Permintaan maaf
Setelah dilempar kotak susu pisang oleh Gun, Krist akhirnya tersadar bahwa yang membalas pesannya tadi bukanlah halusinasi semata, tetapi nyata. Krist kembali mengecek handphonenya untuk melihat apakah pesan tersebut masih ada atau tidak, dan ternyata memang masih ada.Krist mengangkat kepalanya pelan untuk melihat oknum lain yang berada didalam ruangan itu. Krist melihat New dan Gun menatapnya seakan meminta penjelasan, tapi mereka segera mengalihkan pandangan mereka ke handphone saat sadar Krist melihat mereka.
Krist sekali lagi mengecek handphone nya, dan ya pesan itu masih ada yang artinya itu benar benar nyata. Grup mereka dulu masih ada, gun dan new masih menggunakan nomor lama untuk WhatsApp, Gun dan New bahkan tidak keluar dari grup itu. Mata Krist memanas, ia merasa sangat terharu akan hal itu. Jujur, setelah bertahun-tahun pesan terakhir mereka di grup itu Krist tidak pernah berani untuk mengirim pesan disana meskipun ia ingin. Krist takut akan kenyataan grup itu sudah mati, dan hanya ada dirinya yang masih aktif disana.
Lagi lagi Krist melihat gun dan New melihat kepadanya, Krist berdiri pelan dari duduknya, ia berjalan pelan menghampiri Gun dan New, badan Krist bergetar. Setelah sampai di hadapan Gun dan New, pertahan Krist runtuh. Ia terjongkok di hadapan Gun dan New bersamaan dengan air matanya yang turun tanpa bisa ia tahan. Krist menangis, Krist menangis di hadapan sahabat yang sangat ia sayangi dulu, sekarang, dan selamanya.
Gun dan New tetap pada posisinya yaitu duduk dikursi yang berdekatan dan dihadapan mereka ada Krist yang sedang menangis dalam keadaan jongkok.
“A-aku minta maaf” Kata Krist dengan terisak, ini adalah hal yang sangat ingin Krist lakukan selama ini dan dia tidak ingin menghancurkannya dengan tangisan, tapi Krist tidak bisa menahannya.
“A-aku benar benar minta maaf hiks” Krist kembali mengulang kata maaf sambil menangis, ia menatap Gun dan New yang tidak berkutik sama sekali.
“A-aku benar benar nggak maksud bilang kata kata kayak gitu ke kalian, aku sayang banget sama kalian karena itu kalian bukan karena status sosial atau pun fisik kalian. Aku bahagia banget bisa punya sahabat kayak kalian yang mengerti aku, yang Terima aku apa adanya” Krist melanjutkan perkataan nya masih dengan air mata yang mengalir kian deras.
“A-aku paman mau bunuh kalian” Tangis Krist semakin pecah ketika mengucapkan kalimat itu, ia tidak kuat melanjutkan penjelasannya karena semua yang ingin dia jelaskan adalah masa masa yang sangat menyakitkan baginya. Masa ketika ia kehilangan pembantunya yang sangat ia sayangi, masa ketika ia melihat pamannya sudah memantau para sahabatnya, masa ketika ia harus kehilangan sahabatnya karena itu semua, dan juga masa ketika ia harus menjadi sosok pendiam yang tidak memiliki teman sama sekali karena ia takut temannya mendapatkan hal buruk lagi.
Krist tersentak saat merasakan tubuhnya ditarik kedalam sebuah pelukan, pelukan hangat yang selama ini dia rindukan.
“Kalau masih nangis, kita gak bakal mau maafin kamu” Suara judes dari New adalah hal pertama yang Krist dengar selama ia berada diruangan ini.
Tangis Krist semakin deras, ini semua terlalu indah untuk menjadi kenyataan.
“Nangis lagi nih? Yaudahlah kita pergi aja New” Kata Gun sambil melepas pelukannya tetapi Krist membalas pelukan mereka berdua.
“Gun m-maaf aku udah bikin kamu hampir dibunuh, a-aku emang jahat dan nggak pantas dimaafin, a-aku jahat banget gun. Harusnya bukan kamu yang ngalamin itu semua, harusnya aku”
“New, k-kamu itu udah sempurna. Proporsi tubuh kamu udah bagus banget, dari dulu. Kamu nggak gendut, aku malah suka ngeliat kamu makan. K-karena aku kamu harus diet sampai sakit. A-aku harusnya ngalamin itu semua” Krist masih melanjutkan perkataan nya dengan air mata yang tidak mau berhenti
“Gun, gara-gara aku kamu benci sama orangtua kandung kamu. Benci aku aja gun, k-karena mereka nggak tau kalau kamu masih hidup. A-aku sayang kamu dan nggak mempersalahkan kamu kaya atau miskin, kamu nggak hina. A-aku yang hina” Air mata Krist terus mengalir
“A-aku nggak papa kalau kalian nggak mau maafin aku, t-api biarin aku meluk kalian untuk terakhir kalinya” Krist masih menangis sembari mengeratkan pelukan nya pada dua orang yang sangat ia rindukan.
“Krist, kami maafin kamu. Dan nggak pengen ini jadi pelukan kita terkahir kalinya” Kata Gun
Krist mengangkat kepalanya pelan, ia takut salah dengar.
“Aku mimpi lagi?” Gumam Krist pelan, dan dijawab kekehan oleh dua orang lainnya
“Kamu mimpi terus mah, kita beneran maafin kamu” Kata New sembari memegang tangan Krist, diikuti dengan Gun.
“Kami nggak pernah marah ke kamu, kami kecewa” Lanjut New
“Kami kecewa karena setelah kejadian kamu jelek-jelekin kami, kamu hilang tanpa kabar. Kamu nggak menjelaskan yang sebenarnya ke kami, padahal kami percaya kamu nggak bermaksud buruk”
“Setelah kejadian itu juga, kami masih ngabarin keadaan kami ke kamu dan berharap kamu kembali kesini dan ngejelasin yang sebenarnya ke kami, tapi kamu nggak pernah datang menjelaskan. Kami kecewa karna kami nungguin kamu”
“Jujur, waktu tau kita kuliah di tempat yang sama kami senang banget, kami berharap banyak keadaan kita bisa kayak dulu. Tapi kamu bertingkah seolah olah kamu nggak kenal kami, kami milih nyerah saat itu juga”
“Kami senang hari ini akhirnya datang”
Perkataan Gun dan New lagi lagi membuat tangis Krist semakin tidak bisa ia tahan, tangisnya benar benar pecah.
“Udah ah jangan nangis terus, mending kamu jelasin sejak kapan kamu pacaran sama singto, dan kenapa bisa” Kata New
“Iya jangan nangis lagi, mereka ikut nangis tuh” Kata Gun sambil menunjuk jendela yang penuh dengan wajah orang yang sedang menangis, mana posisi mereka benar benar nggak rapih, dan terkesan bertumpuk