auteurlavie

the girl's who love writing

IV. Full House

Jay melihat arlogi di tangannya, pukul 2 dini hari dan ia baru saja sampai di Full House. Walaupun syuting di mulai besok pagi hingga senin pagi, tapi ini sudah termasuk pagi jadi kamera tetap menyala dan melihat aktifitas-aktifitas mereka semua.

Jay membuka pintu dan menganti sepatu menjadi sendal rumah, terhitung ia masuk ke dalam rumah ia harus kembali berakting bahwa tidak ada hal apapun yang terjadi di masa lalu antara dirinya dan juga Sunghoon.

“Jay-ya?”

Jay menoleh mendapati Beomgyu yang sedang duduk di meja makan sambil memakan sereal.

“Kak Beomgyu?”

Beomgyu tersenyum kemudian menyuruh Jay untuk kedekatnya dan Jaypun tidak menolak.

“Baru selesai syuting?”

Tanya Beomgyu, ia memberikan gelas berisi air minum dan menyuruh Jay untuk minum terlebih dahulu. Jay mengangguk dan duduk di samping Beomgyu.

“Kak Beomgyu kenapa belum tidur?”

Kali ini Jay yang bertanya dan Beomgyu menjawab kalo ia sedang tidak bisa tidur dan sedang mengerjakan lirik untuk misi mereka.

Jay jadi ingat sesuatu tentang misi, misi yang harus ia kerjakan bersama dengan Sunghoon di reality show ini.

“Bagaimana denganmu? Apa kalian sudah mulai mengerjakannya?”

Jay menggeleng, namun ia sudah memiliki sedikit konsep untuk misi mereka.

Pukul 3 dini hari.

Jay berjalan masuk ke dalam kamarnya, karena obralan bersama dengan Beomgyu memakan waktu hampir 1 jam dan Beomgyu merasa mengantuk.

Saat Jay masuk ke dalam kamarnya ia bisa melihat bahwa Sunghoon sedang tertidur dengan menutupi semua tubuhnya dengan selimut, Jay berjalan melewati kasur Sunghoon, ia ingin membersihkan diri dan segera tidur karena lelah sekali.

Pukul 11 siang hari.

Minkyu, Wonjin dan Taehyun sedang duduk di ruang tengah sambil bercerita ini dan itu setelah mereka sarapan bersama pada pukul 9 pagi tadi, kemudian mereka melakukan olahraga di halaman depan selama kurang lebih satu jam, dan sekarang mereka hanya sedang mengobrol ini dan itu.

Beomgyu yang masih menggunakan piyama teddy bear turun dari kamarnya dan berjalan menuju dapur.

“Good morningggg~~”

Sapanya dengan tangan yang melambai, membuat ketiga orang disana tertawa karena Beomgyu berjalan dengan mata tertutup.

“Beomgyu-ya, tadi malem tidur jam berapa?”

Tanya Wonjin dan Beomgyu memberinya jari angka 3, yang disusul gelengan kepala dari mereka bertiga.

Kemudian mereka melihat Sunghoon yang baru saja bangun juga turun dan menuju dapur untuk sarapan.

“Bukannya Sunghoon sampai di sini pukul 8 malam?”

Tanya Minkyu

“Aku dengar tadi malam ia latihan sampai pukul 1”

Jawab Taehyun di susul anggukan dari Minkyu. Lalu terakhir, Jay bangun kemudian ia menyapa tiga orang yang berada di ruang tengah sebelum ke dapur.

Pukul 1 siang.

Mereka sedang duduk di meja makan untuk makan siang yang sebelumnya sudah di siapkan oleh Jay dan juga Taehyun.

Mereka hanya mengobrol ringan tentang pekerjaan mereka selama satu minggu ini.

“Bagaimana dengan misi kalian?”

Minkyu bertanya sambil menatap mereka satu persatu, dan dengan pertanyaan dari mereka manik mata Sunghoon dan Jongseong bertemu namun mereka segera membuang muka.

“Aku dan Taehyun sedang dalam proses membuatan lirik”

Jawab Beomgyu disusul anggukan dari Taehyun.

“Aku sudah membuat demo dari lagunya, hanya tinggal beberapa part saja dan Minkyu juga sudah mempelajarinya”

Wonjin menyambung, dan kini tatapan dari empat orang di meja makan terarah ke arah Sunghoon dan Jay yang masih memasukan makanan kedalam mulut mereka.

“Bagaimana dengan kalian?”

“Kalian di perbolehkan berdiskusi di luar jam syuting kok”

“Mereka sama-sama sibuk, jadi aku rasa mereka belum membicarakan masalah lagunya”

Pukul 3 sore.

Jay berjalan, menghampiri Sunghoon yang sedang duduk di halaman belakang. Ia menghela nafasnya.

“Sunghoon”

Sunghoon menoleh dan sedikit terkejut kemudian ia langsung tersenyum pada Jay.

“Apa kau sibuk?”

Sunghoon menggeleng lalu Jay duduk di depan Sunghoon.

“Aku ingin membicarakan misi bersamamu”

Pukul 4 sore.

Sunghoon maupun Jay sama sekali belum selesai berdiskusi, mereka berdua sama-sama keras kepala ingin menggunakan demo dari yang sudah mereka bawa.

“Tapi Sunghoon, jika kita menggunakan demo yang ini mungkin saja kita akan menang”

Sunghoon mengembungkan pipinya dan mengecurutkan bibirnya, ia menghela nafas lalu menatap Jay.

“Oke baiklah, aku percayakan semuanya padamu karena kamu adalah seorang idol terkenal. Mau menyiapkan makan malam bersama?”

Jay mengangguk kemudian mereka bangkit dari duduk mereka dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Pukul 6 sore.

Jay dan Sunghoon masih menyiapkan makan malam dalam diam, mereka hanya mengerjakan apa yang sudah menjadi tugas mereka masing-masing.

“Wah kalian terlihat sangat cocok, kemistri yang sempurna”

Jay dan Sunghoon langsung menghentikan aktivitas mereka menatap ke sumber suara di depan mereka yang ternyata adalah Beomgyu.

