write.as/jeongwooniverse/

Percaya


“Ayo.” Ucap David yang baru saja sampai didepan lab.

Dinda masih memakai jas putih dan membawa beberapa peralatan lab yang masih bertengger di tangannya. Gadis itu masih diam.

“Itu jas nya mau dipake terus? Kita mau makan loh Din.”

Dengan malas, Dinda menanggalkan jas lab nya hingga terlihat baju kemeja berwarna mocha yang ia gunakan dipadu dengan kulot berwarna putih. Rambut yang sebelumnya dikuncir, digerai kembali.

“Mau kemana emangnya?”

“Ikut aja.”

David menarik tangan Dinda lembut membawa gadis itu kedalam mobilnya.

Hening merayap memenuhi mobil mercedes metalik itu. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Baik Dinda, maupun David larut dalam pikiran mereka masing-masing.

David menggerakkan tangannya ke arah tape untuk menghidupkan musik. Terdengar lantunan dari suara merdu 12 orang penyanyi asal Korea Selatan yang menyanyikan lagu bergenre ballad yang menenangkan.

Sejujurnya, David tidak terlalu suka boyband kpop. Tapi dulu, saat awal-awal mereka berpacaran, Dinda sangat sering memutar lagu-lagu dari boy group yang David ketahui bernama Treasure hingga akhirnya mau tidak mau David juga mengikuti Alunan musiknya. Bahkan beberapa kali David dipaksa untuk mengikuti konser mereka saat mereka datang ke Indonesia.

Meskipun begitu, kadang David juga berpartisipasi membelikan merchandise juga album untuk Dinda. Karena ketika Dinda mendapatkan barang-barang itu, mood Dinda langsung meningkat hingga membuat David semakin senang.

“Kenapa?” Tanya Dinda yang semula terdiam.

David menoleh ke arah Dinda. Beruntung sedang lampu merah, jadi lelaki itu bisa bercakap sesaat dengan gadisnya.

“Kenapa lagu slowmotion? Itu kan lagu lama, udah dari 5 tahun lalu.”

David tersenyum.

“Kalo dipikir-pikir itu lagu mereka pas awal-awal debut kan?”

Dinda mengangguk.

“Berati pas masa-masa kita baru aja jadian, wah lama juga ya Din.”

Dinda tidak menjawab.

“Gue baca arti liriknya, kaya gimana kalian para fans berjuang dari awal secara perlahan bersama mereka. Sampai mereka sukses. Bener ga sih gitu maknanya?”

“Kurang lebih gitu sih.”

“Din, coba lo liat deh. Sekarang boyband favorite lo udah sukses besar, dan jadi nomor 1 dimana-mana. Menurut lo kenapa mereka bisa gitu?”

“Ya karena kami sebagai fans percaya bahwa mereka bertalenta, they're gonna be big and be a a king someday makanya kami dukung mereka dengan cara apapun. Begitu juga mereka selalu percaya dengan kami, mereka selalu bekerja keras untuk memberikan karya-karya mereka. Treasure itu selalu punya sesuatu yang baru untuk ditampilkan dihadapan fans nya.” Jelas Dinda.

David mengangguk-angguk sembari tersenyum. Dinda-nya selalu bersemangat kalau bercerita tentang Treasure.

David lalu menggenggam lembut tangan Dinda.

“Sama juga kaya hubungan kita Din.”

Dinda terperanjat. Jantungnya berdebar kencang, seolah ada listrik yang menyetrum tubuhnya. Sudah lama sekali, mereka tidak berpegangan tangan.

“Kalau kita percaya satu sama lain. Kita juga bakal bisa menghadapi apapun kedepannya-”

“Gue minta satu hal aja, percaya sama gue. Gue gak akan pernah bohongin lo.”

“Maaf ya Din, untuk yang kemarin.”

Hati Dinda menghangat, ia tersenyum lembut dan menggenggam tangan David yang juga menggenggam tangannya.

“Gue juga minta maaf ya Dav.”

@.bae

Tempat Chiara Berada


Hari dimana Chiara di jemput dengan Ayahnya sebenarnya memiliki cerita lain.

Pagi itu Chiara turun membawa koper kecil miliknya. Namun ketika sampai di bawah, bukan ayahnya yang ditemukan, namun Woonyoung yang berdiri di depan sebuah mobil sedan berwarna putih.

“Woonyoung? Lo ngapain?” Tanya Chiara kebingungan.

Woonyoung menarik tangan Chiara pelan dan menuntunnya masuk kedalam mobil sedan putih tersebut dengan gerakan was-was.

“Ikut gue Chia, gue bakal bawa lo ke tempat aman.” Ucap Woonyoung.

Chiara menolak “gue udah janji bakal pulang ke desa dengan ayah. Dan lo-”

“Bukannya lo ikut pertukaran pelajar ke belanda?” Tanya Chiara kebingungan.

“Ayah lo, keluarga lo udah kami amankan di tempat yang gak diketahui siapapun. Sekarang yang penting lo ikut gue.” Ucap Woonyoung meyakinkan.

