jjaeyyaa

Setelah meminta izin kepada Istri tercintanya— Vanya Widyazzuri— kini Raihan dan kedua anaknya yaitu Rizky dan juga Zidan sudah sampai di salah satu mall di ibu kota.

Sampailah mereka di play ground tersebut dan Raihan juga tak lupa untuk membeli kartu tersebut untuk di mainkan oleh kedua anaknya.

Mengisi saldo 500 ribu cukup kan untuk kedua anaknya?

Setelah diberikan kartu tersebut, Zidan langsung berlarian menuju spot mobil balap.

Dengan ke sok tahuan Zidan, ia memainkannya membelokkan kanan dan kiri tanpa mengerem.

Lain tempat ada Kakak Rizky anak pertama dari Raihan dan juga Vanya. Ia memilih untuk bermain basket, niat hati ingin sendiri tetapi Bapak kepala tiga ini mengajak anaknya duel untuk memecahkan rekor.

“Ayo kak duel sama papa” ajak Raihan.

Rizky yang suka dengan tantangan itupun menyetujui ajakan sang papa.

Permainan di mulai, skor Raihan lebih unggul ketimbang Rizky, tentu Rizky kalang kabut untuk mengejar skor.

Raihan yang sudah mempunyai sifat bapak-bapak itupun akhirnya sengaja tak memasuki bola basket itu ke dalam ring. Ia melihat kegigihan anak pertamanya untuk memenangkan duel ini.

Sungguh, Rizky sangat fokus untuk mencetak skor dan itu membuat Raihan tersenyum senang.

“Yah Kak, papa kalah”

“Cemen,”

Selesai mengucapkan itu, Rizky langsung meninggalkan Raihan dan beralih ke mainan selanjutnya.

Rizky dan Zidan sudah berada di depan pencapit boneka. Mereka berniat untuk memainkan ini.

“Ayo kak kita capit boneka yang gede, nanti kita kasih ke Mami” ucap si bungsu.

Rizky mengangguk lalu menggesek kan kartu tersebut dan memainkan permainan itu.

Percobaan pertama tak berhasil, kedua, ketiga, keempat dan kelima pun sama hasilnya.

“Ayo main yang lain dulu, nanti lagi mainan pencapitnya” ajak Raihan.

Rizky tetap Rizky. Ia tak mau jika kegiatannya dilakukan setengah-setengah. Ia tetap berusaha untuk mendapatkan boneka yang Zidan dan dirinya incar.

Sepuluh menit sudah terlewati, ntah sudah berapa mereka mencoba memainkan pencapit ini tetapi tak ada satupun yang berhasil.

Raihan yang sudah bosan menunggu pun hanya bisa pasrah melihat kegigihan dari seorang Rizky Syauqi Zuriel.

“Kak udah dulu yuk. Liat adek udah bosen gitu liatin kamu, gantian yuk mainnya. Nanti kita coba lagi ya?” ajak Raihan.

“Pa dikit lagi itu, Papa kartunya siniin!”

“Gantian Kak, adek juga mau main”

“Lagi kenapa gak pake dua kartu aja sih Pa? Kan kalo kaya gini kakak sama adek ribet ambil kartunya!”

“Kak? Kok kesel?” tanya Raihan yang tak mengerti emosi Rizky.

“Tau lah” Rizky merajuk.

Zidan yang melihat Rizky merajuk pun memberikan kartunya kepada Rizky. “Mainin lagi pencapitnya kak, kita harus dapet bonekanya buat Mami” ucap Zidan.

Dengan begitu Rizky langsung bersemangat kembali memainkan pencapit boneka itu sampai ia dapat.

Jam sudah menunjukkan angka 5 sore yang dimana sebentar lagi acara resepsi pernikahan Raihan dan Vanya akan segera dimulai.

Vanya sudah terbalut dengan gaun yang ia design bersama Raihan kemarin. Dengan modal nekat, gaun itu berhasil membuat Vanya menjadi lebih cantik dan tentunya terlihat elegan.

Raihan pun juga sudah siap dengan terbalut jas hitam yang membuat Raihan terlihat sangat gagah.

“Sayang” panggil Raihan.

“Apa?”

“Cantik banget” puji Raihan ketika melihat Vanya yang masih di rapihkan wajahnya itu.

Vanya menunduk malu ketika mendengar pujian dari sang suami.

“Diem ah. Udah sana aku gak fokus kalo kamu disini tau gak” usir Vanya sambil mendorong pelan pinggang Raihan.

Raihan tentunya terkekeh melihat wajah merah tomat itu. “Mba masa istri saya saltingan terus” adu nya ke mba-mba rias.

Tentunya itu membuat sang penata rias tersenyum kikuk melihat kedua mempelai yang terlihat gemas dimatanya.

“Raiii aku bilangin ayah Reza yaaa!”

“Dasar anak ayah”

“AYAHHHHHH”

“Heh! Iya nih keluar” panik Raihan dan langsung keluar ruangan untuk memenuhi keinginan sang istrinya.


Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Tentu acara ini adalah acara yang di tunggu-tunggu kan oleh semua tamu undangan yang sudah hadir.

Ketika MC memanggil Raihan, tentu Raihan langsung masuk daln berjalan menuju tempat yang sudah di tentukan.

Setelah itu tentunya MC memanggil pengantin wanita untuk masuk bersamaan dengan Reza.

Reza menggandeng putrinya dengan berjalan perlahan, wajah Reza tentunya tidak bisa pungkiri kalau ia terlihat menahan tangis.

Sampailah Reza dan Vanya di depan Raihan yang sudah menunggu kedatangan mereka.

Reza serahkan tangan Vanya kepada Raihan, sebelum ia turun ia membisikkan sesuatu kepada Raihan, dan tentunya Raihan membalas dengan anggukan pasti.

MC pun melanjutkan acara berikutnya yaitu sambutan dari orang tua mempelai wanita yaitu Reza.

Reza pun langsung naik ke atas panggung yang tak terlalu tinggi itu lalu memulai sambutannya.

“Pertama-tama saya mengucapkan banyak banyak terimakasih kepada para undangan sekalian karena sudah meluangkan waktunya untuk hadir kesini. Untuk Raihan, menantu Ayah yang Ayah sayangi. Ayah titipkan putri ayah kepada Raihan, jaga Vanya dengan baik, perlakukan Vanya seperti ratu.”

Mendengar itu, Raihan langsung tersenyum dan mengangguk paham atas ucapan yang Reza sampaikan itu.

Sambutan pun kembali di lanjut, dan setelah itu Reza tutup dengan tangis yang ia tahan sejak tadi.

Sontak Vanya menghampiri sang Ayah dan memeluknya dengan erat. Melihat sang ayah menangis tentunya membuat dirinya juga ikut sedih.

“Baik baik sama Raihan ya sayang” ucap Reza.

“Iya Ayah.” balas Vanya.

Setelah itu acara pun kembali dilanjutkan oleh MC. Acara selanjutnya adalah pemotongan kue, Raihan dan Vanya maju ke hadapan kue tersebut, lalu mereka di berikan pisau untuk memotong kue yang berukuran sangat besar.

“Oke kita hitung mundur yaa, mulai dari 3 ... 2 ... 1”

“Silahkan potong kuenya”

Raihan dan Vanya langsung memotong kue itu bersama-sama dengan tawa yang ikut hadir karena kue tersebut susah untuk mereka potong.

