auteurlavie

the girl's who love writing

II. Because of the twins

Sunghoon mengetuk pelan pintu ruangan manager barunya, tadi ia disuruh oleh Direktur perusahaanya untuk mengenalkan diri pada atasan barunya. Berhubung tadi Sunghoon beserta teamnya sedang meeting pagi, jadi mereka tidak melihat kedatangan manager baru mereka.

Setelah mengetuk Sunghoon masuk keruangan tersebut, membungkukan badannya.

“Perkenalkan saya Park Sunghoon, Ketua team dari divis-”

Sunghoon menghentikan perkataanya ketika manik matanya bertemu dengan manik mata sosok manager di depannya, keduanya bertatapan dengan penuh arti. Sunghoon maupun managernya tersebut diam beberapa saat, hingga Sunghoon memilih untuk segera keluar ruangan dengan mengusap pelan air matanya yang baru saja keluar.

Jongseong bergerak melangkah untuk segera mengejar Sunghoon, namun begitu keluar ia berpapasan dengan salah satu anak buahnya yang menatapnya tidak percaya,

“Jongseong?”

Jaeyoon menatap sosok di depannya tidak percaya, sambil tadi ia mengeluh melihat Sunghoon yang keluar ruangan manager sambil berjalan cepat.

“Ngapain lo disini?”

Tanya Jaeyoon namun kemudian dengan cepat ia tersadar bahwa ruangan di depannya adalah ruangan milik manager barunya.

“Wah, gua pikir lo udah mati! Ternyata masih hidup!”

Jongseong hanya diam, ia melangkah sekarang ia harus bertemu dengan Sunghoon terlebih dahulu, namun tangannya di tahan oleh Jaeyoon yang menatapnya tajam.

“Tidak! Jangan pernah mencoba untuk mendekati Sunghoon lagi, brengsek

Perkataan dari Jaeyoon membuat Jongseong terdiam, sedangkan Jaeyoon melangkah kan kakinya pergi dari sana menuju mejanya.

***

“Hari ini kita kedatangan murid pindahan ya anak-anak”

Seisi kelas langsung heboh mendengar guru mereka yang mengatakan bahwa kelas mereka kedatangan murid baru, Jungwon di mejanya masih fokus menggambar.

“Nah ayo Sangwon, perkenalkan dirimu”

“Halo semua perkenalkan nama saya, Park Sangwon! Mohon bantuannya”

“Eh, kok wajahnya kalo dilihat-lihat mirip Jungwon ya? iya gak sih?”

“Won, lihat deh itu mirip sama lo?”

Jungwon yang awalnya sedang mengambar segera melihat ke kedepan, kesosok anak laki-laki yang tersenyum.

“Nah Sangwon, silahkan duduk disamping Jungwon”

Wali kelas mereka berkata, karena memang meja di samping Jungwon yang kosong.

Sangwon mengangguk kemudian berjalan, menyimpan tasnya kemudian menatap Jungwon.

“Salam kenal namaku Park Sangwon”

Sangwon menjulurkan tangannya yang kemudian di sambut oleh tangan Jungwon.

“Park Jungwon”

***

“Loh kok tumben papa yang jemput?”

Jungwon bertanya begitu ia melihat Sunghoon keluar dari mobilnya dan menjemputnya di depan sekolah.

Sunghoon tersenyum sambil mengacak pelan surai hitam milik anaknya.

“Papa cuma kangen sama kamu, lagian papa cuti setengah hari”

Sunghoon menjawab membuat Jungwon tersenyum pelan.

“Kalo gitu boleh gak Jungwon minta temenin papa?”

Sunghoon mengangkat halisnya.

“Kemana sayang?”

“Toko lukis, alat-alat Jungwon banyak yang habis”

“Oke”

***

“Aku dapat banyak temen pih, mereka baik semua sama aku. Kebetulan juga bahasa korea ku bagus, jadi gak susah buat komunikasi”

Sangwon bercerita tentang kesehariannya hari ini di sekolah, di tengah makan malam bersama dengan Jongseong.

“Ada dia temen sebangku ku, namanya Jungwon. Kata orang-orang kita mirip, kalo di lihat-lihat terus dia anaknya juga suka gambar kaya papi, sepanjang pelajaran dia cuma gambar aja”

“Pih.. papi?!”

“Ya?”

Sangwon mengerutkan keningnya.

“Papi denger gak sih aku ngomong apa? Kok bengong sih? Itu makanan aja gak di makan? Di tempat kerja ada masalah ya? Tapi kan ini hari pertama, harusnya gak ada masalah!”

Jongseong terkekeh melihat bagaimana Sangwon mengomel.

“Maaf ya, papi gak kosen”

Sangwon memanyunkan bibirnya, kemudian lanjut makan malam mereka.

I. Because of the twins

“Om, emang papa bolehin aku minum boba?”

Jungwon berkata ketika Heeseung membawanya kesalah satu kedai boba yang ada di dekat restoran yang baru saja mereka kunjungi untuk makan malam.

“Boleh kok, salah kamu gak bilang sama papa kalo kamu hari ini minum boba?”

Jungwon mengangguk, kemudian ia terlihat berpikir menu apa yang ingin dia coba.

Ponsel milik Heeseung berbunyi, membuat dirinya menjauh dari kedai boba tersebut dan mengangkat panggilannya.

Jungwon yang sudah selesai memesan dan tinggal menunggu pesanan bobanya tiba-tiba ia ingin ke toilet, jadi anak remaja itu memutuskan untuk pergi ke toilet yang tidak ada jauh disana.

“Iya, nanti saya akan mampir ke toko”

Heeseung menutup panggilannya dan segera berjalan menuju kedai boba tadi.

“Jungwon tadi udah pesen apa?”

Heeseung berdiri di samping anak laki-laki tersebut sambil bertanya, namun Heeseung tidak mendapat jawaban apapun.

“Jungwon kok gak ja- eh? Aduh sorry salah orang, saya kira kamu keponakan saya”

Heeseung langsung membungkukan badannya mengetahui anak yang berdiri di depan kedai itu bukan Jungwon melainkan orang lain.

“Om cari keponakan om ya? itu tadi kayanya dia ketoilet deh”

Anak tadi menujuk jalan ke arah toilet dan Heeseung menatap anak itu cukup lama dari atas sampai bawah, ia merasa tidak asing melihat anak tersebut.

Matanya mirip dengan seseorang dan juga senyumnya.

“Sangwon, kan papi bilang tadi tunggu dulu”

Anak tadi langsung segera menoleh melihat laki-laki yang hampir menginjak kepala tiga itu menghampirinya.

