Pernyataan.
slight!yoshijae
Dalam hubungan persahabatan mustahil bila salah satunya tak menyimpan rasa lebih. Apalagi jika persahabatan hanya antara dua insan. Seperti Jihoon Aciel yang menyimpan rasa lebih dari sekedar sahabat pada Yoonbin Raditya.
Layaknya kebanyakan cerita fiksi yang dibaca, Jihoon memilih tuk menghiraukan serta menghilangkan rasa tersebut. Namun, hasilnya nihil. Bukannya menghilang, rasa itu justru semakin bertambah. Ya, bagaimana mau move on kalau orang yang disukai selalu menempel setiap hari. Jalan akhir yang dipilih ya.. menyukai dalam diam.
“Oit, nanti ikut?” Pertanyaan Yoonbin seketika membuat Jihoon kembali sadar pada dunia.
“Iyalah. Yakali dapet gratisan nolak.”
“Bareng mau?”
“Mau banget. Haduh, tentram banget idup gue hari ini. Gak keluar duit tapi perut kenyang, jalan juga oke.” Ucapan Jihoon membuat Yoonbin bergeming sebal. Tetapi, akhirnya ia hanya diam saja tak berkomentar. Malas mencari gara-gara, katanya.
Oh, omong-omong mereka diundang oleh Yoshi untuk acara makan-makan kecil guna memperingati hari jadi hubungannya dengan Jaehyuk yang ke-3.
“Pengen deh cowok gue nanti modelnya kayak Yoshi. Pasti tentram idup gue,” celetuk Jihoon.
“Gak modelan Yoshi juga bisa bikin lo hidup tentram kali. Sama gue contohnya.” Yoonbin menggerakkan alis naik-turun, bermaksud menggoda Jihoon.
“Beda lagi kalo lo mah.”
“Sialan lo Yoonbin, kalo ngomong gak mikir dulu,” batin Jihoon. Omongan sama isi hati emang beda begitu ya.
“Eh, tapi nanti berangkatnya agak duluan. Mau jalan dulu gitu. Lo oke?” Tawar Yoonbin.
“Yaelah. Jalan sama siapa lagi lo kali ini?”
“Sama lo lah dodol. Yakali gue ngajak lo bareng tapi gue tinggal jalan bareng orang lain. Gini-gini gue tau perasaan orang lain.”
“Iye dah, lo emang paling ngerti.”
Yoonbin menepuk-nepuk pelan kepala Jihoon, “anjing pintar.”
“Sialan. SINI LO!”
“AMPUNNN.”
Dan terjadilah aksi kejar-kejaran antara keduanya. Salah satu alasan mengapa Jihoon memilih memendam daripada mengungkapkan adalah takut jika Yoonbinnya berubah. Memang beberapa perubahan dapat membuat bahagia. Namun, jika perubahan itu terjadi pada oranh terdekat maka rasanya akan aneh. Perlu beberapa waktu untuk kita dapat beradaptasi dengan situasi dan sikap baru tersebut.
Pukul 13.00 WIB dua sejoli pengagum bintang sedang duduk di depan minimarket dengan eskrim cornetto oreo dimasing-masing tangan. Entah apa tujuan utamanya, yang pasti mereka hanya ingin menikmati keindahan langit siang dengan tangan bertaut serta makanan manis yang menghiasi lidah mereka.
“Hoon,”
“Hm?” Jihoon memutuskan pandangan kagum pada langit biru, dan beralih pada lelaki Raditya di sampingnya.
“SSK-D'Bagindas 1:37.”
“SSK? SSK apaan dah? Susuk? Lo mau guna-guna gue?”
Rencananya, Yoonbin ingin menyatakan perasaan ditengah kegiatan memakan eskrim. Tetapi, melihat Jihoon memandangnya lekat, serta senyum tipis yang menambah kesan manis membuat semua kata yang telah disusunnya pudar begitu saja. Gagal sudah kalau begini cerita.
“Gak. Gak jadi. Tuh, eskrim nya cepet dihabisin sebelum mencair.”
Jihoon hanya mengendikkan bahu tak acuh dan kembali melanjutkan aktivitas. Sedang Yoonbin sibuk menyusun kembali kata serta menetralkan detak jantung. Memang betul lirik lagu dari Suka Sama Kamu karya D'Bagindas yang berbunyi, ..jantungku berdebar saat kau menatapku. Bibirku terbungkam melihat senyummu.
