write.as/jeongwooniverse/

Fight.

Giovan bergegas pergi ke taman belakang sekolah dengan amarah yang membara. Ia melihat Dean yang sudah berdiri dengan tangan terlipat didepan dada. Lelaki itu menunjukkan smirk menatap ke arah Gio.

 “Bukannya lo bilang gabisa mukul temen?” Tanya Dean sarkas.

Gio menstabilkan deru nafasnya. Ia berusaha mengontrol emosi yang menguasainya.

“Lo kalo lagi ada masalah gaperlu lampiasin ke orang Yan. Cerita kalau lo butuh bantuan.”

Pemuda dengan pipi chubby itu menaikkan sebelah alisnya.

“Kita gak perlu bersikap sok dewasa Gi. Ga perlu sok bijak untuk masalah orang lain, gue tau masalah lo lebih banyak. Hidup lo juga lebih menyedihkan kalau gue liat-liat.”

Gio mengerutkan kening. Berulangkali ia mencoba berpikiran jernih agar tidak terbawa emosi sahabatnya. Gio tahu, Dean sedang tidak baik-baik saja saat ini.. Pemuda Adriano itu pun mencoba mendekati Dean perlahan.

“Jadi dewasa sebelum waktunya gimana sih Gi?”

“Lo mabuk ya anjing?!”

Gio menarik kerah Dean  dengan geram. Bau Alkohol menguar dari mulutnya, tetapi masih 80% tersadar.

“Berani-beraninya lo mabuk di sekolah!”

Mata Giovan membelalak ketika melihat ada bungkusan rokok dan sebotol kaleng minuman keras dibelakang Dean berdiri.

“Gimana cara punya muka dua kaya lo Gi? Gimana caranya kelihatan gak tau malu padahal sebenarnya lo anak pembunuh?”

BUGH!

Sebuah bogem mentah mendarat di pipi mulus Dean, membuat bibirnya sobek dan mengeluarkan darah.  Lelaki itu terhuyung namun tidak ambruk. Ia masih bisa berdiri tegap sembari menatap Giovan sinis.

“lo marah? Marah sama gue, atau marah sama semesta karena lahir dengan darah pembunuh yang mengalir di tubuh lo?”

Sekali lagi Gio menghantam Dean dengan lebih kuat. Ia tidak bisa menahan amarahnya, lelaki itu bahkan meninju perut Dean hingga lelaki itu menyemburkan darah, Dean membuang ludah.

“HINA BANGET HIDUP GUE! PADAHAL GUE GAPERNAH BIKIN MASALAH APAPUN! KENAPA SEMUA ORANG GAK ADA YANG PEDULI?! KENAPA LO HARUS JADI ORANG BAIK YANG SELALU ADA GI? KENAPA BUKAN KELUARGA GUE? KENAPA?!” Dean kembali meracau tak jelas.

“Gue juga mau marah sama semesta, gue juga mau marah kenapa gue harus dilahirkan dalam keadaan kaya gini,”

Setelah itu Dean ambruk. Ponselnya terjatuh, menampilkan layar aplikasi imessage yang terpampang. Gio menatap ponsel itu, hatinya mencelos melihat isi pesan yang tertera didalam sana.

Permintaan Maaf

            Jio kembali mendatangi lampu merah tempat ia bertemu dengan Abu kemarin. Lelaki itu masih berharap bahwa ia bisa meminta maaf dengan Abu. Ada beberapa hal yang ingin Jio ketahui, mengenai teman sekolahnya yang sangat sering ia jahili itu.

            Jio berjalan menghampiri Abu setelah melihat lelaki itu menepi dari lampu hijau. Punggung Abu bersandar pada sebuah tiang listrik di dekat trotoar sembari mengipas-ngipaskan topi lusuhnya. Jio menepuk pundak Abu pelan hingga lelaki tersebut berbalik.

            Jio menyunggingkan senyum tulus, hingga deretan giginya terlihat.

            “Maaf, gue ngikutin lo lagi,” ucapnya.

            Abu menghela nafas, jengah. Lelaki itu kemudian beranjak meninggalkan Jio tanpa sepatah kata apapun. Namun, Jio dengan tekadnya mengikuti Abu dari belakang. Ia tidak berbicara banyak, hanya mengikuti langkah kaki Abu. Mereka kemudian memasuki sebuah gang kecil juga sempit, tak ada siapapun disana kecuali Abu dan Jio.

            Tak lama, langkah kaki Abu terhenti. Jio pun berhenti di belakang. Lelaki dengan tahi lalat di pipi itu berbalik, memberikan Jio tatapan tak suka.

            “Lo, mau apa sebenarnya?” Tanya Abu jengah.

            “Itu-” Jio mencicit.

            Abu memutar bola matanya, lalu berbalik tak perduli.

            “Luka di wajah lo-”

            Langkah Abu terhenti.

            “Hidung lo… berdarah…” Jio terbata-bata mengatakannya.

            Abu menyentuh hidungnya. Mata bundar itu melihat bercak darah disana, tapi wajahnya tidak menunjukkan ekspresi khawatir sama sekali. Ia lantas melanjutkan perjalanannya. Sementara itu, Jio mengeratkan cengkramannya pada tali tas ransel yang ia pakai. Lelaki bermata sipit itu lantas berlari mendahului Abu dan berhenti didepan Abu. Jio membentang tangannya hingga langkah Abu kembali terhenti.