“Aku dengar bahwa kalian dulu berada di agensi yang sama? Apa kalian sudah dekat?”

Jay maupun Sunghoon terdiam untuk sesaat.

“Kita memang pernah ada di agensi yang sama, tapi beda dapartemen karena Sunghoon menjadi trainee untuk aktor dan aku untuk idol”

Sunghoon menoleh ketika mendengar jawaban dari Jay, ia tidak menyangka bahwa Jay akan memberi tau Beomgyu walaupun ada yang Jay ubah.

“Pantas saja waktu bertemu kalian terlihat berbeda dan pastinya sudah saling mengenal”

“Jay menurutmu Sunghoon bagaimana? Aku hanya pernah satu kali bekerja sama dengannya. Kalaupun kalian berbeda pasti ada suatu waktu kalian pernah bersama kan?”

Jay terdiam, ia menatap Sunghoon yang sama diamnya dengan dia.

“Sunghoon yah? Menurutku Sunghoon anaknya baik, ramah dan rendah hati, dia juga pekerja keras untuk meraih mimpinya dan tidak mudah menyerah. Sunghoon sangat pantas untuk mendapatkan posisinya sekarang”

Jay terkekeh pelan.

“Waaaahhhh kau tau banyak tentang Sunghoon rupanya”

“tentu saja, dia kan mantanku”

III. Full House

Sunghoon berjalan seorang diri di sebuah pemakaman elit di kawasan Seoul. Ia yang lengkap menggunakan topi, kaca mata dan juga pakaian serba hitam membawa satu bucket bunga di tangan kanannya, perlahan berjalan sampai ia berhenti di sebuah pusaran yang juga sudah ada beberapa bunga disana.

Sunghoon mengantur posisinya agar berjongkok di depan sana, meletakan bucket bunga tersebut kemudian menutup matanya agar berdoa.

“Gimana kabarnya kak? Udah tiga tahun ini kakak pergi dan kita masih ngerasa kehilangan kakak”

Sunghoon berkata, ia melepaskan kaca matanya dan mengelus batu nisan di depannya.

“Mungkin kalo malem itu kita semua sadar, mungkin kakak gak ada disini. Mungkin saja sekadang kita berlima udah jadi group yang hebat, bisa nari dan nyanyi di panggung yang sama kaya mimpi kita”

Sunghoon berkata lagi, nada suaranya sudah berubah menjadi bergetar. Ia meneteskan air matanya, kemudian tersenyum lagi.

“Maaf kalo kita gak bisa jalan di mimpi kita kak, kita semua sekarang udah punya jalan masing-masing”

Sesudah itu Sunghoon tidak banyak bicara lagi, ia memasang kembali kaca matanya dan bangkit berdiri dan berpamitan. Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok di depannya, berdiri sambil memengang sebucket bunga. Penampilannya juga tidak jauh berbeda dengan Sunghoon yang memakai pakaian serba hitam.

Keduanya saling diam sebelum Sunghoon memutuskan untuk melangkah pergi.

“Masih punya nyali juga lo kesini?”

Langkah Sunghoon terhenti, ia tidak berbalik. Masih di posisi membelakangi orang tadi.

“Setelah semua yang sudah lo perbuat, lo masih punya nyali buat ketemu dia?

Sunghoon mengepalkan tangannya, dan kali ini ia membalikan posisinya.

“Emang salah kalo gua kesini?”

Tanya Sunghoon, suaranya meninggi.

“Salah! Harusnya lo gak usah kesini! Lo harusnya sadar diri kalo ini semua karna lo!”

“Hah? Lo nyalahin gua? Lo nyalahin gua atas semua yang udah terjadi, gitu? Harusnya lo tau, siapa yang udah buat kita kaya gini. Karna keegoisan lo!”

Sosok tadi tertawa meremehkan.

“Gua? Gua yang salah? Lo gak usah munafik deh, gua denger semuanya! Gua denger lo lebih milih jadi aktor ketimbang debut dengan kita kan? Dan lo beralasan kalo lo cidera!”

Sunghoon melangkah kan kakinya menghampiri sosok tadi.

“Dengar Park Jongseong!! Alias idol Jay!! Gua gak pernah jadiin cidera gua sebagai alasan gua keluar dari team debut!!”

Sunghoon mendorong bahu Jay menggunakan jarinya.

Kemudian yang melangkah pergi dan meninggalkan Jay yang mengepalkan tangannya pada bucket bunga yang ia bawa.

“Bajingan!”

II. Full House

Setelah mengirim pesan pada managernya, Sunghoon menghela nafasnya. Benar kata Heeseung, ia harus profesional.

“Emhhh.. Jay, kamu mau milih kasur yang mana?”

Sunghoon bertanya dan Jay yang awalnya sedang melamun kaget karna Sunghoon menegurnya terlebih dahulu, tapi Jay tau bahwa sekarang posisi mereka sedang di awasi oleh banyak kamera.

“Bagaimana kalo kita melakukan batu, gunting, kertas saja? Yang menang boleh memilih tempat tidur?”

Jay mengusulkan dan Sunghoon mengangguk, keduanya bersuit dan di menangkan oleh Jay. Jay terlihat berpikir lalu memilih tempat tidur yang dekat dengan kamar mandi dan membiarkan Sunghoon memilih tempat tidur di dekat jendela.

Sunghoon sedikit terdiam, Jay sangat tidak suka tidur di dekat kamar mandi tapi ia tau bahwa Sunghoon lebih nyaman jika tidur di dekat jendela.

“Aku mendengar bahwa SOS akan comeback?”

Sunghoon bertanya lagi, sambil membereskan barang-barang bawaannya dan meletakannya pada tempat yang sudah di siapkan oleh team Full house.

“Iya sekitar bulan depan, kami sudah menyelesaikan syuting MV”

Jay berkata, ia juga sedang menata barang-barangnya.

“Kalo begitu aku harap comeback kalian berjalan dengan lancar”

Jay tersenyum kemudian mengangguk, “semoga dramamu juga berjalan dengan lancar” sambung Jay.

“Kalian sedang apa?”