“APAAN SIH.” Chiara menghempaskan tangannya yang dicekal Woonyoung.

Gadis itu terlihat bingung sekaligus marah karena tidak tahu situasi yang sedang terjadi.

Woonyoung menghela nafas. Ia kemudian memperlihatkan sebuah kartu nama kehadapan Chiara dan membuat gadis itu tercengang.

Disana tertulis bahwa woonyoung merupakan anggota dari badan intelijen negara.

“Ayo ikut gue, dan gue akan ceritain segalanya.”

Chiara masih meragu, namun hatinya ingin percaya. Terlebih woonyoung sudah ia kenal lama.

Pertahanan dirinya goyah, Chiara ikut masuk dengan Woonyoung kedalam mobil. Entah apa yang terjadi selanjutnya, Chiara berharap ia menemukan kebenarannya.

Sebelum meninggalkan kos Chiara, woonyoung menampilkan gambar seorang lelaki didalam sebuah mobil crv berwarna putih. Mobil tersebut merupakan mobil yang selalu Chiara lihat terparkir didepan kosnya dan Chiara sadar itu.

“Mobil ini, mata-matanya golden blood. Mereka udah melacak keberadaan lo semenjak 2 tahun yang lalu. Mereka udah mengincar lo dari lama. Dan nanti malam, mereka udah berencana untuk menculik lo.” Cerita Woonyoung.

“Hah? Apaan? Golden blood siapa? Mata-mata buat apa? Emangnya gue ngapain sampe di mata-matai?”

“Gue tau lo bakal gak percaya. Tapi apa yang gue ceritain selanjutnya adalah kebenaran Chia. Gue disini sebagai pihak yang bakal melindungi Lo.”

Chiara memijit keningnya. Belum mendengar ceritanya saja Chiara sudah pusing.

Woonyoung memulai ceritanya. Chiara masih mendengarkan dengan seksama. Segala cerita Woonyoung ia coba cerna dengan baik meskipun semua ceritanya terdengar seperti alur sebuah novel fiksi.

“Gue gatau harus percaya atau enggak. Gue bingung.” Ucap Chiara bingung.

Woonyoung menampilkan sebuah gambar yang menunjukkan tangan mungil seorang bayi yang mempunyai tanda lahir berbentuk petir. Chiara terkejut karena antara bayi itu dan dirinya mempunyai tanda lahir yang sama.

“Mereka udah tau bahwa lo adalah cucu Fernando yang merupakan pemilik tambang intan terbesar di Indonesia. Dan mendapatkan lo, sama dengan memberikan aset negara dengan cuma-cuma.”

“Memang tambang intan itu milik kakek lo. Tapi 3% nya selalu disumbangkan untuk negara. Bahkan kakek lo berjasa dalam menangani krisis moneter dulu.”

Oke, Chiara mencoba percaya. Tapi, mengapa Ayah dan ibunya tidak pernah mengatakan hal ini? Lalu mengapa Woonyoung membantunya?

“Kenapa sampai BIN yang turun tangan? Kenapa kalian mau membantu gue?”

“Karena sebelum kakek lo meninggal dibunuh oleh pemimpin Chizu sebelumnya yaitu ayah dari golden blood, kakek lo ngasih pesan secara rahasia kepada kami untuk melindungi lo. Karena dia tahu kalau Chizu gak bakal berhenti sampe mereka dapet apa yang mereka mau.”

Chiara paham sampai disini. Intinya dia adalah seorang keturunan dan ahli waris dari pemilik tambang intan terbesar di Indonesia. Dan kelompok Chizu merupakan mafia tambang yang ingin mencuri kekayaan milik keluarganya itu. Karenanya, situasi Chiara saat ini sangat tidak aman dan terancam dalam bahaya.

“Golden blood itu siapa?”

“Mantan lo.”

Mata Chiara terbelalak. “Haruto?”

Woonyoung mengangguk. “Selama 2 tahun ini dia manfaatin lo Chia.”

“Anjing! Selama ini bodoh banget gue.”

Kali ini mereka tiba disebuah gedung tua tak terpakai, namun mempunyai rooftop yang sangat luas. Woonyoung menuntun Chiara untuk naik sampai ke atas gedung. Disana sudah terparkir sebuah helikopter berwarna putih.

“Kita harus pergi ke tempat yang tidak bisa dijamah oleh golden blood.”

Chiara mengangguk paham. Ia menurut kepada Woonyoung mengingat nyawanya sedang terancam.

Life Goes On

Now playing: Life Goes On – Bts


Satu bulan kemudian.

Eoneu nal sesangi meomchweosseo Suatu hari dunia terhenti Amureon yegodo hana eopsi Tanpa satu peringatan apapun

Travis apa kabar?

Gue- Gue masih gak baik-baik aja.

Sepi Vis gaada lo. Dunia seolah gak seru lagi untuk ditinggali. Dunia seolah berhenti berputar.

