auteurlavie

the girl's who love writing

III. He

Sunghoon yang baru aja selesai masak pasta untuk Jongseong ngelihat ponselnya dan ternyata ada pesan dari Heeseung.

Sempat ragu akhirnya Sunghoon ngebalas pesan yang di berikan oleh Heeseung. Ada tarikan nafas dalam, sebelum ia membalas pesan dari Heeseung.

Menit berikutnya suara pintu apartemen terbuka membuat Sunghoon secara otomatis berjalan ke luar dari dapur dan melihat Jongseong tengah membuka sepatunya dan mengantinya dengan sendal rumah.

“Nyambut gua ya?”

Jongseong awalnya hanya bercanda ketika berkata namun kemudian ia tersenyum kecil waktu Sunghoon anggukin kepalanya lucu.

“Aku udah masak, ada di meja makan. Kamu mau langsung makan atau-”

“Langsung makan aja”

Sunghoon anggukin kepalanya terus dia jalan duluan, buat pastiin kalo dia bener-bener udah nyiapin makanannya dengan benar.

Sunghoon bener-bener ngelihatin Jongseong yang ada di depannya, dari mulai Jongseong muterin pasta ke garpunya terus di alihkan ke sendok lalu di masukan ke dalam mulutnya. Sunghoon agak sedikit gugup, menunggu respon dari Jongseong yang masih asik mengunyah makanannya.

Jongseong natap ke arah Sunghoon yang lagi natap dia penuh harap, kaya anak anjing yang lagi nunggu tuannya kasih makan kedia.

“Enak”

Dan ketika kata enak keluar dari mulut Jongseong maka senyum lebar menyembang dari kedua sudut bibir Sunghoon.

“Ini beneran enak, gua kaya makan di restoran italy beneran”

Puji Jongseong lagi dan ia melanjutkan makan siangnya yang di masak oleh Sunghoon.

***

Setelah makan siang tadi, Jongseong duduk di ruang tengah dan terlihat mengerjakan sesuatu. Beberapa hari yang lalu, ketika ia di ajak oleh ayahnya ke perusahaan dan sejak itu juga Jongseong di perkenalkan sebagai ahli waris perusahaan keluarganya dan mulai hari itu juga ia di tunjuk sebagai kepala bagian pemasaran di bantu oleh pamannya.

Sunghoon yang selesai dengan kegiatan melukisnya di ruang yang telah di siapkan melihat Jongseong dan menghampirinya.

“Mau aku buatkan minum?”

Jongseong menoleh dan tersenyum sembari mengangguk kecil dan Sunghoon pun berjalan ke dapur, membuat juice untuk Jongseong.

“Papa baru aja nunjuk gua sebagai kepala bagian pemasaran di bantu sama paman Jimin”

Ucap Jongseong ketika Sunghoon datang sambil membawa juicenya dan duduk di sofa samping Jongseong.

“Iya mama juga ada kasih tau aku, katanya aku juga harus bantu kamu”

Jongseong gak tau waktu denger kata-kata itu jantungnya degdegan gak karuan.

“Kalo kamu butuh sesuatu, walaupun aku anak art tapi aku ngerti kok kalo tentang bisnis”

Sunghoon ketawa dan Jongseong juga ikut ketawa aja.

“Oh iya Jong”

Jongseong yang lagi asik sama laptopnya noleh ke sebelah,

“Aku mau ketemu teman lama boleh?”

Jongseong agak kaget sebenarnya denger Sunghoon minta izin sama dia, Jongseong cuma gak nyaka aja kalo Sunghoon bakal minta izin sama dia.

“Boleh kok, itu hak kamu”

Sunghoon masih kelihatan ragu dan itu buat Jongseong natap Sunghoon.

“Kenapa? Kok lo ragu-ragu?”

“Aku mau ketemu kak Heeseung”

Jongseong agak gak asing denger nama itu.

“Heeseung?”

Sunghoon anggukin kepalanya lagi.

“Gua anter boleh?”

Sebenarnya Jongseong gak begitu yakin, tapi perasaan dia mengatakan bahwa laki-laki bernama Heeseung agak sedikit mencurigakan.

Mencurigakan dalam artian lain, karna Jongseong ngerasa familiar dengan nama Heeseung.

“Eh? Kamu mau anterin aku?”

Jongseong anggukin kepalanya dan Sunghoon hanya menunduk.

“Oke.. jam 5 bisa kan?”

Jongseong mengangguk kecil.

***

Sunghoon menghela nafasnya pelan sebelum ia turun dari mobil Jongseong.

“Lo kenapa hoon? Kalo lo ngerasa gak mau ketemu jangan di paksa”

Jongseong berunjar setelah dia ngelihat kalo Sunghoon agak gugup.

Sunghoon menggeleng pelan.

“Nanti kamu bisa jemput aku Jong?”

Jongseong mengangguk kecil dan meraih tangan Sunghoon dan di genggam pelan.

“Gua gak tau siapa yang bakal lo temui, tapi kalo lo gak yakin please jangan paksain. Atau mau gua temenin?”

Jongseong gak tau kenapa dia bisa ngomong kaya gitu, tapi hatinya bilang dia harus ngomong kaya gitu.

“Makasih Jong, gak papa aku bisa”

Maka setelahnya Jongseong tidak berani berkata dan membiarkan Sunghoon turun dari mobilnya.

II. THE NEXT LIFE

Sunghoon yang lagi berdiri sambil nungguin kedatangan Jongseong akhirnya senyum pas dia ngelihat mobil Jongseong, terus dia pamit sama Beomgyu yang lagi nungguin dia.

“Kak, aku pergi dulu ya”

Sunghoon melambaikan tangannya dan langsung berlari kecil ke arah mobil Jongseong.

“Gua jemput lo lama ya? Sorry tadi jalan agak macet”

Jongseong langsung ngomong cepet-cepet dan Sunghoon menggeleng pelan.

Di perjalanan ke rumah keluarga Jomgseong keduanya masih terlihat saling diam, hanya sebuah musik dari mp3 player terputar.

“Jong”

“Hoon”

Keduanya saling menatap begitu sadar bahwa mereka saling memanggil dan tertawa kecil.

