kalriesa

Krakk...

Kaleng minuman ringan yang sedang dipegang Jaemin, remuk seketika setelah membaca pesan dari Renjun.

“Apa-apaan maksud kalimatnya barusan huh?”

Terik mentari siang hari rasanya membakar otak dan hati Jaemin yang turut kepanasan secara tiba-tiba.

“Padahal yang awalnya kesal adalah Renjun. Sekarang aku yang kesal dibuat manusia bodoh itu. Awas saja. Akan kubuat nafasmu terengah-engah di ciuman selanjutnya”

~Awalan: Karma~


Jika disuruh memilih di antara sekian banyak hal yang ingin Naven hapus dari garis takdirnya, bersama dengan Rega akan menduduki puncak hierarki utama dalam daftar hidupnya.

Sekian banyak manusia di muka bumi, kenapa harus Rega? Dan harus laki-laki?

Sebenarnya Naven tak sebenci itu dengan hubungan sesama gender. Ada alasan dibaliknya yang mengakibatkan Naven tak menyukai takdirnya. Ditambah lagi dengan hukum tak tertulis yang berlaku dan terasa memberatkan bagi Naven. Siapapun yang sudah memiliki pasangan, tidak boleh saling menyakiti karena akan terkena karma instan sebagai hukumannya.

Pertanyaannya: Dia tak merasa tepat memiliki pasangan seperti Rega.

Apakah karma memang benar adanya?

Tidak. Naven tak akan peduli.

Memiliki takdir dengan laki-laki saja sudah salah menurutnya.

Ajaib...

Sakit di tubuh Rega langsung hilang setelah Naven membalas pesannya.

“Kenapa kamu harus bohong kalau daritadi belum pulang ke rumah, Nav? Takut aku gangguin ya? Kalau kamu bilang mau ngeliat langit dari awal juga ga masalah kok. Aku paham kamu butuh me time. Tapi jangan sampai bohongin aku gini...” Rega mengusap wajahnya yang akhirnya bisa tenang.

“Aku nggak masalah sama sakitnya, tapi aku khawatir kamu di luar sampai tengah malam. Takut kamu kenapa-kenapa...”

Rega-Naven

Hampir 6 jam lamanya, Rega rasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia tak mau berprasangka buruk, tapi segala perih yang datang silih berganti buatnya mengerang menahan diri. Cukup riskan jika orang tuanya sampai mendengar anaknya yang tertatih-tatih di dalam kamar akibat sesuatu yang belum jelas asal muasalnya.

“Ugh, Nav— Lo ngapain sebenarnya?” nafas Rega tercekat. Susah payah digapainya gelas yang terletak di samping kasurnya.

Rega teguk perlahan air putih yang masih utuh. Detik selanjutnya, matanya teralihkan oleh notifikasi yang tiba-tiba muncul dari ponselnya.

@thisnaven baru saja membagikan kiriman

Rega dengan segera membuka Twitternya. Ia mendapati Navennya meng-update langit malam.

“Kamu—nggak di rumah ternyata, Nav?”


Menjaga dan Terluka

Jaemren oneshot au

Tags: marriage life cw // mature convo tw // mention of cheating , mention of aseksual aromantic , struggle of sexuality ,

Note: Ambil pesan yang baik dari cerita ini. Jangan ditiru yang tidak baiknya. Be wise♥️


Aku akan jadi suami yang baik dan setia. Hanya untuk kamu seorang.

Renjun masih ingat kalimat suci nan sakral yang diucap Jaemin saat mereka menikah. Dihadiri orang tua masing-masing, saksi dan tamu dari kedua sisi.

Pernikahan keduanya adalah hasil perjodohan. Baik Jaemin maupun Renjun tak melakukan penolakan sama sekali sampai akhirnya mereka terikat dan menjadi pasangan antara satu dan lainnya.

Tak sedikit yang mengira pernikahan Renjun dan Jaemin berjalan harmonis. Nyatanya pernikahan atas dasar perjodohan bukanlah suatu yang mudah untuk dijalani. Hanya karena tak ada keluh kesah, bukan berarti kehidupan mereka berjalan dengan baik. Renjun dan Jaemin punya pemikiran untuk tidak menceritakan apapun termasuk perihal rumah tangga sekalipun itu dengan sahabat sendiri.

“Uang bulanan dari Jaemin aman gak, Ren?” Haechan, selaku sahabat dekat Renjun seringkali bertanya dengan detail. Bukan karena tingkat penasaran yang membuncah, melainkan turut memastikan apakah sahabatnya itu baik-baik saja setelah menikah.

“Aman, Chan. Kebutuhan bulanan selalu terpenuhi kok. Emang kenapa?”

“Baguslah. Soalnya gw liat-liat lo jarang bahas tentang Jaemin. Apalagi setelah kalian married. Biasanya orang-orang bakalan antusias ceritain pasangannya”

“Kan biasanya. Bukan berarti semuanya harus sama”

“Iya sih. Tapi lo beneran baik-baik aja kan?”

