auteurlavie

the girl's who love writing

VI. Siapa yang salah?

“Tapi semuanya udah kan? Gua tinggal ngetik aja?”

Sunghoon bertanya, sekarang mereka baru aja sampe rumah dan begitu mereka masuk, keduanya melihat kedua orang tua Sunghoon dan Sunoo yang tengah bersiap-siap.

“Loh? Pada mau kemana?” Tanya Sunghoon, ini kok dia gak di ajak sama sekali.

“Rumah nenek, lagian kakak mana suka ke rumah nenek”

Ucap Nyonya Park. Sunghoon mendesus sebal, ia memang tidak suka jika harus berkunjung ke rumah neneknya.

“Jongseong, kalo misalnya kalian ingin makan malam tante sudah siapkan makanannya di atas meja ya. Tolong jaga Sunghoon supaya dia gak pergi kaya tadi malem”

Mampus, jadi Sunghoon semalem ketahuan pulang malam. Jongseong mengangguk kecil kepada kedua orang tua Sunghoon sebelum mereka pergi dengan Sunoo yang menjulurkan lidahnya pada Sunghoon.

Berarti Sunoo yang telah memberitahu orang tuanya kalo Sunghoon pulang larut.

“Dasar anak setan!”

Geram Sunghoon terus dia jalan lebih dulu.

Mereka memutuskan untuk membersihkan diri sebelum memulai tugas yang di berikan oleh Jongseong pada Sunghoon.

Sekitar satu jam, Sunghoon masuk ke dalam kamarnya yang di tempati oleh Jongseong sambil membawa laptop miliknya, sedangkan Jongseong sudah duduk di bawah dengan meja kecil yang memang ada di kamar Sunghoon yang beralaskan karpet. Jongseong sudah lebih dulu mengerjakan tugasnya, terlihat dengan meja yang berantakan.

“Kusut amat pak ketu”

Ucap Sunghoon terus dia duduk di samping Jongseong yang kelihatan banget lagi sibuk, Sunghoon gak ngerti sih dia sibuk ngapain, tapi kayanya kerjaan Jongseong emang banyak banget, di tambah ada beberapa tugas yang harus mereka kerjain.

“Gua belum siap, lo siapin tugas dulu aja hoon”

Ucap Jongseong dan Sunghoon hanya mengangguk, tadi juga mereka mutusin buat belajar bareng.

Tumben banget kan Sunghoon mau belajar? Soalnya bentar lagi ulangan, dan semester kemarin dia itu rangking terakhir di kelas. Yang buat papa sama mamanya marah besar sama Sunghoon dan berakhir motor kesayangannya di sita untuk yang kesekian kalinya.

Sekitar satu jam, Sunghoon noleh dan ngelihat Jongseong udah selesai sama tugas-tugas organisasinya dan juga tugas sekolahnya. Emang ini anak otaknya terbuat dari apa yah? Sedangkan Sunghoon, satu soal matematika aja gak selesai-selesai sama dia.

“Gua capek banget”

Jongseong berkata sambil merentangkan kedua tangannya terus dia natap Sunghoon, natapnya pakek tatapan iblisnya.

Jongseong tersenyum terus ngelepas kaca matanya, dia ngedeketin dirinya ke Sunghoon.

“Lo mau ngapain? Jangan macam-macam ya”

Sunghoon mengulurkan pena yang dia pengang ke depan wajah Jongseong.

“Gua gak macem-macem, cuma mau satu macem doang”

Sunghoon tuh gak ngerti jalan pikiran dari seorang sempurna kaya Jongseong.

“Gua peluk lo boleh gak?”

Tuh kan, ini anak emang akalnya tuh gak ada pernah habisnya.

“Hah? Ngaco, gua kan harus ngetik proposal yang lo minta”

Jongseong bergerak,sekarang posisinya ia duduk di belakang Sunghoon.

“Udah lu kerjain aja, gua cuma peluk lo dari belakang. Gua harus isi ulang tenaga dulu, gak usah protes!”

Sunghoon menghela nafasnya sambil menahan kesal, membiarkan Jongseong sekarang duduk di belakangnya. Kedua tangannya memeluk pingang Sunghoon dan kakinya ia selonjorkan di samping kaki Sunghoon yang terlipat, ia juga meletakan dagunya di bahu Sunghoon.

“Lo wangi banget, gua suka wangi lo”

Namanya juga Jongseong, tentu saja dia tidak akan tinggal diam. Ia mengendus-ngendus bahu Sunghoon.

“Geli, sum”

Sunghoon emang agak sensitif, di tambah sekarang Jongseong bukan hanya mengendus pundaknya, tapi mengecupi pelan pundak Sunghoon yang memang sedang memakai kaos hitam longgar.

“Gak usah macam mac—AGHHKKKK!! lo ngapain gigit pundak gua”

Sunghoon berteriak lalu noleh ke arah si pelaku yang hanya memasang wajah tanpa dosanya.

“Udah kerjain aja hukuman lo”

Sunghoon mendesus sebal dan kembali mengetik proposal yang harusnya bukan kerjaannya.

“Lo bisa diam gak sih! Gimana gua bisa foku- Anjing! Jongseong!”

Sunghoon kembali menoleh dan langsung memengang lehernya yang baru saja di beri tanda oleh Jongseong.

“Lo gila ya?”

Jongseong hanya tersenyum pelan.

“Habis lo wangi banget”

Sunghoon memutar bola matanya, ia sudah benar-benar berada di batas kesabarannya.

“Lo tuh kenapa sih? Setiap sama gua bawaan horny mulu!”

Kesel dia tuh sama Jongseong.

“Lo terlalu mengundang”

Sunghoon benar-benar tidak habis pikir, padahal ia rasa selama ini ia tidak berperilaku mengundang.

“Hormon lo aja yang kelebihin, dasar sinting!”

Sunghoon melanjutkan aktifitasnya, sekarang ia hanya ingin terbebas dari Jongseong. Sunghoon menghentikan gerakan tangannya, lalu memutar tubuhnya dan menatap Jongseong yang masih di posisi di belakang Sunghoon.

Jongseong menatap aneh ke arah Sunghoon.

“Lo bilang gua terlalu mengundang yah?”

Tanya Sunghoon, sekarang ia membawa kedua tangannya ke belakang leher Jongseong. Mengalungkan kedua tangannya.

Jongseong memincingkan matanya menatap tajam ke arah Sunghoon.

“Lebih tepatnya menggoda”

Jongseong tersenyum, ia kembali melingkarkan tangannya pada pinggang Sunghoon.

“Gua tadi ngomong kasar! Terus waktu tungguin lo tadi gua juga ngerokok!”

Sunghoon berkata dan mendekatkan wajahnya pada wajah Jongseong.

“Lo gak mau kasih hukuman gitu sama gu-mphhh”

Belum sempat Sunghoon menyelesaikan perkataannya, Jongseong telah menciumnya terlebih dahulu. Ia kembali membawa Sunghoon kedalam ciumannya, Sunghoon yang memang sengaja membalas ciuman Jongseong dan sekarang mereka berlomba siapa yang lebih bisa memimpin ciuman panas mereka malam ini.

Bukan hanya sekedar melumat bibir satu sama lain, bahkan kedua lidah mereka sekarang sedang mencoba untuk masuk kedalam mulut lawan mereka. Bertukar saliva yang bahkan menetes ke luar.

Sunghoon meremat pelan surai hitam milik Jongseong, perasaan aneh itu kembali datang tapi ia tidak peduli, sekarang ia harus menjaga kehormatannya bahwa ia tidak akan kalah dari Jongseong, bahwa bukan hanya Jongseong yang bisa melakukan sesuatu. Intinya malam ini ia ingin membuat Jongseong tidak berkutik.

Jongseong, ia tau bahwa Sunghoon telah kehilangan akalnya ketika ia mulai menggoda Sunghoon dengan menciumi leher dan pundaknya, terbukti dari permaian Sunghoon malam ini yang ingin membuktikan bahwa Sunghoon ingin menaklukan dirinya.

Ciuman mereka semakin lama makin menjadi panas dan liar, keduanya sama-sama tidak ingin mengalah.

“Kak Jon-ASTAGAAA MATA GUAAAA!!!!

Jongseong dan Sunghoon melepaskan ciuman mereka ketika mendengar suara teriakan dari arah pintu masuk kamar Sunghoon. Disana Sunoo berdiri sambil menutup matanya dengan kedua tangannya, walaupun ia masih berusaha mengintip di sela-sela jarinya.

“MATA GUA UDAH GAK SUCI LAGI!!”

“SUNOO!!!”

