Date with Kereta Kencana
Keira's pov.
Oke, now I'm gonna ask you. What is the biggest flex of your life? Cause i have one and only yang orang lain ga punya.
Ngedate dijemput pake kereta kencana.
Like, for real Giovan? Dia beneran jemput gue pake kendaraan ini.
Hal yang pertama gue lakuin adalah ketawa gak berhenti pas Gio nyampe didepan rumah. Sumpah, pikiran dia out of the box dan gue gak bakal ngira sama sekali doi beneran bawa ini buat ngedate. Papa sama mama gue bahkan texting dan bilang.
“nduk, iki calon pacarmu? Kok mama khawatir nduk”
Gue cuma bales untuk ga perlu khawatir karena manusia satu ini emang spesial.
Gio senyum lebar banget seolah dia udah menangin lotere.
“Kei, ayok naik, biar gue bisa bikin lo ngerasain jadi putri dalam sehari.” Ajaknya antusias.
Gue yang literally masih ngakak cuma bisa ngikutin permainan Gio.
Kalau ditanya, malu gak Kei? Malu. Tapi karena itu Gio, jadi gue gapapa.
Dasar bucin.
Tapi, emang begitu kan? i mean gini rasanya kalau lo bener-bener jatuh cinta sama kepribadian seseorang. Bukan karena wajahnya, atau karena yang lain. Kalau lo udah jatuh cinta sama kepribadian seseorang, lo akan menyukai apapun yang dia lakuin ke lo.
Terdengar bucin, but that's the fact. Dari awal, gue gak pernah malu buat maju duluan deketin Gio. Dia adalah spesies unik yang diciptakan oleh semesta, dan beruntung gue bisa ketemu sama dia.
Gio itu penuh kejutan. Sikapnya, cara dia memperlakukan seseorang dan cara dia menyikapi suatu hal, semuanya penuh kejutan. Jadi, lo bisa bayangin gimana kalau lo hidup dengan Gio setiap hari dan dikasih macam-macam kejutan dengan kepribadian dia yang unik, hidup lo bakalan bener-bener colorful dan gak membosankan.
“Gimana tuan putri? Udah berasa jadi cinderella gak malam ini?” Tanya Gio sembari mengayuh pedal kereta kencana ini.
“Asli, gue gak expect bakalan jalan-jalan pake ini.” Jawab gue kemudian.
Gio tertawa. Ganteng anjir, jangan ketawa lu!
“Sengaja gue pilih jalan yang gak banyak orang lewat. Kali aja lo malu Kei.”
“Enggak kok, ini seru dan lucu. Gue bahkan kasian sama orang yang gak pernah di surprise in kaya gini. Mereka gabisa ngerasain gimana rasanya naik kereta kencana hahaha.” Gue ketawa ngakak lagi.
Ya ampun Tuhan, rasanya kepingin sama Gio terus. Ini gue bucinnya udah level 1000 kali ya.
“Ini destinasinya kemana btw?” Tanya gue. Sengaja, biar bisa lama-lama jalan sama Gio terus.
“Hmmm, biasa kereta kencana kemana destinasinya?” Doi malah nanya gue balik.
Gue berpikir sesaat.
“Kalau cinderella sih, ke pesta kerajaan kan?”
Gio menjentikkan tangannya. “Keira pinter! Kita bakalan ke pesta kerajaan malam ini.”
Gue menganga. “Hah? Serius?”
Gio mengangguk.
Gue kembali berpikir, pesta kerajaan gimana yang dimaksud sama Gio.
Bener kan gue bilang? Pikiran Gio itu out of the box dan lo gabisa baca kemana arah dia berpikir.
Sambil menerka-nerka kemana destinasi akhir dari perjalanan ini, gue dan Gio ngomongin banyak hal. Sebagian topik diisi dengan cerita dia dan Jio yang random banget. Topik yang lain diisi dengan betapa keselnya dia sama Abu yang gak mau diajak temenan, dan topik lain tentang cita-cita Gio yang mau jadi abdi negara.
“Kenapa mau jadi Abdi negara?”
Gio berpikir sejenak sebelum menjawab.
“Gue mau ngelindungi orang-orang yang gue sayang Kei. Gue gamau kehilangan, karena kehilangan ternyata semenyakitkan itu.” Jawabnya dengan mata menerawang.
Gue gak berani tanya, siapa yang membuat dia berpikir kalau kehilangan akan menjadi sesakit itu, karena gue tau, itu bukan ranah gue. Nanti, kalau Gio mau terbuka dan mau cerita, kapanpun itu gue bakal siap mendengarkan.
“Kenapa suka usilin Abu?” Tanya gue lagi. Ini pertanyaan sensitif sebenarnya, tapi gue penasaran. Semoga Gio gak ninggalin gue kaya kemarin pas makan di basecamp.