Renjun fokus awalnya tertuju pada martabak daging di atas meja, kini mengalihkan tatapannya ke Haechan. “Emang gw keliatan ga baik ya?”

“Just in case ada apa-apa. Lo bisa cerita ke gw, Ren. Gw gak maksa. Tapi kalau ada beban yang perlu dibagi, gw ada kok. Ingat ya, gw bilang gini bukan karena mau jadiin lo selingkuhan. Kita udah sahabatan dari orok. Gw udah punya Jeno. Perhatian gw ke elo murni sahabat”

“I know”

Hati Renjun sedikit terhenyak saat Haechan menyebutkan kata selingkuh.

Gw tau batasan kok Chan. Gw jaga hati Jaemin. Tiap ketemu elo, pasti selalu izin dia. Masalahnya adalah Jaemin gak ngelakuin hal yang sama kaya gw.


Renjun dan Jaemin sama-sama bekerja di perusahaan. Suami Renjun sebagai Departemen Head Unit Business, sedangkan Renjun menjabat sebagai SPV Divisi Finance and Accounting.

“Aku ada rapat sampai malam. Kamu tidur duluan aja” suara Jaemin di ujung telepon direspon dengan anggukan tak terlihat oleh lawan bicaranya, Renjun.

“Kira-kira sampai jam berapa? Aku udah masakin kamu makan malam”

“Nggak tau. Banyak yang dibahas. Ada project baru dari customer dan harus rapat bareng orang lapangan”

“Yaudah kalau gitu. Kamu hati-hati pulangnya”

Telpon di antara mereka pun terputus.

“Ini udah kali ketiga kamu rapat berturut-turut, Jaem. Dengan alasan yang sama. Mungkin kamu ngira aku ngga ingat. Hhh” hembusan nafas kasarnya jadi saksi atas kelelahan Renjun malam ini.

Renjun coba menunggu Jaemin sampai tengah malam dengan mata yang dipaksakan. Sampai pada akhirnya suaminya pulang dan memasuki ruangan utama, Renjun bisa mencium wangi parfum yang berbeda dari pakaian Jaemin.

“Kamu belum tidur?” mata Jaemin terbelalak begitu melihat kehadiran Renjun.

“Belum. Tadi aku lagi ngerapiin pakaian kamu untuk ke kantor besok. Sekalian cari dasi” Renjun menghampiri Jaemin dan berdiri tepat didepannya.

Indera penciumannya difokuskan, namun lengannya memegang dasi yang Jaemin kenakan malam ini.

“Seingatku, tadi pagi kamu nggak pakai dasi ini, Jaem”

“H-hah?”

“Ini dasi siapa?”

“Ya dasi aku lah. Emangnya punya siapa lagi?”

Dahi Renjun mengernyit heran. Meminta penjelasan berlebih. Namun Jaemin tak memberikan pernyataan lanjutan.

“Aku lapar. Kamu temanin aku makan deh, Ren”

“Oke”


Siang Minggu ini, Jaemin mengatakan bahwa dirinya harus pergi memotong rambutnya. Renjun memberikan tawaran untuk menemaninya, tapi Jaemin tolak.

“Aku cuma sebentar kok. Kamu mau titip apa? Nanti aku beliin”

“Jasuke tempat langganan aja sama Asian Dolce”

Jaemin merekam dalam memorinya sebelum akhirnya melangkah pergi keluar dari rumahnya.

Sudah 1 jam 40 menit berlalu. Jaemin belum juga pulang. Renjun sedang berdiri memegang iWatch milik suaminya yang tertinggal di atas rak ruang tamu.

Aku udah di outlet baju. Cepat ya sayang. Nggak sabar mau ketemu kamu.

Notif pesan yang muncul bisa dibaca Renjun dengan jelas.

Dari Bima. Seingatku kamu ngga pernah punya kawan namanya Bima. Dan sejak kapan ada orang lain yang bisa panggil kamu dengan panggilan sayang, Jaem?

Klik

Renjun selesai memfoto iWatch Jaemin demi menyimpan pesan yang dibacanya barusan.


“Jaem, aku boleh pinjam handphone kamu? Punyaku mati, tadi aku ada order cake buat kita. Takutnya dikira cancel sama penjualnya” Renjun menunjukkan handphonenya dengan layar menghitam.

“Pake aja. Tapi jangan buka yang lain-lain”

“Kenapa? Ada rahasianya?”

“Ah—Enggak. Banyak data kantor. Nanti aku bingung kalau kamu otak-atik”

“Oh. Oke”

Renjun membuka pesan di aplikasi Instagram milik Jaemin, dengan tujuan untuk melanjutkan orderannya yang belum selesai. Namun, matanya malah menangkap pesan yang seharusnya tak dibaca olehnya.

