auteurlavie

the girl's who love writing

IV. Little Space

“Emang gak bisa apa ya gua tenang dikit? Anjir ini dah malem banget, harus ke busan lagi”

Jongseong mengomel sambil jalan ke parkiran mobilnya, padahal ia sudah menyiapkan beberapa perlengkapan untuk menonton. Tapi ada panggilan darurat, bahwa salah satu kapal mereka menabrak kapal lainnya di perairan busan.

Di tambah sekarang ia harus menjemput atasannya, sebenarnya ia masih agak sedikit canggung dengan atasannya di tambah masalah beberapa hari ini yang me yeret nama dirinya dan juga atasannya secara tidak langsung, namun ia harus ingat. Bahwa urusan pribadi dan kerjaan tidak boleh di salah gunakan.

Jongseong sudah sampai di depan apartemen atasannya, dan ini sudah ketiga kalinya ia memencet tombol intercom namun tidak ada balasan. Mencoba menelopon namun tidak di angkat walaupun sudah tersambung.

Jongseong sekali lagi memencet tombol intercom dan beberapa detik berikutnya terdengar suara pintu apartemen yang terbuka

“Tata Jeyiiiiiiiiiii~~~~”

Jongseong kaget bukan main, ketika melihat sosok atasannya yang tersenyum senang dan berlari ke arahnya kemudian memeluknya.

“Tata jeyii napa lama?? Hoonie dah capekkk”

Atasannya tersebut masih memeluk Jongseong, sedangkan Jongseong masih terdiam.

“Tata Jeyii napa??”

Atasannya tersebut melepaskan pelukannya dan menatap Jongseong.

“Tata Jeyii nda seneng ya? Ketemu ama Hoonie? Uhueekkkkk!!!”

mampus

“Gak bukan gitu Hoonie, kakak Jeli seneng kok ketemu sama Hoonie”

Atasannya tadi menatap ke arah Jomgseong.

“Kalo seneng, mana jeyi punya Hoonie? Nda bawa yaa??”

Ini Jongseong gak tau harus gimana, sekarang ia harus segera pergi namun kondisi atasannya tidak memungkin kan untuk Jongseong membawanya.

Tapi Jongseong dalam posisi bimbang, tidak mungkin juga ia meninggalkan atasannya disini sendirian dengan kondisi seperti ini. Jongseong menghela nafasnya untuk sesaat, ia harus bisa mengambil keputusan yang baik.

***

Jam 3 dini hari Busan.

Jongseong membungkukan badannya, lalu berjalan bersama atasannya menuju kamar hotel yang sudah mereka pesan. Untungnya ia bisa menyembunyikan keadaan atasannya dengan memberinya jelly dan coklat yang banyak. Ia pun memesan satu kamar dengan dua kasur yang terpisah.

“Nah, Hoonie nanti bobo disini ya. Kakak Jeyi nanti bobonya disana”

Atasannya yang sekarang sedang memakan sebatang coklat tersebut mengangguk kemudian duduk di atas kasurnya.

“Tata Jeyii, Hoonie ngantuk”

Jongseong menoleh, melihat atasannya sedang mengucek matanya dan menguap lebar. Jongseong tersenyum sedikit.

“Ya udah Hoonie bobo aja dulu yaa”

“Hoonie nda bisa bobo, Hoonie mau di pokpok”

Jongseong mengerutkan keningnya.

“Pokpok!! Tata jeyii pokpok Hoonie bial Hoonie bisa bobo”

Atasannya tersebut berkata sambil memukul bagian belakang badannya dan itu membuat Jongseong terkejut bukan main.

“Ayooooo uheeuuukkkk, hoonieee ngantukkk.. mauu pokpok”

Jongseong dalam hatinya berdoa dan kemudian ia mengikuti apa yang diinginkan oleh atasannya tersebut.

Jongseong terus mempokpok kalo kata Hoonie, sampai atasannya tersebut tertidur dengan pulas.

Jongseong menatap wajah atasannya yang tengah terlelap tersebut, ia menatap setiap garis wajah atasannya.

Hidung yang mancung, garis rahang yang tajam, bulu mata yang letik serta mole di hidungnya.

Garis wajah yang sempurna.

Jongseong tersenyum, menarik selimut sampai batas dada atasannya tersebut.

Jongseong yang masih memandangi wajah sempurna atasannya tersebut, membawa tangannya untuk menyentuh dahi atasannya yang terlihat berkerut karna memikirkan sesuatu.

“Tidur yang nyenyaakk Hoonie”

III. Little Space

Jongseong mencoba memencet mp3 playernya untuk mencari lagu yang pas untuk di dengarkan sepanjang perjalanan menuju rumah makan yang di maksud oleh Jake tadi pagi. Sedangkan Jake hanya memandang kaca jendela dengan pikirannya.

“Sudah ngomong sama bang Heeseung?”

Tanya Jongseong dan ia bisa melihat bahwa Jake menggeleng pelan.

“Kak Heeseung masih pikir kalo hubungan lo sama gua lebih dari teman”

Jawab Jake yang sempat membuat Jongseong tersenyum meremehkan arti dari perkataan Jake tadi.

“Sesayang itu ya lo sama Bang Hee? Gua gak pernah lihat lo sampe kaya gini sebelumnya?”

Jake menoleh, menatap Jongseong yang masih fokus menyetir.

“Gua juga gak tau, tapi yang pasti gua masih sayang sama kak Hee”

“Jake, jangan terlalu sayang sama percaya sama orang. Ntar lo sakit”

Jongseong ngomong sambil terkekeh pelan dan memakirkan mobilnya di restoran yang mereka sebut dalam chat mereka pagi ini.

“Lo masuk duluan nanti gua nyusul, cari parkiran dulu”

Jake mengangguk kemudian berjalan masuk kedalam restoran.

