auteurlavie

the girl's who love writing

II.

Jake membungkuk beberapa kali ketika ia berjalan ke lobi dan disana Heeseung sedang menunggu dengan bermain ponsel.

“Udah tunggu lama ya kak? Sorry ya, tadi ada problem sedikit”

Jake berkata begitu ia sudah sampai di depan Heeseung yang langsung menyimpan ponsel miliknya disaku.

“Gak kok, baru juga sampai. Ya udah, gua juga udah reserved restorannya”

Jake hanya mengangguk kecil lalu mengikuti Heeseung ke parkiran.

Sesampainya di mobil, Jake memasang sabuk pengamannya dan melihat ada sebuah foto yang tergantung di kaca spion tengah.

Mungkin saja foto Heeseung dan juga pacarnya, soalnya ia juga menyimpan foto dirinya dan juga Jay di mobil milik Jay.

“Kalo mobilnya wanginya agak aneh maaf ya, soalnya tunangan gua suka sama wangi ini”

Heeseung berkata, ia tidak ingin membuat Jake merasa tidak nyaman karna wangi yang tidak familiar di kalangan orang-orang.

“Iya gak papa kok”

Jake berkata lalu mereka segera pergi untuk makan siang bersama.

Di sepanjang jalan, mereka berbicara banyak hal. Tentang bagaimana Jake yang baru bekerja 2 bulan di perusahaan atas bantuan Beomgyu dan tentang hobi apa saja yang ternyata sama.

Ditemani oleh alunan-alunan musik bergenre rnb, mereka menghabiskan waktu mengobrol.

“Iya aku sama pacar aku, kita kenalan waktu sama-sama sekolah di amerika. Kita sama-sama ambil jurusan bisnis waktu ini, nah disana aku kenal sama kak Beomgyu. Dia senior aku”

Heeseung mengangguk kecil, sekarang keduanya sudah sampai di restoran bintang lima yang sudah di pesan oleh Heeseung.

“Kalo gua udah cukup lama sih kenal sama tuh anak, dari kita sd kayanya. Emang selalu sama-sama, pisahnya cuma pas SMA dan kuliah doang karna dia kuliahnya di amerika sana, pas SMA gua ambil sekolah di Jepang”

Sambung Heeseung dan disusul kekehan kecil dari Jake, karna Heeseung menceritakan bagaimana ia dan Beomgyu bisa bener-bener dekat dan membicarakan semua tingkah kerandoman Beomgyu.

Mungkin kalo Beomgyu tau, bisa saja ia marah besar.

***

Jay yang baru saja memasuki coffeshop miliknya melihat seseorang duduk di salah satu kursi di sudut ruangan yang langsung terhubung dengan jendala, yang bisa melihat jalanan di depan sana.

Jay tau bahwa orang itu adalah orang yang membuat janji dengannya.

“Sunghoon ya?”

Jay bertanya begitu ia sampai di depannya Sunghoon dan Sunghoon mengangguk.

Mereka berjabat tangan lalu Jay menyuruh Sunghoon untuk kembali duduk.

“Sorry ya, jalanan agak macet”

“Iya gak papa kok”

“Sudah lama tunggunya?”

Jay bertanya, ia mengeluarkan tablet pcnya dan menaruhnya di atas meja mereka.

“Gak juga kok, aku baru sampai beberapa menit yang lalu”

Jawab Sunghoon dan Jay menaikan sebelah halisnya.

“Masa? Yang saya lihat dari minuman yang kamu pesen, sepertinya kamu sudah hampir 30 menit disini”

Sunghoon menatap Jay tidak percaya, bagaimana ia bisa tau.

“Aku rasa kita tidak perlu terlalu formal deh, kayanya kita seumuran”

Sunghoon berkata lagi dan setelah mengetahui jika mereka teman seumur keduanya menjadi lebih releks lagi.

“Jadi, kamu mau yang kaya gimana konsepnya?”

Tanya Sunghoon, ia masih memengang tablet milik Jay dan melihat foto-foto lokasinya.

“Monokrom”

Jawab Jay dan Sunghoon terlihat mengangguk kecil.

“Jika berkenan dan ada waktu luang, setelah nanti designnya selesai boleh aku mampir untuk melihat-lihat?”

Ucap Sunghoon dan Jay mengangguk kecil, Jay mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyerahkan plester luka pada Sunghoon yang membuat Sunghoon menaikan sebelah halisnya.

“Itu. Sepertinya kamu harus menutupi sesuatu di lehermu?”

Jay menunjuk lehernya sendiri untuk memberi tau Sunghoon, Sunghoon yang sadar segera memengang lehernya dan mengambil ponselnya untuk melihatnya.

Sunghoon mengumpat kesal lalu mau tidak mau sambil menahan malu ia mengambil plester luka tersebut dari tangan Jay dan mengucapkan terima kasih. Sedangkan Jay hanya terkekeh.

I.

“Jeyiii~~~”

Jay yang sedang mencuci peralatan makan mereka menoleh ketika ia merasakan jika Jake memeluknya dari belakang dan untungnya pekerjaan mencuci Jay sudah selesai.

“Yes, sweetie?”

Jay menatap pacarnya itu sambil memengang satu sisi wajah milik pacarnya.

Jake tidak menjawab, ia kembali memeluk Jay dan menenggelamkan kepalanya pada dada bidang milik Jay.

“Kamu kenapa, sweetie?

Jake menggeleng dan mengatakan bahwa ia mengantuk.

