auteurlavie

the girl's who love writing

ICY


Jake rasanya ingin memukul kedua sahabatnya yang tega meninggalkannya sendirian di perpustakaan kampus, padahal awalnya mereka datang bertiga untuk mengerjakan tugas kelompok, harusnya Jake juga sadar kalo satu kelompok dengan Jay ataupun Sunghoon akan percuma, karena kedua temannya itu sama sekali tidak peduli dengan tugas.

Jake melirik sekilas arlogi ditangannya dan sekarang pukul 10 malam, pantas saja perpustakaan kampus terlihat sepi hanya ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang masih belajar dan baru selesai kelas malam mereka.

Jake berjalan keluar dari gedung perpustakaan, sekarang tengah mengomel karena tidak ada satupun dari pada sahabatnya yang mengangkat atau membalas pesan dari Jake, sehingga Jake kebingungan untuk pulang.

“Babi emang!! gak ada satupun yang bisa di harapkan!!”

Jake berdecak sebal, lalu memilih untuk berjalan ke luar kampusnya. mana tau masih ada kendaraan umum, atau paling tidak ia akan memesan taksi dengan tujuan rumah Leo dan meminta Leo yang bayar.

Kenapa harus Leo?

Karena Leo adalah Leo.

Jake sekarang sudah berdiri di halte bus way, setidaknya masih ada satu rute lagi yang melewati kosan miliknya, namun ketika ia sedang berpikir tentang tugas-tugasnnya yang semakin lama semakin banyak ia melihat sebuah motor sport berwarna hitam metalic berhenti di depannya, kemudian si pengendara membuka helm full face di depannya yang membuat Jake terjekut.

“Kok belum pulang, Jaeyoon?”

Jake sedikit menelan ludahnya kasar, mencoba untuk tidak memikirkan hal-hal aneh mengingat sosok di depannya ini bisa membaca pikirannya.

“Ini pak, tadi ditinggal sama Jay dan Sunghoon”

Jawab Jake pada sosok di depannya yang membuat sosok di depannya tersenyum.

“Mau saya anter?”

Jake ingin menggeleng,karena rasanya akan sangat bahaya jika ia mengiyakan ajakan dari ASDOSnya tersebut, tapi ketika ia ingin menggeleng justru kepalanya malah mengangguk kecil.

“Tapi saya gak punya helm dua, kamu gak pakai helm gak papa kan? sama kamu pakai ini aja”

Heeseung membuka jaket miliknya dan memberikannya pada Jake, Jake awalnya menolak namun perkataan Heeseung seakan mengatakan bahwa semua kata yang keluar dari mulutnya harus di laksanakan.

Jake mengambil jaket milik Heeseung dan memakainya, membuat aroma perpaduan antara wood dan coklat tercampur. Jake suka dengan wangi seperti ini.

Heeseung tersenyum lalu menyuruh Jake untuk naik ke motornya dan meminta Jake untuk menyebutkan alamat tempat tinggalnya.

***

Heeseung memberhentikan motornya di sebuah bangunan yang cukup besar, kosan yang cukup elite di kawasan tersebut.

“Hmm.. pak makasih banyak ya”

Jake berkata kemudian hendak melepaskan jaket yang ia gunakan namun tangannya di tahan oleh Heeseung.

“Kamu pakek aja dulu, nanti aja di balikinnya”

Ucap Heeseung kemudian ia segera menyalakan kembali motornya, karena langit malam pun terasa seperti mendung dan akan turun hujan, namun baru saja Heeseung menyalakan mesin motornya tiba-tiba saja rintikan hujan yang tadinya kecil menjadi deras, membuat Jake terkejut kemudian menyuruh Heeseung untuk membawa motornya masuk ke dalam parking area tempat kosnya.

Maka berakhirlah disini, di dalam kosan milik Jake dan suasana di luar sedang turun hujan deras.

“Aduh Maaf ya pak, gara-gara anterin saya bapak jadi kejebak hujan”

Jake berkata tidak enak, sedangkan Heeseung hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ia tidak masalah, asalkan sekarang Jake sudah sampai di kosannya dengan aman.

“Kosan kamu kedap suara?”

Jake tersentak kaget kemudian ia mengangguk kecil, kosan di gedung ini memang kedap suara agar tidak menganggu aktivitas penghuni lainnya.

“Ngapain coba tanya-tanya, bikin degdegan”

Heeseung terkekeh ketika ia bisa membaca pikiran Jake, sedangkan Jake berjalan ke dapur untuk membuatkan minuman hangat untuk tamunya tersebut.

“Pak ini diminum dulu, saya cuma punya susu coklat”

Jake menaruh satu gelas minuman di hadapan Heeseung sedangkan dirinya mengambil tas ranselnya.

“Kamu mau ngapain?”

Tanya Heeseung dan Jake yang sedang mengeluarkan laptop dari tas ranselnya tadi menoleh pada Heeseung.

“Tugas kelompok pak, tadi belum selesai keburu di tinggal sama Jay dan Sunghoon”

Jawab Jake, ia sekarang memilih untuk duduk di atas karpet dan meja kecil. agak sedikit berjarak dengan tempat duduk Heeseung.

“Mau saya bantu?”

Tawar Heeseung dan Jake menatap Heeseung tidak berkedip. Bukannya tidak ingin dibantu, tapi ini tidak baik untuk kesehatan jantung Jake.

dan kesehatan pikirannya

Belum sempat Jake menjawab Heeseung sudah lebih dulu duduk disampingnya dan mengambil buku note yang baru saja Jake letakan di sampingnya.

“Eh pak gak usah, nanti jadinya ngerepotin”

Jake menarik bukunya namun tangan Heeseung lebih cepat.

“Jay sama Sunghoon bukan tipe yang mau ngerjain tugas begini kan? Ditambah lagi kamu anaknya pinter, saya bantu sedikit aja”

Heeseung tersenyum manis pada Jake yang ngebuat Jake jadi salting.

Sekitar 30 menit mereka mengerjakan tugas bersama dan Jake benar-benar merasa terbantu, kalo ia sendiri mungkin saja akan memakan waktu lebih lama atau bisa jadi ia bergadang. Ditambah cuaca dingin dan besok hanya ada kelas sore.

“Sebentar lagi uas, kamu sudah belajar?”

Tanya Heeseung lagi dan Jake menggeleng.

“Saya tipe anak yang belajarnya H-1 jam sebelum ujian pak”

Jawab Jake sambil tertawa, kemudian ia menoleh dan baru sadar jika posisi dirinya dan juga Heeseung sangat dekat.

Rintinkan hujan malam ini terdengar semakin ber-irama, membuat siapa saja yang mendengarnya enggan untuk bergerak dari posisi mereka

Dan entah sejak kapan, jarak keduanya semakin menipis hingga bibir milik Jake dan Asdosnya tersebut saling menyatu dan berpanggut dalam diam.

