hyukies

talk in the rain with d couple.

kim doyoung as dirga prayoga. bang yedam as damiel rayiman.

Kini Dirga terjebak dirumah sang kekasih setelah puas mengelilingi kota berdua. Awalnya Dirga berniat untuk pulang, tapi ternyata alam tidak menyetujui keputusan nya itu. Awan mendung berkumpul dan menutupi cerahnya langit, lalu menumpahkan air matanya. Ya, hujan deras datang mengguyur kota kecil tempat tinggal Dirga dan Damiel.

Ibu Miel menyuruh Dirga untuk menginap disini saja. Karena menurut perkiraan nya, hujan akan awet hingga larut nanti. Dengan senang hati Dirga menerima suruhan ibu Damiel.

Dan disinilah Dirga sekarang. Didalam kamar bernuansa abu-abu dengan langit-langit berwarna hitam gelap. Kamar milik Damiel Rayiman yang tercinta. Lebih tepatnya kamar miliknya juga. Dirga sudah berkali-kali menginap dikediaman Rayiman. Orang tua Damiel juga oke-oke saja selagi mereka tidak berbuat yang melebihi batas wajar. Bahkan, beberapa baju Dirga sengaja ditinggal dilemari milik Damiel.

Dirga membaringkan tubuhnya dikasur empuk, dilengkapi dengan Damiel disebelahnya. Segera saja ia rengkuh pinggang kakaknya, dan ia masukkan kedalam pelukannya. Hujan-hujan begini, enaknya berpelukan bukan?

“Untung aja tadi nggak pulang dulu. Coba kalo pulang, pasti kamu kehujanan sekarang” ucap Damiel membuka percakapan.

“Heem. Untung aja tadi dompet aku ketinggalan, coba kalo nggak? Besok pasti aku sakit.” Memang tadi dompet milik Dirga sempat tertinggal dimeja ruang tamu dan Dirga meminta Damiel untuk mengambilnya. Fyi, Dirga memiliki fisik yang lemah dan mudah sakit.

“Kak, hujan hujan gini enaknya flashback masa lalu sambil pelukan deh” ucap Dirga yang balas anggukan kepala oleh Damiel.

“Dulu, waktu pertama kita kenal lucu banget nggak sih? Pada saling malu malu gitu, haha gemes.”

“Bener. Sekarang malah nggak ada malu-malu nya” setuju Damiel.

“Waktu kamu nembak aku juga kocak banget tau, Dir” Miel mencoba memutar kembali ingatannya saat Dirga Prayoga menyatakan perasaan kepada dirinya.

Saat itu, Dirga adalah anak pendiam yang sangat ditakuti oleh seluruh murid sekolah. Terkecuali Damiel. Bukannya takut, Damiel justru menantang lelaki itu. Mengajaknya lomba makan oreo. Sangat kekanak-kanakan bukan? Tapi dari lomba itu lah, kisah kasih keduanya tercipta.

Semenjak lomba aneh yang diadakan oleh Damiel, Dirga menjadi pribadi lebih terbuka. Tidak sesuram dulu. Juga, mencoba menjadi lebih percaya diri. Menyatakan perasaan, contohnya.

Dua minggu pasca pertemuan aneh itu, Dirga meyakinkan diri untuk menyatakan perasaannya kepada kakak tingkat nya itu. Bermodal satu buket makanan ringan, dirinya sukses menjadi pasangan Damiel Rayiman. 21 Februari 2019, lelaki berbakat kesayangan para guru itu kini resmi menjadi miliknya.

“Aneh banget dulu kamu nembak pake jajanan gitu,” komentar Miel.

“Aneh-aneh gitu juga kamu terima.”

“Ya gimana ya, udah kelanjur suka sih. Apalagi waktu inget muka kaget mu pas aku tantang, itu lucu banget HAHA” ledek Damiel.

“Iya-iya, terserah mu” pasrah Dirga.

“Tau nggak? Kenapa orang-orang lebih suka anggur merah daripada anggur hitam? Padahal kebanyakan anggur hitam itu manis” pertanyaan aneh mulai muncul dari mulut Dirga.