Jay dan Sunghoon menoleh, melihat Wonjin berdiri di depan kamar mereka.

“Ayo ke ruang tengah, kita akan berbagi tugas siapa yang berbelanja dan siapa yang akan memasak untuk makan malam kali ini”

Wonjin menyuruh mereka berdua segera keluar kamar, Sunghoon dan Jay mengangguk lalu keluar kamar.

“Sunghoon sini!”

Beomgyu berkata, menyuruh Sunghoon untuk duduk di sampingnya.

“Nah karena sudah berkumpul, sekarang ayo bagi tugas”

Wonjin berkata, kemudian mereka melakukan diskusi untuk perihal siapa yang akan memasak untuk hari ini dan besok, siapa yang akan mencuci piring dan siapa yang akan berbelanja.

Setelah melakukan permainan kecil, maka terpilihlah

Team memasak : Minkyu dan Beomgyu

Team berbelanja : Taehyun dan Sunghoon

Lalu team mencuci piring nanti adalah : Jay dan Wonjin.

***

Team Full House menyediakan tiga mobil yang bisa mereka pakai, dan kali ini Taehyun yang menyetir. Mereka akan pergi ke pasar tradisional di dekat daerah sana.

“Bagaimana dengan syuting dramamu?”

Taehyun bertanya pada Sunghoon dan Sunghoon kembali mengatakan bahwa sangat menyenangkan.

“Ini adalah drama kedua mu dan drama pertamamu sebagai pemeran utama kan?”

Sunghoon menganggukan kepalanya, lalu di sepanjang jalan mereka habiskan untuk bercerita tentang karir mereka di dunia akting dan mereka menyadari bahwa mereka juga merupakan mantan trainee di sebuah agensi Idol.

“Mereka bilang aku tidak punya vibe untuk seorang idol dan menyarankan ku untuk mengambil kelas akting saja”

Taehyun kembali berkata dan Sunghoon hanya tersenyum.

“Kalo kamu?”

Sunghoon terdiam kemudian ponselnya berbunyi, ada panggilan dari Beomgyu yang memberikan tambahan bahan makanan apa saja yang harus mereka beli.

***

“Ini harusnya seperti ini kan?”

Wonjin berkata sambil menatap meja, selain menjadi team mencuci piring Jay dan Wonjin juga menjadi team beres-beres.

“Kita pernah bertemu di backstage, setelah penampilan kalian kami naik ke panggung”

Wonjin berkata dan Jay mengerutkan keningnya.

“Kita selalu mempunyai jadwal comeback yang hampir bersamaan, rookie tahun lalu juga kita mendapatkan sama-sama di salah satu acara award”

Wonjin kembali berkata dan Jay sekarang ingat.

“Wah benarkah? Kebetulan macam apa ini”

Jay tekekeh pelan, kemudian berjalan ke dapur untuk mengambil piring dan alat-alat mereka lainnya.

***

“Aaahhhkkk aku bosan!!!”

Wonjin berkata, sambil berjalan dari arah dapur ke ruang tengah. Kini mereka hanya tinggal menunggu team memasak, jadi sekarang Jay, Sunghoon dan Taehyun sedang bermain di ruang tengah.

Mereka sedang bermain dengan kartu dan bel di sana.

ting

Taehyun tertawa ketika kartu dia menampilkan gambar buah yang sama dengan gambar buah kartu terakhir yang keluar.

ting

Taehyun berhasil lagi, dia memang sangat pandai bermain kartu seperti ini.

ting

Dan permainan di menangkan oleh Taehyun, jadi sekarang tinggal Jay berlawanan langsung dengan Sunghoon dan Taehyun menjadi jurinya.

“Gak Sunghoon, bukan gitu!”

Taehyun berkata karna Sunghoon belum mengerti dan membuatnya harus kalah.

Sunghoon mencibir pelan dan membuat Taehyun, Jay dan Wonjin disana tertawa karna Sunghoon kalah.

Selang beberapa menit, makan malam selesai dan membuat mereka akhirnya makan malam bersama. Dengan berbagi cerita tentang kehidupan mereka dan jadwal mereka besok pagi.

Setelah selesai makan malam, mereka melanjutkan dengan bermain game bersama, bercerita lagi kemudian memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing karena sudah tengah malam.

“Siapa yang mau mandi duluan?”

Jay bertanya ketika ia dan Sunghoon sudah sampai di kamar mereka. Sunghoon menyuruh Jay untuk mandi terlebih dahulu baru dirinya dan Jay hanya mengangguk kecil.

Setelah 30 menit, Jay keluar dan mendapati bahwa Sunghoon sudah tidur dengan kaca mata yang masih bertengger dan naskah drama di tangannya. Jay sedikit bimbang, namun kemudian ia berjalan ke arah Sunghoon yang tertidur dengan bersandar pada headboard kasurnya dan membangunkan Sunghoon.

“Sunghoon, mandi dulu baru tidur”

Sunghoon sedikit terkejut kemudian tersenyum dan berjalan ke arah kamar mandi.

I. Full House

Sunghoon menyeret koper miliknya begitu ia keluar dari mobil van berwarna hitam, di depannya ada satu VJ yang bertugas merekam dirinya selama acara. Walau yang Sunghoon tau, jika di dalam rumah nanti tidak ada satu kameraman atau VJ apapun, hanya ada banyak kamera otomatis yang terpasang, jadi para member Full House pun bisa bebas.

Sunghoon di beri tau oleh team bahwa ia adalah orang terkahir yang datang, lima member lainnya sudah datang terlebih dahulu.

Sunghoon membuka pintu rumah tersebut, dan kemudian VJnya segera mengundurkan dirinya.

Sunghoon secara perlahan berjalan dan memang banyak terpasang kamera otomatis di sana, yang mengikuti Sunghoon kemanapun Sunghoon pergi.

“Sunghoon-yaa??”

Sunghoon terkejut ketika ada lima orang yang sedang duduk di ruang tengah, yang memanggilnya barusan adalah Beomgyu. Ia belum terlalu kenal dengan yang lain kecuali Beomgyu, tahun debut Beomgyu juga paling lama di antara yang lain.