I. ICY


“Seperti yang kita tau, bahwa bahasa merupakan sebuah alat untuk berkomunikasi antara sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari-”

“Anjir ya, Pak Heeseung bener-bener sexy banget. Suaranya bener-bener bikin jantung gua kaya lagi organan”

“Bahasa tidak hanya berupa verba atau lisan namun juga berupa gerakan di mana gerakan tersebut akan menjelaskan apa yang ingin diungkapkan”

“Pak kalo misalnya jadi suami saya mau gak? Saya anaknya baik kok pak”

“Seperti yang kita ketahui juga, struktur kebahasaan dibagi menjadi 5-”

“Gimana ya rasanya ciuman sama pak Heeseung”

“Shim Jaeyoon coba sebutkan kelima struktur kebahasaan”

”.....”

“Bibirnya gak begitu tebel sama tipisi, tapi kayanya masih bakalan jadi candu banget”

“Jakeee... woii jakeee....”

“Shim Jaeyoon?”

Jake tiba-tiba tersentak begitu tangannya di sikut oleh Leo yang duduk di sebelahnya.

“Eh?”

Jake kelabakan lalu pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata Asdosnya yang sedang tersenyum ke arahnya.

“mampus”

“Eh? Iya pak? Maaf saya gak fokus”

Jake berdelih untuk sesaat, kemudian menoleh ke samping berniat bertanya kepada Leo, tapi ternyata Leo sudah pindah posisi jadi di samping Sunghoon yang duduk di belakang bersama dengan Jay.

“Babi emang”

Gerutunya dalam hati, kemudian kembali menatap ke papan tulis di depan sana dan Asdosnya.

“Pertama ada fonologi, kedua morfologi, ketika ada sintaksis, keempat ada sematik dan terakhir ada pramatik”

Untung saja Jake termasuk mahasiswa dengan otak di atas rata-rata dan biasanya walaupun agak-agak miring, Jake selalu belajar sebelum kelas di mulai. Apalagi saat ini dirinya ingin sekali di puji atau terlihat menarik di depan Asdosnya.

“Jaeyoon benar, nah disini saya akan menjelaskan pengertian dari kelima struktur tersebut”

“Huft untung aja gua pinter, jadi sebenarnya gua cocok lah ya sama pak Heeseung. Pak serius deh, gua bisa kok jadi pendamping hidupmu pak, ayok pak. Kawin aja kita”

“Uhukk uhuk!!”

Heeseung di depan sana sedikit terbatuk, sialnya ia tidak bisa berkonsentrasi karena pikiran dari mahasiswanya tersebut.

Friend With Benefit


Flashback

Sunghoon hanya bisa mengaduk-ngaduk milkshake di hadapannya ketika Jay baru saja sampai setelah kelasnya selesai. Sesuai janji yang mereka buat, mereka bertemu di caffe dekat kampus pasca kelas Jay selesai.

“Jadi?”

Jay berkata ketika ia menarik kursi dan duduk di hadapan Sunghoon.

“Gua cuma mau klarifikasi masalah seminggu yang lalu, gua gak mau hubungan kita jadi canggung aja”

Sambung Jay, kemudian mengambil minuman yang sudah di pesan oleh Sunghoon.

“Kita anggap itu angin lalu aja, kita sama-sama gak sadar dan gak ada yang di rugikan juga kan?”

Jay mengangguk setelah mendengar perkataan Sunghoon.

“Tapi Sunghoon, menurut lo gimana?”

Tanya Jay yang membuat Sunghoon mengerutkan keningnya.

“Perihal apa?”

“We having sex?”

Sunghoon terbatuk karena perkataan dari Jay barusan sedangkan Jay terkekeh.

“Diantara kita berenam, lo tau semua tentang gua begitu juga sebaliknya-”

Jay mengantung perkataannya kemudian meminum minumannya sesaat.

“Lo tau istilah Friend With Benefit kan?”

Sunghoon hanya mengangguk kecil.

“Lo mau jadi Friend With Benefit gua?”

Sunghoon untuk sekali lagi terlihat tidak percaya sambil menatap kearah manik mata Jay, ia tau bahwa temannya ini terkadang sangat suka untuk berbicara sembarangan.

“Sebentar Jay, kita lagi klarifikasi masalah minggu lalu tapi bisakan lo jangan bercanda dulu?”

Jay terkekeh sekarang kemudian menatap Sunghoon dengan tatapan serius.

“Apa gua kelihatan bercanda Hoon?”

Sunghoon tau bahwa Jay tidak bercanda dengan perkataannya kali ini.

“Jay tapi-”

Sunghoon terlihat menggeleng pelan.

“Lo tenang aja, kita main aman. Sebulan sekalipun kita bakal check medical dan bisa di pastikan kalo kita gak akan terkena penyakit apapun”

Jay tau rasa kekhawatiran Sunghoon itu seperti apa, ditambah mereka melakukannya dengan sesama jenis.

“Dan ada syarat yang lain lagi-”

Sunghoon kembali menyeritkan halisnya.

“Kita gak boleh saling jatuh cinta, ketika lo butuh maka lo yang atur permainannya dan ketika gua butuh maka gua yang ngatur, dan ini cuma jadi rahasia kita berdua aja. Gimana? Deal?”

Sunghoon terlihat sedikit berpikir, menatap tangan Jay yang sekarang terjulur ke hadapannya.

“Oke Deal”

Maka dimulai saat itu keduanya terjebak dalam hubungan Friend With Benefit.

Friend With Benefit


Jake menghela nafasnya dan benar-benar harus menjemput Kai yang masih berada di toilet lantai 3, untungnya kelasnya sudah selesai.

Jake sambil mulutnya mengumpat ia berjalan dan membalas pesan dari Sunghoon yang katanya sudah sampai di kantin dan akan memesankan makan siang untuk Jake dan juga Kai, sambil menunggu Leo dan Taehyun yang juga baru saja menyelesaikan kelas mereka.

Langkah Jake terhenti ketika ia melihat Beomgyu dan Heeseung berjalan secara bersamaan, dengan Beomgyu yang terus menerus mengomel dan membicar dengan bahasa kasar.

Kedua sosok tersebut langsung berhenti begitu melihat Jake didepan sana, Jake tidak peduli dan tetap memilih untuk berjalan melewati keduanya, namun langkahnya terpaksa terhenti ketika lengannya di sentuh oleh Heeseung. Beomgyu yang melihat itu lebih baik memilih untuk turun terlebih dahulu.

“Gua mau ngomong sama lo Jake. Tolong kasih gua kesempatan”

Jake tidak bisa mengelak lagi, mungkin ini waktunya ia harus berbicara dengan Heeseung walau di dalam hatinya ia merasa tidak nyaman dan tenang.

