Raa, boleh pinjam peluknya?
Setelah mengabari Dewa, Hesa langsung masuk kedalam ICU untuk menjenguki Sakha sebentar.
Ia sudah siap dengan pakaian yang di khususkan untuk memasuki ruangan tersebut.
Ia melihat Sakha terbaring lemah dan di bantu oleh selang selang yang ada dimulutnya.
Sesak sekali melihat Sakha seperti itu, ia dengan berani menuju Sakha walau air mata yang sudah menetes.
“Hai, jagoan Om” sapanya sambil menduduki kursi yang telah di sediakan.
Hesa menggenggam tangan Sakha, dan tak lupa mengelus kepala Sakha dengan hati hati.
“Mimpinya seru yaa? Sampai belum mau bangun”
“Abang, jangan lama lama yaa? Kalau sudah bosan cepat cepat bangun, Om nunggu abang disini”
“Oh yaa, Jaya dan Sean juga ikut temani Sakha disini lho, teman mu yang satu aktif sekali. Selalu ada yang dia katakan, bisa dibilang cerewet (?)”
“Tapi dengan kehadiran mereka bisa membuat Om sedikit terhibur, oh yaa teman teman mu yang cewek, tidak dikasih tau sama Sean. Katanya takut gak fokus sama sekolahnya”
Ketika sedang berbincang-bincang dengan Sakha, kantuk Hesa datang. Ia langsung membenarkan posisinya untuk sekedar tidur sebentar.
Dan tak lama Hesa pun terlelap.
“Hai!” Sapanya wanita itu.
Wanita yang ia rindukan selama bertahun-tahun, wanita yang selalu ada di hati nya, wanita yang tak pernah tergantikan oleh siapapun. Iya, Laura Agatha.
“Laura?”
“Iya saya!”
Hesa nampak bingung dengan kehadiran wanita itu.
“Hee, semesta lagi jahat banget sama kamu yaa? Jangan terlalu benci sama semesta ya? Jalani dengan ikhlas, supaya semesta juga bisa lihat kalau kamu tidak putus asa sama apa yang semesta kasih”
“Lau, boleh pinjam peluknya?”
Wanita itu terkekeh dab merentangkan tangannya, mengizinkan Hesa memeluknya.
Hesa yang sudah di beri izin, langsung memeluk Laura dengan kencang, ia sangat rindu dengan pelukan ini, pelukan yang menghangatkan hati, pelukan yang bisa membuatnya tenang.
“Hesa, Sakha bakal bangun kok, tapi untuk saat ini dia masih dengan mimpi yang indahnya, tunggu yaa? Tunggu sebentar saja” ucap Laura di sela pelukannya dengan Hesa
“Jake gak bakal ambil Sakha, Hee. Udah ya jangan nangis lagi, nanti Sakha sedih liat Om nya yang kuat ini nangis”
“Lau, kangen, kangen banget” ucap Hesa yang mengalihkan pembicaraan nya itu.
“Gak ada yang bisa gantiin posisi kamu di hati aku”
“Hesa... Jangan terus terusan terpaku sama aku... Kamu harus bahagia, cari kebahagiaan kamu di dunia, Hesa.”
Laura melepaskan pelukannya itu dan merapikan rambut Hesa yang tampak berantakan.
“Hesa anak kuat, Hesa bisa lewati cobaan yang betubi tubi yang dikasih sama semesta. Sekarang aku mohon, cari kebahagiaan kamu, cari wanita yang kamu inginkan, aku gak bisa sama kamu, Hee” ucap Laura sambil tersenyum
Senyuman itu juga yang Hesa rindukan, melihat Laura senyum dan memakai gaun putih terlihat begitu sangat cantik dari biasanya.
“Siapa wanita itu? Gak ada yang bisa gantiin posisi kamu di hati aku Lau”
“Ada, Hesa. Cuma waktu yang bisa membuktikan ucapan aku”
“Sudah ya? Aku pulang, kamu gak boleh ikut! Aku sudah berikan peluk untuk kamu, janji untuk tetap kuat menghadapi semesta yang kadang jahat sama kamu yaa?”
“Akan aku coba”
“Yasudah, bye Hesa. Anak kuat, harus tetap bertahan yaa!”
Setelah ucapan itu, Laura benar benar pergi, meninggalkan Hesa. Laura memberikan pelukan untuknya, wanita itu memberikan kekuatan untuk Hesa.
“Terimakasih Lau, sudah memberikan aku pelukan, maaf kalau aku lemah.” ucapnya dan tak lama ia terbangun.