auteurlavie

the girl's who love writing

IV.

Sunghoon hanya bisa menundukan kepalanya ketika ia berada di aula untuk disidang setelah apa yang ia lakukan pada Jongseong tiga hari yang lalu.

Di depannya beberapa dewan sekolah, guru dan juga beberapa orang tua murid lainnya yang pernah ia bully.

“Kami sedang mendiskusikan hukuman apa yang bisa di berikan pada Sunghoon”

Ucap salah satu dewan sekolah.

“Kesalahan siswa Sunghoon sangat fatal, ia menyebabkan seseorang hingga di rawat di rumah sakit. Bukan masalah ia adalah cucu dari pemilik sekolah, tapi ia telah menyebabkan siswa lainnya masuk ke rumah sakit. Setidaknya berikan dia pelajaran seperti di skor”

Sambung salah satu wali murid.

“Jadi kami sudah diskusikan bahwa siswa Sunghoon akan mendapatkan hukuman berup-”

“Park Sunghoon tidak bersalah”

Seketika ruangan aula itu menjadi diam, begitu pintu terbuka mereka melihat ke arah pintu.

Jongseong berdiri di depan pintu, membuat semua yang ada di sana terdiam dan melihat ke arah Jongseong, termasuk Sunghoon yang menatap tajam dan bingung.

Jongseong berjalan mendekat dan berdiri di samping kursi Sunghoon.

“Saya yang tidak hati-hati saat itu, dan Sunghoon juga tidak sengaja memukul saya”

Ucap Jongseong, Sunghoon menatapnya Jongseong.

“Baiklah, kita akan kembali mendiskusikan masalah ini terlebih dahulu dengan dewan sekolah dan jajarannya”

***

Bugh

Tubuh Jongseong di dorong ke dinding belakang sekolah oleh Sunghoon.

Ia menahan kerah baju Jongseong.

“Lo emang sengaja ya? Sengaja buat gua di permalukan kaya gitu?”

Sunghoon menguatkan cengkramannya pada kerah baju Jongseong, sedangkan Jongseong yang kita tau adalah Jay hanya tersenyum sinis.

“Jadi lo merasa di permalukan?”

Jongseong berkata dan membuat Sunghoon menaikan sebelah halisnya, karna biasanya Jongseong tidak pernah melawan sekali pun.

“Lo sengaja kan? Hah!”

“Aaghhkk!!”

Jongseong membalikan keadaan dan sekarang ia mendorong tubuh Sunghoon ke dinding dan balik mencengkram kerah baju Sunghoon, yang membuat Sunghoon terkejut.

“Iya gua emang sengaja. Karna lo harus merasakan apa yang gua rasain!”

Sunghoon yang mendengar itu kembali mencengkram kerah Jongseong dan menatap matanya tajam.

Dari sorot mata Jongseong, Sunghoon merasakan sesuatu yang berbeda. Ia seperti merasakan hal lain yang ntah membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan tubuhnya memanas seketika.

“Bukan gua! Tapi harus lo yang ngerasain apa yang gua rasain bajingan!”

Sunghoon melayangkan satu tinjunya pada Jongseong yang membuat tubuh Jongseong terhuyung sedikit.

Sunghoon menatap tajam lalu melangkah pergi dari tempatnya, sedangkan Jay terkekeh pelan.

“Well, akhirnya kita ketemu lagi”

V.

Sunghoon membungkukan badannya kepada beberapa orang yang ia jumpai ketika ia baru keluar dari ruangannya menuju keluar gedung, Heeseung sudah menunggunya untuk pulang bersama karena tiba-tiba orang tua Sunghoon ini bertemu dengan Sunghoon.

“Mama mau ketemu sama lo Hoon, katanya ada hal penting yang mau beliau sampaikan sama lo” Heeseung berkata begitu Sunghoon masuk ke dalam mobilnya dan langsung memasang sabuk pengaman.

Sunghoon tidak ambil pusing, toh Heeseung tadi sudah memberitahunya.

Sunghoon kembali menginjakkan kakinya untuk pertama kali setelah lima tahun pergi dari rumah, rumah besar bergaya Eropa dikawasan Incheon itu masih sama dengan pandangannya ketika ia tinggalkan lima tahun lalu.

Sunghoon hanya tidak ingin menyusahkan kedua orang tuanya, lagian ia juga ke Seoul karena harus kuliah dan bekerja disana,sebuah alasan yang logis bukan?

Sunghoon melangkahkan kakinya menuju ruang tengah bersama dengan Heeseung, kedua orang tua Sunghoon juga meminta untuk Heeseung ikut bersama dengan mereka. Ada beberapa pelayan rumah yang menyapa Sunghoon dan Heeseung, lalu mengatakan jika tuan besar dan nyonya besar menunggu mereka di ruang tengah.

“Sunghoon” Sunghoon tersenyum ketika melihat sosok sang mama berjalan ke arahnya dan langsung menghampiri Sunghoon dan memeluknya, memeluk sosok yang sudah lama tidak ia jumpai.

“Mama kangen banget!” ucap sang mama sambil mengelus pelan punggung Sunghoon, Sunghoon membalas ucapan sang mama dengan menjawab bahwa ia juga sangat merindukan kedua orang tuanya. Sang mama melepaskan pelukannya lalu bergantian memeluk Heeseung.

“Duduk lah dulu” perintah papa yang sendari tadi melihat mereka di kursinya, sama sekali tidak berniat untuk melepas rindu dengan anak semata wayangnya tersebut.

“Sunghoon, ada sesuatu yang harus kami sampaikan padamu.. dan rasanya kau harus segera tau tentang masalah ini” Tuan Park menghela nafasnya sebentar membuat Sunghoon dan Heeseung tiba-tiba merasakan aura gelap yang keluar dari Alpha dewasa di depannya.

