lengan perempuan itu.

“Aku tahu siapa kau,” Sandrone mulai berjalan ke arah Ei sedikit cepat.

Raiden Ei pun tidak lagi mundur, mereka mulai saling serang namun dengan tujuan yang berbeda.

“Manusia sakit sepertimu seharusnya dirawat saja!” seru Raiden Ei berhasil memukul jatuh Sandrone untuk kedua kalinya.

Sandrone menyeka luka yang keluar dari bibirnya, melihat lawannya terus memegang perut membuatnya sadar titik terbesar Ei ada di sana. Jari lentik Sandrone mulai bergerak aneh, dari belakang robot besar itu menghantam Raiden Ei hingga perutnya lebih dulu jatuh daripada bagian tubuh lainnya.

“Beruntung sekali, kau masih bisa mengandung,” ujar Sandrone terkekeh.

“Pasti kau belum pernah merasakan kehilangan seseorang yang berharga dalam hidupmu,”

Sandrone menginjak tangan kiri Raiden Ei hingga tulangnya yang patah nyaring terdengar. Raiden Ei meringis kesakitan namun ia masih berusaha untuk melindungi perutnya. Setelah selesai di sisi kiri, ia memerintahkan robot itu untuk menduduki punggung Raiden Ei.

“Aahh!” pekik Ei histeris.

Sandrone mengangkat wajah Raiden Ei walaupun tubuhnya masih rata dengan tanah, ia memasukkan jarinya ke dalam mulut Ei lalu mengocok paksa bagian tenggorokannya.

“Kau benar-benar datang ke tempat yang salah, Raiden!”

Raiden Ei mengeluarkan isi perutnya sebanyak-banyaknya, namun tangan Sandrone terus masuk ke dalam mulutnya hingga nafas Ei tersengkal-sengkal. Pupil ungunya mulai naik ke atas seiring hilangnya kesadaran diri perempuan itu.

“Perempuan Inazuma itu berasal dari lonte-lonte buangan Snezhnaya! Kau tahu itu, kan?! Kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kami!”

Sandrone meludahi wajah Raiden Ei, salivanya sudah bercampur dengan muntahan yang tercecer di atas lantai. Kekuatan robot milik Sandrone pun terus meningkat, benda itu menindih tubuh Raiden Ei semakin kuat.

Air mata Raiden Ei terus mengalir, ia merasakan perutnya mulai ringan namun daerah rahimnya terus memaksa bayinya keluar karena himpitan robot besi tersebut.

“Keluarlah! Aku menerima jasa aborsi juga!” seru Sandrone tertawa, skleranya melebar karena telah diselimuti oleh kemurkaan.

“Berani-beraninya kau—”

“Berani-beraninya kau, mengganggu urusanku, Imperatrix Umbrosa!”

Raiden Ei mengepalkan tangannya, kekuatannya seolah terisi penuh setelah mendengar kalimat sakral tersebut. Seluruh anggota pasukan militer khusus Inazuma memiliki sebutannya masing-masing, sejak masa pendidikan, orang-orang yang berada di pangkat tertinggi sudah didoktrin oleh sebuah kalimat spesial untuk merangsang kekuatan bawah sadar mereka.

Raiden Ei mencengkram pergelangan tangan Sandrone lalu mematahkannya begitu saja, pekikan histeris Sandrone saat tangannya luntang-lantung membuat kesadarannya mulai hilang.

Kini tubuh Raiden Ei sudah benar-benar ringan, namun sayangnya janin milik Ei sudah berserakan di belakangnya. Perempuan bersurai ungu itu berbalik arah tanpa memedulikan tulang pinggangnya yang retak, Raiden Ei langsung memukul kepala robot itu hingga pecah dan tersungkur.

“Anjing! Berengsek kau!” pekik Sandrone lantang.

Raiden Ei menatap Sandrone tajam, ia berjalan pincang menuju lawannya yang sudah mulai mundur perlahan.

“Hari ini anakku mati,”

“Dan kemungkinan aku tidak bisa lagi menjalankan tugasku sebagai istri untuk Zhongli,”

“Kau sudah menghancurkan impianku untuk menjadi seorang ibu,”

“Kau pikir siapa yang lebih menderita sekarang?!”

Raiden Ei menarik kepala Sandrone dengan cepat hingga ia berdiri tanpa keinginan sang pemilik tubuh, Ei mencekik leher Sandrone dengan tangan kirinya lalu mencongkel kedua bola mata Sandrone menggunakan tangan kanannya.

SLASH

Belum selesai sampai di situ, saat kedua bola mata Sandrone lepas, Raiden Ei sontak memukul wajah perempuan bersurai coklat itu tanpa ampun. Suara tangisan minta ampun Sandrone tak lagi dipedulikan oleh Ei, tubuh Sandrone terdorong ke belakang hingga menabrak dinding akibat dari kekuatan Raiden Ei. Ia mematahkan kedua lutut Sandrone dengan kedua kakinya, kini Sandrone sudah terduduk, posisi tubuhnya sudah tak tentu arah.

“Am...pun...” ujar Sandrone pelan.

“Bagaimana kalau kau mencoba apa yang kurasakan?”

Raiden Ei membuka paksa mulut kecil Sandrone lalu memasukkan tangannya ke dalam, goresan gigi Sandrone melukai lengan Raiden Ei namun tak dihiraukan olehnya. Deru nafas Sandrone mulai memacu, seolah malaikat pencabut nyawa sudah ada di atas, Raiden Ei menarik tangannya lalu mencengkram rambut Sandrone, bunyi tulang leher Sandrone yang patah menjadi adrenalin sendiri bagi Raiden Ei, ia menarik kepala Sandrone sekuat tenaga hingga terlepas dari badannya.

“Jangan berani-beraninya kau menyebutkan kalimat sakral itu,” ucap Raiden Ei dengan suara beratnya sembari menatap kepala Sandrone di tangan kanannya.

**

John Lee dan Hu Tao masih menyusuri pesisir Liyue, bertanya kepada warga sekitar tentang keberadaan Kunikuzushi. Perempuan bersurai hitam itu masih tak berani menatap ke arah sepupunya, John Lee pun sudah sadar sejak perjalanan mereka tadi subuh tetapi ia mengurungkan niatnya untuk bertanya kepada Hu Tao.

“Aku tak pernah melihat orang ini di sekitar pelabuhan,” ujar salah seorang warga Liyue.

“Daripada mencari tak jelas seperti ini, lebih baik kau lapor kepada Millelith saja, mereka pasti akan membantu,” tutupnya sebelum menyuruh John Lee dan Hu Tao menjauh dari dagangannya.

John Lee masih belum menyerah, mereka melanjutkan perjalanan menuju pusat kota yang kebetulan sedang ramai-ramainya. Poster pencarian Xiao sudah tertempel di mana-mana, hal ini membuat John Lee yakin bahwa rencana pertamanya dengan Childe sudah berhasil.

“Childe pasti sudah membunuh Pantalone,” ujar John Lee kepada Hu Tao.

Ia menghentikan langkahnya, namun tidak disadari oleh John Lee. Hu Tao kabur setelah melihat John Lee tak memperhatikannya.

Salah gue ini sok-sok akrab sama orang!

Dia bahkan bukan sepupu gue?!

Kenapa gue harus repot-repot cari adik orang yang tak kukenal?!

Hu Tao tak memperhatikan langkahnya saat berusaha menjauh dari John Lee, tubuhnya terjatuh saat menabrak kawanan pria bersurai putih bersama belasan bawahannya.

“Halo, Gadis Muda,” sapa Pierro memaksakan senyumnya.

Mata Hu Tao terbelalak karena ia tahu orang yang ada di depannya bukanlah orang sembarangan. Hu Tao langsung berteriak namun seketika kepalanya ditendang oleh salah satu anggota Fatui.

“Ini dia salah satu bawahan Zhongli,” jelas anggota Fatui lainnya.

“Bawa dia—”

“Tak perlu!” seru John Lee keras.

Pierro dan John Lee sudah berhadapan di tengah keramaian, tidak ada yang memedulikan hal itu karena sebenarnya mereka bukanlah warga biasa melainkan kumpulan dari anggota Fatui yang menyamar.

“Saya tidak akan membuang waktu berharga saya untuk melawan agen kelas teri sepertimu,”

“Ada dua acara pemakaman yang harus saya hadiri, mungkin tiga setelah kau mati nanti,” Pierro membalikkan badannya lalu pergi begitu saja meninggalkan John Lee yang sudah terkepung.

John Lee berlari ke arah Pierro namun ditutupi oleh Fatui, kemampuan John Lee jauh di atas mereka sehingga ia dengan mudah mengalahkan seluruh bawahan Pierro yang ada di depannya.

“Kau! Pierro! Berhenti!”

Pria bertubuh besar itu berhenti, sembari berbalik arah ia membuka kancing jas lalu menggertakkan tulang lehernya.

“Capitano sudah bergerak menuju rumah sakit, kenapa kau tidak menyelamatkan tubuh aslimu saja?”

John Lee tersentak setelah mendengar perkataan Pierro, ia tak lagi memedulikan Hu Tao yang sudah memisahkan diri dari kawanan Fatui. John Lee memasang kuda-kuda saat Pierro berjalan ke arahnya, pria bersurai putih itu meraba punggungnya untuk mengambil senjata. John Lee yang sadar langsung menghindar saat tembakan pertama itu meluncur ke arahnya.

DOR

Salah satu anggota Fatui terjatuh, ia berteriak histeris saat melihat darah yang keluar dari perutnya, namun suara itu perlahan hilang karena ditutupi oleh para Fatui yang semakin ramai di sekeliling John Lee.

Suara berisik muncul dari seberang, gerombolan anak berseragam SMA Teyvat mengacaukan sesi hidup mati John Lee di bawah pimpinan Kaedehara Kazuha.

“Cih, lawannya orang-orang penting,” gumam Heizou saat beradu fisik dengan para Fatui.

“Fokus selamatkan John Lee saja!” seru Gorou dari sisi lain.

Pelantang berukuran besar milik Millelith mulai menggelegar oleh suara seorang perempuan, Fischl bernyanyi asal untuk memecahkan konsentrasi lawannya.

_Dengan menyebut nama Archon yang paling sexy! Saya, akan mengumandangkan kekejian orang nomor satu Harbingers, yaitu Pierro!_

Yang disebut namanya menarik pelan garis bibirnya, ia mengisyaratkan bawahannya untuk mencari sumber suara tersebut. Dari depan John Lee sudah melompat untuk menerjang Pierro dengan kaki kanannya.

BRUK

Tubuh John Lee terpental jauh saat anak buah Pierro memukulnya dengan besi berukuran besar, ia merasakan beberapa tulang rusuknya patah sehingga menyebabkan rasa sesak di dada. Dari atas rumah warga, Arataki Gang melemparkan batu ke arah kawanan Pierro. Sang pemimpin, Arataki Itto mencaci maki orang dewasa yang ada di bawahnya sesuka hati.

“Lawan lo bukan dia! Cari lawan yang sepadan, dong, Anjing!”

“Pierro tolol!”

“Urusin mayat anak-anak lo, Bangsat!”

Kazuha datang menghampiri John Lee lalu membantunya untuk berdiri, ia berterima kasih sebelum kembali mengejar Pierro yang sudah mulai menjauh dari kerumunan.

“Dia bersenjata! Kau tak bisa melawannya!” teriak Kazuha kepada John Lee.

Pierro yang sadar kembali berbalik arah lalu mengayunkan pistolnya ke John Lee, beberapa kali tembakannya meleset karena ia harus berlari menuju mobilnya.

“Bos, kendaraan kita sudah dibakar!”

Siswa SMA Teyvat lainnya sedang berpesta ria di sekitar mobil-mobil milik para Fatui, mereka semakin menambah minyak tanah saat melihat Pierro dan yang lainnya berdiri beberapa puluh meter di belakang mereka.

Keadaan seolah berbalik, namun Pierro tak habis akal.

“Helikopter sudah disiap?” ujar Pierro dengan suara beratnya.

“Sudah, Bos!”

BRUK

Pierro tersungkur, kepalanya mendarat duluan ke tanah setelah di tendang John Lee dari belakang. Pierro berbalik arah sambil berusaha menghalau pukulan dari John Lee, sementara siswa lainnya berkelahi dengan anggota Fatui yang ada di sekitar mereka.

Pistol milik Pierro tergeletak tak jauh dari dirinya, ia memukul rahang John Lee hingga ia terjatuh lalu mengambil senjatanya secepat mungkin. John Lee langsung bangkit lalu kembali memukul Pierro.

DOR

Tepat sasaran, seluruh perkelahian terhenti saat kepala John Lee bolong karena peluru panas yang dilontarkan oleh Pierro. Helikopter darurat milik Harbingers berhasil membuat orang-orang sekitar menjauh, Pierro melompat ke helikopter itu bahkan sebelum mendarat. Ia menjauh dari kekacauan itu sembari membersihkan senjatanya yang sudah berlumuran darah.

“Bodoh,” Pierro tertawa terbahak-bahak, helikopternya kian menjauh walaupun para siswa SMA Teyvat terus mengumpatnya dari bawah.

Anggota Fatui lainnya kabur tunggang langgang karena kendaraan mereka sudah habis terbakar, jasad John Lee yang sudah terbujur kaku dikelilingi oleh anak-anak sekolahnya.

Kazuha menutup wajah John Lee dengan selembar kain, namun kain putih tersebut dalam sekejap berubah menjadi merah karena terserap oleh darah.

**

Capitano tengah berseteru dengan para anggota rahasia milik secret service yang sedang berjaga di depan ruang rawat Zhongli, ia datang bersama Columbina setelah menyelesaikan urusannya di ruang konferensi pers Millelith semalam. Tensi tinggi di antara keduanya tak berhasil diredam oleh sekuriti rumah sakit, sehingga mereka terpaksa mengamankan pengunjung rumah sakit lainnya agar menjauh dari kerumunan.

“Kalau kalian tidak mengindahkan perintah saya, maka dengan berat hati kepolisian harus mendobrak pintu ini!” seru Capitano lantang.

“Kami tidak bisa melakukan itu! Kami berjaga sesuai protokol yang telah dibuat!”

Capitano yang sudah naik pitam langsung mendorong salah satu aparat tersebut hingga pintu ruang rawat Zhongli terbuka lebar.

Pria berbadan besar itu masuk ke dalam namun tak menemui siapa pun, sebuah jendela di ujung ruangan terbuka lebar serta tali bekas infus sudah berserakan di mana-mana.

“Menarik,” gumam Capitano pelan.

“Ada apa, Ayah?” tanya Columbina yang baru saja masuk.

“Zhongli menghilang,” jawab Capitano dengan suara beratnya.

Il Dottore tiba entah dari mana, setelah melihat apa yang terjadi pria itu justru tertawa bak orang gila.

“Lalu siapa orang yang kau temui di markas saat itu, Varka?!” sentak Dottore ke arah Capitano.

“Var...ka?” ujar Columbina tak percaya.

Capitano masih bergeming, ia langsung memukul jatuh Dottore hingga tak sadarkan diri. Capitano beranjak dari rumah sakit lalu mengambil ponsel dari saku jas hitamnya, ia mencari nama seseorang di kontaknya lalu segera menghubunginya.

“Bunuh semua orang yang memiliki hubungan dengan Zhongli! Sekarang juga!”

Tapi, Bos—

“Saya tidak peduli, kerahkan semua anggota secret service untuk memburunya! Kalau kalian tidak bisa membunuhnya, bawa kepalanya kepada saya!”

Capitano membuka topeng hitam yang selama ini membungkus wajahnya, peluhnya sudah membasahi seluruh tubuhnya karena terlampau emosi. Kini wajahnya terungkap, ia adalah pemimpin pasukan secret service itu sendiri, yakni Varka.

-to be continued

WHY 18?

Chapter 12: Rumble!!! cw: suicide, brawl, bloods, murder, traumatic event, gore, slaughter

Childe dan Xiao tiba di rumah sakit daerah Liyue, lelaki bersurai oranye itu menawarkan sebelah earphone-nya kepada sang jawara sekolah namun dengan cepat ditolak oleh Xiao yang sudah berjalan lebih dulu dari Childe.

“Terserah,” ujar Childe lalu memasang kedua benda canggih miliknya itu.

Is this the real life?

Mereka berdua kemudian memasuki pintu utama rumah sakit lalu berjalan ke kiri menyusuri area khusus pasien VIP tempat Pantalone berada.

Is this just fantasy?

Childe meraba sebuah pistol di belakang punggungnya dan membuka kunci pengaman senjata miliknya, entah dari mana ia mendapat senjata api bahkan izin untuk menggunakannya di usia yang masih terbilang muda.

Caught in a landslide, no escape from reality.

Open your eyes.

Xiao menoleh ke arah jendela rumah sakit, terlihat banyak pasien lansia di taman sedang menikmati mentari yang bersinar terang menerangi selasa pagi Liyue. Ia tersenyum tipis seketika mengingat memori lamanya saat Xiao dan sang ayah sedang duduk di kursi taman sambil menatap ke langit, menikmati keindahan yang diciptakan oleh Tuhan 10 tahun lalu.

Look up to the skies, and see...

“Ayah akan sembuh, tenang saja! Kebetulan Dokter Dottore itu yang paling bagus di rumah sakit ini, jadi Adek gak usah khawatir,” hibur pria paruh baya itu ketika Xiao kecil terisak melihat selang infus di lengan kirinya.

Xiao kecil berusaha untuk tersenyum, dari kejauhan ia melihat Shenhe sedang membawa bekal makan siang untuk keluarga kecil mereka.

I'm just a poor boy, I need no sympathy

Pintu ruang operasi ayah Xiao terbuka lebar, tubuhnya dilarikan oleh para perawat bersama Il Dottore yang ada di atasnya sambil menyeka peluh di wajah.

Because I'm easy come, easy go

“Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan suami kamu, Shenhe. Tapi dia memang tidak bisa diselamatkan lagi,” ujar Dottore, namun ada yang aneh di balik ekspresi wajahnya, ia terlihat gembira.

Little high, little low

“Ke-Kenapa Pak Dokter tersenyum?” tanya Xiao gugup.

“Karena saya berhasil mengantarkan ayah kamu ke surga, Nak.”

Anyway the wind blows, doesn't really matter to me.

Shenhe mendorong tubuh Dottore karena tidak terima dengan perkataannya, namun petugas keamanan langsung berlari dan menimpa tubuh perempuan bersurai putih tersebut lalu menyengatnya dengan kejutan listrik.

Akhirnya mereka tiba di depan ruang rawat Pantalone, Childe membuka pintu kayu yang terlihat kokoh itu lalu masuk ke dalam, Xiao hanya menunggu sesuai perintah dari Childe.

“Childe? Apa yang kau lakukan di sini?!” sentak Pantalone kaget.

Childe hanya tersenyum, namun ekspresi wajahnya jelas berbeda dan Pantalone tahu akan hal itu.

“Lo masih ingat, Bang? Kematian Kakek kita?” tanya Childe menyeringai.

Pantalone memaksakan diri untuk beranjak dari ranjang, ia mengais laci nakas untuk mengambil senjatanya namun pria itu justru terjatuh dari atas. Sebelah kakinya hanya bisa mendorong tubuh ringkih Pantalone menuju nakas di samping ranjang.

“Kita sudah gak berguna lagi di mata Ibu, Bang.” lanjut Childe terkekeh.

Mama, just killed a man.

Put a gun against his head, pulled my trigger now he's dead.

Pantalone mengetuk pintu ruang kerja Pulcinella, lelaki tua itu tengah disibukkan oleh berkas milik Northland Bank yang tak bisa dihiraukan barang sedetik pun saat ini.

“Kek, ada yang bisa saya bantu?” tanya Pantalone tersenyum.