Dan pada akhirnya Jake tidak tidur ketika mereka sudah berada dikamar. Ia memeluk Jay yang tengah sibuk bermain dengan ponselnya, bukannya bermain sih tapi lebih tepatnya melihat kondisi tempat untuk cabang coffeshopnya.

“Tadi katanya kamu ngantuk? Kok belum tidur?”

Jay berkata ketika ia merasakan dagu milik Jake pada bahunya, Jake tidak menjawab ia mencium pelan tanda lahir milik Jay.

“Gak jadi ngantuk, soalnya lihat Jeyi lagi sibuk banget ya?”

Jay mengangguk lalu menunjukan layar tablet pcnya pada Jake.

“Besok aku mau ketemu sama orang yang bakal ngerjain coffeshopnya”

“Oh ya?”

Jay mengangguk, ia meletakan tablet pcnya pada nakas samping meja lalu mencubit dagu Jake lalu menciumnya pelan dan menaik Jake kedalam pelukannya untuk segera tidur. Namun Jake menolak.

“Aku tuh udah lama gak ketemu sama kamu, aku kangen”

Jay menaikan sebelah halisnya, padahal ia dan Jake tiap hari bertemu lalu kenapa Jake berkata seperti itu?

“Kan kita tiap hari juga ketemu loh, sweetie?”

Jake mempout bibirnya, lalu berbalik sedangkan Jay berpikir sebentar.

Dan sejujurnya Jay tau maksud dari kata kangen yang di lontarkan oleh Jake.

sweetie?, are you sure?”

Jay berkata dan membuat Jake berbalik dan menatapnya sendu, mengangguk kecil.

“Besok kamu kerja loh, nanti kamu capek?”

Jake menggeleng.

“No, Jeyi! I'm not tired. I ready miss my ho-”

Jay menghentikan perkataan Jake dengan mencium kekasihnya itu dengan lembut.

“I know sweetie, but not today okay!”

Jake hanya mengangguk kecil, ia juga tidak bisa memaksa Jay.

“Nah sekarang, kamu tidur ya. Biar besok pas bagun jadi seger”

Jay kembali mencium Jake lebih lama, setidaknya ia bisa mengobati rasa rindu Jake padanya.

“Goodnight, sweetie”

***

“Gimana kalo misalnya gak ada teman kakak yang bisa bahasa italy?”

Sunghoon berkata di tengah-tengah film yang mereka nonton di putar, dengan posisi mereka menonton film fav mereka dengan Sunghoon yang menyandarkan kepalanya pada bahu Heeseung dan tangan Heeseung yang melingkar pada pinggang Sunghoon.

“Mungkin bakalan gagal, owner dan semuanya gak ada yang bisa bahasa inggris”

Jawab Heeseung, ia mengelus pelan puncak kepala milik Sunghoon.

“Kakak kalo capek istirahat ya, jangan di paksa”

Heeseung mengangguk kecil.

“Oh iya, aku besok mau ketemu sama orang kak! Dia mau bikin coffeshop gitu, nah minta aku buat bikin designnya”

“Oh ya? Bagus dong”

Heeseung berkata, ia menatap wajah tunangannya itu.

“Iya semoga aja ini ownernya baik dan gak minta yang aneh-aneh, sesuai sama yang aku mau. Biar sama-sama enak jalanin projeknya”

Heeseung mengangguk kecil dan meraih tangan Sunghoon dan di genggam.

“Sayang, kamu mau kan tunggu sebentar lagi? Kakak mau selesain proyek kakak yang ini dulu ya”

“Iya kak, sampai kapanpun aku bakal tunggu kakak kok. Karna aku sayang sama kakak”

“Kakak lebih sayang sama kamu Hoon”

Sunghoon terkekeh ia mencuri satu kecupan dari Heeseung, namun kecupan itu ditahan oleh Heeseung dan berubah menjadi ciuman lembut dan hangat pada malam hari itu.

VII.

Sunghoon akhirnya mengirim pesan terhadap Heeseung untuk tidak menjemputnya karena ia akan pergi bersama dengan teman-teman kantornya untuk membicarakan soal ulang tahun perusahaan mereka yang akan di rayakan sabtu nanti.

Awalnya Heessung menolak dan memaksa ikut, namun tidak jadi karena Sunghoon bilang ini adalah urusan perusahaan dan berjanji akan menjaga dirinya, lagian Sunghoon membawa obatnya agar wangi Feromonnya tidak keluar dan terhindar dari Alpha pemburu.

Sunghoon dari lantai dua melihat ke arah lantai dasar, dengan musik yang begitu besar dan juga orang-orang yang sedang menari disana. Menggerakan tubuh mereka mengikuti dentuman suara musik yang begitu besar. “Ayo Hoon” Jaeyoon menarik tangan Sunghoon, membawa Sunghoon ke dalam suatu ruangan yang sudah di pesan sebelumnya untuk mereka, ruangan dengan kedap suara, jadi suara bising di sana tidak akan menganggu mereka semua.

Didalam sana sudah ada Beomgyu dan Taehyun yang memang sedang asik bercerita.

Lalu kemudian, datang beberapa orang yang belum terlalu Sunghoon kenal.

Taehyun memberikan sebuah wine kepada mereka semua.

“Wine tidak akan membuat kalian teler kan?” Taehyun berkata lalu memperkenalkan teman-teman mereka pada Sunghoon.

“Sunghoon mereka dari dapartemen marketing, ada Youngbin dan Juga Jaebum”

Sunghoon mengangguk kecil, lalu Beomgyu menyerahkan satu gelas wine kepada Sunghoon.