“Umurmu sudah 28 tahun Sunghoon, apa kau tidak berniat untuk mencari Matemu?” Sunghoon menoleh sebentar dan menggeleng pelan.

“Papa tau sendiri kan aku ini Omega seperti apa? Aku hanya tidak ingin bertindak gegabah” Sunghoon berkata dan mendapat anggukan dari sang papa.

“Bagus Sunghoon, kamu masih memengang janjimu terhadap kami” sang Alpha di depannya tersenyum sebentar,merasa bangga terhadap anak semata wayangnya yang tetap memengang janji mereka lima tahun yang lalu sebelum Sunghoon meninggalkam rumah mereka untuk tinggal sendiri.

“Ada sesuatu yang harus kami sampaikan pada kalian berdua, jadi tolong kalian dengarkan baik-baik” kali ini giliran Omega dewasa di depan mereka yang membuka suara.

“Sunghoon,kamu tau kan kalo kamu adalah Omega yang berbeda dari Omega lainnya?” Sunghoon mengangguk kecil dan kembali mendengarkan perkataan dari mamanya.

“Kamu adalah keturunan terakhir Sunghoon, kamu adalah Omega terakhir dengan kemampuan khusus di dunia ini” seketika itu pun,Sunghoon menjadi diam. Matanya masih menatap ke pada kedua orang tuanya.

“Mama tidak perlu menjelaskan lebih detail tentang ini Sunghoon, karena pasti kamu mengerti maksud dari mama kan?” Sunghoon mengangguk kecil dan terlihat menghela nafasnya.

“Wangi Feromonmu, sudah tercampur dengan seorang Alpha. Kamu tau akibatnya Sunghoon?” Kali ini giliran ayahnya yang berbicara.

“Cepat atau lambat akan banyak Alpha pemburu yang mengejarmu, jadi kau harus segera memastikan jika Alpha yang sudah membantumu untuk menghentikan masa Heatmu adalah Matemu atau bukan. Maka jika dia bukan Matemu,kau harus membunuhnya untuk menghilangkan wangi Feromon kalian yang sudah tercampur,sebelum ia yang membunuhmu” Sunghoon terdiam dan menatap Heeseung, jelas bagaimana kedua orang tuanya bisa mengetahaui bahwa ada Alpha yang membantunya menuntaskan masa Heatnya kalau bukan dari Lee Heeseung. Heeseung hanya mengulas senyum pada Sunghoon tanpa merasa bersalah.

Ia terpaksa melakukannya demi kebaikan Sunghoon.

“Dan jangan lupakan, setelah ini masa Heatmu akan lebih menyakitkan Sunghoon” Sunghoon tau akan hal ini, Sunghoon mengerti tentang kondisinya seperti ini.

Tuan Park mengeluarkan sebuah botol kecil yang di dalam sana ada cairan berwarna ungu dan menyerahkannya pada Sunghoon.

“Minum lah ini untuk menghilangkan aroma pencampuranmu dengan Alpha tersebut. Keluarga Choi yang meraciknya sendiri sesuai dengan kebutuhkanmu” Sunghoon menerima botol yang di berikan oleh papanya dan menatapnya sesaat.

“Di dalam sana ada wangi Feromon milik Heeseung. Jika kau meminumnya makan wangi kalian akan tercampur dan tidak akan ada seorang Alpha pemburu yang berani mendekatimu. Karena mereka mengenal wangi Heeseung yang merupakan seorang Alpha pemburu” Sunghoon menoleh ke arah sepupunya yang sedang tersenyum.

Heeseung hanya tersenyum, ia tau bahwa Sunghoon sedang menyimpan dendam pribadi padanya karena tidak memberi tahu sebelumnya.

IV.

Jongseong tidak pernah merasa seprustasi ini, ia adalah tipe yang tidak peduli dengan sekitarnya, bahkan saat ia bisa mencium wangi dari beberapa Feromon yang keluar dari seorang Omega, ia sama sekali tidak tergoda dan jiwa Alphanya juga tidak bereaksi sama sekali. Tapi kali ini Jongseong merasa seperti tersihir oleh Feromon yang keluar dari tubuh seorang Omega seperti Sunghoon, saat dimana Sunghoon menatapnya sendu dan tajam, meminta bantuannya untuk menuntaskan masa Heatnya. Jongseong tersenyum sarkas, ini pertama kalinya dalam dirinya jiwa Alphanya bangkit. Ia tidak bisa berdiam diri, ia harus memastikan sendiri jika Sunghoon merupakan Matenya atau bukan.

Jongseong mengambil sebuah buku terjemahan berjudul “Quid Pro Quo” buku yang menceritakan tentang perjalanan seorang Alpha sepertinya yang mencoba mencari Matenya. Jongseong berjalan ke arah meja khusus dimana ia sering menghabiskan waktu berjam-jam hanya sekedar untuk membaca.

Jongseong meneguk Winenya sesekali sambil terus memahami dari buku keluaran Yunani Kuno yang di terjemahkan ke dalam Bahasa Inggris tersebut, bagaimana cara seorang Alpha sepertinya menemukan Matenya dan apa yang harus ia lakukan jika bertemu dengan seorang Omega yang sedang dalam masa Heatnya.

“Astaga kepalaku pusing, kalau seperti ini harusnya aku menyuruh Beomgyu untuk menerjemahkan buku ini ke dalam Bahasa Korea, agar bisa mudah dipahami oleh orang lain” Jongseong menutup bukunya dan memijat pelipisnya karena rasa kantuk yang tiba-tiba menyerangnya. Jongseong meletakan buku tersebut pada nakas di samping kursi bacanya dan melangkah keluar dari ruangan bacanya dan menuju kamarnya.

