jjaeyyaa

“SAKHA!” teriak Hesa

Sakha yang mendengar teriakan Hesa pun langsung menghampiri Hesa di kamarnya.

“Kenapa teriak teri-”

Hesa langsung memeluk tubuh Sakha dengan erat, dengan nafas yang belum teratur.

“Om?”

“Abang jangan tinggalin Om, Abang gak boleh dibawa Papi” rancau Hesa

“Om, Om mimpi buruk yaa?”

“Om mimpiin Sakha meninggal?” tanya Sakha

Hesa mengangguk, dan kembali mengencangkan pelukannya itu.

“Om, kalau begini terus Om bikin Sakha mati. Sakha gak bisa nafas, astaghfirullah Om” ucap Sakha

Hesa langsung melepaskan pelukannya itu, banyak keringat yang bercucuran di keningnya.

“Sakha gak bakal kemana mana, Sakha disini, Sakha masih mau ke Jepang”

“Udah Om bangun gih, tuh Abang udah beliin bubur depan kampus Om dulu” ucapnya

“Jadi, Om cuma mimpi bang?” tanya Hesa

Dan Sakha mengangguk, sambil mengambil tisu dan memberikan kepada Hesa “Mandi sana Om, bau keringet, kasur udah kaya korban bencana banjir” ucap Sakha

Hesa tampak diam, mencerna semua kejadian di dalam mimpi itu.

“Udah lho Om, itu cuma bunga tidur, makanya kalau tidur tuh baca doa.”

“Cepetan mandi, ALLAHUAKBAR OM HESA!” teriak Sakha

“ABANG ITU SAMPE 3 KALAU GAK GERAK, ABANG MAKAN BUBUR NYA YA?”

“Satu,”

“Dua,”

“Tig-”

“Iya bawel banget dah lo! Awas bubur gue lo makan!” ucap Hesa sambil beranjak dari tempat tidurnya.

“Di ancem bubur aja baru bergerak, cih” gumam Sakha

“Om masih punya telinga, kalau Abang lupa” jawabannya

Dan semua kejadian itu hanya mimpi Hesa, semua tampak begitu nyata, rasa kehilangan nya juga masih terasa di hati Hesa.

“SAKHA!” teriak Hesa

Sakha yang mendengar teriakan Hesa pun langsung menghampiri Hesa di kamarnya.

“Kenapa teriak teri-”

Hesa langsung memeluk tubuh Sakha dengan erat, dengan nafas yang belum teratur.

“Om?”

“Abang jangan tinggalin Om, Abang gak boleh dibawa Papi” rancau Hesa

“Om, Om mimpi buruk yaa?”

“Om mimpiin Sakha meninggal?” tanya Sakha

Hesa mengangguk, dan kembali mengencangkan pelukannya itu.

“Om, kalau begini terus Om bikin Sakha mati. Sakha gak bisa nafas, astaghfirullah Om” ucap Sakha

Hesa langsung melepaskan pelukannya itu, banyak keringat yang bercucuran di keningnya.

“Sakha gak bakal kemana mana, Sakha disini, Sakha masih mau ke Jepang”

“Udah Om bangun gih, tuh Abang udah beliin bubur depan kampus Om dulu” ucapnya

“Jadi, Om cuma mimpi bang?” tanya Hesa

Dan Sakha mengangguk, sambil mengambil tisu dan memberikan kepada Hesa “Mandi sana Om, bau keringet, kasur udah kaya korban bencana banjir” ucap Sakha

Hesa tampak diam, mencerna semua kejadian di dalam mimpi itu.

“Udah lho Om, itu cuma bunga tidur, makanya kalau tidur tuh baca doa.”

“Cepetan mandi, ALLAHUAKBAR OM HESA!” teriak Sakha

“ABANG ITU SAMPE 3 KALAU GAK GERAK, ABANG MAKAN BUBUR NYA YA?”

“Satu,”

“Dua,”

“Tig-”

“Iya bawel banget dah lo! Awas bubur gue lo makan!” ucap Hesa sambil beranjak dari tempat tidurnya.

“Di ancem bubur aja baru bergerak, cih” gumam Sakha

“Om masih punya telinga, kalau Abang lupa” jawabannya

Dan semua kejadian itu hanya mimpi Hesa, semua tampak begitu nyata, rasa kehilangan nya juga masih terasa di hati Hesa.

Alena dan Syifa sudah lengkap dengan baju khusus ruangan ICU itu.

Mereka berjalan menghampiri Sakha yang masih enggan untuk membuka matanya, sudah 6 hari lamanya ia di ruangan ini.

Tidak ada perkembangan sedikit pun kata dokter yang menangani Sakha, cuma doa yang mampu kita lakukan.

“Sakha...” panggil Syifa

Alena yang tau, sedikit memberi jarak untuk Syifa berbicara kepada Sakha.

Syifa mengelus rambut Sakha begitu lembut, menahan air mata yang ia tahan sejak memasuki rumah sakit ini.

“Sakha,” lirihnya

“Sakha, kita masih punya tempat tempat yang belum kita datangi, kemarin kamu minta untuk study date kan? Ayo Sakha, kita study date...”

“Sakha, maaf..”

