kalriesa

Jaemreen Oneshot AU~

Tags: riddle, detective cw // blood , plot twist , thriller? , etc


Renjun baru saja pindah ke kos baru yang kawasannya lumayan terpencil dari pusat kota. Ia memang memiliki kebiasaan berpindah-pindah kos untuk mengganti suasana karena dirinya adalah pembosan. Ia butuh suasana baru agar otaknya lebih fresh dalam beraktivitas.

“Eh, masnya penghuni kos baru juga ya?” tanya sosok tinggi tegap yang memakai setelan hoodie hitam dengan masker senada.

“Hm? Iya.” Renjun sebenarnya kaget. Seingatnya, kamar kos sebelahnya ini kosong. Dirinya sengaja memilih kamar di lantai dua paling pojok yang paling sepi dari keramaian. Renjun suka keheningan. Saat ia bertemu dengan ibu kos satu minggu yang lalu, satu hal yang dipastikannya pertama kali adalah berapa kamar yang terisi di lantai dua. Saat itu ibu kos berkata bahwa lantai dua masih kosong karena kebetulan baru direnovasi.

Harusnya gw sewa aja semua kamar kos di lantai dua, Renjun menyesali keteledorannya sesaat.

“Kok ngelamun mas?” tanya sosok yang menempati kamar kos di sebelah kamar Renjun.

“Uh, saya masuk dulu ya. Permisi” Renjun segera masuk ke kamar kosnya tanpa menatap lelaki yang sedari tadi memandangnya dengan tatapan penuh keingintahuan.

“Oke mas.”

***

Jaemin adalah penghuni baru kamar kos sebelah Renjun.

“Padahal gw udah senang karena bisa ketemu penghuni sebelah. Lumayan kan buat teman ngobrol. Lantai duanya masih sepi sih” ia bermonolog sendiri.

Dug...dug...dug...

Jaemin terdiam seketika. Telinganya mencari asal suara yang muncul barusan.

Dug!! Dug!! Dug!!

Kali ini suara yang muncul terdengar lebih keras daripada sebelumnya.

Lantai dua cuma dihuni dua orang kan? Apa ibu kosnya lagi bersih-bersih ya? Tapi gak mungkin malam-malam begini.

Jaemin lihat arlojinya. Ia terhenyak. Jarum pendek dan panjang sama-sama berada di angka 12, itu artinya suara tadi muncul pas di pertengahan malam.

Klontang!!!

Bunyi panci terjatuh ke lantai terdengar nyaring di telinga Jaemin. Ia yakin kali ini suara itu berasal dari kamar kos di sebelahnya.

“Mas di sebelah lagi masak apa ya? Tapi kenapa harus tengah malam sih? Gw kan mau istirahat” Jaemin ngedumel. Ia akhirnya menarik selimut hitamnya dan menutupi tubuhnya.

Pagi harinya, Jaemin bertemu dengan Renjun kembali.

“Halo mas. Selamat beraktivitas” sapa Jaemin dengan raut cerah ceria.

Mata Renjun menyipit seketika. Ia memandangi Jaemin dari atas ke bawah sebanyak tiga kali. Buat Jaemin bingung, apakah ada yang aneh dengan style pakaiannya hari ini.

“Tidurnya gimana tadi malam?” tanya Renjun tiba-tiba.

“Oh... Aman sentosa mas. Hehe. Masnya sendiri?”

“Aman berarti ya” Renjun berikan tanggapan singkat. Ia langsung pergi meninggalkan Jaemin tanpa menjawab pertanyaan dari tetangga sebelah kosnya itu.

Jaemin garuk kepalanya yang tak gatal sembari tatap punggung Renjun yang semakin menjauh dari hadapannya. Badan mungil Renjun tampak tenggelam dengan hoodie hitam oversize yang dikenakannya.

Jaemren some tweet au~

Tags: One side love CW // hurt-comfort


Jaemin memuja Renjun dengan segala indah rupanya, tutur katanya, juga baik budinya. Bahkan dalam hatinya, semat kata sayang hanya terpatri atas nama Renjun.

“Pacar aku masih ingat sama mantannya. Kayaknya dia masih cinta sih” Renjun menatap kosong gelas yang dipegangnya.

Jaemin dengan sigap mengisi kembali air di gelas milik Renjun, “pastiin dulu. Tanya baik-baik. Jangan negative thinking, Ren.”

“Justru tadi yang mulai obrolan tentang mantan ya dia. Katanya, aku sama mantan udah jadi sahabat dekat. Same with you and Jaemin, your best bestfriend. Tapi kita kan ga pernah pacaran, Jaem. Pure sahabatan.”

Iya. Kita hanya sahabatan aja. Soalnya aku keduluan waktu mau nyatain perasaan ke kamu, Renjun.

“Pacar aku cemburuan banget sama kamu. Heran deh. Padahal aku lebih kenal kamu duluan, harusnya dia paham kalau dua manusia yang udah sahabatan itu nggak akan mungkin bisa pacaran.”

Iya. Kalimat kamu yang satu ini malah bikin aku jadi nggak yakin sama perasaanku sendiri waktu mau nembak kamu. Sahabat itu bisa jadi cinta kok, Ren.

“Dia selalu jadi prioritas utama aku, but he didn't do the same things to me. Ketika proporsi perhatianku sebagai sahabatmu secara wajar aku berikan, dia nyalahin aku lagi. Katanya aku nggak perhatian, nggak sayang. Padahal porsi sayang yang aku kasih ke sosok pacar dan sosok sahabat itu jelas berbeda. Tentu dia yang lebih besar, tapi malah nggak disadari. Pacar di atas segalanya.”

Iya. Aku paham batas posisiku kok. Wajar kalau kamu harus utamakan pacarmu dulu, karena cuma dia duniamu, pusat bahagiamu. Tapi kalau kamu butuh bahu untuk bersandar ketika udah lelah dengan sikap pacarmu, aku tetap ada di sini. Soalnya, pusat duniaku cuma kamu.

“Dibanding pacar aku sendiri, malah kamu yang lebih ngertiin aku, Jaem. Sayang ya, aku ketemunya sama kamu sebagai sahabat. Sayangku ke kamu juga hanya sebagai sahabat. Di masa depan nanti, siapa pun yang buat kamu jatuh hati, pasti bahagia. Aku bakal jadi orang pertama yang paling bahagia kalau kamu udah nemuin sosok itu.”