“Hoon bisa minum kan?” Beomgyu berkata lalu Sunghoon mengangguk dan meneguk Winenya membuat Beomgyu dan Taehyun saling melirik lalu Taehyun melirik Jaeyoon yang tersenyum.

Sunghoon tidak begitu mengerti tentang pembicaraan mereka mengenai acara ulang tahun perusahaan, yang Sunghoon tau mereka akan mengadakan pesta perayaan malamnya di atas gedung berlantai sepuluh tersebut.

“Apa akan ada pesta kostum?” Jaebum bertanya dan membuat Jaeyoon menggeleng

“Jongseong tidak suka hal seperti itu” Beomgyu dengan cepat mengangguk lalu kembali meneguk gelas winenya untuk yang kelima kali.

“Ini botol terakhirmu Beomgyu. Lebih dari ini kau akan kehilangan kendali mu” Taehyun dengan cepat mengambil gelas dari tangan Beomgyu dan menyingkirkannya dari hadapan Beomgyu.

Beomgyu berdecak sebal lalu melipat kedua tangannya sambil menatap ke atas dan memejamkan matanya.

“Terlambat. Sepertinya dia sudah kehilangan kesadarannya” Youngbin berkata sambil melihat ke arah Beomgyu yang sudah benar-benar kehilangan kesadaran, mengoceh ini dan itu

Sunghoon menatap sekelilingnya, Beomgyu benar-benar sudah kehilangan kesadarannya ketika ia sudah mengomel kesana dan kemari, bahkan yang membuat yang lain terkejut adalah ketika ia membicarakan masalah bagaimana Taehyun yang merupakan Matenya menghentikan masa heatnya itu untuk pertama kalinya.

Beomgyu menceritakannya dengan antusias dan para Alpha di ruangan ini pun mendengarnya cukup antuasias, bahkan Beomgyu menceritakannya dengan sangat detail.

Sedangkan Taehyun hanya bisa menepuk jidatnya.

Jaeyoon sudah tertawa terbahak-bahak sama sepertinya yang lainnya sedangkan Byungchan masih terdiam.

“Apa kau sudah pernah merasakannya?” Jaebum bertanya pada Sunghoon yang membuat Sunghoon tersedak minumannya ketika Jaebum bertanya.

***

Sunghoon merasakan hawa disekitarnya menjadi panas dan juga suara dentuman semakin lama semakin kencang,membuat kepalanya sakit tapi badannya terus bergerak mengikuti alunan musik yang di putar sambil sesekali ia tertawa bersama dengan Beomgyu yang sudah menari dengan hebohnya.

Sunghoon yang dari dulu tidak pernah merasakan dunia luar seperti ini merasa bahwa ini adalah pengalaman yang luar biasa, menari di tengah-tengah keramaian sambil tertawa bersama dengan yang lain tampa memikirkan sesuatu hal. Rasanya seperti kau menghilangkan semua penat dalam dirimu.

Sunghoon yang sedang menari dengan tidak terkendali, bahkan ketika beberapa orang mendekat ke arahnyanya ia sama sekali tidak peduli, di dalam pikirannya saat ini adalah menghilangkan beberapa beban dalam pikirannya dan menikmati hidupnya saat ini.

Jadi bukan pilihan yang buruk pergi bersama dengan yang lain.

Sunghoon yang sedang menikmati lagu dan gerakannya sendiri terhenti ketika ada seseorang yang penarik tangannya,

“oh?!”

Sunghoon tersenyum melihat siapa yang menarik tangannya dan membawanya keluar dari tengah-tengah tempat tersebut.

“Kau datang?”

Tanya Sunghoon sambil berjalan dengan tangan yang terus di tarik hingga membawa mereka kesebuah lorong sepi belakang club tersebut.

“Apa yang kau lakukan disini?” Sunghoon mengerjapkan matanya, sedikit tertawa kecil lalu tangannya di bawa ke bahu sosok yang menariknya keluar dan mengalungkan kedua tangannya pada leher sosok di depannya.

Sosok tadi menghela nafasnya pelan masih menatap Byungchan yang juga menatapnya

“apa yang di lakukan tuan direktur disini?”

Tanya Sunghoon lagi,kini salah satu tangannya bermain pada dasi yang digunakan oleh Jongseong.

Jongseong menghela nafasnya kasar dan masih menatap Sunghoon tajam.

“Aku yang seharusnya bertanya, untuk apa kau kesini?” Jongseong menajamkan matanya menatap Sunghoon yang sedang menatapnya sendu.

“Aku butuh kesenangan tuan”

“Berhenti memanggilku tuan. Park Sunghoon!”

Sunghoon terkekeh kini tangan kanannya terangkat untuk mengelus pelan rahang wajah milim Jongseong.

“Tapi aku suka memanggil mu tuan. Tuan Park Jongseong”

Sunghoonn mendekatkan wajahnya pada wajah Jongseong dan detik berikutnya Jongseong bisa merasakan Sunghoon mencium bibirnya pelan dan cukup lama. Sunghoon menjauhkan jarak keduanya lalu tersenyum.

“Ternyata benar kata Beomgyu. Manis.. hehe” Sunghoon kembali terkekeh di depan Jongseong, sedangkan Jongseong masih di posisinya mencoba menahan diri agar tidak bertindak lebih jauh.

“Aku suka.. Beomgyu bilang kalau berciuman itu sangat enak”

Jongseong menaikan sebelah halisnya.

“Beomgyu?” Sunghoon mengangguk kecil, lalu kembali mengalungkan kedua tangannya pada leher Jongseong.

“Beomgyu bilang rasanya selalu manis kalau ia sedang berciuman dengan Taehyun yang merupakan Matenya. Jadi aku juga ingin mencobanya dengan Alphaku?”