            “Mimisan memang bukan sesuatu yang berbahaya, tapi bukan sesuatu yang harus diabaikan juga. Ayo kita obatin dulu Bu, setidaknya darahnya berhenti.” Ucap Jio cepat.

            Dahi Abu mengkerut, matanya kini memancarkan aura kemarahan seperti yang ia tampakkan dua hari lalu. Jio meneguk ludahnya, takut jika Abu melakukan tindakan kasar kembali.

            Abu mendorong Jio dengan kasar, hingga lelaki itu terjerembab.

            “Bukan urusan lo anjing!” Ujarnya dengan nada tinggi.

            Baru saja Abu akan mengangkat tangannya, Jio langsung berteriak.

            “Gak! Jio anak baik! Jio janji bakal jadi anak baik! Jangan dipukul! Jangan! Sakit! Jangan!” Lelaki itu berteriak sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

            Tubuhnya bergetar hebat, Jio meracau berulang-ulang. Hal itu membuat Abu kebingungan sesaat. Ia kemudian berjongkok mendekat kearah pemuda berkulit coklat itu. Abu mencoba menarik tangan Jio yang menangkup wajahnya, tetapi Jio mengeratkan tangkupannya.

            “Ji, gue gabakal ngapa-ngapain lo,” Ucap Abu tiba-tiba melembut.

            “Jio anak baik! Jio anak baik! Jangan pukul! Jangan!” Racau lelaki itu kembali.

            Merasa bersalah atas perbuatannya, Abu kemudian mengusap rambut Jio lembut. Kemarahannya beberapa saat lalu langsung menguap entah kemana. Lelaki itu menatap Jio dengan tatapan iba.

            “Ji, ini gue Abu. Gue gak bakal mukul lo. sorry Ji,” Nada suara lelaki itu bahkan sangat lembut.

            Abu mencoba menarik tangan Jio dari wajahnya. Lelaki itu menurut. Kini, Abu dapat melihat wajah Jio yang sudah basah karena air mata.

            “Lo, gapapa?” Tanya Abu Hati-hati.

            Jio langsung bangkit. Ia menatap Abu dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Lelaki itu kemudian berlari dan menghilang dari hadapan Abu tanpa sempat mengucapkan sepatah kata apapun.   

 

Forgetting the love


Ruang kelas itu berubah menjadi canggung setelah semuanya membaca menfess yang dikirimkan secara anonim di Twitter. Banyak mata yang memandang ke arah Thalita dan Mario secara bergantian.

Risih dengan pandangan yang tertuju padanya, Thalita bangkit dari tempat duduknya dan mendatangi bangku Mario.

“Boleh bicara sebentar?” Tanya Thalita hati-hati.

Mario terkejut untuk sesaat, ia kemudian mengangguk gugup lalu mengikuti Thalita berjalan keluar kelas.

Koridor gedung A fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam itu tampak sepi. Tidak ada tanda mahasiswa berlalu lalang karena seharusnya pada jam ini semua kelas telah berakhir.

Thalita meletakkan tangannya diatas pagar pembatas, menerawang ke arah pohon yang tumbuh rindang. Ia menghirup dan menghembuskan nafas perlahan. Sementara itu, Mario berdiri gugup disebelah Thalita.

Jujur, lelaki itu sangat-sangat gugup saat ini.

“Maaf,” ucap Thalita membuka pembicaraan.

Kupu-kupu yang berterbangan di perut Mario seketika menghilang ketika mendengar Thalita mengucap maaf.

“Maaf kalau gue gak pernah bisa membalas perasaan lo. Maaf karena gabisa menyukai lo setulus lo menyukai gue, maaf untuk kesalah pahaman yang pernah kita alami di masa lalu. Maaf–”

“Thal, ” Mario memutus perkataan Thalita.

“Gue suka sama lo itu tulus, gue gak maksa lo suka sama gue balik, jangan maksa diri lo sendiri atau merasa terbebani karena gue. Gue– gue liat lo bahagia aja seneng banget. Gue selalu berdebar ngeliat senyum cantik lo, gue ngerasa berada di dunia yang penuh kebahagiaan pas liat lo tersenyum meskipun dari kejauhan. Jadi, apapun yang lo putuskan untuk menjalani masa depan lo, jangan pernah mikir keberatan sama gue. Live your life as well kaya biasa lo jalanin karena gue juga bakal tennag dengan begitu.”

Thalita tanpa sadar menjatuhkan airmatanya. Kembali bertanya-tanya kenapa ada manusia sebaik dan setulus ini suka dengan dirinya. Kadang ia berpikir kenapa hatinya tidak bisa tergerak untuk kembali membalas rasa yang juga dirasakan oleh Mario.

“Jangan stuck di gue Mar, jangan memporoskan hidup lo dengan kebahagiaan gue. Lo sangat-sangat deserve untuk mendapatkan belahan jiwa yang mencintai lo tulus apa adanya,”

“Perasaan gue, gak bisa dipaksa untuk suka Thal,”

“Harus gimana lagi gue bilang kalau gue gabakal bisa jatuh hati sama lo?” Kali ini Thalita mencoba untuk sedikit tegas.

Mata mario membulat, lelaki itu terlihat sedikit terkejut.

Thalita mengeratkan tangannya, jujur ia tidak tega mengatakan hal ini. Tapi ia tidak mau Mario menggantungkan harapan untuknya.

