Menjaga dan Terluka
Jaemren oneshot au
Tags: marriage life
cw // mature convo
tw // mention of cheating , mention of aseksual aromantic , struggle of sexuality ,
Note: Ambil pesan yang baik dari cerita ini. Jangan ditiru yang tidak baiknya. Be wise♥️
Aku akan jadi suami yang baik dan setia. Hanya untuk kamu seorang.
Renjun masih ingat kalimat suci nan sakral yang diucap Jaemin saat mereka menikah. Dihadiri orang tua masing-masing, saksi dan tamu dari kedua sisi.
Pernikahan keduanya adalah hasil perjodohan. Baik Jaemin maupun Renjun tak melakukan penolakan sama sekali sampai akhirnya mereka terikat dan menjadi pasangan antara satu dan lainnya.
Tak sedikit yang mengira pernikahan Renjun dan Jaemin berjalan harmonis. Nyatanya pernikahan atas dasar perjodohan bukanlah suatu yang mudah untuk dijalani. Hanya karena tak ada keluh kesah, bukan berarti kehidupan mereka berjalan dengan baik. Renjun dan Jaemin punya pemikiran untuk tidak menceritakan apapun termasuk perihal rumah tangga sekalipun itu dengan sahabat sendiri.
“Uang bulanan dari Jaemin aman gak, Ren?” Haechan, selaku sahabat dekat Renjun seringkali bertanya dengan detail. Bukan karena tingkat penasaran yang membuncah, melainkan turut memastikan apakah sahabatnya itu baik-baik saja setelah menikah.
“Aman, Chan. Kebutuhan bulanan selalu terpenuhi kok. Emang kenapa?”
“Baguslah. Soalnya gw liat-liat lo jarang bahas tentang Jaemin. Apalagi setelah kalian married. Biasanya orang-orang bakalan antusias ceritain pasangannya”
“Kan biasanya. Bukan berarti semuanya harus sama”
“Iya sih. Tapi lo beneran baik-baik aja kan?”
Renjun fokus awalnya tertuju pada martabak daging di atas meja, kini mengalihkan tatapannya ke Haechan. “Emang gw keliatan ga baik ya?”
“Just in case ada apa-apa. Lo bisa cerita ke gw, Ren. Gw gak maksa. Tapi kalau ada beban yang perlu dibagi, gw ada kok. Ingat ya, gw bilang gini bukan karena mau jadiin lo selingkuhan. Kita udah sahabatan dari orok. Gw udah punya Jeno. Perhatian gw ke elo murni sahabat”
“I know”
Hati Renjun sedikit terhenyak saat Haechan menyebutkan kata selingkuh.
Gw tau batasan kok Chan. Gw jaga hati Jaemin. Tiap ketemu elo, pasti selalu izin dia. Masalahnya adalah Jaemin gak ngelakuin hal yang sama kaya gw.
Renjun dan Jaemin sama-sama bekerja di perusahaan. Suami Renjun sebagai Departemen Head Unit Business, sedangkan Renjun menjabat sebagai SPV Divisi Finance and Accounting.
“Aku ada rapat sampai malam. Kamu tidur duluan aja” suara Jaemin di ujung telepon direspon dengan anggukan tak terlihat oleh lawan bicaranya, Renjun.
“Kira-kira sampai jam berapa? Aku udah masakin kamu makan malam”
“Nggak tau. Banyak yang dibahas. Ada project baru dari customer dan harus rapat bareng orang lapangan”
“Yaudah kalau gitu. Kamu hati-hati pulangnya”
Telpon di antara mereka pun terputus.
“Ini udah kali ketiga kamu rapat berturut-turut, Jaem. Dengan alasan yang sama. Mungkin kamu ngira aku ngga ingat. Hhh” hembusan nafas kasarnya jadi saksi atas kelelahan Renjun malam ini.
Renjun coba menunggu Jaemin sampai tengah malam dengan mata yang dipaksakan. Sampai pada akhirnya suaminya pulang dan memasuki ruangan utama, Renjun bisa mencium wangi parfum yang berbeda dari pakaian Jaemin.
“Kamu belum tidur?” mata Jaemin terbelalak begitu melihat kehadiran Renjun.
“Belum. Tadi aku lagi ngerapiin pakaian kamu untuk ke kantor besok. Sekalian cari dasi” Renjun menghampiri Jaemin dan berdiri tepat didepannya.
Indera penciumannya difokuskan, namun lengannya memegang dasi yang Jaemin kenakan malam ini.
