Setelah melihat notif dari Vanya, Raihan langsung bergegas menuju apart miliknya.
Vanya memang sudah sering sekali memasuki apartment milik Raihan seorang diri, karena Raihan memberitahu sandi pintunya tersebut.
Sekitar 30 menit lamanya, Raihan tiba di basement dan langsung berlari kecil menuju lantai 20.
Cekrek
Pintu apart terbuka, terpampang jelas Raihan yang masih terlihat wajah bangun tidur nya dan rambut sedikit berantakan itu.
Vanya yang sedang menata mangkuk sup di kejutkan oleh penampilan Raihan yang tak biasanya.
“Astaga Raihan” ucap Vanya dan langsung menghampiri Raihan.
Yang di hampiri pun tampak diam, detik selanjutnya air mata sang puan keluar dengan sendirinya.
“Lohhh” panik Vanya.
Kenapa ketika ia menghampirinya Raihan menangis?
“Kenapa nangiss, hei?” tanya Vanya.
“Kangen..” lirih Raihan dan langsung menjatuhkan kepalanya di pundak Vanya.
Astaga laki-laki ini benar-benar membuat Vanya panik.
“Makan dulu, baru kita ngobrol”
Raihan menggeleng.
“Kenapa gak mau sayang?”
“Mau peluk aja, gak mau makan” balasnya dan langsung mengeratkan pelukannya.
“Dari malem belum makan kata Dito, sekarang kamu makan dulu baru nanti peluk” ajak Vanya.
Raihan menggeleng kembali.
“Gak mau anya... Hikss”
“Loh kok nangis lagi” Vanya kembali panik.
“Iya udah kalo gak mau makan. Ayo, jangan disini meluknya”
Raihan langsung melepaskan pelukannya lalu berjalan duluan ke arah kamar. Vanya yang melihat tingkah Raihan seperti anak bayi membuat dirinya sedikit pusing.
“Bisa stress gue kalo punya anak modelan kaya Raihan begini” gumamnya lalu mengikuti Raihan ke dala kamar.
Di kamar yang bernuansa serba hitam itupun kini Raihan dan Vanya sedang memeluk satu sama lain. Memberikan kehangatan dan kasih sayang.
“Ada yang mau kamu jelasin ke aku gak?” tanya Vanya sambil mengusap rambut Raihan dengan lembut.
“Ada..”
“Yaudah coba jelasin ke aku”
“Tentang yang si base itu bener ... Adella namanya, dia mantan ku dulu pas SMA. Aku ketemu dia di event club. Awalnya dia say hi ke aku, san ngobrol sedikit, setelah itu dia ngajak aku melipir ke pintu keluar buat ngobrol lagi katanya. Sebenarnya aku gak mau, tapi dia mohon-mohon sambil melukin tangan aku, aku risih Nya ... Makanya aku iyain”
Vanya tetap mendengarkan Raihan yang berbicara dibawah sana sambil sesekali melirik mimik wajah Raihan yang kesal.
“Setelah aku melipir, dia tiba-tiba jadi manja manja gitu, terus ngelantur ngomongnya. Aku tau itu cuma akal-akalan dia aja, kalo dia mabuk. Habis itu aku izin buat masuk lagi kan, tapi ditahan sama dia. Dia minta aku buat anterin dia balik ke apart. Aku langsung nolak dong. Tapi dia ngelantur lagi ngomongnya sampe bilang kalo kamu gak mau anterin aku, aku bakal teriak kalo kamu apa apain aku dia ancem aku Nya..”
“Awalnya aku gak takut sama anceman Adella. Aku lepas tangan dia di tangan aku terus niat aku mau samperin temen-temen aku didalam sana, ternyata Adella teriak sambil bilang Tolong-tolongin saya, ada yang habis pegang-pegang saya dia teriak kaya gitu..” ucap Raihan dengan ekspresi nya.
“Dan disana cuma aku doang yang deket sama dia. Aku langsung balik ke dia dan bawa dia ke mobilnya. Aku anterin dia ke apart, tapi sampe sana aku disuruh ke atas buat anterin dia ke unitnya. Aku yang udah tau bakal apa yang terjadi nanti, bilang ke dia kalo aku mau beli minum di swalayan depan. Setelah itu aku langsung kabur dari apart sana”
“Handphone ku juga mati, jadj aku langsung balik lagi ke club. Ternyata Dito sama Erland udah balik, dan kunci mobil ku gak di titipin sama tangan kanan ku disana. Al hasil aku nginap di hotel dekat club. Aku benar-benar gak ngapa-ngapain sama Adella, Nya.. kamu percaya aku kan?” ucap Raihan sambil melirik ke aras melihat wajah Vanya yang masih setia mendengarkan ceritanya.
Vanya tersenyum lalu mengangguk. “Iya percaya”
“Kalo kamu kenapa bilang mau ke hotel tapi malah ketemu sama laki-laki itu? Siapa sih? Saka? Apa Sakti?”
“Kak Sakti, Rai”
“Idih gaya banget manggil dia Kak” sindirnya sambil memutarkan matanya malas.
“Hahaha lucu banget kamu cemburu nya.”
“Kak Sakti itu kakaknya Nazwa. Dia kaka kelas ku di SMA, kita udah deket sejak SMA, dan kebetulan aku berteman baik sama adiknya. Kemarin itu gak sengaja ketemu disana, dia mau ketemu client nya, dan aku mau cek hotel.”
“Dia suka sama kamu” ucap Raihan.
“Sok tau kamu”
“Emang iya. Aku tau ya mana mata yang suka sama cewek aku mana yang gak”
“Kalo kamu suka gak sama aku?”
“Perlu banget aku perjelas?”
“Perlu lah”
Raihan membernarkan posisinya lalu menatap Vanya dengan tatapan yang dalam.
Vanya dibuat salah tingkah oleh tatapan Raihan, lalu ia memutuskan eyes contact itu.
“Udah jelas belum?”
“Iyaa udah ah, rese kamu mah” ucap Vanya.
“Rese darimana? Orang aku cuma natap kamu. Kamunya yang cemen”
Bruk
Bantal itu terlempar tepat di lengan Raihan. Vanya yang melempar bantal itu, setelah mendengar ucapan Raihan.
“Udah ah makan! Biarin aja kalo sakit aku batalin nikahnya” ancam Vanya lalu beranjak keluar dari kamar.
“KOK GITU?!”
“SAYANGGGGG???? BATAL NIKAH??? AH GAMAUUUUU, IYA AKU MAKANNN, TUNGGUIIN” panik Raihan dan langsung berlari menemui Vanya.