“Lo duluan deh”

Sambung Jongseong sambil kembali fokus pada jalanan.

“Boleh mampir ke sesuatu tempat? Mau beliin mama kamu sesuatu”

Jongseong natap ke Sunghoon terus ngangukin kepalanya.

Mereka berhenti di sebuah toko bunga, awalnya agak bingung mau kasih apa ke mamanya Jongseong dan Jongseong pun akhirnya memilih untuk memberikan mamanya bucket bunga.

Sebenarnya Jongseong tidak memilih bunga, ia hanya berdiri sambil melihat-lihat bunga-bunga yang ada di sana serta beberapa bacaan tentang arti-arti bunga yang ada. Sedangkan Sunghoon yang memilih bunga tersebut.

“Udah Jong”

Jongseong terkejut namun akhirnya tersenyum sebelum mereka kembali lagi ke dalam mobil untuk ke rumah Jongseong.

Sejujurnya ini adalah kali pertama Sunghoon datang ke rumah Jongseong. Rumah Jongseong tidak berbeda jauh dari rumahnya, tipe rumah yang dimiliki oleh orang-orang kaya. Hal pertama adalah ketika mereka sampai, Nyonya Park begitu antusias melihat kedatangan Sunghoon.

“Malam mah”

Sapa Sunghoon sambil memberikan bucket bunga yang di berikan oleh Sunghoon dan gak henti-hentinya memuji kebaikan Sunghoon.

Nyonya Park lalu menyuruh Sunghoon untuk masuk dan menuntunnya ke meja makan untuk makan malam, meninggalkan Jongseong yang hanya bisa tertawa kaku.

“Ini mah gua rasa bakal ada dikriminasi”

Ucap Jongseong lalu ia berjalan mengikuti mereka.

“Kalo si Jongseong nakal atau berani macem-macem sama kamu, bilang ke mama aja ya. Biar mama pukul dia”

Ucap Nyonya Park di tengah-tengah makan malam mereka, Tuan Park tertawa melihat bagaimana istrinya sangat menyanyagi Sunghoon dan sekarang terlihat seperti menganak tirikan Jongseong.

“Kalian udah pindah ke apartemen?”

Tanya tuan Park dan Jongseong menjawab bahwa mereka baru saja membereskan apartemen mereka.

“Jong, besok kamu ada kelas?”

Jongseong menggeleng pelan mendengar pertanyaan dari papanya.

“Kalo gitu besok kamu ikut papa ke kantor ya, ada meeting sama pemegang saham soalnya”

Jongseong mengangguk kecil, manik matanya sekarang bertemu dengan Sunghoon yang tidak sengaja melihatnya juga, jadi mereka kini saling memandang lalh melempar senyum satu sama lain.

***

Setelah acara makan malam bersama, Jongseong dan Sunghoon memutuskan untuk kembali ke apartemen mewah milik mereka berdua.

Apartemennya belum terlalu rapih, masih banyak barang-barang di ruang tengah.

“Besok aja di rapiin, hari ini lo pasti capek baget kan? Sana mandi dulu”

Jongseong langsung ngomong, soalnya dia beneran lihat Sunghoon tuh kaya kecapean gitu. Sunghoon yang emang dasarnya capek buru-buru masuk ke dalam kamar milik mereka buat mandi dan beres-beresin barang milik dia.

Biasa, ketika orang-orang mengalami pernikahan karena perjodohan mereka akan memilih untuk tidak tinggal dalam satu kamar sampai akhirnya mereka siap atau mereka telah sadar akan perasaan mereka masing-masing. Tapi Jongseong maupun Sunghoon memutuskan untuk tetap tidur dalam ranjang yang sama, mereka akan belajar untuk menerima satu sama lain karna bagaimana pun juga mereka telah memilih jalan ini.

***

Sunghoon yang telah selesai membersihkan dirinya dan memakai piyama tidurnya, berjalan ke luar kamar, lebih tepatnya ia berjalan ke dapur dan ingin membuat susu hangat sebelum tidur. Ketika ia berjalan ke arah dapur, ia melihat Jongseong tengah menganduk segelas susu hangat.

Jongseong tersenyum waktu lihat Sunghoon datang.

“Nih buat lo, diminum dulu ya”

Sunghoon senyum terus bilang makasih ke Jongseong. Jongseong bales senyuman dari Sunghoon, sebelum ia jalan ke kamar buat mandi tapi sebelum itu ia mengusak pelan atas kepala Sunghoon yang buat keduanya sama-sama diam untuk sesaat.

“Eh sorry, tangan gua emang bau banget”

sial!

Sunghoon cuma ketawa doang terus bilang gak papa, sekarang ia nyuruh Jongseong buat mandi biar gak kemaleman.

Sunghoon meminum susu hangatnya sebelum ia benar-benar ke kamarnya untuk tidur.

Sepertinya pilihan untuk menikah , bukan lah pilihan yang buruk

I. THE WEDDING DAY

“huft!”

Jay terlihat beberapa kali menghela nafasnya, ia tidak pernah menyangka bahwa hari ini tiba juga. Sejujurnya ia mempunyai pernikahan impian, namun nyatanya sekarang ia menikah karna pilihan kedua orang tuanya yang sama sekali tidak bisa ia hindarin.

Jam menunjukan pukul 9 pagi dan itu tandanya ia masih punya waktu 1 jam untuk menikmati masa lanjangnya, karna setelah ini hidupnya akan berubah 180 derajat.

Awalnya Jay tidak begitu yakin dengan pernikahan ini, tapi orang tuanya beberapa kali menyakinkan Jay bahwa Jay bisa.

“Jong”

Jay menoleh begitu melihat sosok wanita cantik yang berjalan ke arahnya dengan tersenyum manis, gaun berwarna peach menambah kesal elegan dan anggun bagi wanita tersebut.

“Gimana perasaanmu?”

Tanya sosok wanita tadi dan Jay untuk sekali lagi menghela nafasnya.

“Jong, kamu tau segala sesuatu sudah di atur oleh yang ada di atas. Mama tau bahwa kalian tidak saling mengenal pada awalnya, tapi percaya bahwa kalian memang sudah di takdirnya satu sama lain”

Nyonya Park tersenyum sambil memandang wajah putra semata wayangnya tersebut.