***

Geonu menoleh ketika suara deringan telepon di mejanya berbunyi, namun sebelum ia mengangkat Beomgyu memberi sinyal jika ada yang mencarinya bilang ia tidak ada, siapapun itu termasuk Dikertur Park ataupun Taehyun.

“Ya halo, ada yang bisa saya bantu?” Geonu berunjar ketika menempelkan gagang telepon ke telinga kanannya lalu kali ini ia kembali menatap ke arah Beomgyu yang memberi gestur menyilang dengan kedua tangannya, Geonu menjauhkan gagang teleponnya lalu mulutnya terbuka dan berbicara sesuatu tanpa suara “Direktur Park mencarimu”

Beomgyu berdecak sebal, lalu mengangkat gagang telepon disamping mejanya untuk disambungkan dengan Direktur Park.

“Ya.. Choi Beomgyu disini” Ucap Beomgyu masih mempertahankan wajah tidak sukanya karena waktunya di ganggu.

“Baik saya akan segera naik” Beomgyu menutup sambungan teleponnya dan bangkit berdiri dengan membereskan kemejanya yang sedikit berantakan, lalu matanya menatap ke arah Sunghoon yang masih setiap menatap layar komputernya dan jari-jarinya dengan bebas menari di atas keyboardnya.

“Sunghoon?” Sunghoon menoleh dan mendapatkan Beomgyu sudah berdiri di samping mejanya.

“Sudah berapa bagian yang berhasil di terjemahkan?” Tanya Beomgyu dan Sunghoon menjawab bahwa ia sudah masuk kedalam bab lima dan masih ada tujuh bab lagi yang belum ia selesaikan, Geonh tersenyum.

“Kalau begitu kau bisa tinggalkan itu sebentar, sekarang pergilah ke lantai sepuluh untuk bertemu dengan Direktur. Aku rasa dia menemukan buku baru untuk kembali diterjamahkan” Beomgyu berkata membuat Sunghoon menaikan sebelah halisnya.

“Maksudmu aku harus ke ruangan Direktur?” Beomgyu tersenyum dan mengangguk kecil.

“Tidak akan ada masalah, kau hanya perlu bertemu dengannya dan menerima buku darinya untuk segera kita terjemahkan” Sunghoon mengangguk dan bangkit berdiri dari tempat duduknya.

“Lantai Sepuluh ya Sunghoon, setelah kau keluar dari pintu lift akan ada tiga ruangan disana, kau harus berjalan ke sebelah kanan karena itu adalah ruangan Direktur Park”

“Jika dia bertanya kenapa kau yang datang, bilang saja bahwa aku sedang tidak bisa di ganggu”

***

Sunghoon menghentikan langkahnya begitu ia keluar dari dalam lift dan mengambil nafas dalam-dalam sebelum melangkahkan kakinya ke koridor sebelah kanan,

“Maaf ada yang bisa saya bantu?” Seseorang pegawai lainnya yang tengah duduk di salah satu kursi di sana bertanya pada Sunghoon yang masih diam di posisinya, pegawai tadi melihat dari atas sama bawah tubuh Sunghoon

“Permisi!!” Sunghoon tersentak kaget dan segera membungkukan badannya.

“Oh.. saya ada perlu ke ruangan Direktur Park” Ucap Sunghoon cepat, membuat pegawai tadi tersenyum lalu menunjuk arah ruangan Direktur Park.

“Nanti tempelkan jarimu dialat samping pintu dan pintunya akan terbuka, jika dia memanggilmu maka akan terbuka, tapi jika kau datang dengan sendiri maka pintu tidak akan terbuka.. bukan kah sungguh canggih?” Pegawai tadi kembali tersenyum lalu mengulurkan tangannya.

“Perkenalkan aku Cha Junho, sekertaris dari Direktur Park” Sunghoon terdiam namun segera menerima uluran tangan Sekertaris Cha dan membalas senyum Junho,

“Park Sunghoon”.

Balas Sunghoon

“Kalau begitu aku harus pamit,sampai jumpa”

Sunghoon menghela nafasnya dan menempelkan jarinya pada alat yang dimaksud oleh Junho tadi dan benar saja, pintu di depannya langsung terbuka. Sunghoon melangkahkan kakinya dan langkahnya terhenti ketika ia menatap sosok di depannya yang sedang menatap ke jendela besar ruangannya dengan kedua tangan yang berada di saku celananya.

“Apa kau orang yang di suruh Beomgyu?” sosok itu berbalik dan membulatkan matanya terkejut melihat sosok Sunghoon berada di depannya begitu juga dengan Sunghoon. Keduanya terdiam sesaat, ada perasaan aneh yang mengalir dalam tubuh mereka secara bersamaan.

“Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi disini, Sunghoon!” Jongseong melihat name tag yang digunakan oleh Sunghoon.

“Penterjemah?” Nafas Sunghoon tiba-tiba terasa tertahan mendengar bagaimana sosok di depannya ini memanggil dan berbicara padanya.

“Duduk lah terlebih dahulu, aku akan mengambilkan buku yang kalian perlukan” Jongseong berjalan ke arah ruangan sebelahnya untuk mengambil buku yang sudah ia bicarakan bersama dengan Beomgyu sebelumnya.

Jongseong terdiam dan menatap ke arah Sunghoon yang sedang duduk sambil melihat kesekitarnya, Jongseong tidak bisa menahan wangi Feromon yang keluar dari tubuh Sunghoon walaupun Sunghoon tidak dalam masa heatnya yang membuat jiwa Alphanya benar-benar kacau dan Jongseong harus sekuat tenaga untuk menahan semua gejolak ini.