“Maaf kalau aku fikir kamu ilang gitu aja, maaf kalau fikiran aku negatif setiap harinya tanpa aku tau kamu disini berjuang buat bangun” ucapnya

Air mata yang Syifa tahan sejak memasuki rumah sakit ini pecah begitu saja.

Alena yang melihat Syifa terisak pun menghampiri Syifa dan memberikan usapan lembut di punggungnya.

“Sakha pasti bangun,” ucap Alena

“Sampai kapan tante? Bahkan Syifa baru tau di hari ke-6 Sakha di rawat”

“Tante... Syifa gak mau ditinggal Sakha” lirihnya

“Tante juga gak mau ditinggal Sakha, Syif...”

“Tante cuma bisa berdoa untuk kesembuhan Sakha..” ucap Alena

Alena juga terisak, menangis bersama di ruangan itu. Mereka tak tega melihat Sakha yang terbujur di ruangan ini, banyak luka di tangan maupun di muka yang hampir kering.

“Om... Jangan ambil Sakha, Syifa mohon...” batinnya

“Sudah yaa, yuk kit-”

Tit... Tit... Tit... Suara alat yang semua orang takuti

Gak, gak mungkin, Om... Syifa mohon

“SAKHA!!!!”

“SAKHA BANGUN, BANGUN SAYANG” teriak Syifa sambil lari menuju Sakha

Alena yang panik, langsung memecet tombol panggilan untuk dokter itu.

Dewa, Hesa, Sean dan Jaya yang mendengar jeritan Syifa langsung memasuki ruangan itu.

Hesa melihat monitor itu langsung berlari menuju Sakha.

Tidak mungkin, tidak, ini bukan waktunya. Apa yang Laura ucapkan bertolak belakang.

“Abang, abang Sakha, denger Om.” ucap Hesa sambil mengguncang tubuh Sakha

“ABIMANA SAKHALA, BANGUN SAYANG, BANGUN” teriak Hesa.

Dokter langsung datang dan menyuruh Hesa dan Syifa untuk sedikit mengasih jarak untuk ia mengecek Sakha.

Dewa membekap tubuh Hesa, menenangkan Hesa yang sudah Kacau itu.

“Saa, kalau ini jalannya, ikhlas yaa?” bisik Dewa

Tak ada jawaban dari Hesa.

Dokter pun menghampiri Hesa dan Dewa “Pak, Maaf saya sudah semaksimal mungkin untuk menolong pasien”

“Pasien di nyatakan meninggal pada pukul 15:00” ucap Dokter

“GAK DOK, GAK MUNGKIN, SAKHA ANAK KUAT. PERIKSA LAGI DOKTER” teriak Hesa

“LAURA LO BILANG SAKHA GAK BAKAL DI BAWA JAKE, TAPI INI APA? JAKE BAWA SAKHA! GUE GAK PUNYA SIAPA SIAPA LAGI DISINI LAURA!” ucap Hesa

Hesa menghampiri Sakha yang sudah di lepasi alat alat yang membantu Sakha kemarin.

“Abimana Sakhala... Om udah gak punya siapa siapa, ayo bangun sayang, temenin om”

“Abang udah janji sama nenek buat jagain Om sampai Om nemuin pujaan hati Om, ayo bang bangun” ucap Hesa sambil menggoyangkan tubuh Sakha

Hesa langsung di bekap dengan Dewa dengan erat, Dewa juga merasa kehilangan.

Sean dan Jaya sudah menangis sejak tadi, menangisi teman yang sudah berteman sejak kecil.

Syifa juga terisak di dalam dekapan Alena, menangisi Pria yang ia sayangi.

Baru saja ia meminta kepada Jake, kenapa tidak di dengarkan olehnya? Apakah ini jalan untuk Sakha, apakah ini waktu yang tepat untuk Sakha pergi?

“Sakha... Sakha cape yaa? Sakha udah mau ketemu Papi yaa? Kalau ini waktunya, Syifa ikhlas ko. Tapi janji sama Syifa untuk bahagia disana yaa?”

“Abimana Sakhala, Pria terkuat setelah Ayah, Pria terhebat setelah Ayah. Selamat tidur. Tidur yang nyenyak di samping Papi Jake yaa” ucap Syifa.

Hesa merosotkan badannya di tembok rumah sakit, menjambak rambutnya sendiri.

Tangisan itu pecah, ia benci menangis, ia benci orang lemah. Tapi kali ini Hesa menangis di depan banyak orang.

Kenapa sesak sekali mengikhlaskan Sakha? kenapa hati Hesa menolak untuk mengikhlaskan? Kenapa ia masih berfikir kalau Sakha kembali bangun lagi?

Jake, gue mohon, mohon Jake... Jangan sekarang, gue masih mau bahagia'in Sakha...

Sean dan Jaya sedang menuju rumah sakit, setelah mengabari Syifa yang katanya adalah kekasih temannya itu.

Setelah selesai memarkirkan kendaraannya, Sean dan Jaya langsung memasuki Rumah sakit.

“Tunggu lobby dulu, Jay” ucap Sean

“Ngapain?”