“Setelah ini kamu akan menjadi kepala keluarga, tidak peduli jika umurmu masih muda atau umurmu sudah tua. Keberhasilan sebuah hubungan adalah saling percaya dan komunikasi. Mama harap kamu bisa terbuka terhadap Sunghoon, dan jika kalian berselisih, mama harap juga kalian menyelesaikannya dengan baik-baik. Mengerti?”

Jay mengangguk kecil dan membuat Nyonya Park tersenyum sebelum akhirnya mengajak Jay untuk masuk ke dalam altar karna acaranya akan segera di mulai.

***

Sunghoon di dalam ruangannya terlihat tidak tenang dan beberapa kali ia menghela nafasnya, dari semalam ia sama sekali tidak bisa tidur dan mungkin kantung matanya terlihat jelas jika tidak di bantu dengan sentuhan make up seadanya.

“Gugup banget ya?”

Taehyun muncul dari luar ruangan lengkap dengan tuxedo berwarna hitam, di belakang Taehyun Beomgyu juga muncul sambil tersenyum ke arah Sunghoon.

“Cie yang bentar lagi udah gak jomblo, sekali gak dapat pacar langsung nikah”

Beomgyu tertawa sedangkan Sunghoon memanyunkan bibirnya.

“Kak beom apaan sih”

Taehyun dan Beomgyu hanya bisa tertawa melihat bagaimana Sunghoon. Selang beberapa menit ketika mereka asik mengobrol, Nyonya Park datang sambil tersenyum. Menyapa Taehyun dan juga Beomgyu sebelum mengatakan bahwa acara pemberkatan pernikahan akan segera di mulai.

“Sunghoon semangat!”

Beomgyu berunjar sebelum ia dan juga Taehyun keluar ruangan, meninggalkan Sunghoon dan maminya.

“Sunghoon”

Nyonya Park memengang pundak anaknya tersebut sambil tersenyum.

“Setelah ini kamu bukan lagi tanggung jawab dari mami dan papi, kamu udah menjadi tanggung jawab dari Jongseong. Kamu juga sebagai pasangan yang baik harus mendengarkan apa kata Jongseong. Mami mengerti bahwa waktu perkenalan kalian sangat singkat untuk mengenal satu sama lain, maka setelah ini mami harap kalian bisa saling mengenal satu sama lain dan pada akhirnya bisa saling melengkapi. Kunci utama dalam suatu hubungan yang berhasil adalah komunikasi dan saling terbuka. Kalo nanti kamu gak suka sama sesuatu yang Jongseong lakukan, kamu ajak dia berbicara ya, setiap masalah apa yang nanti akan datang kalian usahakan untuk di bicarakan baik-baik. Mengerti?”

Sunghoon mengangguk kecil, kemudian suara pintu ruangan tunggunya terbuka dan menampakan Tuan Park yang sedang tersenyum sambil menatap Sunghoon, berjalan mendekat ke arah Sunghoon dan mengulurkan tangannya.

“Papi anter kamu ke Altar sekarang ya”

Sunghoon mengangguk lalu menerima uluran tangan dari papinya tersebut.

***

“Saya Park Jongseong membawa anda Park Sunghoon,untuk menjadi pendamping hidup saya. Saya berjanji untuk mencintai dan menghormati anda sejak hari ini,untuk lebih baik, lebih buruk, untuk kaya, untuk miskin,sakit dan kesehatan semua di hari hari kehidupan kita, sampai kematian memisahkan kita”

“Saya Park Sunghoon membawa anda Park Jongseong ,untuk menjadi pendamping hidup saya. Saya berjanji untuk mencintai dan menghormati anda sejak hari ini,untuk lebih baik, lebih buruk, untuk kaya, untuk miskin,sakit dan kesehatan semua di hari hari kehidupan kita, sampai kematian memisahkan kita”

Maka Jongseong memasangkan cincin pernikahan mereka di jari manis Sunghoon dan begitu juga sebaliknya, ia menatap Sunghoon yang tengah tersenyum pada dirinya.

Jongseong dan Sunghoon kemudian berlutut di hadapan pastor di depan mereka untuk segera di doakan.

Setelah di doakan oleh pastor maka Jongseong maupun Sunghoon menatap ke para tamu yang duduk di belakang mereka dan memberi hormat dengan membungkukan badannya.

“Kepada Jongseong dan Sunghoon, di harapkan untuk saling berhadapan”

Ucap sang pastor membuat keduanya kini saling berhadapan.

Jongseong sedikit gugup sebenarnya karna ia tau apa yang harus ia lakukan sekarang, ia menatap Sunghoon yang juga kelihatan gugupnya. Dan ketika pastor menyuruh Jongseong untuk mencium Sunghoon, maka Jongseong menatap Sunghoon untuk meminta izinnya terlebih dahulu. Sunghoon mengangguk kecil dan kemudian yang ia rasakan adalah bibir Jongseong yang mencium pelan bibirnya dan membuat seisi ruangan bertepuk tangan heboh.

***

Setelah acara pemberkatan, tidak ada acara yang besar. Hanya sebuah repsesi yang sederhana dan hanya mengundang kerabat terdekat saja, walau ini pernikahan antara kedua perusahaan besar di Korea tapi keduanya lebih memilih untuk tidak mengadakan acara besar. Demi keselamatan Jongseong dan juga Sunghoon di masa depan.

Sunghoon lagi ngobrol sama beberapa kerabat dekatnya yang gak henti-hentinya buat ngasih ucapan selamat ke dia sedangkan Jongseong juga lagi ngobrol sama kerabat mereka.

“Hoon, itu apartemen kalian kan belum siap. Masih berantakan, jadi nanti kalian tidur di kamar mu aja ya”

Nyonya Park mendatangi Sunghoon dan berkata, sedangkan Sunghoon hanya mengangguk kecil.

***

“Aduh capek banget”

Jongseong berkata ketika mereka sudah berada di dalam kamar milik Sunghoon.

Jongseong bisa melihat bahwa di kamar milik Sunghoon ada begitu banyak kanvas-kanvas yang sudah tergambar ataupun yang masih putih bersih.