Sebelum kesini juga Sunghoon sudah banyak membaca artikel tentang idol dan aktor yang ikut acara ini.

“Selamat datang Sunghoon. Pasti sangat melelahkan bukan?”

Minkyu tersenyum kemudian menjabat tangan Sunghoon yang di susul anggukan dari Sunghoon.

“Bagaimana syuting dramanya? Lancar? Bagaimana bekerja sama dengan Kim PD?”

Kali ini Taehyun yang berkata, kemudian Sunghoon menjawab bahwa di lokasi syuting banyak yang membantunya.

“Aku dengar dari Beomgyu, kamu pernah bekerja sama dengannya ya?”

Kali ini giliran Wonjin yang bertanya, kemudian Sunghoon mengangguk. Mengatakan bahkan comeback terakhir Beomgyu, ia tampil sebagai model MVnya.

Para Member sekalian, selamat datang di rumah Full House

Ketika mereka asik berbincang, sebuah monitor yang berada di ruangan menyala, membuat atensi mereka segera tertuju pada layar monitor tersebut.

Misi pertama adalah menentukan roomate

Monitor itu kembali bersuara, membuat ke enam orang itu saling menoleh.

“Gimana cara pembagian roomatenya?”

Wonjin bertanya, mereka kemudian karna tidak ada perintah lagi dari monitor tersebut.

“Kayanya kita di suruh milih roomate sendiri deh”

Minkyu berkata yang membuat mereka semua menoleh pada Minkyu.

“Putar botol? Setuju?”

Dan berkahir sekarang Sunghoon disini, di kamar lantai dua nomor 3.

Rasanya ia ingin mengumpat dirinya sendiri. Kenapa ia begitu sial?

Kenapa ia bisa satu kamar bersama dengan Jay?

Dari semua orang hanya Jay yang ingin dia hindari.

XVI. Because of the twins

tw// mcd

Tujuh tahun kemudian

“PAPAA!!!!!”

Sunghoon yang sedang berada di dapur memutar bola matanya malas ketika mendengar suara teriakan dari Sangwon yang terdengar dari lantai dua rumah mereka.

“DANIELLL... KAOS KAKI ABANG JANGAN DI AMBIL!!!”

Sunghoon menghela nafasnya, lagi dan lagi paginya selalu ribut karena ulah anak-anaknya.

“Sangwon mengalah lah, kamu sudah 20 tahun dan masih berantem perihal kaos kaki dengan anak berumur 7 tahun”

Jungwon berkata, ia turun sudah lengkap dengan seragam sekolahnya hari ini adalah hari kelulusan Sangwon dan Jungwon di sekolah menengah atas.

“Itu kaos kaki pemberian om Heeseung”

Sangwon berkata ia turun dengan wajah di tekuknya, sedangkan Daniel anak berumur 7 tahun itu hanya terkekeh melihat wajah kakak sulungnya yang di tekuk.

“Daniel, minta maaf pada abang ya”

Sunghoon berkata ia menaruh tiga piring sarapan di meja sana, masing-masing mendapat bagian kemudian menaruh secangkir kopi di salah satu kursi yang masih kosong.

“Papi belum bangun?”

Tanya Jungwon.

“Udah, ini udah siap”

Jongseong muncul dari arah ruang tengah, ia sudah siap dengan pakaian kasualnya.

“Nanti kita mampir ke tempat om Heeseung dulu yah, Jungwon mau ketemu sama om Heeseung. Kangen”

Jungwon menatap kedua orang tuanya, berharap bahwa ia tidak salah bicara.

“Abang juga mau ketempat om Heeseung”

“adek juga mau, abang sama kakak pergi adek juga mau”

***

Sunghoon meletaka sebuket bunga krisan putih di atas sebuah pusaran dan disana ada foto seorang laki-laki yang tersenyum ramah dan di samping sana banyak figuran kecil, salah satunya ada foto si kembar.

“Kak, aku datang lagi kali ini sama anak-anak”

Sunghoon berkata, ia menyentuh batu pusaran yang ada disana dan mengelusnya pelan.

“Mereka katanya kangen sama kakak, mereka gak sempet bilang makasih sama kakak. kakak punya tempat tersendiri bagi mereka”

Sambung Sunghoon, ia menatap Jongseong yang saat ini mengelus punggungnya.

Jungwon yang ada di depan Sunghoon menatap pusaran tersebut.

“Maaf ya om, di hari-hari terakhir om Jungwon sama sekali gak ingat sama om”

Jungwon berkata sambil menghapus air matanya, kemudian ia melatakan satu tangkai bunga yang sendari tadi dia pengang.

“Om, aku emang gak mengenal om kaya Jungwon, tapi mendengar setiap cerita Jungwon tentang om aku tau kalo om sangat menyanyangi papa dengen tulus”

“Lee Heeseung, terima kasih buat semuanya. walaupun kamu tidak ada bersama kami saat ini, tapi kami masih merasakan kehadiranmu di setiap detak jantung kami. terima kasih atas pengorbanan terbesar yang telah kamu lakukan kepada keluargaku dan aku. Maaf jika aku tidak bisa banyak berbuat apapupun untuk mu, tapi sebagai gantinya aku akan menjaga keluargaku mulai sekarang dan tidak akan meninggalkan mereka lagi. Bukan untukku, tapi semua ini untuk Kamu, Sunghoon, Sangwon, Jungwon dan juga Daniel. Terima kasih Lee Heeseung”

END

XV. Because of the twins

Sunghoon berlari di koridor rumah sakit, mencoba mencari tempat yang di maksud oleh Jaeyoon tadi namun langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok yang ia kenal sedang duduk di kursi roda.

Hati Sunghoon rasanya teriris kembali, ia berjalan menghampiri sosok tersebut.

“Jongseong?”

Jongseong yang ngerasa namanya di panggil menoleh dan terkejut melihat bagaimana Sunghoon berdiri disana.

“Sunghoon? Kamu?”

“Kenapa kamu bohong?”

Sunghoon berkata, ia menghampiri Jongseong dan berdiri di depan Jongseong.