“Nunggu Syifa” balasnya

“Sumpah beneran? Syifa pacarnya Sakha?!” Seru nya

“Yaa, gak tau. Tapi kali ini guw coba percaya dulu”

“Awas ye lo Sakha, bangun gue keplak pala lo” ucapnya dan di balas tatapan tajam dari Sean


Selain itu, Hesa, Dewa dan juga Alena berada di depan ruangan ICU setelah menjenguk ponakannya.

“Saa, apa gak mau bilang ke Rachel kalau anaknya Sakit?” Ucap Alena

“Ngapain? Dia juga belum tentu mau dateng kan?” Balasnya

“Bukan gitu Saa, gue tau lo masih kesel sama Rachel karena kejadian Sakha di pukulin. Tapi seorang ibu juga harus tau keadaan anaknya, gue yakin, Sakha pasti setiap harinya selalu kasih kabar ke Rachel.”

“Dan Rachel pasti baca itu walaupun tidak di balas. Saa, Rachel juga seorang ibu, gak mungkin Rachel tiba tiba jadi kaya gini kalau gak ada sebabnya. Bukan gue bela Rachel, gak Saa. Tapi ini buat Sakha, Sakha butuh sosok ibu sekarang”

“Kurangin egois lo kali ini ya Saa? Buat Sakha, bukan buat Rachel” ucap Alena panjang lebar menasehati Hesa.

Dewa yang sedari tadi hanya mendengarkan ikut turut menyetujui apa yang istrinya katakan.

“Its oke, kalau belum mau kasih jawaban sekarang, tapi gue mohon, secepatnya ya?” ucap dewa


Balik lagi dengan Sean dan Jaya, mereka sudah menunggu Syifa 10 menit lamanya, rasa bosan sudah hinggap di kepala Jaya.

“Lama banget dah, dasar cewek” gumamnya

Tak lama dari ucapan Jaya, seorang wanita berlarian menuju rumah sakit.

Melihat sekeliling seperti mencari sesuatu disini, Sean yang tak sabaran pun langsung menghampiri wanita itu.

“Syifa?” Tanya Sean

“Eh iya gue, lo Sean ya?” Balasnya

“Iya. Ayo masuk” ajaknya

Dan mereka munuju ruangan ICU, tempat di mana Sakha tidur.

Setelah sampai di lantai 10, Sean menghampiri Syifa “Sakha gak apa apa, gak usah panik” bisiknya

“Hai om, lho om Dewa pulang?” Sapa Jaya

Dewa yang sedang berbincang-bincang dengan Alena dan juga Hesa pun menoleh ketika mendengar suara Jaya.

“Eh Jaya, udah pulang sekolah?”

“Udah om, om kapan pulang?”

“Barusan, langsung kesini”

“Oalah, oke deh”

Setelah bersaliman dengan Hesa, Dewa dan Alena. Suasa menjadi canggung, dan Syifa tampak gelisah melihat ke arah Sakha.

Alena yang sadar akan hal itu, langsung menghampiri Syifa

“Hai cantik, siapa nama kamu?” ucap Alena

“Syifa, tante” balasnya

“Mau jenguk Sakha ya?”

Syifaa tersenyum malu “Iya tante, boleh?”

“Boleh dong, mau tante anterin?”

Syifaa mengangguk sebagai jawabannya, dan Alena meminta izin kepada Dewa dan Hesa untuk mengajak Syifa ke dalam ruangan itu.

“Itu siapa bro?” tanya Dewa

“Katanya sih ceweknya Sakha”

Hesa yang sedang minun pun langsung tersedak air yang ia minum

“Astaga Om, Gak apa apa?” Tanya Sean

“Sakha punya pacar?” Tanya Hesa

“Masih abu abu, soalnya Sakha gak pernah bilang sama Sean maupun Jaya”

“Saa, kalau gue bilang udah pernah liat Sakha jalan sama cewek lo percaya gak?” Tanya Dewa

“Pecaya gak percaya sih, tapi Sakha aja dirumah terus akhir akhir ini” balasnya

“Pas gue lagi ngurus wedding, gue gak sengaja liat Sakha sama cewek berdua jalan di mall”

“Gue kira cuma mau beli bahan keperluan sekolah, tapi pas gue ikutin, mereka ke bioskop cuy” ujar Dewa sambil mengingat kejadian itu

Sean dan Jaya juga terkejut dengan penjelasan Dewa

“Sakha diam diam menghanyutkan” gumam Jaya.

Sean dan Jaya sedang menuju rumah sakit, setelah mengabari Syifa yang katanya adalah kekasih temannya itu.

Setelah selesai memarkirkan kendaraannya, Sean dan Jaya langsung memasuki Rumah sakit.

“Tunggu lobby dulu, Jay” ucap Sean

“Ngapain?”

“Nunggu Syifa” balasnya

“Sumpah beneran? Syifa pacarnya Sakha?!” Seru nya

“Yaa, gak tau. Tapi kali ini guw coba percaya dulu”

“Awas ye lo Sakha, bangun gue keplak pala lo” ucapnya dan di balas tatapan tajam dari Sean


Selain itu, Hesa, Dewa dan juga Alena berada di depan ruangan ICU setelah menjenguk ponakannya.