“Kuenya keras amat” gumam Raihan.

“Kue boongan anjirt ini mah” timpal Vanya yang masih setia memotong kue tersebut sampai bawah.


Semakin malam tentunya semakin meriah karena ada beberapa artis yang turut di undang untuk memeriahkan acara resepsi dari pernikahan Raihan dan juga Vanya.

MC pun mempersilahkan Raihan dan Vanya untuk menyumbangkan satu buah lagu untuk pesta ini.

“Gue gak bisa nyanyi Rai” bisik Vanya.

“Kamu kira aku bisa? Enggak, Nya”

“Lah terus??”

“Yaudah seadanya suara kita aja”

“Yatuhan..”

Setelah obrolan singkat itu mereka langsung diberikan Mic oleh MC tersebut.

“Jadi kalian mau bawain lagu apa?” tanya MC tersebut.

“Aladdin aja kali ya?” tanya Raihan kepada Vanya.

Vanya tentunya terkejut, bisa bisanya Raihan kepikiran tentang lagu itu, tentunya Vanya tak hapal.

“Aladdin kayaknya bagus” balasnya dengan tatapan maut yang Vanya punya.

Dan detik selanjutnya musik itu terdengar di telinga para hadirin, lalu Raihan dan Vanya langsung menyanyikan lagu tersebut sampai selesai.

“Uuuuu so sweet banget couple kita satu ini” puji MC ketika Raihan dan Vanya sudah menyelesaikan nyanyinya itu.

Acara pun dilanjut dengan foto bersama bridesmaid & groomsmen. Sebelum mereka masuk, ada pertunjukan dari mereka.

Raihan dan Vanya menunggu mereka masuk dan betapa terkejutnya Raihan san Vanya melihat teman-temannya itu sangat amat kompak dalam membuat pertunjukan ini.

Dengan diiri lagu dari club yang teman-teman Raihan kunjungi mereka masuk dengan barang-barang yang membuat Raihan dan Vanya geleng-geleng kepala.

Mulai dari baju haram, sapu, alat pel, pengki, bedcover dan banyak lagi.

“Anjirt ide siapa ini, malu maluin banget dah, itu baju YA TUHANNN WAWA!” ucap Vanya.

Raihan hanya bisa tertawa melihat muka malu yang Vanya tunjukkan itu.

Ketika teman-temannya sampai, Wawa langsung bersalaman dengan kedua mempelai itu dengan cengiran khasnya.

Vanya yang jengkel dengan sontak menoyor kepala Wawa dengan pelan. “Pasti ide lo!” ucap Vanya.

“Setengah, setengahnya lagi ide Dinda sam Erland”

“Bener-bener deh, itu yang lo bawa sumpah bikin malu”

“Gue yang bawa gak malu sih, noh nyokap lo aja ketawa”

“Tau lah Wa”

“Nanti malem di eksekusi sama Raihan HAHAHA”

“SIALAN!”

Mereka pun melanjutkan acara sesi salam-salaman dan setelah itu mereka pun berfoto bersama.

“Happy wedding bro” ucap Erland.

“Happy wedding bos sialan” lanjutnya Dito.

“Happy wedding Raihan Vanya semoga Tuhan memberkati kalian”

“Aaaaa Vanyaaa nikahh, happy wedding yaaap”

“Nanti malem jangan lupa streaming ya pas itu” ucap Dinda

“Itu, apa?” tanya Raihan.

“Make di tanggepin lagi lo!” seru Vanya dan menggeplak pundak Raihan.

“Nih gua mau ucapin buat bestai gua, diem dulu lo pada.” suruh Nazwa.

“Buat sahabat gue, happy wedding semoga kebahagiaan ada di rumah tangga kalian, cepet dapet momongan yaa, buat Raihan mainnya jangan kasar-kasar nanti”

“WA ASLI DAH KENAPA BAHAS ITU TRUS SIH?”

“Gapapa ege, kapan lagi kan ceng-cengin Vanya”

“Bener juga sih”

“PULANG LU PADA” ucap Vanya jengkel.

CW // Kissing

Sebelum Vanya benar-benar pergi dari rumahnya, Ia menyempatkan untuk bertemu dengan Reza karena sedari tadi ia tak melihat sang Ayah.

Ia mencari kesana kemari tetapi tak ada Reza, lalu dimanakah Ayahnya berada? Tepat setelah ia melihat kamar kedua orang tuanya, Vanya melihat Siska sedang merapikan pakaiannya, dan detik itu Vanya bertanya kepada Siska.

“Ayah dimana Bun?” tanya Vanya.

Siska menoleh lalu berucap. “Ayah di kebun, gak tau kenapa ada di kebun”

Setelah itu Siska pergi dan meninggalkan Vanya di tempat, sudah mendapatkan jawaban, Vanya langsung menuju kebun belakang rumahnya untuk menemui sang Ayah.

“Yah?” panggil Vanya.

Reza yang sedang melamun pun menoleh ketika dirinya di panggil. Reza menyuruh Vanya untuk menghampirinya duduk di samping dirinya yang masih kosong itu.

“Ayah ngapain? Ayo kita ke gereja, Yah”

“Sebentar, Ayah masih berusaha melepaskan kamu nak” jawabnya.

Vanya di buat bingung oleh jawaban Reza, melepas? Kenapa harus melepaskan Vanya? Mau kemana kah Ayahnya?

Pertanyaan itu berisik di kepala Vanya. “Maksud ayah?”

“Beberapa jam lagi kamu udah bukan tanggung jawab ayah lagi, melainkan tanggung jawab Raihan, dan Ayah belum siap itu” jelasnya.

Jujur saja Reza sangat sedih melepaskan anak semata wayangnya itu, yang ia timang-timang sewaktu kecil, yang ia ajari naik sepeda roda dua, dan ia ajari kerasnya dunia.

Tetapi dibalik kesedihan itu, Reza sangat bahagia melihat putrinya yang sudah menemukan pujaan hati nya dan akan melangsungkan pernikahan.

“Ayah..” Vanya usap lengan Reza dengan lembut.

Reza pun menoleh dan tersenyum bahagia melihat Vanya, butiran air mata tak bisa Reza bendung detik ini.

“Nak, setelah nanti kamu dan Raihan resmi menikah, Ayah cuma pinta satu sama kamu”

“Apa yah?”

“Apapun permasalahannya, apapun rintangan yang ada di dalam rumah tangga, hadapi dengan kepala dingin, ya? Bicara dari hati ke hati, jangan ke makan ego kalian masing-masing. Ayah minta sama kamu, cukup 1 kali saja kamu menikah, jangan 2 ataupun 3.”

Pinta Reza yang begitu serius.

Vanya mengangguk paham dan tersenyum sambil terus mengelus lengan sang Ayah.

“Iya Ayah.” jawabnya yakin.


Keluarga besar Vanya sudah sampai di Gereja, mereka memakan waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai ke Gereja tersebut.

Disana sudah ada teman-teman Raihan dan juga teman-teman Vanya.

Acara pun sudah dimulai beberapa menit yang lalu. Setelah ini Raihan dan Vanya berjalan ke arah altar untuk melakukan pengucapan janji nikah.

Pintu itu terbuka lebar menandakan bahwa Raihan dan juga Vanya akan masuk, tepat beberapa detik kemudian mereka masuk ke dalam gereja dan di saksikan oleh jemaat yang hadir.