Wajah laki-laki itu terlihat lebih pucat dari biasanya.

“Hoon, maaf”

“Maaf? Cuma maaf yang selalu kamu sampaikan sama aku. Kenapa kamu dari dulu gak pernah mau jujur sama aku? Kenapa kamu sembunyiin semuanya sama aku?”

Jongseong terdiam, ia menundukan kepalanya.

Sunghoon ia berlutut di depan Jongseong dan membuat Jongseong terkejut, namun ia lebih terkejut ketika Sunghoon meraih tangan Jongseong dan meletakan kepalanya pada lutut Jongseong.

“Aku mohon sama kamu Jong, jangan tinggalin kita. Jangan tinggalin Sangwon dan jangan pergi untuk kedua kalinya, cukup aku sama Jungwon yang ngerasa di tinggal sama kamu, Sangwon jangan”

Jongseong melepaskan tangan Sunghoon ia meraih wajah Sunghoon dan menghapus air mata Sunghoon.

“Tugas aku udah selesai Hoon, aku udah jaga Sangwon. Aku juga udah bisa makan bareng sama kalian, walau cuma sebentar tapi impian aku dari kemarin-kemarin akhirnya bisa terwujudkan”

Sunghoon menggeleng pelan.

“Kita masih bisa lanjutin itu semua Jongseong, Jungwon udah mulai ingat semua dan tiap malem dia nangisin kamu begitu juga dengan Sangwon”

Jongseong tersenyum, tangannya masih berada di pipi Sunghoon.

“Aku udah gak bisa bertahan lagi Hoon, sekarang kamu jangan nangisin laki-laki kaya aku ya. Aku titip Sangwon sama Jungwon, ada Heeseung yang juga sayang sama mereka. Dan sebelum semuanya terlambat aku mau ngucapin selamat atas pernikahan kalian, aku kemungkinan gak bisa datang atau aku gak mau datang. Tapi pasti kamu bakalan jadi laki-laki yang hebat disaat nanti”

Jongseong tersenyum sedangkan Sunghoon masih terisak.

“Nah Sunghoon, mungkin memang pada akhirnya ini lah takdir kita berdua. Setidaknya terima kasih karena sudah memberikan ku anak kembar yang lucu seperti Sangwon dan Jungwon, walau hanya sebentar aku ngerasain bahagia ini tapi aku tetap bersyukur bisa mengenalmu”

“Jongseong”

Sunghoon berkata, suaranya sedikit parau. Hatinya masih bimbang antara memberi tau Jongseong atau tidak.

Tapi Jaeyoon bilang Jongseong harus tau.

Sunghoon meraih tangan Jongseong yang berada dipipinya, ia bawa tangan Jongseong menuju perutnya yang masih rata, sedangkan Jongseong terlihat mengerutkan keningnya.

“Bukan untuk ku atau si kembar, tapi bisakah kamu ada di samping kami untuk dia, aku hanya tidak ingin dia merasakan apa yang di rasakan oleh kakak-kakaknya”

Jongseong terdiam, ia masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Sunghoon.

“Kak Heeseung membatalkan pernikahan kami”

Jongseong membuka matanya lebar-lebar, ia tidak tau jika Heeseung membatalkan pernikahan mereka.

“Kak Heeseung bilang, ia merasa menjadi pria jahat yang memisahkan keluarga kecil kita. Dia bilang aku harus tetap bersama dengan keluarga pertamaku, karena bagaimanapun hubungan kita semua tidak bisa di putus oleh siapapun termasuk kak Heeseung, dia cuma hadir untuk mengisi kekosongan dan menyembuhkan luka yang kamu buat. Tapi akhirnya dia sadar, dia hanya bisa menutup luka itu tanpa bisa mengobatinya. Dan hanya kamu yang bisa mengobati luka itu”

Jongseong masih diam, kepalanya terasa sakit dan dadanya juga.

“Jongseong?!”

“Jongseong!??!!”

Sunghoon berteriak karena ia melihat Jongseong yang menahan rasa sakit di dadanya, maka Sunghoon langsung berteriak memanggil perawat yang ada disana.

XIV. Because of the twins

Sunghoon menghela nafasnya dalam-dalam begitu ia duduk di depan kakak kembarnya Ryujin dan Minjeong, sedangkan Beomgyu duduk disampingnya.

“Jadi kamu terima lamaran Heeseung?”

Ryujin berkata ada nada senang dalam dirinya, sedangkan Minjeong menatap Sunghoon dengan penuh harap.

Sunghoon tidak bersuara, ia hanya mengangguk kecil dan Minjeong terlihat menghela nafasnya kecewa.

“Kenapa kamu terima?”

Tanya Ryujin lagi dan kali ini Sunghoon menatap si bungsu dari si kembar.

“Apa kamu yakin? Apa kamu cinta sama Heeseung? Bukan karna rasa kasihan atau rasa simpati karena selama ini dia yang selalu ada di saat kamu sama Jungwon butuhkan?”

Minjeong menatap Ryujin begitu juga dengan Beomgyu, mereka tidak berpikir Ryujin akan mengatakan itu karena bagaimana pun Ryujin sangat mendukung Heeseung.

“Kita semua tau bahwa Heeseung adalah laki-laki yang baik dan cocok denganmu, bahkan ia masih tetap di sampingmu setelah tau kebenaran masa lalumu. Dia tidak hanya menerimamu, dia menerima masa lalumu Jungwon serta sekarang Sangwon”

“Kita juga tau perjuangannya selama ini untuk meluluhkan hatimu, tapi Sunghoon. Coba kamu pikirkan kembali, perasaan Jungwon dan Sangwon. Mungkin jika Jungwon sembuh, pasti dia akan senang bahwa kamu menerima lamaran Heeseung, tapi untuk saat ini-”

Ryujin menghela nafasnya.

“Dia butuh sosok Jongseong”

***

“Kamu lagi mikirin apa Hoon?”

Heeseung yang duduk di kursi kemudi meraih tangan Sunghoon dan menatap ke arah Sunghoon, Sunghoon tersenyum dan menggeleng pelan.