V. Pertolongan pertama

Sunghoon bener-bener mau teriak karna pesannya cuma di read doang sama Jongseong, mana sekarang dia lagi jongkok di deket pintu masuk halaman belakang rumahnya plus di gigitin nyamuk. Waktu Sunghoon mau berdiri dia denger suara pintu belakang kebuka, dan Jongseong muncul disana dengan piyama biru dan rambutnya masih sedikit basah. Yang artinya Jongseong baru kelar mandi.

“Lo tuh emang ngeselin banget!”

Ucap Sunghoon terus dia bangkit dari posisinya dan masuk kedalam rumah, Jongseong mengikuti Sunghoon dari belakang. Bahkan ketika Sunghoon berjalan ke dapur untuk mengambil air putih.

“Lo ngapain ngintilin gua sih?”

Tanya Sunghoon kesel sambil balik badan dan natap Jongseong, Jongseong mengeluarkan ponselny dan menunjukan pesan dari Sunghoon

“apapun yang lo minta nanti gua kasih”

Sunghoon diam, sialnya kenapa ia bisa ngetik kalimat kaya gitu. Masalahnya lagi ini Jongseong, laki-laki yang pemikirannya selalu berada di luar dugaan Sunghoon.

“Oke oke.. tapi gak sekarang, gua capek banget”

Jongseong menggeleng pelan, ia mengambil gelas yang ada di tangan Sunghoon dan menarik tangan Sunghoon. Sunghoon tuh mau berontak, tapi gak bisa. Dia harus meminimalisir suara agar penghuni rumah ini selain dia dan Jongseong tidak bangun.

Jongseong membawa Sunghoon ke kamarnya,lalu menyuruh Sunghoon duduk di tepi ranjang sedangkan Jongseong berjalan ke arah laci meja belajar untuk mengambil sesuatu.

Kotak P3K.

“Lu habis berantem ya?”

Tanya Jongseong sambil membuka kotak P3Knya, mengambil kapas alkohol serta obat merah.

Sunghoon terdiam untuk sesaat, ia tidak bisa berbohong. Lagian tadi ada sedikit kekacauan yang terjadi di tempat tongkrongan yang membuatnya dan teman-temannya yang lain ikut tawuran.

Jongseong menaikan poni depan Sunghoon, dan disanalah luka Sunghoon. Pelipisnya terluka dan mengeluarkan darah yang sudah mengering.

Secara perlahan Jongseong membersihkannya, membersihkan menggunakan alkohol serta mengobatinya dengan obat merah. Ia meniup-niup kecil luka tersebut sebelum di beri plaster luka.

Sedangkan Sunghoon, ia masih terdiam karna jarak di antara keduanya terlalu dekat.

Jongseong yang sudah mengobati luka Sunghoon menatap wajah Sunghoon yang masih diam, Jongseong tersenyum lalu mencium mole yang ada di hidung Sunghoon, membuat pria itu terkejut dan menatap Jongseong tajam.

“Lo ngapain sih nyium-nyium?!”

Protes Sunghoon, sedangkan Jongseong terkekeh.

“Lo tadi ngetik kasar, itu hukuman buat lo dan ini-”

Untuk kedua kalinya Sunghoon di buat terkejut karna Jongseong mengecup pelan bibirnya.

”-Karna lo nakal dan malah terlibat tawuran”

Jongseong membersihkan peralatan kotak P3Knya, sedangkan Sunghoon masih diam. Ada perasaan aneh dalam dirinya, dan jantungnya kembali berdetak lebih cepat karna dua perlakuan Jongseong tadi.

“Sekarang sana balik ke kamar lo dan tidur, goodnight”

Jongseong berkata sebelum ia mendorong tubuh Sunghoon buat keluar kamar dan itu ngebuat Sunghoon berdecak sebal.

***

Sunghoon pagi ini tidak terlambat, soalnya tadi malem dia gak bisa tidur. Gak tau kenapa, tapi bayangan waktu Jongseong cium mole sama bibirnya semalem selalu kebayang. Padahal itu bukan pertama kalinya dia dapat ciuman sepihak dari Jongseong. Tapi gak tau kenapa efeknya bisa buat dia gak bisa tidur semaleman.

Sunghoon keluar dari kamarnya bertepatan dengan Jongseong yang juga keluar dari kamarnya, sedangkan Sunoo sudah turun kebawah dari sepuluh menit yang lalu.

Jongseong menatap Sunghoon dari atas sampai bawah, lalu berjalan mendekat ke arah Sunghoon uanh sekarang memundurkan dirinya.

“Lo mau ngapain? Ini masih pagi!”

Jongseong mengangkat bahunya, ketika tubuh Sunghoon sudah menabrak pintu, tangan Jongseong meraih dasi yang digunakan Sunghoon.

Jongseong membenarkan dan merapikan dasi yang digunakan oleh Sunghoon yang berantakan dan tidak karuan bentuknya.

“Lo tuh harus belajar rapih sedikit”

Jongseong tersenyum, menepuk pelan puncak kepala Sunghoon sebelum berjalan lebih dulu meninggalkan Sunghoon yang lagi diam mematung, karna perlakuan dari Jongseong.

“Lo bisa bawa motor kan?”

Jongseong menggeleng pelan, sedangkan Sunghoon menghela nafasnya. Ia melemparkan helm pada Jongseong,menyuruh Jongseong untuk memakainya dan naik di belakang.

“Gua bakal bawa ngebut, jadi lo pegangan aja!”

Di beberapa menit pertama, tidak ada hal aneh yang terjadi. Namun ketika setengah jalan, Sunghoon benar-benar terkejut ketika kedua tangan Jongseong melingkar pada pinggangnya dan bukan hanya itu sana.

Jongseong benar-benar sedang menguji kesabarannya, kedua tangan Jongseong tidak hanya melingkar, tapi mencoba masuk ke dalam kemeja sekolah yang digunakan oleh Sunghoon. Mengelus pelan perut depan Sunghoon.

“Jongseong tangan lo!”

Sunghoon berteriak dan Jongseong pura-pura tidak mendengar dan membawa tangannya naik ke atas.

Sunghoon mau tidak mau menghentikan motornya di pinggir jalan.

“DEMI TUHAN!! TANGAN LO BISA DIAM GAK SIH!!!”

Bukannya merasa bersalah, Jongseong hanya tersenyum. Sunghoon menghela nafasnya dalam hati ia berkata akan membalas Jongseong!

The Break My Heart

Heeseung berlari menelusurin setiap koridor yang ada di rumah sakit menuju ruangan Unit Gawat Darurat.

Dari kejauhan Heeseung bisa melihat bahwa Jay dan juga Sunghoon tengah berdiri di depan ruangan operasi.

“Jaeyoon mengalami benturan keras di bagian belakang dan pendarahan yang parah, jadi team dokter membawanya ke ruang operasi”

Hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, tubuhnya tiba-tiba tidak bertenaga. Mungkin jika tidak di bantu oleh Jay, mungkin sama Heeseung sudah terjatuh di lantai dingin koridor rumah sakit malam ini.

Seandainya tadi ia memilih untuk menjemput adiknya itu, mungkin saja ia tidak ada disini ataupun adiknya tidak ada di dalam. Melainkan berada di ruang tengah rumah mereka, dengan sepanci ramen yang mereka santap tengah malam sambil bercerita ini dan itu.

Sunghoon mengelus pelan pundak dan punggung Heeseung secara bergantian, ia mencoba menenangkan sahabatnya itu.

Pintu ruangan operasi terbuka dan penampakan salah satu dokter yang menangani Jaeyoon keluar.

“Pasien kehilangan banyak darah, kami membutuhkan pendonor darah untuk membantunya”

Ucap Dokter tersebut, Heeseung langsung bangkit berdiri.

“Dia adalah adik kembar saya Dok, jadi dokter bisa mengambil darah saya”

Dokter tadi mengangguk lalu menyuruh Heeseung untuk mengikuti salah satu perawat yang akan membawa Heeseung menuju ruangan.

Sekitar lima belas menit, Heeseung keluar dengan wajah yang tidak bisa di tebak. Bisa di akui oleh Sunghoon dan Jay, jika itu adalah ekpresi wajah pertama yang mereka lihat dari sosok Heeseung.

“Gak mungkin”

Heeseung berkata, suaranya terdengar rendah.

Ia menatap kedua sahabatnya yang dipenuhi tanda tanya besar.

“Golongan darah gua sama Jaeyoon berbeda”

Sunghoon dan Jay saling memandang dalam diam, sebelum mereka kembali kenatap Heeseung.

“Nyokap gua A, bokap gua A dan gua A. Tapi kenapa Jaeyoon bisa AB?”