“Habis papi lama, jadi Sangwon duluan aja beli bobanya”

Pandangan antara Heeseung dan juga sosok tadi bertemu, sosok tadi kemudian membungkukan badannya lalu merangkul putranya.

“Om?”

Heeseung menoleh, melihat Jungwon yang baru saja datang dari toilet.

“Pesanan nomor 231, Tapiokal Pearl dan Strawberry atas nama Park Jungwon”

Jungwon segera berlari ke arah kedai dengan palang bertulis Take here, lalu membungkukan badannya dan kembali berlari ke arah Heeseung.

“Ayo om kita pulang”

“Papi mau rasa apa? aku mau ambil rasa strawberry. Pih.. Papi... woi!!”

Jongseong terkejut ketika Sangwon menyikut perutnya, pandangan Jongseong tidak lepas dari anak laki-laki yang barusan pergi bersama dengan sosok di depannya.

Dari namanya terasa tidak asing baginya.

“Papi.....”

“Tapiokal pearl”

Jawab Jongseong cepat kemudian ia kembali fokus menatap Sangwon.

apa mungkin dia Jungwon?

Tapi nama itu juga banyak yang menggunakannya

Aku tidak sempat melihat wajahnya

III. Hug Me

Sunghoon bangun terlalu pagi hari ini, tidak tau kenapa, pukul lima subuh ia sudah bangun dan tidak bisa tidur jadi ia memutuskan untuk membuka pintu balkon kamar miliknya, menikmati udara pagi hari yang segar. Bahkan burung-burung pun belum berkeliaran, ini masih terlalu pagi.

Sunghoon merenggangkan beberapa otot miliknya, membiasakan agar dirinya tidak kaku. Ketika ia sedang merenggangkan otot-ototnya pandangannya terahlikan pada sosok si tetangga yang sedang menatap Sunghoon heran.

“Tumben jam segini sudah bangun Sunghoon?”

Tanya Heeseung, dari tangannya terlihat ia sedang mengangkat beban dan ada handuk kecil di lehernya, serta tubuhnya yang sudah berkeringat padahal ini masih jam lima pagi.

“Aku hanya terbangun dan rasanya sangat sulit untuk tidur kembali, mungkin karena tadi malam aku tidur terlalu cepat”

Jawab Sunghoon di susul anggukan dari Heeseung.

“Lalu kakak sendiri?”

Sunghoon menunjuk ke arah Heeseung, Heeseung mengangkat barbelnya dan juga memangang handuknya dan tertawa pelan.

“Aku sedang berolahraga”

“Jam segini?”

Heeseung mengangguk dan Sunghoon hanya mengerjapkan matanya beberapa kali, ia memang tidak terlalu dekat dengan tetangganya ini. Hanya saja mereka sering mengobrol di malam hari ketika Sunghoon selesai bermain biolanya dan Heeseung selalu menontonnya.

“Pasti kemarin kamu terlalu lelah, sampai tidak ada permainan yang kamu mainkan. Padahal aku sangat menunggunya loh”

Heeseung berkata ia mengambil botol minumnya lalu meminumnya sedangkan Sunghoon hanya mengangguk kecil.

“Oh iya mau lari pagi bersama Sunghoon? Hanya berkeliling komplek ini saja? Kau mau?”

Sunghoon menaikan sebelah halisnya ketika Heeseung mengajaknya lari pagi.

“Sesekali kamu juga butuh olahraga kan?”

Sunghoon tersenyum dan mengangguk kecil, lalu berlari kecil untuk masuk ke dalam kamarnya, menukar baju tidurnya dengan stelan training lari pagi miliknya.

Sunghoon dan Heeseung benar-benar menikmati lari pagi mereka sambil bercerita panjang lebar dan ini kali pertama bagi keduanya untuk mengobrol panjang dan saling menceritakan kehidupan mereka.

Seperti yang Sunghoon baru tau bahwa Heeseung pernah bersekolah di kampusnya, Bahwa Heeseung lebih tua 2 tahun darinya, bahwa Heeseung adalah atlet angkat besi.

Sepanjang mereka lari pagi, mereka habiskan untuk bercerita panjang. Bahkan ketika mereka duduk sambil menatap aliran sungai yang ada di dekat perumahan mereka dari atas jembatan.

“Lalu kenapa kakak pindah ke sini?”

Tanya Sunghoon karena sebelumnya Heeseung tinggal di kawasan lain.

“Aku hanya tidak suka hidupku di atur oleh kedua orang tuaku. Dalam bahasa lainnya aku kabur dari rumah”

“Kabur?” Sunghoon membesarkan matanya dan Heeseung tersenyum sambil mengangguk kecil, ruat wajah Sunghoon sangat lucu saat ini. Matanya membesar dan banyaknya kerutan pada keningnya.

“Hei, jangan mendramatis seperti itu. Kabur adalah hal yang biasa Sunghoon”

“Kakak bilang hal yang biasa? Apa kakak tidak merasa kasihan pada kedua orang tua kakak yang sudah membesarkan kakak hingga saat ini?”

Sunghoon bercacak pinggang sambil menatap Heeseung tidak suka, sedangkan Heeseung masih menatap Sunghoon sambil tersenyum.

“Ada banyak alasan mengapa aku kabur. Nah sekarang ayo kita kembali ke rumah, aku harus berangkat kerja”

Heeseung mengacak pelan poni Sunghoon yang terlihat lepek karna keringat dan berjalan lebih dulu dari Sunghoon, sedangkan Sunghoon ia sempat terdiam karena baru saja pendapat perlakuan seperti itu dari Heeseung.

“Tunggu” Heeseung menyetop Sunghoon dan ia segera berjongkok di depan Sunghoon.

“Kalau kau tidak berhati-hati nanti jatuh loh”

Sunghoon menunduk, melihat bagaimana Heeseung mengikatkan tali sepatu milik Sunghoon lalu tersenyum dan bangkit dari posisinya dan menarik tangan Sunghoon untuk segera pulang kerumah mereka.

***

Sunghoon masih diam di atas meja riasnya, menatap pantulan dirinya pada cermin besar yang ada di ujung sana samping lemarinya. Ia menghela nafasnya dalam-dalam, hari ini tidak ada acara khusus, jadi kemungkinan ia hanya akan berada di rumah sampai sore hari, lalu di sore harinya ia akan pergi bersama dengan teman-temannya sekedar jalan-jalan sore di kawasan Hongdae, menyaksikan musisi jalanan yang memainkan musik mereka di sana. atau bahkan mereka yang akan tampil disana nanti.