Pulcinella mendongak lalu membalas senyum cucunya, “Pantalone! Tidak usah, biar Kakek saja yang menyelesaikan ini, sebentar lagi kamu akan menjadi ketua umum dan Kakek tidak mau memberatkanmu dengan urusan Kakek nantinya,”

Suara kokang senjata milik Pantalone terdengar jelas dari kedua sisi, Pulcinella mengangkat tangannya meminta ampun kepada Pantalone sampai menangis.

“Tidak usah bersedih, memang siklus kehidupan seperti ini, keluarga ini perlu regenerasi, Kek.”

DOR

Pantalone mengangkat tubuh tak berdaya Pulcinella lalu meletakkannya di atas meja kerjanya. Tembakan kedua ia lontarkan ke arah jendela, bunyi orang jatuh dari lantai 4 terdengar dari atas, Pantalone berjalan menuju pecahan kaca tersebut lalu mendapati Yelan sudah tergeletak di antara rerumputan rumah Harbingers.

“Kalau kau masih hidup, berarti kau beruntung, Bajingan!”

Mama, life had just begun.

But now I've gone and thrown it all away!

Childe mengarahkan pistolnya ke Pantalone, ia menembakkan besi panas itu berkali-kali ke kepala sang abang, meski suara itu terdengar jelas di koridor rumah sakit, namun tidak ada seorang pun yang berani mendatangi ruangan tempat Xiao sedang berdiri saat ini.

Childe tertawa terbahak-bahak, melihat darah yang mengalir dari kepala bolong Pantalone justru membuatnya semakin murka. Ia menarik paksa tubuh kosong itu agak menatapnya.

“Lo masih mending jadi anak kandung, Kontol! Lo gak tahu penderitaan gue selama hidup, kan?! Lo itu anak manja! Lo pantas mati kayak gini, Bangsat!”

Mama, oooh, Didn't mean to make you cry, If I'm not back again this time tomorrow, Carry on, carry on as if nothing really matters

Childe melepas earphone miliknya lalu mendengar lagu yang telah berputar berulang kembali itu dengan mode loudspeaker.

“Sisa satu peluru,” gumam Childe pelan, namun didengar oleh Xiao.

Xiao sontak berbalik arah dan mengejar Childe yang sudah meletakkan ujung pistol di langit-langit mulutnya.

Too late, my time has come, Sends shivers down my spine, body's aching all the time Goodbye, everybody, I've got to go,

“Childe! Anjing lo!”

DOR

Gotta leave you all behind and face the truth

Kepala Childe pecah beserta isinya, kini ia dan Pantalone sudah tewas di tempat.

Mama, oooh I don't want to die, I sometimes wish I'd never been born at all.

Beberapa saat setelahnya, pasukan Millelith mulai berkumpul dan mengepung Xiao seorang diri.

“Kau! Anak sekolah yang menyerang Pantalone—sekarang kau membunuhnya juga?!” teriak salah satu Millelith lantang.

Tubuh Xiao tiba-tiba tertarik dari belakang lalu menghilang dari pandangan para Millelith. Lelaki berusia 18 tahun itu terperanjat saat melihat Yelan di belakangnya, Yelan menutup mulut Xiao lalu berjalan pelan meninggalkan ruangan itu saat Millelith berusaha mencarinya ke mana-mana.

“Kita kehilangan dia! Cepat panggil bala bantuan! Dia pasti masih ada di sekitar sini!”

Setelah mereka menjauh dari area rumah sakit, Yelan melepaskan mode kamuflasenya lalu berlari meninggalkan Xiao yang masih syok atas apa yang telah ia lihat barusan. Xiao berusaha sebisa mungkin mengatur nafasnya, isi kepalanya masih terngiang tentang Childe yang bunuh diri setelah berhasil membunuh Pantalone.

“Apa-apaan? Apa yang baru saja terjadi?!” pekik Xiao keras, menarik rambutnya dengan kedua tangan karena ketakutan.

BREAKING NEWS!

Siswa SMA Teyvat, Xiao Alatus tertangkap basah oleh Millelith setelah membunuh ketua umum Northland Bank, Pantalone, dan juga putra bungsu Harbingers, Ajax Childe Tartaglia.

Cangkir teh yang diseduh oleh Shenhe jatuh begitu saja saat melihat foto anaknya terpampang di televisi nasional. Perempuan paruh baya itu berteriak histeris lalu berlari meminta bala bantuan namun orang-orang yang ada di sekitar rumahnya justru menarik paksa Shenhe menuju fasum perumahan.

“Kau ibu pembunuh!”

“Bagaimana nasib rekeningku nanti kalau dia mati?!”

“Anak haram seorang lonte memang buat susah warga aja!”

Shenhe dipukul dan dirajam di tengah lapangan, rambutnya sudah acak-acakan, warga tidak lagi menunggu kepolisian untuk menghakimi perempuan bersurai putih itu.

“Saya...”

“Tidak tahu apa-apa...” ujar Shenhe lemah.

Kini orang-orang disekitarnya mulai melempari Shenhe dengan batu, seluruh caci dan maki dilontarkan kepadanya namun ia tak bisa memberi perlawanan.

“Keluarga pembunuh seharusnya mati dibunuh juga!”

“Ini adalah hukum Teyvat yang sebenarnya!”

Melihat Shenhe masih bernafas, warga merasa tak puas lalu mulai memukulinya dengan balok kayu. Suara minta ampun Shenhe tak dipedulikan lagi oleh mereka, nafas terakhirnya berhasil ditarik oleh malaikat pencabut nyawa, begitu Shenhe sudah tak sadarkan diri, warga sekitar menyiraminya dengan minyak tanah lalu membakar tubuh Shenhe saat itu juga.

“Mati lo, Bangsat!”

“Sekarang tinggal anak lo aja yang dibunuh!”

“Cari Xiao Alatus sampai ketemu!”

Tubuh Shenhe hangus dalam sekejap, api yang melahap tubuhnya berhasil menyelesaikan tugasnya. Ia ditinggalkan begitu saja sesaat setelah ada warga lain memberi kabar bahwa Xiao masih ada di sekitar Liyue.

Dari arah yang tak diketahui, seorang pemuda bersurai ungu berjalan ke mayat Shenhe sambil menundukkan kepala. Ia memberikan doa terbaiknya untuk sang korban, namun senyumnya tak bisa disembunyikan olehnya walaupun air mata terus mengalir deras membasahi pipinya.

I see a little silhouetto of a man, Scaramouch, Scaramouch, will you do the Fandango!

“Berengsek, kenapa di saat gue mau menangis malah suara ketawa yang keluar?!” seru Kunikuzushi (Scaramouche) lantang.

Thunderbolts and lightning, very, very frightening me!

Berita tentang Xiao Alatus kini mulai tersebar seantero SMA Teyvat, perasaan tak menyangka diikuti oleh ketakutan mulai menyelimuti seluruh siswa sekolah nomor satu di Teyvat tersebut. Terlebih Arataki Itto kini sudah termenung menatap layar gawainya sambil menggigit jari.

Pintu kelasnya diketuk oleh Kazuha, semua siswa sontak menoleh ke arahnya. Kazuha berjalan ke arah Itto lalu duduk di depan lelaki gondrong yang tengah mematung itu.

“Kita harus cari Xiao,” ujar Kazuha lembut.

Itto terperanjat ke belakang, tak percaya dengan perkataan Kazuha meski terdengar menenangkan.

“Jangan gila! Lo mau mati dibunuh sama dia juga?!” seru Itto histeris.

Di luar ruang kelas, lapangan SMA Teyvat kembali dimeriahkan oleh pertarungan antara Beidou dan Eula Lawrence. Beidou tak terima karena kini Ningguang sudah sering bersama Eula semenjak Snezhnayan School menyerang sekolah.

“Kita selesaikan hari ini juga, ini yang terakhir,” ujar Beidou dari sisi yang berlawanan.

“Terserah, berapa kali pun lo berusaha ngalahin gue, semua orang juga tahu siapa pemenangnya,” jawab Eula sambil berjalan perlahan ke arah Beidou.

Sorakan siswa SMA Teyvat kembali menggelegar, tidak ada lagi guru yang melerai karena sudah ditahan oleh bawahan Beidou saat ini. Lisa pun hanya bisa bersembunyi di bawah meja, harap-harap cemas jika Pierro kembali datang dari pintu akses rahasia milik Harbingers.

Beidou dan Eula saling bertukar pukul, ini bukan lagi tentang siapa yang menjadi jawara siswa perempuan di sekolah, tapi harga diri Beidou yang sudah habis terinjak karena Ningguang tentu akan bersembunyi di balik bayangan yang lebih kuat darinya.

Pukulan Eula mendarat tepat di pipi kiri Beidou, gadis itu tersungkur, ia sudah hampir kehilangan kesadaran karena lelah. Dari lantai atas, Kazuha dan Itto berlari menuju lapangan melawan semua siswa yang menghalangi jalan mereka ke lapangan.

“Sayang!” teriak Kazuha.

“Berjuanglah!”

Beidou berdiri lalu menegakkan tubuhnya, di dalam saku seragam sekolahnya, ia menyimpan pisau kecil yang akan digunakan jika keadaan terdesak. Senyumnya mulai muncul ketika Eula kembali berlari ke arahnya secepat kilat, Beidou mulai membuka pisaunya lalu mengarahkan senjatanya ke Eula.

Eula menghindari serangan mendadak Beidou diiringi oleh seruan siswa lain yang mulai memaki perilaku tidak adil Beidou saat ini. Yang disoraki sudah tak peduli lagi, Beidou terus menikam Eula walau hanya masuk beberapa kali.

“Beidou curang!”

“Main senjata, Anjing! Gak seru!”

“Diam kalian!” teriak Beidou lantang.

Kazuha berlari ke arah Beidou setelah berhasil lepas dari kerumunan disusul oleh Itto. Beidou tak menoleh ke arah sang kekasih, ia justru kembali menikam Eula yang sudah terbaring di tanah menepis tangan Beidou lalu mengambil pisau kecil itu dari lawannya.

“Eula—”

SLASH

Pisau kecil itu menggorok bagian leher Beidou hingga menyemburkan darah yang banyak, Beidou langsung terjatuh sambil memegangi lehernya, Kazuha dengan cepat membopong tubuh kekasihnya lalu melarikannya ke rumah sakit.

Itto memandangi Eula sama jijiknya dengan Beidou, saat Eula berdiri, Itto langsung memukul perutnya hingga gadis itu kembali terbaring di atas tanah.

“Kalian sama aja tololnya,” ujar Itto dengan suara berat.

Lelaki gondrong itu meninggalkan Eula yang sudah pingsan lalu pergi menyusul Kazuha dan kawanannya menuju rumah sakit dekat sekolahnya.

-to be continued

Credits: Queen – Bohemian Rhapsody

WHY 18?

Chapter 11: Project Number SiX cw: harsh words, mutilation, bloods, violence, manipulation, traumatic event

Sandrone berteriak histeris setiba di ruang kerjanya, seluruh boneka buatannya telah hancur dan manusia-manusia yang ada di dalam kerangkeng telah bebas begitu saja. Padahal tempat rahasia ini hanya diketahui oleh Sandrone dan Il Dottore, perempuan bersurai coklat itu kelabakan setelah melihat Katheryne sudah terbujur kaku serta tubuh besinya sudah berserakan di mana-mana.

“Apa yang terjadi?!” sentak Sandrone khawatir.

Ia mengelus wajah dingin milik Katheryne, robot itu mulai membuka matanya setelah proses reboot-nya aktif oleh sidik jari Sandrone.

Emergency system activated,

“Maaf, Yang Mulia Sandrone Marionette. Saya gagal menghentikan Project Number SiX

Mulut Sandrone menganga ketika mendengar kode nama yang ia berikan kepada salah satu boneka buatannya dengan Il Dottore.

“Ba-Bagaimana bisa?!”

“Peristiwa ini terjadi sekitar dua jam lalu, ketika Yang Mulia pergi meninggalkan ruang kerja. Project Number SiX aktif dengan sendirinya lalu menyerang saya yang sedang dalam mode charging. Setelah saya dikalahkan, dia membebaskan seluruh tawanan lalu pergi lewat jalur utama,” jelas Katheryne dengan suara terbata-bata.

Air mata Sandrone menetes melihat wajah Katheryne yang sudah tak terbentuk, ia memaksakan senyumnya lalu meletakkan robot miliknya itu di atas tanah. Ekspresi Sandrone seketika berubah menjadi pekat lalu dengan bengisnya ia memijak kepala Katheryne hingga hancur. Sandrone berteriak sekeras-kerasnya karena rasa sakit di dadanya kini seolah menyayat hatinya, kedua bola matanya memaksa untuk keluar, gertakan giginya terdengar nyaring dan kepalan tangan perempuan itu berhasil melukai telapak tangan dengan kuku tajamnya.

Dengan cepat Sandrone mengambil ponsel di saku celananya lalu menelepon Il Dottore, ponselnya telah bercampur dengan darah dari telapak tangan miliki perempuan bersurai coklat tersebut. Gertakan giginya terus terdengar sembari menunggu jawaban dari sang adik.

“Halo? Dottore?! Kau tahu Project Number SiX telah lepas?!” seru Sandrone dari ujung telepon.

Suara kekehan justru mengelilingi kepalanya, hanya tawa yang terdengar dari ponsel milik Sandrone. Setelah beberapa menit ia hanya mendengar suara tawa Dottore, lelaki bersurai biru muda itu mulai berdeham.

“Aku telah memprogram dirinya untuk menghancurkan boneka seksmu itu, aku tahu yang kau lakukan hanyalah bersetubuh dengan robot hina yang kau buat sedemikian rupa agar mirip dengan 'sahabat'-mu itu, kan?!”

Dottore mengisap rokok di tangan kanannya, sementara tangan kirinya menggenggam telepon. Lelaki bersurai biru muda itu kembali tertawa sebelum beranjak dari kursi lalu berteriak lantang tanda kesuksesannya sudah di depan mata.

“Eksperimenku sukses, dan kau akan menyusul dia secepatnya!” sentak Dottore lalu mematikan telepon itu.

Il Dottore menoleh ke arah jam canggih miliknya, ia melacak pergerakan Project Number SiX melalui benda tersebut. Namun tak sesuai ekspektasinya, robot buatan Sandrone dan dirinya itu justru menjauh dari titik kumpul yang telah ia program.

“Apa-apaan ini?!” gerutu Dottore sambil menggaruk kepalanya.

Lelaki itu bahkan tak peduli dengan orang yang berlalu-lalang melihat ke arahnya sejak tadi, kini ia sedang berada di salah satu klub malam di Caravan Ribat. Manusia haus darah yang sudah menarget Il Dottore tengah mempersiapkan serangannya kepada sang dokter.

“Bahkan robot sepertimu saja bisa mengkhianati tuannya,” gumam Dottore sembari melebarkan senyum.

Kini musuh-musuhnya telah mengelilingi Dottore, lelaki itu hanya mengedarkan pandangannya sesekali. Ia tahu bahwa dirinya tidak akan mudah untuk dikalahkan, karena Dottore memiliki lebih dari seribu cara untuk keluar dari situasi genting ini.

“Wahai orang-orang miskin! Dengarkan saya!”

Seolah terhipnotis, senjata yang ada di genggaman para Eremites mulai lepas dari tangan mereka satu persatu.

“Kalian lihat foto ini?” Dottore mengangkat sebuah gambar lelaki bersurai ungu dengan baju khas Inazuma di tangannya.

“Satu miliar Mora untuk kalian jika berhasil menangkap bocah ini atau lima puluh ribu Mora hanya untuk kepala saya?” ujar Dottore sambil tertawa.

Mendengar jumlah uang sebanyak itu keluar dari mulut si dokter membuat kegundahan di hati para Eremites. Mereka menelaah dengan baik wajah milik terduga Project Number SiX seksama, lalu pergi dengan sendirinya meninggalkan Il Dottore dari klub malah tersebut.

“Manusia...”

“Tak akan pernah puas akan sesuatu,”

“Hanya dengan Mora saja sudah bisa mencuci otak kosong mereka,”

Setelah kondisi klub malam itu benar-benar sepi, Il Dottore keluar dari sana lalu menghilang begitu saja di antara warga Sumeru dalam sekejap mata.

**

John Lee terbangun dari tidurnya, ia menoleh ke arah Raiden Ei yang masih terlelap di samping lelaki bersurai hitam tersebut. John Lee mengelus lembut wajah sang istri penuh kasih sayang, merasakan sentuhan hangat itu membuat Raiden Ei membuka sebelah matanya karena masih lelah dan mengantuk.

“Sudah pagi, ya?” tanya Ei pelan.

John Lee menggelengkan kepalanya lalu mendekatkan wajahnya ke arah Ei, ia mengecup lembut pipi kiri Ei lalu menarik tubuh sang istri agar menatap ke arahnya.

“Kembalilah beristirahat,” ujar John Lee lirih.

Raiden Ei menarik dagu John Lee lalu mencium bibirnya perlahan, mereka kembali memadu kasih di malam yang panjang. Dunia serasa milik berdua jika bersama orang yang tepat, John Lee dan Raiden Ei hanya ingin melepas rindu, namun semesta seakan tak mendengar keinginannya.

Ponsel milik Raiden Ei terus berdering, saat ia menoleh, tertulis nama Yae Miko di layarnya. Raiden Ei langsung mengambil ponselnya lalu menjawab panggilan sepupunya itu.

“Halo? Yae? Ada apa?” tanya Ei khawatir.

Aku tidak tahu harus berkata apa saat ini, tapi—

“Tapi apa?”

Aku melihat poster Kunikuzushi tersebar di mana-mana, adik kamu masih hidup,

Ei sontak terkejut saat mendengar ucapan Yae Miko, karena posisi telepon sedang berada di mode loudspeaker, John Lee tentu mendengar jelas seluruh penjelasan Yae Miko.

Berita kehilangannya sudah sampai ke media televisi, sekarang rumah kita sudah dikelilingi oleh wartawan,

Mendengar hal itu, John Lee langsung menghidupkan televisi yang ada di depan mereka. Seluruh berita tentang hilangnya satu-satunya putra mahkota Inazuma itu memenuhi malam kelam ini.

“Kunikuzushi...” gumam John Lee ternganga.

Raiden Ei menutup teleponnya lalu berjalan ke arah televisi itu perlahan, ia mengusap layar tersebut sambil menangis. John Lee menyusulnya sambil merangkul sang istri, terus membaca tulisan demi tulisan yang tertera di bagian headline news.

Putra Mahkota Inazuma, Kunikuzushi dinyatakan kembali hilang!

Kunikuzushi tidak tewas 7 tahun yang lalu,

Kini Tenryou Commission tengah melakukan penyelidikan akan kasus tersebut,

Pihak Euthymia belum memberikan klarifikasi atas berita yang tersebar luas,

Suara ketukan pintu di ruangan John Lee dan Raiden Ei mulai terdengar, suara Hu Tao meminta untuk membukakan pintu langsung disambut oleh John Lee tanpa ragu.

Saat pintu itu terbuka, kedua tangan Hu Tao sudah terikat oleh tali tambang bersama Childe di belakangnya.

“Siapa mereka?” tanya Raiden Ei tanpa menoleh ke arah pintu.

Childe mendorong paksa Hu Tao dengan tongkat bantunya, ia terjatuh karena kehilangan keseimbangan. Suara rintih kesakitan Hu Tao membuat John Lee langsung membantunya untuk duduk dan melepaskan untaian tali yang sudah diikat mati tersebut.

“Oh, ternyata seleramu tante-tante, ya?” seringai Childe tanpa memedulikan tatapan tajam John Lee.

Childe menutup pintu itu sedikit keras lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.

“Ada perlu apa kamu ke sini bersama Hu Tao?” tanya John Lee dengan suara berat.

“Gue datang ke sini untuk memberikan penawaran, lo pasti membutuhkan ini untuk menghancurkan keluarga gue,” jawab Childe sembari menatap ke langit-langit ruangan.