“Tolong berhenti. Berhenti suka sama gue karena gue gak bakal suka sama lo bahkan sampai matahari keluar dari barat sekalipun,”

Thalita mendekati Mario, kemudian mengambil tangannya dan meletakkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit.

“Bawa kalung ini pergi, sekaligus dengan perasaan lo untuk gue,” Thalita kemudian berjalan meninggalkan Mario di koridor sendiri.

Mario menatap liontin itu dengan tatapan pasrah, lelaki itu menggenggam liontin itu ditelapak tangannya.

“Andai aja, andai aja perasaan bisa diatur sesuka hati. Hal pertama yang gue lakuin bukan mengatur perasaan gue untuk gasuka sama lo Thal, tapi mengatur perasaan lo untuk bisa suka sama gue. Sayangnya, hati gak bisa memilih ke samudra mana ia harus berlabuh. Sama halnya kaya siang dan malam yang gak pernah bisa menyatu.”

Mario meremas liontin itu, kemudian melemparnya ke sembarang arah.

Ayo move on Mar, she doesn't deserves your love.

©️bilwithluv

LUNCH


Sekretariat BEM Universitas Nusantara tiba-tiba menjadi riuh dengan teriakan beberapa orang gadis. Kalia, Aji dan beberapa panitia dekorasi yang berada didalam sekret saling bingung satu sama lain.

Hingga kemudian Aji keluar dan melihat apa yang tengah terjadi.

“Apa kabar Bro,” sapa seseorang ketika Aji menyembulkan kepalanya di balik pintu.

“Davian? Ngapain lo kesini?” Tanya Aji heran.

Lelaki itu kemudian melihat kearah tangan Davian yang menjinjing 2 plastik besar berisi beberapa kotak makanan.

“Mau liat-liat persiapan PINSA udah sejauh mana, sekalian bawain kalian lunch juga nih,” Davian mengangkat kedua tangannya.

Lelaki itu kemudian masuk kedalam sekretariat BEM dan meletakkan kantong plastik besar itu disana. Matanya bertemu sapa dengan mata sang kekasih yang tengah bingung dengan tindakan Davian.

Davian menatap Kalia sembari memberikan senyuman kemenangan.

Sementara itu, para panitia yang tadinya berpencar diluar berkumpul untuk masuk kedalam BEM untuk melihat eksistensi Davian disana.

“Tumben banget lo, gak pernah-pernah deh kayanya dulu,” pungkas Aji yang masih kebingungan.

Davian menepuk pundak Aji, kemudian tersenyum jumawa.

“Sekali-kali bantuin anak BEM kan gapapa, lagian acara ini juga untuk kampus kita. Tolong kasih anak buah lo istirahat satu jam untuk lunch,” Davian berujar.

Meskipun terasa aneh, karena manusia bernama Davian itu sangat langka mengunjungi sekretariat BEM. Tapi Aji setuju dengan apa yang diucapkan lelaki itu. Akhirnya, seluruh panitia duduk bersama untuk makan siang.

Selama jam makan siang, pandangan Davian tidak pernah lepas dari Kalia. Ia sangat senang melihat Kalia makan dengan lahap.

“lucu banget makannya. Kalau gaada orang disini udah gue gangguin pacar gue.” batinnya.

Joshua yang baru saja kembali dari Biro Kemahasiswaan heran melihat anggotanya berjejer rapi dan makan dengan serempak.

“Ada apa nih?” Tanya Joshua saat masuk.

“Eh, bapak ketua bem balik,” sambut Davian dari dalam.

Joshua mengerutkan keningnya.

“Sejak kapan piala berjalan Nusantara datang kesini?” Ejeknya ketika melihat Davian disana.

Joshua mengedarkan pandangan dan mendapati Kalia yang tengah menikmati Ayam bakarnya di pojok ruangan. Lelaki itu langsung paham apa yang terjadi.

Joshua menaikkan bibirnya, lalu melangkah ke pojok ruangan tempat Kalia duduk.

“Kal, makan yang banyak ya. Kerjaan lo banyak kan? Makanya butuh energi banyak. Semangat Kal!” Ucap Joshua sambil menepuk -nepuk pundak Kalia.

Kalia yang didatangi oleh Joshua hanya mengangguk-angguk tidak paham. Tapi gadis itu kemudian tersenyum hingga matanya menyipit.

“Semangat!” Ujarnya mengangkat tangan ke atas.

Davian menghela nafas kesal. Lelaki itu kemudian keluar dari sekretariat BEM.

LUNCH


Sekretariat BEM Universitas Nusantara tiba-tiba menjadi riuh dengan teriakan beberapa orang gadis. Kalia, Aji dan beberapa panitia dekorasi yang berada didalam sekret saling bingung satu sama lain.

Hingga kemudian Aji keluar dan melihat apa yang tengah terjadi.

“Apa kabar Bro,” sapa seseorang ketika Aji menyembulkan kepalanya di balik pintu.

“Davian? Ngapain lo kesini?” Tanya Aji heran.

Lelaki itu kemudian melihat kearah tangan Davian yang menjinjing 2 plastik besar berisi beberapa kotak makanan.

“Mau liat-liat persiapan PINSA udah sejauh mana, sekalian bawain kalian lunch juga nih,” Davian mengangkat kedua tangannya.

Lelaki itu kemudian masuk kedalam sekretariat BEM dan meletakkan kantong plastik besar itu disana. Matanya bertemu sapa dengan mata sang kekasih yang tengah bingung dengan tindakan Davian.

Davian menatap Kalia sembari memberikan senyuman kemenangan.