Sunghoon menoleh pada layar ponselnya, ada notifikasi pesan yang masuk, dari Jongseong yang mengatakan bahwa biola miliknya tertinggal dan harus kemanakah Jongseong membawanya.

Sunghoon sedikit berpikir sebentar, lalu membalas pesan dari Jongseong bahwa Sunghoon akan menjemputnya nanti sore, jadi mereka membuat janji untuk bertemu di kawasan Hongdae.

Jongseong menghela nafasnya, pikirannya sekarang sedikit menjadi lebih rumit dari biasanya. Pembicaraannya dengan Jake dan permainannya bersama dengan Jake sungguh membuat semuanya terasa menjadi rumit. Jongseong menatap foto dirinya bersama dengan neneknya di meja kerjanya. Ia terlalu sayang pada neneknya tersebut, yang membuatnya selalu menuruti setiap kehendak dan kemauan neneknya tersebut tanpa membantah sama sekali. Sama seperti ketika neneknya mengatakan bahwa Jongseong akan di jodohkan bersama dengan cucu teman lamanya. Jongseong tau bahwa niat dari sang nenek sangat bagus dan hanya ingin jika Jongseong mendapatkan pendamping yang baik. Tapi tidak bisakah neneknya tersebut melihat Jake? Shim Jaeyoon nama lainnya, sosok yang Jongseong cintai, sosok yang mengerti Jongseong luar dan dalam. Dari awal kenapa neneknya tidak pernah menyukai Jongseong, mengapa neneknya selalu tidak pernah mau menerima Jake sebagai kekasihnya? Jongseong menyandarkan dirinya pada kursi kerjanya. Pikirannya benar-benar rumit.

***

Min kyung menyerahkan satu amplop coklat pada sosok Jake di depannya, tadi pagi ia menghubungi Jake untuk bertemu dengannya karena ada beberapa hal yang harus di sampaikan olehnya pada kekasih cucu kesayangannya itu.

“Kau tau kan Jongseong akan menikah bulan depan”

Jake hanya mengangguk dan memasang senyum kecilnya pada wanita yang berumur lebih dari setengah abad tersebut.

“Aku bukannya tidak menyukai hubungan kalian berdua. Kau tau Jake, kalian tidak bisa bersama, ketika melihatmu hatiku terasa sakit” Min Kyung kembali berkata dan kali ini Jake mengerti.

“Pergilah ke Amerika untuk melanjutkan S2 mu, semua biaya biar aku yang tanggung”

Ucap Min Kyung sambil menoleh pada amplop coklat yang ada di atas meja mereka, Jake menoleh pada amplop di atas sana.

“Jaeyoon aku mohon, kalian tidak bisa melanjutkan hubungan seperti ini. Aku hanya ingin semuanya menjadi baik-baik saja, bagi dirimu dan juga Jongseong”

Min Kyung kembali berkata sambil menatap Jake bahkan ia memanggil nama kecil Jake, Jake terlihat tertunduk, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang ia bawa. Menyerahkannya pada Min Kyung, yang membuat wanita tua tersebut menutup mulutnya tidak percaya dan menatap Jake yang sekarang menundukan kepala sambil mengucapkan kaya maaf beberapa kali.

“Jaeyoon-ah, Jongseong belum mengetahuinya kan?”

Min Kyung berkata sambil memengang tangan Jake, Jake menggeleng pelan. Ia juga baru mengetahuinya pagi ini.

“Pergilah ke Amerika, kamu jangan takut. Nenek yang akan membiayai semuanya, sekolahmu,hidupmu dan juga bayimu. Tapi bisakah kamu rahasiakan ini pada Jongseong?”

Jake hanya terdiam sebentar sendangkan Min Kyung mengelus punggung tangan Jake.

“Jaeyoon-ah, nenek mohon. Ini tidak seharusnya terjadi antara kalian berdua, kalian tau kan?”

Untuk sekali lagi Jake mengangguk pelan, air matanya keluar begitu melihat nenek Min Kyung sekarang memohon dan berlutut pada Jake. Jake langsung membawa Min Kyung untuk duduk kembali di kursinya.

“Aku akan pergi sesuai keinginan nenek, tapi bisakah nenek juga tidak memberitahu tentang ini kepada Jongseong? Tentang kehamilanku? Biar menjadi rahasia kita berdua saja”

Min Kyung mengangguk lalu ia memeluk Jake dan mengusap punggung Jake.

“Seandainya kamu bukan anak mereka, mungkin kamu bisa bersama dengan Jongseong sekarang Jake. Maafkan kami, karena kesalahan kami, kalian berdua tidak pernah bisa bersatu”

Jake menggeleng pelan dan tersenyum, menatap wajah wanita paruh baya tersebut.

“Tidak apa-apa, ini sudah menjadi takdir ku dan Jongseong. Aku harap Sunghoon bisa menjadi orang yang tepat untuk Jongseong”

Jake berkata dan di susul anggukan dari Min Kyung.

Harusnya saat itu kami berdua tidak pernah bertemu. Seharusnya tidak ada perasaan yang boleh tumbuh di antara kami. Seharusnya kami tidak terlalu jauh melangkah

Anyone

“Ini adalah lagu terakhir yang akan kami bawakan malam ini, lagu ini menceritakan tentang seseorang yang sangat berharga untuk kami. Seperti penyanyi aslinya yang sangat mencintai istrinya”

Sunghoon tersenyum, melihat ke samping. Manik matanya bertemu dengan manik mata Jongseong yang menatapnya dengan tatapan penuh arti dan tersenyum.

Sunghoon kembali menatap teman-temannya yang menganggukkan kepala, lalu Huening Kai memulai ketukan.

Dance with me under the diamonds

Menarilah denganku di bawah berlian

See me like breath in the cold

Lihat aku seperti nafas dalam dingin

Sleep with me here in the silence

Tidurlah denganku di sini dalam kesunyian

Come kiss me, silver and gold

Ingatan Sunghoon kembali ketika beberapa kali Jongseong menemaninya tidur karena ketakutan hujan, mati lampu, di saat dirinya merasa gelisah. Sunghoon ingat betul, Jongseong akan selalu ada untuknya.

Malam dimana mereka berbagi cerita di rumah keluarga Jongseong, menghabiskan malam untuk berbagi rasa kekhawatir, bahkan saat Jongseong mencium dahinya lama.