Kamu nggak perlu khawatir, Ren. Sosok yang paling berharga di hidupku ya cuma kamu seorang and i dunno how to replace you.

“Just in case, if someone hurt you, tell me ok? I will standby and won't ever leave, Jaemin. You're the most precious best friend that i've ever had in this world” Renjun tersenyum tulus dalam menyampaikan kalimatnya.

Iya, Ren. You're the most precious best friend that makes me fallin in love so deeply.

Sebenarnya, Jaemin khawatir membiarkan Renjun si manusia bodoh kesayangannya jika meminum alkohol berlebihan malam ini.

“Kau suka sembarang pegang jika sedang mabuk. Aku tak mau ada penis lain yang tersentuh tak sengaja oleh tangan mungilmu itu, Renjun bodoh! Ck!”

Jaemin sebenarnya resah. Dalam seminggu ini, Renjun selalu menghubunginya tiba-tiba untuk request jasa late night talks dan peluk sampai pagi. No making out or having sex. Padahal, Jaemin sebagai salah satu talent pacar sewaan terbaik, punya aturan khusus pada pelanggan yang akan menyewa jasanya; wajib melakukan booking slot minimal satu hari sebelumnya agar tidak bentrok dengan yang lain dan tidak boleh dadakan. Tapi, ketika Renjun yang muncul, Jaemin selalu akan menomorsatukan lelaki itu.

Jaemin tau ada yang salah dengannya. Isi kepalanya hanya ada Renjun, Renjun dan Renjun. Bahkan ketika dirinya bersama klien lain, pikiran Jaemin hanya tertuju pada Renjun.

Jaemin bahkan rela memberikan jasa gratis untuk Renjun dengan dalih ia banyak dapatkan fee dari profesi yang dijalankannya sebagai boyfriend rent di hari-hari sebelumnya.

“Renjun kenapa ya?”

Setelah selesai menerima pesan dari Renjun barusan. Jaemin langsung mengecek jadwalnya. Ternyata ia ada appointment dari jam tujuh sampai sebelas malam. Kliennya bahkan sudah mentransfer DP 50% demi menggunakan jasa Jaemin.

“Attending farewell party auditor senior dan pura-pura jadi tunangan klien di salah satu kantor audit ternama hm”, Jaemin bergumam pada dirinya sendiri.

Ia lihat bukti transfer yang dikirimkan kliennya di pesan terakhir mereka, “dua juta ya? Hhhh...”

Jaemin hela nafasnya. Masih ada beberapa jam lagi sebelum waktu pertemuan tiba. Jika Jaemin batalkan sepihak, maka dirinya harus mengembalikan uang yang telah diterimanya dari klien dan menambah ganti rugi setengah dari total DP yang sudah dibayar.

“Sekali ini aja. Gw janji. Demi Renjun...”

Renjun sangat memahami kebiasaan yang dimiliki Jaemin, kekasihnya. Dimulai dari yang paling standar, sampai yang menurutnya paling aneh. Contoh sederhana kebiasaan Jaemin yang masih masuk akal adalah meminum Americano 4 kali sehari. Sebelum mereka pacaran, malahan Jaemin bisa minum 6 cup Americano, karena permintaan khusus darinya lah akhirnya Jaemin bersedia mengurangi porsi ngopinya.

“Minum kopi tiap hari itu bikin gigi kuning, Na! Kamu mau gigimu jadi kuning ngalahin gigi kerbau hah?!”

“Aku kan gosok gigi terus, Rennnn. Naaaah naaah liat gigi aku niiih putih bersinar” Jaemin memamerkan deretan gigi putihnya ke hadapan Renjun dan buat Renjun jadi deg-deg gan. Soalnya mereka beneran hadap-hadapan berdua, mirip orang mau ciuman.

Renjun dorong badan Jaemin jauh-jauh, “apaan sih, Na!! Orang pada ngeliatin tuh!”

Jaemin lupa, mereka masih di kampus, sedang jam pergantian mata kuliah.

Get a room you two!!! Masih di kampus ya anjir. Dasar pasangan kaga tau tempat” Mark, kakak tingkat yang kebetulan mengambil mata kuliah sama dikarenakan cuti di semester sebelumnya, merasa gumoh dengan pemandangan yang hampir tiap hari dilihatnya.

“Cieee sirik bang Mark...Makannya pacaran!” Jaemin membalikkan badannya dan memeletkan lidahnya ke arah Mark.

“Awas lo, Jaem!!”

****

Kebiasaan Jaemin dengan tingkat keanehan menengah adalah senang sekali berputar-putar sembari menyanyikan lagu Shakira-Waka Waka di jam kosong mata kuliah.

“Tsamina mina eh eh, waka waka eh eh, tsamina mina zangalewa, this time for Africa” Jaemin berhenti di depan Renjun dan mengajak kekasihnya berjoget keliling kelas.

Bagaimana dengan kondisi Renjun? Tentu pasrah. Renjun tak bisa menolak jika mood Jaemin sedang up-upnya seperti sekarang.

“Ayo kita nari manggil tokek, Ren!” ajak Jaemin antusias.

“Hah? Buat apa?”

“Biar kita kaya! Kamu ngga tau ya? Kalau kita pelihara tokek, ntar bisa dijual mahal lho. Uangnya bisa kita pakai beli bakso bakar” jawab Jaemin yang sibuk menggoyang-goyangkan tangan Renjun agar mengikuti tarian yang dibawakannya.

“Renjun sabar banget ya sama Jaemin. Salut gw” Jeno, teman sekelas Jaemin dan Renjun, geleng-geleng kepala dari kursinya.

“Ya kayaknya Renjun diciptakan di muka bumi untuk menerima kegesrekan Jaemin. So yeah, congrats Renjun” Haechan yang mulutnya paling julid turut berbicara.

Di lain kesempatan, Jurusan Akuntansi sedang tanding futsal mingguan dengan Jurusan Manajemen. Jaemin jadi suporter Akuntansi yang paling heboh dengan peralatannya sendiri. Ia membawa kamera, toa, juga mini banner untuk mendukung pemain futsal jurusannya.

“Yo Jeno!! Jeno ke kiri!!! Eh Ecan dribblenya yang bagus napa! CEPAT TENDANG KE GAWANG OYYYY!!!” Jaemin berteriak menggunakan toa miliknya, buat sekelilingnya ikut riuh ramai, namun ada yang tutup telinga karena tak tahan dengan teriakan Jaemin dari kursi suporter.