Saat ia membangkitkan tubuhnya, Childe memberikan secarik kertas yang berisi informasi penting tentang Keluarga Harbingers.

“Di sana lo bisa lihat sendiri titik lemah mereka, atau perlu gue jelasin secara langsung?”

John Lee tak mengerti satu pun tulisan tangan Childe, kertas itu kembali ditarik oleh lelaki bersurai oranye itu lalu meremasnya dengan kuat.

“Target pertama kita adalah Pantalone, karena kalau dia tewas, sumber keuangan keluarga gue pasti ikut mati,” jelas Childe setelah membuang kertas tadi ke sembarang arah.

Raiden Ei menoleh ke arah Childe, mereka berdua saling melempar tatap. Namun Childe tak semudah itu untuk terintimidasi, ia justru kembali membalas tatapan Ei sama tajamnya seperti sang puan.

“Pantalone urusan gue, karena kami ada di posisi yang sama, kalah sama lo,” lanjut Childe singkat.

John Lee hanya mengangguk mendengar penjelasan Childe, sementara Hu Tao masih meringis karena luka di lutut serta kedua sikunya setelah dikalahkan oleh Childe.

“Pertandingan kita bakal seru kalau Pantalone bisa terjebak dalam permainan ini,”

“Oh, ya, Tante.” panggil Childe kepada Ei.

“Orang yang ada di televisi itu adikmu, kan?”

Raiden Ei mengangguk, meskipun ia belum memahami sepenuhnya dari mana Childe tahu tentang Kunikuzushi.

“Wajahnya mirip sekali denganmu, dan kalau tak salah ingat, anak itu diculik oleh Dottore untuk eksperimen,”

Setelah mendengar penjelasan Childe, Raiden Ei mengepalkan tangannya lalu berjalan ke arah Childe, namun tubuhnya dihalangi oleh John Lee.

“Sebentar, Sayang. Kita dengarkan dulu penjelasannya,” ujar John Lee kepada Raiden Ei.

Sang istri luluh setiap mendengar kata itu keluar dari mulut sang suami, melihat sandiwara konyol di depannya justru membuat Childe tertawa terbahak-bahak.

“Lo beneran pacaran sama tante-tante, ya?” sentak Childe kegirangan.

“Beruntung banget dapat perempuan montok kayak dia, lo hamilin pula,”

Hu Tao menatap Raiden Ei diam-diam, ia pun tak menyangka sepupunya kini bermalam dengan seorang perempuan yang ada di sampingnya. Hu Tao mengikuti John Lee dan Raiden Ei sejak awal kepergian mereka dari Wanmin Restaurant, saat ia melihat perkelahian John Lee dan seseorang yang tak dikenal melawan Pantalone, Hu Tao yakin kalau orang yang ada di depannya itu bukanlah sepupunya. Tingkah aneh John Lee juga membuatnya berpikir, John Lee selalu berada di Liyue dan memutari area rumah sakit di sana, tempat yang ia kunjungi pun selalu di ICU lantai 2.

“Dia—Kunikuzushi adalah salah satu anak yang ada di kerangkeng milik Sandrone, seharusnya dia sudah tewas dibunuh sejak hari pertama penculikannya, gue pun gak tahu apa yang terjadi karena gak dapat akses ke sana,”

“Tapi sepertinya dia gagal menjadi boneka seks Sandrone karena suatu hal. Oh, ya, Sandrone hanya ingin membuat boneka seks. Dia tidak peduli dengan eksperimen Dottore untuk membangunkan manusia dari kematian,”

“Intinya begini,” Childe menjeda penjelasannya, ia menelan ludahnya karena sudah terlalu banyak berbicara.

“Fatui menangkap orang-orang tak bersalah untuk dimasukkan ke dalam kerangkeng. Sebelum itu, mereka dipilih sesuai umur, kalau masih muda dan mudah untuk dipengaruhi akan direkrut oleh Ibu dan menjadi anggota Fatui muda. Kalau tidak? Barulah mereka dibunuh oleh Dottore, kemudian tugas Sandrone adalah membangun ulang kehidupan mereka sesuai program yang seharusnya dibuat oleh Dottore,”

“Tapi Sandrone tidak senaif itu, juga dia tidak memiliki kemampuan yang baik dalam kerja sama. Anak itu sengaja diisolasi oleh Ayah dan disibukkan dengan tugas yang diberikan oleh Dottore karena ia memiliki masalah kejiwaan. Sahabatnya mati diperkosa oleh orang-orang tak dikenal tepat di depan matanya lalu dibunuh. Namun keluarga kami dibekali kemampuan bela diri sehingga Sandrone membantai habis musuhnya dengan mudah,”

“Terakhir, ia menguliti wajah sahabatnya lalu membawanya kembali ke ruang kerjanya lalu dibangun ulang, atau dihidupkan kembali istilahnya,”

Perut Hu Tao mual hanya mendengar penjelasan Childe, namun John Lee dan Raiden Ei masih memasang wajah datar, padahal yang bercerita juga sudah merinding jika membayangkan kejadian mengerikan itu.

“Sandrone menaruh rasa kepada sahabatnya, makanya dia membuat robot yang diberi nama Katheryne, sesuai nama tokoh favoritnya dari sebuah novel. Gue pernah melihat Sandrone membawa Katheryne ke rumah lalu berhubungan badan dengan robot bau mayat itu, pemandangan menjijikkan itu kadang masih terngiang di kepala,” lanjut Childe mengusap kedua tangannya karena merinding.

“Lalu? Bagaimana dengan Kuni?” tanya Ei setelah mereka semua diam beberapa saat.

“Kuni? Kunikuzushi?”

Raiden Ei mengangguk.

“Dari tiga robot yang berhasil dibuat, dia salah satunya,” jawab Childe pelan.

“Kami menyebutnya Project Number SiX, alias Scaramouche,”

“Gue tak bisa memanggilnya Kuni atau Kunikuzushi, karena Scaramouche lebih sering disebut oleh Sandrone dan Dottore di acara makan malam keluarga. Jadi gue gak terbiasa kalau menyebut namanya,”

“Adikmu seharusnya sudah dibunuh dan 'dihidupkan' lagi oleh Sandrone, ini permintaan khusus Dottore tapi lagi-lagi Sandrone membuatnya hanya untuk memuaskan nafsu birahinya, itu aja yang gue tahu tentang Kunikuzushi,” ujar Childe sembari membiasakan diri memanggil nama adik Raiden Ei.

“Apa permintaan khusus Dottore? Apakah kamu tahu?” tanya John Lee.

“Mungkin untuk dijadikan ketua Fatui muda, gue gak tahu,”

Childe beranjak dari ranjang lalu berdiri dibantu oleh kedua tongkat di tangannya. Ia berjalan ke arah pintu sebelum kembali menoleh ke arah tiga orang dengan tujuan yang berbeda itu.

“Gue mau beraliansi sama lo, John Lee.”

“Kalau lo mau bantu pacar lo untuk menyelamatkan adiknya itu terserah, gue gak bisa paksa lo untuk ikutin rencana gue. Tapi kalau lo mau berpartisipasi, gue dengan senang hati membantu sedikit,”

Raiden Ei mulai membelakangi John Lee, “Kami akan buat skenario agar kamu bisa membunuh Pantalone, dan tugasmu adalah mempertemukan saya dengan Sandrone,”

Childe terkekeh setelah mendengar perintah Raiden Ei, ia menganggap perempuan bersurai ungu itu sebagai orang lemah karena perut buntingnya yang begitu nampak.

“Gue cuma mau John Lee untuk gabung, bukan lo. Lo gak bisa seenaknya nugasin gue seperti ini,” ledek Childe menyeringai.

“Lagi pula, cewek bunting—”

BRUK

Secepat kilat Raiden Ei sudah beberapa jengkal saja dengan Childe, pintu kayu ruangan mereka sudah retak hanya dengan kepalan tangan perempuan itu.

“Anjing, dari mana lo dapat cewek bunting yang kuat kayak dia?!” Childe tertawa tanpa memedulikan pintu kayu itu sudah ambruk di belakangnya.

Hu Tao menggigit bagian bawah bibirnya karena terkejut, John Lee tampak puas dengan pemandangan yang ada di depannya. Lelaki bersurai hitam itu berjalan ke arah Childe lalu mengulurkan tangannya.

“Tenang, dia tidak selemah yang kamu bayangkan,” ujar John Lee sambil tersenyum.

Dari luar, Xiao menyenderkan badannya di koridor Wangshu Inn. Lelaki bersurai hitam kehijauan itu mendengar seluruh percakapan mereka sejak awal, ia berdiri di belakang Childe setelah pintu kayu itu jatuh hingga terdengar suara yang cukup keras.

“Ada dua jawara di sekolah kita, lo mau ngapain ke sini?” tanya Childe heran.

“Dottore,” jawab Xiao singkat.

“Gue mau kepala Dottore,”

“Ayah gue salah satu orang yang ada di kerangkeng Sandrone,” lanjutnya dengan suara berat.

Mata Childe terbelalak saat mendengar ucapan Xiao, ia berdeham setelah melihat tangan Xiao terkepal dengan kuat.

“Oke, kalau begitu kita susun rencananya malam ini,”

Mereka berenam pergi ke kafetaria Wangshu Inn, Childe menuliskan alur serangan yang harus dijalankan tanpa cacat. Mengingat Harbingers adalah kumpulan penjahat keji dengan seluruh kekuatan yang membersamai mereka, John Lee dan Raiden Ei menyimak penjelasan Childe sementara pikiran Xiao dan Hu Tao masih melayang dengan imajinasi masing-masing.

“Rencana satu sudah, gue harus bunuh Pantalone, itu aja,”

“Selanjutnya untuk Dottore dan Sandrone, mereka sulit untuk didekati apalagi dilacak. Komunikasi gue sama keluarga juga udah terputus setelah kekalahan gue di sekolah,”

“Lingkungan Dottore tak akan jauh dari rumah sakit, ketujuh rumah sakit terbesar di Teyvat selalu ia hadiri setiap harinya, karena hari ini selasa berarti dia ada di Liyue saat ini. Semuanya sesuai urutan, mulai dari Mondstadt, Liyue, Inazuma, Sumeru, Fontaine, Natlan, dan Snezhnaya,”

“Untuk Sandorne, kalau dia masih berkutat di ruang rahasianya, gue masih bisa kasih lokasi hari ini juga. Kalau enggak, dia pasti lagi di Snezhnaya untuk mengurung diri,”

John Lee mengangkat tangan layaknya seorang murid yang ingin bertanya kepada sang guru.

“Setelah saya pahami dengan baik semua kejadian ini, setengah anggota Harbingers sudah pecah. Mereka sudah mulai bergerak sendiri tanpa memandang status keluarga. Mulai dari Pantalone, kekalahannya pasti membuat kepercayaan nasabah Northland Bank berkurang,”

Childe mengangguk setuju dengan pendapat John Lee.

“Beralih ke Sandrone juga Dottore, jika ipar saya dikabarkan hilang, itu berarti dia berhasil kabur dari kerangkeng. Tidak mungkin dia bisa kabur hidup-hidup begitu saja, makanya berita kehilangan Kuni sekarang tersebar. Sembari kamu membunuh—maksud saya mengalahkan Pantalone, biarkan istri saya menemui Sandrone di markasnya,”

“Sisa dari mereka akan datang dengan sendirinya,” lanjut John Lee dengan penuh keyakinan.

“Gue ke rumah sakit buat bunuh Dottore,” potong Xiao di tengah-tengah tensi di antara mereka.

“Terserah lo, tapi dia bukan lawan yang mudah,” sahut Childe menanggapi interupsi dari Xiao.

“Saya akan mencari Kuni, bersama Hu Tao,”

“Kok gue?!” sentak Hu Tao kepada John Lee.

“Ya, karena kamu sudah mendengar semuanya, mau tak mau harus membantu,” jawab si surai hitam.

Hu Tao mendengus kesal karena sudah terjebak di dalam rencana mereka, ia hanya bisa pasrah karena memang tak bisa lagi mundur setelah tahu banyak tentang Harbingers.

“Oke, semuanya sudah, kan? Berarti lo gerak sama gue, Xiao. Karena Pantalone sekarang lagi dirawat di Liyue,” ajak Childe beranjak dari kursi kafetaria.

Xiao pun ikut di belakang Childe tanpa suara, sementara Hu Tao masih menunggu John Lee yang sedang menggenggam tangan Raiden Ei.

“Kamu yakin?” tanya John Lee khawatir.

“Tidak perlu ragukan kekuatanku, Sayang.”

“Tanpa diminta, darah Imperatrix Umbrosa ini terus mengalir di dalam tubuh saya, tidak mungkin semua ajaran Euthymia disia-siakan hanya karena status saya sebagai seorang istri,” ujar Raiden Ei lembut.

John Lee dan Raiden Ei kembali berpisah dengan tujuan yang berbeda. Sebelum pergi, Raiden Ei mengikat perutnya sedikit kencang untuk mempermudah pergerakannya. Dari kejauhan ia melihat lambaian tangan John Lee, Ei langsung membalikkan badannya agar perempuan itu tak goyah dengan keteguhan hatinya.

Sampai jumpa di hari yang kita nantikan, Sayang.

-to be continued

WHY 18?

Chapter 10: Chaos in Teyvat cw: NSFW, prostitution, violence, brawl, forced sex, forced blowjob, family taboo sex, bloods, murder, psychological effect

BREAKING NEWS!

Ketua umum Northland Bank, Pantalone, mengalami kekerasan di pelabuhan Liyue pada Minggu dini hari. Pantalone dan beberapa anak buahnya diserang oleh oknum tidak dikenal, menurut korban (Pantalone), ia sedang dalam perjalanan pulang menuju ke rumah melewati pusat kota Liyue namun tiba-tiba dicegat oleh segerombolan anak sekolahan yang meminta akses kendaraannya hingga terjadilah perkelahian, seluruh bawahan Pantalone tewas dengan tragis malam itu. Saat ini, pihak kepolisian masih menyelidiki kasus tersebut lebih lanjut.

Kepala Millelith, Fengyun, ikut turun tangan untuk menyelesaikan kasus ini dan bersumpah di depan puluhan wartawan saat melakukan konferensi pers subuh tadi, berikut cuplikan videonya,

Fengyun beranjak dari kursinya lalu menggebrak meja yang ada di depannya, beberapa air minum dan mic yang terletak di atas meja berjatuhan hingga anggota Millelith lainnya memungut benda yang sudah dijatuhkan oleh orang nomor satu di Millelith tersebut.

“Saya tidak bisa membiarkan kasus ini kembali terulang, saat ini tim saya sudah mencari terduga tersangka dalam peristiwa ini. Anak-anak sekolahan yang sudah mulai terbiasa melakukan kekerasan bahkan pembunuhan seperti ini tidak akan dijatuhkan pasal untuk anak di bawah umur. Mereka akan dihukum sebagaimana mestinya, seadil-adilnya!”

Puluhan percikan cahaya yang memotret Fengyun dan beberapa petinggi Millelith lainnya tak sedikit pun menyilaukan pandangan mereka. Dari belakang backdrop konferensi pers, Capitano tengah duduk sembari menundukkan kepalanya, namun di balik topeng hitamnya ada wajah penuh birahi ketika melihat seorang wanita sedang mengulum penisnya dengan tempo yang sangat cepat. Ia menjambak rambut panjang salah satu wanita panggilannya itu dengan paksa lalu memaksa mulutnya untuk lebih dalam lagi menelan kejantanan Capitano.

“Am...pun...” ujar wanita itu terisak dan terbata-bata.

“Kau tak punya hak untuk protes,” jawab Capitano dengan keji.

Wanita itu sudah kehilangan nafasnya, dari sisi kiri koridor tempat konferensi pers, seorang perempuan bersurai hitam terkekeh sembari mendekati Capitano yang sedang dipuaskan. Ia bersenandung kecil lalu duduk di samping Capitano.

“Kau tahu, Ayah? Kau bisa membunuh banyak prostitusi jika cara mainmu seperti ini, dan aku akan kesulitan untuk mencari anak-anak baru nantinya,” ujar Columbina tertawa pelan.

“Tugasmu adalah menempa mulut mereka agar tidak membantah apa yang diperintahkan oleh sang raja!” sentak Capitano keras, tubuhnya sedikit bergetar ketika ia sudah mencapai klimaks untuk kesekian kalinya.

Columbina melihat wanita panggilan itu sesak nafas, dibiarkannya terbaring di atas lantai penuh debu tersebut, karena memang lorong ini tidak diketahui keberadaannya oleh siapa pun. Lorong ini adalah salah satu jalan rahasia yang diketahui oleh para Harbingers, mereka memiliki seluruh akses hampir di seluruh Teyvat, pengaruh keluarga penjahat ini sangat besar sehingga tidak mudah untuk menumbangkan mereka dalam waktu sekejap.

“Kamu lelah, ya?” tanya Columbina dengan lembut.

Wanita itu hanya mengangguk, mulutnya penuh dengan peju milik Capitano yang sudah meluap-luap, ia bahkan tak sanggup lagi untuk menelannya karena rasa mual di perutnya tak lagi dapat ditahan.

Columbina menamparnya dengan keras, tetesan sperma yang keluar dari mulutnya begitu juga bekas muntah yang sudah berserakan di mana-mana tak membuat Columbina dan Capitano merasa mual. Rambut wanita itu kembali dijambak oleh Columbina, memaksa untuk menatap ke arahnya.

“Padahal kau lonte kelas kakap, tapi tak bisa menahan batang kekar ini?” ledek Columbina mulai mengusap penis Capitano yang masih mengeras.

“Oh? Kau sudah lama tak menikmatinya, ya?” ucap Capitano sambil tersenyum.

Yang ditanya ikut menaikkan garis bibirnya, ia membiarkan bawahannya menyaksikan pemandangan menjijikkan antara ayah dan anak satu ini. Columbina mengulum lidah Capitano ketika ia menjulurkannya, tangan kiri Columbina semakin cepat memompa penis milik ayah tirinya sementara Capitano dengan lihai memainkan kedua buah dada milik Columbina penuh gairah.

Capitano menidurkan Columbina yang sudah tak ditutupi oleh sehelai benang, ia mengarahkan penisnya ke liang surga milik Columbina lalu menusuknya dengan keras. Suara jeritan Columbina langsung ditutupi oleh tangan kekar Capitano, ia terus menggenjot tubuh mungil itu sepuasnya. Columbina menggigit telapak tangan Capitano namun tak dihiraukan oleh pria itu.

“A..yah!”

“Diam!”

Capitano semakin menguatkan pinggulnya, tangan Columbina memukul dada Capitano namun ia tak menunjukkan reaksi apa-apa karena kekuatan Columbina semakin berkurang ketika ia terus melakukan penetrasi.

Dari balik tempat mereka bercinta, suasana ruangan konferensi pers mulai panas ketika salah satu wartawan dilempari oleh botol air oleh Fengyun karena sudah bertanya hal yang tak masuk akal di telinganya. Fengyun melompat dari meja narasumber lalu menerjang salah satu wartawan dari Teyvat News. Kerusuhan mulai terjadi namun tidak ada yang berani melerai orang nomor satu dari Millelith tersebut.

Di ujung pintu, Arlecchino pergi meninggalkan ruang konferensi pers dengan wajah yang sudah memerah. Kekalahan Pantalone tak bisa diampuni olehnya, Pierro sudah marah besar ketika tahu tubuh Pantalone sudah tergeletak di Pelabuhan Liyue, kini suaminya sudah hilang tanpa jejak dan Arlecchino tak mendapat informasi apa pun tentang orang yang mengalahkan Pantalone karena ia masih tak sadarkan diri.

“Halo?”