Tidak ada hal yang lebih mengejutkan dari sebuah fakta yang baru pertama kali mereka ketahui.

“Gua sama Jaeyoon, gak mungkin kan? Pasti dokternya salah. Gua harus mastiin!”

Heeseung berjalan meninggalkan Jay dan Sunghoon yang mencoba untuk menghentikannya, namun terlambat ketika mereka melihat sosok Heeseung sudah masuk ke dalam ruangan.

***

Heeseung membuka amplop dari badan pemeriksaan DNA, malam itu untungnya rumah sakit memiliki stok persediaan darah AB dan akhirnya Jaeyoon bisa selamat dan sekarang masih berada di ruangan ICU.

Heeseung membulatkan matanya dan ia merasa bahwa tenaga yang ada di kakinya tidak bisa menopang tubuhnya, sehingga ia hampir saja terjatuh jika ia tidak berpegang pada tembok koridor.

Ia kembali menatap kertas berukuran A4 dengan tulisan-tulisan yang sangat tidak ingin Heesung lihat dalam hidupnya.

Tulisan-tulisan berwarna hitam itu menyebutkan bahwa hasil DNA miliknya dan DNA milik Jaeyoon berbeda.

Yang berarti bahwa ia dan Jaeyoon bukan saudara kembar.

Heeseung berjalan ke dalam rumahnya, mencoba mencari sesuatu di ruang kerja ayahnya yang baru saja bertolak dari Belanda ke Korea untuk melihat kondisi Jaeyoon.

Ia membuka beberapa album foto masa sekecilnya dan juga masa kecil Jaeyoon. Mereka bukanlah kembar identik, begitu yang Heeseung dengar dari kedua orang tuanya. Mereka juga mempunyai beberapa perbedaan, seperti Jaeyoon yang alergi kepada Kepiting sedangkan dia dan kedua orang tuanya tidak. Ketika ia dan ayahnya alergi terhadap kacang-kacangan, Jaeyoon malah menyukai kacang-kacangan.

Heeseung menemukan sesuatu di balik album foto milik Jaeyoon, sebuah foto usang. Disana Jaeyoon tengah berada di gendongan wanita lain dan juga pria lain yang mana keduanya bukan orang tua mereka. Heeseung membalikan fotonya dan menemukan sebuah tulisan yang sudah hampir pudar tersebut.

Shim Jaeyoon, 15 November 2002. 1st Jaeyoon Birthday

Heeseung terdiam, jika di dalam foto tersebut Jaeyoon berumur tepat satu tahun, berarti Jaeyoon terlambat lahir? Sedangkan ulang tahunnya dan juga Jaeyoon adalah 15 Oktober.

Heeseung kembali mencoba mencari sesuatu yang harus ia temukan, dimulai dari membuka laci-laci lemari yang ada di ruang kerja ayahnya sampai meja kerja ayahnya.

Heeseung menemukan sebuah brangkas kecil yang terkunci menggunakan kata sandi berupa angka.

Ini sudah ke dua puluh kali Heeseung memasukan angka demi angka untuk membuka brangkas milik ayahnya, namun selalu gagal. Heeseung terdiam sesaat lalu kemudian memasukan empat digit angka terakhir dan terdengar suara Bip tanda bahwa brangkas itu terbuka.

Di dalam brangkas itu terlihat ada beberapa juta uang dolar, emas batangan dan beberapa dokumen penting lainnya. Heesung tidak memperdulikannya, yang sekarang ia perdulikan adalah isi dari salah satu amplop berwarna coklat yang bertulisakan Lee Jaeyoon.

Heeseung membuka isi amplop tersebut dan membaca semua surat-surat di dalamnya.

Kalo boleh memilih, Heeseung lebih baik tidak usah membuka isi amplop tersebut dan berpura-pura bahwa ia tidak pernah mengetahui bahwa Jaeyoon bukanlah saudara kembarnya.

Isi surat-suratnya adalah akte lahir asli Jaeyoon dan surat-surat ahli waris Jaeyoon yang sebenarnya adalah salah satu anak dari perusahaan terkenal yang hampir di bunuh dan di selamatkan oleh keluarga Lee.

Surat-surat itu mengatakan bahwa Jaeyoon dan juga Heesung sama sekali tidak mempunyai ikatan persaudaraan.

***

Heesung mengelus pelan punggung tangan Jaeyoon yang sampai saat ini masih terbaring lemah di ruang rawat VVIP rumah sakit. Ia menatap setiap inci wajah pucat milik Jaeyoon dan membawa tangannya untuk mengelus pelan wajah Jaeyoon dan tersenyum.

“Kamu cepat sembuh ya dek, kakak disini tungguin kamu sampe bangun”

Ucap Heeseung, lalu beberapa saat kemudian ponselnya berbunyi membuat Heeseung bergerak menjauh untuk mengangkat panggilan yang masuk.

Secara perlahan Jaeyoon membuka matanya, sedikit tersenyum lalu kembali menutup matanya.

Jay dan Sunghoon terlihat terdiam untuk sesaat setelah mendengarkan penjelasan dari Heeseung.

“Lihat? Berarti yang gua bilang sama lo beberapa waktu lalu benarkan?”

Sunghoon berkata, membuat Jay dan Heeseung menatapnya.

“You love him”

“Sunghoon, ini bukan waktunya bicarain hal itu. Biarin itu jadi urusannya Heeseung sama Jaeyoon nanti”

Jay mencoba menenangkan Sunghoon yang kelihatan banget kalo dia marah sama Heeseung.

“Jadi sekarang gimana? Lo mau ngasih tau Jaeyoon?”

Tanya Jay dan Heeseung terlihat ragu.

“Gua gak bisa ngasih tau dalam waktu dekat, tunggu dia sudah sembuh 100 persen”

Jawab Heeseung.

“Terus? Gimana kelanjutan kalian? Setelah mengetahui fakta bahwa kalian bukan saudara kembar? Apa kalian akan tetap melanjutkan status kalian atau-?”

Sunghoon kali ini bertanya dan Heeseung hanya terdiam. Ia juga tidak tau kedepannya dan akan menunggu hingga ayah dan ibunya sampai di korea terlebih dahulu.

***

Heeseung terdiam begitu mendengar semua cerita dari ayahnya, mengatakan bahwa mereka terpaksa mengubah status Jaeyoon menjadi anak mereka untuk melindungi Jaeyoon dari orang-orang yang berusaha membunuh Jaeyoon.

“Tuan Shim dan nyonya Shim hanya ingin Jaeyoon hidup normal dan bahagia. Tidak di ganggu oleh orang-orang jahat, maka dari itu mereka mengorbakan nyawanya demi melindungi Jaeyoon”

“Sampai kapanpun juga kamu yang sendari awal memang di takdirkan untuk menjaga dan melindungi Jaeyoon, Heeseung”

IV. Punished

Sunghoon beneran kaget waktu Jongseong masuk ke kamar Sunoo dan nyamperin Sunghoon yang dari tadi cuma rebahan doang di kasurnya.

“Lo ngapain kesini, jangan deket-deket! Jarak 3 meter dari gua!”

Sunghoon dengan cepat menghentikan langkah Jongseong dengan tangannya. Jongeong natap Sunghoon tajam.

“Kaya omongan gua barusan di chat,naughty kittens should be punished, right?

Sumpah Sunghoon nelen ludahnya kasar, Jongseong ngomong pakek suara rendahnya dan itu buat Sunghoon bener-bener gak berkutik. Mana Sunoo lagi pergi keluar kencan sama Jaeyoon dan kedua orang tuanya di bahwa nonton tv.

“Gua bilang jangan ngedeket!!”

Sunghoon bergerak dari tempatnya ketika Jongseong berjalan mendekat ke arah ranjangnya, tapi yang namanya juga Jongseong mana peduli dia dengan omongan Sunghoon.

“Seong, please jangan ngedeket. Gua trauma sama lo anjing!”

Sunghoon kaget waktu Jongseong dorong tubuh dia dan sekarang posisinya Jongseong ngekukung badan dia.

“Jong!”

Sunghoon teriak dan mau berontak, tapi tangannya di tahan sama tangan Jongseong dan seperti biasa tangan Jongseong lebih kuat di bandingan dirinya.

“Gua minta maaf, oke gua gak bakal ngetik kata-kata kasar”

Ucap Sunghoon cepat sambil natap Jongseong yang ada di atasnya. Jongseong natap Sunghoon dengan tatapan tidak percayanya.

“Bisa gua pengang kata-kata lo?”

Tanya Jongseong dan Sunghoon mengangguk.

Padalah dalam hatinya sedang mengumpat dengan berbagai kata-kata kasar.