“Hidupnya lempeng amat, gue kesel. Jadi gue kerjain biar berwarna sedikit.”
Bener kan gue bilang? Emang otak Gio gabisa di nalar pake nalar manusia.
“Dari SMP, dia anaknya tertutup. Gamau diajak temenan, kaya batu tapi bisa jalan. Gue gabisa liat emosi apapun diwajahnya. Akhirnya gue sama Jio setuju untuk ngerjain dia setiap hari. Penasaran gimana ekspresinya Abu kalau lagi marah.”
Gue ketawa. Bahkan cara dia perhatian sama orang aja unik. That's Giovan everyone.
“Lo kenapa nolak Abu?” Gio nanya balik.
“Karena gak suka.”
“Cuma itu alasannya?”
“Iya, gasuka dan gabisa dipaksa untuk suka.”
Gio kemudian manggut-manggut mengerti.
“Kalau sama gue, suka gak Kei?” Tanyanya tiba-tiba.
Astaga jantung gue, udah merosot ke perut kayanya sekarang. Gue cuma diem ga menanggapi, aslinya gue deg degan banget kaya diajak lari estafet 400 meter.
Tiba-tiba kereta kencana ini berhenti. Gue gatau ini dimana, tapi banyak lampu taman disekeliling sini. Suasananya sepi banget. Gue yakin cuma ada kita berdua disini.
Gio kemudian turun, dan berdiri di pintu kereta. Gio ngulurin tangannya sambil senyum ganteng.
“Yuk, ke pesta kerajaan.” Ucapnya sambil natap gue.
MANIS BANGET YA TUHAN, GUE MAU MELELEH JADI MENTEGA CAIR AJA.
Gue nerima uluran tangan Gio dan turun dari kereta kencana ini. Tangan gue digenggam sama doi, dan jangan tanya jantung gue gimana sekarang.
Kita jalan sedikit ke arah utara. Sepanjang jalan banyak banget lampu berbentuk kupu-kupu di gantung tepat diatas kepala dan bersambung satu sama lain.
Sumpah, gue gabohong ini indah banget.
500 meter dari tempat kami, ada beberapa orang memakai bajucosplay, ada yang make baju ibu peri, ada yang make baju Aladin, baju kurcaci, mereka semua berdansa dengan riang disana, dan waktu mendekat, gue makin shock.
Itu semua temen-temen gue di sekolah Anjir.
Gue natap Gio kaget, doi cuma senyum-senyum ganteng.
Ya Allah, ini gue bisa pingsan beneran kalau begini ceritanya.
“Gi, ini–” gue gabisa ngelanjutin karena speechless.
Tiba-tiba Gio bisikin sesuatu yang bikin gue makin merinding.
“Kei, kalau gue tembak disini lo malu gak? Atau mau gue tembak pas kita lagi berdua aja?”
Gue spontan jawab.
“Pas lagi berdua aja.” Sambil nutup mata.
“CIEEEEEEEEE” kerumunan yang lagi cosplay itu seketika menyoraki gue.
Anjir Keira, lo malu-maluin sumpah.
“Yaudah, kita cabut kuy.” Ucap Dean yang make kostum kumbang.
Kerumunan itu pun bubar. Ninggalin gue sama Gio berdua disana.
Sumpah ini canggung banget.
“Kei‐” panggil Gio.
Gue balik, menghadap dia, tapi gue nunduk.
Gio memilin rambutnya di belakang telinga.
“Gue kadang emang suka bercanda, tapi perasaan gue ke lo gak bercanda. Kali ini gue serius, gue serius suka sama lo.” Ujarnya lugas.
Gue? Sebentar lagi tahan napas.
Gue masih speechless dan masih ga nyangka aja kalau Gio bakal nembak gue malam ini.
Gue memainkan kuku, canggung. Mau jawab iya gue suka lo juga, tapi gue malu, tapi pengen bilang juga, tapi gue bingung.
“Kalau pacaran sama gue, lo keberatan ga kei?”
“Ya engga lah!.” Jawab gue spontan.
Seketika gue nutup mulut. Anjir, Keira gausah nge gas juga jawabnya.
Gio senyum sampai matanya menyipit. Sumpah manis banget, gue bisa diabetes bentar lagi kayanya.
“Jadi, kita pacaran ya?” Tanya Gio lagi.
Ya Allah gue mau pulang, capek banget jantung gue deg degan terus.
Gue mengangguk terus tersenyum.
Terus lo tau Gio ngapain?
Lompat-lompat kegirangan, terus teriak-teriak gajelas. Sambil bilang gini ke arah pohon.
“GUE PUNYA PACAR WOY!! HAHAHA KASIAN LU JOMBLOO!”
Gue cuma bisa ketawa ngakak liat kelakuan ni anak.
Memang Giovan unik banget manusianya, jadi makin suka.