Hati Vanya tentu berdebar kencang karena sebentar lagi ia akan mengucapkan janji pernikahan bersama Raihan, pria yang ia bucini di Twitter itu.

Sampailah mereka di depan pendeta, lalu pendeta itu langsung menjalankan acara ini kembali.

Setelah itu Raihan langsung mengambil tangan Vanya dan berkata. “Saya mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus” ucap Raihan dengan serius.

“Saya mengambil engkau menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus” lalu Vanya langsung mengucapkan kembali janji tersebut dengan tatapan menahan tangisan.

Ketika ucapan itu selesai, air mata Vanya juga ikut turun membasahi pipi nya, tanpa pikir panjang Raihan langsung mengusap air mata itu.

Dan hari ini, hari dimana Raihan dan Vanya resmi menjadi sepasang suami istri, menjadikan dua kepala menjadi satu, dan menyatukan 2 keluarga menjadi satu.

Tangisan bahagia pun tak luput hadir di sesi acara ini, sesi dimana Vanya dan juga Raihan pertama kali berciuman.

Raihan langsung mengikis jarak antara ia dengan Vanya, lalu detik selanjutnya Vanya menutup matanya mempersilahkan Raihan untuk mencium dirinya untuk kali pertamanya.

Para hadirin tentunya sangat bahagia, khususnya untuk keluarga dan teman dekat kedua mempelai tersebut.

Ketika bibir Raihan dan bibir Vanya menyatu, tidak bisa dipungkiri kalau mereka berdua meneteskan air mata.

Raihan pun sudahi kegiatan tersebut dan menempelkan dahi nya ke dahi Vanya, lalu berkata.

“I love you Vanya”

“I love you too Raihan”

ps: disini aku search di Google tentang gimana adat pernikahan di agama Kristen, jika ada salah mohon dikoreksi. Terimakasih.

CW // Kissing

Sebelum Vanya benar-benar pergi dari rumahnya, Ia menyempatkan untuk bertemu dengan Reza karena sedari tadi ia tak melihat sang Ayah.

Ia mencari kesana kemari tetapi tak ada Reza, lalu dimanakah Ayahnya berada? Tepat setelah ia melihat kamar kedua orang tuanya, Vanya melihat Siska sedang merapikan pakaiannya, dan detik itu Vanya bertanya kepada Siska.

“Ayah dimana Bun?” tanya Vanya.

Siska menoleh lalu berucap. “Ayah di kebun, gak tau kenapa ada di kebun”

Setelah itu Siska pergi dan meninggalkan Vanya di tempat, sudah mendapatkan jawaban, Vanya langsung menuju kebun belakang rumahnya untuk menemui sang Ayah.

“Yah?” panggil Vanya.

Reza yang sedang melamun pun menoleh ketika dirinya di panggil. Reza menyuruh Vanya untuk menghampirinya duduk di samping dirinya yang masih kosong itu.

“Ayah ngapain? Ayo kita ke gereja, Yah”

“Sebentar, Ayah masih berusaha melepaskan kamu nak” jawabnya.

Vanya di buat bingung oleh jawaban Reza, melepas? Kenapa harus melepaskan Vanya? Mau kemana kah Ayahnya?

Pertanyaan itu berisik di kepala Vanya. “Maksud ayah?”

“Beberapa jam lagi kamu udah bukan tanggung jawab ayah lagi, melainkan tanggung jawab Raihan, dan Ayah belum siap itu” jelasnya.

Jujur saja Reza sangat sedih melepaskan anak semata wayangnya itu, yang ia timang-timang sewaktu kecil, yang ia ajari naik sepeda roda dua, dan ia ajari kerasnya dunia.

Tetapi dibalik kesedihan itu, Reza sangat bahagia melihat putrinya yang sudah menemukan pujaan hati nya dan akan melangsungkan pernikahan.

“Ayah..” Vanya usap lengan Reza dengan lembut.

Reza pun menoleh dan tersenyum bahagia melihat Vanya, butiran air mata tak bisa Reza bendung detik ini.

“Nak, setelah nanti kamu dan Raihan resmi menikah, Ayah cuma pinta satu sama kamu”

“Apa yah?”

“Apapun permasalahannya, apapun rintangan yang ada di dalam rumah tangga, hadapi dengan kepala dingin, ya? Bicara dari hati ke hati, jangan ke makan ego kalian masing-masing. Ayah minta sama kamu, cukup 1 kali saja kamu menikah, jangan 2 ataupun 3.”

Pinta Reza yang begitu serius.

Vanya mengangguk paham dan tersenyum sambil terus mengelus lengan sang Ayah.

“Iya Ayah.” jawabnya yakin.


Keluarga besar Vanya sudah sampai di Gereja, mereka memakan waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai ke Gereja tersebut.

Disana sudah ada teman-teman Raihan dan juga teman-teman Vanya.

Acara pun sudah dimulai beberapa menit yang lalu. Setelah ini Raihan dan Vanya berjalan ke arah altar untuk melakukan pengucapan janji nikah.

Pintu itu terbuka lebar menandakan bahwa Raihan dan juga Vanya akan masuk, tepat beberapa detik kemudian mereka masuk ke dalam gereja dan di saksikan oleh jemaat yang hadir.

Hati Vanya tentu berdebar kencang karena sebentar lagi ia akan mengucapkan janji pernikahan bersama Raihan, pria yang ia bucini di Twitter itu.

Sampailah mereka di depan pendeta, lalu pendeta itu langsung menjalankan acara ini kembali.

Setelah itu Raihan langsung mengambil tangan Vanya dan berkata. “Saya mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus” ucap Raihan dengan serius.

“Saya mengambil engkau menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus” lalu Vanya langsung mengucapkan kembali janji tersebut dengan tatapan menahan tangisan.

Ketika ucapan itu selesai, air mata Vanya juga ikut turun membasahi pipi nya, tanpa pikir panjang Raihan langsung mengusap air mata itu.

Dan hari ini, hari dimana Raihan dan Vanya resmi menjadi sepasang suami istri, menjadikan dua kepala menjadi satu, dan menyatukan 2 keluarga menjadi satu.

Tangisan bahagia pun tak luput hadir di sesi acara ini, sesi dimana Vanya dan juga Raihan pertama kali berciuman.

Raihan langsung mengikis jarak antara ia dengan Vanya, lalu detik selanjutnya Vanya menutup matanya mempersilahkan Raihan untuk mencium dirinya untuk kali pertamanya.

Para hadirin tentunya sangat bahagia, khususnya untuk keluarga dan teman dekat kedua mempelai tersebut.

Ketika bibir Raihan dan bibir Vanya menyatu, tidak bisa dipungkiri kalau mereka berdua meneteskan air mata.

Raihan pun sudahi kegiatan tersebut dan menempelkan dahi nya ke dahi Vanya, lalu berkata. “I love you Vanya”

“I love you too Raihan”

Reza yang menyaksikan dari awal kegiatan sampai akhir pun ikut turut bahagia, dan mulai saat ini Vanya bukanlah tanggung jawabnya lagi, ia serahkan tanggung jawabnya kepada Raihan.

“Semoga bahagia nak..”

ps: disini aku search di Google tentang gimana adat pernikahan di agama Kristen, jika ada salah mohon dikoreksi. Terimakasih.