“Ji,”
“Apalagi sih? Gak lihat gue lagi menikmati eskrim?” Jawab Jihoon sebal.
“Hehe sorry. Menurut lo suka sama temen itu salah gak sih?”
“Ya.. enggak? Kan rasa suka nggak bisa di-request jatuh ke siapa. Kalaupun bisa, pasti ada syarat ketentuan berlaku,” ujar Jihoon.
“Hmm.”
Jemari Yoonbin kini mulai berselancar ria pada ponsel miliknya. Membuka aplikasi hijau andalan lalu memainkan sebuah lagu. Suka Sama Kamu – D'Bagindas.
Dahi Jihoon mengernyit. Dalam hati bertanya-tanya, ada apa dengan sahabatnya ini? Namun lisannya enggan mengajukan pertanyaan. Jadi, ia hanya menikmati alunan lagu dari ponsel Yoonbin.
“Lo kenapa deh? Lagi suka sama orang apa gimana?” Akhirnya setelah beberapa menit, Jihoon bertanya.
Yoonbin mengangguk. “Iya. Suka sama lo.”
Mendadak pikirannya kosong. Otaknya tak dapat memproses. Raut terkejut ia suguhkan. Bahkan eskrim di tangan tak lagi ia pedulikan. Sebab pernyataan dari sang karib yang terlalu tiba-tiba baginya-
“Hah?” -dan berakhir mengeluarkan reaksi singkat seperti kebanyakan orang.
“Gak usah sok-sok an nggak ngerti gitu deh. Gue tau tingkat kepekaan lo dua ratus persen lebih tinggi dari orang-orang.”
“Bercanda ah. Masa iya lo suka gue?” Tanya Jihoon memastikan.
“Gue beneran.”
“Gini aja deh. Lo suka gue gak?” Lanjut Yoonbin.
“Ya.. suka...”
“Bagus. Sekarang gak usah pacaran, ribet. Yang penting kita tahu saling sayang, saling suka yang bener-bener suka. Nanti kalo abis lulus kuliah langsung lamaran, nikahnya kapan-kapan.” Jelas Yoonbin rinci.
“Dih, emang gue mau nikah sama lo?”
“Jelas mau. Kalo gak mau ya tinggal dipaksa,” jawab Yoonbin ringan.
“Enak aja main paksa-paksa.”
“Tapi, Bin,”
“Apalagi?”
“Bedanya suka yang bener-bener, sayang, sama cinta itu apa?” Jihoon mengajukan pertanyaan yang mengelilingi pikirannya sedari tadi.
“Gatau gue. Puyeng. Terserah lo mau anggap mereka sama, beda, saudara-an, kakak-adik, ataupun sama. Mendingan sekarang cepet abisin eskrim terus kita jalan ke tempat Yoshi. Udah jam setengah dua, loh,” ajak Yoonbin.
Jihoon bangkit lalu membuang bungkus eskrim di tong sampah minimarket. “Yuk!”
Duk.
Teng teng.
“Hoon! Tolongin!”
Jihoon berbalik saat mendengar namanya disebut. Terlihat bahwa Yoonbin sedang tidur tengkurap dengan kepala terbentur badan tong sampah alumunium.
“Haha kok bisa sih hahaha. Aduh, gue hahaha gak bisa berhenti hahaha. Lo haha kocak banget hahahahahaha.” Jihoon merupakan tipikal teman yang tertawa dulu baru menolong.
“Tolongin elah, sakit ini. Jangan ketawa mulu,” pinta Yoonbin sekali lagi.
Akhirnya Jihoon menuntaskan tawanya, dan bergerak mendekat kearah Yoonbin. Ia pinggirkan sedikit kursi dimana Yoonbin dan dirinya duduk tadi, sebab kaki sang karib tersangkut disana.
“Gimana bisa jatuh sih haha?” Tanya Jihoon masih dengan tawa.
“Kesandung. Diem lo, gausah ketawa lagi.”
Yoonbin segera membersihkan bagian pakaian yang sekiranya kotor. Dan kembali menautkan tangannya dengan Jihoon. Memasangkan Jihoon helm dan menyuruhnya naik ke atas motor. Keduanya pergi ke tempat Yoshi dengan perasaan gembira yang membuncah.
“Bin, love you.”
“Apaan tiba-tiba banget. Diatas motor lagi,” protes Yoonbin.
“Gapapa. Sengaja.”
“Jawab dong,” pinta Jihoon.
“Love yoo too. Aish, geli.”