auteurlavie

the girl's who love writing

II.

Sunghoon tidak pernah habis pikir, kenapa juga ia sekarang berdiri di depan perusahaan Hybe Production tersebut. Mengapa juga ia mengikuti kemauan Heeseung.

Sunghoon menghela nafasnya dan memasuki gedung bertingkat itu, berharap bahwa tidak terjadi apa-apa padanya.

karna ini adalah hari pertama masa heatnya, dan ia sudah meminum obat yang di berikan oleh Soobin dengan dosis yang di naikan

“Mohon maaf, ada yang bisa saya bantu?”

Tanya salah satu pegawai disana, bagian receptionist.

“Saya datang untuk interview hari ini”

Jawab Sunghoon, lalu pegawai tadi menyuruh Sunghoon untuk menunggu di lobby utama.

***

Kang Taehyun, yang merupakan manager production harus ikut turun tangan meninterview para pelamar kerja.

Ia membuka beberapa cv para pelamar yang lolos tahap seleksi pertama.

“Perlu bantuan?”

Taehyun menoleh dan mendapatkan Jongseong berdiri di sampingnya dengan kemeja putih yang lengannta ia gulung ¼, dan kedua tangannya masuk ke dalam saku celananya.

Taehyun tersenyum.

“Tidak perlu! Bos”

Taehyun terkekeh dan di balas kekehan kecil dari Jongseong yang merupakan teman semasa sekolah sampai kuliah serta atasannya.

“Interview akan dimulai, gua tinggal dulu”

Taehyun bergegas meninggalkan ruangannya dan juga Jongseong.

Jongseong berjalan ke ruangannya untuk menyiapkan beberapa bahan meeting nanti siang.

***

“Park Sunghoon”

Begitu mendengar namanya di panggil, Sunghoon berjalan untuk memasuki ruangan interview.

“Perkenalkan nama saya Park Sunghoon” Sunghoon membungkukan badannya.

“Apa kamu sebelumnya sudah pernah bekerja sebagai editor?” Taehyun adalah tipe orang yang tidak begitu mau banyak basa-basi, ia lebih suka untuk langsung ke intinya.

“Saya sudah beberapa kali bekerja sebagai freelance” Unjar Sunghoon pelan.

“Jadi sudah berapa penulis yang berkerja sama denganmu?” Sunghoon terlihat sedikit berpikir.

“Hanya dua, Stepen Lee dan juga Hana Park” Taehyun mengangguk kecil, sambil membolak-balikan profil milik Sunghoon di depannya.

“Jadi kamu belum pernah bekerja pada sebuah perusahaan editor mana pun?” Sunghoon sekali lagi mengangguk kecil.

“Lalu apa motivasimu untuk bekerja disini? Lalu apa kamu bisa bekerja sama dengan team? Dan apa kamu bisa bekerja di bawah tekanan? Kamu tau sendirikan perkerjaan sebagai editor bukanlah pekerjaan yang mudah? Sudah ada tiga orang editor yang kabur selama satu bulan ini, jadi apa kamu akan sama seperti mereka?” Sunghoon sedikit menelan ludahnya, orang yang bertanya padanya memancarkan aura seorang Alpha yang kuat.

“Aku tidak ingin mencari seseorang yang mengatakan iya pada awalnya, namun pergi begitu saja. Kamu mengerti maksudku kan Sunghoon” Sunghoon mengangguk kecil,

“Menguasai lima Bahasa, lulusan sastra inggris terbaik? Bahasa apa saja yang kamu kuasai Sunghoon?” Sunghoon menoleh pada orang yang duduk tepat di depannya dan ditengah-tengah mereka, ia terlihat seperti seorang Beta karena tidak memancarkan aura Omega ataupun Alpha.

“Saya menguasai Jepang,Inggris,Mandarin,Prancis dan juga Korea” Jawab Sunghoon dan mendapatkan anggukan dari orang yang bertanya padanya.

“Jika dilihat dari kemampuan editormu melalui karya Stepen Lee, kamu termasuk orang yang memenuhi setiap kreteria yang kita cari. Hanya saja apa kamu sanggup berkerja sama dengan team, Sunghoon?” Sunghoon diam, diamnya bukan berarti ia bingung harus menjawab apa. Sunghoon mencengkram pelan ujung coat yang ia gunakan kepalanya mendadak pusing, keringat dingin keluar dari dahinya. Sunghoon berharap jangan sekarang, jangan sekarang dosisnya habis, ia sungguh tidak ingin mengeluarkan Feromonnya disini. Bahkan ia tidak tau banyaknya Alpha di luar sana yang bisa mencium wangi Feromonnya.

“Apa anda mendengarkan kami?” Sunghoon tersentak dari pikirirannya sendiri dan mengangguk kecil,

“Kalau begitu anda bisa datang lagi besok pagi”

“Permisi!?” Sunghoon mengerutkan keningnya tidak mengerti, namun dua orang dari tiga di depannya tersenyum kecil.

“Kamu di terima sebagai salah satu editor kami Sunghoon dan besok kamu bisa mulai bekerjasama dengan Huening Kai”

Pria yang duduk di tengah tadi tersenyum ramah pada Sunghoon.

Sunghoon boleh senang atau sedih mendengar kabar ini? Ia masih tidak siap, karena bagaimana pun ia masih berada dalam masa heatnya, dan meminum tablet untuk meredakan heatnya adalah hal terberat dalam hidupnya, walaupun ia sudah terbiasa, dimulai ketika umurnya menginjak 15 tahun, dimana ketika ia pertama kali datang masa heatnya.

***

Sunghoon memengang dinding kamar mandi dari selepas ia menyelesaikan interviewnya, badannya terasa panas,kepalanya benar-benar pusing. Sekarang harus apa yang di lakukan? Yang hanya bisa dia lakukan adalah berdoa agar tidak bertemu dengan seorang Alpha manapun dan Sunghoon tau bahwa wangi Feromonnya sudah keluar sekarang.