Atau, waktu gue yang berhenti berputar?

Semuanya terasa terlalu tiba-tiba Vis.

Tiba-tiba gak ada lagi yang gedor-gedor kamar gue suruh pesan gopud tengah malem.

Tiba-tiba gak ada lagi yang ngalahin gue pas mabar.

Tiba-tiba rumah jadi tempat yang paling gue hindari.

Baljagugi jiweojin geori Jejak kaki yang terhapus di jalan

Yeogi neomeojyeoinneun na Di sini, ada aku yang terjatuh

Kehilangan lo berdampak besar bagi kehidupan gue.

Lo mungkin bakal jijik dengarnya, tapi gue ngerasa separuh dunia gue udah lo bawa pergi.

Ibarat kaki kalau hilang satu, lo bakal terjatuh pas lagi jalan.

Honja gane sigani Waktu yang berlalu dengan sendirinya Mianhae maldo eopsi Tanpa ucapan maaf

Udah sebulan, gue ngapain aja ya selama ini Vis?

Ah iya, gue lupa. Waktu gue udah berhenti. Jadi waktu yang berjalan udah gaada artinya lagi bagi gue.

Vis, sumpah. Lo bakal jijik dengernya.

Tapi gue kangen.

Gue pengin nimpuk lo pake Hape karena gue selalu kalah pas mabar.

Gue pengin nyuri komik sinchan lo karena kalo lo baca komik lo gamau diajak main.

Gue-

Gue pengin lo balik Vis.

Kemarin sidang putusan untuk iblis-iblis yang ngebunuh lo keluar.

Mereka cuma dihukum penjara seumur hidup.

Anjing banget ga sih hidup ini Vis?

Lo yang harus mengorbankan hidup lo, untuk memberi pelajaran berharga sama mereka.

Nanti kalo tiba-tiba mereka tobat pas di penjara, terus mereka gajadi masuk neraka gimana Vis? Lo yang rugi kan jadinya.

Like an echo in the forest 

Haruga doraogetji Hari itu akan kembali

Amu ildo eopttan deusi Seperti tak ada yang terjadi

Yeah life goes on

Tapi tau gak lo? Setelah denger keputusan hakim kemarin. Gue langsung ngerasa bahwa gue punya tujuan hidup di dunia ini.

Gue melihat setitik cahaya yang bisa gue genggam, setelah sekian lama.

Gue akhirnya bisa merasakan waktu gue kembali berjalan.

Selama bajingan-bajingan itu masih hidup, gue punya kesempatan untuk bikin mereka sengsara Vis.

Gue langsung terpikir, setelah lulus SMA gue mau ambil jurusan hukum.

Gue mau jadi Hakim.

Gue gak bakal biarin ada Travis-Travis yang lain diluar sana.

Gue gak bakal biarin ada orang-orang yang harus kehilangan dunianya sama kaya gue.

Doain gue ya.

Gue bakal berhenti menyesali kepergian lo mulai sekarang, karena gue tahu lo sekarang udah bahagia sama papa mama kan?

Gue, bang Danny, dan mama Asuh kita Mama Tia baik-baik aja Vis.

Gue izin ya Vis. Izin untuk gak berlarut-larut dalam kesedihan karena kehilangan lo.

Gue izin untuk membuka lembar baru dan membiasakan kehidupan gue tanpa ada lo.

Semoga lo bahagia disana. Sering-sering pantau gue ya dari sana.

Selamat Jalan. Travis.

Meomchweoitjiman eodume sumji ma Berhenti lah tapi jangan bersembunyi dalam kegelapan

bicheun tto tteooreunikkan Karena cahaya akan kembali lagi

End.

@.bae

Semesta Jo Runtuh.


Hancur.

Hati Jonathan hancur bersama dengan semestanya, setelah mendengar kabar buruk mengenai saudara kembarnya Travis.

Tepat 2 jam lalu mereka saling mengirim pesan satu sama lain, namun kini ia melihat tubuh Travis di selimuti kain putih dan dipapah kedalam ambulan.

Tidak, ini tidak benar.

Bukankah mereka baru saja merencanakan untuk membeli sepatu bersama?

Bukankah mereka ingin menonton anime kesayangan mereka yang akan tayang di bioskop minggu ini?

Bukankah Travis ingin dibelikan Ps keluaran terbaru jika peringkatnya meningkat?

Bukankah mereka ingin belajar taekwondo sepulang sekolah?

Bukankah-

Ah, Jonathan mendadak buntu. Rencana-rencana itu hanya akan menjadi angan yang tak akan tergapai selamanya. Hatinya pilu melihat apa yang menimpa saudara kembarnya. Lelaki itu bahkan tidak sanggup bertumpu lagi pada bumi yang ditempati.

“Jo. Mau ikut ke rumah sakit?” Tanya bang Danny menepuk pundak Jonathan yang kini sudah tidak dapat menangis lagi karena airmata nya sudah mengering.