Jongseong sudah memarkirakan mobilnya, namun ketika ia keluar dari mobilnya, ia berpaspasan dengan mobil milik Heeseung dan di dalam mobil tersebut ada atasannya.

Mata Jongseong tidak sengaja bertemu dengan mata Sunghoon yang masih di dalam mobil.

“Wahhh, asek ribut nih!!”

Jongseong melangkan menjauh dari tempat parkir. Mencari dimana Jake berada.

Jake sudah duduk di salah satu tempat favoritenya, di pinggir jendela.

“Lo udah izin sama pacar lo?”

Tanya Jongseong dan Jake mengangguk kecil.

“Pacar lo ada disini, sama atasan gua”

Jake mengerutkan keningnya, kemudian menatap tangan Jongseong yang baru saja menunjuknya ke pintu masuk, disana Heeseung dan Sunghoon masuk sambil terlihat mengobrol.

Jake terdiam kemudian menghela nafasnya, menundukan kepalanya.

“Bang Heeseung!”

Jake menoleh ketika mendengar Jongseong berteriak memanggil nama Heeseung dan Heeseung yang berdiri di depan sana terkejut, sedangkan Sunghoon hanya terdiam.

“Bang Heeseung sini ayo gabung, kebetulan ada Jake juga.. ayoooo!”

Heeseung menatap Sunghoon, kemudian mau tidak mau mereka harus gabung.

***

“Jake bilang, sup ikan disini enak, karna sering pergi makan disini sama bang Heeseung. Mungkin ini juga bang Heeseung sama pak Sunghoon ke sini”

Sambung Jongseong lagi. Heeseung hanya tersenyum.

“Oh iya Jake, gua kan tadi mau cerita sama lo-”

Jake menatap Jongseong, seingatnya Jongseong tidak ada niat untuk bercerita.

“Lu ingat kan sama si Alice? Teman kita waktu sekolah di inggris? Nah dia kemarin cerita sama gua, dia punya pacar terus pacarnya ketahuan selingkuh, nah dianya harus gimana?”

Ada keheningan selama beberapa saat di antara mereka berempat.

“Tapi yang lucunya, malah si Alice di tuduh selingkuh. Padahal Alice cuma main sama temen deketnya doang. Lucu emang orang kalo udah kaya gitu, karna gak mau ketahuan selingkuh malah nuduh Alice yg selingkuh. Benar-benar manusia zaman sekarang”

Jongseong memasukan satu sendok sup ikan ke dalam mulutnya.

“Auchhh... kenapa supnya enak sekali”

Ucapnya lagi tanpa menyadari bahwa suasana sedikit canggung.

“Oh iya pak Sunghoon, saya sudah kirim data yang pak Sunghoon tadi minta lewat email, kita harus kirim tuguboat dan beberapa teknisi ke perairan laut jepang”

Sambungnya lagi, sambil menatap wajah atasannya tersebut.

Ponsel milik Sunghoon berbunyi dan ia mendapatkan panggilan darurat, kemudian ia menatap Jongseong.

“Jongseong kamu ikut saya sekarang, kita harus pergi ke class untuk mengurus masalah kapal yang terjadi”

“Oke bos, Jake pulang ke kantor sama Bang Heeseung ya. Bang pamit”

II. Little Space

Jongseong membulatkan matanya saat masuk kedalam apartemennya siang ini, melihat bagaimana keadaan ruang tamunya yang berantakan seperti kena angin topan beliung. Anggap saja seperti itu.

Dan pelakukanya hanya satu, yang saat ini sedang tertidur di bawah sofa dekat meja sambil memeluk bantal persegi dari sofa.

Pertama mainan lego yang selama ini ia pajang dan telah ia selesaikan semasa gabutnya hancur berantakan, kedua lem cair yang ada di bawah meja juga berantakan, kemana-mana.

Jongseong menghela nafasnya, kemudian berjalan.

“Pak? Eh salah. Dek Hoonie, bangun yuk jangan tidur di sini nanti sakit”

Jongseong mencoba untuk membangunkan atasannya tersebut, namun respon yang ia dapatkan adalah erangan kecil dari atasannya yang malah semakin mempererat pelukannya pada benda empuk berbentuk segiempat tersebut.

Jongseong terdiam sesaat, di lihat bahwa rambut atasannya tersebut terlihat menyatu dan Jongseong bisa tau bahwa sebagian rambut atasannya terkena lem milik Jongseong yang membuat Jongseong menepuk jidatnya.

“Tata Jeyii?”

Jongseong tersenyum begitu atasannya bangun dan segera mengubah posisinya menjadi duduk.

“Hoonie ocen di umaahhh, tata Jeyii ammaa cekaaliiiiiiiiii~~”

Atasannya tersebut terlihat mempout bibirnya dan melipat kedua tanganya, tanda ia kesal.

“Maaf ya Hoonie, nah ini kakak banyak bawa jelly, coklat sama es krim-”

“Yeeaaahhhhh~~~ asssiiiikkkkkk~~ jeyyiii jeyyiiiiiiii~~~ Hooniee ukaaaaa jeyiiiii ama cukaaa tata jeyiiii...”

Atasannya tersebut bergerak heboh karna mendengar bahwa Jongseong membawa makanan kesukaannya.

“Tapi Hoonie harus keramas dulu yaa, itu di rambutnya banyak lem”

Atasannya tersebut mengangguk,kemudian Jongseong membawanya untuk keramas.

***

“Jellynya di makan pelan-pelan ya Hoonie”

Ucap Jongseong ketika atasannya tersebut membuka semua bungkusa jelly yang di beli Jongseong, sedangkan Jongseong tengah membantu mengeringkan rambut atasannya.

Butuh waktu hampir dua jam, untuk membersihkan lem pada rambut atasannya yang berhujung baju Jongseong menjadi basah semua. Dan untungnya, atasannya ini masih bisa menganti pakaian sendiri, membuat hidup Jongseong sedikit selamat.