“Seingatku, tadi pagi kamu nggak pakai dasi ini, Jaem”
“H-hah?”
“Ini dasi siapa?”
“Ya dasi aku lah. Emangnya punya siapa lagi?”
Dahi Renjun mengernyit heran. Meminta penjelasan berlebih. Namun Jaemin tak memberikan pernyataan lanjutan.
“Aku lapar. Kamu temanin aku makan deh, Ren”
“Oke”
Siang Minggu ini, Jaemin mengatakan bahwa dirinya harus pergi memotong rambutnya. Renjun memberikan tawaran untuk menemaninya, tapi Jaemin tolak.
“Aku cuma sebentar kok. Kamu mau titip apa? Nanti aku beliin”
“Jasuke tempat langganan aja sama Asian Dolce”
Jaemin merekam dalam memorinya sebelum akhirnya melangkah pergi keluar dari rumahnya.
Sudah 1 jam 40 menit berlalu. Jaemin belum juga pulang. Renjun sedang berdiri memegang iWatch milik suaminya yang tertinggal di atas rak ruang tamu.
Aku udah di outlet baju. Cepat ya sayang. Nggak sabar mau ketemu kamu.
Notif pesan yang muncul bisa dibaca Renjun dengan jelas.
Dari Bima. Seingatku kamu ngga pernah punya kawan namanya Bima. Dan sejak kapan ada orang lain yang bisa panggil kamu dengan panggilan sayang, Jaem?
Klik
Renjun selesai memfoto iWatch Jaemin demi menyimpan pesan yang dibacanya barusan.
“Jaem, aku boleh pinjam handphone kamu? Punyaku mati, tadi aku ada order cake buat kita. Takutnya dikira cancel sama penjualnya” Renjun menunjukkan handphonenya dengan layar menghitam.
“Pake aja. Tapi jangan buka yang lain-lain”
“Kenapa? Ada rahasianya?”
“Ah—Enggak. Banyak data kantor. Nanti aku bingung kalau kamu otak-atik”
“Oh. Oke”
Renjun membuka pesan di aplikasi Instagram milik Jaemin, dengan tujuan untuk melanjutkan orderannya yang belum selesai. Namun, matanya malah menangkap pesan yang seharusnya tak dibaca olehnya.
Bima: Baju yang kamu beliin pas banget di aku. Selera sayang emang selalu bagus deh. Besok malam jangan lupa di Hotel X ya. Kangen nih sama kecupan hangat dari kamu
Deg
Hati Renjun terasa nyata sakitnya. Ia mati-matian menahan cairan liquid dari matanya agar tak turun.
“Nggak jadi. Aku lupa nama tokonya. Nih” handphone Jaemin segera kembali ke pemiliknya.
Renjun beranjak secepat kilat meninggalkan Jaemin dan menuju bilik kamar mandi. Tak lupa ia mengunci pintu dari dalam. Bersama kran air yang ia nyalakan, air matanya menyusul turun seolah tak mau kalah derasnya. Renjun tak tau kenapa ia harus menangis. Apa karena ketidakjujuran Jaemin? Atau karena perlahan ia mulai ada rasa pada pasangannya?
Flashback sebelum Jaemin dan Renjun menikah.
“Aku ngga nyangka ternyata ortu kita udah lama ngerencanain perjodohan ini”
“Aku juga ngga tau, Jaem”
“Bokap ada sakit jantung, sedangkan nyokap harus cuci darah sebulan sekali”
“Iya. Ayah-Bunda udah cerita kok tentang detail keluarga kamu”
“Aku udah punya pacar, Ren. Mau ngasih tau ke orang tua, rasanya nggak tega. Mereka udah milih calon duluan buat aku. Katanya, kamu itu baik, lembut, dewasa. Bokap nyokap cuma percaya kamu yang bisa jagain aku. Aku bingung harus gimana”
“Aku aseksual aromantik, Jaem”
“Iya. Orang tua kamu udah ngasih tau aku”
“Aku gak punya ketertarikan hubungan romantis dan seksual dengan siapapun. Ayah-Bunda sengaja jodohin kamu sama aku, biar aku bisa ngerasain cinta. Mereka khawatir aku nggak ada yang rawat kalau sendiri sampai tua. Padahal akunya fine aja dengan kondisiku yang begini”
Jaemin memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening.