“Kalau enggak, mau pulang aja?” Tanya bang Danny lagi. Tapi Jo masih tidak menjawab.

“Bajingan-bajingan yang mendorong Travis udah ditangkep. Mereka akan diproses melalui jalur hukum dan dipastikan mendapat hukuman seberat-beratnya.”

“Anjing!” Umpat Jonathan.

Matanya memerah karena emosi. Ia menatap Danny dengan tatapan tajam dipenuhi dengan amarah yang menggebu-gebu.

“APA PROSES HUKUM ITU BISA BIKIN TRAVIS HIDUP LAGI?! APA DI PENJARA BIKIN MEREKA MERASA BERSALAH?! MATA DIBALAS MATA! NYAWA DIBALAS NYAWA! APA PERLU GUE BUNUH MEREKA JUGA BIAR MEREKA LANGSUNG MASUK JAHANAM?! HAH!?”

Danny menatap adiknya iba. Hatinya juga begitu terpukul mendengar kematian Travis. Ia merasa gagal sebagai seorang abang saat ini. Langitnya runtuh bersamaan dengan hatinya yang juga melebur. Tapi, jika ia ikut bersedih dan mengikuti emosinya saat ini, ia tidak bisa menjadi penenang bagi Jonathan.

Danny menekan emosinya hingga lelaki itu terlihat baik-baik saja. Namun, sesungguhnya lelaki itu terluka didalam. Danny benar-benar ingin membunuh iblis-iblis yang telah membunuh adiknya. Tapi, sekali lagi. Jika ia juga tidak bisa mengendalikan emosi, ini akan menjadi bumerang bagi dirinya dan Jonathan.

Kini Jo terisak kuat sembari memukul dadanya berulang kali. Lelaki berumur 17 tahun itu benar-benar hancur saat ini.

maafin gue Vis, sumpah gue minta maaf

Vis lo kenapa gak pernah bilang kalo lo dibuli selama ini?

gue bukan sodara yang bisa diandalkan ya?

segitu takutnya lo bilang ke gue sama bang Danny biar kami gak terluka?

Vis, gue mohon. Ampuni sodara lo yang gak berguna ini.

Vis sumpah maafin gue.

please bangun Vis. Pukul aja gue, pukul gue karena gabisa ngejagain lo.

Lo boleh hajar gue habis-habisan sampe babak belur. Sampe tulang gue semua patah. Gue ikhlas.

Plis bangun, kalau ini mimpi plis bangunin gue.

Dada gue sesak, gue merasa gak pantas jadi sodara lo.

Bunuh aja gue Vis, bunuh aja. Yang pantes mati itu gue bukan lo!.

Danny memeluk tubuh Jo dengan kuat, menghentikan Jo yang sedari tadi memukul dadanya berulang kali. Wajah lelaki itu memerah karena menangis sembari menahan amarah.

Danny benar-benar tidak kuat melihatnya. Lelaki itu terisak dalam diam sembari menenangkan adik bungsunya.

Tuhan tolong, mereka sudah kehilangan kedua orangtua mereka semenjak belia.

Apakah yang terkasih harus kembali pergi untuk kesekian kali?

Apakah mereka tidak boleh menghabiskan umur yang panjang bersama orang-orang yang mereka sayang?

Mereka sudah mencoba untuk tidak menjadi berandalan. Tapi kenapa mereka harus berulangkali merasakan kehilangan?

Apakah mereka tidak berhak bahagia?

Ataukah kata sengsara adalah judul besar dalam kamus kehidupan mereka?

Hug

Now playing: Hug – seventeen.


Bel pulang telah berbunyi. Tanda bahwa ujian hari ini telah selesai. Adam buru-buru membuka ponsel untuk mengecek berita olahraga terbaru dari Sekolahnya.

Andaikan hari ini bukan ujian akhir sekolah, Adam pasti akan langsung berlari ke stadion untuk memberikan semangat kepada pacarnya yang sedang berjuang membawa nama sekolah mereka.

Sebenarnya Adam tidak keberatan untuk bolos ujian, tapi Alya pasti akan memarahinya habis-habisan jika dia sengaja meninggalkan ujian untuk menonton Alya.

live streaming pertandingan badminton telah berakhir. Skor final menunjukkan bahwa sekolah mereka tertinggal satu poin dan gagal maju ke semifinal untuk bertanding di tingkat Nasional.

Adam menghela nafas. Ia langsung keluar dari kelas dan menuju halte perhentian bus, lelaki itu langsung menuju stadion.

Batin lelaki itu bergulat, antara ingin menelpon sang kekasih atau membiarkan Alya sendiri dahulu. Hingga akhirnya Adam menahan dirinya untuk menelpon Alya dan memutuskan untuk langsung menemui gadis nya.

Oneuldo geoteuroneun mal mot han

Persis setelah Adam menginjakkan kakinya di halte. Alya juga sedang berdiri dengan jarak 200 meter dari dirinya. Pandangan mereka bertemu.