Bima: Baju yang kamu beliin pas banget di aku. Selera sayang emang selalu bagus deh. Besok malam jangan lupa di Hotel X ya. Kangen nih sama kecupan hangat dari kamu

Deg

Hati Renjun terasa nyata sakitnya. Ia mati-matian menahan cairan liquid dari matanya agar tak turun.

“Nggak jadi. Aku lupa nama tokonya. Nih” handphone Jaemin segera kembali ke pemiliknya.

Renjun beranjak secepat kilat meninggalkan Jaemin dan menuju bilik kamar mandi. Tak lupa ia mengunci pintu dari dalam. Bersama kran air yang ia nyalakan, air matanya menyusul turun seolah tak mau kalah derasnya. Renjun tak tau kenapa ia harus menangis. Apa karena ketidakjujuran Jaemin? Atau karena perlahan ia mulai ada rasa pada pasangannya?


Flashback sebelum Jaemin dan Renjun menikah.

“Aku ngga nyangka ternyata ortu kita udah lama ngerencanain perjodohan ini”

“Aku juga ngga tau, Jaem”

“Bokap ada sakit jantung, sedangkan nyokap harus cuci darah sebulan sekali”

“Iya. Ayah-Bunda udah cerita kok tentang detail keluarga kamu”

“Aku udah punya pacar, Ren. Mau ngasih tau ke orang tua, rasanya nggak tega. Mereka udah milih calon duluan buat aku. Katanya, kamu itu baik, lembut, dewasa. Bokap nyokap cuma percaya kamu yang bisa jagain aku. Aku bingung harus gimana”

“Aku aseksual aromantik, Jaem”

“Iya. Orang tua kamu udah ngasih tau aku”

“Aku gak punya ketertarikan hubungan romantis dan seksual dengan siapapun. Ayah-Bunda sengaja jodohin kamu sama aku, biar aku bisa ngerasain cinta. Mereka khawatir aku nggak ada yang rawat kalau sendiri sampai tua. Padahal akunya fine aja dengan kondisiku yang begini”

Jaemin memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening.

“Kalau kamu mau lanjut demi ngejalanin pesan orang tua kita masing-masing. It's oke buatku. Kamu masih bisa jalanin hubungan dengan pacar kamu secara bebas. Aku ngga akan ngusik itu semua”

“Are you sure about it?”

“Ya. No need to worry about me. We have to worry about our parents”

Jaemin mengangguk paham. Sosok yang dijodohkan orang tuanya adalah seseorang yang terpilih. Jaemin suka dengan pola pikirnya.

“Kalau gitu kita tetap jalanin permintaan orang tua kita ya Ren”


“Jaem. Kalau misalnya secara tiba-tiba aku jadi ada rasa sama kamu gimana?”

Prang!

Gelas yang dipegang Jaemin terjatuh tanpa aba-aba.

“Hah? Maksudnya—gimana?”

“Misalnya. Hanya misalnya, Jaem”

“O-ooh misalnya. Berarti belum kejadian kan ya”

Renjun diam saja.

“Aku masih berhubungan sama pacarku, Ren”

“Aku tau kok”

Keterkejutan tak berhenti sedari tadi menghantam Jaemin. Rasanya terlalu bertubi-tubi apa yang diterimanya malam ini.

“Kamu nggak perlu kaget aku tau darimana. Sejak awal sebelum kita deal menikah, kamu udah kasih gambaran ke aku. Yang aku mau tau, jawaban kamu atas pertanyaanku tadi gimana?” Renjun menunggu dengan tatapan tak putus.

Jaemin terdiam membisu di tempatnya. Pertanyaan Renjun sebenarnya tak berat, namun ia bingung menjawabnya karena selama 8 bulan menjalani pernikahan, ia bisa rasakan nyaman berada di dekat Renjun. Namun ia lebih mencintai pacarnya yang lebih lama mengenalnya, jauh sebelum dirinya mengenal Renjun.

“Silahkan kalau kamu ada rasa. Itu hak kamu”

“Emangnya kamu nggak risih?”

“Enggak. Toh selama ini kamu aja tau aku masih sama pacarku, apa kamu nggak risih?”

“Awalnya aku risih Jaem karena kamu nggak kasih tau siapa orangnya. Sampai aku nemuin salah satu nama yang sama dan selalu muncul di notifikasi handphone kamu. Nama itu juga muncul di sela-sela mimpimu. Akhirnya aku ingat kalau selama ini kamu udah ngejaga hati aku untuk gak sembarangan bahas tentang pacar kamu. Jadi aku minta maaf”

Hening tercipta setelah Renjun selesai mengatakan isi hatinya. Masing-masng dari mereka larut dalam pikirannya sendiri.