“Jong, aku atau kamu duluan yang mandi?”

Tanya Sunghoon sambil natap Jongseong yang masih lihat sekeliling kamar Sunghoon.

“Lo aja duluan, atau mau mandi bareng?”

“Apaan sih!!”

Jongseong cuma ketawa pas dia lihat muka Sunghoon merah dan Sunghoon langsung lari ke kamar mandi.

“Gemes banget ya Tuhan”

Dissociative identity disorder (DID)

Jungwon menyapa beberapa perawat yang bekerja bersama dengan ibunya, hari ini ia mengantarkan makan siang buatannya sendiri untuk ibunya. Lagian ini bukan pertama kalinya ia mengantar makan siang pada ibunya, jadi para perawat di sana sudah sangat hafal dengan Jungwon.

“Dokter Yang saat ini sedang ada pasien”

Asisten ibunya berkata dan itu membuat Jungwon mengangguk kecil lalu berdiri di depan ruang ibunya.

“Jungwon, ibumu memanggilmu”

Sekitar lima belas menit kemudian, asisten ibunya berkata dan membuat Jungwon akhirnya masuk.

Ia mengetuk pelan pintu ruangan ibunya, dan mengintip sesaat di balik pintu. Ia melihat ibunya yang sedang duduk di kursinya sambil memeriksa dokumen dan sosok lainnya yang duduk di kursi yang biasa di gunakan oleh pasien ibunya.

“Mih, jungwon ganggu gak?”

Dokter Yang tersenyum dan menggeleng pelan lalu menyuruh Jungwon untuk duduk sebentar sebelum mereka makan siang bersama.

Memang sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk makan siang bersama.

Jungwon duduk di salah satu sofa yang ada di ruangan milik ibunya tersebut, matanya menatap ke arah pasien ibunya yang terlihat duduk gelisah.

“Aku muak berada disini!”

Jungwon terkejut dan menoleh ketika sosok yang duduk di kursi tadi bangkit dan menatap ibunya marah.

“Kenapa aku selalu berada disini? Ini sama sekali tidak membantu, kalian semua menyebalkan!”

Laki-laki tadi hendak beranjak dari kursinya namun ibunya Jungwon segera menahan lelaki itu.

“Jay dengar”

Laki-laki bernama Jay itu menatap tajam.

“Dok! Jika dokter hanya menyuruhku untuk kembali dan tidak muncul, itu tidak akan! Lihat bagaimana mereka menyiksa Jongseong!”

Jungwon masih diam. Ia tidak berani menatap atau berbicara.

“Kamu harus tenang terlebih dahulu Jay”

“Bagaimana aku bisa tenang jika Jongseong selalu merasa kesulitan? Para bajingan itu akan aku hancurkan!”

“Jay! Jangan bertindak gegabah oke, kamu bisa mencelakai dirimu dan juga Jongseong”

Laki-laki tadi terlihat menghela nafasnya lalu kembali duduk, dan matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Jungwon.

indah

“Siapa dia?”

Tanya Jay sambil menunjuk Jungwon.

“Itu anak saya”

Jawab Dokter Yang.

“Waw sejak kapan dokter mempunyai anak yang tampan dan juga manis?”

Dokter Yang menghela nafasnya lalu menatap ke arah Jay lagi.

“Jay, sebisa mungkin kamu jangan membuat kekacauan di kantor nanti. Ingat tidak ada satupun yang mengetahui penyakit Jongseong”

Jay mengangguk tapi matanya tidak berhenti menatap ke arah Jungwon.

“Aku tidak janji dok?”

Ucap Jay pelan dan Dokternya lagi-lagi menghela nafasnya.

“Jika kamu bertindak gegaba-”

“Jongseong akan lebih terluka”

Sambung Jay lagi.

“Mereka terlalu menjadikan Jongseong sebagai boneka. Akan aku buktikan bahwa mereka berurusan dengan orang yang salah”

“Jay, paman Kim berkata bahwa kamu tidak boleh melakukan apapun sampai Jongseong yang muncul”

“Dok, mereka bahkan hampir membunuh Jongseong. Mereka bukan membunuh jasmani Jongseong tapi mental Jongseong”

“Iya saya tau Jay, tapi paman Kim bilang besok ada pertemuan penting antara Jongseong dan pemengang saham. Jadi bisakah kau kembali dan biarkan Jongseong yang muncul?”

Jay tertawa pelan lalu ia menatap ke arah Dokter Yang.

“Tidak, aku akan menghilang ketika urusanku selesai besok. Dan terima kasih atas jasamu dokter yang, kau tidak pernah mengecewakan. Terima kasih karna kau selalu ada di pihak Jong selama ini, dan ngomong-ngomong anakmu sangat manis, lain kali aku akan mengajaknya berkencan”

“Hai anak kecil, lain kali ketika kita bertemu, aku akan mengajakmu berkencan oke. Jangan lupakan tatapan mataku ini”

Jay berkata sambil mengedipkan matanya, dan berjalan keluar begitu saja.

Membuat Jungwon terdiam di tempatnya beberapa saat.

Karena rasa terkejut.

V. Summer Festival 2020 ( Bagian I )

Heeseung yang emang datang kepagian tadi, lagi lihat-lihat rundown acara sambil nyemilin chiki yang di bawa sama Minkyu dam Wonjin.

“Nanti bantu di team acara ya seung, bisa kan?”

Minkyu bertanya dan Heeseung cuma anggukin kepalanya doang.

“Ini tuh udah lo obatin belum sih?”

Wonjin noleh ke arah Heeseung sambil lihat luka-luka di wajah Heeseung yang masih terlihat dengn jelas.

“Udah sih, tadi pagi juga gua baru ganti plesternya”

Jawab Heeseung terus dia nyimpen kertas rundown acaranya.

“Kaya preman banget ya gua?”

Heeseung ketawa sedangkan Minkyu membenarkan bahwa Heeseung sekarang terlihat seperti preman pasar.

“Eh, seung lo bantuin Junho sama Ej aja kali ya? Gua bawa kamera nih”

Jaebum tiba-tiba yang baru datang sambil minum coffe paginya berkata, soalnya dia gak bisa banget kalo gak minum coffe.

