IV. Little Space
“Emang gak bisa apa ya gua tenang dikit? Anjir ini dah malem banget, harus ke busan lagi”
Jongseong mengomel sambil jalan ke parkiran mobilnya, padahal ia sudah menyiapkan beberapa perlengkapan untuk menonton. Tapi ada panggilan darurat, bahwa salah satu kapal mereka menabrak kapal lainnya di perairan busan.
Di tambah sekarang ia harus menjemput atasannya, sebenarnya ia masih agak sedikit canggung dengan atasannya di tambah masalah beberapa hari ini yang me yeret nama dirinya dan juga atasannya secara tidak langsung, namun ia harus ingat. Bahwa urusan pribadi dan kerjaan tidak boleh di salah gunakan.
Jongseong sudah sampai di depan apartemen atasannya, dan ini sudah ketiga kalinya ia memencet tombol intercom namun tidak ada balasan. Mencoba menelopon namun tidak di angkat walaupun sudah tersambung.
Jongseong sekali lagi memencet tombol intercom dan beberapa detik berikutnya terdengar suara pintu apartemen yang terbuka
“Tata Jeyiiiiiiiiiii~~~~”
Jongseong kaget bukan main, ketika melihat sosok atasannya yang tersenyum senang dan berlari ke arahnya kemudian memeluknya.
“Tata jeyii napa lama?? Hoonie dah capekkk”
Atasannya tersebut masih memeluk Jongseong, sedangkan Jongseong masih terdiam.
“Tata Jeyii napa??”
Atasannya tersebut melepaskan pelukannya dan menatap Jongseong.
“Tata Jeyii nda seneng ya? Ketemu ama Hoonie? Uhueekkkkk!!!”
mampus
“Gak bukan gitu Hoonie, kakak Jeli seneng kok ketemu sama Hoonie”
Atasannya tadi menatap ke arah Jomgseong.
“Kalo seneng, mana jeyi punya Hoonie? Nda bawa yaa??”
Ini Jongseong gak tau harus gimana, sekarang ia harus segera pergi namun kondisi atasannya tidak memungkin kan untuk Jongseong membawanya.
Tapi Jongseong dalam posisi bimbang, tidak mungkin juga ia meninggalkan atasannya disini sendirian dengan kondisi seperti ini. Jongseong menghela nafasnya untuk sesaat, ia harus bisa mengambil keputusan yang baik.
***
Jam 3 dini hari Busan.
Jongseong membungkukan badannya, lalu berjalan bersama atasannya menuju kamar hotel yang sudah mereka pesan. Untungnya ia bisa menyembunyikan keadaan atasannya dengan memberinya jelly dan coklat yang banyak. Ia pun memesan satu kamar dengan dua kasur yang terpisah.
“Nah, Hoonie nanti bobo disini ya. Kakak Jeyi nanti bobonya disana”
Atasannya yang sekarang sedang memakan sebatang coklat tersebut mengangguk kemudian duduk di atas kasurnya.
“Tata Jeyii, Hoonie ngantuk”
Jongseong menoleh, melihat atasannya sedang mengucek matanya dan menguap lebar. Jongseong tersenyum sedikit.
“Ya udah Hoonie bobo aja dulu yaa”
“Hoonie nda bisa bobo, Hoonie mau di pokpok”
Jongseong mengerutkan keningnya.
“Pokpok!! Tata jeyii pokpok Hoonie bial Hoonie bisa bobo”
Atasannya tersebut berkata sambil memukul bagian belakang badannya dan itu membuat Jongseong terkejut bukan main.
“Ayooooo uheeuuukkkk, hoonieee ngantukkk.. mauu pokpok”
Jongseong dalam hatinya berdoa dan kemudian ia mengikuti apa yang diinginkan oleh atasannya tersebut.
Jongseong terus mempokpok kalo kata Hoonie, sampai atasannya tersebut tertidur dengan pulas.
Jongseong menatap wajah atasannya yang tengah terlelap tersebut, ia menatap setiap garis wajah atasannya.
Hidung yang mancung, garis rahang yang tajam, bulu mata yang letik serta mole di hidungnya.
Garis wajah yang sempurna.
Jongseong tersenyum, menarik selimut sampai batas dada atasannya tersebut.
Jongseong yang masih memandangi wajah sempurna atasannya tersebut, membawa tangannya untuk menyentuh dahi atasannya yang terlihat berkerut karna memikirkan sesuatu.
“Tidur yang nyenyaakk Hoonie”