Sementara itu, para panitia yang tadinya berpencar diluar berkumpul untuk masuk kedalam BEM untuk melihat eksistensi Davian disana.

“Tumben banget lo, gak pernah-pernah deh kayanya dulu,” pungkas Aji yang masih kebingungan.

Davian menepuk pundak Aji, kemudian tersenyum jumawa.

“Sekali-kali bantuin anak BEM kan gapapa, lagian acara ini juga untuk kampus kita. Tolong kasih anak buah lo istirahat satu jam untuk lunch,” Davian berujar.

Meskipun terasa aneh, karena manusia bernama Davian itu sangat langka mengunjungi sekretariat BEM. Tapi Aji setuju dengan apa yang diucapkan lelaki itu. Akhirnya, seluruh panitia duduk bersama untuk makan siang.

Selama jam makan siang, pandangan Davian tidak pernah lepas dari Kalia. Ia sangat senang melihat Kalia makan dengan lahap.

“lucu banget makannya. Kalau gaada orang disini udah gue gangguin pacar gue.” batinnya.

Joshua yang baru saja kembali dari Biro Kemahasiswaan heran melihat anggotanya berjejer rapi dan makan dengan serempak.

“Ada apa nih?” Tanya Joshua saat masuk.

“Eh, bapak ketua bem balik,” sambut Davian dari dalam.

Joshua mengerutkan keningnya.

“Sejak kapan piala berjalan Nusantara datang kesini?” Ejeknya ketika melihat Davian disana.

Joshua mengedarkan pandangan dan mendapati Kalia yang tengah menikmati Ayam bakarnya di pojok ruangan. Lelaki itu langsung paham apa yang terjadi.

Joshua menaikkan bibirnya, lalu melangkah ke pojok ruangan tempat Kalia duduk.

“Kal, makan yang banyak ya. Kerjaan lo banyak kan? Makanya butuh energi banyak. Semangat Kal!” Ucap Joshua sambil menepuk -nepuk pundak Kalia.

Kalia yang didatangi oleh Joshua hanya mengangguk-angguk tidak paham. Tapi gadis itu kemudian tersenyum hingga matanya menyipit.

“Semangat!” Ujarnya mengangkat tangan ke atas.

Davian menghela nafas kesal. Lelaki itu kemudian keluar dari sekretariat BEM.

Tentang Senja


Davian dan Kalia akhirnya tiba di kafe senja. Sebenarnya Kafe ini sama seperti Kafe lainnya, namun yang membedakannya adalah letak kafe tersebut yang berada di atas bukit dan menghadap langsung ke arah matahari terbenam. Ini yang menjadikan alasan kafe tersebut dinamakan kafe senja.

Bagi Kalia, mendatangi kafe ini adalah rutinitas yang harus ia lakukan setiap hari. Karena hanya dengan cara ini Kalia bisa melepas rindu dengan ayahnya yang telah lama meninggalkan Kalia.

Gadis itu tersenyum lembut melihat matahari yang mulai beranjak ke peraduannya. Langit memancarkan warna jingga yang hangat, membuat sepasang netra itu berkedip takjub melihat ciptaan Tuhan yang membentang di angkasa.

“Dav, kamu tahu gak kenapa senja itu berwarna jingga?” Tanya Kalia, netranya tidak berhenti melepaskan pandangan dari cakrawala berwarna jingga itu.

Davian menoleh ke arah Kalia. Lelaki itu menggeleng.

“Memangnya ada alasan kenapa senja warnanya jingga?”

Kalia mengangguk.

“Kata Ayah, warna jingga itu artinya kebahagiaan. Jadi secara gak langsung senja bilang sama kita, kalau hari ini pun kita udah melaluinya dengan kebahagiaan.”

Davian tersenyum hangat. Ia merasa jantungnya berdesir halus ketika melihat Kalia tersenyum. Persis, ketika pertama kali mereka bertemu di kafe senja minggu lalu, namun Kalia tidak pernah menyadari kehadiran Davian yang selalu memperhatikan gadis itu.

“Gimana dengan orang yang lagi gak bahagia?” Tanya Davian kemudian.

Kalia menoleh.

“Dia harus melihat senja. Biar tau gimana hangatnya suasana yang diberikan ketika cakrawala melukis dirinya menjadi jingga. Dia harus lihat gimana burung-burung seolah berteriak bahagia karena ini saatnya untuk pulang dan beristirahat–” Ucapan Kalia terputus.

“Dia juga harus melihat, ada senyuman indah yang bisa bikin hati kamu menghangat dan berdebar disaat bersamaan,” Sambung David kemudian.

Kalia menunduk malu. Tahu, bahwa ucaoan Davian ditujukan untuknya.

“Kal—”

Panggilan Davian membuat jantung Kalia berdebar.

“Lo ada denger gemintang Fm, pas malam minggu kemarin kan?”

Kalia mengangguk, enggan mengangkat wajahnya.

“Tau gak, senyum cantik yang gue maksud itu siapa?”

Kalia menunduk semakin dalam.

“The one who asks me, What is love, that was you kan Kal?”

“Kok tau sih?” Kalia memgangkat kepalanya terkejut.

Davian tersenyum lembut.

“Username nya Kal, and i realize that was you waktu Joshua temen gue bilang, cewek dengan senyuman cantik yang gue liat di Kafe senja setiap hari adalah Kalia Syahira.”

Kalia kembali menunduk malu. Gadis itu tersipu mendengar penuturan Davian.