“Hah?”

Heeseung menaikan sebelah halisnya lalu menatap Jaebum.

“Yang bantu acara biar Sunghoon aja, lo bantu jadi dokumentasi”

Heeseung diam sambil mulutnya bergumam tidak jelas.

Tepat pukul 7.15 mereka semua berkumpul dan sedang melakukan sarapan pagi dengan bubur, secuali Geonu yang sarapannya dengn roti. Sedikit ada berdebatan dengan bubur di aduk dan tidak di aduk, yang membuat kericuhan pagi yang tidak berfaedah tersebut.

“Jam 8 pas kita langsung ke lapangan ya, Heeseung sama Sunghoon nanti pastiin lagi buat undangan yang datang ya, sama sekalian pastiin stand stand udah berjalan dengan baik atau belum”

Minkyu berkata ketika mereka melalukan briefing pagi ini.

“Jaebum sama Nicholas, semua aman kan?”

“Aman bang”

“Aman kyu”

“Jam 10 acara di mulai, panitia yang nantinya gak ada kerjaan bisa bantu panitia yang kerjanya banyak. Selalu lihatin setiap stand stand yang ada ya, pokoknya acara ini bakal berjalan dengan baik karna kalian semua”

Minkyu mengajak mereka bangkit berdiri terus melakukan doa bersama sebelum akhirnya mereka memulai untuk acara mereka.

***

Heeseung dan Sunghoon sekarang tengah berjalan ke arah stand stand yang ada di deket lapangan kampus mereka, dimulai dari stand game, stand makanan ringan dan stand accessories.

Gak ada percakapan sama sekali di antara keduanya, suasananya pun agak canggung setelah apa yang dikatakan Sunghoon tadi malam. Sejujurnya Sunghoon agak malu dan mengutuki dirinya sendiri.

“Kok jadi canggung gini ya?”

Heeseung pada akhirnya memulai pembicaraannya dan Sunghoon natap ke arah Heeseung, keduanya masih berjalan sambil mengecek semuanya.

“Aku takut kakak gak nyaman sama aku”

Ucap Sunghoon mengutarakan apa yang ada di pikirannya.

“Masalah tadi malam?”

Heeseung ini sebenarnya tipe orang yang mudah banget ngenali situasi apapun di sekitarnya.

Sunghoon mengigit bibir bawahnya terus mengangguk kecil.

Heeseung tersenyum.

“Gak usah di pikiri, wajar kalo kita naruh perasaan suka sama seseorang. Gak ada yang salah dari itu”

Heeseung terlihat menghela nafasnya secara perlahan terus berdiri di depan Sunghoon membuat langkah Sunghoon terhenti.

“Gua emang belum bisa jawab apa yang lo bilang tadi malem dek. Gua cuma takut kalo gua suka sama lo dan akhirnya gua cuma bisa nyakiti lo doang”

Sunghoon menaikan sebelah halisnya.

“Gua cuma gak mau kejadian gua sama Geonu kembali terulang. Kalo bahasa lainnya mah trauma”

Heeseung terkekeh pelan.

“Pelan-pelan aja yaa, mana tau semakin ke sini gua bisa beneran suka sama lo. Tapi untuk kali ini gua belum bisa bilang suka sama lo, gua gak mau orang-orang berpikir kalo gua jadiin lo sebagai pelarian gua karna masalah gua sama Geonu. Gua gak mau orang-orang ngecap lo jelek”

“Cuma jawaban itu yang bisa gua kasih ke lo”

***

“Aduhhh... ini MC buat acara puncaknya belum datang”

Jay ngasih tau ke Geonu yang lagi di belakang meja panitia, sekarang acara pembukaan udah mulai dan berjalan hampir setengah hari. Kampus mereka pun udah mulai ramai.

“Gimana kak?”

Tanya Jay dan Geonu menghela nafasnya terus dia ngelihat Sunghoon yang baru datang, kebetulan Sunghoon di tugaskan buat bantu seksi acara.

“Kak, aku tadi udah telepon MCnya mereka kejebak macet, soalnya ada kecelakaan lalu lintas”

Geonu senyum ke Sunghoon karna Sunghoon langsung gerak cepat.

“Jay nanti pastiin lagi ya, Sunghoon kalo MCnya udah datang nanti kamu bawa ke tenda ya”

Sunghoon mengangguk lalu ia pergi ke belakang buat memastikan sekali lagi.

Heeseung yang membawa kamera dari tadi asik berjalan-jalan sendiri mengeliling stand stand yang ada sambil mengambil beberapa foto untuk di jadikan dokumentasi. Tak jarang ia bertemu dengan teman-temannya dan saling menyapa.

“Sstttt... laporrr... laporrr... ssttttt yang mengang kunci sekre siapaa?”

Terdengar suara Jaebum di walkie talkie yang setiap panita punya untuk komunikasi mereka.

Heeseung memutar tombol yang ada di samping.

“Kenapa Jae?”

“Sunghoon jatuh dari tangga tadi, ini gua mau bawa ke sekre dulu?”

“Lo dimana? Gua kesana”

“gedung A”

Heeseung berdecak terus akhirnya dia pergi berlari menuju gedung A yang kebetulan lokasinya gak jauh dari tempat dia berdiri sekarang ini.

***

“Kakak gak perlu repot-repot, aku bisa jalan sendiri padahal”

Sunghoon berkata, setelah Heeseung datang ia segera bergegas mengendong Sunghoon di pungungnya dan membawanya ke sekre bem dan menyerahkan kameranya pada Jaebum.

Jadi sekarang Heeseung sedang mengendong Sunghoon sambil mereka berjalan ke sekre yang ada di lantai 3.

“Lo tuh kalo jalan harus hati-hati, kenapa juga bisa jatuh? Mau kemana sih?”

Omel Heeseung.

“Aku tadi mau kasih laporan ke Jake, karna takut telat aku lari dan gak sengaja nabrak kak Jaebum sampe kami berdua jatuh”

“Dan badan lo ketimpa badan Jaebum yang sebesar itu. Wajarlah kaki lo langsung keseleo”

Sunghoon cuma bisa terkekeh kecil.