“Aku juga minta maaf karena selama kita menikah, kamu nggak pernah sentuh aku sama sekali. Orientasi seksualku memang begini” Renjun menjeda kalimatnya sejenak. “Tapi kita udah menikah Jaem, ini salah aku karena nggak kasih tau kamu dari awal. Aku nggak mempermasalahkan kamu untuk berhubungan dengan pacar sendiri, tapi tolong kasih tau aku yang jujur. Kamu nggak perlu nutupin kok saat pergi keluar ketemu sama orang yang kamu sayang, karena aku selalu kasih tau kamu tiap ketemu siapapun”

“Maaf Ren. Aku nggak tau gimana bilangnya ke kamu. Aku pikir, kamu nggak akan peduli status perasaan aku ke orang lain dan apa yang aku lakukan di luar sana”

“Aku peduli. Ini demi orang tua kita”

Hati Jaemin mencelos. Kalimat Renjun barusan perlu digarisbawahi dengan jelas agar terpatri di otaknya.

Demi orang tua kita. Why you have to ask about your feelings to me, Renjun? You don't even feel anything about me...

“Oke. Mulai sekarang dan seterusnya, aku akan selalu kasih tau kamu apapun kegiatan aku. Everything

“Good. Makasih Jaem atas pengertian kamu”

Renjun sebenarnya sudah menyadari bahwa dirinya pelan-pelan memang memiliki perasaan terhadap Jaemin, tapi ia terlalu takut menerima kenyataan bahwa Jaemin akan memilih pacar yang tentu lebih disayanginya. Apalagi yang Jaemin tau, Renjun adalah seorang aseksual aromantic, mustahil bisa menyukai seseorang hanya karena telah bersama selama 8 bulan. Tapi kenyataannya, Renjun yang telah jatuh duluan dan tak bisa kehilangan sosok Jaemin.

©Kalriesa🦋

~Part of Karma Universe~

cw // harshwords


Jantung Rega berdetak tak karuan. Walau fisiknya berada di kelas, mendengarkan dosen menjelaskan materi kuliah, tapi pikirannya ribut berkelana. Naven, kekasihnya itu tak bisa dihubungi sama sekali.

“Lo gelisah amat. Kenapa?”

“Naven ga ada kabar”

Tebakan Haindra benar. Sahabatnya itu memikirkan Naven sedari tadi. Bisa terlihat Rega sibuk mengutak-atik pesan di ponselnya, menunggu balasan yang tak kunjung datang.

“Gw izin keluar deh. Mau cari Naven dulu. Titip tas ya, Ndra. Thanks”

Ucapan terima kasih dari Rega jadi kata terakhir yang dikeluarkannya dalam ruang kelas. Selanjutnya, tungkai kakinya sudah diburu waktu untuk mencari di mana sosok yang lebih muda darinya itu berada.

Nanya orang tuanya Naven, mereka bilang kamu kuliah. Tapi batang hidung kamu aja aku ngga liat sama sekali. Kamu sebenarnya di mana?

Tiap sudut kantin, lorong jurusan, toilet, juga spot yang memungkinkan bagi Naven untuk dikunjungi sudah dihampiri Rega. Hasilnya nihil. Mataharinya masih tak bisa ditemukan.

Cara terakhir yang terpikirkan oleh Rega adalah menanyakan keberadaan Naven di sosial media. Berharap mutualnya ada yang melihat sosok kekasihnya.

Bingo

Rega dapatkan jawaban. Salah satu adik tingkatnya membalas status yang dibuatnya beberapa menit lalu. Naven ada di zona charger lantai 3 paling ujung.

Tumben dia ke sana. Biasanya nggak pernah sama sekali.

Tanpa ragu, Rega menaiki lift fakultasnya demi memastikan keadaan Naven.

Zona charger adalah spot paling diminati mahasiswa/i di kampus. Tapi hal itu tak berlaku untuk Naven. Yang Rega tau, kekasihnya itu selalu meminjam powerbank miliknya.

Klontang!!!

Lemparan kaleng yang sudah kosong isinya mengenai sisi depan tong sampah di lantai 3 dan buat Rega kaget.

“Brengsek!”

“Naven?”

Dua pasang mata saling beradu tatap. Rega menelisik dalam sosok Naven yang terlihat tak baik-baik saja, sedangkan Naven hanya diam saja saat ditatap oleh Rega.

“Kamu daritadi di sini?

Naven mengangguk malas. Ia tau, Rega akan menanyainya banyak hal. “Jangan tanya lagi! Gw lagi gak mood jawabnya!” jawab Naven dengan nada tinggi.

Rega meremat pahanya yang sakit. Sedikit bingung pada Semesta, apakah hal sepele seperti ini masuk ke kategori menyakiti pasangan? Padahal Naven hanya memberikan jawaban jujur menurutnya. Ia perlu mengapresiasinya setinggi mungkin.

“Iya. Aku nggak akan nanya lagi” langkahnya dipercepat menuju ke arah Naven. Terlihat lingkaran hitam di area mata kekasihnya dan dirinya hampir lupa menahan diri untuk bertanya lebih lanjut.