Sunghoon masuk kedalam salah satu bilik kamar mandi, mendudukan diri pada closet yang ada dengan nafas yang terengah-engah, ini adalah pengalaman pertama ia mengalami heat di tempat umum dimana banyak Alpha yang berkeliaran yang siap kapan saja menyerangnya.

Terakhir kali ia mengalami heat ditempat umum adalah saat ia kuliah, dan untungnya saat itu ada Soobin yang membantunya untuk meredakan wangi Feromonnya, dengan membawakan obat milik Sunghoon. Dan saat ini harus pada siapakah ia berharap? Tidak ada satupun yang ia kenal disini. Dan ini menjadi salah satu alasan mengapa ia tidak suka bekerja di luar dan hanya menjadi Freelance. Ia mencoba meraih ponselnya, namun karna badannya terlalu panas dan kepalanya pusing ia kesulitan untuk meraih ponselnya.

Sunghoon  pasrah ketika mendengar derap langkah seseorang di luar sana, ia hanya berdoa agar ia ditemukan oleh sesama Omega, ketika Sunghoon melihat sebuah sepatu pentopel dari cela bawah bilik kamar mandinya, jantung Sunghoon berdetak lebih kencang dari biasanya, rasanya Sunghoon ingin benar-benar pergi dari sini.

“Tok!”

“Tok!”

Nafas Sunghoon tercekat begitu ia mendengar suara bilik yang di ketuk dari luar, “ada orang di dalam” Sunghoon berkata lirih, setidaknya ia harus berkata agar orang itu segera menjauh, tidak ada jawaban yang Sunghoon dapatkan hingga ia merasakan bayangan orang dan sepatu pentofel itu sudah tidak ada lagi, barulah Sunghoon bisa bernafas lega.

Butuh waktu sekitar lima menit untuk Sunghoon berdiam diri sebelum ia kembali memakan tabletnya dan mereda kembali Feromon yang keluar.

Sunghoon mengelap dahinya yang mengeluarkan keringat banyak, ini sudah 15 menit ia berada di dalam bilik kamar mandi dan keadaanya sekarang sudah menjadi lebih baik dan ia mempunyai waktu satu jam hingga wangi feromonnya kembali keluar.

Sunghoon membuka pintu bilik kamar mandi dan langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok seseorang dengan pakaian kemeja putih yang lengannya digulung ¼ berdiri sambil menyenderkan tubuhnya pada dinding toilet di depan deretan bilik kamar mandi. Sunghoon menelan ludahnya, bagaimana pun, dilihat dari manapun, siapa saja akan langsung mengenali bahwa sosok di depannya ini adalah seorang Alpha, tatapan tajam,dingin dan lebih menitimidasi dari tatapan Kang Taehyun.

“Apa kau sudah berada disana lebih dari 15 menit?” Pria itu bersuara dan suaranya terkesan berat dan benar-benar memancarkan seorang Alpha yang berada di kasta tertinggi, Sunghoon sekali lagi menelan ludahnya dan berharap jika pria di depannya tidak mencium Feromon yang ia keluarkan lima belas menit yang lalu,

“Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, apa kau adalah karyawan baru?” Sunghoon terdiam sebentar.

“Saya baru saja menyelesaikan interview hari ini” Sunghoon menjawab, ia juga tidak tau kenapa ia menjawab, tapi rasanya ia harus menjawab pria di depannya karena Sunghoon mempunyai insting bahwa pria di depannya ini adalah seseorang dengan posisi tinggi di dalam perusahaan ini.

“Apa kau adalah sosok yang mengeluarkan wangi mint dan lemon secara bersamaan?” Sunghoon terdiam, tubuhnya tiba-tiba terasa mematung dan darahnya terasa berhenti ditambah ketika sosok pria tersebut berjalan melangkah mendekatinya, membuat Sunghoon mau tidak mau berjalan mundur.

“Akuu..” Lidah Sunghoon terasa keluh dan tidak bisa berbicara, ditambah ketika pria itu tepat berada di depannya dan mencodongkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada leher Sunghoon dan menghirup aroma tubuh Sunghoon, Sunghoon menahan nafasnya dan sekarang ia benar-benar pasrah, Alpha didepannya berhasil mencium Feromonnya tadi.

“Bagaimana kau bisa sampai disini?” Pria tadi kembali membuat jarak di antara keduanya, Sunghoon terdiam sesaat dan menatap mata pria di depannya.

“Bagaimana seorang Omega sepertimu bisa berada disini dan dalam masa heatmu?”

I.

Heeseung yang lagi asik minum coffe sore hari ini agak sedikit terkejut waktu penciumannya mencium wangi yang gak biasa.

Heeseung lirik kanan dan kiri,mencari dimana wangi yang menyerupai wangi laut dan pepohonan bercampur jadi satu serta sentuhan sedikit wangi vanilla. Wangi yang jarang ia temui sebelumnya. Heeseung pun bisa melihat beberapa orang yang tidak jauh disana merasakan hal yang sama, ditambah manik mata mereka yang berubah menjadi merah bata yang menandakan bahwa mereka adalah Alpha pemburu sama sepertinya.

Wangi itu menjadi lebih dekat ketika seorang laki-laki melewatinya dengan mengepalkan kedua tanganya dan mengambil pesanannya lalu keluar dari caffe.

Ada sekitar lima orang yang bergerak dari kursinya dan bisa di pastikan bahwa mereka adalah Alpha pemburu yang akan memburu laki-laki tadi.

Heeseung dilema.

Ia sedang berada di fase ingin berhenti menjadi Alpha pemburu, tapi instingnya berjalan. Di tambah ia belum mengomsumsi obat yang di berikan keluarga Soobin untuk menghentikan naluri Alpha pemburunya.