“Jaemin kok baterainya gak habis-habis sih, Ren?” tanya Mark yang duduk di samping Renjun.

Renjun menyunggingkan senyuman kalemnya, “ya emang dari orok begitu bang. Mau gimana lagi. Hehe.”

Semua juga tau, energi Jaemin tak ada habisnya. Selalu saja ada hal yang dilakukannya dengan penuh semangat.

Awalnya Renjun kira, Jaemin tak akan pernah mengalami momen-momen kehabisan baterai setiap harinya, ternyata Renjun salah. Jaemin juga butuh mengisi daya energi ketika baterai di tubuhnya sudah mulai low. Lalu apa yang akan Jaemin lakukan?

Itu masuk ke kebiasaan Jaemin yang menurut Renjun paling aneh, sekaligus bisa buat kupu-kupu di perutnya terlonjak ingin kepakkan sayap warna-warni ke sekelilingnya.

“Gw duluan ya. Ada panggilan dadakan di rumah. Ntar kabarin siapa yang menang. Bye, Ren” Mark mengakhiri waktunya menonton pertandingan futsal yang diiringi anggukan Renjun.

“AYO JURUSAN AKUNTANSI!!! TUNJUKKAN KEBOLEHANMU!!! MASA KALAH SAMA ANAK MANAJEMEN!!” suara Jaemin masih saja full membahana.

“Pelan-pelan, Nana. Kasian telinga yang lain” Renjun mengingatkan Jaemin dengan suara lembutnya.

“NAAH NAAH AYO DIKIT LAGI!!! WOAH GOLLLLLLL! GOLLLLLL!!!!” Jaemin jejingkrakan heboh, mini banner yang dibawanya sampai terjatuh ke lantai.

Semua suporter Jurusan Akuntansi ikut selebrasi sembari berteriak karena tim futsal mereka berhasil mencetak satu gol ke gawang lawan.

“Kita gooool sayanggggg” Jaemin berhambur ke pelukan Renjun dengan toa di tangan kanannya, kamera di tangan kirinya.

“Hati-hati, Na. Ntar kamu jatuh” Renjun dengan segala kekhawatirannya pada Jaemin.

Pelukan dari Jaemin disambut Renjun erat dan hangat. Renjun selalu suka sisi Jaemin yang semangat membara seperti ini.

Jaemin lepaskan pelukannya dari Renjun. Barang-barangnya kemudian diletakkan persis di samping kekasihnya. Setelahnya, Jaemin lakukan kebiasaan khususnya; menyenderkan kepala di bahu Renjun.

Jika Jaemin sudah berposisi seperti ini, maka Renjun dengan senang hati memberikan bahu lebarnya pada kekasihnya itu. Bahkan posisi kepala Jaemin diperbaiki agar lebih nyaman.

“Udah mulai capek kan kamu. Teriak-teriak sih” Renjun sibuk rapikan surai Jaemin yang terbang-terbang tertiup angin sore.

“Heee iyaaa. Kalau aku lagi capek atau energinya habis, cuma bisa ngisi dayanya dengan senderan di bahu kamu. Setelah itu, akunya bisa full semangat lagi deh. Ehehe” Jaemin terkekeh dengan kalimatnya sendiri.

“Kenapa cuma di bahu aku?” tanya Renjun yang sedari tadi menahan semburat merah di wajahnya. Ia gunakan tangannya mengipas-ngipasi Jaemin, agar kekasihnya tak fokus ke arahnya.

“Soalnya cuma bahu kamu yang magnetnya kuat dan paling nyaman. Secapek apa pun aku, setelah senderan di bahu kamu, bisa langsung on fire lagi” jawab Jaemin menutup kelopak matanya. Jaemin jujur dengan ujarannya barusan. Walau Renjun miliki postur tubuh yang lebih kecil darinya, bersender di bahu kekasihnya selalu jadi tempat favoritnya, nomor satu. Jaemin bisa rasakan segala bebannya luruh seketika, capeknya sirna perlahan dan tenaganya akan bangkit kembali jika sudah lakukan kebiasaan khusus ini pada Renjunnya.

“Kamu jangan bosan ya aku senderin gini, Ren” ungkap Jaemin tiba-tiba.

“Ya enggaklah. Bahu aku juga gak ada fungsinya selama ini, bagus kalau sekarang ada gunanya karena selalu ada kamu yang nyender” Renjun mengerjapkan matanya karena geli akan omongannya sendiri.

“Bahu kamu emang diciptain Tuhan khusus buat aku deh. Gak ada orang lain yang bisa nyenderin kamu selain aku” Jaemin geser posisi kepalanya di bahu Renjun sampai akhirnya beradu pelan dengan kepala kekasih mungilnya.

Walau sekeliling penuh dengan berbagai suara, Jaemin tak terganggu sama sekali. Ia nikmati waktunya berada di bahu Renjun dengan tenang. Tangannya sudah menggenggam erat tangan Renjun sedari tadi.

Renjun? Ia banyak dapat pertanyaan tersirat dari teman-teman sejurusannya karena melihat Jaemin yang tiba-tiba diam setelah tadi berteriak menggelegar; cowok lo kenapa tuh Ren?? seperti itu kira-kira. Renjun berikan gestur jangan mengganggu Jaeminnya dengan meletakkan telunjuk kiri di mulutnya karena kekasihnya sedang beristirahat.

Ya, kebiasaan Jaemin memang ada-ada saja, buat Renjun sering tak habis pikir. Namun, Renjun selalu akan jadi sosok yang terima Jaemin apa-adanya. Apalagi dengan kebiasaan menyenderkan kepala di bahunya, ketika 'baterai' Jaemin sudah habis, ia akan selalu siap sedia.

Setelah dipikir-pikir, benar juga apa kata Jaemin; bahu Renjun diperuntukkan Tuhan bagi Jaemin dan hanya untuk Jaemin seorang.

©Kalriesa

Jaemren Oneshot AU

Renjun terkadang bingung dengan apa yang dilakukan oleh kekasihnya, Jaemin. Contohnya seperti sekarang ini. Jaemin memesan mie ayam dua porsi juga dengan sayur pare.

“Kamu ngapain mesan sayur pare??” Renjun menautkan kedua alisnya.