“Karna sebentar lagi kita bakalan sering ketemu, jadi gua minta maaf soal kejadian satu tahun yang lalu. Gua gak bermaksud buat ngelakuin itu semua ke lo, dan maaf kalo malem itu gua tetap maksa lo padahal lo udah mohon-mohon sama gua buat gua berhenti. Jujur saat itu gua gak sepenuhnya di pengaruhi sama alkohol, gua masih sadar walaupun cuma 20 persen. Gua suka sama lo Jake dan malam itu lo kelihatan lagi sedih dan gua gak suka lihat lo sedih karna orang lain, gua marah sama diri gua sendiri sampe akhirnya gua milih buat minum-minum padahal kita udah janji bakal ketemu di studio buat beresin maket kak Soobin, dan gua waktu itu chat kak Soobin bilang kalo lo gak bisa. Gua pengen jadiin lo milik gua, gua bisa buat lo bahagia dan gak sedih. Tapi ternyata gua salah, hal yang gua lakuin itu tentu buat lo benci sama gua. Jadi disini gua mutusin buat berhenti dan meminta maaf sama lo, walaupun lo gak maafin gua, tapi setidaknya gua sudah tenang karna udah ngaku sama lo. Sekali lagi maaf ya Jake”

Heeseung tersenyum, kemudian berbalik untuk meninggalkan Jake. Sedangkan Jake hanya terdiam, bayangan kejadian satu tahun yang lalu terbayang kembali.

“Ini sepenuhnya bukan salah Kak Heeseung, gua juga salah. Salah karna padahal gua bisa ngelawan tapi gua lebih milih lo lecehkan”

Langkah Heeseung terhenti, ia berbalik dan menatap Jake yang menatapnya dengan mata sayu.

“Gua hancur kak, dan harusnya malam itu lo hancurin gua lebih lagi”

“Jake?”

Heeseung menghampiri Jake yang terdiam dengan wajah yang dia tundukan.

“Harusnya malam itu, harusnya malam itu lo hancurin gua sehancur-hancurnya kak. Harusnya lo hancurin gua dari awal, harusnya lo datang lebih awal biar gua gak sehancur sekarang-”

Jake sedikit meninggikan suaranya namun dengan nada yang gemetar seakan Jake ingin mengeluarkan semua emosinya.

“Kalo lo masih suka sama gua, tolong buat gua jatuh cinta sama lo. Kalo lo minta tubuh gua, gua bisa kasih kok kak! Tapi tolong buat gua jatuh cinta sama lo! Gua mohon kak! Gua mohon!”

Friend with Benefit


“Buka baju lo”

Sunghoon hanya bisa melepaskan kaos yang ia gunakan dan memeperlihatkan bagian tubuh atasnya di hadapan Jay yang memengang kotak p3k.

Jay menghela nafasnya, melihat banyaknya luka memar pada punggung Sunghoon.

“Kenapa lo gak pernah ngelawan waktu bokap lo mukul Hoon?”

Tanya Jay, secara perlahan ia mulai menuangkan obat merah pada kapas dan mengobati luka-luka memar dan goresan-goresan pada punggung Sunghoon.

“Itu sama dengan gua bunuh nyokap gua”

Jawab Sunghoon dan Jay tidak kembali bertanya, fokus mengobati luka di pungung Sunghoon. Setelah selesai, Jay membalikan tubuh Sunghoon, menatap pria berambut blonde sliver tersebut.

Ia mengelus pelan wajah Sunghoon sebelum di kecup singkat, ntah lah Jay juga tidak tau dengan perasaannya saat ini. Ia hanya ingin melindungi Sunghoon dan terus bersama dengan Sunghoon apapun yang terjadi.

“Jadi tadi isa gimana? Lo tinggalin gitu aja?”

Jay mengangguk kecil.

“Isa itu pacar lo Jay, masa lo tinggalin dia sih”

Jay menghela nafasnya.

“Lo juga tau sendiri hoon, kalo gua pacarin isa karna apa? Dan lo lebih penting dari isa. Lagian kita udah pernah ngomongi ini sebelumnya kan? Kalo kita lagi berdua, please jangan omongi orang lain”

Sunghoon menundukan kepalanya kemudian mengangguk kecil dan meraih kembali kaosnya dan memakainya.

“Lo mau tidur langsung atau gimana? Gua kayanya mau main game sebentar, anak-anak udah sibuk”

Jay berkata dan duduk di kursi yang tidak jauh dari sana. Sunghoon berkata bahwa hari ini cukup lelah dan akan segera tidur terlebih dahulu. Jay mengangguk kecil lalu kembali fokus pada layar ponselnya untuk bermain game.

***

Jake menatap pantulan dirinya yang tidak memakai sehelai apapun pada cermin yang ada di kamar mandi miliknya. Ia menarik nafasnya kemudian menutup matanya.

Nafasnya berat, amat sangat berat.

Jake membuka matanya, mendapati dirinya yang lagi-lagi mengeluarkan keringat dingin serta nafas yang terengah.

Kembali menatap pantulan dirinya di cermin, kemudian berbalik dan mengambil bathrobe sebelum ia keluar dari kamar mandi.

“Lama banget di kamar mandi, ngecoli lo?”

Taehyun berkomentar, ia bersandar pada headboard kasur Jake sambil bermain game bersama dengan yang lain, sedangkan Jake memutar bola matanya malas dan berjalan ke lemari pakaiannya.

“Gua cuma mau nenangi diri, tapi lo malah seenaknya masuk ke apart gua”

Taehyun menatap Jake sebentar yang sedang memakai pakaiannya.

“Jake, lo kan udah temenan dari SMA sama Jay dan Sunghoon. Menurut lo hubungan mereka sebatas teman atau lebih?”

Jake berbalik, menatap Taehyun yang wajahnya penuh tanda tanya.

“Gua juga gak tau hubungan mereka”

“Tapi lo tau kan kalo mereka suka ngewe?”

Jake menatap Taehyun yang sedang tersenyum kearahnya, memang hanya Jake yang tau bahwa hubungan Jay dan Sunghoon lebih dari kata seorang teman. Karena ketiganya sudah berteman semenjak SMA dan ketiga lainnya mereka bertemu di semenjak di bangku kuliah.

“Kejadian satu tahun lalu, waktu kita mabuk bareng. Sebenarnya gua gak mabuk dan gua ngelihat mereka lagi having sex di kamar Jay dan lo sempet ngelihat kan?”

Yang di katakan oleh Taehyun semua adalah benar dan Jake tidak bisa mengelaknya sama sekali.

“Dan dari yang gua lihat, lo suka sama Sunghoon kan?”

Satu fakta yang hanya Jake simpan untuk dirinya sendiri, dan dengan gampangnya Taehyun mengetahui semuanya.

“Lo tenang aja, gua gak bakal kasih tau siapapun tentang ini-”

Taehyun bangkit dari posisinya, berjalan menghampiri Jake dan menepuk pundak Jake sambil tersenyum.