CW // Kissing

Sebelum Vanya benar-benar pergi dari rumahnya, Ia menyempatkan untuk bertemu dengan Reza karena sedari tadi ia tak melihat sang Ayah.

Ia mencari kesana kemari tetapi tak ada Reza, lalu dimanakah Ayahnya berada? Tepat setelah ia melihat kamar kedua orang tuanya, Vanya melihat Siska sedang merapikan pakaiannya, dan detik itu Vanya bertanya kepada Siska.

“Ayah dimana Bun?” tanya Vanya.

Siska menoleh lalu berucap. “Ayah di kebun, gak tau kenapa ada di kebun”

Setelah itu Siska pergi dan meninggalkan Vanya di tempat, sudah mendapatkan jawaban, Vanya langsung menuju kebun belakang rumahnya untuk menemui sang Ayah.

“Yah?” panggil Vanya.

Reza yang sedang melamun pun menoleh ketika dirinya di panggil. Reza menyuruh Vanya untuk menghampirinya duduk di samping dirinya yang masih kosong itu.

“Ayah ngapain? Ayo kita ke gereja, Yah”

“Sebentar, Ayah masih berusaha melepaskan kamu nak” jawabnya.

Vanya di buat bingung oleh jawaban Reza, melepas? Kenapa harus melepaskan Vanya? Mau kemana kah Ayahnya?

Pertanyaan itu berisik di kepala Vanya. “Maksud ayah?”

“Beberapa jam lagi kamu udah bukan tanggung jawab ayah lagi, melainkan tanggung jawab Raihan, dan Ayah belum siap itu” jelasnya.

Jujur saja Reza sangat sedih melepaskan anak semata wayangnya itu, yang ia timang-timang sewaktu kecil, yang ia ajari naik sepeda roda dua, dan ia ajari kerasnya dunia.

Tetapi dibalik kesedihan itu, Reza sangat bahagia melihat putrinya yang sudah menemukan pujaan hati nya dan akan melangsungkan pernikahan.

“Ayah..” Vanya usap lengan Reza dengan lembut.

Reza pun menoleh dan tersenyum bahagia melihat Vanya, butiran air mata tak bisa Reza bendung detik ini.

“Nak, setelah nanti kamu dan Raihan resmi menikah, Ayah cuma pinta satu sama kamu”

“Apa yah?”

“Apapun permasalahannya, apapun rintangan yang ada di dalam rumah tangga, hadapi dengan kepala dingin, ya? Bicara dari hati ke hati, jangan ke makan ego kalian masing-masing. Ayah minta sama kamu, cukup 1 kali saja kamu menikah, jangan 2 ataupun 3.”

Pinta Reza yang begitu serius.

Vanya mengangguk paham dan tersenyum sambil terus mengelus lengan sang Ayah.

“Iya Ayah.” jawabnya yakin.


Keluarga besar Vanya sudah sampai di Gereja, mereka memakan waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai ke Gereja tersebut.

Disana sudah ada teman-teman Raihan dan juga teman-teman Vanya.

Acara pun sudah dimulai beberapa menit yang lalu. Setelah ini Raihan dan Vanya berjalan ke arah altar untuk melakukan pengucapan janji nikah.

Pintu itu terbuka lebar menandakan bahwa Raihan dan juga Vanya akan masuk, tepat beberapa detik kemudian mereka masuk ke dalam gereja dan di saksikan oleh jemaat yang hadir.

Hati Vanya tentu berdebar kencang karena sebentar lagi ia akan mengucapkan janji pernikahan bersama Raihan, pria yang ia bucini di Twitter itu.

Sampailah mereka di depan pendeta, lalu pendeta itu langsung menjalankan acara ini kembali.

Setelah itu Raihan langsung mengambil tangan Vanya dan berkata. “Saya mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus” ucap Raihan dengan serius.

“Saya mengambil engkau menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus” lalu Vanya langsung mengucapkan kembali janji tersebut dengan tatapan menahan tangisan.

Ketika ucapan itu selesai, air mata Vanya juga ikut turun membasahi pipi nya, tanpa pikir panjang Raihan langsung mengusap air mata itu.

Dan hari ini, hari dimana Raihan dan Vanya resmi menjadi sepasang suami istri, menjadikan dua kepala menjadi satu, dan menyatukan 2 keluarga menjadi satu.

Tangisan bahagia pun tak luput hadir di sesi acara ini, sesi dimana Vanya dan juga Raihan pertama kali berciuman.

Raihan langsung mengikis jarak antara ia dengan Vanya, lalu detik selanjutnya Vanya menutup matanya mempersilahkan Raihan untuk mencium dirinya untuk kali pertamanya.

Para hadirin tentunya sangat bahagia, khususnya untuk keluarga dan teman dekat kedua mempelai tersebut.

Reza yang menyaksikan dari awal kegiatan sampai akhir pun ikut turut bahagia, dan mulai saat ini Vanya bukanlah tanggung jawabnya lagi, ia serahkan tanggung jawabnya kepada Raihan.

“Semoga bahagia nak..”

ps: disini aku search di Google tentang gimana adat pernikahan di agama Kristen, jika ada salah mohon dikoreksi. Terimakasih.

CW // Kissing

Sebelum Vanya benar-benar pergi dari rumahnya, Ia menyempatkan untuk bertemu dengan Reza karena sedari tadi ia tak melihat sang Ayah.

Ia mencari kesana kemari tetapi tak ada Reza, lalu dimanakah Ayahnya berada? Tepat setelah ia melihat kamar kedua orang tuanya, Vanya melihat Siska sedang merapikan pakaiannya, dan detik itu Vanya bertanya kepada Siska.

“Ayah dimana Bun?” tanya Vanya.

Siska menoleh lalu berucap. “Ayah di kebun, gak tau kenapa ada di kebun”

Setelah itu Siska pergi dan meninggalkan Vanya di tempat, sudah mendapatkan jawaban, Vanya langsung menuju kebun belakang rumahnya untuk menemui sang Ayah.

“Yah?” panggil Vanya.

Reza yang sedang melamun pun menoleh ketika dirinya di panggil. Reza menyuruh Vanya untuk menghampirinya duduk di samping dirinya yang masih kosong itu.

“Ayah ngapain? Ayo kita ke gereja, Yah”

“Sebentar, Ayah masih berusaha melepaskan kamu nak” jawabnya.

Vanya di buat bingung oleh jawaban Reza, melepas? Kenapa harus melepaskan Vanya? Mau kemana kah Ayahnya?

Pertanyaan itu berisik di kepala Vanya. “Maksud ayah?”

“Beberapa jam lagi kamu udah bukan tanggung jawab ayah lagi, melainkan tanggung jawab Raihan, dan Ayah belum siap itu” jelasnya.

Jujur saja Reza sangat sedih melepaskan anak semata wayangnya itu, yang ia timang-timang sewaktu kecil, yang ia ajari naik sepeda roda dua, dan ia ajari kerasnya dunia.

Tetapi dibalik kesedihan itu, Reza sangat bahagia melihat putrinya yang sudah menemukan pujaan hati nya dan akan melangsungkan pernikahan.

“Ayah..” Vanya usap lengan Reza dengan lembut.

Reza pun menoleh dan tersenyum bahagia melihat Vanya, butiran air mata tak bisa Reza bendung detik ini.

“Nak, setelah nanti kamu dan Raihan resmi menikah, Ayah cuma pinta satu sama kamu”

“Apa yah?”