Damiel memasang wajah kesal. Ia tidak suka diberi pertanyaan yang menggunakan perumpamaan seperti ini. “Nggak, emang kenapa?”

“Lagian nggak semua anggur hitam manis tau, Dir” protes Damiel.

“Kan kebanyakan sayang, bukan semuanya.”

“Yayaya. Jadi, kenapa?”

“Gatau sih, aku juga asal ngasih pertanyaan.”

Astaga, inilah kenapa dirinya sangat tidak menyukai jika Dirga sudah berbicara menggunakan perumpamaan.

“Untung aku sayang sama kamu ya, Dir. Coba kalo nggak,” balas Damiel sedikit emosi.

“Haha, maaf.”

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Baik Dirga maupun Damiel saling larut dalam hangatnya pelukan. Terhitung hampir setiap hari mereka berpelukan seperti ini, tapi entahlah kali ini rasanya sedikit berbeda. Mungkin efek dari nostalgia mereka tentang dua tahun yang lalu tadi.

Dirga mencari kenyamanan lalu mengelus-elus punggung Damiel. “Kak, tau nggak? Dulu aku sempet pengen mutusin kamu tau.”

Seperti dugaannya, Damiel terkejut bukan main. Bahkan sampai melepas pelukan mereka. Tidak lupa mata melotot sebagai pelengkapnya.

“Kamu.. serius?”

태풍이 몰아쳐도 Bahkan jika topan melanda

Dirga mengangguk, “iya. Aku dulu sempet di ejek nggak pantes buat jadi pacarmu. Kamu terlalu emas buat aku yang alumunium, haha. Tapi aku nggak nyerah.”

비바람이 불어도 Sekalipun hujan dan angin bertiup

“Aku juga sempet dibully, sebentar doang sih. Ya, tapi tetep aja membekas banget buat aku. Mereka bilang aku itu cuman benalu buat kamu. Aku nyusahin kamu. Aku nggak pantes ada di samping kamu.”

Dirga melirik Damiel sebentar, dengan segera ia meraih tubuh mungil kekasihnya itu. Kembali dibawa ke dekapannya. Ia tahu, kakaknya ini sedang menahan tangis. Damiel tidak protes, dirinya memang membutuhkan dekapan hangat milik Dirga.

너와 나 언제나 우리일 테니 Kamu dan aku Akan selalu menjadi kami

“Awalnya aku mau nyerah, kak. Jujur aja aku capek. Banget malah. Tapi tiap aku mau nyerah aku inget senyum kakak, inget wajah bahagia kakak. Aku jadi mikir, nanti kalo aku nyerah, kakak pasti bakal sedih. Senyum kakak pasti bakal hilang. Dan aku, bakal jadi penyebab hilangnya senyum kaka, kalo misal aku beneran nyerah.”

Sekuat apapun Damiel menahan tangisnya, pada akhirnya akan jatuh juga. Damiel membayangkan betapa menyakitkan omongan orang yang Dirga terima saat itu. Pasti berat melewati masa-masa itu sendirian. Terlebih lagi, dirinya baru tahu setelah 2 tahun menjadi pacar Dirga Prayoga. Pacar macam apa dia ini.

고마워 Terima kasih

“Dirga.. makasih.”

(Thank you for being on my side) (Terima kasih telah berada di sisiku)

“Makasih udah mau bertahan. Makasih udah milih tetep bareng sama aku. Maaf, gara-gara aku kamu jadi nerima banyak komentar buruk. Sekali lagi, makasih udah mau terus disamping aku, Dirga.”

너와 함께 걸어갈 수 있어서 Aku bisa berjalan denganmu

“Hei, kamu nggak salah. Jangan minta maaf,” Dirga mengusap air mata Damiel. “Aku harusnya yang berterima kasih sama kamu. Dari kamu, aku belajar gimana kerasnya dunua pendidikan. Dari kamu, aku bisa menjadi pribadi yang terurus dan rajin. Dan dari kamu, aku nggak ngerasa sendirian lagi. Aku punya kamu buat aku ajak ngelewatin kejamnya dunia.”