“Aku pengen makan yang pahit-pahit, Ren” Jaemin menjawab Renjun dengan serius. Setelahnya, ia tuangkan mie ayam beserta kuahnya dan diperuntukkan terlebih dahulu untuk Renjun. Setelah beres, Jaemin

Ghost (belum selesai

Jaemren oneshot au

“Hai. Kau bisa melihatku kan? Tolong bantu aku balaskan dendamku ya?”

Jaemin mendengarnya, juga melihatnya, tapi ia abaikan semua fungsi inderanya. Ia harus fokus menjawab ujian semesternya.

“Jangan pura-pura tak melihatku. Aku tau kau bisa”

Jaemin acuhkan lagi dan lagi. Ia lelah harus pura-pura tuli dan buta terhadap sosok tak kasat mata di dekatnya.

“Aku akan mengganggumu sampai kau menolongku”

“BERISIK!!! AKU SEDANG UJIAN!!!”

Jaemin tak bisa lagi kontrol emosinya. Sosok hantu yang memunculkan dirinya di siang bolong ini buat Jaemin pusing. Ia lupa membawa jimat penangkal hantu dari kakeknya ke kampus. Akibatnya, semua yang harusnya tak terlihat di dimensinya, malah muncul jelas seperti sosok manusia dan berbaur dengan yang lainnya.

“Psst psstt... Jaemin aneh lagi tuh”

“Iya dia emang aneh dari dulu. Udah jadi rahasia umum”

“Ssst!!! Diam deh!!! Gak usah berisik!!!” Renjun yang sedang menuliskan jawabannya di kertas ujian, ikut terganggu dengan riuh suara yang muncul setelah Jaemin, teman sekelasnya berteriak.

Renjun sebenarnya sudah tak bisa fokus ujian sedari tadi. Ia bisa melihat apa yang Jaemin lihat. Sosok-sosok beda dimensi itu mengelilingi Jaemin di kursinya. Bahkan ada yang sengaja menatap muka Jaemin.

Kalau begini, Jaemin tak akan bisa selesaikan ujiannya. Nenek, maafkan Renjun ya. Kasihan Jaemin…

Renjun beranjak dari kursinya. Ia hampiri Jaemin dan tepuk pundak lelaki yang wajahnya menatap lurus ke lembar jawaban.

“Jaemin! Ini kukembalikan Tipe-X kamu. Terima kasih ya” Renjun sengaja meletakkan tangannya lama di tubuh Jaemin. Matanya melotot ke sosok-sosok yang ada di dekat Jaemin sampai akhirnya mereka semua menghilang.

Jaemin terhenyak. Ini kali ke sekian Renjun datang tanpa aba-aba, lakukan hal yang tak dipahaminya sembari memegang pundaknya beberapa saat. Satu hal yang Jaemin tau, kehadiran Renjun selalu bisa buat hatinya tenang. Selain itu, entah kenapa setiap Renjun ada di dekatnya, semua sosok yang mengganggunya akan pergi tiba-tiba.

“Semangat ya ngerjain jawabannya, Jaemin” Renjun berikan senyuman tulusnya pada lelaki bersurai hitam yang menatapnya penuh kelegaan.

“Makasih ya, Renjun.”

***

“Loh… Jadi kamu bisa lihat 'mereka' juga?” Jaemin tak bisa sembunyikan wajah kagetnya.

“Iya, udah dari kecil” Renjun tersenyum simpul.

“Kalau hanya 'melihat' saja, aku masih bisa tahan, Ren... Sayangnya, aku juga bisa dengerin suara mereka. Itu yang buatku tak kuasa. Mereka selalu minta tolong ini dan itu. Beberapa kali pernah kubantu dengan perjanjian bahwa mereka harus berhenti menggangguku, tapi malah aku yang diajak untuk 'bergabung' bersama mereka. Hhhh…” Jaemin ceritakan keluh-kesahnya pada Renjun.

Kamu bakalan terus mengalami itu semua, Jaemin…

“Udah banyak 'orang pintar' yang aku datangin, tapi mereka bilang, semua yang aku alami ini nggak bakal bisa berhenti—Kecuali kalau aku udah meninggal…”

Renjun mengangguk kecil.

“Aku cuma bisa mencegah mereka muncul dengan memakai gelang dari kakek. Itupun nggak bisa bertahan lama. Kalau kondisiku kecapekan atau banyak pikiran, mereka semua bisa muncul dan menggangguku lagi”

“Jadi memang tak ada cara lain untuk hilangkan semua gangguan itu ya?” Renjun menanyakan pertanyaan yang sebenarnya ia sudah tau jawabannya.

“Nggak ada, Renjun”

Ada Jaemin. Ada—Tapi sayangnya... Itu bisa jadi bencana bagi yang lain. Nenek juga bilang tak boleh... Masalahnya adalah, aku tak bisa biarkan jika 'mereka' mengganggumu terus. Nanti aktivitasmu jadi kacau..


Sejak kejadian itu, Jaemin dan Renjun semakin dekat. Tak hanya di kampus, Renjun bahkan sering menemani Jaemin di kosannya. Kehadiran Renjun buat Jaemin bisa jalani hidup dengan tenang dan normal. Makhluk tak kasat mata yang biasa mengganggunya, sudah tak muncul lagi. Bahkan Renjun sering menginap di kosan Jaemin dan menemani Jaemin tidur sampai pagi. Mereka paling suka tidur sambil berpelukan.

Nenek Renjun tak tau bahwa cucu kesayangannya itu sering menemani Jaemin. Jika tau, pasti Renjun sudah diminta untuk jauhi Jaemin karena berada di dekat Jaemin, bisa akibatkan umurnya berkurang. Sayangnya, Jaemin tak tau akan hal ini. Renjun menutup mulutnya rapat-rapat. Yang penting Jaemin bisa tenang tanpa gangguan makhluk halus di sekitarnya.

***

Jaemin bahagia dengan keberadaan Renjun. Bahkan tak segan untuk kenalkan lelaki manis itu pada keluarganya. Untungnya, keluarga Jaemin menyambut Renjun dengan hangat. Mereka pun berkomitmen untuk melanjutkan hubungan ke arah pacaran.

Selama pacaran, ada satu hal yang Jaemin pertanyakan. Renjun tak pernah sekalipun ajak Jaemin ke rumahnya. Selalu saja ada alasan yang diberikan Renjun ketika Jaemin ingin menyambangi keluarga kekasihnya itu. Jaemin berpikir bahwa Renjun tak anggapnya serius dalam menjalani hubungan

“Renjun— Aku serius sama kamu. Nanti kalau kita udah sama-sama tamat kuliah, aku mau cari kerja yang mapan, biar bisa lamar kamu. Aku nggak bisa jauh-jauh dari kamu” ujar Jaemin serius. Ia genggam tangan Renjun kuat-kuat.