Hening tercipta seketika, seolah pandangan mata mampu berbicara. Hanya Alya dan Adam yang paham apa yang sedang mereka pikirkan.

himdeuro

himdeuro

himdeuro

Adam berjalan mendekati Alya, namun gadis itu masih mematung ditempatnya. Wajahnya penuh peluh, matanya menyiratkan gadis itu kelelahan.

Tanpa aba-aba Adam langsung membawa Alya kedalam pelukannya. Tas berisi raket yang sebelumnya dipegang oleh Alya terjatuh diatas tanah, bersamaan dengan tangannya yang dilingkarkan di pinggang Adam.

Gadis itu menemukan kehangatan dalam pelukan yang di berikan Adam. Alya baru tahu, kalau pelukan merupakan obat mujarab baginya.

“Kamu keren.” Ucap Adam mengelus rambut Alya lembut.

Naega issdago sugohaessdago saranghandago

“Kamu udah melakukan yang terbaik hari ini. Kecewa boleh, tapi jangan berlarut-larut ya. Kapanpun kamu butuh cerita, ada aku Al.”

“Kamu harus tau kalau aku bangga banget punya pacar keren kaya kamu.”

Uri seoroneun useul su issge

Alya merenggangkan pelukannya, dan menatap ke arah mata Adam dengan senyum manis terukir di bibirnya.

“Kamu gak nangis?” Tanya Adam kemudian.

Alya menggeleng. “Kata kamu aku harus tetap tersenyum kan apapun hasilnya?”

Adam kemudian menyibak sebelah jaketnya. “Sini, nangis di pelukan aku biar gak ada yang tau. Ntar aku tutupin sama jaket.”

Alya tertawa, tapi kemudian airmata nya jatuh seketika. Perasaan bersalahnya yang tadi ia pendam kini berubah menjadi perasaan haru karena bertemu dengan Adam.

Lelaki itu benar-benar tahu cara untuk menenangkan hati Alya yang sedang gelisah.

Mianhaji ma

“Jangan merasa bersalah, karena kamu udah melakukan yang terbaik. Kamu harus bangga karena udah berjuang sejauh ini.”

Geokjeonghaji ma

Museowohaji ma

“Jangan takut dan jangan khawatir. Semua orang disekolah gak ada yang nyalahin kamu, mereka bangga punya kamu.” Ujar Adam seolah membaca pikiran Alya.

Adam menghapus jejak airmata Alya. Kemudian kembali memberi gadis itu pelukan.

Ijen ulji ma

“Nangisnya cukup sampai sini aja ya, setelah ini kita bakal jalan-jalan dan aku gak mau liat kamu nangis lagi.”

Bahkan Adam benar-benar tidak meninggalkan Alya sendiri. Ia tahu bahwa gadisnya bisa sampai overthingking kalau dibiarkan sendiri.

“Makasih Dam.”

“Makasih udah dateng, makasih untuk kata-kata indahnya-”

“Makasih juga untuk pelukannya, rasanya semua keresahan aku hilang setelah dipeluk kamu.”

Adam tersenyum. “anytime love, ingat kamu punya aku. Kalau kamu punya hari yang berat, datang ke aku. Dan aku bakal ngasih kamu pelukan yang menenangkan.”

Oneuldo geoteuroneun mal mot han

Naega issdago sugohaessdago saranghandago

Kkwak anajundago

End.

@.bae

Back to You

“It's been a long time Shaa.” Ucap Justin ketika tiba dihadapan seorang gadis berhoodie putih yang sedang memainkan ponselnya.

Gadis itu mengalihkan pandangannya dari ponsel dan mencari asal suara. Ternyata, vokal itu berasal dari hadapannya.

Lelaki berjaket hitam didepannya mengukir senyum lebar, hingga memamerkan gigi kelinci yang menambah kesan manis dan menggemaskan disaat bersamaan.

“Beneran disamperin ternyata.” Ucap gadis berhoodie putih.

“Asha, kapan sih aku pernah bohong sama kamu?”

“Pergi ke US tanpa kabar, ngeghosting aku setahun, dan tiba-tiba minta putus setelah 2 tahun lamanya. Semua itu berasal dari kebohongan kamu sama aku. Kalau kamu lupa, Justin.”

Justin menghela nafas. Jelas lelaki itu tampak merasa sangat bersalah. Netranya memamerkan aura penyesalan yang dalam.

“Aku cuma gak mau bikin kamu khawatir-.”

“Tapi kamu tahu kalau yang kamu lakuin malah bikin aku lebih khawatir.”

Justin meraih lengan Asha, ia membawa gadis itu dalam pelukannya. Lelaki itu mengelus puncak kepala Asha. Aroma shampoo vanilla milik Asha menguar, bersamaan dengan kerinduan pekat yang tertahan selama 3 tahun lamanya.

Justin merindukan gadis ini. Gadis yang pernah menjadi gadisnya. Gadis yang pernah mengisi hari-harinya. Gadis yang pernah menjadi rumahnya untuk kembali. Gadis yang telah menjadi separuh jiwanya.

