IX. Because of the twins
Jongseong memijit sedikit kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing kemudian ia menutup laptopnya dan membereskan barang-barangnya. Lebih baik ia pulang dan bertemu dengan Sangwon yang bisa menghilangkan rasa lelahnya.
Ketika ia keluar dari ruangannya ia bertemu dengan Sunghoon yang ternyata juga bersiap untuk pulang, ada rasa canggung antara keduanya namun kemudian Jongseong dengan memberanikan diri menghampiri Sunghoon yang masih membereskan mejanya.
“Sudah mau pulang?”
Pertanyaan yang tidak begitu penting begitu saja keluar dari mulut Jongseong, Sunghoon hanya menoleh kemudian mengangguk.
“Mau turun bersama?”
Ajak Jongseong dengan sedikit keberanian, awalnya Jongseong kira ia akan di tolak tapi ternyata Sunghoon mengangguk kecil.
Tidak ada pembicaraan di antara keduanya, mereka hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing bahkan saat hanya ada mereka berdua di dalam lift.
“Sunghoon?”
Jongseong memanggil Sunghoon yang baru saja membuka pintu mobilnya, kebetulan mobil mereka terparkir sebelahan di basement.
“Kalo tidak keberatan mau mencari udara segar? Aku lihat sepertinya banyak hal yang kamu pikirkan”
Sunghoon terdiam untuk sesaat, menimbang-nimbang ajakan Jongseong kemudian akhirnya ia mengangguk kecil.
***
Dan disini lah keduanya berada, di pinggir sungai Han, waktu menunjukan pukul 10 malam dan mereka masih duduk di pinggir sungai Han dengan dua kaleng minuman beralkohol yang sudah habis.
Jongseong menoleh, melihat Sunghoon yang hanya menggunakan kemeja beberapa kali mengelus kedua lengannya dan meniup-niup tangannya kedinginan. Jongseong membuka jas yang ia kenakan lalu memberikannya pada Sunghoon, walau awalnya terkejut namun Sunghoon menerima itu.
“Kira-kira gimana reaksi anak-anak ya?”
Jongseong berkata sambil menoleh pada Sunghoon, Sunghoon hanya terdiam untuk sesaat.
“Mungkin sedikit terkejut atau senang? ntah lah”
Ucap Sunghoon sambil membayangkan bagaimana reaksi si kembar.
“Sangwon itu mirip sekali denganmu, senyumnya tingkah lakunya”
Sekarang giliran Sunghoon yang menoleh pada Jongseong, melihat bagaimana Jongseong menceritakan masa kecil Sunghoon yang mungkin bisa mengobati kerinduan Sunghoon akan putra sulungnya itu.
“Dia selalu bermimpi bisa bertemu denganmu, memakan masakanmu dan melakukan banyak hal bersamamu”
Sambung Jongseong, ia menceritakan setiap detail perkembangan Sangwon pada Sunghoon.
Sunghoon menundukan kepalanya menahan nangisnya.
“Pasti sangat berat untukmu membesarkan Sangwon”
Sunghoon berkata dan Jongseong menggeleng kepalanya, ia menatap wajah Sunghoon yang memerah.
mungkin karna udara dingin
menahan nagis
atau karna dua kaleng minuman yang dia minum sendiri, karna Jongseong tidak meminum minuman beralkohol
“Lebih berat menjadi dirimu bukan? membesarkan Jungwon sendirian dan berjuang mati-matian. aku meminta maaf, jika dulu aku memberitau mu alasanku membawa Sangwon dan jika aku lebih berani berbicara pada orang tuaku”
“Tidak apa-apa, setidaknya apa yang dikatakan orang tuamu ada benarnya. kamu anak mereka satu-satunya dan kamu harapan kedua orang tuamu, mereka tidak bisa menerima keadaanku yang aneh serta Jungwon yang lemah-”
“Gak, kamu gak pernah aneh. kamu istimewah Sunghoon”
Jongseong meraih tangan Sunghoon. Sunghoon terkejut, ia menatap genggaman tangan Jongseong pada tangannya, dinginnya angin malam bahkan tidak menembus hangatnya gengaman tangan Jongseong padanya.
“Hiks!”
Sunghoon mengigit bibirnya menahan isak tangisnya, perasaanya campur aduk sekarang.
Satu tangan Jongseong ia bawa untuk mengelus pelan pipi Sunghoon, menghapus air mata disana.
“Kamu adalah orang yang paling istimewah yang pernah aku temui, kamu juga orang hebat yang mempertaruhkan nyawamu untuk si kembar“
Jongseong tersenyum, menatap Sunghoon yang masih mencoba menahan tangisnya dengan mengigit bibir bawahnya, Jongseong membawa ibu jarinya pada bibir merah Sunghoon menghentikan Sunghoon untuk tidak mengigit bibirnya yang mungkin saja bisa terluka.
Dan entah karna terbawa suasana atau apapun, Jongseong menarik dagu milik Sunghoon dan mencium Sunghoon. Ciuman lembut yang menumpahkan semua rasa rindu yang Jongseong rasakan selama ini.
Sunghoon yang bisa ia lakukan adalah menutup matanya dan menahan tangisnya, genggaman tangan Jongseong pada tangannya semakin kuat dan semakin menghangatkan tubuh dan hatinya.