You say that I won't lose you

Kau mengatakan bahwa aku tidak akan kehilanganmu

But you can't predict the future

Tapi Kau tidak bisa memprediksi masa depan

So just hold on like you will never let go

Jadi bertahanlah seperti kamu tidak akan pernah melepaskannya

Yeah, if you ever move on without me

Ya, jika kau pergi tanpaku

I need to make sure you know

Aku perlu memastikan Kau tahu

Ketika menyampaikan liriknya, Sunghoon kembali menoleh melihat Jongseong yang sedang bermain dengan Bassnya.

Ia kembali teringat kata-kata yang selalu Jongseong ucapkan padanya, jika Jongseong tidak akan pernah meninggalkannya walaupun mereka tidak tau apa yang akan terjadi di masa depan. Bertahan untuk tidak saling melepaskan satu sama lain, percaya bahwa semuanya akan berjalan dengan baik. Bahwa Jongseong akan menyelamatkan mereka.

That you are the only one I'll ever love

Bahwa kaulah satu-satunya yang akan kucintai

(I gotta tell ya, gotta tell ya)

(Aku harus memberitahumu, harus memberitahumu)

Yeah, you, if it's not you, it's not anyone

Ya, Kau, jika bukan Kau, itu bukan siapa pun

(I gotta tell ya, gotta tell ya)

(Aku harus memberitahumu, harus memberitahumu)

Lookin' back on my life, you're the only good I've ever done

Melihat kembali hidupku, kaulah satu-satunya kebaikan yang pernah kulakukan

(Ever done)

(Pernah selesai)

Yeah, you, if it's not you, it's not anyone

Ya, Kau, jika bukan Kau, itu bukan siapa pun

(Anyone) Not anyone

(Siapapun) Bukan siapapun

Jongseong mengenggam tangan Sunghoon, kali ini mereka sedang berjalan di daerah taman dekat apartemen mereka. Setelah pulang dari acara manggung di caffe milik Yeonjun dan acara kembalinya Jongseong setelah dua bulan berada di rumah sakit selesai, mereka berdua memutuskan untuk berjalan-jalan mencari udara segar.

“Jadi gimana? Sering ngerasa kesepian?”

Sunghoon hanya mengangguk kecil, matanya fokus kedepan.

“Rasanya masih sedikit gak percaya kalo lo berdiri disamping gua”

Sunghoon berkata ia menghentikan langkahnya dan menatap Jongseong, kemudian melihat lengan mereka secara bergantian.

“Sekarang, gua bisa lihat tatto lo yang nyambung kesini”

Sunghoon berkata sambil membuat gerakan dari lengan Jongseong menuju lengannya sambil tersenyum. Jongseong juga ikut tersenyum, ia mengacak rambut Sunghoon pelan.

“Makasih ya Jong, Lo udah nyelamati hidup gua, Oh bukan cuma hidup gua, tapi Jungwon Heeseung bahkan lo sendiri”

Jongseong masih mempertahankan senyumnya sambil melihat wajah Sunghoon. Wajah yang amat sangat ia kagumi, ia hampir saja tidak bisa melihat wajah ini lagi jika operasi waktu itu tidak berhasil, namun akibat gegigihannya yang menginginkan operasi nya berhasil, maka operasi berjalan sangat baik di tengah-tengah jalan.

“Sunghoon?”

Sunghoon menoleh, menatap Jongseong yang masih menatapnya. Jongseong membawa kedua tangan Sunghoon dalam genggamannya kemudian mencium pelan punggung tangan Sunghoon.

“I Love You”

Yeah, you are the only one I'll ever love

Ya, Kau adalah satu-satunya yang akan aku cintai

(I gotta tell ya, gotta tell ya, yeah)

(Aku harus memberitahumu, harus memberitahumu, ya)

Yeah, you, if it's not you, it's not anyone

Ya, Kau, jika bukan Kau, itu bukan siapa pun

(I gotta tell ya, gotta tell ya)

(Aku harus memberitahumu, harus memberitahumu)

Lookin' back on my life, you're the only good I've ever done (Ever done, oh, yeah)

Lihatlah kembali hidupku, kaulah satu-satunya kebaikan yang pernah kulakukan (Pernah lakukan, oh, ya)

Yeah, you, if it's not you, it's not anyone

Ya, Kau, jika bukan Kau, itu bukan siapa pun

From Roomate to Soulmate

END

Semua anggota gelembung udara beserta Beomgyu sedang berada di depan ruang operasi. Mereka saling mencemaskan satu sama lain, saling berdoa untuk keselamatan dua orang yang sekarang ada di dalam ruangan.

Beomgyu duduk di samping Sunghoon, di mana laki-laki itu terus mengucapkan doa sambil melipat kedua tangannya. Di belakangnya Huening Kai juga terlihat duduk dengan tenang walaupun hatinya ikut sedikit gusar.

Jake ada di samping Heeseung mencoba menguatkan mantan kekasihnya itu, Heeseung juga tidak kalah khawatir seperti Sunghoon. Ia juga berdoa untuk kebaikan Jungwon dan Jongseong.

“akh!”

“akh!”

Heeseung dan Sunghoon, mereka sama-sama memengang dada mereka yang terasa sakit, membuat teman-teman mereka disana menatap keduanya khawatir.

Wajah Heeseung dan juga Sunghoon terlihat sangat pucat, keringat dingin sebesar biji jagung keluar dari dahi dan turun sampai ke pipi.

Hingga akhirnya Sunghoon terjatuh tidak sadarkan diri, membuat mereka menjadi panik lalu memanggil perawat yang ada di dekat sana, lima menit kemudian Heeseung juga jatuh tidak sadarkan diri.

Di ruang operasi, operasi sepertinya tidak berjalan begitu baik. Sebab dokter bagian penyakit dalam itu terlihat sangat fokus, dan beberapa dokter disampingnya berusaha untuk terus memaksimalkan operasinya.

“Pendarahannya terlalu banyak, hatinya sudah berhasil kita pindahkan”

Seseorang dokter di sana berkata, membuat dokter lainnya melihat ke sebuah alat.

“Kita coba hentikan pendarahan pada pasien Park Jongseong, untuk Pasien Yang Jungwon segera tutup dan jahit bekal operasinya setelah hati berhasil berfungsi”

“Dok, hatinya

Seorang asisten dokter berkata, membuat dokter lainnya melihat apakah hati.

“Segera tanganin dan minta stok darah, kita harus segera menyelamatkan mereka”.