(Thank you for being on my side) (Terima kasih telah berada di sisiku)

“Terimakasih juga buat kamu, Damiel. Makasih udah mau sabar ngadepin candaan aku yang garing krius nyes. Makasih udah mau ngajarin anak pemalas dan urakan ini menjadi pribadi yang lebih baik. Terimakasih sebanyak-banyaknya, dari Dirga Prayoga untuk Damiel Rayiman.”

Mata Damiel kembali menurunkan air mata. Ah, memang ya, Dirga Prayoga selalu bisa membuat dirinya menangis terharu.

힘든 세상 서로 기댈 수 있어서 Karena kita bisa bersandar pada satu sama lain di dunia yang sulit

“Udah ah, jangan nangis mulu, jelek” ledek Dirga.

“Kamu yang bikin aku nangis tauuuu” kesal Damiel, lalu dengan segera ia menghapus air matanya.

“Tetep bareng sama aku ya, Dir? Ini lebay tapi kenyataan, aku nggak tau gimana nantinya kalo nggak ada kamu disamping ku. Aku orangnya gampang kepikiran, semua yang belum aku lewati udah aku pikirin dulu. Dan berakhir aku nggak berani buat maju. Tapi, tiap aku lagi kepikiran dan takut, selalu ada kamu yang ngasih aku semangat. Ada kamu yang bilang kalo kedepannya bakal baik-baik aja, dari kamu juga aku bisa dapet kekuatan. Tetep sama aku ya, Dir. Dunia kedepannya bakal lebih kejam dari ini, dan aku butuh kamu buat ngelewatin semua itu.”

“Aku nggak janji bakal terus bareng kamu, tapi aku bakal berusaha biar aku selalu ada disamping mu” jawab Dirga.

Dirga dan Damiel, keduanya saling melengkapi dan menyayangi. Dirga membutuhkan Damiel untuk melewati kerasnya dunia seperti tanaman yang selalu membutuhkan sinar matahari. Begitu juga dengan Damiel yang juga membutuhkan Dirga dalam kehidupannya. Semoga Dirga dan Damiel tetap bersama hingga kakek-nenek serta selalu bahagia.

— end.

nb : jika ada kritik, saran, atau yang lainnya https://curiouscat.qa/jaydenies

Asahi

Hampir 20 menit Mashiho menunggu kedatangan Asahi, akhirnya yang ditunggu sampai juga. Lengkap beserta sang penjemput, Haruto yang kini sedang memamerkan senyum lima jarinya setelah merasa ditatap sinis oleh Mashiho.

“Lama,” protes Mashiho dengan wajah sembab karena menangis.

“Macet.”

“Alasan. Kalo macet, kenapa bisa foto bareng duluan?”

“Lo gak pinter boong, ru.” Bisik Asahi pelan.

Haruto mengangguk, “mana bisa gue bohong ke kak Mashi.”

“Bucin.”

“Jadi, ada apa, kenapa, bagaimana Tuan Mashiho yang terhormat?” tanya Asahi sedikit bergurau.

“Sini, ayo ikut ke kamar ituuu,” Mashiho menarik tangan Asahi menuju kamar kecil dipojok toko tantenya itu.

Yang ditarik hanya pasrah saja. Haruto juga tidak berniat mencegah ataupun mengikuti. Nanti kalo udah siap cerita ke gue, kaka Mashi juga bakal cerita. Begitu pikir Haruto.

“Duduk dulu, gue mau minum.” suruh Mashiho setelah menutup pintu kamar.

Asahi mengangguk, “lo kenapa nangis?”

“Kaget.”

“Hah?”

“Ya, kaget. Tadi gue liat warna oranye, lagi. Berakhir hilang juga tapi” Mashiho mulai bercerita.

Terkejut, tentu saja itu yang dirasakan Asahi sekarang. Jalan takdir temannya ini mengapa sangat rumit? Mereka sudah bertemu, dua kali lagi. Tetapi mengapa warnanya tidak pernah kekal dan selalu pudar?

“Gue pusing waktu lihat matanya. Terus dia keluar dari toko, gue juga gatau apa yang dia rasain. Gue udah jatuh duluan, untung aja ada Haruto nangkep gue. Waktu itu gue belum sadar sama apa yang lagi kejadian. Pusing gue udah mulai reda, gue mulai coba ngebuka mata. Dan lo pasti tau gimana lanjutannya.”