Heeseung menduduki Sunghoon di salah satu sofa yang ada di ruang sekre terus dia manjangi kaki Sunghoon dan di letakkan pada meja di depannya, lalu membuka sepatu Sunghoon.

“Sakit gak?”

Heeseung menyentuh pergelangan kaki Sunghoon yang terlihat membiru, Sunghoon mengangguk kecil.

“Gak papa kok, luka kaya gini emang udah sering”

Heeseung menghela nafasnya lalu mengambil es batu yang ada di kulkas sekre dan mengambil kain yang gak di pakek, dia bungkus kumpulan es barunya jadi satu dengan kain.

“Udah sering? Hoon, kamu itu atlet skate, luka kaya gini cukup bisa ngebuat kamu berhenti jadi skater”

Heeseung meletakan kain yang berisi es tersebut pada pergelangan kaki Sunghoon.

“Bukan karena sering atau enggaknya, kamu harus lihat efeknya kalo gak di tangani dengan bener”

Sunghoon diem.

Auranya Heeseung beda banget sekarang, biasanya juga ngomong gua lo gua lo, sekarang ngomongnya aku kamuan. Auranya gelep banget.

“Kamu istirahat di sini dulu, nanti aku kasih tau ke group”

Sunghoon sekali lagi cuma diem sambil ngelihat kaki dia yang lagi di perban sama Heeseung.

“Maaf ya kak”

“Gak usah minta maaf, lebaran dah lewat. Tahun depan aja”

JAYWON SHORT AU

⇢ 1.1K word ⇢ Angst with MCD


FIRST SNOW

Jika aku bertemu denganmu, Apakah air mataku akan kembali terjatuh?

Hongdae, 24 Desember 2020

Jay merapatkan Padding jaketnya karena udara malam ini sungguh terasa semakin dingin padahal hari masih menunjukan pukul 17.00 waktu setempat.

Jay menghela nafasnya lalu kembali berjalan di daerah yang selalu ramai tersebut, matanya beberapa kali melihat ke orang-orang yang melewatinya ataupun kepada orang-orang di depannya. Kepada pasangan anak muda yang terlihat sedang bergandengan tangan sambil berjalan, ia tersenyum kecil sambil kembali mengeratkan Paddingnya dan beberapa kali menghembuskan nafasnya yang mengeluarkan uap.

Langkah kakinya terhenti ketika ia melihat sebuah butiran kristal berwarna putih turun melewatinya sehingga ia melihat ke atas, tidak hanya ia sendiri, orang-orang di sekitarnya juga melihat ke atas.

“Ibu lihat, Salju pertama tahun ini turun di malam natal”

Jay bisa melihat seorang anak perempuan yang terlihat sangat antusias melihat butiran-butiran kecil berwarna putih tersebut.

Pada sore hari ini, saat salju pertama turun

Jika hanya aku yang bisa memanggilmu, aku akan sangat merasa bahagia

Jay melihat ke bawah, ke ujung sepatunya yang baru saja terkena salju.

Setahun sudah berlalu, namun aku masih belum bisa melupakanmu. Jadi aku berbicara pada diriku sendiri kalo aku kesepian

Jay mencoba menapik semua pikirannya saat ini, sekarang yang ia butuhkan adalah ketempat tujuan awalnya ia keluar rumah di saat seperti ini.

Langkah Jay kembali terhenti ketika ia berada di depan sebuah toko kue yang ada di kawasan sana, toko tersebut tidak terlalu ramai hanya saja seseorang yang pernah sangat berarti baginya menjadikan toko tersebut tempat favoritenya.

Memberanikan dirinya, Jay masuk kedalam toko tersebut dan rasanya ia seperti di tampar oleh ingatan-ingatan yang pernah ia alami sebelumnya.Seperti sebuah roda film yang tiba-tiba muncul dalam pelinghatannya.

Kembali pada waktu itu

Jika aku bisa kembali ke satu tahun yang lalu

Kembali kepada perasaanku itu

Apakah kita akan berbeda sekarang?

Yeah, itu adalah pemikiran yang bodoh, tapi tetap saja, 'bagaimana'

Jay akhirnya memilih untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sana, dengan memesan satu gelas coklat panas dan juga satu kue kering berbentuk seperti boneka salju.

Ia menatap setiap sudut toko tersebut sambil sedikit menyunging senyumnya.

“Kalo aja ada kamu, mungkin sekarang kamu udah heboh banget ya”

Jay tertawa samar, dalam tawanya seperti ada perasaan rindu yang mendalam serta sesak yang begitu menyakitkan baginya.

Jika aku bertemu denganmu? Apakah aku akan menangis?

Aku yang bodoh ini tidak bisa berkata apa-apa

Ketika pesanannya datang, ia lebih memilih untuk memperhatikan jalanan yang terasa semakin ramai dan juga semakin gelap dan butiran-butiran kristal berwarna putih tersebut masih turun memenuhi jalanan.

Ketika salju turun, mungkinkah hati yang terluka ini menjadi putih?

Natal saat ini, Penyesalan yang terus menghantuiku

Jay menundukan lagi kepalanya untuk sesaat, mencoba untuk tidak meneteskan air matanya setetespun. Ia tertawa samar lalu lebih memilih untuk keluar dari toko tersebut tanpa menyentuh pesanan tadi yang bahkan uap dari coklat panasnya masih mengepul ke atas.

Aku berjalan sendiri dijalan yang gemerlap ini, semua terlihat bahagia

Mencoba memikirkan tetangmu, yang selalu ada seperti udara

Maafkan aku

Setelah waktu berlalu faktanya kau begitu berharga

(Semua selalu terlambat) Mengapa aku tidak menyadarinya dulu?

Semua telah berbeda sekarang

Jay berhenti di tempat tujuannya semula, di sebuah persimpangan jalan besar di kawasan Hongdae. Ditangannya ia membawa satu tangkai bunga Anyelir Putih.

Anyelir Putih bisa memiliki arti tentang Kesetiaan, juga bisa mewakili perasaan cinta ataupun rasa syukur yang murni dan dalam.