“Sunghoon bukan lah Omega biasa” umpatnya dalam hati, sebelum ia benar-benar mengambil bukunya dan memberikannya pada Sunghoon.

IV.

“Tuan muda, sekertaris Han sudah menunggu anda”

Jaeyoon yang baru saja turun dari kudanya, setelah menyelesaikan latihan berkuda hanya mengangguk kecil kepada salah satu pelayan yang ada disana. Ia melepaskan sarung tangan yang ia gunakan lalu berjalan menuju tempat yang sudah di siapkan.

“Selamat datang tuan muda”

Beberapa orang lengkap dengan jas formal dan juga alat di telinga mereka membungkuk ketika Jaeyoon masuk ke dalam tempat tersebut.

“Jadi dia orangnya?”

Jaeyoon langsung menunjuk salah satu pria berjas hitam di depannya, sekertaris Han mengangguk kecil.

“Duduklah!”

Sekertaris Han terlihat menaikan sebelah halisnya, sedangkan Jaeyoon menatap ke arah pria berjas hitam tersebut.

“Bukan kah kamu pengawalku? Maka duduklah”

Pria tadi menggeleng.

“Mengapa seperti itu?”

Tanya Jaeyoon, pria berjas tadi tersenyum.

“Saya memang pengawal tuan muda, tapi saya bukan pesuruh tuan muda. Lagian jika saya duduk disana, lalu siapa yang akan melindungi anda?”

Jaeyoon terdiam sesaat, meminum secangkir teh sorenya.

“Wie heißen Sie??”

(siapa namamu?)

“Mein Name ist Ethan”

(nama saya Ethan)

**Jerman

Jaeyoon melipat kedua tangannua di depan dada, masih menatap ke arah pria bernama Ethan tadi.

“wat zijn je vaardigheden?”

(Apa keahlianmu?)

“rit”

(menyetir)

**Bahasa Belanda

“Hah? Kalo begitu aku juga bisa”

Jaeyoon terlihat jengkel

“Tapi bahasa Jerman dan Belandamu cukup bagus, sesuai dengan apa yang tertera dalam profilmu”

Jaeyoon menatapnya lagi, lalu ia bangkit berdiri

“Aku harap, kau tidak menyesal telah mengambil pekerjaan ini”

Ucap Jaeyoon lalu berjalan, diikuti sekertaris Han. Sedangkan Ethan tersenyum miring lalu berjalan di belakang sekertaris Han.

***

Taehyun berdiri tidak jauh dari tempat Beomgyu sedang berlatih di aula terbesar di negaranya, untuk persiapan konser musiknya bulan depan.

“Jadi Terry, kamu harus paham betul tentang semua jadwal tuan Beomgyu, yang formal maupun tidak formal”

Taehyun hanya mendengar sekertaris pribadi Beomgyu berbicara padanya, sedangkan matanya masih menatap Beomgyu yang tengah berlatih.

“Saya tidak tau mengapa Nyonya besar menyewa anda yang masih muda untuk melindungi tuan muda Beomgyu”

Taehyun melirik ke arah sekertaris keluarga Choi tersebut, ia tersenyum dan menyentuh pundak lelaki paruh baya tersebut.

“Tua atau muda tidak menjadi tolak ukur sesuatu, anda boleh meremehkan umur saya. Tapi anda tidak bisa meremehkan kemampuan saya”

Taehyun mencengkram kuat bahu pria di depannya, lalu kemudian melepaskannya setelah si sekertaris merasa sedikit terintimidasi.

“Mulai sekarang, serahkan tuan muda Beomgyu pada saya”

Sejujurnya Beomgyu sedikit terganggu, walau jaraknya terlalu jauh tapi Beomgyu tau bahwa ia sedang di awasi dan ia benci akan hal itu.

Beomgyu menghela nafasnya, lalu berhenti bermain dengan pianonya. Berjalan ke arah di mana Taehyun dan sekertaris keluarganya sedang berdiri.

“Jadi dia yang di kirim oleh ibu?”

Tanya Beomgyu dan Sekertaris keluarga Choi mengangguk.

“Dia bahkan terlihat lebih muda”

Beomgyu melipat kedua tangannya.

“Hei, coba mainkan Piano Sonata No. 18 dalam D Mayor. Jika kau berhasil maka kau lolos untuk menjadi pengawalku”

Taehyun menaikan sebelah halisnya.

“Tugas saya adalah mengawal anda tuan muda, bukan untuk bermain piano”

Ucap Taehyun pelan dan membuat Beomgyu mengembungkan pipinya.

“Baiklah baiklah, terserah saja. Aku mau pulang!”

Beomgyu segera beranjak dan langsung diikuti oleh beberapa pengawal lainnya dan Taehyun hanya mengangkat bahunya dan berjalan ke luar.

***

“Orang sehebat apa memangnya dia?”

Sunghoon menunjuk sosok di depannya yang berdiri dengan setelan rapih, sedangkan Sunghoon baru saja selesai dengan kelas bahasa asingnya.

“Memangnya tidak ada pengawal lain yang bisa ayahku sewa? Lihat lah bahkan ia terlihat seperti anak kecil yang masih berlindung pada ibunya”

Jay hanya tersenyum kecil.

“Maaf jika membuat kesan yang buruk di pertemuan pertama kita tuan muda, tapi anda tidak bisa menilai orang hanya dari umur dan penampilannya saja”

Sunghoon menghela nafasnya.