“Kal, gue mau kok dengerin cerita lo setiap hari. Everytime, when you curious about something, you can ask me whenever you want. I will be the one who listening to ur story everyday, the one who will lend my shoulder everytime you need to lean on, the one who will give you my hands everytime you need a hug to comfort ur self—

“So, if you give me a chance, would you be the one and the only person to keep my heart beating everyday?”

Kalia menatap Davian dengan lembut.

“Boleh kak?”

“Kenapa enggak? Hey, why are you crying?

Davian tiba-tiba menjadi panik melihat airmata yang mengalir dari pelupuk mata Kalia.

“It's happy tears. No need to worry. I liked you for 3 years and now confessing me like this feels like a dream come true. HUEEE”

“You what?”

Kalia mendorong bahu Davian.

“You listen everything, no need to repeat my word.”

Davian tersenyum lebar, kemudian membawa Kalia kedalam pelukannya.

“Hahaha, i love you cutie pie.

Pulang Bareng.


Kalia memainkan kuku jarinya karena canggung. Gadis itu benar-benar seperti sedang bermimpi sekarang. Duduk disebelah prince charming universitas nusantara didalam mobil sang kating yang menjadi most wanted guy ini.

Tadi, bahkan didepan jurusan Kalia. Semua orang menjadi heboh dan histeris melihat kedatangan lelaki itu. Kalia tidak tahu harus bagaimana setelah ini.

“Aura gue semengerikan itu ya?” Tanya Davian memecah keheningan.

“Ah, eh, eng–nggak kok kak,”

“Terus, lo ketakutan gitu kaya diculik sama genderuwo,”

“Kalo genderuwo nya kaya kakak, pasti genderuwo yang lain bakalan pensiun deh,”

Davian tertawa kecil.

“Kok bisa?”

“Mereka bakalan lost job alias jadi pengangguran karena semua orang bakal ngantri untuk diculik sama kakak,”

Davian tergelak.

“Unik banget pemikiran lo, gue aja ga kepikiran,”

Kalia tersenyum sedikit.

“Tapi, kata temen-temenku emang pikiran aku sering aneh,”

“Kayanya, gue beneran suka sama lo deh,”

Kalia terdiam, jantungnya berdetak kencang. Gadis itu sangat gugup saat ini.

“Panggil gue Davian mulai sekarang,”

“Gabisa gitu dong,” sela Kalia tidak terima.

“Why?”

“Gasopan tau,”

Davian tertawa.

“Kan gue udah izinin, jadi gapapa. Lagian gue bukan kakak lo, ngapain panggil gue kak,”

“Kayanya ini akibat aku ga denger omongan mama semalem deh,” Kalia bergumam.

“Gimana?”

“Eng–gak, gapapa,”

Davian mengacak rambut Kalia lembut. Lelaki itu tertawa lagi kemudian.

Kalia menutup matanya. Jantungnya semakin berdebar tak karuan.

“Mau beli apa sekalian pulang?”

“Hah?”

“Kal, gak nyaman ya sama gue?”

“Bukan gitu kak–”

“Davian,”

“Bukan gitu Dav– aku kaget aja gitu,” Ucap Kalia mengoreksi ucapannya.

“Yaudah, kita jalanin pelan-pelan aja ya,” Ujar Davian melembut.

What is love?


“10,97 Gemintang Fm, balik lagi sama gue Nancy yang bakal nemenin malam mingguan kalian malem ini. Nah, pasti udah pada stay tuned dari tadi karena nungguin bintang tamu kita malem ini kan? Siapa lagi kalau bukan Davian Rafael, prince charmingnya nya Kampus Nusantara,”

Davian mengembangkan senyumnya dengan lebar. Pipi tembam lelaki itu menggembung lucu.

“Gila, gila! Kesempatan langka banget bisa satu meja bareng Davian. Pasti banyak banget yang ngiri kan sama gue? Hahahaha, anyway Davian, welcome to Gemintang Fm yaa,”

“Halo semua, gue Davian Rafael. Waah, Seneng banget bisa diundang sama Gemintang malam ini,” Lelaki itu menjawab antusias.

“Kita yang terhormat banget ga sih, Davian bisa menyisihkan waktu untuk kita di sela-sela kegiatannya yang sibuk banget. Betewe Dav, ini gak ganggu malmingan lo kan?”

Davian tertawa.

“Kagak lah, malam ini gue udah kosongin semua jadwal demi Gemintang Fm,”

“Yaampun, gila, gila. Oke, jadi malem ini kita bakal bacain satu persatu fans letter yang dikirim dari beberapa fans nya Davian nih. Gue bacain satu persatu ya,”

Adalah Davian Rafael, seorang lelaki blasteran Korea dengan wajah rupawan dan kepribadian yang menawan, membuat banyak gadis di kampus Nusantara menyukainya.

Julukan prince charming sendiri sebenarnya bukan dibuat olehnya. Namun dibuat oleh penggemar yang mengidolakan lelaki itu.

Bagaimana tidak, selain tampan, lelaki itu juga pintar dalam bidang akademik maupun non akademik. Pernah menjabat sebagai ketua Bem, hingga saat ini menjadi bagian dari MPM kampus. Juga beberapa kali memenangkan kompetisi bisnis yang sempat diadakan di beberapa negara.

Tidak sampai disana, lelaki dengan gummy bear smile itu juga mendapatkan IPK 3.9 disetiap semesternya. Kalau kata gadis-gadis Nusantara University, Definisi daribkata sempurna adalah Davian Rafael.