Arlecchino mendengar seluruh penjelasan dari bawahannya, sesekali perempuan bersurai pendek itu mengangguk sembari meneruskan langkahnya. Ia berjalan menuju sedan putih yang bertengger di parkiran, di sana sudah ada beberapa orang yang menunggu kehadiran Arlecchino, mereka menggunakan jas sesuai atribut Fatui, akan tetapi wajahnya masih terlihat seperti anak-anak.

“Kami siap mencarinya, Ibunda.” ujar salah satu anggota Fatui.

“Segera cari dalangnya, dia adalah anak SMA Teyvat, seragam sekolah kalian ada di mobil box hitam di sana,” tunjuk Arlecchino ke arah mobil hitam yang baru saja tiba di depan mereka.

Zhongli, saya tahu ini semua ulahmu, ke mana pun kau pergi, kami tidak akan membiarkan kau lolos kali ini, batin Arlecchino kesal.

**

SMA Teyvat kembali beraktifitas seperti biasa di hari senin, seluruh siswa mengikuti upacara seakan tidak terjadi apa-apa. Barisan anak-anak bermasalah sudah dipisahkan oleh anggota OSIS, Lisa masih berusaha mengatur nafasnya karena takut akan terjadi masalah lagi setelah dimarahi oleh Pierro semalam, tubuhnya pun masih bergetar hebat karena mendapat 'hukuman' dari orang nomor satu Harbingers tersebut.

“Ibu gak apa-apa?” tanya Keqing pelan.

Lisa menoleh ke arah Keqing, ia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

“Tapi Ibu terlihat pucat,”

“Sudah, tidak apa-apa, dimulai saja upacaranya,”

Belum sempat upacara sekolah dimulai, suara puluhan motor dengan knalpot bising mulai masuk ke dalam satu sekolah secara bersamaan. Mereka adalah Fatui muda milik Arlecchino, kumpulan anak-anak yatim piatu yang didoktrin olehnya untuk menyelesaikan masalah Harbingers di ruang lingkup sekolah.

Logo Snezhnayan School di lengan kanan mereka langsung menaikkan darah Arataki Itto yang tengah berbaris di barisan siswa bermasalah. Ia mengerahkan pasukannya untuk menyerang siswa dari sekolah musuh SMA Teyvat.

“Jangan!” teriak Lisa keras, suaranya mulai hilang karena peristiwa semalam.

Lisa berlari ke arah siswa yang sedang berkelahi untuk melerainya, namun kawanan Beidou langsung menarik paksa tubuh kepala sekolah mereka agar menjauh dari tempat kejadian.

“Apa yang kalian lakukan?! Lepaskan!” seru Lisa keras tetapi tak diindahkan oleh Beidou.

Dari belakang mereka, Gorou dan Heizou menerobos ke dalam keramaian disusul oleh Kazuha yang masih berjalan dengan santai sambil tersenyum ke arah kekasihnya, Beidou.

“Mari kita tunjukkan kekuatan SMA Teyvat yang sebenarnya,” ajak Kazuha kepada Beidou.

Gadis bersurai hitam itu mengangguk sebelum memerintahkan anak-anaknya untuk menjauhkan Lisa dari kerumunan. Siswa lain yang tak ingin terlibat masalah sudah berhamburan menuju kelas masing-masing, tidak dengan Ningguang yang masih mematung di tengah lapangan, menyaksikan aksi bodoh anak-anak sekolahan ini.

“Ningguang! Cepat pergi dari sini!” Beidou berlari ke arah Ningguang saat tahu ada salah satu siswa Snezhnayan sedang menarget gadis bersurai putih itu.

Ningguang menghindari serangan itu dengan mudah lalu dari belakangnya Eula menendang keras tubuh lawannya hingga terjungkal beberapa kali ke belakang. Melihat Eula dan Ningguang tersenyum satu sama lain malah membuat hati Beidou panas, bukannya membantu teman sekolahnya, Beidou malah menyerang Eula karena merasa posisinya sebagai sahabat Ningguang direbut oleh gadis bermarga Lawrence tersebut.

“Apa yang kau lakukan?!” tanya Eula kebingungan setelah menghindari serangan membabi buta Beidou.

“Diam kau! Urusan kita belum—”

Suara geberan motor mulai bertambah, ratusan siswa lain dari Snezhnayan School mulai memasuki area lapangan SMA Teyvat.

“Kalah jumlah kita, Bos!” teriak salah satu anggota Arataki Gang.

Itto membuang ludah yang sudah bercampur darah, ia kembali menguatkan tubuhnya untuk menghalau serangan tambahan dari sekolah musuh.

“Kami mencari John Lee! Di mana dia?!”

Pemimpin Snezhnayan School, Anton, berteriak lantang sambil menggenggam tongkat besi di tangan kanannya. Kini fokus Itto beralih ke Anton, ia langsung berlari ke arahnya lalu melompat ke udara untuk menendang Anton.

Anton mulai mengayunkan tongkat besinya ketika Itto sudah mulai mendekat dengannya.

BRAK

Homerun!

Kepala Arataki Itto terjatuh lebih dulu ke tanah setelah terkena tongkat besi milik Anton, ia langsung tak sadarkan diri setelahnya.

“Begini saja kekuatan jawara sekolah kalian?!” seru Anton kemudian meludahi wajah Itto yang sudah tergeletak di atas tanah.

Bulu kuduknya tiba-tiba merinding ketika melihat salah seorang jawara SMA Teyvat satu ini, Xiao menatapnya tajam namun langkah kakinya masih terlihat santai.

“Akhirnya yang ditunggu datang juga,”

Xiao melewati Anton begitu saja, emosi lelaki bersurai abu-abu itu langsung tersulut saat tahu bahwa ia bukan target Xiao.

BRUK

Dalam hitungan detik, kepala Anton sudah pecah terantuk oleh tanah aspal karena Xiao menerkamnya dari belakang. Melihat Anton sudah membeku membuat siswa Snezhnayan beralih ke Xiao, senyum tipis lelaki bersurai hitam kehijauan itu mulai terukir di wajahnya.

“Jawara sekolah ini bukan Arataki Gang, apalagi Harbingers, tetapi GUE!”

Xiao seorang diri melawan belasan serangan yang mengarah kepadanya, dengan mudah pula ia mengalahkan siswa dari Snezhnaya tersebut. Kini fokus mereka adalah untuk menjatuhkan Xiao, tetapi Xiao bukanlah orang yang mudah untuk dikalahkan, semua serangan yang masuk ke arahnya dapat dihindari dengan mudah oleh Xiao, perlahan tapi pasti setengah siswa Snezhnayan School dikalahkan begitu saja oleh orang nomor dua di SMA Teyvat tersebut.

“Cepat bawa Kapten Anton terus kabur dari sini!”

Tubuh Anton diangkut oleh beberapa siswa Snezhnaya lalu pergi setelah mobil ambulan yang entah dari mana itu muncul. Xiao berdiri tegak di antara siswa Snezhnaya yang sudah terbujur kaku tak sadar diri, goresan luka di pipinya itu menjadi saksi bahwa mudah pertarungannya hari ini.

Ke mana dia saat kami membutuhkannya hari ini? batin Xiao kesal setelah beberapa kali mengedarkan pandangannya untuk mencari John Lee.

Xiao tiba-tiba menghilang ketika orang-orang mulai mengevakuasi siswa SMA Teyvat yang menjadi korban tawuran hari ini. Kekuatan SMA Teyvat seolah berkurang karena absennya Childe dari Harbingers dan John Lee, walaupun Childe berasal dari Snezhnaya, tapi Snezhnayan School tak menghormatinya sebagai penduduk asli di sana.

“Kami gagal,” ujar Viktor kepada Arlecchino.

“Tidak apa-apa, masih ada lain waktu,” jawab perempuan itu singkat.

“Childe juga tak ada di sekolah, Ibunda.”

Arlecchino berbalik arah ke Viktor, sebatang rokok yang ada di tangan kirinya kembali diisap olehnya untuk menenangkan diri.

“Ya, anak itu masih di rumah sakit. Kalau dia sudah bersekolah, kalian serang saja lagi, bunuh saja Childe kalau memang diperlukan,”

“Tapi—”

“Dia sudah tak lagi dibutuhkan oleh keluarga saya, jadi untuk apa mempertahankannya?” potong Arlecchino cepat sebelum Viktor kembali bersuara.

Di balik pintu ruang kerja Arlecchino, Signora mendengar seluruh percakapan ibunya dengan salah satu Fatui. Gadis itu langsung menjauh dari sana sambil mengutuk dirinya karena ketakutan.

“Kalau Childe saja boleh dibunuh karena kalah, apalagi aku?!” gumam Signora terus mempercepat langkahnya menuju kamar.

Tubuh Signora terhempas ke belakang ketika ia menabrak seseorang karena tak memperhatikan jalan, pria bersurai biru muda itu tersenyum hingga menunjukkan gigi taringnya dengan jelas.

“Keluarga kita tak mentolerir kekalahan, Adikku.” ucap Il Dottore sambil tersenyum lebar.

“I-Iya, Nora tahu!” decis Signora, ia berdiri dari lantai lalu membersihkan pakaiannya yang kotor terkena debu.

Il Dottore melanjutkan langkahnya meninggalkan Signora dirundung oleh berbagai perasaan. Setelah ia masuk kamar, gadis itu langsung mengunci pintunya secepat mungkin.

Signora langsung membuka laptopnya untuk mencari e-mail hasil perlombaan musik klasiknya tempo hari.

Jangan! Jangan sampai dia tahu kalau aku kalah! gumam Signora dalam hati.

Ada satu pesan elektronik muncul di layar notifikasi laptop milik Signora, pesan itu merupakan balasan dari Arlecchino kepada panitia lomba karena perempuan paruh baya itu ternyata ikut menyisipkan alamat e-mail-nya saat melakukan pendaftaran.

Terima kasih atas kerja keras kalian, setelah melihat hasil perlombaan ini saya jadi tahu ada beberapa hal yang harus dilatih oleh gadis saya nantinya.

Keringat Signora bercucuran saat membaca balasan Arlecchino, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk beberapa kali dari luar.

“Signora, ini Ibu,” suara Arlecchino membuat Signora semakin merinding.

“Jangan biarkan rasa kecewa Ibu lebih besar lagi ketika kamu berusaha bersembunyi di dalam sana,” nada bicara Arlecchino perlahan berubah setelah ia menyelesaikan kalimatnya.

Signora berjalan perlahan sebelum membuka kunci engsel pintu kamarnya, setelah pintu itu terbuka, Arlecchino di depannya sudah menatap gadis itu penuh kebencian.

“Ayo kita latihan lagi,” ujar Arlecchino dengan suara berat.

-to be continued

WHY 18?

Chapter 9: Serupa Tapi Tak Sama cw: bloods, murder, broken bones, violence, misused weapon

John Lee hanya bisa mengikuti jalan Raiden Ei karena perempuan itu memegang tangannya dengan erat, mereka menyusuri sepanjang jalanan kota Liyue tanpa suara hingga akhirnya tiba di daerah pelabuhan. Setelah mengatur nafas, Raiden Ei menyilangkan tangannya di dada sembari menghentakkan kakinya ke tanah berkali-kali.

“Jelaskan,” ujar Raiden Ei membuka suara.

“Masalah kalimat itu?” tanya John Lee hati-hati.

Ia tidak memiliki perjanjian apa pun tentang kembalinya ia menjadi seorang siswa SMA, mungkin tidak akan terjadi apa-apa jika ia memberitahu semuanya tentang mukjizat aneh ini kepada sang istri.

Mata John Lee justru tertuju pada perut Ei yang sudah semakin membesar, rasa rindu kepadanya semakin bertambah, memang benar kalau perempuan sedang mengandung itu malah semakin membuatnya bersinar, apalagi pancaran sinar bulan seperti hanya menyoroti Ei seorang.

“Saya tidak yakin kamu akan—”

“Kamu?! Berani sekali anak sekolahan seperti kamu bicara seperti itu?! Tidak ada sopan santunnya sama sekali!” potong Raiden Ei kesal.

John Lee tidak bisa menahan perasaannya, ia hanya ingin memeluk Raiden Ei saat ini. Namun, apa daya jika semuanya terhalang oleh sesuatu yang sukar untuk dijelaskan dengan mudah.

“Saya pernah melihat Mba di pasukan khusus militer Inazuma saat bertandang ke Liyue,” jawab John Lee, berusaha mengarang cerita agar bisa dipercaya oleh Raiden Ei.

“Bohong,”

Raiden Ei menatap emas milik John Lee, “Semakin dilihat, kamu semakin mirip dengannya,”

“Dengannya?”

“Ya, suami saya,” tutur Raiden Ei lirih.

Perempuan bersurai ungu itu menghela nafas berat, ia duduk di salah satu kursi kayu di pinggir pelabuhan tempat kapal-kapal yang sedang menepi.

“Suami saya kecelakaan dan sekarang sedang dalam masa koma, tidak ada yang tahu kalimat itu kecuali saya, suami saya, dan orang-orang di masa lalu saya,” lanjut Raiden Ei dengan mata berkaca-kaca.

Seandainya kamu tahu, kalau aku adalah suami kamu, gumam John Lee dalam hati.

Raiden Ei mendongak ke arah lelaki berseragam sekolah itu, matanya berkaca-kaca karena kembali teringat oleh raut wajah yang persis seperti yang sedang ditunjukkan oleh John Lee.

“Sekarang katakan, dari mana kamu tahu kalimat sakral itu?” desak Raiden Ei sedikit keras.

“Saya akan ceritakan yang sebenarnya, tapi tolong percaya dengan saya meskipun rasanya mustahil untuk dicerna oleh nalar manusia biasa,”

John Lee jongkok agar kepalanya sejajar dengan Raiden Ei, ia membuka kancing baju seragamnya untuk menunjukkan sesuatu, tetapi Ei malah terbelalak setelahnya.

“Luka di dada kiri ini, mungkin akan menjadi bukti bahwa saya adalah orang yang kamu kenal,” jelas John Lee kepada Raiden Ei.

Setelah seluruh pakaian atasnya terbuka, kini Ei dapat melihat dengan jelas semua bekas luka lelaki itu di titik yang sama seperti Zhongli. Air matanya menetes saat ia menyentuh tubuh bidang orang yang ada di depannya.

“Kamu...”

“Kenapa...”

“Jadi...”

“Seperti ini?”

Yang ditanya hanya menggelengkan kepala, John Lee menyibak surai ungu Ei yang berantakan. Pelukan hangat itu mulai terasa di tubuh Ei saat John Lee mendekap tubuh rapuhnya.

“Setelah kecelakaan, saya mendengar suara aneh dalam tidur saya. Dia menjanjikan kehidupan untuk saya namun dengan syarat, dan inilah syaratnya,”

“Membuatmu kembali menjadi siswa SMA?” tanya Raiden Ei sembari memejamkan mata dan mengeratkan pelukannya.

“Ya, seperti itu kira-kira,” jawab John Lee singkat.

Suara grasah-grusuh terdengar di sekitar mereka, John Lee melepas pelukannya perlahan namun Ei masih tak bisa melakukan hal itu. Dari belakangnya tampak seseorang tengah mengarahkan pistol dengan peredam tepat ke arah John Lee dan Raiden Ei.

“Kita harus pergi,” bisik John Lee tepat di telinga kiri Ei sangat pelan.

Ei mengangguk, saat ia melepaskan pelukannya John Lee langsung menyenggol pelan tubuh Ei untuk menghindari tembakan pertama dari musuhnya.

Tak hilang akal, John Lee melempar batu kerikil tepat ke kepala si algojo, ia tahu betul atribut milik orang misterius itu. John Lee menuntun Ei berlari perlahan, namun di depannya sudah banyak pasukan berjubah hitam dengan senjata lengkap mengelilingi mereka saat ini.

“Ini dia, anak SMA yang memiliki hubungan gelap dengan istri seorang pasukan khusus,” ucap Pantalone dengan senyum khasnya.

Pria bersurai hitam dengan cincin melingkar di seluruh jarinya itu mengisyaratkan kepada bawahannya untuk memberikan senjata favoritnya. Bunyi kokangan peluru itu nyaring terdengar di malam sepi ini, John Lee dan Raiden Ei berada di situasi yang pelik, mereka tak bisa berbuat banyak mengingat kondisi sang istri saat ini tengah mengandung.

“Berharap keajaiban? Tidak mungkin! Bagaimana bisa perempuan bunting seperti dia bertahan jika dihujani besi panas ini?!” sentak Pantalone menunjukkan urat-urat di sekitar wajahnya.

Tiba-tiba suara teriakan bawahan Pantalone menggelegar di sekitarnya, benang-benang tipis milik Yelan melukai seluruh anak buah Pantalone kecuali ia sendiri. Pantalone tidak jatuh walaupun kini seluruh tubuhnya sudah terlilit hingga mengeluarkan darah, benang tipis itu sudah melingkar di lehernya namun senyum lebarnya masih menghiasi lelaki bersurai hitam tersebut.

“Ternyata ada bala bantuan,”

Dari belakang John Lee dan Ei, Yelan memunculkan sosoknya. Ia terbilang ahli menyembunyikan dirinya dengan kamuflase, ini adalah salah satu kemampuan anggota secret service kelas S.

“Menyerahlah, Pantalone. Nyawamu sudah di ujung tanduk,” ancam Yelan sambil tersenyum.

Pantalone masih bisa menampakkan gigi rapinya ke arah mereka, dengan cepat ia menarik benang tipis tersebut hingga tubuh Yelan tertarik dengan sendirinya.

BRAK

Yelan tersungkur ke tanah lalu dipijak oleh Pantalone, sepatu boot miliknya sudah ada di atas perut Yelan, perempuan itu berteriak histeris ketika Pantalone memutar kakinya di atas perut Yelan sambil menambah kekuatannya.

“Ternyata benar, kau adalah Zhongli,” ujar Pantalone sambil terkekeh.

Lelaki bersurai hitam itu kembali mengokang pistolnya, John Lee membelakangi Raiden Ei sekaligus membentangkan kedua tangannya untuk melindungi sang istri. Senyum intimidasi Pantalone benar-benar membuatnya risih, tak sedikit pun kelemahan itu ditunjukkan olehnya walaupun kini situasi sudah berbalik.

“Menyerahlah,”

Pantalone kembali menembakkan pelurunya tanpa aba-aba, dengan cepat besi panas itu melesat tepat ke kepala John Lee.

Flashback di Markas Secret Service

Pakai ini, kau akan membutuhkan benda ini nantinya, perintah Varka kepada Zhongli.

Zhongli hanya menerima sarung tangan besi tipis yang diberikan oleh atasannya, ini adalah salah satu alat pertahanan yang dimiliki oleh seluruh anggota untuk pertahanan diri. Walaupun tipis, tapi bisa menahan seluruh serangan jarak jauh jika digunakan di saat yang tepat.

**

John Lee menangkis peluru itu dengan tangan kirinya, lalu berlari ke arah Pantalone untuk melancarkan serangan balasan. Pantalone menghindari pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan oleh John Lee, masih dengan senyumnya, ia menahan kedua tangan lawannya lalu mengayunkan kepalanya hingga membentur kepala John Lee dengan keras.

Bunyi retak di tengkorak John Lee begitu nyaring hingga Ei meringis sendiri dibuatnya, kedua tangan John Lee masih digenggam erat oleh Pantalone sehingga ia tak bisa berbuat banyak selain menerima serangan balik itu.

Walaupun tubuh John Lee serasa melayang karena rasa sakit di kepalanya, ia masih bisa menendang tempurung lutut milik Pantalone hingga patah ke belakang. Pantalone berteriak kesakitan karena kaki kirinya sudah patah dibuat oleh John Lee, satu tendangan lagi dikerahkan oleh John Lee tepat mengenai kepala bagian kiri Pantalone hingga menciptakan dengungan di telinga kirinya.

“Bangsat!” pekik Pantalone kesakitan.