Bahkan hingga detik ini, detik dimana suara jantung mereka masih berdetak kencang, satu sama lain. Justin masih belum bisa melupakan Asha.

“Aku nangis setiap malam, berharap keajaiban datang. Aku berdoa setiap malam agar kamu benar-benar sembuh. Aku mau nyusul kamu, mau tau keadaan kamu. Mau berjuang sama kamu, mau berdiri disamping kamu, jadi sandaran kamu. Tapi, kamu malah memilih untuk berjuang sendiri melawan iblis kecil yang berhasil merenggut kesehatan kamu. Aku-”

Asha tidak sanggup meneruskan ucapannya. Kini gadis itu terisak dalam pelukan Justin. Sementara itu, Justin mengeratkan pelukannya, sembari masih mengelus rambut Asha.

“Aku udah sembuh Sha, iblis kecil berwujud kanker itu udah hilang dari tubuh aku. Aku sudah sepenuhnya pulih. Jadi jangan khawatir lagi ya.” Ucapnya lembut, mencoba menenangkan Asha.

Ternyata gadisnya masih mencintainya.

Justin menghela nafas lega.

Justin merenggangkan pelukannya, membawa Asha untuk menatap kedalam netranya. Ia ingin memastikan satu hal, memastikan bahwa tatapan itu masih memancarkan kasih sayang untuknya. Sama seperti 3 tahun lalu.

“Kalau kita mulai semuanya dari awal, kamu mau Sha? Kamu mau gak jadi pacar aku, lagi?”

Justin menatap penuh harap.

Bukannya menjawab, Asha malah menjatuhkan tubuhnya kedalam dekapan hangat milik Justin. Gadis itu membenamkan wajahnya disana.

“Jangan ada kebohongan lagi ya, please aku bener-bener bisa gila Justin. Enggak, aku bahkan udah menjadi orang gila selama tiga tahun karena kamu. Kalau kamu sakit bilang sama aku, jangan langsung pergi ga ada kabar terus bilang putus. Aku gabisa, aku gak sekuat itu-“.

Justin tertawa kecil mendengar omelan gadisnya. Sudah lama sekali, Justin benar-benar rindu.

Lelaki itu mengecup puncak kepala Asha.

“Jadi, jawabannya apa nih?” Tanyanya tidak sabaran.

Justin merasakan anggukan dari Asha yang masih berada dalam dekapannya. Lelaki itu tersenyum lebar dan mengeratkan kembali pelukannya.

“Aku janji. Janji gak bakal melepas kamu. Apapun yang terjadi. Aku sayang kamu Asha.”

End.

@.bae

Pesan tersembunyi

Asahi membuka chat lama antara dirinya dengan Chiara. Membaca beberapa pesan itu membuat rindunya semakin terasa menyakitkan.

Ah, dimana gadisnya saat ini?

Apakah gadisnya baik-baik saja?

Apakah gadisnya juga merindu?

Sialan. Hatinya kini benar-benar bisa merasakan sakit akibat kerinduan yang mendalam.

Benar bahwa jatuh cinta menghadirkan segala macam bentuk emosi. Meskipun penyakitnya belum sembuh total secara fisik, tapi secara emosional Asahi telah sembuh. Klise, jika menganggap bahwa cinta yang menghadirkan dan menyembuhkan emosi dalam diri Asahi yang pernah membatu. Tapi faktanya, tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran Chiara adalah obat tidak langsung bagi Asahi.

Lelaki itu kini malah terbenam dalam perpaduan emosi antara rindu dan kehilangan.

Bagi Asahi, kini Chiara adalah kebiasaan.

Bagi Asahi, kini Chiara adalah separuh kehidupan.

Tidak heran jika lelaki itu rela melakukan apapun agar gadisnya kembali. Bahkan jika Chiara kembali, hal pertama yang akan dilakukan olehnya adalah meminta maaf karena telah membuat gadisnya mengalami waktu yang sulit.

“Masih belum tidur, Asa?” Itu suara bunda.

Asahi yang tengah menggulir kotak percakapannya dengan Chiara berhenti sesaat.

“Sebentar lagi, bunda. Ada sesuatu yang harus Asa check.”

“Asa, apakah gadis itu menjadi alasan terbesar kamu bisa tersenyum hangat kepada bunda saat ini?”

Asahi mengangguk lembut. Bunda tersenyum berbinar.

“Tetaplah bahagia nak.” Ucap bunda lembut.

Bunda kemudian berlalu dari hadapan Asahi.

Lelaki itu kemudian melanjutkan pekerjaannya yang terjeda.

Hingga kemudian Asahi menemukan satu percakapan yang membuat matanya membulat.

Asahi langsung berpindah pada kotak percakapan dari nomor aneh yang mengirimnya link playlist spotify tadi.