“Saa, apa gak mau bilang ke Rachel kalau anaknya Sakit?” Ucap Alena

“Ngapain? Dia juga belum tentu mau dateng kan?” Balasnya

“Bukan gitu Saa, gue tau lo masih kesel sama Rachel karena kejadian Sakha di pukulin. Tapi seorang ibu juga harus tau keadaan anaknya, gue yakin, Sakha pasti setiap harinya selalu kasih kabar ke Rachel.”

“Dan Rachel pasti baca itu walaupun tidak di balas. Saa, Rachel juga seorang ibu, gak mungkin Rachel tiba tiba jadi kaya gini kalau gak ada sebabnya. Bukan gue bela Rachel, gak Saa. Tapi ini buat Sakha, Sakha butuh sosok ibu sekarang”

“Kurangin egois lo kali ini ya Saa? Buat Sakha, bukan buat Rachel” ucap Alena panjang lebar menasehati Hesa.

Dewa yang sedari tadi hanya mendengarkan ikut turut menyetujui apa yang istrinya katakan.

“Its oke, kalau belum mau kasih jawaban sekarang, tapi gue mohon, secepatnya ya?” ucap dewa


Balik lagi dengan Sean dan Jaya, mereka sudah menunggu Syifa 10 menit lamanya, rasa bosan sudah hinggap di kepala Jaya.

“Lama banget dah, dasar cewek” gumamnya

Tak lama dari ucapan Jaya, seorang wanita berlarian menuju rumah sakit.

Melihat sekeliling seperti mencari sesuatu disini, Sean yang tak sabaran pun langsung menghampiri wanita itu.

“Syifa?” Tanya Sean

“Eh iya gue, lo Sean ya?” Balasnya

“Iya. Ayo masuk” ajaknya

Dan mereka munuju ruangan ICU, tempat di mana Sakha tidur.

Setelah sampai di lantai 10, Sean menghampiri Syifa “Sakha gak apa apa, gak usah panik” bisiknya

“Hai om, lho om Dewa pulang?” Sapa Jaya

Dewa yang sedang berbincang-bincang dengan Alena dan juga Hesa pun menoleh ketika mendengar suara Jaya.

“Eh Jaya, udah pulang sekolah?”

“Udah om, om kapan pulang?”

“Barusan, langsung kesini”

“Oalah, oke deh”

Setelah bersaliman dengan Hesa, Dewa dan Alena. Suasa menjadi canggung, dan Syifa tampak gelisah melihat ke arah Sakha.

Alena yang sadar akan hal itu, langsung menghampiri Syifa

“Hai cantik, siapa nama kamu?” ucap Alena

“Syifa, tante” balasnya

“Mau jenguk Sakha ya?”

Syifaa tersenyum malu “Iya tante, boleh?”

“Boleh dong, mau tante anterin?”

Syifaa mengangguk sebagai jawabannya, dan Alena meminta izin kepada Dewa dan Hesa untuk mengajak Syifa ke dalam ruangan itu.

“Itu siapa bro?” tanya Dewa

“Katanya sih ceweknya Sakha”

Hesa yang sedang minun pun langsung tersedak air yang ia minum

“Astaga Om, Gak apa apa?” Tanya Sean

“Sakha punya pacar?” Tanya Hesa

“Masih abu abu, soalnya Sakha gak pernah bilang sama Sean maupun Jaya”

“Saa, kalau gue bilang udah pernah liat Sakha jalan sama cewek lo percaya gak?” Tanya Dewa

“Pecaya gak percaya sih, tapi Sakha aja dirumah terus akhir akhir ini” balasnya

“Pas gue lagi ngurus wedding, gue gak sengaja liat Sakha sama cewek berdua jalan di mall”

“Gue kira cuma mau beli bahan keperluan sekolah, tapi pas gue ikutin, mereka ke bioskop cuy” ujar Dewa sambil mengingat kejadian itu

Sean dan Jaya juga terkejut dengan penjelasan Dewa

“Sakha diam diam menghanyutkan” gumam Jaya.

Hai Enhypen!

Hari ini sudah lega? Sudah lega karena sudah berbagi sedikit masalah kalian kepada Engene.

Perihal Jake, jujur saja saya sangat sakit melihat Jake yang menangis tertahan itu, saya rasa Jake sudah tidak bisa menahan rasa sedih itu sendiri.

Tidak apa apa Jake, kamu juga manusia yang bisa merasakan kesedihan. Tidak semua orang bisa menutupi semua masalah atau kesedihan nya sendiri.

Maaf ya? Terima maaf Engene yang suka sekali memaksa kamu untuk mengabari kita, memaksa kamu untuk live di vlive.

Mungkin dengan kamu bercerita sedikit di konser tadi, banyak Engene yang mengerti dan menyesal sudah memaksa kamu.

Ini tentang Ni-ki

Pria berumur 16 tahun lebih tepatnya berumur 13 tahun sudah bisa merintis karirnya di negara tetangga.

Trainee, masuk di Iland dan debut sebagai ENHYPEN itu suatu anugerah yang Tuhan beri kepada Ni-ki.

Perjuangan Ni-ki belum selesai setelah ia di nyatakan lolos debut, ia harus berjuang lebih banyak untuk ENHYPEN.