“Tata jeyiiiii, au akan jeyiinya nda?”

Atasannya menoleh, melihat ke arah Jongseong yang duduk di sofa sedangkan dirinya berada di bawah dengan posisi badannya berada di antara kedua kaki Jongseong yang tengah mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kepala.

Jongseong terdiam, ia menatap wajah atasannya dari jarak yang sedekat ini.

“Aauuu ndaaa?”

Jongseong menggeleng kemudian tersenyum.

“Untuk Hoonie aja, kakak gak suka jelly”

Atasannya terlihat cemberut kemudian melanjutkan makan jellynya sedangkan Jongseong, ia melanjutkan mengeringkan rambut atasannya.

***

Jongseong terbangun dari tidurnya dan melihat arlogi di ruang tengahnya. Jam 8 pagi, yang berarti dia terlambat dan dengan secepat kilat Jongseong masuk ke dalam kamar mandi untuk segera mandi.

Bisa-bisa jika ia terlambat, maka absensinya akan terlihat jelek.

Jongseong yang baru saja keluar kamar mandi terkejut begitu melihat sosok atasannya yang berdiri di depan pintu kamar tidur milik Jongseong yang sedang di tempati oleh atasannya itu.

Jongseong terdiam dan baru saja mengingat bahwa ia tidak memakai atasan sama sekali, hanya handuk yang melilit di pingang miliknya dan juga handuk yang melingkar pada lehernya.

“Aaahhhhhhh~~~~”

Jongseong berteriak sambil menutup bagian depan tubuhnya.

***

“Errhhhh... ini sarapan paginya. Dek Hoon- eh maaf maksud saya pak Hoon- eh dek Sunghoon eh pak Hoon. Ehhhh ini mulut, maaf ya pak Sunghoon”

Jongseong menyerahkan sepiring roti isi yang ia buat kepada atasannya yang dari tadi masih terlihat diam, dan yang Jongseong tau bahwa atasannya sudah kembali ke jiwanya.

Sunghoon menghela nafasnya dalam-dalam.

“Sudah berapa lama, saya disini?”

Tanya Sunghoon.

“Dua hari pak!”

“Lebih cepat dari biasanya”

Gumam Sunghoon kemudian ia memakan roti isi buatan Jongseong.

“Jongseong?”

“Ya pak?”

“Bisa tolong kamu rahasiakan masalah Hoonie pada yang lain? Dan maaf jika Hoonie terlalu merepotkanmu”

Jongseong tersenyum kemudian mengangguk kecil.

“Kalo begitu sekarang kita ke kantor karna sudah terlambat”

I. Little Space

Jongseong yang baru saja masuk ke dalam main office tidak sengaja bertemu dengan Heeseung yang baru saja keluar dari ruangannya yang kebetulan berada di lantai satu.

“Baru pulang bang? Tumben lembur?”

Tanya Jongseong dan Heeseung hanya tersenyum, sambil melirik ke arah Jongseong dari atas sampai bawah.

“Biasa aja bang lihatnya, gua habis masuk tanki sama engine room. Bau keringat minyak sama asap jadi satu, mau cium gak lo?”

Jongseong berjalan mendekat ke arah Heeseung dan Heeseung terlihat menjauh.

“Jauh-jauh lo dari gua! Bau lo, kita beda kasta!”

“Anjir dah lu, sana lo balik!!!”

Usir Jongseong sambil melangkah kan kakinya untuk menuju ruangan, sambil sesekali ia membuka akun privasinya.

Mau nyambat dulu ceritanya.

Jongseong berjalan ke mejanya, namun ia melihat ruangan dari atasannya masih menyala karena penasaran jadi Jongseong mengintip sedikit dan ia bisa melihat bawah atasannya sedang menundukan kepalanya di atas meja kerjanya.

“Jangan-jangan tidur lagi tuh pak Sunghoon? Cek gak ya?”

Jongseong terlihat berpikir, beberapa saat kemudian ia melirik arlogi pemberian mamanya. Jam sudah menunjukan pukul 9 malam.

“Tidur kali ya, gua bangunin aja deh. Mumpung mood gua bagus, kalo jelek mungkin dah gua tinggal. Oke Jongseong, ingat kata mama. Harus baik kepada semua orang, termasuk yang udah jahatin kamu. Walaupun itu susah, ya anggap aja karna pak Sunghoon gak jahat sama gua”

Jongseong berkata dengan yakin, kemudian ia mengetuk pelan pintu ruangan atasannya kemudian berjalan masuk.

“Pak Sunghoon bangun pak, sudah malam. Kalau mau ngeronda jangan disini”

Ucap Jongseong pelan, tapi kemudian mengerutukin mulutnya.

“Maaf pak, hehe bercanda. Tapi pak kita pulang ya udah malem bang-”

“Hiks!”

Jongseong kaget bukan main, dia pikir ada sosok lain yang lagi nangis. Mana dia orangnya penakut, sudah gitu katanya kantornya itu angker.

“Pak!”

Jongseong menyentuk pundak atasannya yang bergetar, kemudian Jongseong di buat kaget waktu atasannya angkat kepala.

Matanya merah, hidungnya juga merah. Pipinya basah karna air mata yang bahkan belum mengering.

Jongseong agak lega sih karna yang nangis itu atasannya.

Tapi tetep aja dia waswas, ini kenapa atasannya nangis anjir.

“Pak. Pak Sunghoon baik-baik aja kan?”

Tanya Jongseong sambil menatap mata atasannya yang sekarang menatapnya dengan tatapan sendu.

“Tata ciapa?”

Jongseong terdiam.

Beberapa detik.

Kemudian ia melirik kanan kiri.

Dalam hatinya ia berkata apa atasannya ini kemasukan atau apa?

“Aku anya tata ni ciapaahh??”

Jongseong mengedipkan matanya.