“Hah?” Renjun terkesiap kaget dengan kalimat Jaemin barusan. “Tumben kamu ngomong begini?”

“Aku takut kalau kamu diambil sama yang lain”

“Hahaha” gelak tawa Renjun terdengar keras. Ia sampai memegangi perutnya saking tak tahan dengan ucapan Jaemin barusan. “Bisa-bisanya kamu ngomong gitu.”

(masih belum dilanjut)

Jaemren edisi fluffy~~

Jaemin dengan lemas mengikuti latihan drama musikal untuk keperluan ulang tahun Fakultas Ekonomi di kampusnya. Sebenarnya ia rasakan meriang sejak tadi malam, tapi latihan kali ini wajib diikutinya, bang Yuta akan menatapnya dengan horor jika ia tak datang. Maklum saja, tiga pertemuan sebelumnya, Jaemin tak bisa hadir dikarenakan kesibukannya untuk jadi seksi publikasi acara HIMA.

Renjun, pacarnya Jaemin, yang juga ikut latihan, berkali-kali omeli Jaemin untuk tak hadir hari ini.

“Nggak ah Jun, aku takut dimarahin ketua. Ada beberapa gerakan yang aku belum hafal juga” jawab Jaemin pasrah.

“Biar aku yang ngomong sama bang Yuta. Kamu kan lagi nggak enak badan!”

“Nggak usah, masih bisa ditahan kok ini.”

Renjun menahan kesal di hatinya. Jaemin anaknya memang tidak enakan dengan orang lain.

“Aku tuh khawatir kamu tumbang, Jaem...” kalimat ini hanya muncul di pikiran Renjun tanpa bisa diucapkan. Renjun gengsian soalnya.

***

“Lu hebat Jaem!!! Yo!! Jaemin keren!!!” Haechan berikan tepukan bangga pada Jaemin yang pelan-pelan hafal gerakan drama musikalnya walau sempat berhalangan hadir.

Jaemin sebenarnya sudah lelah sekali, tapi latihannya masih belum selesai. Beberapa anggota yang lain perlu lakukan pemantapan lagi.

Saat semuanya disuruh berkumpul kembali untuk dengarkan arahan dari bang Yuta. Jaemin fokus sendiri dengan arahan dari sang pacar. Ia tak bisa jauh dari Renjun. Walau baterai tubuhnya sudah hampir habis, jika ada di dekat Renjun, secepat kilat energinya akan terisi kembali. Jaemin tatap penuh damba wajah Renjun saat ini walau banyak nasihat yang dikeluarkan dari mulut pacarnya itu.

“Nanti pulang dari sini, aku ke kos kamu. Mau masakin kamu herbal aja. Kamu ngga boleh makan junk food dulu. Apalagi minum es. Aku beliin kamu buah sama vitamin. Biar kamu cepat sembuh. Kalau mau jajan, wajib bilang sama aku.”

Dalam bayangan Jaemin, yang akan dilakukannya di kos nanti adalah memeluk Renjun dalam tidurnya, satu selimut berdua, hirup wangi tubuh Renjun yang sangat ia suka, juga usak-usak rambut di kepala Renjun walau kadang sering dapat toyoran setelahnya.

“Kamu dengerin aku nggaaaaa?” Renjun pasang muka cemberut karena Jaemin tak bereaksi.

“Aku tuh dengerin kamu daritadi, Jun. Kan mataku fokus ke kamu aja sayanggggggg” jawab Jaemin serius.

Renjun hadiahi Jaemin dengan pelototan karena ia malu jika kalimat yang diucapkan Jaemin barusan kedengeran oleh sekelilingnya.

“WOY JAEMIN RENJUN!!! JANGAN PACARAN AJA LU BERDUA!!! GW LAGI NGOMONG NIH!!!” teriakan dari bang Yuta meggelegar dari depan, buat Renjun rasanya ingin kabur ke toilet sekarang juga. Jaemin? Dia sih biasa aja. Namanya juga pacaran. Wajar kan sayang-sayangan.

***

Memasuki setengah jam latihan sebelum pulang, Jaemin beberapa kali lakukan kesalahan karena sudah tak kuasa lagi fokuskan dirinya. Renjun yang ada di sebelah Jaemin karena pacarnya itu selalu ingin nempel di dekatnya, beberapa kali dengar Jaemin hembuskan nafas panjang, juga dengan mata sayu.

“Kamu istirahat dulu, Jaem…”

“Aku maunya istirahat sama kamu” jawab Jaemin lemas.

“Iya-iya. Aku izin ke bang Yuta dulu ya”

Jaemin mengekori Renjun dari belakang. Mereka berdua diberikan waktu istirahat selama 10 menit. Saat istirahat pun, Jaemin tak bisa jauh-jauh dari Renjun. Mereka istirahat bersebelahan. Jaemin awalnya duduk tegak menempel ke dinding, sampai akhirnya kepalanya merosot ke pundak Renjun.

Mereka nikmati waktu istirahat berdua. Apakah ada yang berani mengganggu??? Tentu tidak, karena yang lain tau bahwa Jaemin dan Renjun saling menempel seperti perangko. Apalagi kondisi Jaemin sekarang sedang lemas-lemasnya, butuh perhatian dan dimanja sama pacarnya.

“Kamu beneran masih kuat nih, Jaem?” tanya Renjun khawatir. Matanya melirik ke wajah Jaemin yang semakin pucat.

“Masih, yang penting ada kamu. Aku masih kuat tahan sebentar lagi”

“Pulang aja yuk”

“Tanggung…”

“Kalau nggak kuat, kasih tau aku ya. Aku izin biar antar kamu pulang”

Jaemin mengangguk tipis. Di sampingnya, Renjun sedang mengelusi kepalanya dan pipinya. Beberapa kali juga diberikan kecupan kecil agar Jaeminnya semangat.

***

“Latihan hari ini cukup sampai di sini ya. Dua hari lagi kita masuk ke latihan terakhir. Tolong datang semuanya. Gw ucapkan terima kasih untuk yang konsisten latihan. Jaga diri kalian. Hati-hati ya!!” bang Yuta berikan kalimat penutupan setelah sesi latihan musikal berakhir.