“Tapi gua minta sesuatu sama lo”

Friend with Benefit


“Mau kemana lo?”

Beomgyu bertanya sedikit berteriak karena latar musik terlalu keras, ketika Heeseung bangkit dari duduknya.

“Mau keluar, disini berisik! Mau ngerokok!”

Jawab Heeseung dengan suara kerasnya yang kemudian mendapat anggukan dari Beomgyu.

Heeseung memilih untuk keluar dari dalam club, selain suara musik yang terlalu keras, ia juga ingin merokok dan berfikir dengan tenang. Jadi Heeseung memutuskan untuk pergi ke atap club, langkah Heeseung terhenti begitu ia melihat dua sosok laki-laki yang tengah asik bercumbu.

Heeseung tidak menghiraukannya dan ia mengambil rokok dan pematik miliknya, menyalakan rokok sambil tatapannya tertuju pada deretan gedung-gedung tinggi dengan cahaya lampu yang amat sangat terang.

Heeseung yang masih merokok menoleh ke dua orang di ujung sana, yang masih ada di posisi mereka dan tengah melihat ke arah gedung-gedung tinggi juga. Sesekali mereka saling mengecup, walau tidak jelas yang Heeseung tau mungkin mereka adalah sepasang kekasih yang tengah memadu kasih.

“Jay, Sunghoon!”

Heeseung menoleh begitu mendengar suara seseorang yang baru saja sampai di atas atap, memanggil ke dua sosok tadi.

Mata Heeseung dan orang yang baru saja sampai di atap bertarapan, walau suasana cukup gelap tapi Heeseung bisa mengenalin orang tersebut. Orang tadi sama terkejutnya dengan Heeseung.

“Jake?”

Sosok tadi menghentikan langkahnya begitu mendengar suara Heeseung yang memanggilnya, Jake menatap Heeseung dan membungkukan badannya kemudian berjalan menghampiri kedua temannya yang masih berdiam disana.

“Ya lain udah pada mabok, kita pulang aja”

Jake berunjar, kemudian Jay dan Sunghoon mengangguk dan berjalan lebih dulu melewati Heeseung yang masih berdiam disana.

Ketika Jake melewatinya, Heeseung menghentikan tangan Jake membuat Jake tersentak kaget.

“Lepasin kak”

Ucap Jake pelan, ia tidak ingin mengeluarkan emosinya disini.

“Kenapa lo selalu ngehindar kalo ketemu gua Jake?”

“Gak ada alasan lain selain gua menghindar”

“Kita butuh bicara”

“Sorry kak, temen-temen gua lagi tungguin gua”

Jake melepaskan tangan Heeseung, kemudian berjalan turun. Sedangkan Heeseung membuang asal rokoknya dan mengumpat kasar.

VI. Three Mas Ketir


Sunghoon menghela nafasnya ketika melihat dari jendela kamarnya di lantai dua ke arah depan rumahnya, disana ia melihat sosok Heeseung dan juga Jaeyoon yang saling menatap.

Sunghoon melihat arloginya, kemudian mengambil tas sekolahnya dan keluar kamar.

“Pergi sama siapa?”

Tanya Soobin dan Sunghoon duduk di kursinya, kemudian menghela nafasnya lagi.

“Di depan ada dua gojek, atau mungkin nanti bakal jadi tiga”

Jawab Sunghoon kemudian ia mengambil roti dan juga selai strawberry dan mengolesnya ke roti kemudian memakannya.

Sunoo baru keluar dari kamarnya, kemudian melakukan hal yang sama dengan apa yang di lakukan oleh Sunghoon tadi.

***

Heeseung menatap Jaeyoon sinis, ini kenapa bisa Jaeyoon pagi-pagi ada disini. Sedangkan Jaeyoon juga melakukan hal yang sama, menatap Heeseung tajam.

Namun saat Jaeyoon ingin berkata, Jongseong datang di tengah-tengah keduanya menatap kedua temannya tersebut.

Sungguh luar biasa bukan? Melihat ketiganya berada di tempat yang sama.

“Dejavu”

Ucap Jaeyoon sambil terkekeh pelan, sepertinya ingatan mereka terulang untuk 1 tahun yang lalu. Mengejar satu orang yang sama dan selalu berakhir seperti ini.

“Kira-kira siapa yang menang kali ini?”

Lirih Heeseung sambil tersenyum kepada Jaeyoon dan Jongseong.

“Gua”

Ketiganya menoleh, melihat Yeonjun sudah berdiri di depan mereka dengan kedua tangan yang di masukan kedalam saku celana sekolahnya.

“Lo bertiga gak ada kapoknya ya?”

Tanya Yeonjun lagi sambil melihat ke arah ketiganya secara bergantian.

“Kali ini apa lagi yang jadi taruhannya? Tahun kemarin kan mobil? Tahun ini apa?”

Ketiganya menatap Yeonjun sedikit males.

“Dejavu banget anjir, ditempat yang sama cuma beda waktu aja”

Gumam Jongseong pelan, lalu kemudian pintu rumah terbuka dan menampilkan sosok kakak beradik yang menatap takjub pemandangan di depan mereka.

“Ini pada mau demo yah?”

Tanya Sunoo sambil memandang orang-orang di depannya, terkadang ia tidak mengerti dengan jalan pikiran orang-orang ini.

“Lo mau pergi sama siapa hoon?”

Yeonjun berkata sambil menatap Sunghoon yang masih terdiam di tempatnya, menatap satu persatu ke arah Heeseung, Jongseong, kemudian Jaeyoon.

“Gua-”

Sunghoon menghela nafasnya, membuat ketiga orang di depan sana menatap Sunghoon.

“Gua ikut baba aja”

Jawab Sunghoon kemudian berjalan ke arah Yeonjun yang memang setiap pagi Sunghoon selalu pergi bersama dengan Yeonjun, Soobin dan Sunoo menggunakan mobil Yeonjun.

“See? Gua menang lagi kan?”

Yeonjun terkekeh, melambaikan tangannya.

Sedangkan Sunghoon sudah berjalan tanpa menoleh ke belakang.

Birthday Papa

From Because of the twins Universe


Sunghoon menatap Jongseong seakan ragu dengan apa yang barusan ia dengar, ini adalah tahun kedua setelah kejadian memilukan perjalanan hidup mereka, memilih melupakan masa lalu dan kembali berjalan dijalan yang sama serta memulai hidup kembali.

Malam ini setelah keduanya kembali pulang bekerja dan menyelesaikan urusan masing-masing bersama dengan anak-anak, Jongseong berkata bahwa besok Sunghoon bisa mengambil cuti bekerja, dan memiliki waktu untuk dirinya sendiri.