“Aku selalu mendapat ancaman pembunuhan, kemarin saja aku hampir di bunuh! Belum lagi aku akan semakin sering mendapatkan teror atau berada dalam bahaya. Bulan depan adalah kejuaran skating dunia”

Sunghoon melipat kedua tangannya dan menatap Jay tajam.

“Dengar ya Park Jay, sudah ada 30 pengawal sejak aku lahir yang meninggal karna melindungiku, apa kau mau menjadi salah satunya?”

Jay tersenyum dan mengangguk.

“Itu sudah menjadi pilihan saya sejak awal tuan muda, karna itu adalah pekerjaan saya. Apapun resiko ke depannya, setidaknya saya berada di garis paling depan untuk melindungi anda tuan muda”

Sunghoon terdiam, menatap lekat-lekat manik mata Jongseong mencari kebohongan disana. Namun yang di temukannya adalah sorot mata yang hangat.

“Oke baiklah, kita lihat!”

III.

Jongseong membuka matanya, dan mencium bau rumah sakit. Salah satu bau yang paling ia benci dari dulu.

Jongseong melihat sosok kakaknya yang sedang duduk sambil bermain ponsel di sampingnya, dengan menguyah permen karet. Seperti biasa.

“Lo sudah sadar?”

Satu pertanyaan yang lebih terdengar seperti sebuah pernyataan, tidak ada raut kekhawatiran disana. Dan mungkin saja kakak kembarnya sudah mengetahui keadaannya.

“Mau sok jago lo?”

Pertanyaan lain keluar dari mulut sang kakak, Jongseong menghela nafas. Ia benci jika harus beradu mulut dengan Jay, yang akhirnya selalu membawa panyakit yang ia derita sendari kecil.

“Kalo Heeseung gak ngikuti lo, mungkin lo sekarang udah sama nenek. Seong, lo bisa gak sih cerita ke gua, ini udah dua tahun lo sembunyiin ini semua ke gua!”

Jongseong menghela nafasnya.

“Gue cuma gak mau ngerepotin lo semua, lagian juga gue gak tau kenapa Sunghoon ngelakuin semuanya ke gue”

Jay menatap Jongseong lekat-lekat, menatap wajah adiknya yang terdapat banyak luka lebam.

“Jadi lo diam aja waktu si Sunghoon, Sunghoon itu pukulin lo?”

Jongseong mengangguk lemah.

“Gue rasa kalo dia mukulin gue, mungkin dia bakal berhenti buat kedepannya”

“Denger Jongseong, orang kaya gitu gak akan pernah berhenti. Lo malah ngasih ke sempatan buat dia terus ganggu lo. Lo tau gak sih perasaan gua waktu tau lo di bully? Heeseung juga sama sekali gak kasih tau ke gua kalo lo di bully”

Jay terlihat bahwa ia sedang mencoba untuk tidak lepas kendali di depan adiknya.

“Kalo lo kesal ngelihat adik lo di bully, jadi lo juga harus stop buat ngebully orang Jay”

“Gua udah lama berhenti. Tepatnya terakhir gua melakukan pembullyan pas SMP”

Jongseong menatap kakaknya sesaat, begitu juga dengan Jay.

“Biar gua turun tangan”

Jongseong menatap tajam, ia paham apa yang di maksud oleh Jay.

“Jay, gak perlu”

“Selama lo masa pemulihan, lo diam disini sampai bener-bener sembuh total. Biar gua jadi lo”

“Jay?”

“Nurut kata gua! Atau gua bener-bener marah sama lo!”

Membuat Jay marah, sama dengan mengantarkan nyawa jadi Jongseong hanya bisa pasrah ketika Jay beranjak dari tempatnya dan keluar dari ruangan Jongseong.

***

Sunghoon terlihat mondar-mandir di depan ruang rawat Jongseong, namun ketika ia melihat sosok yang akan keluar ia segara berlari ke ujung koridor dan memilih untuk pulang.

Sejujurnya, ia juga tidak menyangka bahwa Jongseong akan terluka seperti itu sampai harus di masukan ke rumah sakit.

Ia hanya ingin Jongseong merasakan apa yang dulu ia rasakan.

II.

Jay berdecak sebal, emang kakak berandik Hee dan Hyun sialan. Kenapa juga ia bisa berada di antara mereka berdua.

Jay menghela nafasnya sebelum akhirnya mengambil jaket dan kunci motornya untuk keluar, ia merasa sumpek berada di apartemen sendirian.

Kalo boleh memilih, Jay lebih suka hidupnya yang dulu. Berada di sebuah perdesaan dan hidup bersama dengan nenek dan Jongseong.

Tidak seperti sekarang, ia harus hidup terpisah dengan Jongseong semenjak SMP.

Dengan dirinya yang ikut ayahnya dan Jongseong ikut ibunya.

***

Jay berhenti di sebuah mini market untuk membeli beberapa cemilan dan mungkin malam ini ia akan makan mie instan lagi.

Walaupun ia bisa membeli makanan mahal sekalipun, tapi Jay tidak suka. Ia lebih menyukai makanan seperti ini.

“Aduh!! Kalo jalan tuh pakek mata goblok!”

Jay yang di tabrak tapi dia yang di maki.

Jay ngelihat sosok di depannya yang sedikit lebih tinggi itu.

“Waw! Lo yang nabrak gua, dan satu lagi. Jalan itu pakek kaki bukan mata, sekolah gak lo?”

Sosok di depan Jay tadi terlihat menaikan sebelah halisnya.

“Jongseong?”

Ucapnya lagi

“Oh!!! Ternyata lo sengaja kan? Sengaja ya lo nabrak gua, emang bangsat ya lo!”

“Hah? Ngaco! Lo yang nabrak gua!”