Heeseung berjalan keluar untuk mencari sosok Omega yang berani keluar seorang diri ketika masa heatnya

***

Jaeyoon harus mengerutukin dirinya, ia tidak tau bahwa heatnya kali ini terasa lebih lama dan sakit, padahal ia sudah meminum obat penghilang rasa sakit yang di berikan oleh dokter, tapi rasa sakitnya tetap ada.

Jaeyoon berada di lorong gelap di salah satu perbatasan kota malam hari ini.

Ia meraih dinding untuk menopang tubuhnya yang mulai terasa panas, bahkan minumannya sudah jatuh ke bawah.

“Well, sungguh sangat berani bahwa Omega sepertimu berada disini semasa heatmu

Jaeyoon menoleh, melihat bahwa ada dua laki-laki berdiri mendekat kepadanya.

Mungkin saja mereka adalah Alpha pemburu.

“Sayang, mau kami bantu menuntaskan masa heatmu? pasti sangat menyakitkan bukan?”

Mereka semakin mendekat dan Jaeyoon berjalan mundur.

“Menjauh kalian”

Tangannya menyuruh mereka untuk pergi, namun kedua Alpha pemburu itu malah berjalan semakin mendekat kepadanya.

“Aku mohon menjauh!”

Jaeyoon kembali berteriak, namun rasa sakit dan panas dalam dirinya semakin parah dan ini adalah rasa sakit yang paling sakit selama 25 tahun hidupnya.

“Kami akan membantu untuk menghilangkan rasa sakitmu, sayang~”

Hanya tinggal beberapa langkah lagi untuk kedua laki-laki itu menyentuhnya, yang Jaeyoon rasa bahwa kedua tubuh laki-laki di depannya terdorong jauh ke belakang.

“Apa kalian tidak dengar? Dia ingin kalian menjauh darinya!”

Jaeyoon tidak bisa melihat siapa wajah laki-laki yang berjalan ke arahnya dari arah ujung lorong tempatnya.

“Siapa kau? Apa dia adalah Omegamu?”

Jaeyoon bisa melihat sosok laki-laki yang sudah ada di depannya itu tersenyum ke arah dua Alpha tadi.

Laki-laki tadi melepar sebuah botol kecil berisikan pill, yang Jaeyoon tau itu pill apa.

“Mungkin dosisnya sama, itu milik sepupuku. Minum lah agar heatmu tidak sakit”

Laki-laki itu berjalan ke belakang dan detik berikutnya yang Jaeyoon tau bahwa terdengar suara pertengakaran disana.

***

Jujur walau tidak hilang seluruhnya, tapi Jaeyoon merasa lebih baik setelah meminum pill pemberian laki-laki tadi.

Laki-laki tadi menghampiri Jaeyoon setelah mengalahkan dua Alpha pemburu tadi.

“Omega seperti mu? Apa yang kau lakukan disini?”

Tanya Laki-laki tersebut lalu Jaeyoon menjelaskan semuanya padanya.

“Aku akan mengantarmu!”

Jaeyoon awalnya takut, karna bagaimana pun di depannya adalah seorang Alpha. Bagaimana jika Alpha ini hanya pura-pura baik padanya?

“Namaku Lee Heeseung, aku tidak akan menyakitimu”

Heeseung mengulurkan tangannya pada Jaeyoon.

“Aku akan mengantarmu pulang”

***

Heeseung melirik ke kanan, disana Jaeyoon sudah tertidur di kursi penumpang mobilnya.

Heeseung menghela nafasnya, sendari tadi ia harus menahan hasratnya agar tidak melakukan hal buruk pada Omega di sampingnya.

Heeseung ingin membangunkan Omega tersebut karna mereka sudah sampai di tempat Jaeyoon, namun pandangan Heeseung terahlikan melihat pakaian milik Jaeyoon.

Tiga kancing kemeja yang tidak tertutup, membuatnya menelan ludah kasar.

Sial, kewarasannya benar-benar di uji sekarang.

II.

Yeonjun melihat ke arah gedung yang di sebut oleh Namjoon di pesan singkat mereka, dengan sedikit memincingkan matanya Yeonjun menangkap sesosok pria berpakaian serba hitam, berdiri di atas gedung tersebut dan tengah menyiapkan snipper miliknya.

“Jay, bahaya!”

Yeonjun langsung berdiri dari duduknya dan menarik Jongseong untuk segera berlari ke Hotel Silla.

“Kenapa bang?”

Tanya Jongseong bingung, pertama Yeonjun tiba-tiba memanggilnya dengan Kode Namenya, kedua Yeonjun menariknya supaya mereka pergi ke depan Hotel Silla.

“Gak ada waktu lagi, lo ikut gua sekarang. Kita ke mobil terus ambil lo punya Sago TRG punya lo di mobil, gua tunggu di atas puncak hotel”

“Hah?”

“Seorang pria berjarak 500 meter dari Silla sepertinya lengkap dengan tembakan merk Barrett M82 sedang mempersiapkan tembakan pada restoran. Targetnya mungkin saja antara Soobin dan Sunghoon. Detailnya nanti gua jelasin, sekarang lo lakuin apa yang gua minta”

Jongseong mengangguk kecil kemudian berlari bersama menuju mobil mereka yang terparkir tak jauh di sana.

“Kita hanya punya waktu lima belas menit, sebelum pria tersebut selesai dengan persiapannya”

Jongseong kembali mengangguk, lalu pergi ke arah yang berlawanan.

***

Soobin dan Sunghoon yang sedang menikmati makan siang mereka sedikit merasa ada yang aneh, pertama beberapa pengawal mereka yang berjaga lebih ketat. Soobin yang lebih merasakan suasana yang berbeda melihat ke arah Sunghoon yang masih asik dengan steaknya sambil berbicara ini dan itu.