Jika aku bisa memilih, maka aku ingin tetap memilih bersamamu. Dan berharap dikehidupan selanjutnya, kita bisa bersama dari awal kita di lahirkan

Aku sudah sangat menyukaimu ketika kamu pertama masuk dalam hidupku, mengajakku berkenalan dan bermain bersama di saat aku tidak memiliki siapapun disini

Selama menjadi teman sekamarmu aku merasa senang, tidak pernah terpikir sekali pun jika aku merasa tidak senang

Park Sunghoon adalah orang yang paling banyak mengajarkanku apa artinya berjuang, apa artinya merelakan, apa artinya jatuh cinta dan apa artinya kebahagian

Dan kebahagianku adalah Park Sunghoon

****

Sunghoon menaruh satu tangkai bunga krisan putih pada sebuah pusaran, ia menutup matanya lalu berdoa untuk sesaat.

Sunghoon tersenyum pada pusaran ini, ponselnya berbunyi dan Sunghoon segera bangkit kemudian pamit pada pusaran tersebut.

“Sekarang aku sudah bahagia”

Sunghoon terdiam, mencerna apa yang baru saja Beomgyu ucapkan padanya sambil menatap ke arah Jongseong yang masih tertidur di ranjang ruang kesehatan dengan tangan yang di infus. Sunghoon kemudian menatap tangannya yang berbalut perban, tangan yang ia lukai tadi.

“Gua tau ini berat buat lo Hoon, tapi tatto lo juga nyambung sama punya Jongseong. Dan karna itu lo gak bisa lihat tatto dia”

Perkataan dari Beomgyu kembali ia pikirkan.

“Ini emang case yang langka banget, kalo tatto lo bisa nyambung ke dua orang yang berbeda. Pertama ke Heesung, tapi tatto Heeseung gak nyambung ke lo, ke dua ke Jongseong. Nah, tatto Jongseong nyambung ke lo. tapi yang jadi masalahnya, ketika Jungwon sakit otomatis lo juga bisa sakit bukan Heeseung, dan Jongseong juga akan ngerasa sakit yang berkali-kali lipat dari apa yang lo rasain”

“Terus gua harus apa Gyu?”

“Jawabannya ada dalam diri lo dan diri Jongseong”

***

“Hoon?”

Sunghoon langsung menghampiri Jongseong yang baru aja bangun, setelah satu jam lebih tidur.

“Jong, lu gak papa kan?”

Jongseong tersebut terus bangkit dari posisi tidurnya dan menatap Sunghoon yang ngerasa khawatir banget sama dia.

“Gua gak papa kok, lu habis nangis yah?”

Sunghoon menggeleng pelan, tapi Jongseong bisa tau bahwa sebenarnya Sunghoon berbohong padanya. Bisa dilihat dari mata dan hidung Sunghoon yang memerah.

“Hoon, jangan khawatir ya. Gua sama lu, kita bisa lewatin ini sama-sama ya”

Sunghoon menundukan kepalanya, sedangkan Jongseong meraih kedua tangan Sunghoon dan di genggam.

“Gua senang kalo ternyata tatto gua nyambung sama punya lo, walau gua tau kalo punya lo nyambung ke Heeseung juga”

Sunghoon mengangkat kepalanya menatap Jongseong terkejut.

“Gua udah tau kalo misalnya tatto lo sama gua nyambung dari Beomgyu beberapa waktu yang lalu. Gua harap setelah ini gua bener-bener bisa jagain lu ya Hoon. Gua sayang banget sama lo”

Jongseong tersenyum, ia menarik dagu milik Sunghoon dan mencium Sunghoon. Bibir miliknya dan bibir milik Sunghoon kembali bertemu untuk kedua kalinya, Jongseong menyalurkan semua perasaannya dalam ciuman mereka sore hari ini, dan Sunghoon benar-benar bisa merasakannya.

Jongseong melihat ke arah samping kursi kemudi, Sunghoon sedang terlelap di sana. Mereka sudah sampai di kediaman rumah Jongseong. Jongseong ingin membangunkan Sunghoon namun sedikit merasa tidak tega, jadi ia akan menunggu sampai Sunghoon bangun.

“Eunggg~”

Sunghoon mengeliatkan badannya dan membuka matanya, bertemu dengan manik mata Jongseong yang tersenyum padanya.

“Lo tidur kayanya nyenyak banget”

Jongseong berkata sedangkan Sunghoon terkekeh pelan, lalu keduanya memutuskan untuk segera turun dan masuk ke dalam rumah orang tua Jongseong.

“Sunghoonieeee”

Ketika mereka masuk, sosok wanita paruh baya yang mungkin umurnya udah menginjak kepala empat itu segera tersenyum dan menghampiri Sunghoon, memeluk sahabat dari anaknya tersebut.

“Bagaimana kabar tante?”

Tanya Sunghoon, dan Nyonya Park langsung mengeluh ini dan itu. Seperti seorang anak kecil yang sedang mengadu pada orang tuanya, di tambah ia menambahkan jika Jongseong tidak merawatnya dengan baik.

Sunghoon terkekeh ketika melihat Jongseong mengomel dan merasa tidak di hargai.

“Kalo begitu, simpan barang bawaan mu dulu.. kemudian mandi lalu makan malam ya”

Sunghoon mengangguk, kemudian ia dan Jongseong masuk ke dalam kamar milik Jonseong.

Ini bukan pertama kalinya ia berkunjung ke rumah orang tua Jongseong, selama hampir 5 tahun mengenal Jongseong ia sudah 4 kali ke rumah Jongseong dan sering menginap juga.

“Lo mandi dulu aja, gua mau bantu mama dulu”

Sunghoon mengangguk, mengambil baju gantinya kemudian masuk ke dalam kamar mandi yang memang ada di dalam kamar Jongseong.

15 menit berlalu, Sunghoon keluar dengan perasaan segar, semua rasa lelahnya hilang. Sunghoon keluar dari kamar Jongseong dan berjalan menuju arah dapur.

“Aigoo, lihat siapa yang datang jauh-jauh dari Seoul ke sini?”

Sunghoon berbalik dan melihat ke ruang tengah, disana ayah Jongseong sedang duduk bersama dengan Jongseong. Sunghoon membungkukan badannya dan memberi salam pada kepala keluarga Park tersebut.

***

Setelah acara makan-makan malam dan acara bercerita panjang, tentang keseharian mereka di Seoul, bagaimana tingkah Jongseong dan bagaimana kabar teman-teman band gelembung udara, mereka memutuskan untuk beristirahat, apalagi nyonya Park yang harus meminum obatnya.

Sunghoon melihat ponselnya untuk sesaat dan duduk di pinggir ranjang milik Jongseong, Jongseong masuk kekamar dengan membawa bantal dan selimut extra untuk mereka.