“Tentang Jungwon? Tentang lamaran yang kamu terima?”

Dari sekian banyak orang yang ia kenal, Sunghoon tau bahwa Heeseung adalah orang yang paling peka terhadap situasi dirinya.

“Kamu jangan pikirin aku dulu, kita fokus sama kesembuhan Jungwon dulu. Bagi kamu Jungwon nomor satu begitu juga dengan aku”

Heeseung mencium punggung tangan Sunghoon kemudian kembali menjalankan mobilnya karena lampu lalu lintas sudah berwarna hijau.

***

Sunghoon menekan intercom apartemen milik Jongseong, lalu detik berikutnya Jongseong membuka pintu sambil tersenyum.

Sunghoon hanya mampir sebentar karena Jungwon saat ini berada di apartemen Jongseong, bagaimana pun yang di kenal Jungwon hanya Jongseong.

“Jungwon baru saja tidur, kamu mau mampir ke kamarnya?”

Jongseong berkata dan Sunghoon hanya mengangguk pelan, ia menyerahkan satu kantung plastik hitam besar pada Jongseong.

“Itu ada makanan yang sempat aku buat tadi, ada untuk Jungwon Sangwon dan juga untuk kamu”

Jongseong menerima kantung plastik tersebut.

“Papa!!”

Sangwon muncul dengan piyama berwarna biru, berlari ke arah Sunghoon dan langsung memeluk Sunghoon.

Sunghoon tersenyum, membalas pelukan dari Sangwon. Setidaknya ia tidak merasa sendirian untuk saat ini.

“Papa lama gak disini? Papa nginep atau mau langsung pulang?”

Pertanyaan itu keluar dari mulut Sangwon yang masih belum melepaskan pelukannya.

“Papa cuma mampir sebentar, di luar sana om Heeseung juga udah tunggu papa”

Ada raut wajah kecewa dari Sangwon dan Jongseong, padahal tadi Sangwon udah senang dengar kalo Sunghoon bakalan ke sini.

“Papa gak bisa apa nginep disini? Temenin Sangwon. Papi pasti sibuk ngurus adek”

Hati Sunghoon bimbang, menatap wajah sedih Sangwon kemudian ia menatap Jongseong.

“Sangwon, papa Sunghoon sedang sibuk. Untuk malam ini dia gak bisa sama kita, jadi mungkin besok dia bisa main sama Sangwon sama Jungwon oke?”

Sangwon hanya mengangguk, kemudian melepaskan pelukannya.

Sunghoon tersenyum, mengelus pelan kepala Sangwon dan menciumnya sebelum berjalan ke kamar Jungwon dan melakukan hal yang sama.

XII. Because of the twins

Sunghoon mengigit kuku jari-jarinya dan berjalan kesana dan kemarin, keadaannya sangat kacau saat ini.

Beomgyu yang ada disana juga tidak kalah kacau, ia terlihat menelepon ke dua saudara kembarnya. Heeseung juga ada disana, ia berdiri cemas.

Untuk saat ini Jungwon sedang berada di ruang operasi, akibat terjatuh dari ujung tangga ia mendapatkan luka cukup serius di bagian belakang kepalanya yang mengharuskan operasi.

“Kak aku takut, aku takut kalo sesuatu terjadi sama Jungwon. Ini salah aku”

Sunghoon berkata sambil menahan tangisnya, Heeseung menghampiri dan mengelus pelan pundah Sunghoon.

“Sunghoon?”

Semua mata kini tertuju pada Jongseong yang baru saja datang dengan nafas terengah, di belakangnya Sangwon berlari kemudian langsung memeluk Sunghoon.

Heeseung yang melihat itu menatap ke arah Jongseong dan Sangwon dengan kebingungan.

“Kenapa kamu gak kasih tau aku?”

Jongseong bertanya dan Sunghoon baru menyadari bahwa ia lupa menghubungi Jongseong.

“Maaf Jong, aku panik”

“Jungwon anak aku juga Hoon, kamu harus kasih tau aku apa yang terjadi sama Jungwon”

Jongseong meninggikan suara dan membuat Sunghoon menundukan kepalanya, namun kemudian Heeseung yang ada di sana berdiri di depan Sunghoon sambil menatap Jongseong.

“Saya minta maaf, tapi saya tidak tau siapa anda dan kenapa anda membentak Sunghoon seperti itu?”

Jongseong menatap Heeseung kemudian tertawa meremehkan.

“Anda mau tau siapa saya? Saya adalah ayah dari Jungwon”

Jawaban dari Jongseong sontak membuat Heeseung terkejut karna pasalnya Sunghoon tidak pernah menceritakan masalah ayah Jungwon padanya selama ini.

“Kalo memang anda ayahnya Jungwon, harusnya ada tidak perlu memaki Sunghoon. Dia juga panik dan khawatir”

Heeseung kembali berkata lagi, tatapan dingin dan perkataannya seperti menusuk.

“Apa tidak ada artinya lagi aku bagimu Sunghoon? Sampe-sampe kamu gak kasih tau kalo Jungwon jatuh? Kalo aku gak di kasih tau sama Sangwon, mungkin aja aku gak tau! Kamu boleh benci aku, tapi aku juga berhak tau keadaan Jungwon”

“Maaf tuan, tidak seharusnya anda bersikap itu pada Sunghoon. Jika anda hanya ingin memarahi Sunghoon, lebih baik anda pergi”

“Anda tidak ada hak untuk mengatur saya!!”

“Saya bisa menyuruh pihak rumah sakit untuk mengeluarkan anda”

Jongseong mengepalkan tangannya lalu menarik kerah baju yang digunakan oleh Heeseung.

“Anda tidak ada hak, disini saya adalah ayah Jungwon!”

“Kenapa baru sekarang anda muncul? Kemana selama ini? Disaat Jungwon membutuhkan sosok anda?”

Jongseong semakin mencengkram kuat kerah baju Heeseung.