“Dengar ya Sunghoon, ngeluarin kata-kata kotor maupun ketikan itu gak bagus. Oke kalo temen-temen kamu anggap itu hal biasa, tapi diluar sana? Orang-orang bakal mikir kalo kamu adalah orang yang gak berpendidikan dan pasti akan menyalahkan orang tuamu karna tidak mengurusmu dengan benar. Jadi sebisa mungkin kamu ngurangi ngomong atau ketik bahasa kotor ataupun kasar. Kalo kamu ketahuan, aku gak segan-segan buat kasih hukuman sama kamu”

Sunghoon diem.

Diem sediem-diemnya denger kata-kata Jongseong barusan. Jongseong berbicara dengannya dengan nada rendah dan juga lembut, dan ini baru pertama kalinya Sunghoon denger suara kaya gitu dari Jongseong.

Mana Jongseong ngomongnya aku-kamu,bener-bener kaya cowok yang soft.

Sunghoon terkejut ketika Jongseong mencium hidungnya, lebih tepatnya mencium mole miliknya.

“Itu hukuman gua malam ini, inget kalo gua tau lo ngomong kasar atau ngetik kasar. Hukumannya bisa lebih parah dari ini. Mengerti Sunghoon sayang

KAN EMANG GAK BOLEH DI PUJI DIKIT

Baru aja Sunghoon ngerasa kalo jantungnya agak berdetak lebih cepat karna perkataan Jongseong dan perlakuannya tadi.

Tapi kata-kata terakhir yang di ucapin sama Jongseong buat dia kelas.

“EMANG ANAK SETAN YA LO!!”

Sunghoon ngedorong kuat tubuh Jongseong, terus dia bangun dari posisi tidurnya terus keluar dari kamar Sunoo. Mau turun ke bawah. Capek dia tuh, ngadapi manusia kaya Jongseong.

Sedangkan Jongseong hanya tersenyum kecil, sebelum kembali ke kamar milik Sunghoon.

III. Uniform incident

Sunghoon tuh kalo misalnya cuma tinggal berdua sama Sunoo pasti si Sunoo udah dia mutilasi dan mungkin Sunghoon udah masuk penjara kali. Pagi ini Sunoo bener-bener buat dia emosi, sebenarnya bukan cuma pagi ini aja sih, tapi juga setiap hari, detik dan menit.

Baju seragam Sunghoon masih ada di kamarnya yang sekarang di tempati sama Jongseong, otomatis dia gak mau. Sunoo gak mau pinjemin baju seragamnya.

Ya jelas gak mau, soalnya badan mereka aja udah kelihatan beda banget.

Sunghoon mau gak mau harus masuk kedalam kamarnya buat ambil baju seragamnya, jadi Sunghoon masuk kedalam kamarnya secara mengendap-ngendap kaya maling, padahal ini tuh rumahnya sama kamarnya.

Dia noleh ke kanan sama kiri, soalnya takut ada Jongseong. Sunghoon masih agak trauma soalnya. Sunghoon denger suara shower dari kamar mandi yang ada di kamarnya, berarti Jongseong lagi mandi. Dia pun cepet-cepet buka lemarinya buat ambil seragamnya.

Begitu dia balik badan buat keluar saat itu juga Jongseong keluar dari kamar mandi, mata keduanya ketemu.

“Loh? Ngapain lo?”

Tanya Jongseong dia jalan ke arah Sunghoon, Sunghoon diem sebentar, soalnya ini Jongseong jalan ke dekat dia. Mana Jongseong dia habis mandi, cuma pakek handuk yang ngelingkar di pinggangnya, sama handuk kecil yang bertengger di lehernya serta rabut hitamnya yang masih basah dan tetesan air di rambutnya yang menetes.

“Suka-suka gua lah, ini kan kamar gua. Minggir lo!”

Sunghoon mendorong pelan tubuh Jongseong yang berdiri di depannya, terus ambil bajunya lagi dan langsung keluar dari kamarnya.

Sunghoon menghela nafasnya dalam-dalam.

“Emang sinting!”

“Woi, lo habis ngapain?”

Sunghoon kaget waktu denger suara Sunoo yang baru aja dari bawah dan naik buat ambil tas sekolahnya.

“Wajah lo kenapa merah kaya gitu?”

Sunghoon natap Sunoo tajam terus dia jalan masuk kekamar punya Sunoo.

***

Sunghoon tuh sebenarnya dari mulai dia pakek seragam sekolah udah gak nyaman, pertama dia agak sensitif sama hal-hal baru ataupun bau parfum. Tapi dia gak mau ambil pusing, Sunghoon pergi izin ke toilet di tengah-tengah pelajaran dari pak Namjoon, guru bahasa inggris mereka.

Dia penasaran, soalnya baju yang dia pakek ini gak nyaman banget, jadi dia mau mastiin sesuatu dulu. Sunghoon masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi yang ada di toilet sekolah, tapi pas dia mau ngunci biliknya, tiba-tiba biliknya di buka sama seseorang yang buat Sunghoon pengen teriak tapi mulutnya keburu di tutup sama orang itu.

“Lo ngapain anjing!”

Sunghoon udah mau protes, tapi di tatap tajam sama orang itu.

Orang itu ngebuka kaca matanya terus menghela nafasnya panjang.

“Lo kalo misalnya mau ambil baju, tolong lo lihat dulu baju siapa yang lo ambil”

Sunghoon diam buat sesaat dan mikir, dia inget-inget dulu. Tadi pagi habis dia ambil baju di lemarinya, dia sempat taro bajunya di kasur dia terus dia ambil sesuatu dulu di laci samping tempat tidurnya, pas Jongseong keluar kamar mandi, dia buru-buru buat ambil baju seragamnya tanpa di lihat dia ambil punya siapa.

“Hah? Jadi-”

Sunghoon gak langsung ngomong diam diem dulu, terus dia coba buat ngendus-ngendus ke baju orang di depannya, yang pasti orang itu adalah Jongseong.

“Lo ngapain pakek baju gua?!”

Sunghoon natap Jongseong tajam, sedangkan Jongseong balik natap Sunghoon, dia ngunci bilik kamar mandi terus jalan buat mojokin Sunghoon.

“Jauh-jauh loh dari gua”

Sunghoon coba buat dorong badan Jongseong, gimanapun dia tuh agak trauma sama Jongseong.

“Lo duluan yang ambil baju gua, lo harus tau satu hal. Gua gak suka kalo barang gua di pakai sama orang lain”

Tangan Jongseong perlahan naik buat pegang luaran seragam yang di gunain sama Sunghoon, terus ke kemeja dalam Sunghoon.

“Tapi karna ini lo, jadi gua gak masalah sih”

Ucap Jongseong sambil tersenyum miring.

“Lo mau ganti bajunya sekarang gak?? Baju lo agak kecil digua”

Sambung Jongseong lagi dan Sunghoon natap dia tajam, ketika Sunghoon mau bergerak buat keluar, tiba-tiba terdengar suara beberapa murid yang masuk kedalam kamar mandi.

Jongseong sama Sunghoon saling diam dan saling mandang.

“Gua mau keluar sekarang”

Bisik Sunghoon pelan, soalnya dia gak mau lama-lama sama Jongseong, mana di bilik kamar mandi lagi. Panas.

“Kalo lo keluar, mereka bakal tau kalo kita ada disini”

Sunghoon menghela nafasnya, yang di katakan oleh Jongseong itu bener.

Jongseong menatap Sunghoon begitu intens di jarak mereka yang sedekat ini. Jongseong kembali mendekatkan dirinya pada Sunghoon, ngebuat Sunghoon kaget tapi dia bener-bener gak bisa buat teriak ataupun mukul Jongseong.

Dia cuma gak mau kalo ada orang yang lihat mereka berdua ada di bilik kamar mandi yang sama, dia gak mau orang mikir kalo mereka lagi macam-macam di dalam bilik.

Walaupun sekarang Jongseong benar-benar melakukannya, ia kembali mencium Sunghoon dan sialnya Sunghoon benar-benar tidak bisa melawan karena keadaan.

Sunghoon rasanya dia mau nangis aja, tapi dia gak tau mau nangis kaya gimana. Sekarang Jongseong malah ngebawa tubuh dia buat naik ke atas toilet duduk yang ada disana dan sialnya kenapa juga ia malah terbuai akan ciuman yang diberikan oleh Jongseong siang ini.

Sunghoon rasa, akal sehatnya sudah benar-benar rusak akibat Jongseong. Merasa dipermainkan oleh Jongseong, Sunghoon pun membalikan keadaanya dan membalas ciuman Jongseong membuat Jongseong terkejut namun dalam ciumannya ia tersenyum menang.