“Pak? Bapak baik-baik aja kan?”

“Uweee.. tata nii ciapaahh?? Tata au ahat ma hoonie yaahh.. uwaaaaa papaahhhhhh hooniee atutt, maaf hoonie janji ga nakal lagii huhuhu”

Jongseong benar-benar shock sekarang, ngelihat sosok atasannya yang merengkek layaknya anak kecil yang gak di beliin permen.

“Tata au ahat ma hoonie hah?! Ntal hoonie bilang ma kakak hyunn!!”

Jongseong bener-bener gak tau harus ngomong apa sama harus berbuat apa, pikirannya kalut banget.

Gak nyangka anjir kalo atasannya bisa kesurupan.

Jongseong langsung ngeluarin ponselnya buat sambat sebentar, kemudian dia cari satu kotak.

“HYUN!! TAEHYUN!! PLEASE BANTUIN GUA!”

Jongseong terlihat berbicara tidak sabaran, ngebuat Taehyun di sebrang sana yang baru saja mandi dan ingin menikmati me timenya mengomel pada Jongseong.

“Ini urgent anjing.. tapi gua bingung mau ngomong apa-”

“Dengerin dulu makanya, lo kan tau nih tentang hal-hal yang jarang di ketahui. Ini sekarang gua dalam keadaan aneh. Pak Sunghoon nangis, dan manggil dirinya sendiri hoonie hooniee-”

“Tata ahat nda? Hoonie leh penyukk tata? Hoonie atutt...”

Jongseong membulatkan matanya ketika atasannya tersebut menghampirinya dan meraih tangannya, menatap Jongseong dengan wajah berbinar dan sisa-sisa air matanya yang masih tersisa.

“INI GUA GAK TAU HYUN!!! TOLONGI GUAA BANJINGA- ADUH KOK TANGAN GUA DI GIGIT SIH PAK!”

“Tata nda oleh ngomong kacal, nanti jadi enyek!!”

“Enyek enyek gua lagi pusing ini!”

Omel Jongseong, kemudian ini lanjut mengobrol dengan Taehyun.

“Gila lo. Gak mau gua, ngapain bawa pak Sunghoon kerumah”

“Hah apa sydrome little space?”

“Jadi gua harus gimana?”

“Ishh dah, ya udah ya udah. Gua bawa pulang ini pak Sunghoonnya”

“Ma kasih bro!”

Jongseong menatap atasannya yang sekarang terlihat menguap.

“Pak Sunghoon, bapak ke apartemen saya aja dulu ya. Si Taehyun lagi mikirin caranya, nah sekarang saya matiin dulu laptop punya bapak terus kita pulang”

Mendengar kata pulang mata atasan Jongseong kembali berbinar.

“Holeee.... uyangg uyaaanggg uyaaangg!!!”

“Uyang uyang, kuyang kali”

Dumel Jongseong kesal.

Jongseong merapikan barang-baramg milik atasannya tersebut dan ia melihat layar ponsel atasannya yang masih menampilkan chatroom bersama seseorang yang dia kenal.

“HAH? ANJIR?? KOK HAH??”

VII.

Sunghoon memasuki gedung kantornya dan menuju ke ruang serbaguna dimana acara untuk ulang tahun kantornya berlangsung, di depan pintu ia bisa melihat Taehyun dan Beomgyu tengah sibuk menyambut beberapa tamu VIP dan yang lainnya, sedangkan di dekat mereka Geonu sedang sibuk memeriksa HT yang terhubung dengan beberapa panitia untuk memastikan bahwa semuanya berjalan dengan baik dan mereka tidak melakukan kesalahan dalam acara besar ini.

“Hai Sunghoon” Beomgyu menyapa Sunghoon yang berjalan ke arah mereka, “Kalian terlihat seperti sepasang pengantin yang menyambut para tamu” Sunghoon berkata membuat Beomgyu dan Taehyun tertawa lalu menyuruh Sunghoon untuk segera masuk dan duduk di tempat yang sudah di siapkan oleh panitia perdepartemen.

Acara berjalan dengan cukup lancar, di mulai dari kata sambutan Park Jongseong sebagai Direktur Utama dari Perusahaan, di tambah ayah Jongseong yang merupakan pemengang saham terbesar di perusahaan dan yang mendirikan perusahaan tersebut, serta beberapa acara lainnya seperti memberi apresiasi kepada karyawan-karyawan teladan dan karyawan terbaik pada tahun ini. Sunghoon bertepuk tangan ketika nama Beomgyu di panggil untuk menerima penghargaan karena berhasil mencetak 100 judul buku terjemahan yang berbeda dalam tahun ini, yang menjadikan pemasukan paling besar untuk perusahaan.

Sunghoon merasakan suhu di sekitarnya mendadak menjadi panas,kepala pusing dan keringat dingin keluar dari ujung dahinya. Ia mencengkram kuat ujung blazer yang ia gunakan dan mengigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit tubuhnya.

Sunghoon meraih ponsel yang ada di dalam saku blazernya untuk melihat tanggal dan jika dugaannya benar, ini adalah hari dimana seharusnya Heatnya datang dan benar saja, sudah waktunya masa yang paling menyakitkan itu datang dan rasanya Sunghoon akan memaki Heeseung yang sudah membuang semua kalender yang ada di rumahnya.

Sunghoon menatap sekitarnya berusaha untuk tidak terlihat gelisah dan melirik ke arah yang lain, berdoa agar tidak ada yang mengenali aroma Feromonnya yang mungkin sekarang sudah bisa tercium di indra penciuman para Alpha.

Beomgyu menatap Sunghoon yang terlihat gelisah dan wajahnya yang pucat “Hoon lo baik-baik aja kan?”