Soobin menyipitkan sebelah matanya, melihat jauh ke depan sana dimana ia bisa melihat sosok lain yang berdiri dengan senapan di tangannya.

“Sunghoon!”

Soobin berteriak lalu menundukan kepalanya diikuti oleh Sunghoon. Keadaan ruangan vvip tersebut menjadi lebih tengang ketika para pengawal bersenjata masuk dan berdiri tepat di belakang Sunghoon.

“Target telah dilumpuhkan sebelum menluncurkan aksinya”

“Ada seseorang di atap!”

Soobin dan Sunghoon yang bersembunyi di bawah meja makan, bisa mendengar pembicaraan antara pengawal mereka.

“Tuan Muda, apa kalian baik-baik saja?”

Pengawal keluarga Choi berkata sambil memeriksa keadaan Soobin dan Sunghoon, lalu membawa mereka ke luar dari hotel Silla.

Ketika mereka sudah berada di jalur keluar VVIP, Soobin melihat sosok pria menggunakan snapback serta baju hawai keluar dari lift emergency di tambah satu temannya yang membawa tas panjang yang mungkin bisa pastikan bahwa itu adalah senjata api.

Pandangan Soobin dan orang yang memakai pakaian hawai tersebut bertemu dan ia memberikan Soobin semua senyuman sebelum sosoknya hilang karna mobil pribadi milik Soobin sudah datang.

***

Yeonjun membuka snapbacknya dan baju motif bunga khas hawai, untungnya ia mempunyai akses untuk masuk ke Silla dengan berpura-pura menjadi turis VVIP negara.

“Jadi Jong, lo berhasil melumpuhkannya?”

Tanya Yeonjun dan Jongseong yang sedang menyetir mengangguk.

“Kita hampir terlambat satu menit, sialnya Heeseung malah menganti tembakanku”

“Si maniak martabak itu!”

I.

dorr

Point 8

dorr

Point 7

dorr

Point 10

dorr

Point 9

Heeseung membuka penutup telinga dan kaca matanya, menatap ke arah Jongseong yang baru saja melakukan hal yang sama.

Saat ini mereka sedang berada di tempat shooting range

“Keahlian menembakmu memang sudah tidak bisa di ragukan lagi”

Ucap Heeseung, ia meletakan pistol miliknya lalu berjalan ke arah kursi di mana Yeonjun dan Taehyun duduk disana sambil mengobrol, mereka sudah bermain terlebih dahulu.

Jongseong hanya tersenyum, ia kembali memasang kaca matanya dan penutup telinganya, mengisi kembali pistolnya dengan peluru dan memulai menembak ke depan.

“Dia tidak akan berhenti sampai semua poinnya sempurna”

Yeonjun berkata, memberikan satu gelas berisikan Brandy minuman kesukaan Heeseung.

Heeseung menerima gelasnya dan langsung meneguknya lalu duduk di samping Yeonjun.

“Bagaimana? Sudah menemukan informasi tentang Jaeyoon?”

Heeseung bertanya pada Taehyun, yang sendari tadi tangannya sedang sibuk bermain di atas tablet pcnya.

“Data yang gua punya sama kaya data yang bang Namjoon kasih”

Taehyun memberikan tablet pcnya pada Heeseung untuk segera Heeseung cek.

Tidak berbeda jauh dengan data yang dikirim oleh Namjoon.

Jongseong menyelesaikan permainan menembaknya dan bergabung, mengambil satu gelas berisikan Wiskey dan meminumnya.

“Jadi rencana lo apa bang?”

Jongseong langsung bertanya sambil menatap Yeonjun yang sedang tersenyum.

“Pertama, kita harus berjalan sesuai rencana awal. Kedua-”

Yeonjun sedikit tersenyum, ia menyalakan pematik miliknya sambil mengambil rokok di atas meja dan menyalakan rokok tersebut.

“Kita akan berjalan sesuai tujuan awal kita bergabung disini!”

Yeonjun mengepulkan asap rokoknya sambil tersenyum.

XIII.

Sunghoon menatap ponselnya lalu melirik ke kiri dan kekanan, dan menemukan sosok Jongseong berdiri dengan tatapan tajam ke arahnya dan juga Heeseung yang baru saja datang setelah tadi sempat mengangkat teleponnya.

Sunghoon menghela nafasnya lalu melihat bagaimana Jongseong berjalan ke arahnya dengan tergesah-gesah.

“Maksud lo apa?”

Tanya Jongseong.

Sekarang ia sudah berdiri di depan Sunghoon dan juga Heeseung.

“Gua tanya, maksud lo cium Sunghoon apa?!”

Jongseong mencengram kerah kemeja yang di pakai oleh Heeseung namun langsung di tepis oleh Sunghoon dan ia mendorong tubuh Jongseong, hingga tubuh Jongseong sedikit terhuyung kebelakang.

“Lo ngapain sih!”

Sunghoon berkata, nadanya tidak kalah tajam.

“Lo yang ngapain!”

Jongseong berkata lagi dengan nada yang lebih dingin.

“Lo ngapain larang-larang gua? Ketika lo sendiri bahkan ciuman sama orang lain!”

Sunghoon menatap Jongseong, Jongseong terdiam untuk sesaat kemudian ia tertawa kecil.

“Jadi karna gua ciuman sama orang lain, lo juga ciuman sama orang lain?”

Tanya Jongseong, ia berjalan mendekat ke arah Sunghoon dan berdiri tepat di belakang Sunghoon.

“Jadi kalo gua tidur sama orang lain lo juga bakal tidur sama orang lain? Atau mungkin lo udah tidur sama Heeseung?”

plak

Sebuah tamparan tepat mengenai pipi kanan Jongseong, Sunghoon menamparnya dengan mata yang menatap tajam ke arah Jongseong. Dibalik tatapan mata tajamnya, ada perasaan kecewa karna Jongseong berkata seperti itu.