II. Welcome

Sunghoon sepanjang perjalanan pulang tidak berhenti mengomel ini dan itu, bahkan ia terlihat menendang-nendang tidak jelas. Tidak peduli orang-orang meliriknya aneh atau apa.

Pikirannya benar-benar kacau, bahkan ia sama sekali tidak menjawab ulangan fisikanya.

Bisa-bisanya.

Bisa-bisanya ciuman pertamanya di ambil oleh ketua osisnya yang seorang kutu buku.

“Aakhhhhh!!!!”

Sunghoon berteriak sambil mempercepat jalannya menuju rumahnya.

Langkah Sunghoon terhenti sesaat ketika ia melihat ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumahnya, ia tidak tau milik siapa dan belum pernah melihat. Mungkin sana mobil milik teman orang tuanya.

“Aku pulang”

Sunghoon membuka sepatunya dan langsung masuk ke dalam rumahnya begitu ia memberi salam.

“Sudah pulang Sunghoon? Kenapa terlambat hampir satu jam?”

Sunghoon bisa mendengar pertanyaan dari Ayahnya, Sunghoon memang terlambat satu jam karena ia piket, lagian bukan kah tadi dia sudah bilang?

“Piket!”

Jawabnya lalu begitu ia mengangkat kepalanya untuk menyapa tamu ayahnya yang sedang duduk di ruang tamu, ia terkejut.

Dan rasanya Sunghoon ingin menghilang dari dunia ini.

“Kau???!!!”

Sunghoon menunjuk ke arah Jongseong yang sedang duduk disana, memperlihatkan wajah polosnya.

“Oh iya Sunghoon, mulai sekarang sampai dua bulan. Jongseong akan menginap dirumah kita karena ayahnya harus ke luar negri untuk melakukan perjalanan bisnis”

Kalo boleh memilih, Sunghoon rasanya ingin menghilang dari dunia ini bahkan ketika ia melihat Jongseong tersenyum miring padanya.

Sejujurnya ini bukan pertama kali Sunghoon berurusan bersama dengan Jongseong, ia sudah beberapa kali terlambat dan dihukum oleh Jongseong. Tapi kejadian tadi pagi membuat pikirannya sangat kacau.

Bisa-bisanya Jongseong yang terkenal tegas, dingin dan tidak mudah di dekatin karna statusnya.

Mencium Sunghoon.

Tepat di bibir.

Sunghoon kembali sadar akan lamunannya.

“Kesini kamu”

Panggilan ayahnya adalah mutlak, jadi Sunghoon berjalan dan duduk di samping Sunoo. Yang kelihatan bahwa Sunoo juga terkejut.

***

Sunghoon mau tidak mau harus menerima bahwa mulai sekarang Jongseong akan tinggal di rumahnya, dan lihat lah sekarang. Ayah dan ibunya memuji-muji Jongseong, selain berwajah tampan, berkepribadian baik, Jongseong juga merupakan anak yang cerdas dan ketua osis pula. Berbeda dengan Sunghoon. Sunghoon merasa bahwa anak kandung orang tuanya adalah Jongseong bukan dirinya.

“Jongseong akan tidur di kamarmu, dan kamu berbagi kamar dengan Sunoo ya”

Sunghoon ingin protes, namun ancaman tidak ada uang tambahan membuatnya tidak jadi protes.

Begitu juga Sunoo.

Jadi sekarang ia sedang mengantarkan Jongseong ke kamarnya yang ada di lantai dua, bersebrangan dengan kamar Sunoo.

“Lo emang gak bisa nyewa apart atau rumah gitu? Lo kan kaya, kenapa juga mesti dirumah gua. Sialan!”

Sunghoon berkomentar sambil membuka pintu kamarnya, sedangkan Jongseong berjalan mengikuti Sunghoon.

“Gak sudi banget sebenarnya gua ngasih kamar ini buat lo! Tapi mau gimana lagi, bokap sama nyokap yang nyuruh. Mana gua gak bisa tidur di kamar Sunoo lagi”

“Kalo gitu kenapa gak tidur berdua? Kalo emang lo gak mau tidur di tempat adek lo?”

Sunghoon berbalik menatap Jongseong yang baru saja membuka kaca matanya, dan ini pertama kalinya Sunghoon melihat Jongseong tidak memakai kaca mata.

“Gak sudi gua tidur sekamar sama lo, mending gua tidur sama anjing sekal— aduhh!!!”

Sunghoon terkejut ketika Jongseong menarik tangannya dan mendorong Sunghoon hingga punggungnya terbentur tembok kamarnya.

“Lo apaan sih, sakit bangsat!”

Sunghoon berkomentar dan berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Jongseong pada lengannya, namun diluar dugaannya tenaga Jongseong lebih kuat darinya.

Jongseong menatap tajam ke arah Sunghoon.

“Bisa gak lo gak ngomong kasar? Orang manis kaya lo gak cocok ngomong kasar!”

Ucap Jongseong dan Sunghoon terlihat tertawa.

“Lo gak ada berhak ngatur gua ya, tuan kutu buku! Mulut-mulut gua”

Protes Sunghoon, dan Jongseong menghela nafasnya.

“Lo kayanya mesti dikasih hukuman biar gak ngomong kasar”

Sunghoon tertawa.

“Ini rumah gua, dan lo gak berhak buat kasih hukuman ke gu-”

Perkataan Sunghoon kembali terhenti ketika Jongseong menciumnya lagi, sama seperti kasus tadi siang. Namun kali ini tidak hanya ciuman yang menempel, Jongseong melumat kasar bibir Sunghoon yang membuat Sunghoon berontak namun tangan Jongseong dan tenaganya lebih besar dari Sunghoon.

Jongseong melepaskan ciumannya dan melihat Sunghoon yang sedang menatapnya tajam.

“Lo ngapain bangs-”

Jongseong kembali mencium Sunghoon.

“Itu hukuman buat lo, kalo lo berani ngomong kasar di depan gua berarti lo siap terima hukaman dari gua. Sunghoon sayang”

Jongseong memengang bibir Sunghoon yang basah akibat ulahnya barusan.

“Sinting! Dasar iblis! Kutu buku mesum!!”

Sunghoon mendorong tubuh Jongseong dan keluar dari kamarnya dengan membanting pintu secara kasar, sedangkan Jongseong berjalan ke arah ranjang milik Sunghoon dan membaringkan dirinya.

Ia menutup kedua matanya menggunakan kedua lengannya, kenapa ia tidak bisa menahan dirinya jika bersama dengan Sunghoon.

“Harusnya gua bisa tahan diri gua”

I. First Kiss

Sunghoon melirik arlogi di tangannya lalu kemudian berlari, ia sudah terlambat dan sialnya adiknya tidak membangunkannya dan malah pergi kesekolah sendiri.

“Jangan di TUTUP!!!”

Teriak Sunghoon ketika ia melihat seorang siswa yang memakai seragam yang sama menyuruh satpam disana untuk menutup gerbang sekolah.

“Yak, kutu buku! Kenapa lo tutup pagarnya!!”

Sunghoon berteriak begitu ia sudah sampai di depan gerbang yang tertutup, dengan nafas yang tidak teratur karena habis berlari.

“Terlambat, maka tidak bisa masuk”

Ucapnya sambil melihat arlogi ditangannya.

“Ya ampun, ini baru terlambat 1 menit!!”

Sunghoon berkomentar, tapi siswa yang merupakan ketua osis di sekolahnya itu pergi begitu saja meninggalkan Sunghoon yang mengumpat disana dan disini.

“Dasar kutu buku! Awas ajaa, bakal gua habisin lo!!”

Ucap Sunghoon sambil menahan emosinya.

Jongseong, si ketua osis membenarkan letak kaca matanya melirik sekilas ke arah gerbang dimana Sunghoon dan beberapa murid yang terlambat lainnya sedang mengumpat.

***

“Telat lagi bro?”

Jaeyoon teman sekelas Sunghoon memberikan sekaleng softdrink pada Sunghoon yang baru saja menyelesaikan hukuman terlambatnya membersihkan sampah di lapangan sekolah.

Sunghoon menerima minuman kaleng tersebut dan langsung meminumnya.

“Gara-gara pacar lo gua terlambat!”

Sewot Sunghoon dan buat Jaeyoon terkekeh.

“Tapi tadi kata Sunoo, dia udah bangunin lo. Cuma katanya lo tidur udah kaya orang gladi bersih mati”

Sunghoon menatap Jaeyoon.

“Lo tuh ada di pihak siapa sih? Gua atau adek gua?”

“Adek lo lah”

Sial, rasanya Sunghoon ingin melempar kaleng bekas minumannya pada Jaeyoon.