Jay membawa setangkai bunga tersebut dan meletakannya di salah satu persimpangan tersebut dengan melirik arloginya. 20.00 waktu setempat.

“Seharusnya, saat ini aku menghentikanmu dan tidak terlibat dalam pertengkaran kecil”

Jay tertawa pelan, sambil menahan nangisnya.

“Bisakah kamu mengatakan selamat natal untuk ku? bisakah kamu hadir kembali?”

Jay mengigit bibir bawahnya, kali ini air matanya sudah tidak bisa ia tahan lagi.Ia menangis sambil menatap setangkai Anyelirnya, ia memengang dadanya yang terasa sesak. Bahkan dinginnya udarapun tidak sebanding dengan perasaannya.

Jay tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang berlalu lalang disana yang mungkin mengira dirinya tidak waras atau sakit.

“Maaf.. maaf...”

Kata-kata itu kembali terucap oleh Jay, sama ketika tahun lalu.

Jay mengelap air matanya menggunakan punggung tangannya, masih menatap Anyelir miliknya.

“Jay”

Jay menoleh dan melihat kedua sahabatanya menghampirnya dan menepuk pundaknya pelan dan mengelus pelan punggung Jay.

“Udah ya, kita sama-sama iklaskan Jungwon”

Jay mengigit bibir bawahnya, Di depan orang lain dirinya masih bisa kuat seolah ia tidak memiliki rasa sakit, tapi jika di depan Heeseung dan Sunghoon ia akan menjadi orang paling lemah di dunia.

“Jangan salahin diri kamu sendiri oke, Jungwon udah bahagia sekarang. Dia memang tidak ada di sini bersama kita, tapi apa kamu percaya Jay? Bahwa Jungwon ada di sini”

Heeseung menunjuk dada kiri Jay sambil tersenyum.

“Jungwon ada disini, selamanya ia akan ada di hati kamu”

***

Jay bangun dari tidurnya setelah pulang merayakan malam natal bersama dengan Heeseung dan Sunghoon, ia berjalan keluar kamarnya menuju dapur unitnya untuk mengambil minum.

“Jay”

Suara itu, langkah Jay terhenti ketika ia melihat sosok yang sangat amat ia rindukan berdiri di depannya dengan senyum manisnya dan menunjukan lesung pipinya.

“Gimana kabar kamu?”

Jay mencoba untuk tidak menangis sekarang yang nyatanya ia tetap menangis sambil terisak.

“Maaf, aku minta maaf Jay”

Jay menggelengkan kepalanya dengan air mata yang masih mengalir.

“Kamu gak salah, aku yang salah. Harusnya malam itu kita tidak perlu bertengkar bukan? Seandainya aku lebih mendengarkanmu malam itu, Mungkin kamu masih ada disini.. Aku..”

Sosok Jungwon menghampiri Jay sambil tersenyum dan menggeleng.

“Kamu gak salah, di dunia ini gak ada yang bisa kita prediksi”

“Jay boleh aku meminta satu permintaan?”

Jay mengangguk kecil.

“Kamu tau, aku pernah mengatakan bahwa aku benar-benar merasa beruntung bisa dicintai oleh kamu, bisa di miliki oleh kamu. Aku beruntuh bahwa akhirnya aku bisa menjadi salah satu orang yang membuat kamu bahagia dan pernah ada disisimu. Tapi untuk saat ini aku minta maaf karna aku gak bisa ngelakui itu semua, hidup kamu masih panjang, kamu masih bisa melakukan banyak hal jangan stuck di satu sisi. Aku tau kalo kamu adalah orang hebat. Jangan merasa sendiri atau merasa khawatir, ingat bahwa masih ada Heeseung dan Sunghoon di sisi kamu. Dan aku, aku selalu ada di hati kamu dan aku akan selalu memperhatikanmu dari tempatku berada. Aku akan menunggumu, sampai akhirnya kita kembali di pertemukan di dunia yang berbeda. Jay kamu bisa, aku yakin itu. Dan untuk yang terakhir kalinya. Merry Christmas”

Jay terbangun dan merasakan bahwa pipinya basah, ia menundukan kepalanya. Jungwon datang kemimpinya dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

Jay menoleh nakas samping tempat tidurnya, melihat foto dirinya bersama dengan Jungwon tahun lalu di malam Natal yang di ambil sebelum kecelakaan maut yang merenggut nyawa kekasihnya tersebut.

“Di kehidupan selanjutnya, aku harap aku tetap bisa mencintaimu dan sebanyak mungkin aku akan mencintaimu”

“Merry Christmas Yang Jungwon”

Fin.

IV. Kamu tau?

Sunghoon melihat ke layar ponselnya sebentar lalu menghela nafasnya, mengalihkan pandangannya pada jalanan malam hari ini.

Latihannya kali ini tidak berjalan dengan baik, ia beberapa kali melalukan kesalahan dan terjatuh ketika berputar. Tidak ada satu pun yang berjalan dengan baik. Ia rasa sebentar lagi ibunya akan menghubunginya.

“Om, bisa turunkan aku disini?”

Sunghoon berkata pada supir pribadi keluarganya saat mereka sedang terkena lampu merah. Supir pribadi keluarganya tadi menoleh ke arah Sunghoon.

“Tapi tuan, nanti nyonya besar akan marah?”

“Mama sama papa lagi di luar negri, nanti aku minta Jay atau Jake buat temenin aku aja”

Sambung Sunghoon yang mengetahui kekhawatiran dari supir pribadi keluarganya itu.

Walau sempat menolak pada awalnya, akhirnya Sunghoon turun dari mobilnya. Lengkap dengan jaket, topi bucket hatnya serta masker. Ia berjalan ke arah salah satu mini market yang ada di sana.

Sunghoon menghela nafasnya, ia jadi ingat ketika pertama kali mengobrol bersama dengan Heeseung di minimarket ini.

Ngomong-ngomong yang menjadi masalah ketidak enakan hatinya hari ini adalah Heeseung, di tambag setelah ia mendapat kabar tadi siang dan juga obrolan-obrolan kakak tingkatnya di rapat tadi siang tentang Heeseung dan Geonu.