Naven duduk dengan tatapan kosong ke arah tong sampah. Ia tak melirik Rega sedikit pun. Sampai akhirnya ia rasakan kedua tangan Rega melingkari punggungnya dengan erat. Wajah Rega berada di puncak kepalanya. Telapak tangan yang kokoh menyentuh surainya dari belakang. Ia ingin sekali menolak afeksi dari Rega, tapi jauh di lubuk hatinya, ia membutuhkan semua itu.

“Aku nemanin kamu di sini sampai selesai ya”

Kalimat yang terlontar dari Rega, disikapi dengan helaan nafas panjang tanpa balasan. Mereka berdua berada di posisi seperti itu dalam waktu yang lama. Tanpa suara.

Badan gw nggak ada yang sakit, Nav. Itu tandanya kehadiran gw ada manfaatnya di sini. Gw bahagia.

©Kalriesa🦋

Mint-from Incomplete AU Jaemren one tweet narasi Jaemin as Nando Renjun as Rendean Haechan as Haikal Jeno as Lijen Chenle as Chentara Event #PelanginyaRenjun

cw // mention of kissing


Jaemin mengingat kali pertama Renjun membelikannya jus apel dan memaksanya untuk menghabiskan minuman tersebut. Kala itu, Renjun mengenakan kemeja kaos berwarna mint dan kacamata. Suatu perpaduan yang manis dan memberikan kesan unik karena tingkah galak Renjun yang juga memarahinya di depan Haechan dan Jeno.

Hari ini, Renjun dan dirinya sama-sama memakai atasan berwarna mint. Bedanya, Renjun memakai hoodie mint kesayangan Jaemin, sedangkan Jaemin sendiri memakai kaos mint dengan pinggiran hitam.

“Ini bukannya hoodienya Jaemin?” tanya Haechan di sela-sela senggangnya.

“Yoi. Gw minjam soalnya suka warnanya”

“Hmh. Giliran pacarnya yang minjam malah dikasih. Tiba gw yang minjam, gak boleh. Pilih kasih nih si batu kerikil” Haechan mendengus keras.

“Tapi gw jarang pakai kok. Ya kan, Jaem?”

“Kalau kamu mau pakai tiap detik juga gak apa. Sebebasnya kamu aja” jawab Jaemin dengan nada lembut.

Renjun berusaha menahan senyumannya, namun tak berhasil, “makasih ya.”

“Apapun untuk kamu, Ren.”


Jaemin tak akan lupa, tanggal di mana sosok paling berharga untuknya, dilahirkan ke Bumi dan menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.

“Nanti malam Renjun ada jadwal siaran BBQ (Bincang Bersama-Q) bareng Chenle. Gw izin ikutan jadi special announcer aja deh” gumam Jaemin kecil sembari celingak-celinguk ke sekitarnya, berharap tak ada yang menguping.

Setelah mendapatkan izin dari Haechan selalu Ketua Produksi Program di radio tempat mereka bernaung, senyum Jaemin merekah tanpa henti. Ia sengaja tak memberitahukan Renjun.

Saat jam siar program BBQ dimulai, Renjun mengernyitkan dahinya karena Jaemin tiba-tiba ikut duduk di sampingnya.

“Kamu mau ikut siaran?”

“Sure yeah. I am your special announcer tonight” kerlingan kecil dari Jaemin berhasil buat Renjun melotot dan meminta penjelasan pada Chenle. Namun partner siarannya itu malah mengangkat bahu dengan muka datar seolah berkata; aku gak tau apa-apa kak.

Belum puas Renjun mendapatkan jawaban dari kehadiran Jaemin di sampingnya, kini Chenle malah bertanya pada Jaemin mengenai pertanyaan yang tak ada dalam materi siaran mereka malam ini.

“Bagaimana cara kak Jaemin mengapresiasi sosok terkasih yang paling berharga dalam hidup kakak?”

“Hm. Sosok yang terkasih dalam hidup gw sekarang ini ada di samping gw. Kalau kalian semua belum tau, namanya Huang Renjun. Renjun adalah sosok yang paling berharga dalam hidup gw. Dia yang ngajarin gw untuk berani keluar dari zona nyaman. Renjun juga berperan untuk mendewasakan cara berpikir gw yang terkadang lebih parah daripada anak-anak. I am so happy to have him and through everything together till now

“Aw. Manis banget jawabannya kak Jaemin. Aku yakin Sunfans yang dengerin siaran radio kita malam ini pastinya ter Jaemin-Jaemin. Hahaha” tawa Chenle menguar lepas.

AC di ruang siar Suncoff berada pada suhu 16° Celcius. Entah mengapa sekujur tubuh Renjun terasa panas sampai ia harus mengibas-ngibaskan tangan kanannya ke wajahnya sendiri.