Ditengah perseteruan antara Jongseong dan Heeseung, Sangwon hanya bisa memeluk Sunghoon yang masih terisak, kemudian Beomgyu yang ada disana melihat semua itu sambil terus menelopon ke dua saudara kembarnya yang tidak kunjung datang juga.

Hingga pintu ruang operasi terbuka dan salah satu perawat disana keluar, memberi tau bahwa kondisi Jungwon semakin parah karna ia mempunyai jantung yang lemah dan banyak ke kurangan darah.

Jongseong melepaskan cengkramannya pada kerah baju Heeseung dan maju menghampiri perawat tersebut dan ia bersedia untuk menyumbangkan darahnya pada Jungwon, namun langkahnya terhenti.

Ia tidak bisa mendonorkan darahnya pada Jungwon.

Karena penyakitnya, dan ia tidak ingin orang lain tau penyakitnya.

“Biar saya yang donorkan darah untuk Jungwon, golongan darah kami sama”

Heeseung berkata, kemudian Heeseung dan perawat tadi masuk sedangkan Sunghoon hampir saja terjatuh jika tidak ada Beomgyu dan Sangwon di sampingnya.

Namun sebelum itu Heeseung berbisik pada Jongseong yang membuat Jongseong mengepalkan kedua tangannya, “bahkan sampai akhirpun anda tidak berada di samping Jungwon”

“Papa?”

Sangwon mengelus tangan Sunghoon dan yang Sunghoon lalukan hanya memeluk Sangwon dan berdoa akan keselamatan Jungwon di dalam sana.

***

“Kenapa gak sekalian baku hantam? Hah?”

Jongseong dan Heeseung terdiam, ketika Ryujin dan Minjeong berdiri di depan mereka. Saat ini mereka sedang berada di depan ruang rawat Jungwon.

Sunghoon dan Sangwon di dalam, setelah operasi Jungwon berhasil dan 30 menit yang lalu sudah boleh berada di ruangan rawat inap.

“Lo berdua bukannya ringanin beban Sunghoon malah bikin masalah”

Minjeong berkata, nafasnya berat. Menatap kedua orang di depannya.

“Lo berdua punya otak gak sih? Atau udah di jual? Atau mau gua beliin?”

Ryujin berkata lagi, ia berdiri di samping Minjeong

“Lo berdua harusnya tau, Jungwon di dalam sana masih berjuang buat hidup dan lo berdua malah berantem!!”

“Gua gak mau lihat muka lo berdua lagi, sekarang pergi. Lo Heeseung jangan pernah muncul di depan Sunghoon sama Jungwon walau lo udah nolongi Jungwon tanpa seizin gua”

“Dan lo Jongseong, jangan temui Sunghoon, Sangwon maupun Jungwon!”

“Lo berdua harus intropreksi diri dulu”

“Dah pergi lo berdua, muak gua lihat kalian berdua! Bikin pusing aja!!!”

XI. Because of the twins

Sunghoon segera turun setelah mendapatkan pesan jika Heeseung berada di luar gedung apartemennya.

“Kenapa gak naik kak?”

Tanya Sunghoon, sekarang ia berada di luar gedung apartemen dan di depan Heeseung yang berdiri.

“Mau mampir tapi udah kemaleman banget”

Heeseung berkata sambil tersenyum, lalu menyerahkan satu bingkisan pada Sunghoon.

“Tadinya aku mau titip sama Jungwon, tapi tadi Jungwon udah di jemput sama Beomgyu”

Sunghoon mengambil bingkisan tersebut kemudian tersenyum mengetahui isi bingkisan tersebut.

“Jungwon bilang akhir-akhir ini kamu sering ngeluh sakit punggung, pinggang semua sakit. Kamu terlalu fokus bekerja Hoon”

Sunghoon terkekeh pelan.

“Kakak juga, kerja kerha terus”

Kali ini giliran Heeseung yang terkekeh pelan.

“Kapan ada waktu?”

Heeseung menatap Sunghoon yang terlihat sedikit berpikir, untuk saat ini ia memiliki beberapa waktu keluar bersama dengan Jungwon dan Sangwon. Ia ingin menghabiskan banyak waktu untuk kedua anaknya.

Ngomong-ngomong masalah Sangwon, sepertinya Sunghoon lupa menceritakannya pada Heeseung, ia terlalu bahagia sampai lupa ada Heeseung yang juga harus mengetahuinya. Namun ia tidak akan memberitau Heeseung malam ini.

“Sekitar dua minggu lagi? Minggu ini sepertinya aku banyak lembur dan akan banyak menghabiskan waktu dengan Jungwon”

Heeseung mengangguk mengerti, kemudian ia meraih tangan Sunghoon dan di genggamnya.

“Kakak gak tau apa yang membuat kamu akhir-akhir ini kelihatan bahagia, tapi kakak seneng kalo kamu bahagia”

Sunghoon terdiam, ia menatap wajah Heeseung yang menatapnya dengan tenang. Hati Sunghoon menghangat.

Ia tidak pernah menyangkal bahwa Heeseung adalah orang baik, bahwa Heeseung adalah salah satu orang yang berperan penting, bahwa Heeseung adalah seseorang yang menerima dia apa adanya.

“Kak Heeseung?”

“Hmm?”

“Aku sayang sama kakak”

Heeseung menarik sudut bibirnya kemudian memeluk Sunghoon yang lebih pendek darinya dan mengelus pelan kepala bagian belakang Sunghoon, melepaskan pelukannya dan kini mengelus salah satu sisi pipi Sunghoon dengan lembut.

“Kakak juga”

Kemudian Heeseung menarik Sunghoon lebih dekat dan mencium Sunghoon dengan lembut, membuat Sunghoon terkejut dengan tindakan Heeseung.

Pasalnya ini pertama kalinya ia berciuman dengan orang lain selain dari papi si kembar.

Hati Sunghoon menghangat, bahkan ia bisa merasakan bahwa dibagian perutnya seperti banyak kupu-kupu yang mengelitik dan siap untuk keluar. Hatinya juga berdetup dengan kecang, mungkin jika angin malam awal musim gugur tidak kencang, mungkin saja Heeseung bisa mendengar suara detupan jantung Sunghoon yang kuat.