Jaemin menghela nafas lega. Bahunya merosot sedikit. Renjun yang ada di samping Jaemin tersenyum bangga. Pacar kesayangannya bisa ikuti latihan walau dalam kondisi yang tak maksimal.

“Pacar aku hebat!!!” Renjun tepuk-tepuk punggung Jaemin, “habis ini kita pulang, minum obat, istirahat.”

“Ntar bobonya aku peluk kamu yaa. Boleh yaa” pinta Jaemin dengan nada manja.

“Enggak! Aku bobo di kasur bawah! Kamu nanti bukannya tidur, malah ndusel-ndusel sama aku!” Renjun memutar badannya, membelakangi Jaemin.

Bukan tanpa alasan Renjun bersikap seperti itu. Jaeminnya suka lupa waktu jika Renjun menyambangi kosnya. Mereka sering lakukan percakapan sampai subuh dan akhirnya sadar kalau keduanya ada kuliah di jam 8 pagi.

“Renjuuun... Tega sama pacarnya sendiriiii.... Aku lagi sakit niiiih...” Jaemin letakkan wajahnya di bahu kekasihnya yang mungil namun menggemaskan itu.

Renjun menggigit bibirnya dan merotasikan bola matanya, “terus kalau kamu lagi sakit, aku harus ngapain biar kamu cepat sembuh??”

“Mau dicium kamuuu” pinta Jaemin dengan suara memelas.

Renjun diam. Yang benar saja dirinya harus mencium Jaemin saat masih ramai begini.

“Kaan..Kamu tega kaaan...Nanti aku sembuhnya lama niiih” Jaemin kerucutkan bibirnya.

Renjun hela nafasnya. Bagaimanapun juga, Jaemin adalah pacarnya. Ia sedih juga jika Jaemin sakit begini, mukanya pucat, tak bersemangat, badannya juga tak bugar seperti biasa.

Cup.

Renjun berikan ciuman kilat di kening Jaemin. Jaemin tersenyum senang dengan mata yang berbinar.

“Cepat sembuh kamu!!!”

“Kalau mau aku cepat sembuh, harus cium di bibir. Hehehe” Jaemin dengan segala bujuk rayunya.

Renjun berdecak, tapi begitu lihat muka pacarnya yang penuh senyum sumringah ketika dapat ciuman kening darinya, buat hati Renjun luluh seketika.

“Iya Jaemin iya. Nanti aku cium bibir kamu di kosan ya”

Cup!

Kali ini Renjun yang dapatkan ciuman di pipinya.

“JAEMIN RENJUN!!! LO BERDUA MENDING PULANG DEH!!! JANGAN CIUM-CIUMAN DI SINI!!!” itu adalah suara Haechan yang disahuti teriakan mengejek dari yang lainnya.

Satu Garis Takdir

Jaemren Oneshot AU~

🔞

Tags: Disabilitas , explicit scene , mature content , hurt-comfort , toxic family , toxic parents ,

Yang mencintamu takkan hindarimu karena kau kekurangan, tapi sempurnakan dan lengkapi dirimu dalam kasih dan sayang


Siapa yang akan menyangka, kegiatan sosial masak bersama dan berbagi sembako yang diselenggarakan kampusnya, menjadi awal perjalanan bagi Jaemin untuk mengenal sosok bernama Huang Renjun.

Jaemin tinggalkan rumahnya sejenak karena terus-menerus ditekan untuk dapatkan nilai sempurna di setiap mata kuliahnya. Pikirannya semrawut dengar teriakan tak terima dari Ibunda yang pertanyakan menurunnya hasil kuis Jaemin.

“Jaemin! Malu dong sama kakakmu! Selalu dapat nilai A. Kakakmu bisa pertahankan kepintarannya! Contoh kakakmu. Dia sempurna!”

Ibundanya tak tau saja, Jaemin berani bertaruh ia bisa dapatkan hasil yang lebih baik jika demam tak menyerang tubuhnya selama seminggu. Ketika pucat di wajahnya lebih dikhawatirkan sekitar dibandingkan keluarga di rumahnya sendiri, ia jadi paham bahwa sejak awal sudah tiada cinta dan kasih sayang di dalamnya.

Jaemin ikuti kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan kampusnya selama seminggu. Abaikan kejujurannya pada ayah dan ibunya bahwa kegiatan ini bisa berpengaruh pada hasil kuliahnya. Mahasiswa/i yang berpartisipasi akan dapatkan sertifikat khusus dan berguna di sidang akhir nanti. Faktanya, ini hanya kegiatan sosial biasa

Vibes

Jaemren Oneshot AU~

Tags: Fantasy , NSFW , 🔞 , Explicit Scene , Unprotected Sex, Anal Sex , Blowjob , Harshwords , Sex With Concent ,

Note: Mohon jangan kaitkan cerita ini dengan kepercayaan/keyakinan apapun. For fiction purpose only.

Happy New Year 2022 untuk semua yang berhasil buka privatter ini🧨🎆🎇🎊🎉


Jaemin dilanda kebosanan tingkat tinggi. Mark mengajaknya ke salah satu diskotik dengan tujuan untuk menggoda manusia di penghujung tahun 2021 yang tinggal hitungan beberapa jam lagi. Sebagai salah satu iblis yang punya tugas untuk menyesatkan manusia, harusnya ia senang dengan ajakan Mark malam ini. Akan ada banyak manusia yang oleng dengan tujuannya semula ketika bisikan iblis di sekeliling berhasil mengalahkan norma-norma murni mereka sebagai insan berakal. Yang awalnya hanya ingin turun ke lantai dansa, menikmati riuh musik yang diputar DJ, bisa berubah demi kejar nikmat dunia ketika nafsu mulai menyerang dan akal mulai hilang.

Mark berkelana entah ke mana. Mungkin sudah dapat 'mangsa' untuk digoda. Kemampuan mereka berdua sebagai iblis yang dapat dengarkan isi hati manusia, jadi nilai plus tersendiri. Jika manusianya pegang kuat aturan, maka godaan iblis dihiraukan. Jika goyahnya lebih besar, maka iblis akan senang.

Kelebihan lain yang dimiliki iblis sejenis Jaemin dan Mark adalah mereka bisa berwujud sebagai manusia dan berbaur normal dengan yang lain.

Jaemin teguk sekali habis Bourbon di depannya. Matanya mengedar ke sekeliling, guna mencari manusia yang bisa disesatkannya.