John Lee berlari menyelamatkan Raiden Ei karena Yelan sudah tak lagi kasat mata setelah Pantalone terjatuh ke tanah. Mereka berhasil kabur karena Pantalone tidak membawa pasukan cadangan, John Lee dan Raiden Ei berlari menuju mobil milik sang istri di dekat pusat kota Liyue.

“Kita harus segera pergi dari sini, pergi sejauh-jauhnya!” ujar Raiden Ei histeris.

John Lee mengemudikan mobil itu dengan cepat, berusaha menghilangkan jejak mereka dari Liyue.

Selama perjalanan mereka tak lagi bersuara, namun Raiden Ei tahu ke mana sang suami akan membawanya pergi.

“Untuk saat ini, saya harus pulangkan kamu ke keluarga kamu,” John Lee berdeham setelah bertitah kepada Raiden Ei.

“Tidak, bawa saya ke mana pun asal bersama kamu,” bantah Raiden Ei keras.

“Kamu sedang mengandung, pergerakan kita akan lambat, lebih baik—”

“Kamu meremehkan saya, ya?!”

Raiden Ei menghentakkan telapak tangannya ke kaca jendela di sampingnya hingga pecah, darah yang mengalir karena pecahan beling itu tak dihiraukan olehnya sama sekali.

Melihat istrinya terluka sontak membuat John Lee menepi, ia mengambil beberapa helai tisu lalu mencabut beling yang masih menempel di telapak tangan Ei dengan hati-hati.

“Saya sayang sama kamu, Ei. Saya tidak ingin kamu dan anak kita kenapa-kenapa,” ujar John Lee lirih.

Perempuan itu tertegun melihat lembutnya suara orang yang sedang mengobati lukanya, rasa tak percaya yang selama ini ia rasakan perlahan hilang, mau tak mau Raiden Ei harus ikut percaya dengan mukjizat yang diceritakan oleh Zhongli.

“Tetap saja, bawa saya ke mana pun kamu pergi,” gumam Ei pelan.

“Baiklah,”

“Namun ada satu hal, ini hanya asumsi karena belum sempat terjadi,” lanjut John Lee.

Raiden Ei hanya diam menyimak John Lee, menunggu mulut suaminya kembali terbuka di saat ia masih membalutkan perban di tangan kirinya.

“Tubuh asli saya harus dijaga, kita tak bisa jauh-jauh dari Liyue sebenarnya. Mungkin saya bisa benar-benar mati kalau di tubuh asli saya terjadi apa-apa,” ujar John Lee dengan suara beratnya.

-to be continued

Archon FamILY Season 2

Episode 1: Janji Temu

Zhongli datang ke orang yang salah, ia berkunjung ke kediaman Baizhu untuk melakukan medical check up. Mereka sudah berteman sejak masih duduk di bangku SMA, masih ingat adik kelas yang disinggung Ningguang saat sedang membuat kue pernikahan Yunjin? Ya, Baizhu dan Guizhong orangnya. Zhongli pernah berpacaran dengan Guizhong di masa lalu, sementara Baizhu adalah adik sepupu dari si perempuan.

Baizhu adalah seorang dokter hewan, namun karena Zhongli orang yang cukup kuno di dunia kesehatan, ia lebih memilih Baizhu sebagai dokternya. Zhongli merasa ada yang aneh dengan tubuhnya beberapa hari terakhir, maka dari itu ia datang berkunjung ke rumah Baizhu hari ini.

“Sudah saya bilang, kenapa masih ke sini juga?” tanya Baizhu dengan wajah masam.

Zhongli hanya tersenyum tipis lalu masuk begitu saja tanpa disuruh oleh si empunya rumah.

“Saya tidak percaya dengan obat-obatan dokter umum, karena pernah demam setelah disuntik dengan obat yang dosisnya tinggi itu,” jawab Zhongli sambil duduk di atas tempat tidur hewan saat pemeriksaan (semacam itu).

Walaupun ia enggan menerima Zhongli sebagai tamu, Baizhu tetap memakai sarung tangan plastik untuk melakukan pemeriksaan. Ia sudah menganggap Zhongli sebagai hewan sejak pertama kali tahu bahwa Guizhong memiliki hubungan dengan Zhongli.

“Itu, kan, kamu divaksin. Efek sampingnya juga beragam,” ledek Baizhu keheranan dengan tingkah Zhongli.

“Tetap saja, mana ada obat yang bikin makin sakit? Cuma obat kamu yang bikin saya sembuh,” lanjut Zhongli kekeuh dengan pendiriannya.

Baizhu mulai memeriksa dahi Zhongli dengan termometer bekas kucing yang belum sempat ia cuci, dari bau-nya saja sudah menyengat, tapi anehnya Zhongli tidak mencium aroma tersebut karena ia sedang pilek hari ini.

“Waduh, bahaya ini, Mas.” ucap Baizhu ternganga.

“Kenapa?”

“Kalau gini, sih, harus segera dikasih obat kepala,”

“Memang kenapa kepala saya? Yang bermasalah, kan, hidung saya?” tanya Zhongli bingung.

“Hidung kamu bisa sembuh, tapi kalau masalah kepala dari dulu juga udah sedeng,”

Keduanya tertawa terbahak-bahak, mungkin tidak lucu bagi sebagian orang, tetapi ini adalah cara mereka bercanda. Beberapa waktu terakhir Zhongli terlalu disibukkan dengan urusan yang tiada hentinya, mulai dari pernikahan Yunjin dan Aether, hingga hiruk pikuk urusan di Teyvat Entertainment. Meskipun perusahaannya masih menjadi nomor satu, Zhongli tetap waspada jika saingannya, yakni Venti dari Barbatos Entertainment berhasil memecahkan rekor untuk kesekian kalinya karena komposisi grup mereka yang unik.

“Bagaimana kabar keluarga?” tanya Baizhu saat masih pura-pura sibuk memeriksa Zhongli.

“Baik, tapi anak saya Yunjin belum hamil juga padahal udah dua tahun. Ada resep tidak untuk kehamilan?” jawab Zhongli tulus.

“Ada kalau itu,” gumam Baizhu sambil memijit asal kepala Zhongli.

“Apa? Coba kasih tahu supaya saya bisa bicarakan dengan Ning,”

“Kalau itu jangan, mending bilangin sama menantu kamu saja,”

“Memangnya kenapa?”

“Soalnya saya mau nyaranin untuk terus 'berbuat enak' sampai hamil,” sindir Baizhu sambil tertawa, diikuti oleh Zhongli setelah paham dengan candaan temannya itu.

Setelah 15 menit berlalu, Baizhu menyelesaikan pekerjaannya setelah sarung tangan milik si surai hijau dilepas olehnya. Ia kemudian duduk di kursinya sementara Zhongli duduk tepat di depannya.

“Kalau ada apa-apa saya hubungi, jangan berharap lebih, soalnya kepala kamu memang sudah tak bisa diselamatkan, Mas.” ujar Baizhu setengah bercanda.

“Memang, sih, saya sering pusing beberapa bulan ini, mungkin karena tagihan listrik, ya? Albedo di rumah terus soalnya,” Zhongli pun tak tinggal diam menanggapi seluruh candaan Baizhu.

Mereka kembali tertawa, hari ini Zhongli sangat puas tertawa karena memang ini yang ia butuhkan. Berada di antara keluarganya memaksa Zhongli untuk terus menjadi orang yang serius dan berperan sebagai pemegang keputusan mutlak di keluarga, walaupun sebenarnya ia kadang bingung harus bagaimana, tapi begitulah jika sudah menjadi kepala keluarga.

“Kalau gak ada apa-apa berarti saya gak usah telepon, ya?” Baizhu melambaikan tangannya saat Zhongli pamit dari kediamannya.

“Ya, kalau bisa jangan telepon! Nanti pulsa saya habis nerima telepon dari kamu,” Zhongli ikut membalas lambaian tangan Baizhu sebelum masuk ke dalam mobilnya.

**

Albedo sedang dalam perjalanan ke TK Teyvat, tempat Nahida bersekolah. Nilou meminta tolong Ningguang untuk menjemput putrinya karena urusan di tempat ia mengajar (SMA Teyvat) masih disibukkan oleh acara pentas seni. Ningguang tak enak untuk menolak permintaan Nilou, hingga ia menyuruh Albedo untuk menjemput Nahida siang ini.

Lelaki bersurai coklat itu dengan berat hati menerima kenyataan pahit ini, Albedo sudah lebih dari satu tahun tidak keluar dari rumah karena masalah hatinya, tubuhnya sama sekali tak terpapar sinar matahari hingga kulitnya pucat. Albedo hanya makan dan tidur selama itu, rambutnya sudah terlampau gondrong hingga menutupi matanya.

“Males banget,” gumam Albedo keluar dari mobilnya.

Melihat banyak anak-anak yang berlarian ke sana kemari malah menguras energi Albedo drastis. Mencari sosok Nahida bukanlah mudah mengingat bocah itu sangat energik, berbanding terbalik dengan dirinya saat ini. Albedo mengikat rambutnya asal lalu berjalan menuju kelas Nahida sesuai arahan Nilou.

“Dekat musholla,”

“Nah, itu dia—”

Nahida masih bercengkrama dengan teman-temannya, Nahida terlihat lebih cerah di antara yang lain, ia sibuk menceritakan sesuatu walaupun sebenarnya ia belum terlalu bisa berbicara. Albedo berjalan mendekati Nahida dan teman-temannya dengan malas.

“Nahida—”

“Nahida! Ke sini sebentar, Nak!” ucap seorang perempuan memotong panggilan Albedo.

Nahida yang tak mendengar panggilan Albedo sontak berlari ke arah gurunya, ia masih terlihat muda, namun hal itu wajar karena rata-rata guru TK saat ini memang sedang regenerasi.

“Iya, Bu Gulu,” gumam Nahida manis.

“Kata Ibu kamu, nanti dijemput sama Oom, tapi Ibu tungguin dari tadi di gerbang sekolah masih gak kelihatan, tunggu, ya?” ucap si guru sambil tersenyum.

Albedo menghela nafasnya berat lalu berjalan ke arah mereka.

“Saya Oom-nya Nahida,” ujar Albedo datar.

Nahida terkejut melihat sosok Albedo karena ia tak pernah bertemu dengannya sama sekali, ia masih terlalu muda untuk mengingat wajah Albedo karena terakhir mereka bertemu bisa dibilang tidak ada.

“Boong!” Nahida berlari ke belakang si guru.

Jika dilihat dari tampangnya, Albedo memang tidak seperti yang dideskripsikan oleh Nilou. Albedo jarang ada di foto keluarganya karena sibuk kuliah di masa lalu, terpaksa ia harus memperkenalkan dirinya kepada si guru juga Nahida.

“Saya Albedo, adiknya Mba Nilou,”

“Kok Oom tahu nama Mama?” tanya Nahida terbata-bata.

Perempuan itu kembali mengecek ponselnya, benar nama Albedo tertera di layar perempuan bersurai biru tersebut.

“Lho, benar. Ini Oom kamu, Nak.”

Nahida mengernyitkan sebelah alisnya, ia menggaruk tengkuk kepalanya heran. Belum pernah ia melihat sosok Albedo ini sepanjang hidupnya.

“Kata Papa gak boleh—”

“Iya, gak boleh ngomong sama orang yang gak dikenal,” potong Albedo kesal.

“Kok tahu?” Nahida terus membalas ucapan Albedo.

Si guru tertawa, ia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Albedo.

“Maaf, saya sempat curiga, nama saya Layla, guru kelasnya Nahida,”

Melihat senyum yang terpancar di wajah Layla membuat Albedo sedikit tertegun, di balik wajah mengantuk dan kantung matanya yang hitam, ternyata Layla memiliki senyum yang manis (setidaknya itu isi pikiran Albedo).

“Albedo,” sapanya sembari berusaha menyembunyikan senyum.

Setelah melihat Albedo dan Layla berjabat tangan, Nahida mulai percaya kalau orang asing ini adalah pamannya.

“Om, mau es klim,” sahut Nahida sambil menarik baju Albedo.

“Iya, nanti kita beli, ya?” jawab Albedo asal.

Layla memanggil Albedo dari kejauhan, saat mereka berdua menoleh, Layla memberikan tas Nahida yang tertinggal saat masih berkumpul dengan temannya.

“Oh, terima kasih,”

“Ya, Pak. Sama-sama,”

Hati Albedo masih deg-dengan setelah melihat senyum manis Layla, ia kembali memutar badannya lalu memanggil Layla untuk pertama kali.

“Boleh minta nomornya?” tanya Albedo gugup.

“Oh? Boleh?” jawab Layla terkejut.

Nahida hanya memperhatikan kedua orang dewasa ini berinteraksi, setelah Albedo mendapatkan kontak Layla, Nahida kembali menagih es krim yang dijanjikan Albedo barusan.

“Om? Es klim Ida mana?”

“Iya, beli di dekat rumah nanti,”

Nahida tersenyum, ia naik ke atas mobil setelah dibukakan dan dibantu oleh Albedo untuk naik. Mereka pulang ke rumah setelah urusannya di sekolah selesai.

Archon FamILY Season 2

Prolog

Dua buah mobil polisi lalu-lalang di sekitar Teapot Residence, mencari sosok balita berusia 3 tahun yang hilang entah ke mana. Al Haitham dengan wajah gusar terus menggaruk kepalanya karena khawatir, di sampingnya ada Xiao selaku kepala polisi di Teyvat ikut membantu ayah dari Nur Nahida.

“Tenang aja, Bang. Gak akan jauh pasti si Nahida,” hibur Xiao sambil menyetir.

“Iya,” jawaban singkat Al Haitham menunjukkan betapa takut dirinya saat ini.

Dari dalam sebuah kamar di lantai dua Keluarga Geo, Albedo hanya melamun menatapi jendela yang terbuka. Sudah satu tahun ia lulus dari Teyvat University namun tak memutuskan untuk bekerja, sejak putusnya Albedo dengan sang kekasih, Mona, lelaki bersurai coklat itu masih tak mampu menata hatinya, bagaimana tidak? Kenangan manis yang telah diukir sejak bangku SMP masih terngiang jelas di benaknya. Walaupun ia tak dipaksa bekerja oleh Ningguang mau pun Zhongli, rasa sesak di dada Albedo karena terlalu terpuruk seperti ini membuat dirinya minder secara berlebihan terkadang. Apalagi orang yang diduga akan menjadi pengangguran semasa hidupnya kini sudah menjadi salah satu idol terkenal di Teyvat, kita sedang membicarakan tentang Itto sekarang.

“Gabut banget,” gumam Albedo sambil menyenderkan kepalanya di antara kedua tangan yang menopang di ujung jendela.

Pintu kamar Albedo diketuk beberapa kali dari luar, tanpa menjawab Noelle masuk ke dalam bersama beberapa kudapan dan segelas susu panas di atas nampan. Noelle menatap Albedo sendu, ia tak menyangka bahwa roda dunia bisa berputar dengan cepat, kini abangnya sedang berada di bagian bawah, dipijak oleh pahitnya realita kehidupan. Meskipun jarang interaksi, tetapi sesungguhnya Albedo lebih dekat dengan Noelle dibandingkan dengan Yunjin dan Itto, mereka sama-sama anak bungsu, tentu lebih mengerti satu sama lain.

“Bang, ini Noelle bawain kudapan. Abang mau?”

“Oh, Noelle? Kirain Bunda,” balas Albedo, ia membalikkan badan lesunya ke arah si bungsu.

Noelle tersenyum tipis, jelas Albedo tak mendengar suara repetan Ningguang sebelum menyusul Zhongli ke taman kota. Zhongli diminta untuk belanja bulanan karena tengah sibuk mengurus Gorou, si kecorot, namun pria uzur itu sudah mulai pikun di usianya yang ke 52 tahun.

“Bunda nyusulin Ayah ke taman kota, pampersnya Gorou gak datang-datang,” kata Noelle dengan nada bercanda.

“Kamu tahu Nahida hilang, Dek?” tanya Albedo mengalihkan pembicaraan.

Noelle menggeleng, beberapa detik kemudian ia terkejut.

“Hah?! Kok bisa? Kok Abang baru bilang?!”

Albedo kembali menatap ke luar jendela, mengabaikan Noelle yang sedang sibuk menghubungi Ningguang untuk memberitahu tentang kehilangan sepupunya, Nahida.

“Bunda?! Nahida hilang! Bunda tahu?”

Hah?! Hilang?! Hilang gimana?!

“Hilang, Bunda! Ya, hilang!”

Sabar, jangan panik! Bunda lagi di jalan ini!

“Bunda jangan panik! Nanti Adek juga panik!”

Albedo menatap kehebohan ibu-anak itu dengan wajah datarnya, padahal sejak tadi Albedo memperhatikan Nahida bermain di depan rumahnya sebelum Itto mengambil gadis kecil itu untuk dibawa pergi entah ke mana. Ia hanya tak punya energi untuk mengungkapkan kebenaran, Albedo benar-benar rapuh.

Orang sama Bang Itto, kok. Gak akan kenapa-kenapa pasti, batin Albedo sembari menyumbat telinganya dengan earphone.

“Bang! Adek mau nyusul Bunda ke taman kota!”

Hanya suara pintu tertutup yang menjadi akhir dari interaksi Albedo dan Noelle, si surai coklat itu masih ingin menikmati masa-masa rapuhnya sebelum lamaran kerja di satu tempat itu akan menjadi titik balik hidupnya.

**

Di Liyue, Scaramouche terpaksa membawakan lagu hip-hop UNCLES secara akustik. Beruntung ia bisa membawakan gitar, namun apa jadinya kalau lagu penuh dengan rap dibawakan dengan gitar bak lagu indie? Hanya Scaramouche dan Tuhan yang tahu.

“Selamat siang, Unch!” sapa Scaramouche sambil tersenyum, sebenarnya ia memaksakan wajah manisnya itu untuk senyum kepada para fans UNCLES, karena matanya sibuk mencari keberadaan sang istri yang tengah berupaya untuk menggagalkan konsernya.

Lo ke mana, Bangsat?! runtuk Scaramouche dalam hati, mencari sang istri.

Suara riuh tepuk tangan Unch (sebutan untuk fans UNCLES) mulai mengisi seisi balai kota Liyue, tak sedikit yang hadir ke area konser mengingat popularitas UNCLES terus meningkat seiring berjalannya waktu. Lagu-lagu mereka selalu menempati posisi tiga besar namun belum pernah sekalipun mengalahkan raja di dunia entertain yaitu Teyvat Entertainment milik Zhongli.

“Scaramouche!”

“Aku cinta padamu!”

“Kamu solo aja gak apa-apa! Kami dukung!”

UNCLES is the best!

Genjrengan pertama Scaramouche langsung terhenti karena aliran listrik di panggung dicabut oleh orang tak dikenal, lelaki bersurai ungu itu berasumsi bahwa Lumine-lah yang mematikan sumber listrik tersebut.

“Ada gangguan teknis! Sebentar, ya?”

Scaramouche beranjak dari kursinya lalu berlari ke belakang panggung, tak ada siapa pun di sana, saat ia menelusuri ke bagian listrik, tak ada yang aneh karena semuanya berada di posisi (seharusnya) menyala.

Memang lagi mati lampu apa, ya? gumam Scaramouche dalam hati.

Penonton setia UNCLES mulai menyoraki panitia acara karena dinilai tidak becus kerja, untuk konser idol group sekelas UNCLES seharusnya tidak ada masalah remeh seperti mati listrik dan sebagainya lagi, malah konser UNCLES kalau diselenggarakan di Stromterror's Lair pasti penuh sampai berdesakan.

“Jadi bagaimana ini?” tanya Scaramouche kepada panitia acara.

“Kami cuma ada TOA,” usul salah satu dari mereka.

“Gila aja? Seret tenggorokan gue kalau nyanyi pakai TOA!” balas Scaramouche kesal.

Sambil mencari alternatif lain, Scaramouche kembali ke panggung untuk mencairkan suasana.