Beomgyu menepuk pundak Sunghoon dan Sunghoon memasang senyum di wajahnya lalu mengangguk, seolah mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan tidak perlu khawatir,

“Gyu gua permisi ke toilet sebentar” Beomgyu mengangguk kecil dan melihat langkah Sunghoon yang pergi menjauh dari ruangan aula menuju toilet.

Beomgyu mengeluarkan ponselnya dan terlihat menghubungi seseorang.

Jongseong tersenyum dan membungkukan badannya ketika menyapa beberapa tamu VIP dan juga tamu yang di bawa oleh Ayahnya sambil berbincang-bincang tentang beberapa kemajuan yang di alami oleh perusahaan tahun ini.

Jongseong yang semula terlihat sedang asik mengobrol tiba-tiba merasakan bahwa badannya panas dan perasaannya menjadi tidak enak, keringat dingin muncul melewati pelipisnya.

“Jong?” Jongseong menoleh ketika ayahnya memanggilnya karena melihat perubahan pada anaknya itu. Ayah Jongseong segera menarik Jongseong mendekat ke arahnya.

“Jongseong kamu?” Ayah Jongseong melihat kearah Jongseong yang menunjukan kesakitan, “apa yang terjadi?” Tuan Park bertanya dan Jongseong menggeleng serta memegang dadanya yang berdenyut perih.

Jongseong menoleh ke kanan dan ke kiri lalu ia melihat Sunghoon yang berjalan tertatih ke luar ruangan dan pada saat itu lah Jongseong bisa mencium wangi Feromon milik Sunghoon, dan Jongseong juga melihat beberapa orang terlihat meninggalkan ruangan.

“Ayah, aku harus pergi sebentar” Jongseong langsung berjalan meninggalkan Tuan Park yang masih menatap punggung anaknya heran.

Jongseong berjalan menelusuri setiap lorong di perusahaannya yang gelap, mencoba mencari sosok Sunghoon.

Jongseong sudah mencari di toilet lantai satu dan Sunghoon sama sekali tidak ada disana.

“Sunghoon ada di mana sih?”

Jongseong berdecak sebal mencari keberadaan Sunghoon yang tidak kunjung di temukan, bahkan ia bisa melihat ada dua sosok yang sedang berkeliaran dan Jongseong bisa pastikan bahwa kedua sosok tersebut adalah Alpha pemburu.

Jongseong menghentikan langkahnya di depan ruangan editor penterjemah dan di sini lah Jongseong bisa mencium aroma Feromon Sunghoon yang keluar.

Jongseong memutar knop pintu dan masuk ke dalam, benar saja Sunghoon ada di sana, duduk di sudut ruangan yang gelap sambil memengang kedua lututnya.

Tubuh Jongseong tiba-tiba terasa panas ketika ia berjalan mendekat ke arah Sunghoon, lagi dan lagi Feromon yang di keluarkan Sunghoon membuat Jongseong tidak bisa mengendalikan diri.

“Sunghoon” Sunghoon mengangkat kepalanya yang sendari tadi ia nundukan dan Jongseong bisa melihat bahwa wajah Sunghoon terlihat kusut dan berantakan, lebih kacau di bandingkan saat pertemuan mereka bulan lalu.

“Jongseong?” Sunghoon berkata lirih sambil mengigit bibir bawahnya.

“Apa ini sudah waktunya?” Jongseong berjalan ke arah Sunghoon dan Sunghoon bangkit berdiri dan juga berjalan ke arah Jongseong.

“Jongseong” nafas Sunghoon terdengar pelan dan di setiap perkataan yang keluar dari mulut Sunghoon diiringin helaan nafas panjang, menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

“Ayo kita lakukan sekarang!”

Di jodohi III

Sunghoon sebenarnya males banget berurusan sama yang namanya Jongseong, mana nih anak resenya minta ampun terus menerus telepon dia dan bilang kalo misalnya dia mau menghindar.

Sekarang bukan itu yang jadi masalah, Sunghoon bingung gimana nanti malem ketemu sama yang mau di jodohin sama dia padahal ketemuannya sama Jake.

Sunghoon agak diam, terus masuk ke dalam caffe yang di maksud sama Jongseong, tapi langkahnya terhenti untuk sesaat setelah mendapatkan pesan dari Jake.

Jake berkata bahwa kemungkinan hari ini ia akan mengaku ke teman kencan butanya, kepada Jongseong Jake akan mengaku bahwa Jake bukanlah Sunghoon.

“Jongseong?”

Sunghoon mengerutkan keningnya sesaat.

“Woi elah, lo ngapain disana! Gua disini!”

Sunghoon menoleh begitu melihat Jongseong melambaikan tangannya.

“Gua Sunghoon, dia Jongseong?”

Gumam Sunghoon pelan sambil berjalan ke arah Jongseong.

***

Jake masih terdiam di tempatnya, ia sebenarnya bingung mau menyampaikan apa kepada sosok di depannya.

“Jadi maksud kamu, kamu bukan Sunghoon?”

Jake mengangguk kecil, sedangkan sosok di depannya terlihat terkekeh pelan.

Entah kecewa atau marah, Jake tidak mengerti.

“Kayanya lucu banget ya, jadi kamu di suruh sama Sunghoon buat gantiin dia?”

Jake mengangguk untuk sekali lagi.

“Padahal aku benar-benar sudah jatuh hati padamu”

Jake mengangkat kepalanya, kemudian menatap wajah sosok di depannya yang tengah tersenyum padanya.

“Maafkan aku”

Heeseung tersenyum.

“Tidak usah meminta maaf, karna aku juga seperti itu”

Jake mengerutkan keningnya.

“Sejujurnya, aku juga mengantikan temanku. Ya jika kamu bukan Sunghoon maka aku bukan Jongseong”

Untuk beberapa saat Jake terdiam, keduanya saling bertatapan kemudian tertawa bersama menyadari tentang apa yang terjadi pada mereka.

“Jadi kamu menyukaiku sebagai siapa? Jake atau Sunghoon?”