“Di edisi BBQ malam ini, playlist yang akan diputar adalah lagu khusus dari gw untuk Renjun. Gw harap Sunfans semuanya suka dengan pilihan lagunya. Kita akan kembali lagi setelah lagu dari miliknya Utada Hikaru-First Love diputar. Stay tune with us on 37.5 Suncoff Radio and don't go anywhere” Jaemin memutarkan lagu yang sudah dipersiapkannya khusus untuk Renjun.

Ketika mic sudah off, Renjun langsung mencubit lengan Jaemin, “Kok BBQ malah temanya jadi beda? Chenle juga gak ngasih tau ke aku. Terus playlistnya kenapa jadi kamu yang nyiapin? Kenapa Chenle langsung nanya ke kamu soal tema dadakan tadi? Dan jawaban kamu juga—”

Cup

Satu kecupan mendarat di pipi kiri Renjun.

“Bentar Jaeminnnn, aku masih mau—”

Cup

Dilanjutkan dengan kecupan di pipi kanan Renjun.

“Ih kamu kenapa—”

Cup cup

Kecupan selanjutnya hadir menghiasi hidung dan dagu Renjun.

Renjun seketika terdiam setelah menerima kecupan kecil yang tak berhenti dari sang kekasih.

“Ayo lanjut lagi ngomongnya, biar aku bisa ciumin kamu terus”

“Nggak...” bola mata Renjun berputar ke kiri dan ke kanan guna menghindari tatapan Jaemin yang terasa menusuk sampai ke paru-parunya.

“Kalau kamu mau tau jawabannya. Aku pengen bisa jadi sosok yang bikin kamu bahagia tanpa henti”

“Aku udah bahagia kok sama kamu”

“But i want to make you happier till the end, Renjun”

“You always did”

“Thank you for accepting me and make my life complete, Huang Renjun”

©Kalriesa

Mint-from Incomplete AU Jaemren one tweet narasi Jaemin as Nando Renjun as Rendean Haechan as Haikal Jeno as Lijen Chenle as Chentara Event #PelanginyaRenjun

cw // mention of kissing


Jaemin sadar bahwa selama lima tahun belakangan ini dunianya terkukung dalam kegelapan. Tak menerima kehadiran sosok-sosok baru. Ia mematri barikadenya sendiri dan mengalami trust issue yang tinggi dengan sekitar. Hidupnya hanya berkutat pada pekerjaannya sebagai penyiar radio. Dua sahabat sekaligus rekan kerjanya, Haechan dan Jeno yang bisa menempati peringkat tertinggi manusia muka bumi untuk dipercayai.

Tak pernah terpikir sedetik pun jika kehadiran sosok bernama Huang Renjun bisa mengubah carut-marut pikirannya dan memberikan banyak warna bagi dirinya.

Jaemin mengingat kali pertama Renjun membelikannya jus apel dan memaksanya untuk menghabiskan minuman tersebut. Kala itu, Renjun mengenakan kemeja kaos berwarna mint dan kacamata. Suatu perpaduan yang manis dan memberikan kesan unik karena tingkah galak Renjun yang juga memarahinya di depan Haechan dan Jeno.

Renjun memang terlihat galak dari luar. Ketika Jaemin pelan-pelan menyelami semakin dalam sosok Renjun, maka ia bisa menemukan sisi lembut dan kasih sayang sepenuh hati yang tiada habisnya. Contohnya seperti hari ini, Renjun dan dirinya sama-sama memakai atasan berwarna mint. Bedanya, Renjun memakai hoodie mint kesayangan Jaemin, sedangkan Jaemin sendiri memakai kaos mint dengan pinggiran hitam.

“Ini bukannya hoodienya Jaemin?” tanya Haechan di sela-sela senggangnya.

“Yoi. Gw minjam soalnya suka warnanya”

“Hmh. Giliran pacarnya yang minjam malah dikasih. Tiba gw yang minjam, gak boleh. Pilih kasih nih si batu kerikil” Haechan mendengus keras.

“Tapi gw jarang pakai kok. Ya kan, Jaem?”

“Kalau kamu mau pakai tiap detik juga gak apa. Sebebasnya kamu aja” jawab Jaemin dengan nada lembut.

Renjun berusaha menahan senyumannya, namun tak berhasil, “makasih ya.”

“Apapun buat kamu, Ren” tangan Jaemin sibuk mengelus pipi kekasihnya yang terlihat memerah.


Jaemin tak akan lupa, tanggal di mana sosok paling berharga untuknya, dilahirkan ke Bumi dan menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.

Masih satu minggu lagi, tetapi isi otaknya sudah bingung harus memberikan moment berharga seperti apa agar terkenang dengan indah di hari ulang tahun kekasihnya itu.

“Nanti malam Renjun ada jadwal siaran BBQ (Bincang Bersama-Q) bareng Chenle. Gw izin ikutan jadi special announcer aja deh” gumam Jaemin kecil sembari celingak-celinguk ke sekitarnya, berharap tak ada yang menguping.