Jika dilihat dari judul lagu, menurut Asahi tidak memberikan petunjuk apapun. Lalu dengan tidak sengaja Asahi menggabungkan huruf awalan dari judul lagu-lagu tersebut, dan akhirnya Asahi paham maksud pesan tersebut.

Asahi langsung membuat panggilan kepada Yedam setelah mendapatkan apa yang dimaksudkan.

“Dam, malam ini kita harus ke Martapura.”

DIIKUTI


Yedam mulai bingung dengan mercedes hitam yang sedari tadi terlihat mengikuti mereka dari belakang. Yedam memutar kemudinya ke arah kiri, mobil itu pun berbelok ke arah kiri.

Secara tiba-tiba Yedam membanting setir ke kanan, namun mobil itu dengan lihai mengikutinya.

“DAM. YANG BENER DONG NYETIRNYA.” teriak Yeji setelah jidadnya terantuk dengan kaca jendela.

“Lo gak papa Ji?” Tanya Yoshi.

Yeji menggeleng sembari mengusap kepalanya yang kini membiru.

“Kita diikutin.”

Yeji dan Yoshi serempak melihat kebelakang.

“Mereka siapa?” Tanya Yeji panik.

“Pasti ada hubungannya dengan Chiara.” -Asahi

“Gue rasa karena kita ambil pelacak ini.”-Yoshi.

Yedam meningkatkan laju mobilnya. Kini kecepatan mobil itu sudah melaju hingga 160km/jam. Namun mobil mercedes itu masih mampu mengejar ketertinggalan.

“Ji, keluar jalan tol ini, kita kemana lagi?” Tanya Yedam.

“Belok kanan Dam.”

Yedam mengangguk.

Yeji, Yoshi serta Asahi menguatkan sabuk pengaman mereka. Kecepatan mobil itu kini meningkat menjadi 200km/jam. Tepat setelah keluar dari gerbang tol Yedam langsung membanting setir ke kanan dan langsung menancapkan gasnya.

Berhasil.

Mobil itu tertinggal jauh di belakang.

Semua orang di mobil tersebut menghela nafas lega. Yedam memelankan laju mobil dan bersembunyi disebuah lorong kecil.

“Anjing.” Yedam mengumpat. Lelaki itu kemudian terbatuk-batuk. Yedam keluar dari mobil dan memuntahkan isi perutnya di selokan kecil di pinggir jalan.

“Yee si bahlul. Lagaknya aja kaya valentino rossi, ujungnya ternyata mabok juga.” Ceplos Yoshi.

Yedam merasakan punggungnya ditepuk halus. Ia lalu menoleh dan mendapati Yeji yang sedang membantunya mengeluarkan limbah dari saluran pencernaannya.

Setelah itu, Yeji menyodorkan botol air mineral kepada Yedam. Yedam pun menerima botol itu sambil masih terus menatap Yeji.

“Apasih? Jangan natap gue nanti gue salting.” Ceplos Yeji.

“Lo gak jijik?”

“Gue juga pernah muntah kali, masa iya gue jijik sama sesuatu yang normal?”

Yedam terdiam. Yeji kemudian masuk kembali dalam mobil, diikuti oleh Yedam setelahnya.

Kini, Yedam bertukar posisi dengan Asahi yang menyetir, dan Yedam berada disebelahnya.

Tepat sebelum mesin dinyalakan, Ponsel Asahi bergetar, menandakan pesan masuk.

“Siapa Sa?” Tanya Yeji.

“Bunda gue Ji. Bunda gue minta gue pulang. Bunda sakit. “

“Jadi Chiara?”

“Gue bakal hubungi seluruh kepolisian kota ini untuk nyari Chiara. Yosh, nanti kita komunikasi lewat chat aja ya. Nanti gue bikin grup.”

“Oke”

Pesan Tak Bertuan


“Gue dapet chat dari nomor gak dikenal.” Ucap Asahi membuyarkan keheningan.

Kini, Yedam yang menyetir mobil dan Asahi duduk disebelahnya. Sementara itu Yoshi masih mengotak-atik benda berbentuk kartu SD yang ditemukan dibelakang casing Chiara.

“Apa isinya Sa?” Tanya Yeji menyembulkan kepalanya ke depan.

“Playlist spotify.”

Semua orang menghela nafas.

“Sa, bisa-bisanya lo bercanda.” Ucap Yedam kemudian.

“Enggak gitu-”

Asahi memperlihatkan playlist spotify itu kepada Yeji.

“Nama playlist nya 'Chiara said'?”

Yeji dan Asahi bertatapan lama.

“Telpon Sa.” Sambar Yedam.

“Udah, tapi nomornya enggak terdaftar.”

“Jangan-jangan, disposable number ?” Yeji berasumsi.

“Emang ada disposable number?” Tanya Asahi.

Disposable number apaan sih?” Yedam kebingungan.

“Nomor yang cuma bisa dipake sementara Dam. Bukan kaya nomor dari kartu sim yang kita pakai biasanya.”

“Anjing!”