“Sambil menunggu listrik beroperasi, ada yang mau request sesuatu?” tanya Scaramouche, namun sayang suaranya tak terdengar sama sekali.

Gak dengar!

Pakai apa, kek?!

Ah, konser gagal ini!

Suara itu tentu terdengar oleh Scaramouche, si surai ungu mulai mengepalkan tangan karena emosi, di antara lautan penonton ada satu kepala yang ia kenal jelas itu milik siapa.

Raiden Ei berdesak-desakan bersama penonton lain agar bisa sampai ke depan panggung, matanya hanya terfokus pada sang buah hati, ia berteriak di antara orang lain sehingga suaranya ikut tenggelam.

Aduh, mati gue, Scaramouche pun akhirnya beranjak dari kursinya sambil menelepon Lumine.

“Halo? Heh! Lo ke mana?!” seru Scaramouche membelakangi penonton.

Aku lagi nahan Mama di belakang! balas Lumine keras, karena takut tak didengar oleh sang suami.

Scaramouche kembali menoleh ke arah Raiden Ei. Benar saja, ada Lumine yang tengah bersusah payah menahan tubuh mertuanya.

Nothing to lose, Anjing!

Scaramouche lompat dari panggung ke arah lautan manusia tersebut, ia disambut baik oleh fans-nya karena inisiatif si surai ungu.

“Bawa gue ke sana!” tunjuk Scaramouche ke arah Raiden Ei.

Tanpa basa-basi, mereka mengangkat Scaramouche dan mengantarkannya ke arah yang dituju.

Gue megang Scaramouche!

Gak bakal gue cuci nih tangan!

Scaramouche wangy wangy!

Saat mereka hampir berpapasan, para penonton lainnya tak lagi mengindahkan perintah Scaramouche hingga kini ia dan Raiden Ei malah berlawanan arah.

“Sakramus!” teriak Raiden Ei lantang.

“Maafin Scara, Ma! Ini di luar kendali Scara!” balas Scaramouche sama keras.

“Oh, begini rencana kamu untuk kabur dari Mama, ya?” ucap Raiden Ei menyeringai. Ia melepaskan heels miliknya, Lumine hanya bisa menghela nafas berat karena tingkah ibu dan anak ini di luar nalarnya.

Raiden Ei memasang kuda-kuda, siap membantai semua orang yang ada di depannya. Melihat gelagat sang ibu sudah berbeda, Scaramouche teriak ketakutan serta meminta fans-nya untuk lebih cepat lagi kabur dari venue.

“Demi Scaramouche!”

Kini tubuh Scaramouche berjalan bak sushi di atas conveyor, para fans tentu tidak mengetahui alasan di balik itu, menyentuh idolanya saja sudah membuat beberapa dari mereka pingsan karena tak kuat mental. Ia sudah hampir sampai di ujung, dari kejauhan Venti sudah tertawa terbahak-bahak sambil menggendong Sayu yang sudah tertidur dalam pelukannya.

“Lho? Kamu konser hari ini?” tanya Barbara sudah sedikit tenang.

“Enggak, Sayang. Dia aja yang gak tahu kalau hari ini dia ada job solo,” jawab Venti sambil menyeka air matanya karena tertawa sejak tadi.

Barbara menarik lengan baju Venti hingga ia sedikit tertahan, rona wajah Barbara masih merah karena tahu ia sedang mengandung lagi. Venti membalas tatapan itu dengan senyum lebarnya, namun Scaramouche kini sudah hampir tiba di depan mereka.

“Bang! Lo gila?! Cepetan kabur!” teriak Scaramouche panik.

“Kenapa?” tanya Venti ketika Scaramouche sudah ada di hadapannya.

“Mama! Itu Mama!” tunjuk Scaramouche ke arah Raiden Ei.

“Ya, itu urusan lo,” balas Venti mencibirkan bibirnya.

“VENTI!”

Si surai hitam mengedarkan pandangannya, heels sebelah kiri Raiden Ei sudah melayang tepat ke arahnya.

SWOOSH

Serangan pertama berhasil dihindari oleh Venti, ia mengeratkan gendongan bayi di tubuhnya lalu menarik lengan Barbara dan Scaramouche bersamaan.

“JANGAN LARI KAMU DARI SAYA, DEK!” seru Raiden Ei dari belakang.

“LO KENAPA GAK BILANG DARI TADI KALAU ADA MBA EI?!” bentak Venti kesal sambil berlari.

“UDAH GUE TUNJUK-TUNJUK, YA, TADI!” balas Scaramouche terengah-engah.

Venti, Barbara, Sayu, dan Scaramouche tiba di taman kota dekat perumahan, di sana sudah ada Itto duduk bersimpuh sambil memangku Nahida. Ningguang habis-habisan menghardik Itto karena 'menculik' Nahida tanpa izin Al Haitham dan Nilou.

“Kamu, tuh, ya?! Kok bisa gak izin dulu? Orang udah panik sampai telepon polisi!”

Itto hanya menundukkan kepala, di sampingnya juga ada Kokomi dengan posisi yang sama dengan sang kekasih.

“Maaf, Bunda...” ujar Kokomi pelan.

Ningguang geleng-geleng kepala, sesekali menoleh ke arah Noelle yang sedang berusaha menghubungi Al Haitham dan Nilou.

“AWAS AWAS AWAS AWAS!”

Venti melewati kawanan Itto begitu saja, si kecil Nahida yang sedang aktif terpacu untuk berlari menyusul pamannya karena dinilai 'seru'.

“NAHIDA JANGAN KABUR!” teriak Itto lalu ikut mengejar sepupunya.

Zhongli langsung menyusul Itto setelah Ningguang ikut panik karena Nahida, di belakangnya juga ada Raiden Ei yang masih berusaha sekuat tenaga mengejar Scaramouche disusul oleh Lumine.

Hari-hari Keluarga Archon selalu dipenuhi oleh kekacauan dan masalah di dalamnya, tidak pernah ada yang tenang sedikit pun. Namun itulah arti kekeluargaan bagi mereka. Hanya saja, tak semua orang bisa paham dengan hal itu.

**

“Eh, fotoin, dong!” suruh Venti, ia memberikan gawainya ke Scaramouche untuk memotret momen langka ini.

“Kok gue?!” runtuk Scaramouche kesal.

“Eh, kok membantah leader?” ledek Venti sambil terkekeh.

Scaramouche hanya bisa ngedumel sambil mengarahkan Zhongli, Venti, dan Raiden Ei agar berada dalam satu frame.

“Ini Nahida gimana?” tanya Zhongli bingung.

“Gak apa-apa, Al Haitham sama Nilou lagi jalan ke sini. Mereka udah sampai Snezhnaya buat nyari anaknya,” jawab Raiden Ei sambil tertawa.

Scaramouche memanggil Nahida yang sedang tertidur, karena suaranya tak terlalu terdengar, Raiden Ei mengelus pucuk kepala si bocah hijau itu hingga ia terbangun.

“Ayo foto dulu, Nak.” ajak Raiden Ei.

“FOTO!” seru Nahida menggemaskan.

1

2

3

Cekrek!

-to be continued

Colored

Chapter 9: Unsynchronized

“Baik, kita tutup pelajaran hari ini,” kalimat terakhir yang diucapkan oleh Xiao masih memberi tanda tanya kepada seluruh siswa kelas 7.

Xiao membereskan buku-buku pelajaran hari ini tanpa memedulikan anak-anak yang masih diam mematung, padahal mereka sudah tidak lagi menulis apa yang tercatat di papan tulis. Saat Xiao menoleh, ia pun merasa hawa aneh di sekelilingnya, sampai Klee mengangkat tangan untuk bertanya.

“Pak! Hari ini kok gak ada PR?” tanya Klee serius.

Seisi ruangan pun mengangguk setuju karena Xiao biasanya selalu memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah, tidak ada yang berani beranjak atau sekadar membereskan buku mereka meskipun lonceng sudah dibunyikan oleh penjaga sekolah.

PR? batin Xiao heran.

“Bukannya semua sudah jelas? Kenapa harus ada PR lagi?” tanya Xiao sambil menggaruk tengkuk kepalanya.

Salah satu teman sekelas Klee, beranjak dari kursinya sebelum mulai berbicara.

“Kami mau ada PR dari Bapak Xiao! Kalau gak ada PR rasanya gak enak!” seru Diona memacu adrenalin Xiao untuk memberikan tugas.

Xiao terkekeh mendengar jawaban dari muridnya, namun ia tetap mengangkat buku pelajaran Sejarah Teyvat lalu pergi meninggalkan ruangan kelas 7. Tatapan anak-anak itu begitu memelas walaupun Xiao tak melihat secara langsung, ia dapat merasakannya.

“Dua minggu lagi mau ujian, lho, Pak!” ujar Klee lalu disahut oleh jawaban 'iya' dari siswa lainnya.

Xiao berhenti di depan pintu kelas, senyum tipisnya sama sekali tak menenangkan hati para siswa. Ia meninggalkan kelas begitu saja tanpa mengabulkan permintaan anak-anaknya.

Setelah tiba di kantor, Xiao kembali dipanggil oleh kepala sekolah di ruangannya. Rasa kesalnya semakin bertambah setelah melihat wajah penuh intimidasi dari Lisa, kepala sekolah Teyvat Academy.

Lisa sudah menunggu kehadiran Xiao sejak lonceng tanda istirahat berbunyi, ia menyilangkan kedua tangannya di dada tanpa memedulikan meeting daringnya walaupun kamera laptop perempuan itu menyala.

“Bu,” sapa Xiao seraya menundukkan kepala.

“Silakan duduk, Pak.” suruh Lisa kepada Xiao.

Setelah ia duduk di kursi plastik kecil bak kursi warung bakso, Xiao meletakkan kedua tangannya di lutut, mempersiapkan mentalnya untuk diceramahi lagi karena gaya mengajarnya yang terlalu ekstrem.

“Bagaimana kondisi anak-anak di kelas kamu?” tanya Lisa sambil tersenyum, bukan senyumannya, ini adalah senyum formal kepala sekolah.

“Mereka meminta tugas, Bu.” jawab Xiao pelan.

“Terus? Kamu kasih?”

Xiao menggeleng pelan, suara helaan nafas Lisa terdengar jelas di telinga si surai hitam. Lisa menutup laptop yang masih beroperasi itu, setelah mendengar suara laptop tertutup, Xiao mendongak hingga netra mereka bertemu.

“Orang tua sudah banyak komplain karena anaknya selalu bangun kesiangan, anak-anak bukan robot, Pak. Mereka juga butuh istirahat, kita ini mengusung sekolah manusia. Kita harus memanusiakan mereka, bukan memprogram anak-anak untuk selalu menjadi nomor satu di sekolah,”

“Lagi pula, pelajaran yang Bapak ampu tidak terlalu berpengaruh untuk nilai akademik mereka. Saya heran kenapa Waka Kurikulum itu malah menambah jam olahraga, padahal saya sudah tidak menyetujui penambahan jam itu,” lanjut Lisa masih mengomel.

Lelaki itu sudah tak nyaman karena mentalnya diserang, tetapi Lisa selalu mengucapkan hal yang sama dan berulang-ulang. Juga, Xiao tidak bisa melawan karena ia sudah mendapatkan surat teguran ketiga dari yayasan, ini berarti jika sekali lagi Xiao mendapat komplain dari orang tua, ia bisa dipecat.

Dipecat karena orang tua yang lembek? Ada-ada saja, gumam Xiao dalam hati.

Xiao berusaha menunjukkan senyumnya meskipun terlihat aneh, yang bisa dilakukan oleh Xiao hanyalah mengangguk setuju dan menuruti segala permintaan orang tua melalui Lisa.

Suara Lisa terus terngiang di kepala Xiao, ia sampai tak bisa mendengar lonceng sekolah kembali berbunyi tanda pelajaran selanjutnya akan segera dimulai.

“Sudah masuk itu, silakan kembali mengajar, Pak.”

Kalau Xiao tak mendengar itu, mungkin ia masih mengambang sambil menghitung kambing di kepalanya. Xiao beranjak dari kursinya lalu pamit dari si kepala sekolah, ia tak bisa berbuat apa-apa karena hanya dari mengajarlah satu-satunya sumber pemasukannya. Xiao tidak terampil dalam urusan apa pun, ia hanya bisa mengajar dari sisa ingatannya dulu semasa sekolah, dan alasan satu-satunya Xiao menjadi guru olahraga adalah karena dulu lelaki itu sempat menjadi atlet, tapi ada kisah pahit dan luka yang mendalam di balik pengalamannya itu.

Xiao mengecek gawainya untuk melihat jadwal pelajaran, “Sejarah, kelas 9,”

Saat Xiao hampir tiba di depan ruang kelas 9, suara keributan mulai terdengar olehnya.

“Bodoh!”

“Pukul aja, udah!”

Spontan ia berlari menuju sumber suara, di sana sudah ada Heizou dan Chongyun tengah berkelahi di kelilingi oleh murid dari seluruh kelas. Melihat Chongyun dirundung oleh kawanan Heizou malah mengupas trauma di hati Xiao, mulai dari suasana hingga posisi perundung dan dirundung pun persis seperti dirinya di masa lalu.

Ini adalah kali pertama Xiao melihat perkelahian anak sekolah, mendengar suara rintihan dari Chongyun semakin membuat keringat Xiao bercucuran deras. Dari belakang, Lisa dan guru-guru lain menabrak Xiao hingga ia terjatuh lalu melerai anak-anak yang berkelahi di kelas.

“Kalian ini kenapa?! Kok malah berantam?!” teriak Lisa begitu lantang hingga semua yang bersorak langsung terdiam.

Lisa menggiring Heizou dan Chongyun menuju lapangan, Xiao sudah tidak lagi di tempat karena kabur ke belakang sekolah. Dadanya sesak karena terus teringat dengan suara teriakan minta tolong dari Chongyun barusan.

Anjing, rokok gue?! Xiao merogoh sakunya namun ternyata saku celananya bolong, ia khawatir benda haram versi sekolah itu ditemukan oleh siswa yang tak bisa diajak kerja sama.

“Abang?” suara itu terdengar familiar.

Xiao menatap ke arah suara manis tersebut, ia melihat sosok bocah rambut pirang mendekatinya pelan-pelan.

“Ini... jatuh,” ujar Klee pelan.

Tatapan Xiao berubah seketika, belum pernah gadis itu melihat ekspresi wajah menakutkan dari Xiao selama ini. Setelah Xiao mengambil bungkus rokok dari tangan Klee, ia mengusap lembut pucuk kepalanya untuk meredakan rasa khawatir di dada.

“Terima kasih, Klee.” ucap Xiao manis.

“Iya, Abang.” jawab Klee sambil tersenyum.

Xiao mengajak Klee menuju kantin sekolah, meminta penjelasannya kenapa bisa rokoknya terjatuh karena keteledoran lelaki itu.

“Pas jam pelajaran habis, Abang mau keluar kelas terus ada yang jatuh, kami diam semua tapi gak berani nanya jadinya cuma minta tugas aja,” bisik Klee saat duduk di samping Xiao setelah mengambil minuman dingin dari kulkas kantin.

“Syukurlah kalau kamu yang nemuin—”

“Bukan Klee, Bang. Tapi Diona, makanya dia berdiri tadi,” potong Klee namun suaranya tertahan karena takut ketahuan.

Xiao tersenyum, walaupun ia salah karena sudah membawa rokok ke sekolah, tapi murid-muridnya seolah memaklumi tingkah si guru. Xiao dan Klee berjalan kembali ke kelas setelah membelikan Klee minuman dingin dari kantin.

“Permisi, Pak.” sapa Xiao dari depan kelas 7.

Al Haitham mendongak ke arah Xiao lalu tersenyum, tanpa suara Klee dipersilakan masuk untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Xiao menunduk lalu pergi dari sana, namun masalah kembali datang setelah ia melihat Lisa berdiri di depan kantor majelis guru sambil menyilangkan kedua tangannya (lagi).

Astaga, kayaknya gue bisa benar-benar dipecat hari ini, batin Xiao kesal.

**

Hu Tao merebahkan badannya di atas kasur, hari-hari sebagai pekerja kantoran sangat menguras tenaganya. Acara yang akan datang pun semakin dekat, Hu Tao diminta untuk jadi koordinator lapangan saat Zhongli akan mengisi acara seminar nasional di Teyvat University, kampus lamanya.

Sebelum hilang sadar, Hu Tao mengambil gawai dari sakunya lalu meninjau kembali perlengkapan yang akan dibawa H-1 acara.

Box souvenir udah, spanduk besok dijemput sekalian pergi lihat area, terus...

Mata Hu Tao tertuju pada gulungan kertas yang tak pernah ia lihat sebelumnya, kertas itu sangat kecil sehingga Hu Tao sendiri tak tahu menahu tentang kertas tersebut.

“Apa ini?”

Setelah gulungan kertas itu dibuka, ia melihat sebuah nomor telepon dan pesan singkat dengan tulisan yang sulit untuk dibaca saking kecilnya.

“Ini bukan nomor gue?”

Hu Tao mengetik nomor telepon yang tertulis di kertas itu lalu menghubunginya, panggilan pertama dan kedua tak diangkat oleh si pemilik nomor, membuat Hu Tao kesal sendiri dibuatnya.

“Sekali lagi—”

Hu Tao terperanjat ketika melihat nomor yang sedari tadi dihubungi meneleponnya balik, dengan cepat ia menggeser ikon hijau itu ke kanan lalu mengucap salam.

Ini siapa? tanya lelaki bersuara berat.

“Lho? Ini yang siapa?! Kok narok nomor lo ke tas gue?!” balas Hu Tao dengan nada sedikit tinggi.

Oh, lo ternyata, suara kekehan itu terdengar berbeda setelah mendengar suara pertama tadi.

“Ini siapa, sih?!” runtuk Hu Tao kesal saat menarik ponselnya dari telinga, melihat ke arah layar.

Ini gue, orang yang selalu jadi penyelamat hidup lo, suara itu terdengar walaupun Hu Tao tak menempelkan ponselnya di telinga.

“Siapa? Pangeran mana lagi ini?” sindir Hu Tao, menggoda penelepon anonim tersebut.

Tsk, ini gue yang selalu nemuin pouch lo, si lawan tak dapat lagi melawan godaannya, Hu Tao pun terkekeh, suaranya seperti anak gadis yang ditelepon oleh pacar pertamanya (walaupun Hu Tao belum pernah berpacaran).

“OH! Si datar?”

Iya,

Hu Tao menangkup mulut agar tawanya tak didengar oleh lawan bicaranya yang ia sendiri tak tahu namanya sampai saat ini.

“Gue denger,”

Ekspresi wajah Hu Tao berubah sepersekian detik kemudian, sama datarnya seperti bayangan gadis itu terhadap lelaki terduga jodohnya.

“Nama lo siapa?” tanya Hu Tao.

Bukannya lo bilang lebih baik kita gak saling kenal? jawabannya membuat Hu Tao menutup teleponnya dengan cepat.

Beberapa detik kemudian, panggilan masuk dari nomor yang sama tertampang di layar gawai Hu Tao.

“Apa lagi, Stranger?”

Gue sengaja nulis nomor gue di sana, kalau misalnya ada yang nemuin pouch itu selain gue, bisa gue anterin ke rumah lo langsung,

Mendengar jawaban itu membuat kupu-kupu di perut Hu Tao kembali berterbangan. Bisa-bisanya lelaki itu mengucapkan hal tak masuk akal (namun terdengar manis) di telinga si surai hitam panjang itu.

“Tapi tulisan lo—”

Sengaja gue kecilin emang,

Hu Tao terdiam, tak tahu lagi harus berkata apa setelahnya. Mereka tak lagi bicara setelah itu, teleponnya dibiarkan menggantung seperti perasaan.

“Halo?” sahut Hu Tao pelan.

Kenapa?