“Tau gini gak gua restuin lo!”

Jaeyoon terkekeh pelan, melihat wajah kesal temannya itu merupakan suatu hiburan tersendiri baginya.

“Kak Jaeyoon!!!”

Jaeyoon dan Sunghoon menoleh ketika mendengar suara seseorang yang berteriak memanggil Jaeyoon. Seorang siswa berlari ke arah Jaeyoon dan juga Sunghoon, ia menatap Sunghoon sedangkan Sunghoon menatapnya balik.

“Emang enak terlambat! Kak Jaeyoon ayo ke kantin! Aku udah lapar”

Sunghoon memutar bola matanya ketika adiknya datang dan merangkul lengan sahabatnya itu.

“Lo gak ikut Hoon?”

Tanya Jaeyoon dan Sunghoon memberi gestur untuk mereka pergi saja tanpa dirinya, ia malas. Nanti ujung-ujungnya ia akan menjadi nyamuk di antara adik dan sahabatnya itu.

Sunghoon membawa kantong plastik sampahnya untuk di bawa ke belakang sekolah, dimana tempat membuang sampah dikumpulkan.

Setelah meletakan sampah pada tempatnya, Sunghoon melirik ke kanan dan ke kiri. Memastikan bahwa tidak ada orang disini dan melihat di mana letak kamera cctv. Merasa aman, Sunghoon mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya dan satu pematik. Ia menempelkan ujung rokoknya dan mulai menyalakan pematik.

Sunghoon mengisap rokoknya dan mengepulkan asap rokok beberapa kali, setidaknya rokok bisa membantu mengurangi rasa pahit mulutnya.

“Park Sunghoon?!”

Sunghoon menoleh dan terkejut ketika melihat si ketua osis sekolahnya berjalan ke arahnya.

Sialnya ia tertangkap basah.

“Bukankah merokok di lingkungan sekolah adalah pelanggaran?”

Ucapnya sambil berjalan mendekat kearah Sunghoon, Sunghoon memundurkan langkahnya. Ia mematikan rokoknya.

“Well, gua yakin lo tau akan peraturan itu”

Sambung Jongseong, sekarang posisinya berada tepat di depan Sunghoon. Ia mengambil langkah, memperdekat jaraknya dan Sunghoon, membuat Sunghoon melangkah mundur namun langkah terhenti ketika punggungnya sudah menyentuh dinding belakang gedung sekolah. Jongseong tidak menghentikan langkahnya, ia terus mendekat hingga tidak ada jarak di antara keduanya.

Jongseong membuang rokok yang telah dimatikan oleh Sunghoon tadi, tangannya ia bawa untuk memengang dagu Sunghoon.

“Apa?!”

Tanya Sunghoon sinis, ia sama sekali tidak gentar ketika Jongseong menatapnya tajam.

“Lo harus tau, gua gak suka kalo ada orang yang suka melanggar peraturan!”

Jawab Jongseong, matanya masih menatap tajam ke arah Sunghoon di balik kaca mata yang ia gunakan.

“Terus? Sekarang lo mau hukum gua? Mau nyuruh gua bersihin toilet? Aula olahraga? Angkat meja di atap sekolah? At-mmphhhh”

Sunghoon membulatkan matanya ketika Jongseong mencium bibirnya, Sunghoon mendorong tubuh Jongseong dan menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.

“Apa yang lo lakuin?”

Sunghoon berkata, masih menutup mulutnya. Jongseong tersenyum pelan.

“Itu hukuman buat lo karna sudah merokok di depan gua!”

Jongseong menepuk pelan pundak Sunghoon sebelum ia meninggalkan Sunghoon yang masih terdiam di tempatnya.

“YAKK!!! ORANG GILAA!!! MY FIRST KISS.. ARGHHHH!!!!”

Sunghoon berteriak sambil menghentakan kakinya dan menendang kesegala arah. Sedangkan Jongseong tersenyum pelan, ia memengang bibirnya yang baru saja mencium bibir Sunghoon.

“Manis”

#30DaysJayhoon Day2

Enemy to Lover

Siapa yang tidak mengenal dua kubu yang ada di Hybe High School?

Sebenarnya bukan kubu atau kelompok, hanya saja mereka menyebutnya seperti itu.

Disekolah mereka ada dua club yang selalu bertengkar dengan alasan yang tidak jelas.

Mereka adalah club Hype dan juga club En.

Hype sendiri adalah club dimana para anggotanya adalah anak-anak populer di bidang dance. Mereka adalah club dance yang menjadi kebangga sekolah, mereka juga sudah mendapatkan beberapa penghargaan dan memenangkan lomba dance.

Sedangkan EN adalah club dimana berisikan siswa yang berbakat di bidang akademi. Club mereka bahkan sudah memenangkan banyak olimpiade bahkan sampe ke taraf internasional. Club ini sudah tidak diragukan lagi kehebatannya.

Namun banyak yang tidak tahu bahwa kedua club ini saling membenci satu sama lain. Entah siapa dan dari kapan, tapi kedua club ini tidak pernah akur semenjak club ini didirikan.

Sunghoon memijit keningnya yang terasa pusing, ditambah teman-temannya yang terus bergerutu.

“Hoon, lo gak bisa suruh anak Hype buat diem? Suara musik mereka kedengaran sampe sini!”

Jake berkomentar.

Salah satu yang membuat mereka tidak akur dengan club sebelah, karena ruangan club mereka yang bersebelahan dan club Hype selalu memutar musik yang keras, membuat anak-anak club EN tertanggu di tengah aktivitas mereka belajar.

“Kak aku beneran gak bisa belajar loh, minggu depan aku sama kak Jake harus ikut olimpiade matematika, waktu kami terbatas”

Sunoo juga ikut berkomentar.

Sunghoon yang merupakan ketua Club EN mau tidak mau harus turun tangan, ia keluar dari ruangannya dan berjalan ke ruangan sebelah.

Ia masuk begitu saja, anggota club yang ada disana masih fokus untuk menari. Maka Sunghoon jalan ke arah panel kabel speker dan memutuskannya, membuat musik yang terdengar tadi berhenti.

“Yak!”

Jay yang merupakan ketua dari club Hype melihat kearah Sunghoon yang tengah tersenyum dengan kabel di tangannya.

Selain Jay ada tiga orang disana yang menatap Sunghoon tidak suka. Lagian ini bukan pertama kalinya mereka melihat Sunghoon dan Jay bertengkar.

“Maksud lo apa sih?”

Jay mendatangi Sunghoon dan menatap tajam Sunghoon.

“Gua kan udah bilang sama lo, ini jadwalnya club gua dan gua minta buat lo dan club lo supaya gak bising. Club gua harus fokus buat olimpiade”

Sunghoon berkata dan Jay tertawa sarkas.

“Kau pikir hanya club kalian saja yang akan mengikuti olimpiade? Asalkan lo tau ya, club gua juga bakal ikut lomba”

Sunghoon menatap Jay lalu menatap tiga anggota Jay di belakang dan tertawa meremehkan.

“Yakin club lo bisa membanggakan sekolah di banding club gua?”

Jay bukan tipe yang gampang menahan emosi, jadi ia mendorong tubuh Sunghoon sampai ke dinding ruangan clubnya.

“Gua ingetin lagi ya, wahai Park Sunghoon yang ngerasa dirinya paling hebat di sekolah ini. Club lo sama club gua gak ada apa-apanya, lo harusnya tau sekolah kita terkenal karna siapa!”

Sunghoon menghentakan tangan Jay yang ada di lehernya.

“Setidaknya lo harus ikut aturan Jay! Ini bukan waktunya club lo, ini waktunya club gua. Gua bisa aduin lo ke pihak sekolah, karna ini bukan jadwal lo!”

Sunghoon mendorong tubuh Jay lalu berjalan keluar, membuat Jay mengumpat kata kata kasar.

***

Sunghoon membereskan seragamnya yang berantakan karena ulah Jay tadi dan kembali masuk ke dalam clubnya, disana Jake dan Sunoo masih fokus belajar.

Jake dan Sunoo mewakili sekolah mereka untuk olimpiade, maka dari itu mereka harus belajar lebih giat di bandingkan anggota clubnya yang lain.

“Kalian masih mau disini atau pulang?”

Tanya Sunghoon ketika jam sudah menunjukan pukul 9 malam.

Jake dan Sunoo sepakat untuk pulang lebih lambat satu jam lagi, karna ada beberapa soal yang belum mereka pecahkan.

Sunghoon mengangguk lalu pamit pulang terlebih dahulu.