Langkah Sunghoon terhenti ketika ia melihat sosok yang seharian ini selalu memenuhi pikirannya,tengah berjongkok dan memberi makan milk kucing belang tiga yang ada di dekat minimarket tersebut.

“Kak Heeseung?”

Sosok yang berjongkok tadi menoleh dan ia sendiri terkejut melihat sosok Sunghoon dan segera bangkit berdiri.

“Sunghoon”

“Kak Heeseung ngapain di si-”

Perkataan Sunghoon terhenti ketika ia melihat wajah Heeseung.

Sudut bibirnya terluka dan mengeluarkan sedikit darah, pipi kanannya ada goresan luka. Lalu rahangnya yang tajam berlihat lebam dan pelipis sebelah kirinya juga terluka.

“Kak Heeseung gak papa? Kok bisa luka-luka?”

Heeseung tertawa samar dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja tapi Sunghoon tidak percaya.

Sunghoon menarik tangan Heeseung dan membawanya duduk di salah satu kursi yang ada di luar mini market, sedangkan Sunghoon masuk ke dalam mini market.

Setelah lima menit Sunghoon keluar sambil membawa plastik yang berisikan alkohol,kapas,tisu dan juga obat merah serta plaster luka.

“Gak usah Hoon, gak usah repot-repot”

“Diem. Luka gini kalo gak di obatin nanti jadi infeksi”

Ucap Sunghoon, ia mengambil duduk di samping Heeseung lalu membuka alkoholnya dan di tuangkan di dalam kapas yang berbentuk cuttonbad tersebut.

“Seharusnya ini perih, tapi kayanya gak akan perih deh”

Sunghoon secara perlahan membersihkan luka yang ada di pipi Heeseung terlebih dahulu, ia melakukannya secara perlahan agar Heeseung tidak merasa terlalu sakit.

Heeseung hanya diam ketika Sunghoon mulai mengobati lukanya, sesekali ia akan meringgis sakit ketika Sunghoon tidak sengaja menekan lukanya. Heeseung menatap setiap inci wajah Sunghoon.

Garis rahang yang tajam, hidung yang mancung dan indah. Mata indahnya yang selalu memancarkan kehangatan, serta bibir kecil tipis dan ranum. Sunghoon adalah definisi dari kata sempurna dan indah.

“Udah, kalo kaya gini kan lebih baik”

Sunghoon telah selesai mengobati setiap luka milik Heeseung dan menempelkan plester di pelipis, dan pipi milik Heeseung.

“Kakak dari mana sih bisa sampe dapat luka-luka kaya gitu?”

Tanya Sunghoon, sekarang ia kasih hot chocolate yang tadi sempet dia beli juga ke Heeseung.

Heeseung tersenyum lalu mengucapkan terima kasih pada Sunghoon.

“Lain kali kalo misalnya luka kaya gitu langsung di obatin”

Omelnya lagi sambil meminum minumannya membuat Heeseung terkekeh kecil.

“Kalo di bilangi tuh jangan ketawa dong”

Heeseung makin terkekeh, melihat wajah Sunghoon yang kesal adalah sesuatu yang membuat hatinya lebih merasa sangat dan nyaman.

“Lo penasaran gak dek, luka-luka ini gua dapat dari mana?”

Sunghoon menatap ke arah Heeseung yang tengah tersenyum.

“Dari bokapnya Geonu”

Sunghoon terdiam sesaat lalu menatap Heeseung yang tengah meminum minumannya.

“Terus kak Geonunya dimana sekarang?”

“Udah pulang lah, masa gua bawa-bawa terus”

Heeseung terkekeh melihat wajah bingung dari Sunghoon.

“Kamu tau gak dek? Lebih sulit untuk berjuang dari pada mempertahankan”

Sunghoon menaikan sebelah halisnya.

“Sebenarnya gua sulit banget buat cerita ke orang-orang di tambah orang yang baru gua kenal, bahkan Minkyu sama Beomgyu aja gua sulit banget buat cerita. Orang-orang mikir kalo misalnya gua masih berharap dan masih berjuang buat hubungan gua sama Geonu. Nyatanya mereka salah, mereka gak sepenuhnya tau tentang hidup gua”

Heeseung menghela nafasnya lalu ia menatap Sunghoon.

“Minkyu sama Beomgyu cuma bisa nyudutin gua di saat gua tersudut, gua bingung mau cerita ke siapa. Hubungan gua sama Geonu emang ribet banget kayanya dan udah gak bisa di perjuangkan lagi”

“Jadi kakak nyerah gitu aja?”

Heeseung mengangguk.

“Gua udah lama nyerah sih, toh hubungan kaya gini mau sampai kapanpun gak akan berhasil. Pertama orang tuanya gak suka sama hubungan yang kaya gini, kedua ada jarak kesengajangan antara kami berdua dan itu sangat sulit di pertahankan ketika kami memilih untuk menghadapinya bersama-sama”

Heeseung menarik nafasnya panjang.

“Ada yang pantas untuk kembali di perjuangkan ada juga yang harus kita lepaskan”

Heeseung menatap Sunghoon lalu tersenyum.

“Kalo kamu menyukai seseorang, jangan pernah untuk kamu lepaskan orang tersebut, sampai takdir yang menentukan apakah orang itu untuk mu atau bukan ya dek. Dan jangan bertindak bodoh kaya gua”

Heeseung tertawa sedangkan Sunghoon cuma ngelihat wajah Heeseung dalam diam.

“Kak?”

“Ya?”

“Kakak tau orang yang kusuka selama ini?”

Heeseung menggeleng pelan.

“Kakak”

“Eh?”

“Aku suka sama kakak”

MY ARCHIVE

By

@iamjasukemother

🖇Long Au

https://write.as/jajahoon/long-au

🖇Short Au

https://write.as/jajahoon/short-au

🖇Other

https://write.as/jajahoon/other

🖇 Wattpad Series

https://write.as/jajahoon/wattpad-series

Wattpad Series

🖇IPA vs IPS // Jaywon

https://www.wattpad.com/story/239971697-ipa-vs-ips-i-land-versi

🖇Hakuna Matata // Jaywon // Heehoon // Jakenoo

https://www.wattpad.com/story/248490156-hakuna-matata