Sunghoon tersenyum manis dan demi apapun Jongseong tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi ke depannya.

Jongseong menarik pinggang Sunghoon agar jarak keduanya menjadi lebih dekat

“jadi apa rasanya berciuman denganku?” Jongseong bertanya dan Sunghoon kembali tersenyum.

“Manis.. bibir Jongse-” belum selesai Sunghoon berbicara, Jongseong sudah lebih dulu membawa Sunghoon kedalam ciuman panjang mereka malam itu.

V.

Jay membuka website sekolah untuk memastikan apa yang di katakan oleh Sunghoon, dan benar saja.

Disana dengan headline besar terpampang foto dirinya dan Sunghoon yang terlihat seperti ciuman, padahal saat itu ia hanya membagikan asap rokok miliknya ke Sunghoon.

“Kenapa Jay?”

Jay menoleh dan melihat Jongseong yang bertanya padanya, Jay tersenyum dan menggeleng pelan.

“Gak ada, ini si Taehyun cari ulah di sekolah”

Jongseong cuma mengangguk kecil.

“Heeseung jadi kesini?”

Jay menaikan sebelah halisnya.

“Lu sama Heeseung ada apa sih?”

Jay menaruh ponselnya dan menatap adik kembarnya tersebut. Jongseong cuma menatap Jay.

“Gak ada sih, cuma rasanya aneh aja. Biasa yang ada di sini Heeseung bukan lo”

Jay terdiam.

Memang selama ini yang selalu menemani Jongseong adalah Heeseung, jadi gak salah juga pas Jongseong ngomong kaya gitu.

“Heeseung lagi ada urusan bentar, gua udah kasih tau ke dia kok”

Jongseong mengangguk kecil.

“Kak?”

Jay kaget pakek banget. Soalnya jarang banget buat Jongseong manggil dia kakak.

“Kalo gua nyerah boleh gak?”

Pertanyaan dari Jongseong sontak membuat Jay marah.

“Lo ngomong apa sih, gak! Lo gak boleh nyerah”

Jay natap Jongseong tajam banget.

“Pokoknya lo diam disini sampe sembuh total, dan gua bakal selesaiin semua urusan lo. Gua gak akan biarin siapapun buat nyakitin lo”

Jay bangkit dari duduknya.

“Mau kemana?”

“Gua mau ketemu sama Taehyun dulu, kalo ada apa-apa hubungin gua”

Jay pergi sedangkan Jongseong hanya menatap punggung kakak kembarnya tersebut dan menghela nafasnya berat.

***

Jay mengepulkan asap rokoknya sambil menatap layar ponselnya, dimana ia tengah membuka website sekolah.

Ia tertawa sarkas sambil kembali mengisap rokoknya, saat ini ia sedang duduk sendiri di salah satu arena balap liar.

Ia hanya melihat saja, tidak berniat untuk ikut turun.

Disisi lain, Heeseung sedang bersiap untuk melawan Yunseong.

Dan Jay melihat semua itu dari tempat duduknya yang memang berada di dataran lebih tinggi.

Jay tersenyum kecut.

“Bangsat lo!”

VI.

Heeseung menatap tubuh Jongseong yang masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, walau ia sudah keluar dari ruang ICU setelah 3 hari yang lalu terpaksa masuk ICU.

Heeseung tersenyum, mengelus pelan kepala Jongseong.

“Jong, gua pergi dulu ya. Jay bakal kesini bentar lagi, gua izin pergi dulu”

Heeseung tersenyum lalu bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan milik Jongseong.

Sedangkan Jongseong membuka matanya secara perlahan namun kemudian menutup lagi matanya.

Heeseung membawa motor sportnya ke sekolah untuk menjemput Jake.

***

Jake walaupun sebenarnya kesal tapi ia bukan tipe yang ingkar janji, jadi ketika ia sudah membuat kesepakatan intinya dia harus menjalankan kesepakatan itu.

Motor sport milik Heeseung baru saja sampe di depannya dan Heeseung membuka kaca helm full facenya.

“Pakek helm lo, terus buruan!”

Heeseung ngelempar satu helm yang biasa di pakek sama Jongseong ke Jake.

Jake dengan mulut mengumpat mengambil helm tersebut dan naik ke atas motor Heeseung.

“Pegang yang erat. Gua bakalan ngebut”

***

Jay duduk di salah satu meja yang tidak di gunakan di atap sekolah, ia masih menunggu kedatangan dari Sunghoon.

brak!!

Sunghoon membuka pintu atap sekolah dengan kasar dan berjalan cepat ke arah Jay.

Jay tersenyum, ia bangkit dan menatap Sunghoon yang sekarang berdiri di depannya.

Sunghoon dengan emosi yang memuncak menarik kerah baju Jay yang masih duduk di atas meja.

“Gua gak tau kalo ternyata sekarang lo bener-bener keluarin sifat asli lo”

Sunghoon berkata, menatap tajam Jay yang ia tau Jongseong di depannya.

“Gua gak akan pernah lupain apa yang udah lo lakuin ke gua!”

Rahang Sunghoon masih mengeras dan ia makin mengencangkan cengkramannya pada kerah baju milik Jay.

“Gua juga bukan Sunghoon yang dulu, gua udah lebih kuat dari yang lo kira”

Jay terkekeh pelan dan menatap manik mata Sunghoon yang tajam namun indah.

“Bagi gua lo masih tetap Sunghoon yang lama”

Jay menarik dasi yang di gunakan Sunghoon sehingga membuat wajah keduanya menjadi lebih dekat, bahkan Jay bisa merasakan nafas Sunghoon yang memburu.