Sunghoon mengambil jalan sempit untuk menuju rumahnya yang tidak jauh dari sekolah, tapi karna ini sudah terlalu larut malam jadi Sunghoo sedikit merasa was was, ditambah ketika ia berjalan, ia merasa jika seseorang berada di belakangnya.

“Hai, adik manis!”

Sunghoon kaget waktu di depannya berdiri seorang laki-laki berbadan besar dan bahkan Sunghoon bisa mencium bau alkohol yang kuat dari mulut si laki-laki tersebut.

“Mau main bersamaku adik manis!”

Laki-laki itu mendekat bahkan tidak segan untuk merangkul tubuh Sunghoon yang langsung di tolak oleh Sunghoon.

“Wahhh... apa adik manis tidak ingin bermain denganku?”

Dan ketika laki-laki berbadan besar itu, kembali ingin memeluk Sunghoon. Tiba-tiba saja badan laki-laki besar itu terhuyung akibat pukulan dari seseorang yang entah kapan berada di depan Sunghoon.

“Dasar brengsek!!”

Ucapnya dan laki-laki berbadan besar tadi tidak terima dan berteriak.

Sunghoon yang mengetahui sosok di depannya tadi memandang tidak percaya dan ketika ia akan mengomel, tangan Sunghoon sudah lebih dulu di tarik dan di ajak untuk melarikan diri bersama karna pria berbadan besar tersebut memanggil teman-temannya.

*** Sunghoon dan Jay bersembunyi di sebuah cela antara rumah warga disana, keduanya mengatur nafas mereka yang tidak beraturan. Dengan posisi Jay di depan Sunghoon.

Sunghoon menatap Jay dari belakang.

Orang yang menolongnya tadi adalah Jay. Musuh bebunyutannya.

“Gua rasa orangnya udah pergi”

Jay berbalik kebelakang dan terkejut karna wajahnya dan wajah Sunghoon menjadi dekat, hampir tidak ada jarak di antara keduanya.

Bahkan sekarang terdengar suara detak jatung yang berdetak cepat.

Entah milik siapa.

Dan entah berdetak karena selesai berlari atau berdetak cepat karna alasan lain.

Sunghoon uang menyadari itu langsung menjauhkan dirinya dan karena tidak ratanya pijakan disana, tubuh Sunghoon hampir saja terjatuh jika Jay tidak cepat menolongnya.

Tangan kanan Jay berada di pinggang milik Sunghoon dan tangan kirinya berada di bahu Sunghoon.

“Sorry!”

Sunghoon dengan cepat bangkit dari posisinya karena suasana sekarang benar-benar terasa canggung.

***

Jay yang baru saja selesai bermain basket duduk di pinggir lapangan lalu di depannya terulur botol air minum, ketika Jay menoleh dia ngelihat Sunghoon yang berdiri di depannya sambil mengulurkan botol tersebut.

Tidak perlu waktu lama, Jay mengambil botol minum tersebut.

“Buat yang tadi malem makasih, kalo gak ada lo mungkin gua gak ada disini sekarang”

Ucap Sunghoon dan sekarang dia duduk di sebelah Jay.

Orang-orang yang ada disana menatap tidak percaya.

Ya kali Jay dan Sunghoon bisa duduk bersebelahan.

“Lagian lo juga sih, udah tau manis malah pulang sendirian”

Perkataan dari Jay sontak membuat Sunghoon menoleh ke arah Jay yang lagi minum minumannya.

“Lo ngomong apa tadi?”

Tanya Sunghoon lagi memastikan.

“Orang manis kaya lo, ngapain pulang malem-malem kaya gitu? Sendirian pulak! Udah tau pasti bakal banyak yang ganggu”

Sunghoon tuh udah mau mukul Jay karna ngomong sembarangan, tapi tangannya di tahan sama Jay.

“Kalo lo mau pulang, mending sama gua. Dijamin aman”

Jay tersenyum terus bangkit berdiri, sebelum ia meninggalkan Sunghoon ia sedikit berbisik pada Sunghoon.

“Diluar nama club, gua udah lama suka sama lo manis”

Sunghoon masih ngeblank sedangkan Jay hanya terkekeh terus tinggalin lapangan sekolah.

Kalo boleh jujur, dari semenjak Jay masuk sekolah ia sudah menaruh perasaan pada Sunghoon, namun karna berada di club yang berbeda dan kedua club mereka tidak pernah akur, Jay harus terpaksa menyimpan perasaannya sendiri.

Lagian ia memang selalu diam-diam menjaga Sunghoon ketika ia pulang larut malam. Dan sebenarnya laki-laki tadi malam bukan pertama kali yang Jay lawan.

“Yak! PARK JONGSEONG!!”

Jay berbalik melihat Sunghoon yang berdiri dari duduknya.

Palingan Sunghoon bakal ngamuk-ngamuk sama dia.

“LO CUPU! LO UDAH NYATAIN PERASAAN LO TAPI PERGI GITU AJA!!”

Jay membulatkan matanya dan melihat sekeliling, anak-anak tengah berkumpul disana.

“GUA JUGA SUKA SAMA LO! BAHKAN DARI PERTAMA MASUK SEKOLAH!”

Perkataan dari Sunghoon membuat semua orang disana terlihat shock. Bahkan Jake yang baru saja lewat bersama dengan Sunoo menjatuhkan buku-buku di tangannya.

Jay diam sesaat lalu tersenyum menatap Sunghoon yang juga tersenyum padanya.

Mungkin sore atau besok bakal dari berita menghebohkan disekolah.

Dengan headline ketua club EN dan Hype ternyata saling suka dan akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan serta memutuskan rantai permusuhan antara club EN dan Hype serta membuat grup baru.

ENHYPEN.

FIN.

#30DaysJayhoon Day1

It was so lovely to meet you!

Setiap orang pasti mempunyai pengalaman yang menyedihkan ataupun menyakitkan, tidak terkecuali seorang lelaki yang sekarang berdiri di jembatan kota Seoul. Ia menatap ke dalam air sungai Han yang terlihat begitu tenang.

Bagaimana rasanya jika ia melompat dari sana sini? Apakah akan dingin jika di dalam sana? Apakah ia tetap akan merasakan sakitnya? Atau ia akan berhasil mengakhiri semua rasa sakitnya?

Ia menghela nafasnya.

Tahun ini mungkin merupakan tahun terburuk baginya.

Pertama ia kehilangan orang tuanya akibat kecelakaan tragis lalu lintas.

Kedua, semua ahli waris miliknya jatuh kepada pamannya dan ia dicampakan.

Ketiga, seseorang yang amat ia sayang yang tak lain dan tak bukan adalah tunangannya pergi meninggalkannya ketika mengetahui bahwa keadaannya sekarang sudah berubah dratis.

Orang tuanya selalu mengajarkan padanya agar tidak menyerah dalam melakukan apapun. Tapi bisakah ia tetap memegang perkataan orang tuanya?

Dirasanya ia tidak bisa. Sekarang ia tidak memiliki siapapun disisinya. Orang-orang yang dulu membantunya atau berteman dengannya meninggalkannya begitu saja. Harus pada siapakan ia bersandar?

Secara perlahan ia mulai menaikan kaki kirinya pada pembatas jembatan, ia menutup matanya.

Mungkin ini lah akhir hidupnya.

“Yak!”

Seketika itu, ia pikir ia akan terjun ke kedalaman air sungai yang dingin, namun yang ia rasakan adalah tubuhnya yang terhentak ke atas aspal.

Ia membuka matanya dan melihat sosok lelaki di depannya, yang tengah mengatur nafasnya secara berantakan.

“Ya ampun tuan, apa yang kau pikirkan sehingga kau ingin melompat begitu saja?”

Lelaki itu berkata dengan nafasnya yang masih berantakan,lelaki itu berlari karna melihat seseorang yang akan meloncat begitu aja.

“Dengar ya tuan, seberat apapun masalahmu jangan pernah melakukannya, itu tidak akan membuatmu lepas dari masalah dan malah akan menambah masalah. Apa tuan pikir dengan melompat tuan akan masuk surga? Ya benar saja, bahkan malaikat disana tidak mau menerimamu, karna kau menghancurkan jadwal mereka. Lagian dengar ya tuan, diluar sana masih banyak orang yang ingin hidup, berjuang melawat penyakit atau apapun untuk bisa tetap hidup. Dan kau-”

Si lelaki itu menunjuknya.

“Kau mau bunuh diri? Yang benar saja! Jika masalahmu terlalu berat, maka datanglah pada Tuhanmu, berlutut dan berserah padaNya. Bukannya mengakhiri hidup seperti ini. Aigooo... orang-orang semakin lama semakin aneh!”

Setelah menyelesaikan perkataannya si lelaki itu pergi begitu saja.

“Tunggu?”