“Oke. Udah selesai?”

Mashiho menggeleng, “belum. Gue liat keluar sebentar, buat nginget wajahnya. Tapi waktu gue liat keluar dia udah nggak ada, kata Haruto sih dia udah pergi. Yaudah, gue nggak peduli in dia dulu. Gue balik liat tembok sama sekitaran toko, cantik banget. Hampir 5 menitan gue ngelihat, tiba-tiba warna nya pudar. Balik lagi ke hitam putih. Gue nangis, gue bingung, sebenernya gue kenapa, Sahi?”

“Soulmate lo nggak percaya sama adanya mate. Cerita lo mirip kayak cerita Jaehyuk waktu gue sempet ragu sama soulmate. Bedanya, mate lo lebih keras kepala,” jelas Asahi.

“Apa yang harus gue lakuin?”

“Gatau. Bingung.”

“Ah, lo nggak ngebantu banget.” Keluh Mashiho frustasi.

“Ya, maaf. Btw, lo tahu nama dia nggak?”

“Kalo nggak salah, namanya.. Junkyu?”

Asahi.

Holieushkwkksks

#@jeolysh.

#@jeolysh.

&&&&&&kaoskossksk&&&&&

###@jeolysh###

Asahi.

######@jeolysh.

Cafe serta kejadian aneh lainnya.

Kedatangan Haruto di tokonya membuat seluruh fokus Mashiho hilang. Mashiho terlalu senang ketika adiknya itu kembali, jadi dengan senang hati dirinya mendengar kan celoteh panjang lebar Haruto. Hingga ia melupakan sekumpulan cupcake pesanan yang sebentar lagi akan diambil oleh sang pemesan.

Asik bercerita, tidak sengaja mata hitam Haruto menangkap beberapa cupcake berbaju namun tak berhias. Pasti kakaknya itu lupa dengan pesanan karena mendengarkan ceritanya, begitu pikirnya.

“Kak, lo ada pesenan cupcake, ya?” tanya Haruto.

“Heem, ada. Katanya sih diambil jam— OH YA TUHAN KOK UDAH JAM DUA BELAS?? 30 MENIT LAGI CUPCAKE NYA DIAMBIL. ADUH GIMANA GUE BISA LUPA SIHHH!” kesal Mashiho ketika dirinya melirik jam dinding di tokonya yang sudah menunjukkan waktu pukul 12 siang tepat.

Dengan terburu-buru Mashiho beranjak dari duduknya tadi. Bergegas berlari ke dapur dan mencari bahan-bahan untuk menghias cupcake coklat itu.

“Kak, tenang. Masih ada waktu 30 menit, lagian pesenan nya dikit juga kan. Jangan cepet-cepet nanti rasanya nggak enak” nasehat Haruto.

“Ssstttt, lo diem, duduk, main hp aja.”

Oke, Haruto akan menuruti nya. Mashiho jika sudah panik tidak dapat ditahan, ia akan melakukan seluruhnya dengan terburu-buru. Daripada menciptakan keributan, Haruto memilih untuk menuruti saja.

25 menit berlalu

Akhirnya, 10 cupcake yang awalnya polos tanpa hiasan, kini sudah rapi memakai baju dan memiliki riasan. Siap untuk dinikmati sang pemesan!!

Senyum Mashiho mengembang, pesanan terakhir hari ini sudah selesai. Dirinya bisa beristirahat untuk sementara waktu sebelum pesanan pesanan datang menghampiri nya.

krincing

Bunyi lonceng diatas pintu berbunyi, pertanda ada yang datang ke toko tersebut.

“Halo. Saya mau ambil pesanan cupcake saya,” ujarnya.

“Atas nama Junkyu, betul?” tanya Mashiho tanpa menatap mata pembelinya itu. Sebab, matanya masih fokus menghias kue kue kecil untuk dijualnya.

“Betul.”

“Sebentar, saya ambilkan dulu kotaknya,” Mashiho segera menghentikan kegiatan menghiasnya lalu berjalan menuju tempat dimana ia menyimpan kotak pesanan tersebut.