“Gua emang anak nakal, tapi inget. Gua gak pernah serendah itu buat ngasih apa yang paling berharga bagi gua. Dan tololnya, gua udah kasih sama laki-laki brengsek kaya lo! Anjing lo!”

Sunghoon mendorong tubuh Jongseong lalu pergi begitu saja, meninggalkan Jongseong dan Heeseung.

Heeseung menatap Jongseong sebentar, berjalan mendekat ke arah Jongseong dan berbisik.

“Lo salah lihat, gua gak ciuman sama Sunghoon. Gua cuma bantu dia buat niup debu yang masuk ke dalam matanya. Dan satu lagi, hari ini dia minta gua jemput di rumah sakit karna kita mau beliin lo kado, karna lo keterima di SNU”

Jongseong terdiam untuk sesaat, menatap bahunya yang baru saja di tepuk pelan oleh Heeseung.

***

Heeseung memberikan satu batang rokok pada Sunghoon dan satu batang untuk dirinya sendiri, sambil menyalakan rokoknya.

“Sorry ya, gara-gara gua lo berantem sama Jongseong”

Heeseung mengepulkan asap rokoknya, sekarang mereka berada di pinggir sungai Han.

“Gak kok, lo gak salah. Santai aja, tuh anak kayanya otaknya eror saking pinternya”

Sunghoon menghisap rokoknya dan bermain dengan asap rokok, membentuknya menjadi beberapa bentuk.

Sunghoon melihat ponselnya yang berbunyi dan mendapati bahwa Jongseong beberapa kali meneleponnya.

“Gak di angkat?”

Tanya Heeseung, dia membuang rokoknya ke tanah lalu menginjaknya untuk mematikan rokoknya.

“Gak deh, biarin aja. Males gua, yang ada nanti emosian kalo gua angkat teleponnya”

Sambung Sunghoon dan masih melanjutkan acara merokoknya. Dengan mata yang menatap ke arah aliran sungai yang tenang.

maaf buat sekarang, gua cuma mau sendiri dulu Jong

XII. Bukan memaksa tapi memperjuangkan

Bugh!!

Tubuh Jongseong sedikit terhuyung ketika ia mendapatkan satu pukulan dari Jaeyoon di koridor rumah sakit yang sepi, Sunoo yang berdiri tidak jauh disana hanya menghela nafasnya sambil melipat kedua tangannya di dada.

“Lo ngapain ke sini? Harusnya lo sadar kalo Sunghoon kaya gini gara-gara lo”

Ucap Jaeyoon sambil mencengkram kera baju yang di gunakan oleh Jongseong.

“Inget ya, kalo lo lupa. Gua sama Sunoo ngelihat lo seminggu ya lalu”

Sunoo berjalan dan melepaskan tangan Jaeyoon dari Jongseong, tidak ingin membuat keributan di rumah sakit.

“Kak. Kaya yang gua bilang, ini mungkin baru satu pukulan doang dari kak Jaeyoon dan belum lagi yang lain. Lo yang udah mulai semuanya, kalo lo mau berhenti mending lo berhenti sekarang, jangan buat kakak gua berharap sama lo. Dan satu lagi-”

Sunoo berjalan mendekat ke arah Jongseong.

“Gua tau lo brengsek bukan karna lo mau”

Sunoo melangkah dan menarik tangan Jaeyoon untuk pergi dari sana, membiarkan Jongseong terdiam untuk sesaat dan berdiri di depan ruangan Sunghoon.

***

Jongseong membuka ruang rawat inap Sunghoon, disana Sunghoon lagi terbaring dengan ponsel ditangannya sambil tertawa sedangkan kaki kanannya tengah di gips.

Jongseong berlahan berjalan mendekat dan berdiri di hadapan Sunghoon.

Sunghoon yang menyadari kehadiran Jongseong, melihat sekilas lalu kembali fokus pada ponselnya.

“Lo balapan lagi?”

Tanya Jongseong

“Gua gak balapan kok, cuma mencari kesenangan”

“Mencari kesenangan dan akhirnya lo harus terbaring disini?”

“Gua sengaja aja, biar lo datang ke gua”

Jongseong terdiam dan ia menghela nafasnya. Sunghoon meletakan ponselnya dan sekarang menatap Jongseong.

“Gua cuma mau buktiin kalo lo masih peduli sama gua atau enggak”

Sunghoon tersenyum sambil menatap Jongseong.

“Sunghoon-ah”

Jongseong berjalan dan duduk disamping ranjang Sunghoon, ia meraih tangan Sunghoon untuk di genggam.

“Gua minta maaf kalo selama dua minggu ini ngilang gitu aja, itu bukan kemauan gua”

Jongseong menatap Sunghoon.

“Banyak hal yang lagi terjadi sama gua, termasuk papa yang gak setuju sama hubungan kita”

Jongseong mengusap pelan tangan Sunghoon, sedangkan Sunghoon hanya diam, diam mendengar perkataan dari Jongseong.

“Papa gak suka sama orang-orang kaya kita. Dia bilang kita adalah orang yang aneh. Itu yang buat gua gak bisa ungkapi perasaan gua ke lo, bukan karna trauma atau apapun. Karna papa gak suka sama hubungan kaya gini”

Sunghoon baru tau sekarang, mungkin jika tidak di beritau oleh Jongseong ia akan menganggap Jongseong adalah pria yang brengsek.

“Papa berusaha mungkin buat jauhin lo sama gua”

Ucap Jongseong lagi, kini ia membawa tangannya untuk mengelus pelan salah satu sisi wajah Sunghoon, sedangkan Sunghoon menutup matanya merasakan usapan lembut dari tangan Jongseong disalah satu sisi wajahnya.

“Tapi gua gak akan nyerah dan bakal buktiin bahwa hubungan kita bukan sesuatu yang aneh, dan kita bukan orang yang aneh”

Sambung Jongseong lagi.