Jay tidak kalah emosi, ini bukan dia yang salah.

“Malem ini lo selamat dari gua, besok di sekolah lo habis! Dan safu lagi.. warna rambut lo norak juga ahahahaha”

Jay cuma bisa mandangi sosok tadi yang udah naik ke mobil yang ada di sana.

“Dasar sinting!”

III.

Sunghoon mengerang hebat, rasa panas itu semakin menguliti tubuhnya dan juga nafasnya terasa begitu tercekat, ia tidak tau jika heatnya kali ini akan separah ini.

Jongseong menatap Sunghoon yang sudah berada di dalam mobilnya. Wangi Feroman Sunghoon sungguh benar-benar membuatnya menjadi gila, Jongseong harus bisa menahannya bagaimanapun juga, ia tidak ingin di cap sebagai seorang Alpha pemburu.

“Aku mohon bantu aku” Sunghoon berkata dan menatap Jongseong sendu, Jongseong terdiam sesaat dan menatap Sunghoon yang terlihat kacau.

“Apa yang harus aku lakukan untukmu?” Jongseong bertanya, walaupun ia adalah Alpha dengan kedudukan tertinggi tapi tetap saja ini pertama kalinya jiwa Alphanya keluar.

“Apa saja, aku mohon tuan bantu aku,ini sungguh sangat menyakitkan” Sunghoon berkata lagi kali ini, ia melepaskan coat panjangnya dan meleparnya ke bawah kursi yang ia dudukin.

“Tunggu apa maksudmu?” Sungguh Jongseong  tidak mengerti, Sunghoon menatap Jongseong sekali lagi dengan tatapan yang benar-benar Sendu, bahkan setetes cairan bening keluar dari pelupuk mata Sunghoon.

Ia menangis karna rasa sakit yang berkali lipat dari sebelumnya.

“Aku sudah tidak tahan jika harus seperti ini, ini menyiksa sekali..” Sunghoon menyembunyikan wajahnya pada kedua telapak tangannya, menangis di hadapan Jongseong.

“Sangat menyakitkan menjadi seorang Omega sepertiku.. setiap masa heat rasanya aku ingin mati” Jongseong terdiam, sosok Omega di depannya masih menangis dan Jongseong sendiri dari tadi harus menahan dirinya sendiri untuk tidak melakukan sesuatu pada Omega di depannya.

“Sunghoon aku tidak bisa menolong kamu, kita baru kenal dan kamu mempercayai aku untuk menolong kamu?” Sunghoon membuka telapak tangannya dan menatap mata Jongseong.

“Tapi ini terasa sakit rasanya seperti anda akan mati dalam beberapa jam” Sunghoon berkata lagi, Jongseong terlihat berpikir, akal dan logikanya harus berjalan dengan tepat agar tidak terjadi kesalahan, ia harus memikirkan kedepannya seperti apa. Belum tentu bahwa Omega didepannya ini adalah matenya.

“Kalo begitu biarkan aku membantumu sedikit, untuk menghilangkan rasa sakit mu” Sunghoon terdiam sesaat dan melihat Alpha di disampingnya melonggarkan dasinya dan mendorong kursi kemudi ke belakang dan juga melakukan hal yang sama pada kursi yang tengah di duduki oleh Sunghoon.

“Taehyun, pastikan tidak ada satupun karyawan yang pergi ke basement”

Jongseong dan Taehyun memang memiliki kekuatan saling berbicara di dalam pikiran mereka.

“Park Jongseong apa yang akan kau lakukan?”

“Aku hanya akan membantunya untuk menghilangkan rasa sakit masa heatnya”

“Jangan betindak gegabah Jongseong”

“Aku tidak yakin”

“Brengsek!!”

“Sunghoon maaf kalo aku lancang padamu?” Jongseong berkata dan ia mengubah posisinya menjadi berada di depan Sunghoon dan menurunkan kursi yang di dudukin Sunghoon.

“Setidaknya, aku mempunyai kemampuan khusus untuk membantumu” Jongseong berkata lagi tangan kirinya di pakai untuk menumpu berat badannya agar tidak begitu menimpa Sunghoon sedangkan tangan kanannya membuka kemeja yang Sunghoon kenakan.

Sunghoon menutup matanya dan menahan nafasnya dengan rasa sakit yang tidak pernah ia rasakan dan sekarang ia hanya bisa pasrah terhadap kelanjutan hidupnya dan seorang Alpha di depannya yang sedang sibuk membuka tiga kancing kemeja milik  Sunghoon.

I.

Jongseong menghela nafasnya kemudian bangkit berdiri dan hendak keluar dari dalam bilik toilet, namun ketika ia mencoba untuk membuka pintu bilik toilet, pintu tersebut sama sekali tidak terbuka.

“Ada orang disana?”

Jongseong mencoba berteriak dan membuka pintu tersebut, namun sama sekali tidak terbuka. Ia melirik arlogi di tangannya yang menunjukan pukul 2 siang, dimaba mungkin saja orang-orang sudah pulang.

Byurr

Jongseong terkejut ketika ia mendapatkan tubuhnya basah kuyup seketika akibat mendapat guyuran air dari bilik sebelah, Jongseong mendongkak dan melihat Sunghoon yang memanjat dari bilik toilet sebelah tersenyum sinis padanya.

Jongseong menghela nafasnya.

“Gua salah apa sama lo?”

Tanya Jongseong, ia berbicara dengan nada biasa. Ia tidak ingin memperpanjang masalah.

“Salah apa lo tanya? Heol! Munafik lo bangsat!!!”

Sunghoon menatap tajam ke arah Jongseong.