Kalau di ingat waktu kasus C19, Ni-ki lah yang terakhir terpapar. Saat itu mungkin saja saat saat dimana masa sulit Ni-ki datang.

Rindu dengan kedua orang tuanya di Jepang, ia sendiri di tempat karantina, ia cuma di beri penyemangat dan telfon dari orang orang terdekat.

Ini tentang Heeseung

Heeseung adalah anak bungsu yang harus mendidik anak anak ENHYPEN, ia menjadi hyung (kakak) tertua di grup nya.

Heeseung selalu ingin menjadi yang sempurna tanpa ia sadar kalau dia sudah sempurna dari lahir.

Tak banyak yang saya tau dari Heeseung, karena Heeseung ketika ada berita tentang kesehatan dirinya, ia langsung mengabari Engene dan berkata.

“Im okay”

“Aku tidak apa apa, selamat malam.”

Dan tanpa kita sadari Heeseung juga memantau Engene dari sana, selalu tau apa yang Engene sedang bahas di dunia maya.

Buat Heeseung, terimakasih sudah mau menjadi Hyung terbaik di ENHYPEN, terimakasih sudah menjadi bahu untuk para adik-adiknya.

Ini tentang Jay

Jay! Pria yang tidak mau orang banyak melihat tangisannya.

Jay, anak satu satu nya dari anak papa James. Ia terlahir dan hanya di temani oleh teddy bear nya, selalu. Dimana pun dan kapanpun teddy bear itu selalu ia bawa kemana mana.

Setelah ia bertemu dengan ENHYPEN, teddy bear itu sudah tergantikan dengan member member yang merangkul Jay.

Memberi kehangatan, memberi perhatian sebagai mana teman. Dan juga Jungwon yang sudah ia anggap sebagai adiknya.

Terlahir menjadi anak satu satunya bukan berarti enak, ada kalanya Jay merasa kesepian karena kedua orang tuanya sibuk kerja. Dan ia sendiri, tak ada kakak maupun adik.

Tapi setelah bertemu dengan ENHYPEN, tidak ada lagi kata kesepian dalam diri Jay.

Ini tentang Sunghoon

Pria ice, yang sama seperti Jay, tidak mau orang banyak tau kalau ia menangis.

Sunghoon memberhentikan mimpinyaaa menjadi Atlet ice skating untuk menjadi idol.

Bertahun tahun ia jalani ice skating itu, tetapi setelah ia beranjak dewasa, ia mulai merubah fikirannya untuk berhenti menjadi atlet.

Saya fikir akhir akhir ini, Sunghoon sedang menjadi bahu untuk para member.

I don't know, tapi ku rasa seperti itu.

Mau iya atau pun gak, terimakasih sudah mau menjadi bahu untuk bersandar para member dikala masa sulit nya, terimakasih sudah tidak egois, saya benar benar berterimakasih.

Tak banyak yang saya sampaikan kepada Sunghoon, hanya ucapan terimakasih yang bisa saya sampaikan kepada Sunghoon.

Ini tentang Jungwon

Uwonnie, leader ENHYPEN.

Menjadi leader di umur yang masih terbilang muda, bukan hal yang mudah bagi Jungwon.

Ia harus memikirkan para member, bukan memikirkan dirinya sendiri. Kadang kala ia juga lelah, kadang kala ia juga ingin bercerita, tetapi ia tak tau ingin bercerita kepada siapa.

Kali ini saya akan yang jawab, Heeseung lah yang akan siap untuk mendengarkan keluh kesah adik adiknya, selalu memberikan arah yang baik kepada leader ENHYPEN.

Jungwon, terimakasih sudah mau menjadi best leadernya ENHYPEN, Engene bangga sekali sama Jungwon. Sehat sehat yaaa anak kambing 🐑

Ini tentang Sunoo

Ddeonu, makhluk ciptaan Tuhan yang sangat menggemaskan.

Sedikit cerita, Sunoo di Iland ia sering masuk ke ground. Tetapi ia tak putus asa, ia berlatih dengan sungguh sungguh tanpa memperdulikan penyakitnya.

Sampai dimana pengumuman keanggotaan ENHYPEN, Sunoo lolos dan ikut debut bersama ENHYPEN.

Hujatan untuk Sunoo tak sampai disitu, penggemar lain, tidak menyetujui dengan hasil akhir, karena yang mereka fikir adalah idol mereka lah yang ikut debut bersama ENHYPEN.

Hari demi hari, bulan demi bulan. Sunoo jalani bersama ENHYPEN, sampai dimana saya melihat konten YouTube yang memelihatkan isi tas mereka masing masing.

Saya melihat tas Sunoo penuh dengan vitamin. Saya sempat lupa kalau Sunoo tak sekuat anak anak.

Saya sempat mengkhawatirkan kesehatan nya, sampai dimana cuma Sunoo yang tak terpapar C19.

Disitu saya langsung berucap

“Sunoo kuat, Sunoo patahin kalimat yang gue pikirkan”

Saya tidak tau sebanyak apa masalah Sunoo, tapi saya yakin Sunoo bisa bertahan di derasnya masalah itu.