“Apa?”

“Siapa namamu?”

“Park Sunghoon! Itu namaku, kau tidak perlu berterima kasih padaku, karna kita sesama manusia harus saling menolong! Sampai jumpa, sampai bertemu lagi”

***

Jongseong menyeruput hot lattenya, ini sudah berganti musim. Sekarang musim semi, ia menatap keluar caffe sambil menatap orang yang lalu lalang.

Hidupnya berubah 180 derajat.

Malam itu, harusnya ia mengucapkan terima kasih pada lelaki yang telah menyelamatkan nyawanya.

Bukannya harusnya seperti itu?

Jika tidak bertemu dengan lelaki itu, mungkin saja Jongseong tidak bisa duduk disini sambil meminum hot lattenya.

Jika di pikir-pikir, kejadian itu sudah hampir enam bulan lamanya dan bahkan sampai sekarang ia belum menemukan sosok yang telah mengubah hidupnya.

Jongseong sekarang adalah salah satu karyawan bagian design grafis di salah satu perusaan terbesar di kotakan, bahkan ia memengang jabatan sebagai ketua divisinya. Dan itu semua akibat kerja keras yang ia lakukan.

Ia masih ingat perkataan lelaki tersebut.

“kita sebagai manusia harus saling menolong”

Jongseong tersenyum dan menyudahi acara minum coffe paginya, sekarang ia harus kembali ke kantornya untuk bekerja.

“Tunggu dulu, hei. Bahkan kau belum melihat designku. Sialan!”

Jongseong mengerutkan keningnya, pagi ini ketika ia sampai di lobi kantornya ia melihat seorang lelaki yang tengah mengambil beberapa kertas yang berserakan.

Bahkan salah satu kertas berada di dekat kakinya.

“Dasar! Orang-orang selalu mengandalkan orang dalam untuk mencari kerja”

Omelnya sambil membereskan kertas yang berantakan.

Kertas terakhir adalah kertas yang ada di dekat Jongseong.

Keduanya saling memegang kertas tersebut hingga pandangan mata keduanya bertemu.

“Kau?!”

Si lelaki yang Jongseong ingat bernama Sunghoon itu menunjuknya.

“Apa yang terjadi padamu? Wah akhirnya kau tidak jadi melompat. Syukurlah jika kau kembali ke jalan yang benar!”

Sunghoon berkata lalu kemudian ia hendak pergi namun tangannya di tahan oleh Jongseong.

Sunghoon menatap Jongseong aneh.

“It was so lovely to meet you, Park Sunghoon”

@auterlavie 150421

Only One

Spin off The Two Perpect

Jongseong membuka pintu kamarnya dan melihat sosok Sunghoon yang menatapnya dengan tatapan sendu, matanya memerah dan hidungnya pun memerah. Sepertinya Sunghoon benar-benar menangis.

“Hoon?”

Jongseong menarik pelan lengan Sunghoon dan membawa Sunghoon kedalam pelukannya, mendekap erat tubuh Sunghoon yang bergetar.

“Kamu serius Hoon? Kamu masih bisa ubah memikiran kamu tentang itu

Sunghoon melepaskan pelukan dari Jongseong,menatap pria di depannya.

“Kamu tau seberapa besar perasaan aku ke kamu?”

“Tapi aku gak mau rusak kamu Hoon”

“Tapi aku cuma pengen kamu Jong, aku pengen kamu yang pertama dan selalu kamu. I only have you, in my life

Jongseong tidak pernah berpikir bahwa ia dan Sunghoon akan berakhir seperti ini. Dengan hubungan yang sangat sulit untuk mereka pikirkan.

***

Dengan perlahan, Jongseong membawa tubuh milik Sunghoon untuk berbaring di ranjang miliknya tanpa melepaskan tautan yang semakin lama semakin memanas.

Saling bertautan,melepaskan semua perasaan mereka berdua.

Jongseong melepaskan ciuman mereka ketika dirasa bahwa Sunghoon membutuhkan nafas. Ia memandang wajah Sunghoon yang sedang mencoba mengambil nafas.

“Kamu tau kenapa aku bisa suka sama kamu?”

Jongseong berkata, ia merapikan surai rambut hitam Sunghoon.

Sunghoon menggeleng pelan dan membuat Jongseong tersenyum dan mencium kening Sunghoon cukup lama.

“Karna kamu orang pertama yang mampu membuat jantung aku berdebar”

Sunghoon mendesus sebal. Jongseong bukanlah tipe yang semanis ini.

“Bohong”

Jongseong terkekeh lagi dan mencium mata Sunghoon.

“Boleh sekarang?”

Tanya Jongseong dan Sunghoon mengangguk pelan.

Jongseong membawa salah satu tangannya untuk membuka secara perlahan kancing baju tidur yang di gunakan oleh Sunghoon, begitu juga dengan Sunghoon yang memulai membuka satu persatu kancing baju milik Jongseong.

“Kalo aku nyakitin kamu, kamu bilang ya. Bagaimana pun ini pertama kalinya buat kita berdua”

Jongseong berkata dan Sunghoon mengangguk. Jongseong kembali membawa Sunghoon kedalam ciumannya lagi, sedangkan tangannya mulai bergerak ke arah selatan milik keduanya.

Sunghoon sedikit melengguh ketika tangan Jongseong mengusap bagian paha dalamnya.

Jongseong merasa libidonya semakin naik ketika mendengar suara leguhan dari Sunghoon.

Ketika tangannya mulai bergerak sembarangan, mulutnya tidak berhenti untuk mengecup tubuh Sunghoon.

Sunghoon mengalungkan kedua tangannya pada leher Jongseong dan meremat surai milik Jongseong.

Permainan Jongseong membuatnya benar-benar gila. Padahal ini baru pemanasan.

“Jong.. mau pipis~”

Bisikan Sunghoon membuat Jongseong menghentikan gerakannya menciumi Sunghoon.

“Keluar aja sayang”

Jongseong berkata sambil kembali mencium Sunghoon. Sepertinya Sunghoon sudah sampai pelepasan yang pertama.

“eugghhhh”

Sunghoon kembali melengguh ketika tangan Jongseong berada di bagian sensitifnya.

“Sayang aku boleh masuk yah? Kalo sakit kamu cakar aja ya”

Bisik Jongseong, ia menekuk kedua lutut milik Sunghoon.

Sunghoon memejamkan matanya ketika di rasa milik Jongseong mulai mencoba masuk.

“eunghh”

Jongseong dengan cepat kembali membawa Sunghoon kedalam ciuman panas, mencoba mengalihkan semua rasa sakit yang tengah di rasa oleh Sunghoon.

“shiitt! Park Sunghoon!”

Jongseong sedikit mengerang ketika miliknya terasa terjepit, Sunghoon menjempitnya.

“Jangan di sempitin”

Jongseong berkata lagi, ia benar-benar merasa gila. Bahkan ini belum setengah dari miliknya yang masuk tapi rasanya sudah segila ini.

Dari atas sini, ia bisa melihat bahwa Sunghoon tengah menutup matanya dan mengigit bibirnya.

“Jangan di gigit”

Jongseong kembali mencium Sunghoon.

“Jonggahh~~ sakithhhh~~”

Jongseong menghentikan gerakannya, melihat bagaimana setetes air mata meluncur dari kedua mata Sunghoon.

“Aku stop ya sayang,kamu kesakitan”

Sunghoon menggeleng, ia menggerakan tubuhnya dan membawa kedua kakinya melingkar dipinggang Jongseong. Memberi akses agar Jongseong lebih mudah masuk.

“aghhkkhhhh~”

Keduanya sama-sama melengguh ketika Jongseong berhasil mengenai titik terdalam. Dengan beberapa kali hentakan agar mereka sampai pada pelepasan mereka.

Keduanya terdiam sambil menatap satu sama lain ketika pelepasan mereka telah sampai, ditengah gelap malam ini dan tubuh yang saling berkeringat keduanya melempar senyum.

Jongseong membalikan keadaan tanpa melepaskan tautan mereka di bawah sana, ia membiarkan Sunghoon di atasnya.

Ia membereskan rambut Sunghoon yang berantakan dan juga lepek karena keringat hasil permainan mereka.

“Thanks to make me, one and only”

Ucap Sunghoon sambil mencium lama bibir Jongseong.

Hanya mencium, tidak ada gairah seperti beberapa jam yang lalu. Sedekar melumat dan menyampaikam perasaan mereka masing-masing.

Setidaknya biar kan malam ini menjadi malam dimana mereka menghabiskan waktu bersama.

Berbagi rasa sayang satu sama lain tanpa peduli bahwa status mereka akan berubah besok.

Fin