“Oke, kita mulai ke pertanyaan pertama dari user @99kyu, kak Davian, gimana sih bisa manage waktu antara kuliah sama organisasi? Aku susah banget sama management waktu. sok dijawab Dav.” Nancy mempersilahkan.

Lelaki itu menegakkan punggungnya.

“Management waktu ya? Kalau gue sih mulai dari bikin daftar prioritas. Jadi daftar prioritas itu dibagi menjadi 4, yang pertama tidak penting tapi mendekati deadline, kedua penting tapi mendekati deadline, ketiga penting tapi tidak mendekati deadline, keempat tidak penting dan tidak mendekati deadline. Jadi, setiap ada kerjaan atau tugas baru, gue selalu atur yang mana yang harus gue kerjain dulu. Itu yang bikin gue bisa balance antara kegiatan akademik dan non akademik.”

“Wah, gila sih. Gue dapet ilmu baru juga nih mengenai manajemen waktu, makasi loh Dav.”

“Hahaha, sama-sama,”

“Oke, kita lanjut ke pertanyaan kedua, dari user @septy12 Tipe cewek idaman kak Davian gimana sih? Aku mau memaksakan diri nih.Hahaha kocak banget, gue juga penasaraan nih, lo kan banyak yang suka Dav, tapi masih betah banget ngejomblo. Kira-kira tipe cewek idaman lo gimana sih?”

Davian tergelak. Pertanyaan seperti ini sebenarnya sudah sering ia dapatkan, namun ia tidak menyangka bisa ditanyai ketika siaran seperti ini.

“Tipe cewek idaman ya? Hahaha Sebenarnya gue gapunya spesifikasi tipe cewek idaman. Tapi gue suka sama cewek yang senyumnya cantik.”

“Terus, senyum gue cantik gak Dav?” Nancy bertanya menggoda Davian.

Davian tertawa.

“Cantik Nan, tapi cantik yang gue maksud itu yang kalau lo liat senyumnya, kaya ada magnet yang bikin lo gamau berpaling sangking cantiknya.”

“Waduh, susah ya. Gimana tuh senyum harus bermagnet? Untuk user septy12, silakan memaksakan diri untuk membuat senyum kamu punya magnet ya,”

“Oke, next question dari user @kal. Pertanyaannya, Davian, what is love?. Wah, menarik banget nih pertanyaannya,so Davian, what is love?”

Davian melihat keatas sembari berpikir sesaat. Mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan yang diajukan. Lelaki itu menarik nafas.

Love is a perfection formed from imperfection

Rahang Nancy terjatuh mendengar jawaban dari Davian. Gadis itu kembali bertanya.

“So, menurut lo cinta adalah sebuah kesempurnaan dari sebuah ketidak sempurnaan. Gimana tuh maksudnya?”

“Ketika lo udah jatuh cinta dengan apapun, pasti semua hal yang gak sempurna akan terlihat sempurna di mata lo. Lo akan menerima hal itu dengan mudah karena lo udah mencintai hal tersebut. for example, kalau lo udah jatuh cinta sama seseorang. Everything goes well with anything she made. Bisa jadi itu adalah sesuatu yang lo benci, tapi ketika dilakukan oleh orang yang lo cintai, itu menjadi suatu hal yang bakalan lo damba. because everything's gonna looks perfect for love

Gosh, this is the deepest answer ever yang kita dapetin malem ini. Ga salah lo jadi prince charmingnya Nusantara. your mind blowing my mind.”

Davian hanya tersenyum mendengar jawaban Nancy.

Pikirannya kembali berkelana pada suatu moment yang mempertanyakan hal yang sama.

what is love exactly?

DEAR JEONGWOO

Ada seorang anak laki-laki, asalnya dari jeollak-bu, Iksan, Korea Selatan. Umurnya 17 tahun. Masih tergolong sangat muda.

Ni anak ajaib banget, kelakuannya, sifatnya, cara dia senyum, cara dia ketawa bikin gue betah banget liat dia lama-lama.

Ni anak bener-bener dateng dan ngasih hal-hal baru dalam hidup gue. Meskipun dia gapernah tau kalau gue hidup di dunia ini, tapi gue bisa sayang banget sama ni anak. Dia udah gue anggep kaya adik, temen, dan sahabat meskipun kita gapernah ketemu.

Kalau bukan karena Jeongwoo, gue gabakalan jadi hardstan kpopers sampe sekarang, beli album, beli merch, bikin tiktok, ngedit video or foto, sampe bikin sebuah universe dengan nama dia “Jeongwooniverse”.

Sekarang segala hal dihidup gue selalu dikaitin dengan Jeongwoo, gatau kenapa. Gue ga pernah nangis karena cowok untuk alasan apapun, but this kid made me crying everytime i saw him. Kek semua perjuangannya, semua hal yang dia lakuin bener-bener menginspirasi gue.

Dia cuma anak 17 tahun, tapi bisa sekuat itu jadi trainee ikut survival show sampe debut jadi idol. Kepribadiannya juga ajaib banget, dia orang yang humble, baiiik banget dan penuh kasih sayang. Not to mention he is also good looking, and have a prettiest smile that i've ever seen.

Gue ngikutin dia dari jaman YGTB, gue liat dia sama Haruto yang bener-bener punya kemistri persahabatan yang kuat.