“Aku menyukaimu, apa yang ada dalam dirimu. Entah kamu Jake ataupun Sunghoon atau apapun, aku tidak masalah. Selama itu kamu dan tetap kamu”

Tidak bisa di pungkiri jika rona berwarna merah muda ada di kedua pipi Jake saat ini.

“Kalo begitu mari kita ulang pertemuan kita dari pertama. Perkenalkan aku Lee Heeseung”

“Jake Shim”

“Jake, sejak pertama melihatmu aku benar-benar jatuh hati padamu da-”

“GILA YA LO!! GAK MAU GUA!!”

Perkataan Heeseung terpotong begitu ia mendengar suara yang tidak asing dari bilik belakang.

Ketika ia menoleh, ia melihat sosok yang ia kenal tengah duduk disana dengan sosok lain yang berdiri dan mengeluarkan suara kerasnya.

“Cuma satu hari doang elah, inget gua udah nolongi nyawa lo!”

Jake yang merasa penasaran ikut melihat.

“Sunghoon?”

Heeseung menoleh ke arah Jake.

“Sunghoon?”

Tanya Heeseung dan Jake mengangguk, mengatakan bahwa orang yang sedang marah-marah disana adalah Sunghoon yang asli.

Heeseung untuk sekali lagi tertawa.

“Dan kamu tau, disana yang sedang duduk dengan arogan adalah Jongseong yang asli”

“Hah?”

Jake terkejut bukan main, Heeseung menarik tangan Jake untuk menghampiri mereka.

“Jong-”

“Hoon?”

Kedua sosok yang sedang beradu argumen itu melihat dan menyipitkan kedua mata mereka.

Di jodohin II

“Lo sengaja kan ngikutin gua?”

“Hah?”

Jongseong membuka lebar-lebar rahangnya dan menatap sosok di depannya tidak habis pikir.

“Eh! Lo pikir ini toko punya bapak lo? Ini tempat umum, siapa aja bisa datang!”

Jongseong melihat kedua tangannya sedangkan Sunghoon mengikuti apa yang baru saja Jongseong ikutin.

“Ya gua tau, tapi awas ya lo! Awas kalo lo cari rusuh lagi!”

Sunghoon memalingkan wajah dan memutar tubuhnya, serta membalikan tubuhnya. Harusnya ia bersenang-senang memilih action figure baru untuk menambah koleksinya.

Sekitar lima belas menit setelah memilih-milih, Sunghoon memutuskan untuk membayar dan di kasir ia kembali bertemu dengan Jongseong yang juga akan membayar belanjaannya.

“Lo juga pengemar conan?”

Jongseong menoleh, melihat Sunghoon di belakangnya.

“Menurut lo? Ini gua belanjan conan masa sukanya mangkibau!”

Ketus Jongseong dan Sunghoon memutar bola matanya malas, padahal ia bertanya dengan sungguh-sungguh.

“Santai aja lah, gua kan tanyanya bener-bener”

Jongseong tidak peduli, kemudian ia pergi dari kasir setelah membayar.

Jongseong yang masih ada di deket kasir merasa ada sesuatu yang aneh, sehingga membuatnya mengangkat kepalanya ke atas.

Di atas sana, ada satu lampu sorot yang terlihat akan jatuh kebawah meja kasir, membuat Jongseong mau tidak mau menarik satu satunya orang yang berdiri disana sambil berteriak.

prangkkk!!!

Lampu sorot tersebut benaran jatuh berantakan, membuat seisi toko terkejut.

“Aduh!”

Sunghoon memengang sikutnya yang sepertinya terluka, kemudian melihat Jongseong yang menolongnya tadi.

Mereka berdua jatuh bersamaan di lantai toko dengan sikut Sunghoon yang terluka dan kaki Jongseong yang terkena pecahan kaca dari lampu sorot tersebut.

“Lo ngapain?!”

Kata-kata tersebut keluar begitu saja dari mulut Sunghoon tanpa di sadarinya. Jongseong menatap Sunghoon.

“Menurut lo? Gua lagi jaipongan? Anjir lah!”

***

Sunghoon membawa kantung plastik berisikan obat merah, alkohol serta kapas pembersih. Ia duduk di samping Jongseong, ternyata bukan hanya kakinya yang terluka tapi pelipisnya juga terluka.

“Lo mau jadi superhero ya?”

Tanya Sunghoon dan Jongseong memutar bola matanya.

“Udah di tolongi bukannya bilang makasih! Malah ngatain. Sehat lu?”

“Iye makasih!”

“Ikhlas gak?”

“Iye ikhlas!”

“Kalo gitu obatin gua, gua gak bisa!”

“Banyak maunya anjing!”

***

Jake tersenyum begitu mobil merah berhenti di depannya, Heeseung menurunkan kaca mobilnya lalu menyuruh Jake segera masuk dan mereka akan pergi ke tempat drama musikal.

“Gua gak tau kalo ternyata lo suka sama hal kaya ginian, soalnya jarang banget ketemu sama orang yang suka ginian!”

Heeseung berkata sambil melirik sekilas ke arah Jake.

Jake mengangguk kecil.

“Iya, gua dari kecil emang suka banget sama ginian!”

Akhirnya keduanya sampai juga di tempat pertunjukan, selama perjalanan pun mereka terlihat banyak mengobrol ini dan itu.

Tentang hobi, kesamaan dan kesukaan yang ternyata banyak kemiripan di antara keduanya.

Sunghoon suka apa?”

Tanya Heeseung random begitu mereka sedang menunggu jadwal teater di buka.

“Tentang apa?”

Tanya Jake lagi. Heeseung tersenyum.

“Apa aja, dari semua hal-hal yang paling lo suka?”

Jake terlihat berpikir sebentar.

“Bermain musik. Kalo Jongseong?

“Sunghoon”

“Hah?”