Semua orang terkejut dan melihat ke arah Yoshi yang sedari tadi fokus dengan laptopnya.

“Kenapa yosh?”

” BANGSAT.”

“YOSH, ada apasih??” Tanya Asahi kesal.

Yoshi menunjukkan benda pipih hitam yang berbentuk kartu memori eksternal itu kehadapan Yeji dan Asahi.

“Ini pelacak. Selama ini, gerak-gerik Chiara dilacak.”

Mata Asahi membulat, begitu juga Yeji.

“Berarti. Ini semua udah direncanakan.”

“Lawan kita bukan orang-orang sembarangan Sa.”

Asahi memijit keningnya. Lelaki itu menghela nafas.

Chia, kamu dimana?

Half Moon


Pin, malam ini aku pergi ke studio lagi. Akhir-akhir ini mood aku membuat lagu sedang meningkat. Dan liriknya sudah pasti bercerita tentang kamu, aku dan kita.

Ah, aku sudah cerita belum? Lagu yang kita buat bersama sudah dirilis. Kemarin menempati posisi pertama disemua tangga lagu.

Benar, lagu yang judulnya “Because of You,” Itu diterima oleh semua orang. Aku teringat, kemarin kita menulis liriknya bersama di pantai. Sembari bermain ombak, sembari menatap tawa cantikmu.

Lagi dan lagi, aku merindukan kamu Pin. Sangat merindu.

Malam ini aku berjalan kaki ke studio Pin. Aku tidak naik bus atau mobil perusahaan seperti biasa. Alasannya, hanya ingin mengenang masa di saat kita bersama-sama menunggu lampu merah untuk saling menggenggam menyeberangi jalan. Atau masa dimana kita melihat purnama tepat diatas kota Seoul.

Oh iya, aku belum lapor. Malam ini purnama datang seolah mengejekku. Dia bersinar dengan terang diatas lampu-lampu jalan. Tapi, sinarnya tetap tidak seindah dulu. Itu karena aku tidak menatapnya bersama kamu.

Ponselku berdering, ayahmu menelpon Pin. Beruntung saat ini masih lampu hijau, jadi aku bisa menerima telepon sesaat sebelum menyeberangi jalan.

“Halo abeoji

“Yedam, kamu tidak lupa kan? Besok peringatan 100 hari kepergian Pina.”

“Tentu tidak abeoji.”

“Baiklah, abeoji menunggumu besok. Mari kita pergi sama-sama. “

“Baik abeoji

“Yedam-”

Baru saja aku akan mematikan panggilan, namun ayah kamu ternyata masih ingin mengobrol Pin.

abeoji benar-benar ikhlas, jika kamu mau memulai hidup baru. Carilah gadis lain yang mencintai kamu. Jangan harapkan putri abeoji lagi, karena dia tidak mungkin kembali.”

Aku tersenyum getir. Beruntung Ayah kamu tidak bisa melihatnya Pin.

“Kenangan bersama Pina membuat saya terus hidup abeoji , saya tidak mungkin mampu melupakannya.”

Panggilan berakhir. Aku kembali fokus ke seberang jalan. Rupanya beberapa detik lalu sudah lampu merah. Aku berjalan dengan cepat hingga sampai di seberang.

Baru saja kulangkahkan kaki memasuki gedung agensi, sebuah tepukan halus menghentikan langkahku.

Aku berbalik, melihat seorang gadis berdiri tersenyum sumringah menatapku.

Atensiku direnggut paksa oleh gadis dihadapanku ini.

Bukan karena bulu matanya yang lentik.

Bukan juga karena pipinya yang chubby

Tapi karena senyumnya benar-benar persis dengan senyum seseorang.

Senyum kamu pin.

Aku mengerjapkan mata berulangkali, melepaskan masker yang aku kenakan, melihat lebih dalam.

Pin, jika memang melupakan adalah hal yang tersulit. Aku rasa aku sedang mengalaminya. Mengapa bayang-bayang kamu terpatri dengan jelas di wajah gadis ini?

Tidak.

Bagaimana mungkin gadis ini mirip sekali dengan kamu? Bahkan, dia bisa tersenyum persis seperti kamu Pin.

“Kak yedam kan?” Tanyanya, masih tersenyum sumringah seolah baru saja memenangkan lotere.

Aku mengangguk ragu, masih terpaku.

Gadis itu menyerahkan buku catatan berwarna ungu. Lalu berucap dengan antusias.

“Boleh minta tanda tangannya kak? Aku Pina, penggemar berat kakak. Lagu Because of You benar-benar sangat indah. Mendengarnya berulang kali membuat aku seperti perempuan paling beruntung di dunia.”

Seketika tubuhku lemas. Aku mencoba bertumpu pada tembok disebelahku.

Kamu tau Pin?

Malam itu, setelah 100 hari kepergian kamu. Akhirnya, aku kembali dapat melihat purnama berpendar dengan sangat indah. Separuh jiwa itu seolah kembali kepada pemiliknya.

End

@.bae