Jongseong membuka kasur lipatnya dan kemudian meletakannnya di samping bawah ranjang miliknya, melihat itu Sunghoon sedikit berpikir. Biasanya kalo Sunghoon menginap, ia akan tidur di ranjang Jongseong dan Jongseong akan menggunakan kasur lipat dan tidur di bawah.

“Jong”

Sunghoon memanggil Jongseong yang tengah membuka kasur lipatnya.

“Hmm?”

Sunghoon sedikit mengigit bibir bawahnya, akan gak yakin sama apa yang di pikirannya.

“Ini udah mau masuk musim dingin, disini juga dingin”

“Oh, lo mau pakek penghangat ruangan?”

Sunghoon menghela nafasnya, Jongseong sama sekali tidak mengerti apa yang di maksud.

“Bukan itu, mending lo tidur di atas deh. kasihan nanti punggung lo sakit”

Jongseong menatap Sunghoon sekitar 5 detik dan kemudian tersenyum.

“Gak mau gua sakit atau lo mau tidur bareng gua?”

Rona merah itu tiba-tiba saja muncul di kedua sisi pipi Sunghoon yang langsung membuang muka, Jongseong terkekeh melipat kembali kasur lipatnya setelah itu duduk di samping Sunghoon.

“Pasti ada yang mau lo bicarain kan?”

Jongseong mengerti apa yang sedang ada di pikiran Sunghoon, Jongseong sudah hafal semua tentang Sunghoon. Apa yang ada di pikiran Sunghoon Jongseong paham betul.

***

“Lo jangan takut ya Hoon, kita pasti bakal cari cara supaya lo bisa selamat”

Jongseong berkata, sekarang posisinya mereka sedang tidur dengan posisi yang saling berhadapan dan tangan Jongseong kembali menjadi batalan bagi kepala Sunghoon.

“Gua takut Jong”

Tangan Jongseong terulur dan mengelus pelan pipi Sunghoon, 30 menit lalu mereka berbagi cerita dan Sunghoon akhirnya mengatakan bahwa tatto miliknya terhubung dengan Heeseung dan keadaan Jungwon saat ini adalah salah satu efek dari tatto soulmate.

“Lo gak sendiri, ada gua disini”

“Tapi lo udah punya tatto

“Punya tatto belum tentu punya soulmate lagian soulmate gua belum kelihatan Hoon, pasti ada cara supaya bisa mutusin tatto lo sama Heeseung”

“Apapun itu gua mau Jong, walau gua harus ngorbanin diri gua sendiri”

Jongseong menggeleng pelan dan tersenyum.

“Jangan ngorbanin diri lo sendiri, kita sama-sama. Lo punya gua dan gua punya lo, sekarang lo tidur yah.. besok gua ajak lo keliling naik gunung”

Jongseong tersenyum sambil kembali mengelus pipi Sunghoon, ia memajukan badannya dan mencium kening Sunghoon cukup lama dan menarik tubuh Sunghoon kedalam pelukannya,

Twins

Sunghoon yang sedang berada di dapur di kejutkan dengan suara tangisan anak kecil yang membuatnya segera berlari ke arah kamar tidurnya dan bisa melihat seorang anak berumur 4 tahun yang menangis sambil memengangi boneka larva berwarna kuning, dengan piyama bergambar beruang.

“Aigoo, Jungwon-ah ada apa?”

Sunghoon buru-buru mengendong anak berumur 4 tahun tersebut, sambil mencoba menenangkannya ia berjalan ke dapur untuk menyelesaikan masakannya.

“Jungwon kenapa menangis, hm?”

Anak berumur empat tahun tersebut hanya menggeleng pelan sambil mengalungkan kedua tangannya pada leher papanya.

Sunghoon hanya mengelus pelan punggung anak laki-lakinya kemudian ia segera menyelesaikan masakannya untuk sarapan Jungwon.

“Nah Jungwon, sekarang mandi dulu ya. kan ini hari pertama Jungwon ada di day care”

Mata sebabnya terlihat berbinar, Jungwon sangat senang mendengar kata Day Care. Jungwon mengangguk kemudian ia bersemangat membuka celana tidurnya dan segara berlari ke kamar mandi, membuat Sunghoon terkekeh dan mengambil celana yang di tinggalkan oleh Jungwon.

“Papa... papa...papa...”

“Iya?”

“Tuh liat, gembung..gembunggg..”

Ucap Jungwon sambil membuat gelembung dari tangannya dan tertawa, Sunghoon hanya melihatnya sambil tertawa pelan.

***

“Nah, Jungwon nanti jangan nakal sama Beomgyu sam ya, papa akan menjemput sekitar pukul 4 sore nanti”

Jungwon mengangguk kecil.

Sunghoon berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Jungwon, ia tersenyum sambil mengusak rambut hitam milik Jungwon.

“Coba cium papa dulu, sayang”

Sunghoon mencium pipi Sunghoon lalu melambaikan tangannya dan segera masuk ke dalam ruangan Day carenya, Sunghoon tersenyum lalu ia menuju parkiran untuk segera berangkat kerja.

***

Sunghoon yang sedang sibuk dengan berkas-berkas di hadapannya terkejut begitu melihat kedatangan Jake yang tiba-tiba berada di sampingnya.

“Ngapain sih Jake”

Jake bukannya merasa bersalah, tapi dirinya malah tersenyum kemudian menarik kursi di depan sana.

“Lo tau gak Hoon, katanya bakal ada manager baru”

Jake berkata dan Sunghoon terlihat tidak peduli dan masih melanjutkan menyelesaikan laporannya.

“Terus katanya ganteng lagi Hoon”

Sunghoon masih fokus pada kerjaannya, membiar Jake terus membicarakan manager baru tersebut.

“Katanya nanti bakal ada acara makan malem bareng, mau ikut?”

Finalnya Jake berkata bahwa akan ada acara makan malam bersama di seluruh bagian divisinya, menyambut manager mereka yang baru.

“Gak deh, gua gak ikut”

Jake terlihat kecewa,

“Kenapa? Karna Jungwon?”

Sunghoon mengangguk, sekarang apa lagi alasannya yang bisa ia berikan selain Jungwon.

Jake menopang dagunya, menatap teman semasa SMAnya tersebut.

“Jungwon pasti bangga banget punya lo sebagai papanya, mana anaknya pinter lagi kaya lo. Walaupun mukanya mirip dia

Tangan Sunghoon yang ada di atas keyboard langsung terdiam dan Jake yang menyadari itu langsung menutup mulutnya dan mengutukin dirinya sendiri.