“Ini pesanannya, kak.” Mashiho menyerahkan kotak berisi 10 cupcake coklat lengkap dengan baju dan riasan yang cantik. Dan untuk pertama kalinya, dirinya menatap mata hitam milik pembeli itu.

Junkyu pun sama. Dirinya tenggelam dalam tatapan pada sosok mungil didepannya ini. Tiba-tiba Junkyu merasa pusing, sama seperti saat dirinya menolong si pembeli milkshake coklat di tempat kerjanya.

Dunia berputar, semua benda melayang, keseimbangannya tidak stabil. Itulah yang dirasakan Mashiho dan Junkyu sekarang. Haruto yang merasa kakaknya akan jatuh segera menghampiri dan bertanya,

“Kak mashi, lo gapapa?” terlihat jelas bahwa Haruto khawatir.

Menghiraukan dua pemuda yang sedang berbincang, Junkyu segera mengambil plastik berisi cupcake nya dan berlari keluar. Silau matahari menyapa indra penglihatannya. Dan, apa itu? Mengapa sangat asing dimatanya? Biasanya Junkyu melihat warna langit hitam putih, mengapa sekarang berbeda? Tunggu, inikah yang disebut warna biru?

Tidak. Tidak mungkin. Dirinya pasti sedang bermimpi. Bagaimana bisa tiba-tiba dirinya melihat warna biru, setelah bertahun-tahun hidup tanpa warna indah ini? Apakah soulmate yang dimaksud oleh Jihoon itu benar-benar ada?

“Nggak mungkin. Gue pasti lagi ngayal,” gumam Junkyu pelan.

Junkyu menutup matanya sebentar. Mencoba memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri.

“Loh, hilang? Berarti beneran gue lagi ngayal tadi” ucapnya setelah membuka mata. Warna asing tadi menghilang, langit kembali menjadi hitam putih. Sehingga Junkyi menyimpulkan bahwa dirinya sedang menghayal.

Sementara itu, di toko Mashiho masih belum mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Matanya mengerjap pelan, mencoba membiasakan dengan hal asing. Tidak, bukan asing. Ini adalah warna orange. Warna yang selalu ia idam-idamkan. Warna yang selalu ia lihat sepanjang hidupnya.

“H-haruto..”

“Iya, kak? Mau apa? Mana yang sakit? Perlu ke rumah sakit? Atau mau gue panggilin mama sama kak asa?” tanya Haruto beruntun.

“Nggak,” tolak Mashiho.

“Cantik..”

“Apanya yang cantik, kak?”

“Temboknya.”

Haruto menatap sekelilingnya, ini hanya tembok biasa yang berwarna oranye. Apa yang cantik dari tembok ini? pikir Haruto.

“Huh? Itu cuman tembok polos warna oranye doang, kak. Apa yang cantik?”

Mashiho tak menanggapi pertanyaan Haruto. Ia hanya fokus menatap sekelilingnya dengan mata penuh binar. Cantik.

Mashiho menutup matanya sebentar, dan kembali membukanya lagi. Kemana hilangnya warna cantik itu? Mengapa kembali hitam putih?

“Hilang.. hilang.. HILANG!” teriak Mashiho panik.

“Kak, apa yang hilang? Tenang hei, gue ikutan panik. Coba cerita pelan-pelan,” tenang Haruto.

“Haruto.. hilang.. warna.. hiks” tangis Mashiho pecah. Dia kehilangan warna cantik itu untuk kedua kalinya. Apa yang salah dengan dirinya? Apa yang harus dilakukan nya agar warna itu abadi di matanya?

Kafe dan si pegawai.

Mashiho menghentikan langkahnya didepan kafe sederhana. Netra nya menyapu ke seluruh bagian luar kafe, cukup menarik. Tanpa berlama-lama lagi, kakinya kembali melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam kafe.

Dirinya disambut dengan senyum manis para pegawai. Tidak lupa, Mashiho menatap seluruh mata para pekerja yang ada di hadapannya. Siapa tahu soulmate nya ada disini 'kan? Semua mata pegawai sudah Mashiho tatap, tetapi dirinya tak merasakan pusing atau ciri-ciri lain. Mungkin mate nya tidak ada disini, Mashiho harus mencoba di tempat lain.