“Sekarang papa memang masih di luar negri, tapi papa punya om wonwoo buat ngawasin gua”

Jongseong menghela nafasnya.

“Om Wonwoo cuma anak cewek dan dia jodohin sama gua, seminggu yang lalu Sunoo sama Jaeyoon gak sengaja ketemu gua sama anaknya om Wonwoo, kebetulan waktu itu anaknya om Wonwoo cium gua”

Sunghoon mengerutkan keningnya.

“Kok lu mau?”

Tanya Sunghoon.

“Gua aja kaget sebenarnya, soalnya tiba-tiba aja”

Jawab Jongseong dan Sunghoon jelas tidak suka, Jongseong tersenyum dan mengecup pelan bibir Sunghoon.

“Maaf ya”

Sunghoon masih tidak menjawab.

“Nanti gua bakal usahi masalah ini kelar dan yakinin papa sama hubungan kita”

Sunghoon masih diam, tidak menjawab ia sedang memikirkan sesuatu.

“Jong”

Panggil Sunghoon dan Jongseong melihat ke arah mata Sunghoon.

“Lo gak perlu memaksakan sesuatu yang bukan kehendak lo”

“Gua bukan memaksakan, gua cuma mau memperjuangkan. Kita udah jalan jauh dan gua gak mungkin buat tinggalin lo sendirian setelah banyak hal yang kita lakukan bersama, gua gak mau di cap sebagai cowok brengsek. Cuma lo yang boleh bilang gua brengsek oke?”

Sunghoon tersenyum lalu memeluk Jongseong dan Jongseong pun membalas pelukan Sunghoon.

XI. Do you still believe me?

Jongseong menghela nafasnya, sore ini setelah semua urusan osis selesai dan teman-temannya yang lain pulang ia memutuskan untuk pergi ke belakang sekolah.

Jongseong mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, satu kotak rokok. Ia membuka kotak rokok tersebut dan mengambil satu batang.

Setelah meletakan ujung rokok pada mulutnya, Jongseong meraba satu kantong lainnya untuk mencari pematik namun ia tidak menemukan pematik miliknya hingga sebuah pematik terulur di depannya.

Jongseong menoleh dan melihat Sunghoon di depannya, dengan tatapan yang sulit di mengerti dan juga pematik yang terulur di depannya.

Jongseong menghela nafasnya, ketika ia akan mengambil pematik dari tangan Sunghoon, Sunghoon menjauhkan pematiknya dan penyimpannya di dalam saku celanannya.

Jongseong melepaskan rokoknya dan menatap Sunghoon.

“Gua kaget ternyata lo juga ngerokok, padahal lo selalu bilang kalo gua gak boleh ngerokok”

Sunghoon berkata sambil mengeluarkan sebuah permen dalam sakunya, membuka permen tersebut.

Begitu Sunghoon ingin memasukan permen ke dalam mulutnya, Jongseong menarik tubuh Sunghoon hingga punggung Sunghoon menabrak dinding belakang sekolah.

“Lo bilang kalo mulut mau ngerokok, lo tinggal makan permen doang”

Sunghoon memasukan setengah permennya ke dalam mulutnya dan menatap Jongseong.

Jongseong menghela nafasnya, lalu ia memajukan dirinya dan mengambil permen yang ada di dalam mulut Sunghoon menggunakan bibirnya. Jongseong tidak hanya mengambil permen di dalam mulut Sunghoon, tapi ia juga melumat pelan bibir Sunghoon.

Jongseong melepaskan ciuman sesaat mereka setelah mendapatkan permen yang dia inginkan tadi.

“Lebih baik dari pada rokok”

Ucap Jongseong sambil menatap Sunghoon yang juga menatapnya.

“Lo kemana aja selama dua minggu ini? Lo kaya nyembunyiin sesuatu dari gua”

Tanya Sunghoon, sedangkan Jongseong menundukan kepalanya melangkah jauh dari Sunghoon dan bersender pada dinding tembok di sebelah Sunghoon.

“Gua minta maaf kalo selama dua minggu ini gua ngehilang”

Jawab Jongseong dengan helaan nafas berat miliknya.

Sunghoon tidak lagi bertanya, ia hanya diam di posisinya sekarang begitu juga dengan Jongseong.

“Sunghoon, lo masih percaya sama gua?”

Sunghoon menoleh, menatap Jongseong yang sedang menatap lurus kedepan.

“Kalo gua gak percaya sama lo, buat apa gua kasih semua yang gua punya sama lo?”

Sunghoon beranjak dari tempatnya dan kini berdiri di depan Jongseong.

“Gua harap, lo bakalan tetap jadi Jongseong yang bisa gua percaya kedepannya”

Sunghoon mencium sekilas birthmark milik Jongseong sebelum ia pergi dari belakang sekolah.

Jongseong menghela nafasnya sambil menatap punggung Sunghoon yang menjauh. Ia terduduk sambil mengacak rambutnya frustasi dan beberapa kali umpatan kasar keluar dari dalam mulutnya.

Sunghoon menghentikan langkahnya ketika ia rasa dirinya tidak bisa di lihat oleh Jongseong, ia mengeluarkan ponselnya dan terlihat menelepon seseorang.

“Bang, siapain arena race buat gua malam ini”

X. Lebih rendah dari sampah

Sunghoon yang baru saja turun dari motornya menghela nafas sambil berjalan menuju ke gedung sekolah, harusnya ia semangat karna ini hari pertama kembali ke sekolah setelah libur yang panjang.

Tapi banyak hal yang terjadi dalam hidupnya, ditambah setelah malam terakhir yang ia habiskan dengan Jongseong dan setelah Jongseong pergi dari rumah, ia sama sekali tidak mendapat kabar dari Jongseong.

“Lesu amat kakak ipar setan!”