Pernah gak, jatuh cinta sama orang tapi gak pernah liat wajahnya? Itu yang gue rasain pas pertama kali sama Jeongwoo. Gue jatuh cinta sama suaranya, terus gue Kepoin anaknya, sampe ngikutin ygtb sampe episode akhir, deg degan karena dia pertamanya ga masuk line up debut, terus kegirangan sendiri pas dia debut.

He gives a lot and big impact in my life. Kaya gue ngerasa hidup gue beneran colorful banget setelah kenal Jeongwoo. Sampe dititik gue khawatir, khawatir karena gue jatuh cinta banget sama kepribadiannya.

No, gue gak pernah haluin Jeongwoo as a bf karena however dia lebih cocok jadi adek gue. Tapi, gue bener-bener berharap suatu saat, di kehidupan gue yang nyata gue ketemu sama seseorang yang punya kepribadian yang baik banget kaya Jeongwoo.

Gatau gimana mau akhirin curhatan ini, karena banyak hal yang mau gue ceritain tentang Jeongwoo. Semoga gue juga bisa sekuat Jeongwoo untuk ngejar impian gue.

Semoga gue bisa apply apa yang gue dapet dari kerja keras Jeongwoo ke kehidupan pribadi gue sendiri.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ditulis saat bil sedang overthinking nangis gajelas di kamar.

Date with Kereta Kencana


Keira's pov.

Oke, now I'm gonna ask you. What is the biggest flex of your life? Cause i have one and only yang orang lain ga punya.

Ngedate dijemput pake kereta kencana.

Like, for real Giovan? Dia beneran jemput gue pake kendaraan ini.

Hal yang pertama gue lakuin adalah ketawa gak berhenti pas Gio nyampe didepan rumah. Sumpah, pikiran dia out of the box dan gue gak bakal ngira sama sekali doi beneran bawa ini buat ngedate. Papa sama mama gue bahkan texting dan bilang.

“nduk, iki calon pacarmu? Kok mama khawatir nduk”

Gue cuma bales untuk ga perlu khawatir karena manusia satu ini emang spesial.

Gio senyum lebar banget seolah dia udah menangin lotere.

“Kei, ayok naik, biar gue bisa bikin lo ngerasain jadi putri dalam sehari.” Ajaknya antusias.

Gue yang literally masih ngakak cuma bisa ngikutin permainan Gio.

Kalau ditanya, malu gak Kei? Malu. Tapi karena itu Gio, jadi gue gapapa.

Dasar bucin.

Tapi, emang begitu kan? i mean gini rasanya kalau lo bener-bener jatuh cinta sama kepribadian seseorang. Bukan karena wajahnya, atau karena yang lain. Kalau lo udah jatuh cinta sama kepribadian seseorang, lo akan menyukai apapun yang dia lakuin ke lo.

Terdengar bucin, but that's the fact. Dari awal, gue gak pernah malu buat maju duluan deketin Gio.  Dia adalah spesies unik yang diciptakan oleh semesta, dan beruntung gue bisa ketemu sama dia.

Gio itu penuh kejutan. Sikapnya, cara dia memperlakukan seseorang dan cara dia menyikapi suatu hal, semuanya penuh kejutan. Jadi, lo bisa bayangin gimana kalau lo hidup dengan Gio setiap hari dan dikasih macam-macam kejutan dengan kepribadian dia yang unik, hidup lo bakalan bener-bener colorful dan gak membosankan.

“Gimana tuan putri? Udah berasa jadi cinderella gak malam ini?” Tanya Gio sembari mengayuh pedal kereta kencana ini.

“Asli, gue gak expect bakalan jalan-jalan pake ini.” Jawab gue kemudian.

Gio tertawa. Ganteng anjir, jangan ketawa lu!

“Sengaja gue pilih jalan yang gak banyak orang lewat. Kali aja lo malu Kei.”

“Enggak kok, ini seru dan lucu. Gue bahkan kasian sama orang yang gak pernah di surprise in kaya gini. Mereka gabisa ngerasain gimana rasanya naik kereta kencana hahaha.” Gue ketawa ngakak lagi.

Ya ampun Tuhan, rasanya kepingin sama Gio terus. Ini gue bucinnya udah level 1000 kali ya.

“Ini destinasinya kemana btw?” Tanya gue. Sengaja, biar bisa lama-lama jalan sama Gio terus.

“Hmmm, biasa kereta kencana kemana destinasinya?” Doi malah nanya gue balik.

Gue berpikir sesaat.

“Kalau cinderella sih, ke pesta kerajaan kan?”

Gio menjentikkan tangannya. “Keira pinter! Kita bakalan ke pesta kerajaan malam ini.”

Gue menganga. “Hah? Serius?”

Gio mengangguk.

Gue kembali berpikir, pesta kerajaan gimana yang dimaksud sama Gio.

Bener kan gue bilang? Pikiran Gio itu out of the box dan lo gabisa baca kemana arah dia berpikir.

Sambil menerka-nerka kemana destinasi akhir dari perjalanan ini, gue dan Gio ngomongin banyak hal. Sebagian topik diisi dengan cerita dia dan Jio yang random banget. Topik yang lain diisi dengan betapa keselnya dia sama Abu yang gak mau diajak temenan, dan topik lain tentang cita-cita Gio yang mau jadi abdi negara.

“Kenapa mau jadi Abdi negara?”

Gio berpikir sejenak sebelum menjawab.