Semenjak mereka memutuskan untuk hidup bersama dan lahirnya Daniel, Sunghoon sangat jarang memiliki waktu sendiri, di pagi hari ia akan mengurus Sangwon dan Jungwon yang harus berangkat sekolah, kemudian menyiapkan segala sesuatu dan mengurus Daniel, balita berumur 17 bulan tersebut, kemudian ia harus kembali ke kantor untuk bekerja sedangkan Daniel mereka titipkan pada orang tua Jongseong yang pada akhirnya menetap di Korea setelah pernikahan resmi Sunghoon dan Jongseong.

“Kamu kan juga tau anak-anak sedang libur musim dingin”

Ucap Jongseong sambil mengelus pelan surai hitam Sunghoon yang saat ini menjadikan lengan kiri Jongseong sebagai bantalan.

“Aku sengaja kasih kamu cuti biar kamu bisa ngabisin waktu kamu sendiri, lagian besok juga adalah hari ulang tahunmu kan? Aku ingin kamu keluar tanpa harus memikirkan aku ataupun anak-anak”

Sunghoon masih sedikit ragu sebenarnya, tapi ini adalah kesempatan yang sangat jarang datang. Memang terkadang ia sedikit lelah dengan rutinitasnya.

Jongseong tersenyum dan mengelus sisi wajah Sunghoon.

“Anak-anak juga pasti bakal ngerti kok, aku juga besok cuti”

Sunghoon tidak menjawab dan hanya mengangguk kecil, kemudian Jongseong mencium kening Sunghoon lama sebelum menarik Sunghoon kedalam pelukannya untuk segera tidur.

***

“Jong, jam 10 nanti bangunin Daniel dulu terus kamu kasih dia minum sama bubur yang sudah aku buatin, untuk banyak buburnya kaya biasa aja dan setelah itu jangan lupa di mandiin”

Sunghoon berkata, ia mengambil coat coklat panjangnya dan memakainya kemudian mengambil tas ransel dan kunci mobil, ia berjalan ke arah kamar Daniel dan mencium balita yang masih tertidur tersebut.

Sekarang jam menunjukan pukul 8 pagi.

“Sangwon dan Jungwon juga jangan lupa di kasih sarapan, tadi aku udah buat sarapan untuk kalian bertiga. Untuk makan siang, kamu bisa angetin yang ada di kulkas. Jangan lupa nanti cek popok Daniel setiap dua jam sekali, dan jangan kasih jelly untuk Daniel”

Jongseong tersenyum mendengar setiap ocehan Sunghoon pagi ini, ia berjalan menuju pintu apartemen mereka. Sunghoon berbalik menatap Jongseong.

“Atau aku gak jadi pergi aja ya Jong? Aku khawatir”

Dari raut wajah Sunghoon terlihat ia sebenarnya tiga tega membiarkan Jongseong merawat anak-anaknya sendiri walaupun si kembar sekarang sudah menginjak umur 15 tahun.

“Sayang, kamu gak usah khawatir ya. Aku bisa jagain mereka kok, sekarang gak usah mikirin yang aneh-aneh dan nikmati waktu kamu”

Sunghoon kembali menghela nafasnya kemudian mengangguk kecil, Jongseong menarik Sunghoon kepelukannya dan kemudian mencium dahi Sunghoon dan bibir Sunghoon singkat.

“Selamat bersenang-senang Sunghoon”

Sunghoon mengangguk kemudian melambaikan tangannya dan keluar dari apartemen mereka, begitu suara pintu tertutup Jongseong menghela nafasnya dan sekarang ia mengaruk kepalanya. Harus dari mana ia membereskan rumah yang berantakan karena mainan Daniel yang belum di bereskan.

Pertama Jongseong harus membangunkan di kembar untuk membantunya sebelum waktunya membangunkan si bungsu. Jongseong berjalan ke kamar si kembar yang bahkan lampu kamarnya masih mati, tidak ada tanda-tanda bahwa si kembar sudah bangun. 

“Sangwon-ah, ayo bangun”

Pertama Jongseong membangunkan Sangwon karena posisi tempat tidurnya ada di bawah, Sangwon tidak sulit untuk di bangunkan, jadi Jongseong hanya perlu sekali memanggil nama putra sulungnya tersebut dan Sangwon sudah bangun dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih terpejam. Jongseong terkekeh kemudian mencium sekilas pipi si sulung yang langsung membuat Sangwon membuka matanya dan mengelap pipinya yang di cium oleh Jongseong sambil mengomel, kemudian sekarang Jongseong membangunkan Jungwon yang akan sulit dibangunkan sama sepertinya.

“Jungwon!! Ayo bangun!!”

Jongseong menepuk-nepuk pelan bahu anaknya, dan bukannya bangun Jungwon malah menarik kembali selimutnya dan menyelimuti dirinya full dengan selimut.

“Uuuweeekkk!!! hikss!!!”

“Papi Adekkk bangunnn!!!”

Teriakan dari Sangwon yang ternyata sudah keluar kamar membuat Jongseong segera keluar sedangkan Jungwon terbangun dengan mata yang masih mengantuk karena suara teriakan dari Sangwon dan suara nangis dari Daniel.

Jongseong meletakan dua piring berisi nasi dan beberapa makanan sehat ke hadapan Sangwon dan juga Jungwon, lalu membawa bubur labu ke meja khusus Daniel, dimana Daniel sudah duduk disana sambil memukul-mukul meja.

“Mamammm..mamammm..”

Balita berumur 17 bulan itu terlihat bersemangat ketika melihat Jongseong membawa mangkuk berwarna putih, Jongseong duduk di kursinya dan menyuapi Daniel. Sedangkan si kembar juga tengah menikmati sarapannya.

“Jadi papa jam berapa sampai dirumah?”

Sangwon yang sudah menyelesaikan sarapannya bertanya pada Jongseong, ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke dapur yang berada di belakang meja makan. Kemudian ia membuka kulkas dan menuang susu cair dan berjalan untuk dirinya dan juga memberikannya pada Jungwon.

“Sekitar jam delapan malam papa sampai rumah, nah sekarang siapa yang mau bantuin papi beres-beres rumah dan siapa yang bantuin papi main sama Daniel”

“Aku bantu jaga Daniel”

Jongseong menatap si kembar yang berbicara secara sama-sama, si kembar saling menatap dengan masing-masing menyipitkan matanya.

“Gua duluan yang bilang”

Jungwon berkata, ia rasa dirinya lah yang bertama kali berbicara.

“Gak, gua duluan yang bilang. Lu bantu papi gua jaga adek”

Sangwon menunjuk ke arah Jungwon.

“Enak aja, gak ada ya!! Ngalah lah, gua aja yang jaga adek” “Gua yang lahir duluan”

Ketika si kembar tengah berdebat untuk siapa yang jaga Daniel, si balita masih asik memakan bubur labunya dan Jongseong menggelengkan kepalanya. Kenapa kedua anaknya ini sama-sama keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah satu sama lain.