“Sunghoon si kutu buku yang selalu ngejar-ngejar gua”

Sunghoon mendorong tubuh Jay hingga terjatuh, ia menatap Jay tajam.

“Gimana? Gua benerkan? Atau lo sengaja ganggu gua, karna lo masih suka sama gua?”

“Gak! Mimpi aja lo!

Sunghoon meninggalkan Jay dengan rasa kesal. Sedangkan Jay hanya terkekeh kecil lalu kemudian mengeluarkan ponselnya karna mendapatkan kabar bahwa Jongseong sudah sadarkan diri.

02

“Glioblastoma, atau disebut juga dengan glioblastoma multiforme (GBM), adalah jenis kanker yang tumbuh dan berkembang di sistem saraf pusat, yaitu otak atau sumsum tulang belakang. Ini merupakan jenis kanker ganas yang berkembang secara agresif dan termasuk ke dalam tumor atau kanker otak stadium 4”

Soobin berkata sambil menunjuk hasil dari CT scan dan MRI milik Sunghoon pada Jongseong, sama dengan ketika ia memberi pesan pada Jongseong tadi.

“GBM merupakan salah satu jenis tumor otak astrositoma, yaitu tumor yang terbentuk dari sel glial bernama astrosit. Sel-sel ini berfungsi untuk mendukung kesehatan sel saraf di dalam otak Anda.

Ketika sel astrosit berkembang secara abnormal, tumor astrositoma akan terbentuk. Tumor ini bisa langsung tumbuh sebagai kanker otak stadium 4 (glioblastoma), tetapi juga bisa berkembang dari astrositoma tingkat rendah (stadium 2 atau 3). Pada tumor glioblastoma, perkembangannya cenderung agresif dan dapat dengan cepat menyebar ke jaringan otak terdekat”

Soobin menghela nafasnya, melihat raut wajah Jongseong yang sangat sulit di artikan untuk saat ini

“Tumor atau kanker GBM paling sering terjadi di bagian otak depan (lobus frontal) atau samping (lobus temporal). Namun, tumor ini juga bisa ditemukan di area otak manapun, termasuk sumsum tulang belakang, dan menyebar dari satu belahan ke belahan otak lainnya melalui korpus kalosum. Meski demikian, GBM jarang bermetastasis atau menyebar ke bagian lain dari tubuh, Seong”

“Gejala kanker otak glioblastoma yang umum terjadi, sakit kepala terus menerus, penglihatan kabur atau ganda, mual dan muntah,kehilangan selera makan ,perubahan suasana hati dan kepribadian,perubahan kemampuan berpikir dan belajar, kesulitan bicara secara bertahap, kehilangan keseimbangan atau sulit berjalan, terasa lemah di bagian tubuh tertentu, masalah dengan memori atau ingatan dan bisa menyebabkan kejang”

Soobin bisa melihat bahwa Jongseong mengusap wajahnya kasar.

“Aku gak tega kak, ngelihat orang sebaik Sunghoon harus ngalami kaya gini”

Soobin tersenyum sesaat.

“Seong, walaupun penyakit ini termasuk langka dan sulit untuk di sembuhkan. Pengobatan tetap perlu kita lakukan untuk memperlambat penyebaran sel kankernya,adapun pengobatan kanker yang diberikan bisa beragam, tergantung pada lokasi dan ukuran tumor serta usia, preferensi, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Besok dokter saraf akan kembali memeriksa keadaan Sunghoon dan kita akan pastikan pengobatan seperti apa yang akan di dapatkan oleh Sunghoon ke depannya”

Jongseong mengangguk kecil.

“Seong, aku harap kamu tetap ada di sisi Sunghoon ya. Jadi penguat buat Sunghoon dan jadi matahari buat Sunghoon”

“Tanpa kak Soobin minta pun, aku bakalan ada di samping Sunghoon. Sampai kapanpun”

Soobin tersenyum lalu ia pamit pada Jongseong karna harus menemui pasiennya yang lain.

01

Jongseong membuka pintu apartemen yang ia dan Sunghoon tinggalin bersama, dengan membawa satu kantung plastik berisikan makanan kesukaan Sunghoon.

“Hoon?”

Jongseong memanggil nama tunangannya tersebut, sedangkan dirinya memindahkan makanan yang ia bawa tadi ke dalam piring.

Sunghoon yang baru keluar dari kamar mereka tersenyum sambil berjalan ke arah Jongseong.

“Maaf ya Jong, aku jadi ngerepotin”

Sunghoon berkata lalu ia menarik kursi meja makan dan duduk di kursi tersebut.

“Kamu sama sekali gak ngerepotin pengu sekarang kamu makan dulu ya, biar sehat”

Jongseong meletakan makanan di depan Sunghoon dan mengelus pelan ujung kepala Sunghoon.

“Untung aja tadi ada Heeseung yang bantuin kamu di tempat kerja, kalo sempet gak ada gimana?”

Sunghoon hanya diam sambil menikmati makanannya.

“Aku bersih-bersih dulu ya”

Sunghoon mengangguk kecil, lalu Jongseong meninggalkannya sendirian di meja makan.

Sunghoon yang sedang mencuci piring bekas ia gunakan terkejut begitu merasakan bahwa ada tangan yang melingkar di pinggangnya dan Jongseong meletakan dagunya pada bahu milik Sunghoon.