“Apapun permasalahannya, apapun rintangan yang ada di dalam rumah tangga, hadapi dengan kepala dingin, ya? Bicara dari hati ke hati, jangan ke makan ego kalian masing-masing. Ayah minta sama kamu, cukup 1 kali saja kamu menikah, jangan 2 ataupun 3.”

Pinta Reza yang begitu serius.

Vanya mengangguk paham dan tersenyum sambil terus mengelus lengan sang Ayah.

“Iya Ayah.” jawabnya yakin.


Keluarga besar Vanya sudah sampai di Gereja, mereka memakan waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai ke Gereja tersebut.

Disana sudah ada teman-teman Raihan dan juga teman-teman Vanya.

Acara pun sudah dimulai beberapa menit kemudian, dan setelah ini Raihan dan Vanya berjalan ke arah altar untuk melakukan pengucapan janji nikah.

Pintu itu terbuka lebar menandakan bahwa Raihan dan juga Vanya akan masuk, dan tepat beberapa detik kemudian mereka masuk ke dalam gereja dan di saksikan oleh jemaat yang hadir.

Vanya tentu berdebar kencang karena sebentar lagi ia akan mengucapkan janji nikah bersama Raihan, pria yang ia bucini di Twitter itu.

Sampailah mereka di depan pendeta, lalu pendeta itu langsung menjalankan acara tersebut.

Setelah itu Raihan langsung mengambil tangan Vanya dan berkata. “Saya mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus” ucap Raihan dengan serius.

“Saya mengambil engkau menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus” lalu Vanya langsung mengucapkan kembali janji tersebut dengan tatapan menahan tangisan.

Ketika ucapan itu selesai, air mata Vanya juga ikut turun membasahi pipi nya. Sontak Raihan langsung mengusap air mata itu.

Dan hari ini, hari dimana Raihan dan Vanya resmi menjadi sepasang suami istri, menjadikan dua kepala menjadi satu, dan menyatukan 2 keluarga.

Tangisan bahagia pun tak luput hadir di sesi acara ini, sesi dimana Vanya dan juga Raihan pertama kali berciuman.

Raihan mengikis jarak antara ia dengan Vanya lalu detik selanjutnya Vanya menutup matanya mempersilahkan Raihan untuk mencium dirinya untuk pertama kali.

Para hadirin tentunya sangat bahagia, khususnya untuk keluarga dan teman dekat kedua mempelai tersebut.

Reza yang menyaksikan dari awal kegiatan sampai akhir pun ikut turut bahagia, mulai saat ini Vanya bukanlah tanggung jawabnya lagi, ia serahkan tanggung jawabnya kepada Raihan.

“Semoga bahagia nak..”

ps: disini aku search di Google tentang gimana adat pernikahan di agama Kristen, jika ada salah mohon dikoreksi. Terimakasih.

Vanya dan juga Nazwa sudah berada di mobil yang Nazwa kendarai. Nazwa yang sedari tadi menahan senyum membuat Vanya sedikit curiga.

“Lo kenapa sih? Senyum-senyum mulu dah, kesambet?” tanya Vanya

Nazwa menggelengkan kepalanya dengan menahan senyuman nya itu.

Vanya yang jenah pun langsung membuang mukanya ke samping kiri, malas melihat wajah Nazwa yang seperti meledek dirinya.

“Kesambet setan mumun kali tu anak” batinnya berbicara.

Vanya memperhatikan jalanan sedari tadi tetapi ia baru sadar jika ini bukan jalan untuk ke mall yang biasa mereka datangi.

“Lah kok ke hotel?” tanya Vanya.

“Samperin Melin dulu di kamarnya” balas Nazwa yang langsung membuka sabuk pengamannya itu.

“Ayo ikut,”

Vanya mau tak mau mengikuti perintah Nazwa, ia malas berdebat jika ia menolaknya.

Sesampainya di depan kamar Melin, Nazwa membuka tasnya lalu mengambil syal yang ia miliki untuk menutupi mata sahabatnya itu.

Vanya terkejut dengan perilaku Nazwa yang menutup matanya secara tiba-tiba. “Ehh apaan si Wa?” tanya Vanya.

“Udah diem, gak bakal macem-macem”

“Awas ya lo ninggalin gue”

“Kagak, pegang aja nih tangan gua” ucap Nazwa yang langsung memberikan satu tangannya kepada Vanya.

Nazwa tuntun Vanya untuk masuk ke dalam kamar Melin dengan hati-hati. Vanya pun berjalan dengan sangat pelan takut jika di depannya akan ada lubang besar.

“Cepetan apa, kagak ada lobang juga” seru Nazwa yang jenah melihat pergerakan Vanya yang terbilang sangat lelet.

“Sabar njir,”

Sampailah Nazwa dan Vanya di dalam kamar tersebut, lalu dengan perlahan Nazwa membuka syal yang menutupi muka Vanya dengan perlahan.

Setelah itu letusan balon dan juga letusan party popper memenuhi isi kamar yang di pesan oleh Nazwa. Dengan begitu Vanya terkejut dengan kejutan yang teman-temannya kasih, ia tak menyangka jika teman-temannya mau meluangkan waktu untuk acara Bridal Shower.

Tentu saja Vanya terharu melihat teman-temannya antusias dengan acara ini. Nazwa yang melihat Vanya meneteskan air matanya itupun langsung menghampiri Vanya dan memeluk tubuh sahabatnya.

Begitupun dengan Melin, Salsa, Dinda, dan juga Rina. Mereka sama sama memeluk Vanya dengan erat, meluapkan rindu yang mereka tahan selama beberapa tahun ini setelah lulus.

“Aaa jangan nangiss dong” ucap salah satu teman Vanya, Rina namanya.

“Tauu ihh, gue udah make up cantik-cantik masa mau nangis-nangis doang. Belum foto loh ini kita” sautnya lagi yang kali ini berbicara Dinda.

Vanya tertawa mendengar ucapan Dinda. Memang Dinda tak pernah berubah selalu bisa mencairkan suasana.

“Pake dulu dong ini” ucap Melin yang memakai kan Sahs bertuliskan Bride To Be

Salsa mengambil cake yang ia pesan khusus untuk acara ini dengan design yang ambigu membuat semua seisi kamar tertawa.

“Ide siapa ini anjir?” tanya Vanya.

“Ide Wawa cuy, emang dah kalo urusan begini wawa paling depan” balas Salsa.

“Hehehe tar juga liat sih”

“Malah di perjelas anak asu” seru Dinda.

Tak mau pembicaraan itu makin berlarut, Vanya langsung meniup lilin tersebut tak lupa juga ia untuk berdoa sebelum meniup lilin itu.

“Yeayyy jadi nikah” ucap Salsa sambil menyemprotkan party string ke wajah Vanya.

Hal itu membuat Vanya terkejut dan langsung menghindari semprotan uang Salsa ciptakan.

“Woi anjir yang mau nikah Vanya bukan guaaa” teriak Dinda yang di jaili oleh Nazwa.

“Wawa kampret”

Ruangan itu penuh dengan kehebohan teman-temannya Vanya dan juga Vanya.


Setelah lelah dengan kegiatan tadi, sekarang Vanya sedang pasrah karena teman-temannya itu memaksa Vanya untuk mereka dandani.