Sama seperti dirinya dan Sunghoon yang sama-sama keras kepala

***

Sunghoon sudah sampai di tempat perkemahan, memang ini adalah cara terbaik untuk healing time dan menghabiskan waktu sendiran. Walau di bilang cuaca sangat dingin tapi Sunghoon tidak terlalu merasa dingin, mungkin karna ia juga lahir di musim dingin. Ponselnya ia sengaja biarkan mati karena perintah Jongseong agar Sunghoon tidak di ganggu dan benar-benar menghabiskan waktunya seorang diri.

Untuk saat ini, selama hidupnya kurang lebih 37 tahun Sunghoon selalu merasa bersyukur bisa di kelilingi oleh orang-orang hebat dalam hidupnya. Ia merasa bahwa hidupnya selalu baik, walau ada di mana ia benar-benar merasa bahwa tidak ada yang berada di pihaknya dan akan menyerah jika bukan karena kehadiran Jungwon saat itu. Dan sekarang Sunghoon sangat bersyukur dengan apa yang sudah ia alami selama ini. Tuhan benar-benar tidak tinggal diam untuk dirinya dan juga keluarga kecilnya, jika diingat-ingat pengalaman yang membuatnya benar-benar bahagia adalah ketika melahirkan di kembar dan Daniel, kedua moment itu yang membuatnya bertahan hingga saat ini.

Sunghoon mengambil gelas coffenya dan menikmati pemandangan hutan di tempat kemahnya, mungkin setelah ini ia akan membaca buku dan mendengarkan lagu hingga siang sebelum ia kembali ke kota dan berkeliling untuk sementara waktu.

***

“Bukan seperti ini dek, pertama kocok telurnya sampai mengembang”

Sangwon berkata sambil membaca resep dari ponselnya, jadi setelah perselisihan panjang mereka Jongseong memutuskan untuk Sangwon dan Jungwon yang membuat kue ulang tahun untuk Sunghoon dan dirinya yang menjaga Daniel, lagian Jongseong ingin membiarkan si kembar membuat kue mereka sendiri untuk Sunghoon.

“Kuning dan putihnya di pisah atau gak?”

Tanya Jungwon dan Sangwon kembali membaca resepnya, kemudian memberi tau Jungwon step per step cara membuat kue ulang tahun, sedangkan Jongseong di ruang bermain khusus Daniel tengah membereskan barang-barang Daniel yang berantakan, sedangkan Daniel sudah tertidur di kasurnya setelah menyusu tadi.

Setelah membereskan kamar main Daniel, Jongseong berjalan kedapur untuk melihat pekerjaan dari anak kembarnya.

Jongseong tersenyum ketika melihat kedua anak kembarnya sudah menyelesaikan adonan kue ulang tahun dan tinggal di masukan ke dalam loyang dan di oven, Jongseong mengambil ponselnya dan menyuruh si kembar melihat ke kamera karena Jongseong ingin si kembar mengucapkan ulang tahun mereka untuk Sunghoon dan merekam bagaimana kegiatan si kembar, tadi juga ia sudah merekam Daniel.

***

Sunghoon menaruh setangkai bunga krisan berwarna putih kemudian berdoa untuk sesaat, setelah kembali dari perkemahan Sunghoon ingin mengunjungi salah satu makam dari orang yang benar-benar sudah sangat berarti di hidupnya dan mempunyai tempat sendiri walaupun orang itu hanya mampir sebentar yang membuat Sunghoon membuka hatinya.

Biasanya di tahun-tahun sebelumnya, orang ini adalah orang pertama yang selalu  mengucapkan ulang tahun pertama untuknya. Orang yang selalu mengajak Jungwon memberiknya sebuah kejutan, membuatnya tertawa ketika ia menangis. 

“Huft!! Rasanya masih seperti mimpi ya kak”

Sunghoon tersenyum, memilih untuk duduk di pinggir pusaran tersebut sambil mengelus pelan nama Lee Heeseung yang tertera disana.

“Jika Daniel sudah besar, aku akan membawanya kesini dan menceritakan seberapa berartinya kakak untukku, Jungwon terutama Jongseong. Sama seperti surat yang kakak tinggalkan, aku hidup sangat bahagia sekarang dan aku bersyukur dengan keluarga yang aku punya, jadi kak di kehidupan selanjutnya, aku ingin kakak hidup dengan baik, bertemu dengan seseorang yang mencintai kakak dengan tulus dan hidup bahagia bersama dengan orang itu”

Sunghoon tersenyum kemudian bangkit berdiri, karena setelah ini ia ingin pergi berbelanja beberapa pakaian musim dingin untuk anak-anaknya.

***

“Nah, selesai”

Sangwon dan Jungwon berseru ketika kue ulang tahun buatan mereke berdua sudah selesai, mereka saling memandang lalu menertawakan diri masing-masing ketika melihat penampilan acakan-acakan dari diri mereka.

Jongseong datang sambil mengendong Daniel yang terlihat ikut berseru senang sambil menepuk-nepuk tangannya dan empeng di mulutnya.

“Nah, sekarang abang jagain adek ya biar papi sama kakak masak untuk makan malam dulu”

Sangwon mengangguk lalu mengambil ahli Daniel dari gendongan Jongseong, sedangkan Jungwon terlihat sedih, ia juga ingin bermain dengan Daniel tapi harus membantu papinya menyiapkan makan malam karena Jungwon cukup pintar memasak makan Korea dari pada Sangwon yang selama 13 tahun tinggal di Amerika.

Pukul 8 Malam tepat, Sunghoon mengabari Jongseong bahwa ia sudah berada di parkiran basement, sedangkan Jongseong dengan cepat mengambil kue buatan si kembar dan Daniel saat ini berada di gendongan Sangwon, segera berdiri di depan pintu untuk memberi kejuatan untuk Sunghoon.

Posisi sekarang Jongseong yang berada di depan sambil memengang kue dengan lilin yang menyala, Sangwon yang menggendong Daniel dan Jungwon yang siap meledakan coffenti popper dan jangan lupa masing-masing dari mereka memakai topi khas ulang tahun. Begitu mereka mendengar suara pintu apartemen yang terbuka maka-

“HAPPY BIRTHDAY!!! PAPA!! WE LOVE YOUUU!!!”

Sunghoon terkejut, ia tidak menyangka akan mendapatkan kejutan seperti ini, ia hanya berpikir bahwa mereka akan makan malam sederhana seperti biasanya.

“Ayoo PAPA tiupp lilinnya dulu!!”

Jungwon berkata membuat Sunghoon yang sempat melamun karena terkejut bergerak mendekat ke arah Jongseong.