Jaeyoon yang juga baru sampai bersama dengan Sunoo langsung merangkul Sunghoon yang badannya lebih tinggi dari tinggi badannya. Namun respon yang di berikan Sunghoon hanya sebuah tepisan ringan pada tangan Jaeyoon dan berjalan lebih dulu.

Jaeyoon dan Sunoo saling memandang, dan jelas terlihat dari raut wajah Sunoo bahwa ia sangat kesal dan mengepalkan tangannya.

Jaeyoon meraih tangan pacarnya itu lalu di genggamnya.

“Kita tunggu kabar aja ya, jangan sampai mood kamu rusak aja hari ini. Kita percayain semua sama kakak kamu”

Ucap Jaeyoon dan Sunoo hanya menghela nafasnya.

***

Sunghoon berjalan menuju koridor kelas barunya, setelah mendapatkan email dari sekolah di kelas mana ia berada.

Ketika ia berjalan, di ujung koridor ia melihat sosok yang ia rindukan selama dua minggu ini sedang berjalan bersama dengan wakilnya.

Ketika Sunghoon tersenyum dan berniat menyapa, Jongseong dan Taehyun hanya melewatinya begitu saja.

Tanpa lirikan, tanpa sapaan dan tanpa adanya kata yang keluar dari mulut Jongseong dan Taehyun, keduanya hanya sibuk membahas masalah penerimaan siswa baru.

Sunghoon melirik ke arah punggung mereka berdua, sebelum keduanya hilang di ujung koridor.

***

“Lo sama Sunghoon kenapa?”

Taehyun menyerahkan satu botol minuman dingin pada Jongseong ketika mereka sampai di ruang osis, sedangkan Jongseong mengacak rambutnya.

“Berantem?”

Jongseong menggeleng pelan.

“Jadi?”

“Bokap gua tau kalo gua sama Sunghoon-”

Jongseong menghentikan perkataan dan menatap Taehyun yang hanya menatapnya datar.

Jongseong menghela nafasnya, ia menundukan kepalanya.

“Lo udah mulai semuanya dari awal Jong, dan lo harus tetap sama pendirian lo. Kasihan Sunghoon kalo lo kaya gini, dan ingat Jong”

Taehyun mendekatkan dirinya dan berbisik pada Jongseong.

“lo udah ambil sesuatu yang berharga dari Sunghoon dan lo bakal ninggalin dia karna bokap lo doang. Lo gak lebih rendah dari sampah”

IX. Pillow Talk

“Jadi? Lo sama Heeseung dulu temenan pas di jepang?”

Sunghoon bertanya, sekarang posisinya saling berhadapan bersama dengan Jongseong.

Jongseong tersenyum, ia membawa tangannya untuk merapikan rambut depan Sunghoon yang berantakan.

akibat ulah mereka berdua tadi

“Terus, kalian ngebully siswa lain yang pada akhirnya ngebuat kalian berdua di keluarin di sekolah?”

Jongseong kembali mengangguk.

“Iya, dan kalo lo penasaran siapa siswa yang kita bully. Itu namanya Taehyun”

“Hah? Taehyun? Taehyun yang sekarang jadi wakil lo?”

Sunghoon menatap tidak percaya, bisa-bisanya Jongseong.

“Gua udah minta maaf sama Taehyun dan kaya yang lo lihat, sekarang kita temenan”

Jongseong menarik tubuh Sunghoon buat ngedeket sama dia, lebih tepatnya meluk tubuh Sunghoon.

“Gua minta maaf, kalo misalnya kata-kata gua buat lo ngerasa terbebani-”

Jongseong menghela nafasnya, ia mengelus lembut punggung Sunghoon di dalam pelukannya.

“Gua cuma gak mau, karna status hubungan kita jadi beda. Lo tau kenapa gua dulu pindah ke jepang, lalu sekarang gua di titip disini?”

Sunghoon tidak menjawab, ia menyamankan posisinya dalam pelukan Jongseong. Membiarkan Jongseong memberitaunya semua tentang Jongseong.

“Papa sama mama cerai karna mama selingkuh, dan mama ngebawa semua uang perusahaan papa ke luar negri sama selingkuhannya-”

Mendengar itu Sunghoon mengeratkan pelukannya pada pinggang Jongseong dan membenamkan wajahnya pada dada bidang Jongseong.

“Padahal mereka dulu memulai semuanya dengan perasaan sayang masing-masing dan malah berakhir seperti sekarang. Gua cuma takut kalo gua punya hubungan, suatu saat gua berakhir kaya orang tua gua”

“Lo sama orang tua lo beda, kalo misalnya lo takut hubungan lo berakhir kaya gitu. Itu tandanya lo salah memilih pasangan”

Sunghoon mendongakan kepalanya, menatap Jongseong.

“Sekarang gua paham kok gimana perasaan lo, gua juga gak nuntun buat status apa yang kita miliki sekarang. Yang penting gua udah tau perasaan lo ke gua gimana dan sebaliknya”

Jongseong terkekeh pelan, ia mengecup pelan puncak kepala Sunghoon.

“Jadi sekarang lo mau jadi temen gua? Temen hidup?”

“Gak mau, soalnya lo banyak yang suka. Nanti gua bisa jadi bahan bully anak-anak sekolah”

Jongseong menggeleng melihat jawaban yang diberikan oleh Sunghoon.

“Tapi Jong-”

Sunghoon melepaskan pelukannya dan sekarang menjajarkan posisinya dan juga posisi Jongseong.

“Selama seminggu ini gua lihat lo deket banget sama anak yang lo bimbing itu, terus dia juga sering bikinin lo makan siang? Soalnya gua lihat dia ke kelas dan naro kotak makan siang di meja lo”

Jongseong kembali tersenyum.