“Mohon banget ini mah jangan gambar macem-macem di muka gue” ucap Vanya yang takut dengan pikiran random teman-temannya itu.

“Santai aja, sans, kaya di pantai” ucap Melin yang sedang asik membuat alis yang cetar membahana.

“Macem-macem gue bilangin Raihan”

“Anj langsung di ulti sama Vanya cuy kita” ucap Nazwa.

“Makanyaa yang bagus-bagus aja bikinnya”

“Iyaaa nyonya Dyson” kali ini yang bersuara Salsa.

Selesai mendandani Vanya, ia di ajak untuk memasuki mall yang terkenal di Jakarta itu. Dengan keadaan wajah penuh dengan coretan hasil karya teman-temannya.

“Gak mau ah, malu” tolak Vanya.

“Katanya mau anterin gue beli dress?”

“YA TAPI GAK DENGAN KEADAAN GUE YANG BEGINI WA”

“Masih cantik kok” puji Rina.

“Ayo cepetan Nya” ajak Melin.

Vanya hanya pasrah, untuk hari ini, ia pasrahkan dirinya di apakan saja oleh teman-temannya itu.

Nazwa dengan pikiran jailnya mengajak Vanya untuk memutari kawasan mall terlebih dahulu. Sorot mata dari pengunjung mall sudah Vanya lihat sedari awal ia masuk ke dalam mall ini.

Sungguh, Vanya malu. Benar-benar malu. Kalau bukan karena permintaan teman-temannya itu Vanya pastikan sudah berlari dengan kencang menghindari orang untuk melihat wajahnya itu.

“Lo mau ke toko mana sih?” tanya Vanya.

“Itu di depan” balas Nazwa.

Teman-temannya hanya tertawa pelan melihat raut wajah Vanya yang menahan jengkel terhadap Nazwa.

“Happy dong, Nya. Kan mau nikah, masa cemberut gitu” ucap Melin.

“Lo pikir ajalah Mel gimana gue nahan malu pake pakaian begini, belum lagi hasil karya kalian yang bikin gue geleng-geleng kepala” balas Vanya.

Tawa Melin seketika itu pecah mendengar balasan Vanya.

“Satu kali seumur hidup, Nya” saut Dinda.

“Tau ya kapan lagi coba lo gue permalukan di depan umum kaya gini?”

“Emang setan kaliam semua”

Vanya dan juga Nazwa sudah berada di mobil yang Nazwa kendarai. Nazwa yang sedari tadi menahan senyum membuat Vanya sedikit curiga.

“Lo kenapa sih? Senyum-senyum mulu dah, kesambet?” tanya Vanya

Nazwa menggelengkan kepalanya dengan menahan senyuman nya itu.

Vanya yang jenah pun langsung membuang mukanya ke samping kiri, malas melihat wajah Nazwa yang seperti meledek dirinya.

Kesambet setan mumun kali tu anak batinnya berbicara.

Vanya memperhatikan jalanan sedari tadi tetapi ia baru sadar jika ini bukan jalan untuk ke mall yang biasa mereka datangi.

“Lah kok ke hotel?” tanya Vanya.

“Samperin Melin dulu di kamarnya” balas Nazwa yang langsung membuka sabuk pengamannya itu.

“Ayo ikut,”

Vanya mau tak mau mengikuti perintah Nazwa, ia malas berdebat jika ia menolaknya.

Sesampainya di depan kamar Melin, Nazwa membuka tasnya lalu mengambil syal yang ia miliki untuk menutupi mata sahabatnya itu.

Vanya terkejut dengan perilaku Nazwa yang menutup matanya secara tiba-tiba. “Ehh apaan si Wa?” tanya Vanya.

“Udah diem, gak bakal macem-macem”

“Awas ya lo ninggalin gue”

“Kagak, pegang aja nih tangan gua” ucap Nazwa yang langsung memberikan satu tangannya kepada Vanya.

Nazwa tuntun Vanya untuk masuk ke dalam kamar Melin dengan hati-hati. Vanya pun berjalan dengan sangat pelan takut jika di depannya akan ada lubang besar.

“Cepetan apa, kagak ada lobang juga” seru Nazwa yang jenah melihat pergerakan Vanya yang terbilang sangat lelet.

“Sabar njir,”

Sampailah Nazwa dan Vanya di dalam kamar tersebut, lalu dengan perlahan Nazwa membuka syal yang menutupi muka Vanya dengan perlahan.

Setelah itu letusan balon dan juga party popper memenuhi isi kamar yang di pesan oleh Nazwa. Dengan begitu Vanya terkejut dengan kejutan yang teman-temannya kasih, ia tak menyangka jika teman-temannya mau meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan Bridal Shower ini.

Tentu saja Vanya terharu melihat teman-temannya itu antusias dengan acara ini. Nazwa yang melihat Vanya meneteskan air matanya itupun langsung menghampiri Vanya dan memeluk tubuh sahabatnya.

Begitupun dengan Melin, Salsa, Dinda, dan juga Rina. Mereka sama sama memeluk Vanya dengan erat, meluapkan rindu yang mereka tahan selama beberapa tahun ini setelah lulus.

“Aa jangan nangiss dong” ucap salah satu teman Vanya, Rina namanya.

“Tauu ihh gue udah make up cantik-cantik masa mau nangis-nangis doang. Belum foto loh ini kita” sautnya lagi yang kali ini Dinda berbicara.

Vanya tertawa mendengar ucapan Dinda. Memang Dinda tak pernah berubah selalu bisa mencairkan suasana.

“Pake dulu dong ini” ucap Melin yang memakai kan Sahs bertuliskan Bride To Be

Salsa mengambil cake yang ia pesan khusus untuk acara ini dengan design yang ambigu membuat semua seisi kamar tertawa.

“Ide siapa ini anjir?” tanya Vanya.

“Ide Wawa cuy, emang dah kalo urusan begini wawa paling depan” balas Salsa.

“Hehehe tar juga liat sih”

“Malah di perjelas anak asu” seru Dinda.

Tak mau pembicaraan itu makin berlarut, Vanya langsung meniup lilin tersebut tak lupa juga ia untuk berdoa sebelum menium lilin itu.

“Yeayyy jadi nikah” ucap Rina sambil menyemprotkan party string ke wajah Vanya.

Hal itu membuat Vanya terkejut dan langsung menghindari semprotan uang Rina ciptakan.

“Woi anjir yang mau nikah Vanya bukan guaaa” teriak Dinda yang di jaili oleh Nazwa.

“Wawa kampret”

Ruangan itu penuh dengan kehebohan teman-temannya Vanya dan juga Vanya.


Setelah lelah dengan kegiatan tadi, Vanya sekarang sedang pasrah karena teman-temannya itu memaksa Vanya untuk mereka dandani.

“Mohon banget ini mah jangan gambar macem-macem di muka gue” ucap Vanya yang takut dengan pikiran random teman-temannya itu.

“Santai aja, sans, kaya di pantai” ucap Melin yang sedang asik membuat alis yang cetar membahana.

“Macem-macem gue bilangin Raihan”

“Anj langsung di ulti sama Vanya cuy kita” ucap Nazwa.

“Makanyaa yang bagus-bagus aja bikinnya”

“Iyaaa nyonya Dyson” kali ini yang bersuara Dinda.

Selesai mendandani Vanya, ia di ajak untuk memasuki mall yang terkenal di Jakarta itu. Dengan keadaan wajah penuh dengan coretan hasil karya teman-temannya.