“Sorry Hoon, gua gak bermaksud”

Sunghoon tersenyum dah menggeleng pelan. Kemudian melanjutkan perkerjaannya.

***

Sunghoon yang baru saja keluar dari dalam toilet sedikit terkejut begitu merasakan kakinya baru saja di tabrak oleh seseorang anak kecil.

Sunghoon langsung berjongkok waktu anak kecil tersebut terjatuh dan memengan dahinya akibat terbentur kaki panjang Sunghoon.

“Kamu gak papa?”

Tanya Sunghoon dan anak kecil itu menggeleng pelan.

“Papi, won cari papi”

Sunghoon mengerutkan keningnya, anak kecil yang mungkin saja berumur hampir sama dengan anaknya tersebut kelihatan kebingungan, lagian siapa sih yang membawa anak kecil ke kantor.

“Nama kamu siapa, sayang?”

Sunghoon bertanya, sambil membenarkan letak baju anak laki-laki tadi yang dimana baju yang ia gunakan naik keatas dan memperlihatkan perut gendutnya.

“Sangwon”

“Sangwon ya? nah, Sangwon dimana orang tuamu?”

“Papi gih kelja, awon ingung... cendilian, nda unya teman”

Sunghoon menghela nafasnya.

“Kalo gitu paman antar ke ruangan papi mau? Sangwon main aja disana ya”

anak kecil itu menurut kemudian Sunghoon membawa anak kecil itu keruangan yang di tunjuk oleh Sangwon.

Langkah Sunghoon terhenti, ketika ia berdiri di ruangan manager barunya yang sampai saat ini Sunghoon belum melihat wajahnya.

“Paman baik, ni luangan papi awon.. ayooooo macukk duyuuuuu”

Sangwon menarik tangan Sunghoon, awalnya Sunghoon tidak berniat tapi ntah kenapa ajakan Sangwon bisa membuat hatinya tergerak. Sunghoon dengan pelan membuka pintu ruangan manager barunya, kemudian melihat sosok yang berdiri membelakanginya sambil terlihat meneleponnya.

“PAPI!!!!”

Sangwon berteriak dan membuat sosok tadi berbalik, manik mata Sunghoon bertemu dengan manik mata sosok tadi. Dan entah kenapa air mata milik Sunghoon keluar dan ia dengan cepat segera berlari keluar.

“Sunghoon!?”

Sosok tadi mencoba mengejarnya namun di tahan oleh Sangwon.

“Papi au kemana? awon ngantukkkkk, mau bobo”

“Sangwon mau bobo”

Sangwon mengangguk, kemudian sosok tadi mengendong anaknya, dan membiarkan Sunghoon tadi keluar dari ruangannya begitu saja.

***

Jongseong setelah menidurkan anaknya segera keluar ruangannya dan menuju ruangan teamnya, dan langkahnya berhenti di depan sana. Melihat bagaimana sosok yang amat sangat ia rindukan, tengah duduk di mejanya dengan tangan yang fokus kepada layar komputer.

Jongseong ingin membuka ruangan tersebut, namun tangannya di tahan oleh seseorang.

“Jake?”

“Wah, ternyata benar. Si laki-laki brengsek ini yang menjadi manager”

Jake tersenyum sinis, kemudian ia berdiri di depan Jongseong.

“Jangan mencoba mendekat, apalagi mendekati Sunghoon. Setelah apa yang telah lo lakuin ke Sunghoon empat tahun lalu”

Jake berkata kemudian masuk ke ruangan tersebut, berjalan ke arah meja Sunghoon memberikan Sunghoon segelas coffe.

Jongseong terdiam kemudian lebih memilih untuk berjalan menjauh, mungkin ini bukan saatnya untuk menemui Sunghoon.

***

Sunghoon mengigit jari-jarinya, tadi ia mendapatkan telepon bahwa Jungwon di larikan ke rumah sakit akibat tidak sengaja memakan selai kacang.

“Maaf Sungwon, kami sangat lalai”

Beomgyu berkata sedangkan Sunghoon hanya tersenyum dan menggeleng pelan.

“Gak papa kok kak, aku aja yang lupa kasih tau kalo Jungwon alergi kacang”

Beomgyu pada akhirnya pamit, setelah Jungwon di perbolehkan pulang.

Sunghoon mengendong tubuh Jungwon yang tertidur, mereka berjalan untuk keluar dari rumah sakit.

“Paman baik!!”

Langkah Sunghoon terhenti begitu ia anak kecil di depan sana melambaikan sebelah tangannya kearahnya, karna sebelah tangannya yang lain sedang bergandengan dengan pria dewasa.

Sangwon berlari menghampiri Sunghoon yang masih terlihat kebingunan.

“Paman kenapa ada di lumah sakit? paman sakit? eh, itu siapa? awon disini kalna papi sakit habis makan selai kacang di acala tadiii”

Lidah Sunghoon terasa kelut, ia sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan anak kecil di depannya, matanya pemanas dan nafasnya terasa tercekat.

“Papa, atiitt”

Jungwon terbangun dari tidurnya sambil mengeluh, ia menatap wajah Sunghoon yang terlihat tidak tenang.

“Papa napa? papa nda papa kan?”

“Loh kok papa nangis, uwon dah nda atit lagi kok?”

“Papi napa kok nangis? macih atit ya? mau awon panggilin doktel?”

***

“Kalo lahir nanti mau kasih nama siapa?”

“Sangwon sama Jungwon,lucu gak sih?”

“iya. lucu kaya kamu nanti”

“Iya lah, harus kaya aku”

“Salah satu dari mereka jantungnya terlihat lemah, kemungkinan salah satu mereka tidak akan bertahan lama”

Dear Sunghoon, maaf.. maafkan aku jika aku harus egois seperti ini. aku membawa Sangwon pergi, aku yakin Jungwon sembuh jika kamu yang merawatnya, maaf Sunghoon Sangwon adalah harapan satu-satunya agar Ayah dan Ibu bisa merestui hubungan kita, jika mereka setuju aku akan membawamu beserta Jungwon, Tolong tunggu sebentar saja. Aku mohon

“Makan yang banyak lo biar gendut”

Jongseong menyerahkan satu potong daging kecil ke mangkuk Sunghoon, sekarang keduanya sedang makan di salah satu restoran china yang ada di dekat kampus mereka.

Sunghoon melihat dan hanya terkekeh pelan.