“Banyak juga pulsa lo, ya?!” sindir Hu Tao sinis, tapi seluruh tubuhnya sudah bergetar kegirangan.

Dari luar kamar, Zhongli hanya mengintip gelagat Hu Tao dari celah pintu. Ia menahan tawanya agar sang adik tidak mengetahui misi penyamaran Zhongli, padahal ia sedang membawakan kudapan untuk adiknya setelah Hu Tao bekerja keras selama sebulan terakhir.

“Serius? Nama lo siapa?”

Xiao, jawabnya singkat.

“Oh...”

Lagi-lagi mereka terdiam.

Gue tutup aja kali, ya?

“Udahan?”

Iya, gue mau samperin lo aja langsung,

“HAH?!”

Hu Tao terperanjat lalu berlari ke arah lemari, Zhongli mengurungkan niatnya untuk memberikan kudapan kepada Hu Tao karena gadis itu tengah asik memilih baju.

Di tempat yang berbeda, Xiao mengutuk dirinya sendiri karena hatinya mulai hidup tepat setelah mendengar suara manis Hu Tao.

“Goblok, bisa-bisanya otak sama hati gak singkron!” runtuk Xiao kesal.

“Ah, bodoh amat!”

Xiao berjalan ke arah lemari lalu memilih baju hitam lengan pendek favoritnya lalu ditutupi oleh jaket jeans untuk menyembunyikan tato di seluruh tubuhnya. Setelah semuanya siap, Xiao mengambil kunci motor dari atas meja kerjanya lalu pergi ke rumah Hu Tao.

Kenapa hati gue deg-degan terus?! runtuk Xiao juga Hu Tao, di tempat yang berbeda.

-to be continued

WHY 18?

Chapter 8: Alunan Musik Klasik Harbingers cw: toys, masturbation, violence, bloods, harsh words, prostitution

Lantunan musik klasik mengalir indah dari piano yang dimainkan oleh La Signora. Ya, putri bungsu Harbingers itu sangat menyukai musik klasik dan piawai memainkannya. La Signora berada satu tingkat di atas Childe, sebagai perempuan paling muda, ia benar-benar dimanjakan oleh Pierro, ayahnya. Seluruh keinginan Signora selalu dikabulkan sementara Childe harus mati-matian bertarung untuk mendapatkan apa yang diinginkan, satu-satunya kemudahan Childe di dunia ini hanyalah wajah tampannya.

“Permainanmu lebih baik dari sebelumnya,” ucap Arlecchino, sang ibu.

Signora tersenyum ke arah Arlecchino setelah selesai memainkan lagu favoritnya, Für Elise karya Beethoven. Gadis riang itu tak pernah bertemu dengan masalah-masalah di Teyvat karena ia tak pernah keluar rumah selama 20 tahun, tak hanya pandai di bidang musik, Signora pun terbilang cerdas jika berurusan dengan nilai akademik meski ia hanya homeschooling.

“Perlombaan selanjutnya akan diselenggarakan bulan ini, kamu pasti bisa menang dengan mudah karena lawanmu tidak sebaik kamu, Nak.” Arlecchino tersenyum sembari merangkul Signora penuh kasih sayang. Ia mengecup pipi Signora dengan lembut, gadis itu merasa sedang di awang-awang karena pujian itu.

Setelah membereskan pianonya, Signora kembali ke kamar dengan senyum yang lebar. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk nan mahal yang diekspor dari luar negeri, namun beberapa detik kemudian raut wajahnya berubah tak seperti gadis riang yang orang kenal.

“Ah, gue capek banget jadi orang bodoh...”

La Signora mengambil sebuah benda kecil dari nakasnya, benda itu berwarna merah muda dan masih bergetar saat diambil oleh si surai putih.

“Lho, belum dimatiin, ya? Batrenya masih cukup gak, ya?” gumam Signora panik.

Diletakkan benda itu di lehernya, sensasi yang ia dapatkan dari getaran itu membuatnya mendesah kecil. Signora memainkan liang kemaluannya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya mengeksplorasi bagian lehernya dengan vibrator.

“Pangeranku...” rintih Signora saat mendapatkan kenikmatan itu.

Signora memejamkan matanya perlahan, ia sudah kehilangan akal sehat, jari tengahnya mulai menusuk ke dalam vaginanya, penetrasi yang ia lakukan memiliki tempo sama seperti ia memainkan musik-musik klasiknya. Mulai dari yang terpelan, sampai yang paling cepat.

Signora mengambil sebuah kain putih lalu membekap dirinya dengan kain tersebut agar orang-orang di luar tak mendengarkan suara desahannya.

“Udah basah,”

Gadis itu meletakkan vibrator tadi di atas clitorisnya, memutarnya perlahan hingga dirinya semakin bergairah dan mengerang dengan ganas, namun kain yang menutupi mulutnya berhasil mengedapkan suara manis gadis itu.

Dikit lagi!

Semakin kencang penetrasi jarinya, semakin bergetar pula tubuh mungil si surai putih, rasa mual di perutnya mulai terasa karena kain yang menempel di mulutnya itu tak pernah ia cuci karena takut ketahuan oleh para asisten rumah tangga.

Anghh!

Getaran itu kini tampak dari tubuh Signora, puncak kenikmatan yang ia rasakan semakin dahsyat ketika gadis itu sedang lelah. Rasanya seperti seluruh perjuangannya untuk memenuhi ekspektasi Arlecchino terbayar oleh kenikmatan saat ia berada di puncak birahinya. Signora mengelap vaginanya yang masih basah itu dengan kain yang ada di mulutnya, wajah gadis itu memerah dengan nafas tak tertata, senyum polosnya tak seperti gelagatnya saat ini. Signora hanya meniru semua perlakuan saudara-saudaranya terkhusus Columbina, perempuan bersurai hitam itu kerap memainkan dirinya sendiri karena tak ada laki-laki yang pantas untuk menyetubuhinya.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar, panggilan yang ditujukan kepada Signora membuat gadis itu bergegas merapikan pakaian serta kasurnya. Setelah semua dirasa aman, Signora membuka pintu kamarnya hingga mendapati Pierro sudah berdiri menunggu sang putri untuk menyambutnya.

“Ayah!” peluk Signora.

Pierro hanya memeluk putrinya dengan sebelah tangan, matanya tertuju pada vibrator yang masih tergeletak di atas lantai.

Pierro mendorong tubuh Signora hingga gadis itu tersungkur ke lantai, dengan cepat ia mengambil benda kecil itu lalu menunjukkannya kepada Signora.

“Apa ini?” tanya Pierro dengan suara beratnya.

Signora tak lagi bisa berkata-kata, wajah khawatirnya membuat asumsi Pierro benar bahwa putri bungsunya tersebut berani bermain dengan dirinya sendiri.

“Bisa-bisanya kamu masturbasi di rumah suci ini,” lanjut Pierro karena Signora melakukan pembelaan.

“A-Ayah, Nora bisa jelaskan—”

“Diam!”

Suara itu terdengar sampai ke bawah, Arlecchino buru-buru menyusul ke kamar Signora setelah mendengar suara bentakan Pierro.

“Ada apa?” tanya Arlecchino, namun matanya sudah terfokus kepada benda yang dipegang oleh sang suami.

“Apa yang kamu lakukan, Nak?!” teriak Arlecchino histeris.

Signora hanya menundukkan kepalanya, kepalan tangannya terlihat oleh Pierro. Pria bersurai putih itu menampar Signora dengan keras sehingga gadis itu terpelanting beberapa kali sebelum menabrak lemari kayu miliknya.

“Saya tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi lonte seperti Columbina,”

Pierro berjalan ke arah Signora lalu menarik paksa rambutnya, Signora terus meminta ampun kepada sang ayah namun hati Pierro sudah tertutupi oleh amarah yang besar.

Pierro membanting kepala Signora ke lantai, suara keramik pecah pun terdengar ditambah teriakan Arlecchino berhasil mengambil perhatian seluruh penghuni rumah Harbingers.

“Sudah, Yah! Sudah!” pinta Arlecchino kepada Pierro.

Namun sayang, apa pun yang sudah dilakukan oleh Pierro tak bisa dibantah oleh sang istri. Pierro menendang tubuh Signora berkali-kali walaupun gadis itu sudah pingsan sejak tadi.

“Biar saja! Biarkan rasa trauma itu sampai anak ini tak berani lagi melakukan hal bodoh ini! Kalau mau berhubungan seks cari laki-laki! Cari suami!” bentak Pierro terus menerus.

Di depan kamar Signora sudah ada Columbina tertawa terbahak-bahak melihat penderitaan si bungsu, tatapan tajam Pierro tak dipedulikan oleh perempuan bersurai hitam itu. Pierro menyenggol tubuh Columbina saat ia berjalan keluar ruangan, disusul oleh Arlecchino dengan tatapan yang sama dengan Pierro ke arahnya.

Setelah Signora sadar, Columbina sudah menduduki tubuhnya hingga gadis itu sulit untuk bergerak. Senyum yang tampak dari wajahnya membuat Signora dirundung oleh ketakutan.

“Sudah, jangan dipikirkan,”

“Setelah sembuh, aku akan ajarkan bagaimana cara berhubungan seks supaya nafsumu bisa terkendali. Plus, kamu bisa mendapatkan uang dari sana,” ujar Columbina sambil mengelus lembut pipi Signora.

Signora menelan ludahnya, saat Columbina beranjak barulah ia dapat bernafas dengan nyaman. Columbina menampar pantat Signora hingga menimbulan sedikit percikan gairah dari diri Signora.

“Oh, kamu suka dikasarin?” tanya Columbina tersenyum.

Signora hanya mengangguk pelan.

“Ha-ha-ha! Cocok untuk dia, tapi kamu harus sembuhkan lukamu terlebih dahulu,”

**

Sesuai permintaan Zhongli, Yelan bertemu dengannya malam ini di pusat kota Liyue. Pria bersurai hitam itu meminta Yelan untuk menjelaskan seluruh anggota keluarga Harbingers agar dirinya bisa menyusun strategi untuk misi rahasianya.

“Silakan duduk,” Zhongli dengan setelan hitamnya sudah menunggu Yelan sejak tadi.

Yelan duduk di depan Zhongli setelah meletakkan laptopnya di atas meja, mereka duduk di sudut Wanmin Restaurant.

“Tenang, tidak ada siapa pun yang mengikuti saya,” ujar Zhongli dengan suara berat.

Foto keluarga Harbingers kini tampak di layar laptop, Yelan menunjuk ke arah Pierro dan Arlecchino bergantian.

“Dia adalah Pierro, dan ini istrinya, Arlecchino,”

“Pierro adalah Walikota Snezhnaya sekaligus founder dari Harbingers Corporation, perusahaan ini tidak jelas ke mana arahnya, yang orang tahu Harbingers Corp. membantu pemerintah Snezhnaya di bidang militer,”

“Sementara Arlecchino direktur utama perusahaan suaminya, dulu Arlecchino adalah salah satu anggota secret services sebelum menikah dengan Pierro. Perempuan itu seorang pengkhianat, sebelum kau masuk direkrut, Arlecchino pernah membeberkan rahasia tim kita sampai Varka harus terus bersembunyi sampai saat ini,”

Zhongli berdeham, “Rahasia apa yang dibeberkan oleh Arlecchino?”

“Saya tidak bisa menjelaskan, ini kode etik,” jawab Yelan sambil menggelengkan kepala.

Pointer milik Yelan kini tertuju pada Sandrone dan Pantalone, walaupun nama mereka sekilas mirip tetapi mereka bukan saudara kembar.

“Sandrone membuat banyak robot untuk kepentingan militer Snezhnaya, setelah diusut ternyata perempuan itu hanya membuat robot seks untuk memuaskan dirinya saja,”

“Sementara Pantalone, ketua umum Northland Bank bersama kakeknya, Pulcinella. Pulcinella adalah ayah dari Pierro, sebelum Pantalone naik menjadi ketua umum, dialah yang bertugas mengurus seluruh dana korup Harbingers,”

“Aliran dana Sandrone berasal dari Pantalone, saya sendiri tidak tahu menahu asalnya dari mana uang yang mereka kumpulkan. Pantalone adalah si sulung, kemudian Sandrone di urutan kedua,”

“Yang ini Capitano,” Yelan menunjuk ke foto Il Capitano.

“Mungkin akan terdengar aneh, tapi Capitano adalah mantan suami Arlecchino,”

Walaupun terkejut, Zhongli tetap berusaha menahan ekspresi wajahnya agar tidak membuyarkan suasana meeting tersebut.

“Pierro dan Capitano sering bergantian memakai Arlecchino, bahkan saat mereka masih sekolah. Arlecchino adalah seorang polyamorous, tapi tempat tinggal Capitano tidak di Snezhnaya. Capitano adalah salah satu petinggi kepolisian di Teyvat,”

“Childe adalah anak dari Capitano dan Arlecchino,”

Yelan menatap ke arah Zhongli beberapa kali, ia berusaha untuk memastikan agar penjelasannya bisa dipahami oleh Zhongli. Walaupun ia tak tahu apa isi kepala orang yang ada di depannya saat ini.

“Selanjutnya Dokter Dottore dan Columbina,”

“Dottore adalah salah satu dokter terkenal di Teyvat, tapi kecerdasannya tak selaras dengan akal sehatnya. Beberapa kali kasus malpraktik yang dilakukan oleh Dottore tertutupi dengan kasus lain. Ya, semacam pengalihan isu,”

“Dottore bermimpi untuk menghidupkan orang yang sudah mati, dengan cara yang keji, yaitu membunuh orang-orang tak bersalah,”

“Lalu Columbina, perempuan itu terkenal di dunia bawah karena paras dan keahliannya, ia sanggup memuaskan nafsu puluhan lelaki yang membeli jasanya dalam satu malam. Terdengar gila, kan? Tapi aku menyaksikannya sendiri saat sedang dalam penyamaran,”

“Selain menjadi prostitusi, Columbina adalah seorang pembunuh bayaran, ia kerap berkhianat seperti ibunya,”

“Oh, ya. Untuk Pulcinella, di samping jabatannya sebagai Ketua Umum Northland Bank, dia juga pernah menjabat sebagai Walikota Snezhnaya,”

“Tapi...”

Yelan menjeda suaranya, rasa ingin tahu Zhongli semakin tinggi karena raut wajahnya berubah seketika.

“Pulcinella dibunuh saat sedang kampanye untuk menjadi presiden di negeri ini,”

“Tebak siapa yang membunuhnya?”

Zhongli berpikir sejenak, hanya ada nama Columbina dan Arlecchino di kepalanya saat ini.

“Kalau kau berpikir dua nama pengkhianat yang sudah kujelaskan barusan, kau salah besar,”

Ekspresi Zhongli berubah setiap detiknya, Yelan terkekeh walaupun di wajahnya tetap terlihat ketakutan saat bercerita.

“Pantalone yang membunuhnya, supaya ia bisa lebih cepat naik jabatan menjadi ketua umum. Kutegaskan saat ini, mereka adalah keluarga orang gila, misimu mungkin akan berjalan lama mengingat Harbingers berisi penjahat kelas kakap,”

“Terakhir, La Signora dan Childe,” lanjut Yelan serius.

“Signora adalah putri kesayangan Arlecchino karena dia satu-satunya yang mewarisi kemampuan bermain musik klasik dari Arlecchino. Gadis malang itu dikurung di rumah selama 20 tahun, Signora tak dibiarkan menghirup udara luar dan mendapatkan cahaya matahari. Paling jauh yang bisa kulihat adalah saat Signora berdiri di balkon rumahnya beberapa tahun lalu,”

“Signora selalu mengikuti perlombaan musik, tapi selama perjalanan menuju venue, dirinya ditutupi oleh peti mati bekas Pulcinella. Jasad Pulcinella dibuang ke laut beberapa hari setelah upacara kematiannya,”

“Sekarang Childe, anak itu yang paling muda di antara para Harbingers. Sering dibilang anak haram karena dia satu-satunya putra dari Capitano, tugasnya adalah menjaga statistik saham milik Harbingers karena sering dijadikan 'wajah' Keluarga Harbingers yang baru setelah kematian Pulcinella. Wajah tampannya memang sering menyihir calon investor, tapi semua itu hanya tipu muslihat, kau lihat sendiri bagaimana kekejian Childe ketika di sekolah. Beberapa kali ia menghamili murid SMA Teyvat tapi berhasil membuat gadis-gadis itu menggugurkan kandungannya karena rayuan manis Childe. Anak itu luar biasa gilanya,”

“Saat ini Harbingers ketar-ketir setelah Childe dikalahkan oleh Itto—maaf, olehmu,”

“Zhongli, beruntung kau kembali menjadi anak sekolahan tanpa harus menyamar sepertiku. Ini adalah mukjizat pemberian Tuhan lewat dirimu, aku tak tahu tugas apa yang diberikan Varka kepadamu, tapi sepertinya rencana ini berjalan dengan lancar,”

Yang dipuji mengangguk, tapi tak menunjukkan senyumnya. Zhongli beranjak dari kursi lalu meninggalkan Yelan seorang diri setelah mendapatkan informasi yang ia butuhkan.

Di depan Wanmin Restaurant, Zhongli bertemu sosok perempuan yang selama ini ia rindukan.

Ei? batin Zhongli.

“Saya harus bicara denganmu,” ujar Ei sambil menarik paksa lengan lelaki yang sedang ia curigai.

-to be continued

You Keep Me Alive Series Recapitulation

Teyvat merupakan tempat yang menarik dengan segala cerita dari setiap karakternya. Zhongli dan Ningguang adalah pasangan legendaris dari Liyue, memiliki empat anak yaitu Arataki Itto, Albedo, Gorou, dan Noelle. Mereka pindah ke Teapod Residence karena rumah Keluarga Geo terlalu kecil untuk menampun seluruh penghuninya saat itu.

Si kembar Aether dan Lumine adalah warga baru di Teapod Residence, rumah mereka bersebelahan dengan rumah Keluarga Harbingers yang berisi La Signora, Scaramouche dan Ajax Tartaglia. Rumah baru Keluarga Geo dibangun setelah si kembar pindah ke perumahan tersebut.

Mengawali hidup sebagai siswa baru di SMA Teyvat membuat Aether dan Lumine harus menata hidupnya kembali setelah pontang-panting dikelilingi oleh musuh karena mereka sedikit 'berbeda' dari manusia pada umumnya. Rambut si kembar memiliki corak emas dan beberapa kondisi fisik lain sehingga menjadikan mereka target rasis oleh lingkungan mereka di masa lalu.

Xiao adalah ketua kelas 10D, kepribadiannya cukup tertutup namun masih dapat dimaklumi oleh teman-temannya Xingqiu, Amber, Venti, dan Aether. Xiao menyukai Lumine namun ia tak bisa mengungkapkan perasaannya dengan benar. Ganyu (sepupu Xiao) terus mendorongnya agar setidaknya bisa mengungkapkan perasaannya kepada Lumine, akan tetapi Xiao tetap sulit untuk menyatakan isi hatinya karena merasa kalah saing dengan Ajax.

Banyak yang tertarik kepada Lumine, contohnya seperti Xiao, Ajax, dan Razor. Hanya Ajax yang bisa berinteraksi dengan si surai pirang itu walaupun Lumine sedikit risih pada awalnya. Xiao dan Razor hanya bisa mendekati Lumine di waktu-waktu tertentu.

Karena kesalahpahaman antara Ajax dan Scaramouche, La Signora memutuskan hubungan keluarganya dengan Ajax karena lelaki bersurai oranye itu lebih memilih untuk liburan bersama Lumine dkk ketimbang menolong Scaramouche ketika sedang dikeroyok oleh orang-orang yang memiliki dendam dengan Harbingers. Ajax tidak memiliki tempat tinggal, tiba-tiba Lumine menyuruhnya untuk tinggal bersama si kembar atas persetujuan Aether, namun karena Aether tahu Ajax memiliki perasaan kepada Lumine, sang abang memberikan syarat jika ingin tinggal bersama si kembar. Ajax tidak boleh berpacaran dengan Lumine selama ia tinggal di sana.