“Gak mau ah, malu” tolak Vanya.

“Katanya mau anterin gue beli dress?”

“YA TAPI GAK DENGAN KEADAAN GUE YANG BEGINI WA”

“Masih cantik kok” puji Rina.

“Ayo cepetan Nya” ajak Melin.

Vanya hanya pasrah untuk hari ini, ia pasrahkan dirinya di apakan saja oleh teman-temannya itu.

Nazwa dengan pikiran jailnya mengajak Vanya untuk memutari kawasan mall ini terlebih dahulu. Sorot mata dari pengunjung mall sudah Vanya lihat sedari awal ia masuk ke dalam mall ini.

Sungguh, Vanya malu. Benar-benar malu, kalau bukan karena permintaan teman-temannya itu Vanya pastikan sudah berlari dengan penuh kecepatan menghindari orang melihat wajahnya itu.

“Lo mau ke toko mana sih?” tanya Vanya.

“Itu di depan” balas Nazwa.

Teman-temannya hanya tertawa pelan melihat raut wajah Vanya yang menahan jengkel terhadap Nazwa.

“Happy dong, Nya. Kan mau nikah, masa cemberut gitu” ucap Melin.

“Lo pikir ajalah Mel gimana gue nahan malu pake pakaian begini, belum lagi hasil karya kalian yang bikin gue geleng-geleng kepala” balas Vanya.

Tawa Melin seketika itu pecah mendengar balasan Vanya.

“Satu kali seumur hidup, Nya” saut Dinda.

“Tau ya kapan lagi coba lo gue permalukan di depan umum kaya gini?”

“Emang setan kalina semua”

Setelah melihat notif dari Vanya, Raihan langsung bergegas menuju apart miliknya.

Vanya memang sudah sering sekali memasuki apartment milik Raihan seorang diri, karena Raihan memberitahu sandi pintunya tersebut.

Sekitar 30 menit lamanya, Raihan tiba di basement dan langsung berlari kecil menuju lantai 20.

Cekrek

Pintu apart terbuka, terpampang jelas Raihan yang masih terlihat wajah bangun tidur nya dan rambut sedikit berantakan itu.

Vanya yang sedang menata mangkuk sup di kejutkan oleh penampilan Raihan yang tak biasanya.

“Astaga Raihan” ucap Vanya dan langsung menghampiri Raihan.

Yang di hampiri pun tampak diam, detik selanjutnya air mata sang tuan keluar dengan sendirinya.

“Lohhh” panik Vanya.

Kenapa ketika ia menghampirinya Raihan menangis?

“Kenapa nangiss, hei?” tanya Vanya.

“Kangen..” lirih Raihan dan langsung menjatuhkan kepalanya di pundak Vanya.

Astaga pria ini benar-benar membuat Vanya panik.

“Makan dulu, baru kita ngobrol”

Raihan menggeleng.

“Kenapa gak mau sayang?”

“Mau peluk aja, gak mau makan” balasnya dan langsung mengeratkan pelukannya.

“Dari malem belum makan kata Dito, sekarang kamu makan dulu baru nanti peluk” ajak Vanya.

Raihan menggeleng kembali.

“Gak mau anya... Hikss”

“Loh kok nangis lagi” Vanya kembali panik.

“Iya udah kalo gak mau makan. Ayo, jangan disini meluknya”

Raihan langsung melepaskan pelukannya lalu berjalan duluan ke arah kamar. Vanya yang melihat tingkah Raihan seperti anak bayi membuat dirinya sedikit pusing.

“Bisa stress gue kalo punya anak modelan kaya Raihan begini” gumamnya lalu mengikuti Raihan ke dala kamar.


Di kamar yang bernuansa serba hitam itupun kini Raihan dan Vanya sedang memeluk satu sama lain.

“Ada yang mau kamu jelasin ke aku gak?” tanya Vanya sambil mengusap rambut Raihan dengan lembut.

“Ada..”

“Yaudah coba jelasin ke aku”

“Tentang yang si base itu bener ... Adella namanya. Dia mantan ku dulu pas SMA. Aku ketemu dia di event club. Awalnya dia say hi ke aku, san ngobrol sedikit, setelah itu dia ngajak aku melipir ke pintu keluar buat ngobrol lagi katanya. Sebenarnya aku gak mau, tapi dia mohon-mohon sambil melukin tangan aku, aku risih Nya ... Makanya aku iyain”

Vanya tetap mendengarkan Raihan yang berbicara dibawah sana sambil sesekali melirik mimik wajah Raihan yang kesal.

“Setelah aku melipir, dia tiba-tiba jadi manja manja gitu, terus ngelantur ngomongnya. Aku tau itu cuma akal-akalan dia aja kalo dia mabuk. Habis itu aku izin buat masuk lagi kan, tapi ditahan sama dia. Dia minta aku buat anterin dia balik ke apart. Aku langsung nolak dong. Tapi dia ngelantur lagi ngomongnya sampe bilang “kalo kamu gak mau anterin aku, aku bakal teriak kalo kamu apa apain aku” dia ancem aku Nya..”

“Awalnya aku gak takut sama anceman Adella. Aku lepas tangan dia di tangan aku terus niat aku mau samperin temen-temen aku didalam sana, ternyata Adella teriak sambil bilang “Tolong-tolongin saya, ada yang habis pegang-pegang saya” dia teriak kaya gitu..” ucap Raihan dengan ekspresi nya.

“Dan disana cuma aku doang yang deket sama dia. Aku langsung balik ke dia dan bawa dia ke mobilnya. Aku anterin dia ke apart, tapi sampe sana aku disuruh ke atas buat anterin dia ke unitnya. Aku yang udah tau akal liciknya Adella, bilang ke dia kalo aku mau beli minum di swalayan depan. Setelah itu aku langsung kabur dari sana”

“Handphone ku juga mati, jadi aku langsung balik lagi ke club. Ternyata Dito sama Erland udah balik, dan kunci mobil ku gak di titipin sama tangan kanan ku disana. Al hasil aku nginap di hotel dekat club. Aku benar-benar gak ngapa-ngapain sama Adella. Nya.. kamu percaya aku kan?” ucap Raihan sambil melirik ke aras melihat wajah Vanya yang masih setia mendengarkan ceritanya.

Vanya tersenyum lalu mengangguk. “Iya percaya”

“Kalo kamu, kenapa bilang mau ke hotel tapi malah ketemu sama laki-laki itu? Siapa sih? Saka? Apa Sakti?”

“Kak Sakti, Rai”

“Idih gaya banget manggil dia Kak” sindirnya sambil memutar matanya malas.

“Hahaha lucu banget kamu cemburu nya.”

“Kak Sakti itu kakaknya Nazwa. Dia kakak kelas ku di SMA, kita udah deket sejak SMA. D an kebetulan aku berteman baik sama adiknya. Kemarin itu gak sengaja ketemu disana, dia mau ketemu client nya, dan aku mau cek hotel.”

“Dia suka sama kamu” ucap Raihan.

“Sok tau kamu”

“Emang iya. Aku tau ya mana mata yang suka sama cewek aku mana yang gak”

“Kalo kamu suka gak sama aku?”

“Perlu banget aku perjelas?”

“Perlu lah”

Raihan membernarkan posisinya lalu menatap Vanya dengan tatapan yang dalam.