“Make a wish dulu hoon”

Sunghoon mengangguk dan tersenyum kemudian menutup matanya, kali ini ia hanya ingin berterima kasih kepada Tuhan yang sudah memberikan keempat orang yang paling berharga di hidupnya dan berharap bahwa mereka akan terus merasakan kebahagiaan seperti ini sampai selamanya.

Sunghoon meniup lilinya dan membuat si kembar dan Daniel bertepuk tangan dengan hebohnya, kemudian Sunghoon mendekat dan mengecup singkat bibir Jongseong sambil mengucapkan terima kasih. 

Melihat apa yang baru saja di lakukan oleh kedua orang tuanya, Sangwon dengan cepat menutup mata Daniel sedangkan Jungwon menutup matanya sendiri dan tangannya menutup mata Sangwon membuat Sunghoon dan Jongseong yang melihat itu terkekeh pelan kemudian mengajak mereka untuk segera makan malam.

“Siapa yang sudah menyiapkan ini?”

“Tentu sana bukan aku maupun Daniel”

Sunghoon menatap Sangwon yang duduk di kursinya dan tertawa kecil, “tapi aku yang membuat kuenya bersama dengan Jungwon” sambungnya lagi.

“Terima kasih kembar”

Ucap Sunghoon, ia kemudian mendudukan Daniel di kursinya yang di letakkan di samping kursinya dan sekarang mereka mulai untuk makan malam bersama.

***

“Aaaa aaaa... aduh abang lagi jelek, muka lagi nyelemotan kenapa disuruh buat video sih.... tapi gak papa sih, ini demi papa.. halo papa ini Sangwon anak sulungmu, papa selamat ulang tahun. Semoga papa selalu bahagia di hidup papa bukan cuma pas ulang tahun papa aja. Pah, kalo papa butuh bantuan Sangwon kasih tau ya, papa masih punya Sangwon disini, kalo papa juga mau curhat, curhat sama Sangwon juga gak papa kok pah hehehe. Pah, terima kasih karena papa sudah menghadirkan Sangwon, Jungwon dan juga Daniel ke dunia ini. Semoga papa selalu sehat dan bahagia ya pah, Sangwon dan adek-adek sayang papa. Satu lagi, papa tenang aja, Sangwon bakal jagain adek-adek Sangwon. Hhehehe”

“Pah, ini Jungwon! Anak papah yang paling manis... apaan si abang!! Aishhh!!! Jangan ganggu, aku mau buat video, tuh lihat pah.. Sangwon bandel banget, masa aku diejekin mulu kapan aku mau ngomongnya sama papa!! pah, selamat ulang tahun, semoga tahun ini dan tahun-tahun berikutnya papa selalu bahagia ya pah, terima kasih sudah menjaga kami semua yang bandel-bandel ini. papa adalah papa terhebat didunia ini, papa the best!!”

Sunghoon tersenyum sambil menahan rasa harunya ketika melihat video yang menjadi kado dari mereka untuk Sunghoon yang saat ini tengah mereka nonton sama-sama, dengan posisi si kembar di bawah sofa sambil memengang cemilan, Sunghoon dan Jongseong yang duduk di atas sofa dengan Jongseong yang merangkul Sunghoon dan kepala Sunghoon yang bersandar pada dada bidang Jongseong. Daniel, ia sudah berada di kamarnya karena sudah tidur.

“Haloo!! Hai Sunghoon, ini Jongseong suamimu-”

Si kembar langsung menatap ke atas dengan muka mereka yang menahan jijik sedangkan Jongseong menatap si kembar tidak suka, karena si kembar protes.

“Pertama-tama terima kasih karena sudah hadir untuk kami semua disini, terima kasih karena sudah mau mengurus kami berempat dan terima kasih karena sudah menjadi sosok yang kuat, di hari bahagaimu ini, kami berempat berharap bahwa kamu akan selalu bahagai dengan pilihan hidupmu, terima kasih karena tidak pernah menyerah untuk anak-anak dan hubungan kita selama ini. Setelah ini mari tetap bahagia dan bersama sampai maut memisahkan kita. We Love you Sunghoon”

“happy birthday papa!!”

Video di tutup oleh lambaian tangan keempat orang yang sangat berarti bagi Sunghoon, Sunghoon menatap Jongseong yang tersenyum kepadanya. Jongseong meraih tangan Sunghoonn, kemudian ia menghapus air mata bahagia yang baru saja keluar dari kedua air mata Sunghoon.

“Makasih karena kamu ada sampai hari ini Sunghoon”

Jongseong mendekatkan jarak mereka dan mencium bibir Sunghoon lembut. Sedangkan si kembar saling memandang dan memilih pergi dengan berjalan secara tiarap ke kamar mereka, tidak ingin menganggu suasana orang tua mereka, karena setelah ini mereka akan tau apa yang akan terjadi.

END

V. Three Mas Ketir


Jaeyoon tersenyum begitu melihat Sunghoon yang datang ke ruangan club musik, dan di sana ada beberapa yang memandang Sunghoon bingung, lalu Sunoo menatap kakaknya sambil menggeleng pelan. Sebenarnya ia tidak mengerti mengapa kakaknya ini ikut club musik sih?

“Nah baiklah, disini gua mau bagiin kalian jadi dua team. Team musik clasik sama team musik modern, sekarang bagi kalian yang ingin berminat silahkan memilih bagian musik kalian”

Beberapa anak disana pergi berpencar, seperti anak-anak yang lebih menguasai musik clasik akan ke bagian kiri dan anak-anak yang menguasai musik modern, sedangkan Sunghoon hanya berdiri di tengah, menatap Jaeyoon di depannya yang ternyata ikut terkekeh karena melihat tingkat Sunghoon yang kebingungan.

***

Jaeyoon memberikan satu minuman kaleng dingin pada Sunghoon setelah mereka selesai latihan, Jaeyoon kini duduk disamping Sunghoon sedangkan anak-anak yang lain sudah pulang terlebih dahulu, dan Sunoo ia pergi ke rumah kembar untuk mengerjakan tugas.

“Jadi tentang lo yang gak bisa main alat musik itu bener ya?”

Sunghoon mengangguk kecil, sedangkan Jaeyoon hanya tersenyum dan mereka hanya duduk sambil menghabiskan minuman mereka dalam diam.

“Jaeyoon?”

“Sunghoon?”

Keduanya saling menoleh dan kemudian terkekeh pelan, menyadari apa isi kepala mereka satu sama lain.

“Lo duluan”

Jaeyoon berkata dan Sunghoon menghela nafasnya,

“Menurut lo? Tanggapan gua gimana? Lo tau sendirikan base sekolah lagi ribut, perihal gua?”

Jaeyoon mengangguk kecil, kemudian membuang kaleng minumannya di tong sampah yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.

“Kaya yang lo bilang, mungkin orang-orang pada iri sama lo”

“Iri ya?”

“Lo cakep, lo pinter juga, berpotensi, nilai plusnya lo adeknya kak Soobin salah satu panutan sekolah”

Sunghoon terdiam kemudian menatap ke kakinya.