Arataki Itto adalah anak sulung dari Keluarga Geo, ia adalah lelaki penuh dengan kebencian dan keributan. Ia diberi tugas oleh Zhongli untuk menjaga keluarganya dari orang-orang yang membenci keluarganya, Noelle kerap menjadi sasaran namun Itto selalu membereskan masalah keluarga mereka dengan cepat. Itto dikagumi oleh Kujou Sara, seorang anak yatim piatu dari Panti Asuhan Euthymia milik Raiden bersaudara, Raiden Ei (Baal) dan Raiden Makoto (Raiden Shogun). Kini Kujou Sara sudah menjadi gadis dewasa, sambil menunggu kelulusannya ia terus mengejar hati Itto walaupun lelaki tersebut tak kunjung membalas perasaannya karena Itto masih belum bisa melupakan kenangannya dengan mantan kekasih, mendiang Raiden Ei karena harus mati saat penobatannya sebagai Putri Inazuma.

Diluc Ragnvindr merupakan saudara dari Kaeya Alberich, Diluc menikah dengan Jean Gunnhildr dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama Klee Ragnvindr-Gunnhildr. Namun keberadaan Diluc selalu menjadi tanda tanya karena pria itu selalu menghilang secara misterius dan tak pernah hadir di keluarganya. Sampai akhirnya berita kecelakaan Diluc di Dragonspine kembali menyatukan keluarga mereka barang sebentar saja. Diluc mati setelah hampir sebagian tubuhnya diamputasi karena kecelakaan fatal yang menimpanya. Kini Jean dan Klee hidup berdua di Mondstadt.

Fischl adalah gadis yang cerdas, namun orang tuanya selalu memaksanya untuk menjadi nomor satu di sekolah. Ketika Fischl gagal menjadi siswa terbaik saat masuk SMA, sang ibu, Mariane, menyiksanya habis-habisan hingga mengaktifkan sesuatu dari tubuhnya. Ya, Fischl merupakan Celestia pertama dari kalangan bangsawan, ia menyandang kekuatan tersebut dari Keluarga Oldenburg. Zhongli mengetahui hal tersebut lalu memenjarakan Mariane di panti rehabilitasi jiwa di Snezhnaya.

Razor mencari tahu sosok ayahnya namun tak pernah mendapatkan jawaban dari Lisa, sang ibu terus menutupi kebenaran itu hingga akhirnya Razor bertanya langsung kepada Jean perihal sang ayah. Saat kondisi terdesak, Lisa pun mengatakan yang sejujurnya tentang ayah biologis Razor, yaitu Diluc Ragnvindr. Jean terkejut, ia menyadari kondisi fisik Razor begitu menyerupai mendiang suaminya. Setelah kebenaran tersebut terungkap, Lisa mengajak Jean dan Barbara, adiknya, untuk tinggal bersama di Teapod Residence.

Albedo dan Sucrose adalah mahasiswa tingkat akhir di Teyvat University, mereka berdua memadu kasih karena terpengaruh oleh alkohol yang diminumnya saat sedang rapuh. Semenjak itu Sucrose mengandung anak dari Albedo, lelakinya sungguh bahagia dan hendak mengenalkan Sucrose kepada keluarganya, meskipun takut, Sucrose memberanikan diri untuk datang ke rumah Keluarga Geo dan beruntungnya ia disambut baik oleh Ningguang. Albedo dan Sucrose menikah setelah mereka berdua wisuda beberapa bulan kemudian.

Itto terlibat dalam tawuran sekolah, ia kembali menjadi dalang sejak kelulusannya 10 tahun lalu. Ia ditahan di penjara namun Zhongli enggan untuk membebaskannya karena Keluarga Geo kerap menggunakan uang untuk menyelesaikan masalah, keputusan Zhongli disetujui oleh Itto sehingga ia harus mendekam di penjara selama satu bulan atas bantuan Yanfei.

Setelah Itto keluar dari penjara, Zhongli terlibat kecelakaan tunggal. Itto yang mengetahui siapa dalangnya langsung mencari para Fatui (bawahan Keluarga Harbingers) dan membunuhnya dengan kejam. Itto membawa kepala orang yang mencelakakan ayahnya ke kantor polisi lalu menyerahkan diri.

Eula dan Rosaria merupakan kakak adik namun berbeda bapak, Rosaria memiliki hubungan dengan Kaeya, mereka dipergok oleh Eula saat sedang bercinta di kediamannya. Eula memutuskan hubungannya dengan Rosaria lalu pindah ke Teapod Residence.

Yoimiya baru saja putus dari Kaedehara Kazuha, gadis itu galau bukan main semenjak tahu Kazuha langsung memiliki hubungan dengan Sangonomiya Kokomi. Kokomi adalah Ketua OSIS baru setelah lengsernya Kujou Sara di tahun sebelumnya, bersama Aether, Ayaka, dan Noelle, era baru OSIS SMA Teyvat di bawah kepemimpinan Kokomi dimulai.

Itto di penjara setelah membunuh Fatui yang menyamar menjadi pihak kepolisian, sidangnya kali ini akan ditentukan oleh seorang hakim muda dari Klan Kamisato, yaitu Kamisato Ayato. Karena rasa bencinya kepada Itto di masa lalu, Ayato memvonis pria gondrong tersebut dengan vonis hukuman mati. Itto diberi waktu tujuh hari untuk menyelesaikan urusannya di dunia.

Salah satu dari Raiden kembar, yakni Raiden Shogun mengungkapkan kejujuran bahwa dia sebenarnya adalah Raiden Ei yang mengganti identitasnya menjadi Raiden Makoto agar tidak dibunuh karena ia adalah seorang Celestia. Sejak Perang Archon Pertama, Zhongli diutus oleh Tsaritsa untuk membunuh seluruh Celestia dan keluarga bangsawan yang tersisa di Teyvat, Raiden Ei adalah salah satu yang harus dibunuh oleh Zhongli. Rencana Ei berhasil, ia bertukar identitas dengan Makoto yang tak tahu apa-apa, kini Ei bersemayam di balik identitasnya sebagai Pelaksana Pemerintah Inazuma menggunakan nama Raiden Makoto atau Raiden Shogun jika di kalangan awam.

Yae Miko adalah salah satu orang yang membenci Keluarga Geo, ia terus menekan Kujou Sara agar melupakan Arataki Itto. Atas persetujuan sepihak antara dirinya dan Raiden Shogun, Yae Miko memutus saraf kaki Sara hingga gadis itu tak bisa lagi berjalan. Sebelum Sara dihukum, ia menginap dengan Itto beberapa hari sebelum ia membunuh anggota Fatui. Sara mengandung anak Itto dan menemaninya di hari-hari terakhir sebelum Itto dihukum mati.

Arataki Itto menceritakan sebuah fakta kepada Albedo, ia adalah anak dari hubungan di luar pernikahan Zhongli dan Ningguang sebelum mereka menikah. Sebagai anak haram, Itto terpaksa melakukan tugas kotor milik Keluarga Geo tanpa sepengetahuan anggota keluarga lainnya, termasuk Ningguang. Kecurigaan Ningguang terbayar setelah Itto menceritakan hal tersebut di hari yang berbeda, karena status Zhongli sebagai Pahlawan Teyvat begitu menjanggal di hati sang istri.

Zhongli ditugaskan untuk membunuh Tsaritsa sebagai misi terakhirnya, setelah perempuan itu terbunuh, dua anak yang menyaksikan peristiwa tersebut (Scaramouche dan Ajax Tartaglia) menyimpan dendam kepada Keluarga Geo khususnya Zhongli.

Tsaritsa adalah Celestia Kuno, ia memiliki anak kembar bernama Aether dan Lumine. Para Celestia Kuno memiliki ciri khas dari rambut corak emasnya, di akhir cerita diketahui Sangonomiya Kokomi adalah putri haram dari hubungan Tsaritsa dan Tuan Sangonomiya di masa lalu. Aether, Lumine, dan Kokomi adalah Celestia Kuno yang tersisa.

Berbeda dengan Celestia, para Celestia Kuno tidak memiliki kekuatan magis. Celestia Kuno adalah orang-orang yang membangun Teyvat di masa lalu, mereka mengutus orang-orang terpilih untuk menjadi Celestia agar dapat menjaganya hingga akhir hayat. Pengangkatan mereka sebagai Celestia adalah dari pengalaman pahit atau menyakitkan di calon kandidat, Fischl merupakan contoh pertama, dan Raiden Ei yang menyamar jadi Raiden Shogun ketika melihat Itto dihukum mati di hari penghakimannya.

Pasca kematian Itto, Teyvat seakan muram. Semua orang kembali hidup dengan jalan yang mereka pilih, termasuk Sara, ia melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Yun Jin oleh Ningguang. Sara menjadi seorang ibu di usia muda yakni 18 tahun.

Aether menolak hubungan Ajax dan Lumine karena tak sengaja Ajax mengungkapkan perasaannya kepada Lumine setelah Razor mengungkapkan perasaannya lebih dulu. Aether marah lalu mengusir Ajax secara tidak hormat, lelaki jangkung itu tinggal bersama Thoma setelah diusir dari rumah si kembar.

Alasan Aether menolak Ajax adalah karena dendamnya kepada rakyat Snezhnaya yang selalu menjadikan si kembar korban rasisme. Mereka selalu dirundung sejak mereka kecil, namun Ajax dan Scaramouche (mengenalkan diri sebagai Tartaglia dan Kunikuzushi) ternyata membantu si kembar tanpa mengetahui identitas mereka di masa lalu. Setelah tahu kebenaran tentang masalah itu, Aether mulai memaafkan dan menerima Ajax.

Yoimiya adalah korban dari rantai setan penyebaran narkoba, gadis itu juga sering melakukan cutting sehingga ia menutupi seluruh tubuhnya dengan tato walaupun ia masih berstatus sebagai anak sekolah. Setelah bertemu dengan Xiao, Yoimiya mulai sadar bahwa ada harapan untuk hidupnya agar bisa melupakan Kazuha. Saat Yoimiya dinyatakan lulus rehabilitasi, hasratnya untuk menggunakan obat terlarang itu masih ada, ia kembali terbawa arus hingga lupa akan darah yang terus mengalir di sekujur tubuhnya, beruntung Xiao menemuinya dan membawa Yoimiya ke rumah sakit. Naasnya Yoimiya meninggal dunia karena kekurangan darah.

Kecelakaan tunggal Zhongli akhirnya terungkap, para Fatui bawahan Scaramouche ternyata dibayar oleh Yanfei untuk mencelakakan Zhongli. Tidak ada alasan spesifik mengapa Yanfei (pengacara Keluarga Geo) tega melakukan hal gila tersebut, sampai akhirnya fakta itu diungkap oleh Teppei kepada Ningguang, Yanfei memiliki sakit jiwa (multiple personality disorder). Scaramouche mengetahui hal itu namun memilih untuk bungkam, sehingga La Signora harus rela menahan malu karena dipermalukan oleh Yanfei saat pesta jamuan rumah baru Jean dan Lisa di Teapod Residence.

Xiao dan Ganyu adalah anak angkat Zhongli, dulu orang tua Xiao adalah teman seperjuangan Zhongli sementara kakek Ganyu adalah penempa senjata sakti milik Zhongli.

Sucrose melahirkan secara prematur, Sucrose melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Sayu. Sayu tumbuh sebagai anak yang pemalu dan tertutup, mengikuti sifat Sucrose karena ia memiliki sifat yang sama.

Beberapa saat setelah kematian Itto, Raiden Shogun (Ei) menyendiri di Pulau Tsurumi. Yae Miko datang menyusulnya untuk menyadarkan Raiden Shogun tentang apa yang telah terjadi. Saat itu juga Raiden Shogun mengungkap identitas sebenarnya, ia adalah seorang Celestia dan masih hidup karena dirinya bertukar identitas dengan kembarannya, Raiden Makoto. Karena Yae Miko dididik untuk patuh kepada Celestia, ia menangis ketakutan karena selama ini ia selalu membangkang kepada Raiden Shogun, alasannya karena pelayan khusus Euthymia tersebut memiliki kedudukan yang setara dengan Raiden Shogun namun harus patuh kepada yang lebih tinggi, yaitu Celestia dari Euthymia Raiden Ei. Raiden Ei membunuh Yae Miko karena tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, saat itu Yae Miko menyiksa Kujou Sara tanpa persetujuan Raiden Ei yang saat itu meminta Yae Miko untuk membawa Kujou Sara kembali tanpa cacat.

Raiden Ei hilang dari peredaran, Klan Kamisato kini diangkat menjadi pejabat tinggi di Inazuma. Kamisato Ayato bertugas sebagai Pelaksana Pemerintah Inazuma sementara Kamisato Ayaka menjadi Putri Inazuma pertama tanpa darah seorang Celestia di tubuhnya, menjadikan Inazuma sebagai negeri tanpa campur tangan Celestia pertama di Teyvat.

Venti dan Barbara menikah, saat itu Aether berstatus sebagai kekasih Keqing sementara Lumine bersama Ajax. Kehidupan mereka mulai membaik semenjak itu.

Yanfei ditahan sampai waktu yang tak dapat ditentukan di penjara tingkat keamanan tertinggi. Kujou Sara dan Yun Jin berkunjung ke makam Itto bersama anggota Keluarga Geo lainnya. Alasan Sara tetap bertahan hidup sampai saat ini adalah karena Itto menitipkan harta berharga dalam hidupnya yaitu sang anak, semua orang memiliki alasan untuk tetap bertahan hidup, itu yang menjadikan AU ini berjudul You Keep Me Alive.

END OF SEASON 1

5 tahun kemudian, Mona Megistus dijodohkan dengan Scaramouche. La Signora menunggu kehadiran Scaramouche setelah pergi dari rumah selama 3 tahun, alasan Scaramouche pergi dari rumah adalah untuk mencari saudaranya yang mendekam di penjara Fontaine. Dulu anggota keluarga Harbingers yang diketahui hanya 3 orang, setelah itu satu persatu anggota keluarganya mulai muncul, orang pertama yang diungkap adalah Il Dottore.

Badai besar kembali terjadi di Pulau Tsurumi, peristiwa itu hanya terjadi setahun sekali di tanggal 1 Juni. Kujou Sara mendapati ada yang aneh tentang peristiwa tersebut, badai itu selalu terjadi di hari ulang tahun Arataki Itto. Banyak sejarawan memandang fenomena aneh tersebut, karena hanya Celestia yang mampu menciptakan badai sebesar itu. Memang karena kesedihan Raiden Ei-lah yang mengakibatkan badai itu terjadi.

Il Dottore lepas dari penjara Harbingers seorang diri, ia mampu menghancurkan penjara dengan keamanan tingkat tinggi itu seorang diri. Saat Il Dottore bertemu dengan Scaramouche, Scaramouche memberikan seluruh hak milik Fatui kepada Il Dottore namun ia malah mengubahnya menjadi The Underworlds. Il Dottore memiliki dendam kepada La Signora karena ia dengan mudahnya menjual Snezhnaya kepada Madame Ping serta mengubah nilai kedokteran Il Dottore hingga ia kalah dengan Baizhu saat itu.

Setelah merasa dikhianati, Scaramouche membakar rumah Harbingers sampai hangus. Sisa keluarga Harbingers terpaksa mengungsi di rumah Keluarga Geo sambil menunggu Ajax yang hilang entah ke mana.

Lumine tertipu oleh Ajax, setelah mendapat telepon darurat, Lumine mencari Ajax ke rumah sakit di Liyue, ternyata telepon itu adalah rencana Il Dottore. Aether pergi menyusul Lumine namun gadis itu sudah diculik lebih dulu oleh Il Dottore.

Dainsleif tiba di Teapod Residence, namun kedatangannya malah dihadiahi oleh api yang berkobar hebat akibat Scaramouche. Saat ia berusaha menolong La Signora, rumah Harbingers secara misterius hujan lebat hingga api tersebut padam. Ia tahu bahwa ini adalah ulah Raiden Ei.

Sejak Il Dottore lepas, terornya begitu mengerikan. Ia menyiksa banyak orang, Rosaria contohnya, jari tangan, kaki, dan lidahnya dipotong oleh Il Dottore agar Rosaria tidak bisa menjadi saksi untuk kejahatannya. Lain halnya dengan Beidou, ia mencongkel mata kanan Beidou hingga gadis itu buta seutuhnya. Niat Il Dottore saat mengambil mata Beidou agar ia bisa memberikan mata tersebut kepada La Signora sebagai bukti kebencian terhadap saudarinya.

Il Dottore sama seperti Yanfei, ia memiliki kepribadian ganda. Emosinya mudah tersulut, saat ia makan malam di Wanmin Restaurant, Il Dottore melihat headline news tentang kasus lain, karena merasa dirinya kalah pamor, Il Dottore membunuh Chef Mao (ayah dari Xiangling) dengan bengis.

Il Dottore memiliki misi untuk membunuh seluruh Celestia Kuno, target pertamanya adalah Sangonomiya Kokomi. Il Dottore menculik Kokomi saat sedang menjenguk Beidou di Inazuma, Kokomi yang saat itu menjadi kekasih Kazuha hilang tanpa kabar. Il Dottore menyembunyikan Kokomi di suatu tempat.

Selain Il Dottore, teror lainnya mulai datang. Madame Ping secara misterius dibunuh oleh seorang pria bertopeng gagak, keberadaan terakhirnya saat itu di Wangshu Inn setelah bertemu dengan Baizhu. Baizhu bekerja sama dengan Harbingers untuk kepentingannya sendiri, namun Il Dottore tidak setuju akan hal itu.

Xiao (saat ini berstatus sebagai kekasih Xiangling) masih bingung dengan warisan Zhongli. Zhongli memberikan tongkat sakti kepada Xiao yang seharusnya diberikan kepada Itto jika ia masih hidup. Perjalanan Xiao mencari maksud Zhongli akhirnya terjawab saat Trio Bocah Liyue, Little Meng, Little Lulu, dan Little Feng memberikan surat wasiat Itto di Pelabuhan Liyue. Xiao mengambil topeng iblis milik Itto lalu melanjutkan perjuangan abangnya untuk memberantas kejahatan.

Fischl diserang oleh Baizhu untuk mendapatkan kekuatan Celestia-nya, gadis itu memiliki kekuatan 'suara hati', Fischl mampu menyuarakan suara hatinya sebesar mungkin sehingga niat jahat Baizhu tertahan karena Fischl diselamatkan oleh Mona.

Teror terus berlanjut, Yun Jin menemukan sebuah jurnal berlumuran darah di rumah Keluarga Geo. Banyak nama yang dikenal oleh gadis itu, nama-nama tersebut adalah orang yang harus dibunuh oleh si pria bertopeng gagak. Yun Jin ketahuan oleh si pemilik jurnal, ia adalah Ajax.

Yun Jin kabur setelah Shenhe menyuruhnya untuk pergi, namun si gadis itu salah mengartikan maksud Yun Jin. Yun Jin berlari jauh dari Teapod Residence hingga bertemu dengan Scaramouche, gadis itu memaksa pergi sampai Scaramouche mengiyakan permintaan Yun Jin. Scaramouche pergi bersama Yun Jin dan Mona Megistus ke Snezhnaya.

Zhongli menitipkan Teapod Residence kepada Ajax tanpa tahu kebenarannya. Zhongli pergi bersama Xiao untuk mencari Yun Jin, di saat yang sama Shenhe bersama Arataki Gang berpisah untuk mencari Yun Jin. Di Qingce Village, Arataki Gang bertemu dengan Baizhu, mereka tertipu oleh kebaikan Baizhu lalu dibunuh untuk kepentingan pribadi Ajax si pria bertopeng gagak.