Vanya dibuat salah tingkah oleh tatapan Raihan, lalu ia memutuskan eyes contacts itu.

“Udah jelas belum?”

“Iyaa udah ah, rese kamu mah” ucap Vanya.

“Rese darimana? Orang aku cuma natap kamu. Kamunya yang cemen”

Bruk

Bantal itu terlempar tepat di lengan Raihan. Vanya yang melempar bantal itu, setelah mendengar ucapan Raihan.

“Udah ah makan! Biarin aja kalo sakit aku batalin nikahnya” ancam Vanya lalu beranjak keluar dari kamar.

“KOK GITU?!”

“SAYANGGGGG???? BATAL NIKAH??? AH GAMAUUUUU, IYA AKU MAKANNN, TUNGGUIIN” panik Raihan dan langsung berlari menemui Vanya.

Setelah melihat notif dari Vanya, Raihan langsung bergegas menuju apart miliknya.

Vanya memang sudah sering sekali memasuki apartment milik Raihan seorang diri, karena Raihan memberitahu sandi pintunya tersebut.

Sekitar 30 menit lamanya, Raihan tiba di basement dan langsung berlari kecil menuju lantai 20.

Cekrek

Pintu apart terbuka, terpampang jelas Raihan yang masih terlihat wajah bangun tidur nya dan rambut sedikit berantakan itu.

Vanya yang sedang menata mangkuk sup di kejutkan oleh penampilan Raihan yang tak biasanya.

“Astaga Raihan” ucap Vanya dan langsung menghampiri Raihan.

Yang di hampiri pun tampak diam, detik selanjutnya air mata sang puan keluar dengan sendirinya.

“Lohhh” panik Vanya.

Kenapa ketika ia menghampirinya Raihan menangis?

“Kenapa nangiss, hei?” tanya Vanya.

“Kangen..” lirih Raihan dan langsung menjatuhkan kepalanya di pundak Vanya.

Astaga laki-laki ini benar-benar membuat Vanya panik.

“Makan dulu, baru kita ngobrol”

Raihan menggeleng.

“Kenapa gak mau sayang?”

“Mau peluk aja, gak mau makan” balasnya dan langsung mengeratkan pelukannya.

“Dari malem belum makan kata Dito, sekarang kamu makan dulu baru nanti peluk” ajak Vanya.

Raihan menggeleng kembali.

“Gak mau anya... Hikss”

“Loh kok nangis lagi” Vanya kembali panik.

“Iya udah kalo gak mau makan. Ayo, jangan disini meluknya”

Raihan langsung melepaskan pelukannya lalu berjalan duluan ke arah kamar. Vanya yang melihat tingkah Raihan seperti anak bayi membuat dirinya sedikit pusing.

“Bisa stress gue kalo punya anak modelan kaya Raihan begini” gumamnya lalu mengikuti Raihan ke dala kamar.


Di kamar yang bernuansa serba hitam itupun kini Raihan dan Vanya sedang memeluk satu sama lain. Memberikan kehangatan dan kasih sayang.

“Ada yang mau kamu jelasin ke aku gak?” tanya Vanya sambil mengusap rambut Raihan dengan lembut.

“Ada..”

“Yaudah coba jelasin ke aku”

“Tentang yang si base itu bener ... Adella namanya, dia mantan ku dulu pas SMA. Aku ketemu dia di event club. Awalnya dia say hi ke aku, san ngobrol sedikit, setelah itu dia ngajak aku melipir ke pintu keluar buat ngobrol lagi katanya. Sebenarnya aku gak mau, tapi dia mohon-mohon sambil melukin tangan aku, aku risih Nya ... Makanya aku iyain”

Vanya tetap mendengarkan Raihan yang berbicara dibawah sana sambil sesekali melirik mimik wajah Raihan yang kesal.

“Setelah aku melipir, dia tiba-tiba jadi manja manja gitu, terus ngelantur ngomongnya. Aku tau itu cuma akal-akalan dia aja, kalo dia mabuk. Habis itu aku izin buat masuk lagi kan, tapi ditahan sama dia. Dia minta aku buat anterin dia balik ke apart. Aku langsung nolak dong. Tapi dia ngelantur lagi ngomongnya sampe bilang kalo kamu gak mau anterin aku, aku bakal teriak kalo kamu apa apain aku dia ancem aku Nya..”

“Awalnya aku gak takut sama anceman Adella. Aku lepas tangan dia di tangan aku terus niat aku mau samperin temen-temen aku didalam sana, ternyata Adella teriak sambil bilang Tolong-tolongin saya, ada yang habis pegang-pegang saya dia teriak kaya gitu..” ucap Raihan dengan ekspresi nya.

“Dan disana cuma aku doang yang deket sama dia. Aku langsung balik ke dia dan bawa dia ke mobilnya. Aku anterin dia ke apart, tapi sampe sana aku disuruh ke atas buat anterin dia ke unitnya. Aku yang udah tau bakal apa yang terjadi nanti, bilang ke dia kalo aku mau beli minum di swalayan depan. Setelah itu aku langsung kabur dari apart sana”

“Handphone ku juga mati, jadj aku langsung balik lagi ke club. Ternyata Dito sama Erland udah balik, dan kunci mobil ku gak di titipin sama tangan kanan ku disana. Al hasil aku nginap di hotel dekat club. Aku benar-benar gak ngapa-ngapain sama Adella, Nya.. kamu percaya aku kan?” ucap Raihan sambil melirik ke aras melihat wajah Vanya yang masih setia mendengarkan ceritanya.

Vanya tersenyum lalu mengangguk. “Iya percaya”

“Kalo kamu kenapa bilang mau ke hotel tapi malah ketemu sama laki-laki itu? Siapa sih? Saka? Apa Sakti?”

“Kak Sakti, Rai”

“Idih gaya banget manggil dia Kak” sindirnya sambil memutarkan matanya malas.

“Hahaha lucu banget kamu cemburu nya.”

“Kak Sakti itu kakaknya Nazwa. Dia kaka kelas ku di SMA, kita udah deket sejak SMA, dan kebetulan aku berteman baik sama adiknya. Kemarin itu gak sengaja ketemu disana, dia mau ketemu client nya, dan aku mau cek hotel.”

“Dia suka sama kamu” ucap Raihan.

“Sok tau kamu”

“Emang iya. Aku tau ya mana mata yang suka sama cewek aku mana yang gak”

“Kalo kamu suka gak sama aku?”

“Perlu banget aku perjelas?”

“Perlu lah”

Raihan membernarkan posisinya lalu menatap Vanya dengan tatapan yang dalam.

Vanya dibuat salah tingkah oleh tatapan Raihan, lalu ia memutuskan eyes contact itu.

“Udah jelas belum?”

“Iyaa udah ah, rese kamu mah” ucap Vanya.

“Rese darimana? Orang aku cuma natap kamu. Kamunya yang cemen”

Bruk

Bantal itu terlempar tepat di lengan Raihan. Vanya yang melempar bantal itu, setelah mendengar ucapan Raihan.

“Udah ah makan! Biarin aja kalo sakit aku batalin nikahnya” ancam Vanya lalu beranjak keluar dari kamar.

“KOK GITU?!”

“SAYANGGGGG???? BATAL NIKAH??? AH GAMAUUUUU, IYA AKU MAKANNN, TUNGGUIIN” panik Raihan dan langsung berlari menemui Vanya.