II.
Jake membungkuk beberapa kali ketika ia berjalan ke lobi dan disana Heeseung sedang menunggu dengan bermain ponsel.
“Udah tunggu lama ya kak? Sorry ya, tadi ada problem sedikit”
Jake berkata begitu ia sudah sampai di depan Heeseung yang langsung menyimpan ponsel miliknya disaku.
“Gak kok, baru juga sampai. Ya udah, gua juga udah reserved restorannya”
Jake hanya mengangguk kecil lalu mengikuti Heeseung ke parkiran.
Sesampainya di mobil, Jake memasang sabuk pengamannya dan melihat ada sebuah foto yang tergantung di kaca spion tengah.
Mungkin saja foto Heeseung dan juga pacarnya, soalnya ia juga menyimpan foto dirinya dan juga Jay di mobil milik Jay.
“Kalo mobilnya wanginya agak aneh maaf ya, soalnya tunangan gua suka sama wangi ini”
Heeseung berkata, ia tidak ingin membuat Jake merasa tidak nyaman karna wangi yang tidak familiar di kalangan orang-orang.
“Iya gak papa kok”
Jake berkata lalu mereka segera pergi untuk makan siang bersama.
Di sepanjang jalan, mereka berbicara banyak hal. Tentang bagaimana Jake yang baru bekerja 2 bulan di perusahaan atas bantuan Beomgyu dan tentang hobi apa saja yang ternyata sama.
Ditemani oleh alunan-alunan musik bergenre rnb, mereka menghabiskan waktu mengobrol.
“Iya aku sama pacar aku, kita kenalan waktu sama-sama sekolah di amerika. Kita sama-sama ambil jurusan bisnis waktu ini, nah disana aku kenal sama kak Beomgyu. Dia senior aku”
Heeseung mengangguk kecil, sekarang keduanya sudah sampai di restoran bintang lima yang sudah di pesan oleh Heeseung.
“Kalo gua udah cukup lama sih kenal sama tuh anak, dari kita sd kayanya. Emang selalu sama-sama, pisahnya cuma pas SMA dan kuliah doang karna dia kuliahnya di amerika sana, pas SMA gua ambil sekolah di Jepang”
Sambung Heeseung dan disusul kekehan kecil dari Jake, karna Heeseung menceritakan bagaimana ia dan Beomgyu bisa bener-bener dekat dan membicarakan semua tingkah kerandoman Beomgyu.
Mungkin kalo Beomgyu tau, bisa saja ia marah besar.
***
Jay yang baru saja memasuki coffeshop miliknya melihat seseorang duduk di salah satu kursi di sudut ruangan yang langsung terhubung dengan jendala, yang bisa melihat jalanan di depan sana.
Jay tau bahwa orang itu adalah orang yang membuat janji dengannya.
“Sunghoon ya?”
Jay bertanya begitu ia sampai di depannya Sunghoon dan Sunghoon mengangguk.
Mereka berjabat tangan lalu Jay menyuruh Sunghoon untuk kembali duduk.
“Sorry ya, jalanan agak macet”
“Iya gak papa kok”
“Sudah lama tunggunya?”
Jay bertanya, ia mengeluarkan tablet pcnya dan menaruhnya di atas meja mereka.
“Gak juga kok, aku baru sampai beberapa menit yang lalu”
Jawab Sunghoon dan Jay menaikan sebelah halisnya.
“Masa? Yang saya lihat dari minuman yang kamu pesen, sepertinya kamu sudah hampir 30 menit disini”
Sunghoon menatap Jay tidak percaya, bagaimana ia bisa tau.
“Aku rasa kita tidak perlu terlalu formal deh, kayanya kita seumuran”
Sunghoon berkata lagi dan setelah mengetahui jika mereka teman seumur keduanya menjadi lebih releks lagi.
“Jadi, kamu mau yang kaya gimana konsepnya?”
Tanya Sunghoon, ia masih memengang tablet milik Jay dan melihat foto-foto lokasinya.
“Monokrom”
Jawab Jay dan Sunghoon terlihat mengangguk kecil.
“Jika berkenan dan ada waktu luang, setelah nanti designnya selesai boleh aku mampir untuk melihat-lihat?”
Ucap Sunghoon dan Jay mengangguk kecil, Jay mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyerahkan plester luka pada Sunghoon yang membuat Sunghoon menaikan sebelah halisnya.
“Itu. Sepertinya kamu harus menutupi sesuatu di lehermu?”
Jay menunjuk lehernya sendiri untuk memberi tau Sunghoon, Sunghoon yang sadar segera memengang lehernya dan mengambil ponselnya untuk melihatnya.
Sunghoon mengumpat kesal lalu mau tidak mau sambil menahan malu ia mengambil plester luka tersebut dari tangan Jay dan mengucapkan terima kasih. Sedangkan Jay hanya terkekeh.