“Gua gak makan makanannya, semua gua kasih ke Taehyun. Lagian yang gua suka itu cuma lo kok”

“Ying gii siki iti cimi li kik!!!”

Jongseong mencubit hidung Sunghoon gemas.

“Lo juga jalan mulu sama Heeseung”

“Heeseung cuma minta tolong sama gua, sendari awal gua udah nolak dia”

Jongseong mengerutkan keningnya.

“Dia bilang mau deketin gua, tapi gua gak bisa. Soalnya gua cuma mau jatuh cinta sama cinta pertama gua, terus akhirnya sekarang dia lagi deket sama sekre lo”

“Sekre gua? Geonu?”

Sunghoon mengangguk.

Jongseong hanya ber-oh ria, terus dia balik natap Sunghoon sambil senyum.

“Jadi ceritanya gua ini cinta pertama lo ya?”

Sunghoon kembali mengangguk.

“Tapi ya Jong, dulu tuh setau gua lo itu orangnya baik. Bahkan lo ngasih semua mainan lo ke gua, kok sekarang lo brengsek sih?”

Sunghoon menatap Jongseong dengan tatapan penuh tanda tanyanya. Jongseong terlihat berpikir sesaat.

“Lo ingat gak? Dulu sebelum gua pindah ke jepang, waktu rumah kita masih di rumah lama, gua ada tanya ke lo. Lo tuh mau punya pacar yang gimana?”

Sunghoon sedikit menggeleng ragu, antara ingat atau tidak.

“Lo bilang, lo pengen punya pacar yang dia tuh pinter banget tapi badboy”

Sunghoon ingat sekarang lalu ia memandang Jongseong.

“Jadi lo kaya gini karna-”

“Lo”

Jongseong menyaut perkataan Sunghoon tadi lalu kembali membawa Sunghoon kedalam pelukannya, sekarang jam sudah hampir pukul 4 pagi dan mereka baru saja terlelap.

Dan bisa di pastikan bahwa mereka akan terlambat ke sekolah.

VII.

Sunghoon turun dari motor milik Heeseung begitu mereka sudah sampai di depan rumah Sunghoon, sesuai dengan janji yang mereka buat beberapa hari yang lalu. Mereka sudah selesai menonton drama musikal yang pengen banget di nonton sama Sunghoon.

Ketika Sunghoon mengucapkan terima kasih, pandangannya bertemu dengan Jongseong yang baru saja datang.

Sunghoon membuang pandangannya, ini mungkin sudah hampir satu minggu mereka tidak bertegur sapa semenjak kejadian Sunghoon bertanya pada Jongseong.

Jongseong melihat ke arah Heeseung dari atas sampai bawah.

“Long time noo see, Jongseong”

Heeseung tersenyum sambil menyapa Jongseong. Jongseong hanya menatap Heeseung dengan tatapan kosongnya, lalu kemudian ia menatap ke arah Sunghoon sebelum ia masuk ke dalam rumah Sunghoon.

“Loh, lo kenal sama Jongseong?”

Tanya Sunghoon dan Heeseung cuma senyum.

“Dulu kita pernah satu sekolah di Jepang pas SMP”

Sunghoon terdiam, kemudian ia menghela nafasnya dan mengucapkan terima kasih pada Heeseung sebelum ia masuk ke dalam rumahnya.

Sunghoon masuk ke dalam rumahnya, ia juga mendapat pesan dari ayah dan ibunya jika mereka tidak ada di rumah karena sedang pergi urusan bisnis lalu Sunoo, sudah pasti dia pergi bersama dengan Jaeyoon.

“Aduhh!!”

Sunghoon terkejut begitu ia masuk kedalam rumah dan tubuhnya di dorong oleh Jongseong yang sendari tadi berdiri disana. Ia mendorong tubuh Sunghoon hingga membentur tembok rumahnya.

“Lo ngapain!”

Sunghoon bertanya dengan nada kesalnya, sekarang apa lagi?

“Kenapa lo bisa jalan sama Heeseung?”

Pertanyaan yang keluar dari mulut Jongseong membuat Sunghoon menaikan sebelah halisnya.

“Bukan urusan lo!”

Sunghoon mencoba melepaskan cengkraman tangan Jongseong pada bahunya.

“Jelas urusan gua!! Kenapa lo bisa jalan sama orang brengsek kaya dia?”

“Hah? Gak salah denger gua? Bukannya lo yang brengsek?”

Jongseong terdiam sambil menatap ke arah manik mata Sunghoon yang menatapnya tajam.

“Dia brengsek hoon, jangan deket sama dia”

“Lo gak berhak ngatur gua, lo bukan siapa-siapa gua. Kita cuma temen!”

Sunghoon melepaskan cengkraman Jongseong dan berjalan lebih dulu, namun tangannya kembali lagi di tahan oleh Jongseong.

“Jadi selama satu minggu lo diemin gua, karna gua cuma anggep lo temen gua?”

Sunghoon terdiam, ia sama sekali tidak membalikan tubuhnya.

“Hoon.. jangan bilang kalo lo-”

“Salah emangnya kalo gua punya perasaan sama lo?”

Sunghoon berbalik dan menatap mata Jongseong.

“Gua gak tau kenapa juga gua bisa punya perasaan sama lo, padahal harusnya gua tau kalo lo itu brengsek. Tapi terlepas dari perlakuan lo ke gua, ketika lo obatin luka gua, ketika lo nepuk pelan kepala gua. Ketika lo perlakuin gua semanis mungkin, salah perasaan itu muncul? Gak kayanya, cuma disini gua aja yang bego. Harusnya gua tau kalo lo cuma jadiin gua pelampiasan nafsu lo doang”

Sunghoon tersenyum kecut dan melepaskan tangan Jongseong, berjalan untuk masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Jongseong sendirian yang masih terdiam dan terlarut dalam pikirannya.

“Gua suka sama lo, tapi gua gak bisa”