Hai ENHYPEN, inget ya.. disini ada ENGENE, mau sebanyak apapun, mau sedikit apapun masalah yang kamu ceritakan ke kita.

Saya harap kalian bisa lebih lega sedikit.

Untuk ENHYPEN, terimakasih sudah mau berjuang, terimakasih konten konten kalian yang menghibur, terimakasih atas semuanya yang kalian berikan.

Saya, sangat sayang kepada kalian-!!

Selamat 1 tahun Debut, ENHYPEN-!!

Masih panjang perjalanan kalian, jangan putus asa dulu, yaa?

-Calya

Alena dan Syifa sudah lengkap dengan baju khusus ruangan ICU itu.

Mereka berjalan menghampiri Sakha yang masih enggan untuk membuka matanya, sudah 6 hari lamanya ia di ruangan ini.

Tidak ada perkembangan sedikit pun kata dokter yang menangani Sakha, cuma doa yang mampu kita lakukan.

“Sakha...” panggil Syifa

Alena yang tau, sedikit memberi jarak untuk Syifa berbicara kepada Sakha.

Syifa mengelus rambut Sakha begitu lembut, menahan air mata yang ia tahan sejak memasuki rumah sakit ini.

“Sakha... Bangun yaa?” lirihnya

“Sakha, kita masih punya tempat tempat yang belum kita datangi, kemarin kamu minta untuk study date kan? Ayo Sakha, kita study date...” ucap nya sambil meneteskan air mata nya

Alena yang melihat Syifa terisak pun menghampiri Syifa dan memberikan usapan lembut di punggungnya.

“Sakha pasti bangun, cantik” ucap Alena

Syifa terus menangis, tak tega melihat Sakha yang terbujur di ruangan ini, banyak luka di tangan maupun di muka yang hampir kering.

“Om... Jangan ambil Sakha, Syifa mohon...” batinnya

“Sudah yaa, yuk kita keluar” ajak Alena

“Tante.. aku mau disini dulu gak apa apa? Mau nemenin Sakha” izin Syifa

Alena tersenyum, dan mengangguk sebagai jawabannya “Iya cantik, sudah makan?”

“Belum, tapi pulang nanti Syifa makan ko” balasnya

“Tante belikan yaa? Syifa juga harus sehat, kalau Syifa ikutan sakit, siapa yang mau jenguk Syifa? Cowoknya kan lagi sakit juga” ucapnya

Syifa tersenyum menahan malu

“Ya sudah, gih sama Sakha dulu. Nanti kalau sudah sampai makanannya, tante panggil yaa” ucapnya dan langsung meninggalkan Syifa bersama Sakha.

Jake, anak lo udah punya cewek gumam Alena sambil berjalan keluar.


Alena telah sampai di tempat tunggu, yang dimana ada Hesa, Dewa, Sean dan juga Jaya yang sedang mengobrol, ntah obrolan apa.

“Hai!” Sapanya

“Sean sama Jaya udah makan belum?” Tanya Alena

“Belum tante”

“Udah tante” ucapnya berbarengan dengan Jaya

“Lho, ko beda beda. Jadi yang bener yang mana?” tanya Alena lagi

“Udah, tante” balas Sean sambil sedikit mencubit pinggang Jaya.

“SAKIT GOB-”

Sean kembali menginjak kaki Jaya karena ingin berkata kasar di depan orang yang lebih tua.

“SAKIT SEAN DIRGA!” ucap Jaya sambil meringis kesakitan.

“Kalian belum makan, om tau Sean” ucap Dewa

“Sayang, go-food aja buat makan 2 curut” ucap Dewa kepada Alena

“Itu cewek yang di ruangan juga dibeliin lah Dew” ucap Hesa

“Beli aja Al, nanti gue transfer” ucap Hesa lagi

Dan Alena hanya menuruti semua permintaan yang Dewa maupun Hesa berikan.

“Saa, gue tunggu jawaban yang tadi malam ini yaa” bisik Dewa sebelum kembali bermain dengan Sean maupun Jaya.

Haruskah Hesa menurunkan ego nya dia kali ini? Tapi Hesa sangat yakin dengan balasan yang Rachel berikan nanti, dengan alasan gue sibuk, gak usah ganggu

Tapi kali ini, ia akan mencobanya walau dengan berat hati, untuk Sakha bukan untuk Rachel.

Alena dan Syifa sudah lengkap dengan baju khusus ruangan ICU itu.

Mereka berjalan menghampiri Sakha yang masih enggan untuk membuka matanya, sudah 6 hari lamanya ia di ruangan ini.

Tidak ada perkembangan sedikit pun kata dokter yang menangani Sakha, cuma doa yang mampu kita lakukan.

“Sakha...” panggil Syifa

Alena yang tau, sedikit memberi jarak untuk Syifa berbicara kepada Sakha.

Syifa mengelus rambut Sakha begitu lembut, menahan air mata yang ia tahan sejak memasuki rumah sakit ini.

“Sakha... Bangun yaa?” lirihnya

“Sakha, kita masih punya tempat tempat yang belum kita datangi, kemarin kamu minta untuk study date kan? Ayo Sakha, kita study date...” ucap nya sambil meneteskan air mata nya

Alena yang melihat Syifa terisak pun menghampiri Syifa dan memberikan usapan lembut di punggungnya.