X. Because of the twins

“Hari ini papa mau ngajak aku ketemu siapa emangnya?”

Jungwon bertanya begitu ia memasang sabuk pengaman dan menoleh pada Sunghoon yang baru saja menyalakan mesin mobil dan memasang sabuk pengaman juga.

“Kamu juga nanti bakalan tau kok sayang”

Jungwon hanya mengangguk dan tidak banyak bertanya lagi, menatap jalan malam hari yang semakin malam semakin sepi.

Mobil audi hitam milik Sunghoon berhenti di sebuah restoran keluarga, dan begitu Sunghoon bersama Jungwon masuk mereka sudah di sambut oleh seorang pelayan.

Jungwon yang sendari tadi di samping Sunghoon hanya bisa menatap Sunghoon yang terlihat beberapa kali menghela nafasnya, maka dari itu ia mencoba mengenggam tangan papanya. Sunghoon menoleh kemudian tersenyum, ia seperti mendapat kekuatan kembali ketika pintu salah satu ruangan VIP dibuka.

Jungwon terdiam, ia sedikit terkejut melihat siapa yang duduk disana. Dua orang yang sangat Jungwon kenal.

Sangwon dan Jongseong.

Sangwon sama terkejutnya dengan Jungwon walau sebenarnya mereka sudah mengira, tapi tidak dengan Jongseong maupun Sunghoon karena memang mereka sudah menyusun ini semua.

Sunghoon dan Jungwon masuk, kemudian duduk berhadapan dengan mereka.

“Jadi maksud papi, Jungwon sama om Sunghoon yang mau di kenalin ke Sangwon?”

Sangwon berkata sambil menatap Jongseong yang tersenyum, sedangkan Jungwon terlihat sedang berpikir kemudian menatap Sangwon yang juga menatapnya heran.

Tidak ada pembicaraan antara Jongseong dan juga Sunghoon selama mereka menikmati makan malam, hanya ada sesekali obrolan Sangwon dan Jungwon yang malam ini terasa lebih ceria dan bahagia.

“Sangwon?”

Jongseong berkata ketika makan malam mereka telah selesai dan sekarang di ganti oleh beberapa hidangan menutup, Sangwon yang baru saja mencolok satu buah anggur melihat ke arah Jongseong.

“Papi tadi bilang kan akan mengenalkan seseorang padamu, mereka adalah Sunghoon dan Jungwon”

Jongseong menatap ke arah Sunghoon yang terlihat beberapa kali menghela nafas beratnya.

“Papi dulu pernah bercerita bukan? Jika Sangwon masih memiliki papa yang begitu hebat?”

Sangwon hanya mengangguk kecil sambil menatap Jongseong.

“Papa Sangwon ada disini, di depan Sangwon sekarang”

Sangwon terdiam kemudian menatap Sunghoon dengan mata berkaca, Jungwon yang mendengar itu juga terdiam. Usahanya bersama dengan Sangwon selama ini akhirnya tidak gagal.

“Sangwon-ya?”

Sunghoon berkata, air matanya keluar begitu saja saat melihat Sangwon.

“Papa?”

Sangwon berkata, suaranya terdengar bergetar. Ia turun dari kursinya dan menghampiri kursi Sunghoon.

“Iya sayang? Ini papa”

Sangwon memeluk Sunghoon dan menangis, begitu juga dengan Sunghoon yang menangis. Jungwon di sebelahnya ikut menangis dan memeluk Sunghoon.

Jongseong di depan sana hanya terdiam sambil mengusap kedua sisi pipinya kemudian ia tersenyum melihat bagaimana kedua anaknya memeluk Sunghoon.

“Ini seperti mimpi”

Sunghoon melepaskan pelukan Sangwon dan Jungwon, ia menangkup kedua sisi wajah Sangwon dan mencium puncak kepala Sangwon.

“Jungwon-ya”

Sunghoon berkata kepada Jungwon yang berusaha mengelap air matanya.

“Ini adalah kakakmu dan disana adalah papimu”

Air mata yang awalnya sudah tidak keluar lagi sekarang keluar lagi dan Jungwon hanya terisak di kursinya membuat Jongseong menghampirinya dan memeluk Jungwon.

“Maaf, maafkan papi yang meninggalkan kalian berdua. Jungwon maafkan papi”

Jungwon menggeleng dalam pelukan Jongseong, ia terus menangis sedangkan Sangwon hanya melihat itu dengan tangan yang bertautan dengan tangan Sunghoon.

***

“Terima kasih untuk waktu yang telah kamu berikan, Hoon”

Sunghoon hanya mengangguk kecil, sekarang mereka berdua berjalan ke arah pakiran. Di belakang Sangwon dan Jungwon terlihat bercerita panjang lebar.

“Nah Jungwon, kita pulang dulu. Beri salam pada kakak dan papimu”

Sunghoon berkata dan Jungwon melengkungkan pipinya ke bawah, bahwa ia tidak ingin cepat berpisah dengan Sangwon.

“Besok kita ketemu di sekolah kok”

Sangwon berkata kemudian Jungwon memeluk kakak kembarnya dan kemudian menghampiri Jongseong dan memeluk Jongseong.

“Selamat malam kak Sangwon dan papi”

Jungwon berkata kemudian masuk ke dalam mobil, Sunghoon tersenyum ia menghampiri Sangwon dan mengelus pelan puncak kepala anaknya tersebut.

“Sangwon, papa pulang dulu ya. Kalo ada apa-apa hubungi papa”

Sangwon mengangguk kemudian ia melambaikan tangannya pada Sunghoon.

“Aku pulang dulu Jong, makasih buat hari ini”

Jongseong mengangguk lalu membuka pintu untuk Sunghoon dan menutupnya kembali. Membiarkan mobil Sunghoon menghilang dari pandangan Jongseong dan Sangwon.

“Papi terima kasih. Sangwon berterima kasih karna papi udah mempertemukan Sangwon dengan dua orang yang hebat”

Jongseong tersenyum kemudian mengandeng tangan Sangwon untuk menuju mobil mereka yang tidak jauh terpakir disana.