Dijodohin I

Heeseung menghela nafasnya lalu masuk kedalam caffe yang sebelumnya sudah di beri tau oleh Jongseong.

Sebenarnya si merah bukan alasan ia menerima untuk mengantikan sahabatnya itu untuk kencan buta, melainkan karna ia sedang gabut dan tidak ada kegiatan.

Lagian lumayan membawa si merah ke kampus atau jalan-jalan. Si merah mobil kesayangan milik Jongseong yang hanya ada 5 di Korea.

Heeseung berjalan ke salah satu sudut ruangan, dimana disana duduk seseorang yang terlihat tengah menunggu. Mungkin saja orang itu adalah orang yang dimaksud oleh Jongseong.

“Park Sunghoon?”

Heeseung mencoba bertanya kemudian orang yang sedang duduk disana dengan segelas ice coffe lattenya menoleh, tersenyum pada Heeseung.

“Park Jongseong?”

Heeseung mau tidak mau mengangguk, karna ya sekarang ini ia menjadi Park Jongseong bukan Lee Heeseung.

Setelah mengangguk kecil Heeseung mengambil langkah untuk duduk di depan Park Sunghoon.

“Sudah pesan?”

Tanya Sunghoon dan Heeseung mengangguk, sebelum ke tempat duduknya Heeseung terlebih dahulu memesan minumannya.

“Maaf sudah membuatmu menunggu lama Sunghoon”

Sunghoon menggeleng dan mengatakan bahwa ia baru saja datang.

Di dalam hatinya Jake yang menganyitikan Sunghoon hanya bisa berdecak sebal.

“Kenapa Jongseong mensia-siakan orang semanis ini?”

Batin Heeseung ketika melihat Sunghoon terkekeh pelan atas jokes yang baru saja ia lontarkan.

“Sunghoon mungkin akan menyesal, menolak kencan buta ini dan memilih action figurenya”

Batin Jake sambil terus tersenyum ke arah Jongseong

***

Sunghoon yang asli tengah sibuk mendatangi sebuah mall yang menyelengarakan grand opening untuk series conan terbaru mereka, dan bagi mereka yang beruntung mereka bisa mendapatkan action figure limited.

Dan action figure itu sudah amat sangat di nantikan oleh Sunghoon, berapapun harganya ia akan mempertaruhkan semuanya demi action figure tersebut.

Namun hal tak terduga terjadi padanya, ketika ia akan mengambil action figure tersebut tangannya bersentuhkan secara bersamaan dengan seseorang yang sekarang menatapnya tajam.

“Permisi, ini gua duluan yang pegang barangnya”

Sunghoon mengerutkan keningnya, tidak terima karna sosok di depannya malah berkata seperti itu. Jelas-jelas ia yang terlebih dahulu memengangnya.

“Dengar ya tuan, yang megang gua duluan”

Sunghoon membalas pria di depannya, memasang wajah kesalnya yang menurut Jake itu sangat menakutkan.

“Lo pikir gua takut dengan lo yang pasang wajah kaya gitu?”

Sunghoon mendesus.

“Gua duluan!”

“Gua!”

“Gua anjir!”

“Lo harus tau, gua udah incer ini dari lama!”

“Gua juga! Pokoknya lo nyingkah!”

“Enak aja gua!”

“Gua!!”

Dan berakhirlah disini, dimana Sunghoon bersama pria tadi berada di pusat keamanan mall karena mereka menyebabkan keributan..

“Nama?”

Tanya salah satu petugas di yang ada disana

“Park Sunghoon”

“Park Jongseong”.

“Baiklah, karena kalian sudah menyebabkan kerusuhan maka setelah mendatangani surat ini kalian boleh pergi”

Sunghoon maupun Jongseong hanya bisa mengumpat dalam hati sambil terus mengucapkan sumpah serapah.

“Gara-gara lo kan, nama baik gua jadi tercoreng. Terus gua gak bisa memiliki action figurenya!”

Sunghoon berkomentar kemudian Jongseong menatapnya tidak suka.

“Ngaca lo, coba kalo lo mau ngalah sama gua gak akan nama lo tercoreng!”

Jongseong menjawab kemudian ia pergi dari sana menuju parkiran. Sepertinya ia membutuhkan sesuatu untuk mendinginkan kepalanya.

III.

Jay memasukin salah satu toko baju yang baru saja di buka di kawasan pasar dongdaemun. Ia tersenyum begitu masuk, sudah cukup lama ia menyukai brand ini. Salah satu brand lokal favoritenya.

Tokonya tidak begitu rame, tapi tetap saja di dalam penuh dengan orang-orang.

“Jay!”

Jay menoleh dan melihat Huening Kai berdiri disana sambil melambaikan tangannya.

“Lo bilang pergi?”

Tanya Jay karna setau dirinya, Huening Kai tidak pergi karna ada urusan.

“Kalo aku tidak datang maka dapat di pastikan jika bang Yeonjun akan mematahkan leher dan kakiku. Mari aku kenalkan”

Huening Kai yang merupakan sepupu dari si owner brand lokal tersebut membawa Jay kepada si owner.

“Bang, ini orangnya”

Jay tidak pernah berpikir bahwa ia akan bertemu secara langsung oleh memiliki brand favoritenya tersebut.

“Halo, Park Jay”

Jay mengenalkan dirinya dan Yeonjun tersenyum dan langsung merangkul Jay yang membuat Jay terkejut.

“Tidak perlu secanggung itu, Kai sudah banyak memberi tauku tentang dirimu. Aku rasa kita memiliki selera fashion yang sama”

Yeonjun menyikut lengan Jay sambil terkekeh pelan, sedangkan Jay yang masih merasa canggung bisa di pastikan ikut tersenyum dengan suasana canggung.

“Kak Yeonjun?”

Ketiga orang disana menoleh begitu melihat sosok yang berjalan ke arah mereka.