“Kamu pucat banget dari tadi pagi pengu

Sunghoon hanya tersenyum

“Paling aku kecapean aja Jong, soalnya satu minggu ini aku full lembur buat ngerjain project besar. Team ku pegang tanggung jawab penuh soalnya”

Jongseong memutar badan tunangannya tersebut dan mata keduanya bertemu.

“Minggu kemarin juga kamu gitu loh sayang, besok kita ke dokter aja gimana? Kita periksa aja?”

Sunghoon menggeleng, ia sudah menyelesaikan acara cuci piringnya dan melepaskan tangan Jongseong dari pinggangnya.

“Gak perlu, cuma kecapean aja Jong”

VI.

Mata Jongseong menatap ke arah Sunghoon yang baru saja keluar dari ruangan editor bersama dengan Beomgyu dan Taehyun sepertinya mereka akan makan siang bersama kali ini.

“Jongseong?” Jongseong menoleh dan mendapatkan Jaeyoon berdiri di sampingnya,menatap Jongseong aneh lalu mengikuti pandangan Jongseong yang tertuju pada kedua bawahannya yang sedang berjalan menuju kafetarian yang berada di lantai bawah.

“Ngapain lihatin mereka?” Jaeyoon berkata lalu Jongseong menatap ke arahnya dan tanpa menjawab Jongseong berjalan terlebih dahulu meninggalkan Jaeyoon yang masih menatapnya tidak percaya.

“Tsk! Jong,cepat urus kepindahan dapartemen gua?” Jaeyoon berkata sambil menatap Jongseong tapi tidak di perdulikan oleh Jongseong yang tetap berjalan lurus ke depan,menatap punggung Sunghoon yang masih asik mengobrol bersama dengan Beomgyu . Entahlah rasanya seperti Beomgyu sedang melontarkan beberapa lelucuan kepada Sunghoon dan Taehyun, walaupun hanya Sunghoon yang tertawa dan Taehyun masih mempertahankan wajah temboknya.

“Jong, denger gak sih gua ngomong apa!”

Jaeyoon udah kesel banget soalnya di cuekin sama kakak tirinya ini, dia tuh pengen buru-buru pindah. Tapi kakaknya ini dari tadi memperhatikan ketiga sosok di depan sana.

“Kamu suka makan apa Sunghoon? Disini semua makanannya terjamin higenis” Ucap Beomgyu sambil menunjuk layar besar di depannya, yang berisikan menu-menu makanan yang di jual di kafetarian kantor mereka.

“Sup ikan pedas adalah yang paling banyak disukai disini,bahkan bagi Taehyun yang tidak menyukai masakan ikan pun menyukainya bukan?” Beomgyu menyenggol lengan Taehyun pelan dan tertawa,sedangkan Taehyub hanya membalasnya dengan mengangkat bahunya tidak perduli dan memencet menu nasi campur pada layar besar di depan mereka,lalu kartu dengan menu makanan yang di pilih Taehyun keluar dari mesin tersebut.

“Taehyun sungguh tidak bisa di ajak bekerja sama” Beomgyu berdecak lalu memencet menu sup ikan yang ia ceritakan pada Sunghoon lalu saat kartunya keluar Beomgyu berjalan menuju tempat di mana biasa mereka mengambil makanan yang sudah mereka pesan meninggalkan Sunghoon yang masih memilih menu apa yang akan menjadi menu makan siangnya hari ini, Sunghoon masih terlihat berpikir. Namun saat Sunghoon hendak memencet tombol menu pada sup tahu pedas, seseorang lebih dulu memencetnya membuat Sunghoon membalikan badannya dan mendapatkan sosok Alpha yang sedang tersenyum ke arahnya.

“Selamat siang Sunghoon!” Sunghoon mau tidak mau tersenyum walau senyumnya terkesan kaku, dan bisa di pastikan jika tatapan orang-orang yang berada di kafetarian sedang menatap Sunghoon dan juga Direktur Utama mereka.

“Kamu juga ingin makan sup tahu pedas?” Jongseong bertanya masih sambil tersenyum dan Sunghoon mengangguk kecil.

“Mohon maaf.. saya juga ingin segera memesan makan. Jadi bisakah Pak Jongseong dan Saudara Park Sunghoon menyelesaikan pesananya?” Jongseong menoleh dan menatap tajam ke arah Jaeyoon lalu memencet menu pilihannya dua kali, lalu kartu yang keluar dari dalam mesin itu ia berikan satu pada Sunghoon.

Sunghoon tersenyum canggung lalu mengambil kartu menu dari tangan Jongseong dan membungkukan badannya dan berjalan dari depan mesin tersebut dan menuju ke tempat pengambilan makanannya menyusul Beomgyu yang sudah lebih dulu selesai dengan menu sup ikan pedasnya.

“Semua orang memandang kalian” Jaeyoon berkata lalu memencet menu sup ikan pedas dan begitu kartu menu itu keluar ia berjalan ke tempat pengambilan menu bersama dengan Jongseong.

“Boleh kami bergabung disini?” Jaeyoon bertanya pada Beomgyu dan yang lainnya sambil membawa nampan yang berisikan makanan mereka.

“Jika kami bilang tidak pun anda akan tetap duduk di sana tuan muda Shim Jaeyoon” Taehyun berkata membuat Jaeyoon terkekeh pelan lalu duduk di depan Beomgyu sedangkan Jongseong duduk tepat di depan Sunghoon.

“Bagaimana pekerjaan kalian?” Jongseong bertanya tapi pandangannya sama sekali tidak lepas dari Sunghoon.

“Dari deadline yang diberikan untuk peluncuran buku fiksi The Perfect Nerd mungkin sekitar dua minggu lagi” Beomgyu menjawab pertanyaan dari Jongseong dan mendapat anggukan kecil dari Jongseong.