“Gue mau ngelindungi orang-orang yang gue sayang Kei. Gue gamau kehilangan, karena kehilangan ternyata semenyakitkan itu.” Jawabnya dengan mata menerawang.

Gue gak berani tanya, siapa yang membuat dia berpikir kalau kehilangan akan menjadi sesakit itu, karena gue tau, itu bukan ranah gue. Nanti, kalau Gio mau terbuka dan mau cerita, kapanpun itu gue bakal siap mendengarkan.

“Kenapa suka usilin Abu?” Tanya gue lagi. Ini pertanyaan sensitif sebenarnya, tapi gue penasaran. Semoga Gio gak ninggalin gue kaya kemarin pas makan di basecamp.

“Hidupnya lempeng amat, gue kesel. Jadi gue kerjain biar berwarna sedikit.”

Bener kan gue bilang? Emang otak Gio gabisa di nalar pake nalar manusia.

“Dari SMP, dia anaknya tertutup. Gamau diajak temenan, kaya batu tapi bisa jalan. Gue gabisa liat emosi apapun diwajahnya. Akhirnya gue sama Jio setuju untuk ngerjain dia setiap hari. Penasaran gimana ekspresinya Abu kalau lagi marah.”

Gue ketawa. Bahkan cara dia perhatian sama orang aja unik. That's Giovan everyone.

“Lo kenapa nolak Abu?” Gio nanya balik.

“Karena gak suka.”

“Cuma itu alasannya?”

“Iya, gasuka dan gabisa dipaksa untuk suka.”

Gio kemudian manggut-manggut mengerti.

“Kalau sama gue, suka gak Kei?” Tanyanya tiba-tiba.

Astaga jantung gue, udah merosot ke perut kayanya sekarang. Gue cuma diem ga menanggapi, aslinya gue deg degan banget kaya diajak lari estafet 400 meter.

Tiba-tiba kereta kencana ini berhenti. Gue gatau ini dimana, tapi banyak lampu taman disekeliling sini. Suasananya sepi banget. Gue yakin cuma ada kita berdua disini.

Gio kemudian turun, dan berdiri di pintu kereta. Gio ngulurin tangannya sambil senyum ganteng.

“Yuk, ke pesta kerajaan.” Ucapnya sambil natap gue.

MANIS BANGET YA TUHAN, GUE MAU MELELEH JADI MENTEGA CAIR AJA.

Gue nerima uluran tangan Gio dan turun dari kereta kencana ini. Tangan gue digenggam sama doi, dan jangan tanya jantung gue gimana sekarang.

Kita jalan sedikit ke arah utara. Sepanjang jalan banyak banget lampu berbentuk kupu-kupu di gantung tepat diatas kepala dan bersambung satu sama lain.

Sumpah, gue gabohong ini indah banget.

500 meter dari tempat kami, ada beberapa orang memakai bajucosplay, ada yang make baju ibu peri, ada yang make baju Aladin, baju kurcaci, mereka semua berdansa dengan riang disana, dan waktu mendekat, gue makin shock.

Itu semua temen-temen gue di sekolah Anjir.

Gue natap Gio kaget, doi cuma senyum-senyum ganteng.

Ya Allah, ini gue bisa pingsan beneran kalau begini ceritanya.

“Gi, ini–” gue gabisa ngelanjutin karena speechless.

Tiba-tiba Gio bisikin sesuatu yang bikin gue makin merinding.

“Kei, kalau gue tembak disini lo malu gak? Atau mau gue tembak pas kita lagi berdua aja?”

Gue spontan jawab.

“Pas lagi berdua aja.” Sambil nutup mata.

“CIEEEEEEEEE” kerumunan yang lagi cosplay itu seketika menyoraki gue.

Anjir Keira, lo malu-maluin sumpah.

“Yaudah, kita cabut kuy.” Ucap Dean yang make kostum kumbang.

Kerumunan itu pun bubar. Ninggalin gue sama Gio berdua disana.

Sumpah ini canggung banget.

“Kei‐” panggil Gio.

Gue balik, menghadap dia, tapi gue nunduk.

Gio memilin rambutnya di belakang telinga.

“Gue kadang emang suka bercanda, tapi perasaan gue ke lo gak bercanda. Kali ini gue serius, gue serius suka sama lo.” Ujarnya lugas.

Gue? Sebentar lagi tahan napas.

Gue masih speechless dan masih ga nyangka aja kalau Gio bakal nembak gue malam ini.

Gue memainkan kuku, canggung. Mau jawab iya gue suka lo juga, tapi gue malu, tapi pengen bilang juga, tapi gue bingung.

“Kalau pacaran sama gue, lo keberatan ga kei?”

“Ya engga lah!.” Jawab gue spontan.

Seketika gue nutup mulut. Anjir, Keira gausah nge gas juga jawabnya.

Gio senyum sampai matanya menyipit. Sumpah manis banget, gue bisa diabetes bentar lagi kayanya.

“Jadi, kita pacaran ya?” Tanya Gio lagi.

Ya Allah gue mau pulang, capek banget jantung gue deg degan terus.

Gue mengangguk terus tersenyum.

Terus lo tau Gio ngapain?

Lompat-lompat kegirangan, terus teriak-teriak gajelas. Sambil bilang gini ke arah pohon.

“GUE PUNYA PACAR WOY!! HAHAHA KASIAN LU JOMBLOO!”

Gue cuma bisa ketawa ngakak liat kelakuan ni anak.

Memang Giovan unik banget manusianya, jadi makin suka.