Setelah mendapatkan izin dari Haechan selalu Ketua Produksi Program di radio tempat mereka bernaung, senyum Jaemin merekah tanpa henti. Ia sengaja tak memberitahukan Renjun maksud dan tujuannya.

“Kak Jaem udah siapin playlist khusus selama BBQ nanti kan?” tanya Chenle, selaku penyiar junior di radio Suncoff.

“Udah. Nanti tema yang diangkat di program BBQ tentang 'Cara Mengapresiasi Orang Terkasih'. Jangan lupa lo” mata Jaemin memandang tajam pada sosok yang lebih muda di dekatnya.

“Aduh-aduh. Aku bisa tebak, pasti pembahasannya tentang kak Renjun semua”

“Ssst jangan kencang-kencang. Nanti Renjunnya dengar”

Chenle meringis kesakitan karena pinggangnya dicubit oleh Jaemin, “ampuuuun. Kak Renjun lagi di ruang office sama kak Haechan. Ga bakalan dengar. Suer deh.”


Saat jam siar program BBQ dimulai, Renjun mengernyitkan dahinya karena Jaemin tiba-tiba ikut duduk di sampingnya.

“Kamu mau ikut siaran?”

“Sure yeah. I am your special announcer tonight” kerlingan kecil dari Jaemin berhasil buat Renjun melotot dan meminta penjelasan pada Chenle. Namun partner siarannya itu malah mengangkat bahu dengan muka datar seolah berkata; aku gak tau apa-apa kak.

Belum puas Renjun mendapatkan jawaban dari kehadiran Jaemin di sampingnya, kini Chenle malah bertanya pada Jaemin mengenai pertanyaan yang tak ada dalam materi siaran mereka malam ini.

“Bagaimana cara kak Jaemin mengapresiasi sosok terkasih yang paling berharga dalam hidup kakak?”

“Hm. Sosok yang terkasih dalam hidup gw sekarang ini ada di samping gw. Kalau kalian semua belum tau, namanya Huang Renjun”

“Jaem...” Renjun memanggil pelan kekasihnya dengan wajah menahan malu.

“Renjun adalah sosok yang paling berharga dalam hidup gw. Dia yang ngajarin gw untuk berani keluar dari zona nyaman. Renjun juga berperan untuk mendewasakan cara berpikir gw yang terkadang lebih parah daripada anak-anak. I am so happy to have him and through everything together till now-” Jaemin menghentikan kalimatnya sejenak demi menatap kekasihnya yang matanya tak berani menatap Jaemin sedari awal.

Jaemin bergerak pelan menggenggam erat tangan Renjun demi menyalurkan afeksi nyata yang dimilikinya untuk kekasihnya.

“Hal terkecil apapun yang gw lakukan bersama Renjun akan selalu gw rekam dalam memori. Bahkan gw punya folder khusus untuk nyimpan foto dan video Renjun waktu dia lagi siaran”

“Buat apaan tuh? Kan kakak selalu standby selama kak Renjun siaran”

“Tentunya itu salah satu cara gw mengapresiasi keberadaan Renjun”

“Aw. Manis banget jawabannya kak Jaemin. Aku yakin Sunfans yang dengerin siaran radio kita malam ini pastinya ter Jaemin-Jaemin. Hahaha” tawa Chenle menguar lepas dan ditanggapi dengan pelototan oleh Renjun.

“Renjun is my world and i will always appreciate every moments that i spend with him. Thank you for understanding my weakness and put your trust to me till now”

AC di ruang siar Suncoff berada pada suhu 16° Celcius. Entah mengapa sekujur tubuh Renjun terasa panas sampai ia harus mengibas-ngibaskan tangan kanannya ke wajahnya sendiri.

“Di edisi BBQ malam ini, playlist yang akan diputar adalah lagu khusus dari gw untuk Renjun. Gw harap Sunfans semuanya suka dengan pilihan lagunya. Kita akan kembali lagi setelah lagu dari miliknya Utada Hikaru-First Love diputar. Stay tune with us on 37.5 Suncoff Radio and don't go anywhere” Jaemin memutarkan lagu yang sudah dipersiapkannya khusus untuk Renjun.

Ketika mic sudah off, Renjun langsung mencubit lengan Jaemin, “kamu nggak lagi ngerencanain sesuatu yang aneh kan, Jaemin?”

Kekasihnya itu menyunggingkan senyuman termanisnya untuk Renjun sembari menggeleng pelan.

“Kok BBQ malah temanya jadi beda? Chenle juga gak ngasih tau ke aku. Terus playlistnya kenapa jadi kamu yang nyiapin? Kenapa Chenle langsung nanya ke kamu soal tema dadakan tadi? Dan jawaban kamu juga—”

Cup

Satu kecupan mendarat di pipi kiri Renjun.

“Bentar Jaeminnnn, aku masih mau—”

Cup

Dilanjutkan dengan kecupan di pipi kanan Renjun.