“Beomgyu, buku yang saya berikan pada kalian kemarin bagaimana kelanjutannya?” Jongseong kembali bertanya kali ini pada Beomgyu,tapi pandangannya tetap pada Sunghoon.

“Kita sedang istirahat makan siang Pak Direktur, jadi saya tidak akan menjawab apapun yang anda tanyakan pada saya. Mohon kerja samanya” Sunghoon menatap Beomgyu yang masih santai memakan makanannya, lalu menatap Jongseong mencoba melihat reaksi apa yang Jongseong beri ketika mendengar jawaban seperti itu dari Beomgyu. Namun satu hal yang baru saja Sunghoon sadari,jika Alpha di depannya ini sedang memperhatikannya.

Pandangan mereka bertemu untuk beberapa detik,hingga keduanya merasakan ada rasa yang berbeda yang mengalir dalam tubuh mereka ketika keduanya saling bertatapan.

***

Jongseong memutar kursinya,tangannya ia lipat di depan dadanya. Pikirannya saat ini tidak terlalu fokus, ada perasaan aneh ketika pandangannya dan pandangan Sunghoon tadi bertemu.

Jongseong menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya secara kasar hingga pintu ruangannya terbuka dan sosok Jaeyoon muncul disana.

Memangnya siapa lagi yang bisa masuk ke dalam ruangannya sebebas ini kalau bukan Jaeyoon yang merengek untuk di pindahkan divisi.

“Ada apa?” Tanya Jongseong ia masih duduk di kursinya.

“Lo jatuh cinta sama Sunghoon?”

Pertanyaan to the poin itu keluar dari mulut Jaeyoon yang masih menatap Jongseong.

Jongseong menatap adiknya tersebut.

“Maksud lo?”

“Aku tau dari tatapanmu tadi, aneh saja melihatmu seperti itu”

Jaeyoon duduk di sofa sambil melipat kedua tangannya.

“Jaeyoon?”

Jaeyoon menatap ke arah mata Jongseong yang menatapnya tajam.

“Wangimu rose and vanila kan?”

Jaeyoon menelan ludahnya.

“Lalu kenapa ada wangi lain dari tubuhmu?”

***

Jongseong mengerutkan keningnya ketika melihat seseorang berdiri di depan mobilnya yang terparkir di basement kantor, dan begitu ia mendengan wangi Lemon dan mint bisa tercium dan Jongseong tidak butuh waktu lama untuk mengetahui siapa pemilik wangi tersebut.

“Sunghoon?” Panggil Jongseong dan sosok tadi berbalik dan menoleh tidak lupa membungkukan badannya pada Jongseong.

“Maaf menganggu waktu anda tuan, tapi ada beberapa hal yang perlu kita bicarakan”Jongseong bisa melihat bahwa Sunghoon terlihat sedikit gugup.

“Ini tentang masalah satu minggu yang lalu tuan, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih pada tuan dan ingin memastikan sesuatu” sambungnya lagi, sedangkan Jongseong melirik sekitar dan merasakan seperti ada tiga atau empat orang yang mengawasi mereka.

“Sunghoon jika kamu tidak keberatan, bisakah kita masuk ke dalam mobil saja? Disini ada sekitar empat Alpha pemburu yang sedang memperhatikanmu”

Sunghoon tersentak kaget, lalu mengangguk dan mengikuti Jongseong yang sudah masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.

Jayhoon Cotton Candy

“Lo bisa gak sih berhenti buat ngerokok?”

Jongseong menoleh, melihat Sunghoon berdiri di sampingnya sambil membuka satu kaleng minuman berakohol yang ia beli di minimarket terdekat.

“Kalo lo berhenti minum”

Jawab Jongseong sambil menghisap rokoknya dan bermain dengan asap rokok yang ia keluarkan.

Keduanya saat ini menatap ke arah pemandangan kota malam hari di dataran tinggi. Salah satu tempat kesukaan merrka berdua.

“Kalo lo ngajak gua kesini, pasti ada sesuatu kan?”

Jongseong menatap temannya yang sedang meneguk minumannya.

“Seperti biasa Jong”

Sunghoon berkata sambil terkekeh pelan.

“Orang-orang bilang bahwa hidup gua enak. Seorang figure skating, masa depan cerah dan di kelilingi orang orang yang hebat serta menyanyangi gua”

Sunghoon menghela nafasnya berat-berat, lalu kembali meneguk minumannya.

“Nyatanya? Semuanya hanya sebuah panggung sandiwara”

Sunghoon menghabiskan satu kaleng minumannya, sedangkan Jongseong sudah menghabiskan dua batang rokoknya dan ini rokok ketiganya dan kaleng kedua untuk Sunghoon.

Hidup mengenal satu sama lain selama kurang lebih 20 tahun membuat keduanya saling terbiasa bersama, berbagi suka dan duka.

“Menurut lo Jong, gua harus berhenti atau tetap di jalan kaya sekarang?”

Sunghoon berbalik, menatap Jongseong yang bersandar pada pagar pembatas tempat mereka berdiri sambil melihat lurus kedepan.

“Kalo menurut gua nih ya, kalo lo capek ya udah berhenti atau istirahat aja”

Sunghoon terdiam untuk sesaat, memutar pelan kaleng minumannya hingga setengah minumannya tumpah.

Jongseong melirik sebentar lalu kemudian terkekeh, Jongseong melirik ke kanan dan kekiri matanya tertuju kepada penjual harum manis di sana.

“Tunggu sebentar!”