“Lo juga makan”

Sunghoon memberikan satu lauk ke mangkuk Jongseong yang buat keduanya terkekeh pelan lalu melanjutkan makan mereka dalam diam, sedang berkutata dengan pikiran mereka yang masing-masing.

“Jong?”

Jongseong mengangkat kepalanya sambil menatap Sunghoon. Tapi kemudian Sunghoon menggeleng pelan, dan melanjutkan acara makannya.

“Bilang aja sih Hoon, gak usah di tahan-tahan”

Sunghoon kembali menatap Jongseong.

“Sebelum ke rumah lo besok, boleh gak kalo hari ini kita main ke pasar malem?”

Jongseong mengerutkan keningnya, menatap Sunghoon?

“Ya udah ayok, habisin dulu makanannya. Balik ke apartemen buat beres-beres, mandi terus kita pergi”

“Oke, makasih ya Jong”

“Sama-sama hoon”

***

Sekarang, disini mereka di salah satu tempat bermain yang ada di pusat kota. agak sedikit ramai sih, walaupun tidak menunjukan waktu akhir pekan.

Sunghoon terlihat beberapa kali tidak fokus untuk berjalan, sehingga tubuhnya hampir saja jatuh karna di senggol orang lain. Jongseong yang melihat itu terkekeh kecil, kemudian meraih tangan Sunghoon dan menyelipkan jari-jarinya ke jari-jari Sunghoon.

Sunghoon sedikit terkejut dengan apa yang baru saja di lakukan oleh Jongseong, jantungnya sedikit berdegup kencang, rona berwarna merah juga sedikit muncul di pipinya.

“Lo harus di pegang, biar gak jatuh”

Cuma Jongseong, lalu keduanya berjalan menelusirin pasar malam tersebut, tanpa berniat untuk bermain sama sekali. Sunghoon hanya ingin menjernihkan pikirannya dan menenangkan hatinya, dan semua itu bisa terkendali karna ada Jongseong di sampingnya.

“Kayanya udah jarang banget gak sih kita jalan bedua kaya gini?”

Jongseong tiba-tiba bersuara, ia menatap Sunghoon yang juga menatapnya dengan tangan yang masih saling bertautan.

“Jong”

Sunghoon menghentinkan langkahnya dan menatap kearah Jongseong, Jongseong juga melakukan hal yang sama.

“Gua sayang sama lo”

Seketika itu pun, tidak ada suara yang keluar dari mulut Jongseong maupun mulut Sunghoon. Hanya ada suara detak jatung yang kuat, dan ntah milik siapa.

“Gua takut banget kehilangan lo, gua takut kalo misalnya lo gak ada di samping gua. gua takut lo tinggalin gua waktu lo ketemu sama soulmate lo. Gua takut banget Jong”

Sunghoon menatap sendu ke manik mata Jongseong, mungkin hari ini ia ingin meluapkan semua perasaannya. Sebelum terlambat, sebelum ia tidak bisa bertemu lagi dengan Jongseong.

“Gua udah suka sama lo semenjak hari pertama kita ketemu di sekolah menengah atas, gua yang bisa lihat tatto dari dulu berharap banget kalo tatto milik gua bisa nyambung sama tatto lo. tapi kenyataannya, sekarang tatto gua nyambung sama punya Heeseung, gua takut Jong. Gua takut kalo pada akhirnya gua harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup dengan rasa sakit, atau gua nyerah tanpa kasih tau perasaan gua yang sebenarnya sama lo”

Sunghoon menundukan kepalanya, melihat tangan mereka yang masih dalam posisi yang sama.

“Gua gak mau sebenarnya buat lo ngerasa gak nyaman sama gua, gua tau mungkin setelah ini kita bakalan gak kaya dulu lagi, gua cuma pengen lo tau aja sama perasaan gua. Gua takut kalo semakin gua tahan, dan pada akhirnya gua gak bisa sampein semua perasaan gua ke lo kalo gua saya-”

Seketika itu Sunghoon terdiam ketika Jongseong menarik dagunya dan mencium pelan bibir miliknya, sedikit terkejut tapi tidak bisa di pungkiri jika hatinya sekarang merasa tidak karuan.

Sunghoon menutup matanya, membiarkan Jongseong menciumnya dengan lembut.

Seperti sebuah effect dalam film romansa, Sunghoon merasakan bahwa jantungnya berdetup kencang dan mungkin saja ada banyak ribuan kupu-kupu dalam perutnya yang menari-nari dan berlari seraya ingin keluar dari perutnya.

“Sorry ya Hyun, gua nyusahin lo?”

Taehyun yang baru saja meletakan ponselnya menatap ke arah Sunghoon yang sedang terbaring lemah di ugd salah satu rumah sakit.

Tadi ketika mereka sedang pergi untuk membeli sesuatu sebelum Sunghoon pergi kerumah orang tua Jongseong, Sunghoon tiba-tiba mimisan lalu pingsan membuat Taehyun dan juga Beomgyu panik.

“Kayanya efeknya udah mulai jalan deh”

Beomgyu berkata, ia menatap sedih ke arah Sunghoon.

“Kemungkinan lo kaya gini karna Jungwon atapun Heeseung lagi dalam keadaan yang gak baik-baik aja, salah satu dari mereka bisa jadi sedang sakit”

Sambung Beomgyu dan Sunghoon hanya menghela nafasnya.

“Kalo cuma gua sih gak masalah, tapi gua gak mau kalo Jungwon ataupun Heeseung yang ngalami sakit”

Beomgyu menoleh ke arah Sunghoon, ia meraih tangan Sunghoon yang tidak di infus.

“Salah satu di antara gua ataupun Jungwon kemungkinan gak ada yang selamat. Gua takut Gyu”

Sunghoon mengigit bibir bawahnya, sedangkan Beomgyu menatap Taehyun.

“Lo sekarang istirahat aja ya, Jongseong bilang dia besok mau ke Seoul. Biar besok pagi lo udah ada di apartemen”

Sunghoon megangguk kemudian memelih untuk istirahat.

Taehyun dan Beomgyu berjalan menjauh dari Sunghoon.

“Kamu yakin kalo tatto Jongseong nyambung ke Sunghoon?”

Tanya Taehyun dan Beomgyu mengangguk kecil.

“Belum terlihat jelas, tapi kemarin waktu kalian manggung aku lihat tatto mereka sama”

Taehyun mengusap wajahnya kasar.

“Jadi satu-satunya yang bisa buat selamatin Sunghoon itu Jongseong?”

Beomgyu menggeleng pelan, ia tidak yakin.

“Kita harus bicarakan ini sama Jongseong nanti”