“Berarti kalo gua buat kesalahan kecil, kak Soobin bakal kena dampaknya?”

Tanya Sunghoon dan Jaeyoon menjawabnya, membenarkan bahwa jika Sunghoon melalukan kesalahan kecilpun, Soobin bisa kena dampaknya.

“Padahal gua sebenarnya gak mau kaya gini, gak mau jadi pusat perhatian”

“Lo bener, gak enak ya kan? Kaya seolah-olah setiap pergerakan lo ada yang ngawasin”

Perkataan Jaeyoon benar, bahkan semenjak hari pertama Sunghoon selalu merasa bahwa banyak mata yang tertuju padanya. Dan tidak jarang ia menemukan beberapa orang yang menitipkan surat kepadanya untuk di berikan pada teman-temannya.

“Tapi kayanya lo orangnya yang gak mau terlalu ambil pusing kan? Lakuin apa aja yang menurut lo bener Hoon”

Jaeyoon bangkit berdiri kemudian tersenyum sambil mengusak surai hitam milik Sunghoon.

“Mau pulang bareng gak? Gua anterin?”

“Sunghoon pulang sama gua”

Jaeyoon dan Sunghoon menoleh, melihat Jongseong berdiri disana dengan seragam basketnya, sertas tas ransel miliknya.

Jaeyoon menatap Jongseong dan Sunghoon secara bergantian, Sunghoon bangkit dari duduknya kemudian menatap Jaeyoon.

“Sorry Yoon, gua udah janji sama Jongseong”

Jaeyoon hanya mengangguk kecil, lalu menepuk pundak Sunghoon sebelum melangkah pergi dengan arah yang berlawanan dari arah datangnya Jongseong.

Sunghoon berjalan menghampiri Jongseong yang berdiri tak jauh dari sana.

“Kenapa muka lo di tekuk kaya gitu?”

Tanya Jongseong sedangkan Sunghoon hanya menatapnya dengan sinis.

“Masalah base sekolah?”

Sunghoon tidak menjawab dan hanya menganggukan kepalanya saja, Jongseong terkekeh lalu merangkul Sunghoon yang membuat Sunghoon kaget bukan main.

“Ikut gua ya”

Sunghoon nih agak takut sebenarnya sama Jongseong, tapi kalo dia ngelawan pasti Sunghoon lah yang bakal rugi, soalnya rahasia Sunghoon ada di Jongseong.

Jakarta to Bali


Ethan kembali mengecek teman-temannya setelah Jose dan Tara menjadi yang terakhir, lalu mereka segera masuk untuk bording pass.

“Sini KTP kalian”

Tara berkata dan meminta mereka untuk mengumpulkan KTP kepadanya, sedangkan dirinya sedang melakukan ceck in di bantu oleh Danatya.

Setelah itu Tara dan Danatya memberikan tiket pada masing-masing mereka sebelum mereka ke ruang tunggu.

Masih ada waktu 40 menit sebelum berangkat, Jose tengah membaca buku yang sengaja ia bawa karna belum selesai membaca dari tahun kemarin. Buku pemberian Abysa di hari ulang tahun Jose, sedangkan Tara disebelahnya tertidur dan menjadikan bahunya sebagai senderan.

Di kursi lainnya ada Davan, Darren dan Nathan yang sedang bermain game. Padahal tadi malam mereka sedang bertengkar.

Danatya dirinya sedang memakai hearphone dan tertidur dengan posisi duduk dan tangan yang di lipat di samping Tara.

Ethan dan Abysa, mereka sedang berbincang-bincang tentang Vincent yang sekarang bekerja di AS. Dan kata Abysa Vincent menemukan seseorang yang mirip seperti Ardita.

Ethan meraih tangan Abysa kemudian menyatukan jari-jari mereka, Abysa menatap ke arah Ethan dan tersenyum begitu sebaliknya.

“Kamu tidur aja nanti pas di pesawat yah, pasti capek banget kan? Ngantuk banget karna gak tidur”

Ethan membawa kepala Abysa untuk bersender pada bahunya sambil ia mengelus pelan surai hitam milik Abysa.

“Kakak juga gak tidur kan?”

Tanya Abysa, pandangannya masih menatap tangan mereka yang masih bertautan dan sesekali Ethan mengerakan ibu jarinya untuk mengelus punggung tangan Abysa.

“Nanti kita sama-sama tidur aja yah, nanti juga sempet istirahat 1 sampe 2 jam di hotel sebelum ke pantai kuta buat lihat sunset”

Jawab Ethan dan Abysa hanya mengangguk, kemudian menutup matanya sampai nama penerbangan mereka di panggil.

***

Jarak yang di tempuh dari Jakarta ke Bali adalah kurang lebih 1 jam 55 menit. Dan saat ini mereka sudah duduk di dalam pesawat.

Davan – Nathan – Darren

Danatya – Jose – Tara

Abysa – Ethan

Awalnya Davan dan Darren tidak mau disatukan, namun mereka tidak punya milihan ketika Tara dan Danatya menatap tajam ke arah keduanya. Sedangkan Jose dan Ethan hanya bisa terkekeh mengingat pertengkaran antara keduanya tadi malam, seperti dua anak kecil yang bertengkar.

Abysa yang duduk di samping jendela melihat keluar jendela dengan takjub, walau ini bukan pertama kalinya ia naik pesawat tapi ia akan selalu takjub jika melihat memandangan di atas pesawat.

Ethan melihat ke samping kabin, dan melihat Jose yang masih membaca buku walaupun sekarang bahu kiri dan kanannya menjadi sandaran bagi Tara dan Natya, sedangkan di depannya yang diisi oleh DDN sedang tertidur pulas.

Perjalanan yang memakan waktu 1jam 55menit akhirnya sampai pada tujuan, mereka mendarat dengan aman di bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.

Mereka sekarang sudah keluar dari kedatangan dan menunggu untuk bertemu dengan si penyewa mobil, Darren terlihat menghubungi si penyewa hingga 5 menit kemudian seorang laki-laki datang menghampiri mereka dan membawa mereka ke parkiran mobil.

“Untuk semuanya sudah beres?”

Ethan mengangguk ketika mereka telah selesai untuk memeriksa mobil dan penyerahan kunci mobil pada Ethan serta KTP Darren sebagai penjamin.

“Kita mau langsung ke guest house atau mau makan siang dulu?”

Karena sekarang sudah hampir menunjukan waktu 11 siang, dan mereka belum sarapan jadi mereka memutuskan untuk mencari makan siang.

“Bang makan di tempat nasi pedas bu Andika ya”

Darren bersuara di kursi belakang yang membuat Ethan yang menjadi supir pertama mengangguk dan menyalakan mapsnya.

Perjalanan hari pertama di Bali pun akan segera di mulai.