“Ih kamu kenapa—”

Cup cup

Kecupan selanjutnya hadir menghiasi hidung dan dagu Renjun.

Renjun seketika terdiam setelah menerima kecupan kecil yang tak berhenti dari sang kekasih.

“Ayo lanjut lagi ngomongnya, biar aku bisa ciumin kamu terus”

“Nggak...” bola mata Renjun berputar ke kiri dan ke kanan guna menghindari tatapan Jaemin yang terasa menusuk sampai ke paru-parunya.

“Kalau kamu mau tau jawabannya. Aku pengen bisa jadi sosok yang bikin kamu bahagia tanpa henti”

“Aku udah bahagia kok sama kamu”

“But i want to make you happier till the end, Renjun”

“You always did”

“Thank you for accepting me and make my life complete, Huang Renjun”

©Kalriesa

Mint-from Incomplete AU Jaemren one tweet narasi Jaemin as Nando Renjun as Rendean Event #PelanginyaRenjun


Jaemin sadar bahwa selama lima tahun belakangan ini dunianya terkukung dalam kegelapan. Tak menerima kehadiran sosok-sosok baru. Ia mematri barikadenya sendiri dan mengalami trust issue yang tinggi dengan sekitar. Hidupnya hanya berkutat pada pekerjaannya sebagai penyiar radio. Dua sahabat sekaligus rekan kerjanya, Haechan dan Jeno yang hanya bisa menempati peringkat tertinggi manusia muka bumi untuk dipercayai.

Tak pernah terpikir sedetik pun jika kehadiran sosok bernama Huang Renjun bisa mengubah carut-marut pikirannya dan memberikan banyak warna bagi dirinya.

Jaemin mengingat pertama kali Renjun membelikannya jus apel dan memaksanya untuk menghabiskan minuman tersebut. Kala itu, Renjun mengenakan

Us in the Rain~

tw // kidnapping , mention of killing someone ,


Rendean terbangun ketika telinganya mulai menangkap secara perlahan suara dari sekitarnya.

“Ugh”

Rasa nyeri menjalar dari arah punggung sampai ke pangkal lehernya, tempat di mana sebelumnya ia rasakan benda keras menghantam bagian belakangnya. Pandangan Rendean gelap. Ia baru sadar ketika dua tangan dan kakinya dalam posisi terikat.

“Udah bangun ternyata”

Tone suara itu sangat dikenali oleh Rendean. Walau sudah lama tak saling bertemu, tetap saja memorinya masih bisa menghafal tone bass milik Jero.

“Jero? Gw di mana! Kenapa mata gw lo tutup hah!!!”

“Pintar sekali adiknya Rasya ini. Gw pikir lo bakal mati duluan sebelum buka mata. Ck” Jero kemudian menarik penghalang yang ada di indera penglihatan Rendean dan menurunkannya.

Setelah Rendean berhasil melihat untuk pertama kalinya, ia menyadari posisinya yang sedang duduk di kursi. Tak jauh darinya ada api unggun besar yang entah kenapa diyakininya sudah dipersiapkan Jero untuknya. Tatapan matanya lurus tanpa berkedip memandangi kobaran api tersebut kemudian beralih ke arah Jero.

“Udah saatnya lo nyusul Rasya. Ada pesan-pesan terakhir yang mau Lo sampaikan?”

“Ternyata percaya sama lo harusnya gak boleh masuk dalam kamus seorang Rendean. Gw pikir omongan terakhir Lo yang ga akan ngusik gw lagi itu bisa dipegang. That's totallly bullshit” Rendean tersenyum sinis.

“Gw gak ngusik lo sampai hari ini tiba. Gw biarkan lo hidup dengan tenang tanpa gangguan kan? Pastinya itu semua udah cukup. Lo bisa siaran dengan tenang, bahkan jadi MC Cerdas Cermat SMA perwakilan dari Suncoff. Kurang bahagia apa lagi hidup lo, Ren?” Jero memainkan pisau kecil di tangan kanannya.

Rendean menghela nafasnya panjang dalam satu tarikan. Matanya mulai mengedar ke sekeliling guna memastikan posisinya saat ini.

“Gak akan ada yang nolongin lo. Nando? Haikal? Penyiar Suncoff yang lain? Sunfans? Bahkan Pemkot Neo juga ga bakal nemuin lo di sini. Gw udah bawa lo jauh dari mereka. Sebelum lo mati nanti, gw bakal kirim foto terakhir ke mereka semua. Terutama Nando. He'll be the first one”

“Kenapa lo sampai harus ngelakuin hal bodoh kayak gini sih, Jer? Lo udah dapatin segala hal yang lo inginkan. Jadi nomor satu di perlombaan radio Pemkot Neo lima tahun lalu, first radio yang pakai sistem webstreaming, dikenal banyak orang. Apa lagi yang lo kejar hah! Gak puas udah dapatin itu semua!!”