“Lo harus ngerasain ini semua... sampai jumpa besok anak manis”

Sunghoon turun lalu keluar dari bilik sebelah setelah ia menggunakan ember lainnya untuk memanjat dan berdiri lebih tinggi.

Ia menatap pintu bilik yang dimana ada Jongseong di dalam sana dan di pintu tersebut tertulis “Toilet Rusak”.

***

Heeseung berlari ketoilet, setelah menyelesaikan clubnya ia memeriksa kelas Jongseong dan menemukan tasnya masih ada di sana, ia mencoba untuk mencari Jongseong, karna di telepon pun Jongseong tidak mengangkatnya.

“Jong?”

Heeseung berdiri di bilik toilet dengan tulisan “toilet rusak” tersebut.

“Seung? Heeseung?”

Terdengar suara lirih dari dalam sana, dan Heeseung langsung menyuruh Jongseong untuk menjauh.

Jongseong mendengar apa yang dikatakan Heeseung, lalu Heeseung membuka bilik tersebut dan menghela nafas lega.

Melihat Jongseong duduk di atas closet dengan keadaan basah kuyup dan kedinginan namun masih bisa tersenyum saat melihat Heeseung.

“Ini udah keterlaluan sih, Sunghoon harus bener-bener di kasih pelajaran”

Heeseung berkata, ia melepaskan jaket baseball miliknya kepada Jongseong agar tidak kedinginan.

“Gak usah, nanti makin ribet”

Jongseong menjawab dan membuat Heeseung memutar bola matanya.

“Jong, kalo dia kaya gini terus lo yang tersiksa. Lihat lo lagi-lagi di kunci kaya gini, kemarin di gudang yang minim cahaya dan oksigen, sekarang di dalam toilet dan lo disiram. Lo harusnya ngerti sama keadaan lo-”

“Udah seung, gua capek! Gua gak mau dengerin omongan lo lagi. Anter gua pulang”

Heeseung hanya menghela nafasnya dan tidak melanjutkan bicaranya.

***

Heeseung maupun Jongseong terkejut ketika melihat anak laki-laki ber-rambut terang sedang berdiri di depan rumah Jongseong dengan satu kantong plastik di tangan kanannya.

Ia menatap keduanya begitu tajem.

“Lo berdua dari mana? Baru pulang jam 5 sore kaya gini?”

Laki-laki tersebut berjalan ke arah keduanya.

“Lo kenapa basah kaya gini?”

Jongseong menelan ludahnya, tatapan laki-laki yang merupakan suadara kembarnya tersebut tajam dan menusuk.

“Tadi itu... gua-”

Jongseong menatap Heeseung, meminta bantuan.

“Jawab yang bener! Gak usah natap Heeseung!”

Bentak Jay dan membuat Jongseong terkejut.

“Lo bisa gak sih,gak usah bentak-bentak! Kalo lo cuma datang buat bentak-bentak gua, mending lo pulang!”

Jongseong mendorong tubuh kakak kembarnya dan masuk ke dalam rumah.

Jay menatap Heeseung.

“Lo apain adek gua?”

“Kagak ada tadi kita kehujanan!”

_lee heeseung bodoh!”

“Hujan? Kok gua enggak?”

“Hujan lokal!!, udahlah yang penting gua udah anter adek lo balik! Bayaran jangan lupa!”

I.

Jongseong menghela nafasnya kemudian bangkit berdiri dan hendak keluar dari dalam bilik toilet, namun ketika ia mencoba untuk membuka pintu bilik toilet, pintu tersebut sama sekali tidak terbuka.

“Ada orang disana?”

Jongseong mencoba berteriak dan membuka pintu tersebut, namun sama sekali tidak terbuka. Ia melirik arlogi di tangannya yang menunjukan pukul 2 siang, dimaba mungkin saja orang-orang sudah pulang.

Byurr

Jongseong terkejut ketika ia mendapatkan tubuhnya basah kuyup seketika akibat mendapat guyuran air dari bilik sebelah, Jongseong mendongkak dan melihat Sunghoon yang memanjat dari bilik toilet sebelah tersenyum sinis padanya.

Jongseong menghela nafasnya.

“Gua salah apa sama lo?”

Tanya Jongseong, ia berbicara dengan nada biasa. Ia tidak ingin memperpanjang masalah.

“Salah apa lo tanya? Heol! Munafik lo bangsat!!!”

Sunghoon menatap tajam ke arah Jongseong.

“Lo harus ngerasain ini semua... sampai jumpa besok anak manis”

Sunghoon turun lalu keluar dari bilik sebelah setelah ia menggunakan ember lainnya untuk memanjat dan berdiri lebih tinggi.

Ia menatap pintu bilik yang dimana ada Jongseong di dalam sana dan di pintu tersebut tertulis “Toilet Rusak”.

***

Heeseung berlari ketoilet, setelah menyelesaikan clubnya ia memeriksa kelas Jongseong dan menemukan tasnya masih ada di sana, ia mencoba untuk mencari Jongseong, karna di telepon pun Jongseong tidak mengangkatnya.

“Jong?”

Heeseung berdiri di bilik toilet dengan tulisan “toilet rusak” tersebut.

“Seung? Heeseung?”

Terdengar suara lirih dari dalam sana, dan Heeseung langsung menyuruh Jongseong untuk menjauh.

Jongseong mendengar apa yang dikatakan Heeseung, lalu Heeseung membuka bilik tersebut dan menghela nafas lega.

Melihat Jongseong duduk di atas closet dengan keadaan basah kuyup dan kedinginan namun masih bisa tersenyum saat melihat Heeseung.

“Ini udah keterlaluan sih, Sunghoon harus bener-bener di kasih pelajaran”

Heeseung berkata, ia melepaskan jaket baseball miliknya kepada Jongseong agar tidak kedinginan.