“Sakha pasti bangun, cantik” ucap Alena

Syifa terus menangis, tak tega melihat Sakha yang terbujur di ruangan ini, banyak luka di tangan maupun di muka yang hampir kering.

“Om... Jangan ambil Sakha, Syifa mohon...” batinnya

“Sudah yaa, yuk kita keluar” ajak Alena

“Tante.. aku mau disini dulu gak apa apa? Mau nemenin Sakha” izin Syifa

Alena tersenyum, dan mengangguk sebagai jawabannya “Iya cantik, sudah makan?”

“Belum, tapi pulang nanti Syifa makan ko” balasnya

“Tante belikan yaa? Syifa juga harus sehat, kalau Syifa ikutan sakit, siapa yang mau jenguk Syifa? Cowoknya kan lagi sakit juga” ucapnya

Syifa tersenyum menahan malu

“Ya sudah, gih sama Sakha dulu. Nanti kalau sudah sampai makanannya, tante panggil yaa” ucapnya dan langsung meninggalkan Syifa bersama Sakha.

Jake, anak lo udah punya cewek gumam Alena sambil berjalan keluar.

Sean dan Jaya sedang menuju rumah sakit, setelah mengabari Syifa yang katanya adalah kekasih temannya itu.

Setelah selesai memarkirkan kendaraannya, Sean dan Jaya langsung memasuki Rumah sakit, dan tak lupa bau obat yang menyerbak di hidung mereka.

“Tunggu lobby dulu, Jay” ucap Sean

“Ngapain?”

“Nunggu Syifa” balasnya

“Sumpah beneran? Syifa pacarnya Sakha?!” Seru nya

“Yaa”

“Awas ye lo Sakha, bangun gue keplak pala lo” ucapnya dan di balas tatapan tajam dari Sean


Selain itu, Hesa, Dewa dan juga Alena berada di depan ruangan ICU setelah menjenguk ponakannya.

“Saa, apa gak mau bilang ke Rachel kalau anaknya Sakit?” Ucap Alena

“Ngapain? Dia juga belum tentu mau dateng kan?” Balasnya acuh

“Bukan gitu Saa, gue tau lo masih kesel sama Rachel karena kejadian Sakha di pukuli. Tapi seorang ibu juga harus tau keadaan anaknya, gue yakin, Sakha pasti setiap harinya selalu kasih kabar ke Rachel.”

“Dan Rachel pasti baca itu walaupun tidak di balas. Saa, Rachel juga seorang ibu, gak mungkin Rachel tiba tiba jadi kaya gini kalau bukan ada sebabnya. Bukan gue bela Rachel, gak Saa. Tapi ini buat Sakha, Sakha butuh sosok ibu disini”

“Kurangi egois lo kali ini ya Saa? Buat Sakha, bukan buat Rachel” ucap Alena panjang lebar menasehati Hesa.

Dewa yang sedari tadi hanya mendengarkan ikut turut menyetujui apa yang istrinya katakan.

“Its oke, kalau belum mau kasih jawaban sekarang, tapi gue mohon, secepatnya ya?” ucap dewa


Balik lagi dengan Sean dan Jaya, mereka sudah menunggu Syifa 10 menit lamanya, rasa bosan sudah hinggap di kepala Jaya.

“Lama banget dah, dasar cewek” gumamnya

Tak lama dari ucapan Jaya, seorang wanita berlarian menuju rumah sakit.

Melihat sekeliling seperti mencari sesuatu disini, Sean yang tak sabaran pun menanyakan wanita itu.

“Syifa?” Tanyanya

“Eh iya gue, lo Sean ya?” Balasnya

“Iya. Ayo masuk” ajaknya

Dan mereka munuju ruangan ICU, tempat di mana Sakha tidur.

Setelah sampai di lantai 10, Sean menghampiri Syifa “Sakha gak apa apa, gak usah panik” bisiknya

“Hai om, lho om Dewa pulang?” Sapa Jaya

Dewa yang sedang berbincang-bincang dengan Alena dan juga Hesa pun menoleh ketika mendengar suara Jaya.

“Eh Jaya, udah pulang sekolah?”

“Udah om, om kapan pulang?”

“Barusan, langsung kesini”

“Oalah, oke deh”

Setelah bersaliman dengan Hesa, Dewa dan Alena suasa menjadi cangung dikit karena keberadaan Syifa.

“Hai cantik, siapa nama kamu?” Ucap Alena memecahkan keheningan

“Syifa, tante” balasnya

“Mau jenguk Sakha ya?”

Syifaa tersenyum malu “Iya tante, boleh?”

“Boleh dong, mau tante anterin?”

Syifaa mengangguk sebagau jawabannya, dan Alena meminta izin kepada Dewa dan Hesa untuk mengajak Syifa ke dalam ruangan itu.