Jongseong menginjak rokoknya untuk di matikan,lalu ia pergi meninggalkan Sunghoon yang terlihat tidak peduli dengan apa yang akan di beli atau lalukan oleh Jongseong.

Ia menatap ke tempat yang selalu menjadi favoritenya. Di ujung sana di malam hari seperti ini, ia masih bisa melihat namsan tower yang berkilau karena lampu.

“Sunghoon!”

Sunghoon menoleh dan mendapatkan Jongseong tersenyum sambil membawanya satu harum manis berwarna pink. Sunghoon menatap Jongseong heran.

“Ingat gak lo, waktu umur 5 tahun yang kita lagi duduk di taman sambil tungguin pelatih lo? Lo nangis-nangis karna minta beliin ini, tapi gua gak ada uang dan gua bilang kalo gua janji bakal beliin lo kalo kita udah gede dan ada uang sendiri”

Sunghoon terdiam.

Kejadian itu sudah terjadi belasan tahun dan Jongseong masih mengingatnya.

“Kalo dipikir-pikir kaya bocil dong gua makan nih permen”

Sunghoon berkata tapi permen harum manis di tangan Jongseong ia ambil.

“Katanya kalo makan yang manis-manis bisa ngilangi stres, Hoon!”

Sunghoon hanya mengangguk, meletakan kaleng  beernya di tanah dan mengambil sedikit permen harum manisnya.

Jongseong kembali terkekeh, ia menyalakan pematiknya dan mengambil satu rokok dari tempatnya.

“Lo udah habis 3 dan ini rokok ke empat lo?”

Sunghoon menatap ke arah Jongseong yang baru saja ingin menghidupkan rokoknya.

“Lo tau kalo gua sekali ngerokok bisa 5 batang”

Sunghoon menggeleng pelan.

“Paru-paru lo jeyek nanti”

Sunghoon berkata sambil memakan permen kapasnya.

“Kalo gak ngerokok mulut gua pahit banget Hoon, lo tau sendiri lah yah”

Jawab Jongseong, lalu kemudian ia sedikit terkejut begitu Sunghoon memberikannya satu genggam permen kapas yang baru saja Sunghoon ambil dari permen kapasnya.

“Berhenti dulu ngerokoknya, kalo pahit mending makan ini aja”

Jongseong menatap permen kapas yang ada di tangan Sunghoon, kemudian ia menatap Sunghoon yang tengah mengigit permen kapas yang di pegang di tangan lainnya.

“Gak mau ah, males gua”

Sunghoon memutar matanya, namun kemudian ia terkejut ketika Jongseong mengambil permen kapasnya dan memakannya lalu menarik dagu Sunghoon, memasukan permen kapas di mulutnya ke mulut Sunghoon yang membuat Sunghoon terkejut.

Jongseong tersenyum, ia masih terus memakan permen kapas tersebut sampai kedua belah bibir keduanya bertemu dan Jongseong melumat pelan bibir manis milik Sunghoon.

“Tapi kalo dari mulut lo gua suka”

Ucap Jongseong sambil tertawa, ia mengambil permen kapasnya lagi, menaruhnya di mulut Sunghoon lalu kembali mencium Sunghoon sambil memakan permen kapasnya.

V.

Jay tengah mengepulkan asap rokok dari mulutnya, sambil menatap lurus ke depan. Di antara gedung-gedung tinggi pusat kota.

Sekolah Jongseong benar-benar berbeda dari sekolahnya.

“Anjing emang ya?”

Jay menoleh ke arah pintu yang terbuka setelah mendengar seseorang mengumpat, disana Sunghoon berdiri sambil menatap Jay terkejut, di tambah ketika dia ngelihat Jay sedang memegang rokok.

“Hah? Kayanya habis di pukulin lo jadi gila ya?”

Sunghoon berkata lalu berjalan dan mengeluarkan rokok dari dalam sakunya.

“Pinjem rokok lu, gua gak bawa pematik”

Sunghoon berkata setelah ia mengeluarkan rokoknya dan berdiri di samping Jay.

Jay menoleh ke arah Sunghoon.

“Lo mau ngerokok?”

Tanya Jay dan Sunghoon masih nenatapnya sinis, menyuruh Jay jangan banyak bicara dan pinjamkan rokok miliknya untuk menghidupkan rokok milik Sunghoon.

Jay tertatawa pelan, ia malah mengisap rokoknya membuat Sunghoon menjadi geram.

Jay menarik Sunghoon mendekat, lalu meraih rahang tegas Sunghoon dan mencium Sunghoon tepat di bibirnya.

Bukan mencium.

Lebih tepatnya ia meniup semua asap rokok dari mulutnya ke dalam mulut Sunghoon.

“Uhuk! Uhuk! Uhuk!”

Sunghoon terbatuk setelah mendorong tubuh Jay, sedangkan Jay terkekeh pelan.

“Bajingan Jongseong!”

Sunghoon menatap tajam.

“Lo bilang lo mau ngerokok, lagian gua gak suka berbagi sesuatu. Mau itu pematik ataupun rokok”

Jay berkata, ia membuang rokoknya ke lantai dan menginjaknya lalu pergi begitu saja meninggalkan Sunghoon yang masih sedikit shock.

Shock antara asap rokok yang langsung masuk ke dalam rongga mulutnya atau ciuman singkat yang ia terima.

Heeseung menghela nafasnya, ia baru saja ingin ke atap namun malah di suguhkan pemandangan yang luar biasa.

Ia berjalan menjauh dan mungkin akan memilih untuk ke belakang gedung olahraga saja.