“Kenapa pilih di tempat kaya gini sih? Aku parkir mobil susah, udah di bilangi kalo aku tuh gak bisa parkir mo- loh Jay?”

Jay mengedipkan matanya melihat sosok Sunghoon disana.

“Adik manis kuuuu~~~”

Yeonjun menghampiri Sunghoon dan langsung memeluk adiknya tersebut.

“Aduh sesak kak!”

Sunghoon menendang tulang kering Yeonjun yang membuat Yeonjun menahan sakit.

“Kok Jay bisa disini? Lo kenal Kak Yeonjun?”

Tanya Sunghoon melupakan bahwa kakaknya sedang kesakitan.

“Dia temen gua, kenapa?”

Kai berkata sambil menatap Sunghoon.

“Gak ada sih”

“Nah mumpung disini, ayokk lihat-lihat duluuu semua”.

***

“Uuhhmm sorry Jake, but-”

Heeseung menunjuk sudut bibirnya dan menunjukan pada Jake bawah di tempat yang sama ada sedikit sisa saos dari steak yang mereka makan siang ini.

“Oh. Hehehehe, maaf ya kak”

Jake mengambil tisu kemudian lalu membersihkan sekitar mulutnya. Heeseung terkekeh kemudian menggeleng pelan.

“Ngapain sih lo minta maaf”

Jake mengangkat bahunya, kemudian ia mengambil air mineral untuk minum.

Heeseung melirik arloginya dan mengatakan bahwa jam makan siang mereka sudah hampir habis dan ini tandanya mereka harus segera kembali ke kantor.

“Gimana kerjaan lo? Pusing gak?”

Tanya Heeseung, sekarang mereka berada di dalam sebuah lift.

“Ya gitu kak, kalo gak pusing bukan kerjaan”

Jawab Jake sambil terkekeh, kemudian lift terbuka dan beberapa orang masuk kedalam hingga membuat lift menjadi penuh dan sesak.

Jake yang membenci keramaian mulai merasa cemas, biasanya disampingnya selalu ada Jay yang akan membantunya.

Kepala Jake terasa pusing, ditambah suasana lift semakin sesak dan panas.

Heeseung yang melihat itu, menarik tubuh Jake ke dekatnya dan meraih tangan Jake untuk sedikit menenangkan Jake yang terlihat gelisah dan banyak mengeluarkan keringat.

Jake merasa sedikit lebih tenang, setidaknya walaupun tidak ada Jay disampingnya namun saat ini ada Heeseung yang membantunya.

IX.

Sunghoon sedikit memijit kepala yang terasa pusing. Bersampingan bersama dengan Jongseong membuatnya sedikit tidak nyaman di tambah kejadian tadi malam.

Sunghoon menghela nafasnya dalam-dalam, menoleh sedikit ke arah Jongseong yang masih fokus menyetir.

Sunghoon ingin segera menyelesaikan kesalahpahaman ini agar sedikit merasa nyaman dengan atasannya tersebut.

“Pak Jongseong?”

Setelah menimbang-nimbang, Sunghoon memberanikan diri untuk memanggil bosnya tersebut. Jongseong menoleh sekilas kemudian tersenyum mempersilahkan Sunghoon berbicara.

“Untuk masalah tadi malam, saya benar-benar merasa bersalah. Saya tidak bermaksud untuk me-”

“Tenanglah Sunghoon, bukankah sudah saya katakan jika di luar, bersikaplah biasa saja”

Sunghoon terdiam menatap Jongseong yang sekarang menatap Sunghoon di tengah-tengah lampu lalu lintas yang berwarna merah tersebut.

“Kita bukan orang lain lagi Sunghoon. Sekarang kita harus bekerja sama untuk mengetahui identitas masing-masing”

Jongseong berkata lagi, kemudian lampu berwarna hijau menyala.

“Kita tidak bisa terus berada di situasi seperti ini, ini sangat membahayakan untuk kamu dan untuk ku juga. Cepat atau lambat kita harus bisa memastikannya sendiri. Aku dan kamu adalah mate atau bukan”

Sambung Jongseong dan itu membuat Sunghoon sedikit terdiam dan memilih menatap kaca jendela dan jalanan.

“But the way, Sunghoon?”

Sunghoon yang awalnya melihat ke arah jendela menoleh kearah Jongseong yang lagi-lagi tersenyum manis padanya.

“Apa kamu percaya pada sebuah takdir?”

Sunghoon terdiam mendengar perkataan dari Jongseong.

Sunghoon terdiam untuk sesaat kemudian ia menjawab.

“Takdir yang akan membawamu pada keberuntungan. Jadi aku percaya pada sebuah takdir”

“Apa kamu lapar?”

***

Setelah sedikit memikirkannya, akhirnya sekarang mereka berada di sebuah restoran khas Italy.

Jongseong melirik ke kanan dan ke kiri, banyak orang-orang yang menatap ke arah mereka lebih tepatnya ke arah Sunghoon yang membuat Jongseong menarik tubuh Sunghoon mendekat ke arahnya lalu berjalan ke meja mereka.

“Banyak Alpha pemburu disini dan kamu mengeluarkan wangi feromonmu

Sunghoon sedikit terkejut, padahal ia sama sekali tidak mengeluarkan wanginya. Namun ia kembali teringat dengan obat yang di berikan oleh Soobin, di mana obat itu sebagai obat pelindung ketika ia berada di luar.

“Tapi tidak usah khawatir, wangi kita sudah tercampur. Jadi mereka tidak berani untuk menyerangmu”

Bisik Jongseong dan melanjutkan langkah mereka. Namun langkah keduanya terhenti ketika di depan sana, mereka menemukan sosok yang mereka kenal saling bercengkrama asik dan melempar tawa satu sama lain.

“Heeseung?”

“Jaeyoon?”

“Sunghoon?”

“Jongseong?”