“Kalau kamu mau lanjut demi ngejalanin pesan orang tua kita masing-masing. It's oke buatku. Kamu masih bisa jalanin hubungan dengan pacar kamu secara bebas. Aku ngga akan ngusik itu semua”
“Are you sure about it?”
“Ya. No need to worry about me. We have to worry about our parents”
Jaemin mengangguk paham. Sosok yang dijodohkan orang tuanya adalah seseorang yang terpilih. Jaemin suka dengan pola pikirnya.
“Kalau gitu kita tetap jalanin permintaan orang tua kita ya Ren”
“Jaem. Kalau misalnya secara tiba-tiba aku jadi ada rasa sama kamu gimana?”
Prang!
Gelas yang dipegang Jaemin terjatuh tanpa aba-aba.
“Hah? Maksudnya—gimana?”
“Misalnya. Hanya misalnya, Jaem”
“O-ooh misalnya. Berarti belum kejadian kan ya”
Renjun diam saja.
“Aku masih berhubungan sama pacarku, Ren”
“Aku tau kok”
Keterkejutan tak berhenti sedari tadi menghantam Jaemin. Rasanya terlalu bertubi-tubi apa yang diterimanya malam ini.
“Kamu nggak perlu kaget aku tau darimana. Sejak awal sebelum kita deal menikah, kamu udah kasih gambaran ke aku. Yang aku mau tau, jawaban kamu atas pertanyaanku tadi gimana?” Renjun menunggu dengan tatapan tak putus.
Jaemin terdiam membisu di tempatnya. Pertanyaan Renjun sebenarnya tak berat, namun ia bingung menjawabnya karena selama 8 bulan menjalani pernikahan, ia bisa rasakan nyaman berada di dekat Renjun. Namun ia lebih mencintai pacarnya yang lebih lama mengenalnya, jauh sebelum dirinya mengenal Renjun.
“Silahkan kalau kamu ada rasa. Itu hak kamu”
“Emangnya kamu nggak risih?”
“Enggak. Toh selama ini kamu aja tau aku masih sama pacarku, apa kamu nggak risih?”
“Awalnya aku risih Jaem karena kamu nggak kasih tau siapa orangnya. Sampai aku nemuin salah satu nama yang sama dan selalu muncul di notifikasi handphone kamu. Nama itu juga muncul di sela-sela mimpimu. Akhirnya aku ingat kalau selama ini kamu udah ngejaga hati aku untuk gak sembarangan bahas tentang pacar kamu. Jadi aku minta maaf”
Hening tercipta setelah Renjun selesai mengatakan isi hatinya. Masing-masng dari mereka larut dalam pikirannya sendiri.
“Aku juga minta maaf karena selama kita menikah, kamu nggak pernah sentuh aku sama sekali. Orientasi seksualku memang begini” Renjun menjeda kalimatnya sejenak. “Tapi kita udah menikah Jaem, ini salah aku karena nggak kasih tau kamu dari awal. Aku nggak mempermasalahkan kamu untuk berhubungan dengan pacar sendiri, tapi tolong kasih tau aku yang jujur. Kamu nggak perlu nutupin kok saat pergi keluar ketemu sama orang yang kamu sayang, karena aku selalu kasih tau kamu tiap ketemu siapapun”
“Maaf Ren. Aku nggak tau gimana bilangnya ke kamu. Aku pikir, kamu nggak akan peduli status perasaan aku ke orang lain dan apa yang aku lakukan di luar sana”
“Aku peduli. Ini demi orang tua kita”
Hati Jaemin mencelos. Kalimat Renjun barusan perlu digarisbawahi dengan jelas agar terpatri di otaknya.
Demi orang tua kita. Why you have to ask about your feelings to me, Renjun? You don't even feel anything about me...
“Oke. Mulai sekarang dan seterusnya, aku akan selalu kasih tau kamu apapun kegiatan aku. Everything“
“Good. Makasih Jaem atas pengertian kamu”
Renjun sebenarnya sudah menyadari bahwa dirinya pelan-pelan memang memiliki perasaan terhadap Jaemin, tapi ia terlalu takut menerima kenyataan bahwa Jaemin akan memilih pacar yang tentu lebih disayanginya. Apalagi yang Jaemin tau, Renjun adalah seorang aseksual aromantic, mustahil bisa menyukai seseorang hanya karena telah bersama selama 8 bulan. Tapi kenyataannya, Renjun yang telah jatuh duluan dan tak bisa kehilangan sosok Jaemin.
©Kalriesa🦋