Huh? Isi pikiran mereka tak jauh-jauh dari bercinta? Bercinta dengan pacar, bercinta dengan stranger, bercinta di hotel, bercinta di mobil, bercinta dalam bathub, bercinta dengan iblis. Ckck.

Krrkk...krrkk...Jaemin lanjutkan kegiatan mengunyah es batu setelah berhasil mendengarkan isi hati manusia di sekelilingnya.

Sebentar—Bercinta dengan iblis??? Siapa manusia gila yang mau bercinta dengan iblis?!!!

Jaemin kembali mendengar dengan teliti suara hati manusia yang ada dalam diskotik tempatnya berpijak.

Manusia-manusia brengzhheekkk!!! Eghoiizzz!!! Khaliannn!!! Hanya mau capaiii kepuashann shendirii!!! Sama sajhaaa shemuanyhaah. Lhebhih bhaikk akhuu berchinnta dengan ibliss sekhaliann. Ghoblhokkk.

Bingo.

Jaemin dapatkan sosok manusia yang curi perhatiannya dengan keinginan paling aneh yang pernah didengarnya selama menjadi iblis. Manusia memang ada yang bekerja sama dengan iblis demi tujuan tertentu, tapi dirinya baru sekali ini mendengar ada yang ingin bercinta dengan kalangan iblis.

Apa ini jenis resolusi baru di tahun 2022?? Aneh sekali manusia jaman sekarang. Jaemin menggelengkan kepala.

Jaemin bergerak cepat demi berada di samping lelaki yang sudah pasti mabuk ini. Aroma alkohol menguar dari mulutnya.

Pantas saja bicaranya ke mana-mana. Manusianya sedang mabuk ternyata. Akalnya telah sirna. Naluri iblis Jaemin yang awalnya penasaran, musnah seketika. Ia berniat untuk pergi.

Sssraakk...

Kacamata berbingkai cokelat tiba-tiba bergeser ke arahnya.

Ahh, milik lelaki yang ingin bercinta dengan iblis.

“Hheyyy!! Kau!!! Tholongg kacamatakuu yaaa. Di dekat tanganmuhhh” pinta lelaki mungil bernama Huang Renjun yang menoleh ke arah Jaemin dengan mata sayu dan wajah bengkak seperti bakpao.

Jaemin menatap malas. Tak ada niatnya membantu menggeser kembali kacamata itu ke arah manusia yang minta tolong padanya barusan.

“Kauuu!! Manushiaa bhodohh!! Tak mendengarkankhuu yaaaah?”

Jaemin meradang. Ia bukan manusia bodoh. Justru laki-laki di hadapannya inilah yang bodoh, bisa-bisanya memanggilnya dengan kalimat rendah seperti itu.

“Hoooyyyy!!! Kacamatakuuuuuu!!! Manushiaa durjanaaa!!!” teriak Renjun lebih kencang. Pancing sekelilingnya menoleh ke arahnya.

Oh! Manusia durjana katanya!! Aku ini iblis! Jaemin menggeram di tempat duduknya, mengambil kacamata milik Huang Renjun dan menggenggamnya kuat.

Renjun yang sedang mabuk, mengeluarkan lima lembar uang nominal seratus ribuan dari blazer hitamnya lalu memberikan uang tersebut ke bartender di dekatnya. Ia gerakkan badannya mendekati Jaemin untuk mengambil kacamata miliknya. Tungkai kakinya yang lemas, buatnya tersandung dan tersungkur tepat di paha iblis yang dianggapnya sebagai manusia.

Lampu temaram diskotik dan jarak pandangnya yang kabur tanpa alat bantu, buat Renjun bingung. Ia arahkan tangannya ke sembarang tempat, guna dapatkan pegangan sebelum dapat berdiri dengan sempurna.

Jaemin menggeram tertahan. Bagaimana tidak? Laki-laki bodoh di depannya ini asal pegang saja. Dengan seenaknya menggenggam penisnya kuat, lalu menekannya tanpa dosa.

Renjun berhasil gapai meja di samping kanan atasnya. Ia tumpukan badannya menggunakan lengannya. Setelahnya, ia mencari lagi kacamatanya dengan penglihatannya yang terbatas.

“Tadii ada dhisinniih. Kok bishaa hillaangg. Aishhh” Renjun terdengar frustasi. Tatapannya beralih ke Jaemin, “khauu!!! Manushiaa paling manizzz yang khutemui malam ini. Tapi sayanggg, akhuu takmauu laghii dengan manushiaa. Chappeeek!! Seks dengan merekahhh—Tak buatku puashh!! Mhauu ke goaa sajahh. Bhiarr ketemhuu iblishh. Heheee”

Mata Jaemin berkilat tajam. Pupilnya berubah warna seketika menjadi merah terang.

“WHOAAAA matamhhu mhiripp lampu diskothikkkk. Berwharnaa mher—Hmmmpp” Jaemin segera tutup mulut lelaki yang makin banyak bicara ini dengan satu tangannya.

“Khwww phwwt mhwww mngggjkkw brchnnttt khnnnn hhh—”

Jaemin mulai rasakan ketertarikan untuk bermain-main dengan manusia bodoh berkelakuan minus di hadapannya.

“Ya. Kudengar kau tak ingin bercinta lagi dengan manusia. Aku bukan manusia” bisik Jaemin di telinga Renjun yang buat Renjun bergidik ngeri.

Efek alkohol masih bercokol di otaknya, tapi Renjun bisa rasakan sosok di depannya ini punya daya magis yang berbeda secara mendadak.

Khalauu kauu bukhaan manusiaaa. Laluuu aphaaa? tanya Renjun dalam hatinya yang bisa didengar oleh Jaemin.

“Ikut denganku dan cari tau sendiri” bisik Jaemin lagi.

Bulu kuduk Renjun makin meremang. Dua sisi bahunya terangkat, efek kalimat Jaemin barusan.

***

Renjun pasrah saja diajak Jaemin ke salah satu hotel bintang 5 yang memiliki ruangan VVIP. Ia berada dalam posisi yang menurutnya sangat memalukan sedari tadi. Badannya terletak sempurna di bahu Jaemin. Ah ya, mereka sudah saling bertukar nama saat dalam perjalanan menuju ke hotel.

Jaemin menggendong badan mungil Renjun seperti sedang membawa sekarung beras. Sangat enteng baginya. Kekuatan dirinya sebagai iblis, jauh berkali lipat lebih besar dibandingkan dengan manusia.