“Gak usah, nanti makin ribet”

Jongseong menjawab dan membuat Heeseung memutar bola matanya.

“Jong, kalo dia kaya gini terus lo yang tersiksa. Lihat lo lagi-lagi di kunci kaya gini, kemarin di gudang yang minim cahaya dan oksigen, sekarang di dalam toilet dan lo disiram. Lo harusnya ngerti sama keadaan lo-”

“Udah seung, gua capek! Gua gak mau dengerin omongan lo lagi. Anter gua pulang”

Heeseung hanya menghela nafasnya dan tidak melanjutkan bicaranya.

***

Heeseung maupun Jongseong terkejut ketika melihat anak laki-laki ber-rambut terang sedang berdiri di depan rumah Jongseong dengan satu kantong plastik di tangan kanannya.

Ia menatap keduanya begitu tajem.

“Lo berdua dari mana? Baru pulang jam 5 sore kaya gini?”

Laki-laki tersebut berjalan ke arah keduanya.

“Lo kenapa basah kaya gini?”

Jongseong menelan ludahnya, tatapan laki-laki yang merupakan suadara kembarnya tersebut tajam dan menusuk.

“Tadi itu... gua-”

Jongseong menatap Heeseung, meminta bantuan.

“Jawab yang bener! Gak usah natap Heeseung!”

Bentak Jay dan membuat Jongseong terkejut.

“Lo bisa gak sih,gak usah bentak-bentak! Kalo lo cuma datang buat bentak-bentak gua, mending lo pulang!”

Jongseong mendorong tubuh kakak kembarnya dan masuk ke dalam rumah.

Jay menatap Heeseung.

“Lo apain adek gua?”

“Kagak ada tadi kita kehujanan!”

_lee heeseung bodoh!”

“Hujan? Kok gua enggak?”

“Hujan lokal!!, udahlah yang penting gua udah anter adek lo balik! Bayaran jangan lupa!”

III.

Yeonjun sudah berada di kediaman keluarga Choi dan berjalan menuju ruang utama bersama dengan Yoongi, salah satu orang Seokjin yang ditugasnya untuk mengantar mereka semua.

“Mungkin mereka memiliki beberapa ruang rahasia disini, lo bisa perhatiin dan kalo ada cela, lo bisa cari tau”

Yoongi sedikit berbisik dan Yeonjun hanya mengangguk kecil sambil membenarkan letak jas hitam dan dasi hitamnya.

Mereka sudah sampai di sebuah ruangan besar dan di sana, ada beberapa orang yang duduk di kursi ada tiga orang dan beberapa pengawal berdiri di sudut ruangan.

“Selamat malam tuan besar, saya Suga yang di perintahkan oleh Jin untuk membawa pengawal pribadi untuk tuan Soobin”

Yoongi menunjuk ke arah Yeonjun.

“Namanya Daniel, dia adalah lulusan terbaik militer di AS-”

Yoongi menyerahkan satu buah dokumen pada tuan besar yang duduk disana, dokumen berisikan data milik Yeonjun.

“Lulusan terbaik dan juga merupakan siswa nomor satu selama bersekolah di AS, IQnya adalah 150”

Tuan Besar berkata lalu kemudian menutup dokumen milik Yeonjun dan tersenyum pada Yeonjun.

“Soobin adalah anakku satu-satunya, aku menyayanginya sangat. Hanya karna posisiku di negara ini, ia selalu mendapat banyak ancaman pembunuhan seperti tadi siang”

Tuan Besar menghela nafasnya, sedangkan Soobin yang duduk disana menatap Yeonjun dari atas sampai bahwa, ia merasa pernah melihat Yeonjun sebelumnya.

“Daniel, aku harap kamu bisa menjaga Soobin dan mempertaruhkan nyawamu untuk melindungi Soob-”

“Sampai kapan papa mau mengorbakan banyak nyawa untuk keluarga kita?”

Soobin menyela bahkan ketika tuan besar Choi belum selesai berbicara, ia bangkit berdiri menatap tuan besar Choi dan ke arah Yeonjun bergantian.

“Berapa banyak lagi orang-orang yang mati akibat kekonyolan orang dewasa yang serakah? Jika kalian menghentikannya, maka aku maupun yang lain tidak akan pernah mendapatkan acaman kematian!”

“Soobin!! Choi Soobin berhenti disana”

Soobin menulikan telinganya, ia keluar dari ruangan itu dan menuju kamarnya, meninggalkan tuan besar Choi yang menghela nafasnya sedangkan Yeonjun menatap punggung Soobin yang sudah menghilang di balik pintu ruangan besar itu.

“Maaf Suga dan Daniel, Soobin sepertinya sedang merasa sentimental karena kejadian tadi siang”

“Tadi siang?”

Yoongi bertanya dan tuan besar Choi menceritakan apa yang terjadi tadi siang, bahwa akan menyerangkan mendadak di hotel Silla, di mana Soobin sedang makan siang disana bersama dengan Sunghoon. Namun penyerangkan itu berhasil di gagalkan dan mereka masih mencari tau siapa yang mengagalkan penyerangan itu.

Yoongi menatap Yeonjun yang hanya tersenyum, tentu saja Yoongi tau ulah siapa itu.

“Daniel, mulai hari ini sampai kontrak mu habis kamu adalah pengawal pribadi Soobin. Kontraknya tertulis disini”

Yoongi memberikan kertas kontrak pada Yeonjun yang sudah di tanda tangani oleh tuan besar Choi sebelumnya.

Tanpa basa basi dan pikir panjang, Yeonjun mendatangi kontrak tersebut.