“Silahkan, mau pesan apa kak?” tanya pelayan ramah.

“Milkshake coklat aja 1, ya” jawab Mashiho setelah melihat-lihat menu yang ada.

“Baik, silahkan duduk dulu kak. Nanti pesanan kakak akan diantar ke meja kakak.”

Mashiho mengangguk dan segera mencari tempat duduk yang cocok.

Hampir 8 menit lamanya ia menunggu, akhirnya pesanannya siap untuk disantap.

“Ini milkshake coklat yang dipesan” pegawai itu menyodorkan milkshake coklat pesanan Mashiho, dan cepat-cepat ingin kembali. Tetapi Mashiho menahannya.

“Tunggu,”

Mashiho menatap manik sang pegawai sebentar. Tiba-tiba dirinya merasa pusing, tapi Mashiho masih bisa mengontrol dirinya.

“Terimakasih.” ujar Mashiho setelah merasa pusing nya sedikit hilang.

“Pusing?” pegawai itu mengajukan pertanyaan saat melihat tangan Mashiho memijit pelipisnya sendiri.

“Sedikit.”

Pegawai itu dengan sigap mengambil minyak angin di sakunya, lalu mengoleskan ke pelipis Mashiho.

“Maaf lancang” ucap sang pegawai setelah selesai mengoleskan minyak angin.

“Gapapa, makasih ya” Mashiho memberikan senyum manisnya.

Pegawai tersebut mengangguk lalu pamit kebelakang untuk kembali bekerja. Mashiho hanya mengangguk sebagai jawaban, karena jujur saja sakit di kepalanya masih belum menghilang.

Oh, tunggu. Warna apa yang dilihatnya itu? Sangat asing baginya. Sebelumnya hiasan bunga diatas meja tadi berwarna hitam putih di matanya, dan sekarang menjadi berwarna..?

Pembeli pertama.

krincing

Bunyi lonceng terdengar sangat nyaring, pertanda bahwa ada pembeli yang datang. Segera saja Mashiho meletakkan ponselnya dan memasang senyum manis untuk menyambut pembeli pertama, bagi dirinya.

“Selamat datang, silahkan duduk dan pilih kue yang ingin anda beli” sambut Mashiho ramah.

Pembeli itu mengangguk tetapi matanya hanya fokus ke arah ponselnya dan berkata, “Yang biasanya, kak. Kotak isi 6 aja tapi.”

Mashiho mengerutkan keningnya, menunjukkan bahwa dirinya tidak mengerti apa yang dimaksud ucapan 'biasanya' dari sang pembeli.

“Maaf, kak. Saya karyawan baru disini, jadi tidak tahu apa yang kakak maksud dengan biasanya. Boleh kakak jelaskan?” pinta Mashiho sedikit tidak enak.

Pembeli itu mendongak, menatap wajah manis Mashiho. Matanya berkedip cepat, serasa tidak percaya ada manusia yang selembut dan semanis Mashiho. Pembeli itu adalah, Park Jihoon.

“Eh, maaf ya tadi gak lihat wajahnya dulu”

“Santai aja. Kayaknya kakaknya udah langganan ya disini?” Mashiho mulai bertanya, hanya untuk sekedar basa-basi.

“Iya, udah langganan kesini. Pantesan tadi suaranya agak beda, ternyata karyawan baru”

“Ah ya, lupa. Perkenalkan, saya Mashiho. Karyawan baru sekaligus keponakan dari pemilik toko kue ini”

“Salam kenal, Mashiho. Gue Jihoon, santai aja gausah baku baku banget” Jihoon turut serta memperkenalkan dirinya.

“Oke, Jihoon. Jadi, mau beli apa?”

“Cupcake cokelat 6 ya, Mashi. Krim nya 1 strawberry, 2 oreo, 1 vanilla pake wafer diatasnya, 1 vanilla diguyur coklat dikasih Cherry. Pake kotak yang isi 6 kayak biasa” jelas Jihoon sambil melihat buku menu.

“Sip, tunggu bentar ya”

“Tuhan, gue boleh minta soulmate modelan dia gak sih? Atau dia aja yang jadi soulmate gue gitu, boleh gak? Manis banget gue gak kuat..” batin Jihoon.