“Itu siapa bro?” Tanya Dewa

“Katanya sih ceweknya Sakha”

Hesa yang sedang minun pun menyemburkan minuman itu

“Astaga, om... Gak apa apa?” Tanya Sean

“Sakha punya pacar?” Tanya Hesa

“Masih abu abu, soalnya Sakha gak pernah bilang sama Sean maupun Jaya”

“Saa, kalau gue bilang udah pernah liat Sakha jalan sama cewek lo percaya gak?” Tanya Dewa

“Pecaya gak percaya sih, tapi Sakha aja dirumah terus akhir akhir ini” balasnya

“Pas gue lagi urus wedding, gue gak sengaja liat Sakha sama cewek berdua jalan di mall”

“Gue kira cuma mau beli bahan keperluan sekolah, tapi pas gue ikutin, ke bioskop cuy” ujar Dewa sambil mengingat kejadian itu

Sean dan Jaya juga terkejut dengan penjelasan Dewa

“Sakha diam diam menghanyutkan” gumam Jaya.

Setelah mengabari Dewa, Hesa langsung masuk kedalam ICU untuk menjenguk Sakha sebentar.

Ia sudah siap dengan pakaian yang di khususkan untuk memasuki ruangan tersebut.

Ia melihat Sakha terbaring lemah dan di bantu oleh selang selang yang memenuhi mulutnya.

Sesak sekali melihat Sakha seperti itu, Hesa dengan memberikan diri berjalan ke arah Sakha, walau air mata yang sudah menetes.

“Hai, jagoan Om” sapanya sambil menduduki kursi yang telah di sediakan.

Hesa menggenggam tangan Sakha, dan tak lupa mengelus kepala Sakha dengan hati hati.

“Mimpinya seru yaa? Sampai belum mau bangun”

“Abang, jangan lama lama yaa? Kalau sudah bosan cepat cepat bangun, Om nunggu abang disini”

“Oh yaa, Jaya dan Sean juga ikut temani Sakha disini lho, teman mu yang satu aktif sekali. Selalu ada yang dia katakan, bisa dibilang cerewet (?)”

“Tapi dengan kehadiran mereka bisa membuat Om sedikit terhibur, oh yaa teman teman mu yang cewek, tidak dikasih tau sama Sean. Katanya takut gak fokus sama sekolahnya”

Ketika sedang berbincang-bincang dengan Sakha, kantuk Hesa datang. Ia langsung membenarkan posisinya untuk sekedar tidur sebentar.

Dan tak lama Hesa pun terlelap.

“Hai!” Sapanya

Wanita yang ia rindukan selama bertahun-tahun, wanita yang selalu ada di hati nya, wanita yang tak pernah tergantikan oleh siapapun. Iya, Laura Agatha.

“Laura?”

“Iya saya!”

Hesa nampak bingung dengan kehadiran wanita itu.

“Hee, semesta lagi jahat banget sama kamu yaa? Jangan terlalu benci sama semesta ya? Jalani dengan ikhlas, supaya semesta juga bisa lihat kalau kamu tidak putus asa sama apa yang semesta kasih”

“Lau, boleh pinjam peluknya?”

Wanita itu terkekeh dan merentangkan tangannya, mengizinkan Hesa memeluknya.

Hesa yang sudah di beri izin, langsung memeluk Laura dengan kencang, ia sangat rindu dengan pelukan ini, pelukan yang menghangatkan hati, pelukan yang bisa membuatnya tenang.

“Hesa, Sakha bakal bangun kok, tapi untuk saat ini dia masih dengan mimpi yang indahnya, tunggu yaa? Tunggu sebentar saja” ucap Laura di sela pelukannya dengan Hesa

“Jake gak bakal ambil Sakha, Hee. Udah ya jangan nangis lagi, nanti Sakha sedih liat Om-nya yang kuat ini nangis”

“Lau, kangen, kangen banget” ucap Hesa yang mengalihkan pembicaraan nya itu.

“Gak ada yang bisa gantiin posisi kamu di hati aku”

“Hesa... Jangan terus terusan terpaku sama aku... Kamu harus bahagia, cari kebahagiaan kamu di dunia, Hesa.”

Laura melepaskan pelukannya itu dan merapikan rambut Hesa yang tampak berantakan.

“Hesa anak kuat, Hesa bisa lewati cobaan yang betubi tubi, yang dikasih sama semesta. Sekarang aku mohon, cari kebahagiaan kamu, cari wanita yang kamu inginkan, aku gak bisa sama kamu, Hee” ucap Laura sambil tersenyum

Senyuman itu juga yang Hesa rindukan, melihat Laura senyum dan memakai gaun putih terlihat begitu sangat cantik dari biasanya.

“Siapa wanita itu? Gak ada yang bisa gantiin posisi kamu di hati aku Lau”

“Ada, Hesa. Cuma waktu yang bisa membuktikan ucapan aku”

“Sudah ya? Aku pulang, kamu gak boleh ikut! Aku sudah berikan peluk untuk kamu, janji untuk tetap kuat menghadapi semesta yang kadang jahat sama kamu yaa?”

“Akan aku coba”

“Yasudah, bye Hesa. Anak kuat, harus tetap bertahan yaa!”

Setelah ucapan itu, Laura benar benar pergi, meninggalkan Hesa. Laura memberikan pelukan untuknya, wanita itu memberikan kekuatan untuk Hesa.

“Terimakasih Lau, sudah memberikan aku pelukan, maaf kalau terlihat lemah di depan mu.” gumam nya