Ketika sudah berhasil masuk ke dalam kamar hotel, Jaemin posisikan Renjun untuk duduk di tepi ranjang dan menunggu Renjun sadar seutuhnya. Jaemin bersender di dinding, menatap Renjun, si manusia bodoh yang mengata-ngatainya tadi.

“Uhh—Kepalaku”

“Dasar manusia bodoh”

Renjun menjelingkan matanya ke arah Jaemin, “siapa yang kau bilang bodoh?!”

“Siapa lagi manusia yang katanya mau bercinta dengan iblis? Kau kan?” Jaemin hampiri Renjun dengan aura kelamnya.

“Memangnya kenapa kalau aku mau bercinta dengan iblis hah?!”

“Hahaha” Jaemin tergelak. “Apa alasanmu?”

“Kenapa kau mau tau?! Memangnya kau iblis?!” tanya Renjun lantang dan menantang.

Jaemin tersenyum sinis. Ia merubah pupilnya menjadi merah kembali. Surainya yang hitam, turut berubah menjadi merah keemasan. Atasan yang dikenakannya tiba-tiba hilang seketika, kedua sisi punggungnya memunculkan sayap berwarna hitam pekat.

Renjun membelalakkan matanya dan menutup mulutnya menggunakan dua tangan kecilnya. Yang paling mengagetkan bagi Renjun, di leher Jaemin terdapat simbol yang tak dimengertinya dan memunculkan sinar kemerahan, sedangkan di dada Jaemin penuh dengan tulisan seperti ditato. Dua tanduk kecil juga muncul tepat di kepala Jaemin.

“Kutanya padamu. Kenapa kau ingin bercinta dengan iblis?” suara Jaemin terdengar lebih berat daripada sebelumnya, buat Renjun makin sakit kepala.

“A—aku benci dengan manusia!”

“Huh?”

“Semua manusia yang kutemui sebelumnya, hanya kejar kepuasan birahinya sendiri! Terlalu egois! Dalam bercinta harusnya keduanya sama puasnya! Bukan satu pihak saja!!” Renjun malah terdengar seperti sedang curhat pada Jaemin.

“Lalu?”

“Aku trauma bercinta dengan manusia”

“Aaa—Seperti itu ternyata” Jaemin bersidekap dada. “Memangnya bercinta dengan iblis bisa berikan kau kepuasan?”

Renjun menunduk, “aku belum pernah mencobanya. Lagipula sebelumnya—aku tak pernah bertemu dengan—Iblis betulan—” diarahkannya tatapannya pada Jaemin.

Mata mereka bertemu.

“Mari kita coba. Persiapkan dirimu dengan baik.”

“Memangnya kau bisa berikan aku kepuasan yang kumau?” kalimat itu muncul dari mulut Renjun tanpa bisa direm.

Manusia satu ini ternyata tak terlalu bodoh, bahkan ia begitu lugas. Jaemin berbicara dengan dirinya sendiri.

“Kalau aku bisa, maka kau harus jadi milikku selamanya”

Aku ragu kau bisa memuaskanku. Renjun berkata dalam hatinya yang tentu saja bisa didengar oleh Jaemin dan memancing ledakan emosi dari sisi iblisnya.

Ia selalu saja asal bicara—

Jaemin hampiri Renjun yang masih terduduk di pinggir ranjang. Diangkatnya tubuh lelaki yang posturnya lebih kecil darinya dan digendongnya dengan posisi koala.

“H—hey!!”

Jaemin pepetkan Renjun ke dinding. “Aku akan tunjukkan bagaimana iblis bisa memuaskan manusia.”

Yayaya, coba saja. Manusia yang lain juga berbicara sama, ujung-ujungnya cuma pedulikan diri mereka sendiri. Renjun berujar lagi dalam hatinya.

Jaemin awalnya kesal, tapi malah berubah jadi gemas. Manusia di depannya ini terlalu menarik minatnya.

“Kau tau?”

“Apa?”

“Kau itu menggemaskan.”

Tepat setelah mengatakan kalimatnya, Jaemin mulai mengabsen area wajah Renjun dengan mengecupi hidung Renjun pelan. Ia kemudian beralih mengecup pipi Renjun di bagian kanan dan kiri secara bergantian tanpa tergesa. Jaemin turunkan kecupannya ke philtrum milik Renjun, menahan bibirnya lama di sana sembari menatap manik hazel lelaki di depannya yang sibuk berkedip dengan cepat.

“Kenapa lagi?” tanya Renjun merasa risih ditatap Jaemin, si iblis yang tampangnya memang diakui Renjun sangat manis.

“Pipimu memerah. Kau lucu”

Hanya empat kata yang terlontar dari mulut Jaemin, tapi berhasil berikan gelanyar aneh di hati Renjun.

Iblis ini gila ungkap Renjun dalam hatinya.

Jaemin tersenyum kecil mendengar isi hati Renjun. Bibir Renjun mulai dijamahnya. Renjun kira, Jaemin akan memperlakukannya dengan kasar, barbar, seperti manusia lain. Ternyata tidak. Jaemin memulai pagutannya dengan lembut. Pertama-tama, Jaemin sapa bibir Renjun bagian atas. Disesapnya perlahan yang kemudian berganti menuju bibir bagian bawah. Jaemin basahi kedua belah ranum yang sedikit membengkak itu dengan saliva miliknya. Lidah Jaemin mengetuk baris gigi Renjun yang rapi, buat Renjun secara sadar membuka akses lebih pada mulutnya agar Jaemin bisa bebas merangsek masuk.

Benda lunak tak bertulang milik Jaemin yang sudah berhasil menyapa bagian dalam mulut Renjun mulai dihisap Renjun dengan kuat. Keduanya kini beradu sesap dengan benang liur yang menetes bebas ke dagu masing-masing.

Nafas Renjun semula masih teratur, kini sedikit terengah akibat pergulatan bibirnya dan bibir Jaemin. Renjun sudah sering rasakan bibir milik orang lain, tapi baginya saat ini, punya Jaemin berbeda candunya. Renjun tak bisa untuk tidak menggigit bibir Jaemin.

“Hm-mm” geraman yang ke luar dari Jaemin buat Renjun merinding kembali dan spontan meremat pinggang iblis di depannya ini dengan kuat.

Satu tangan Jaemin menahan badan Renjun yang tertumpu di pinggangnya, tangannya yang lain mengusap bulu-bulu halus yang ada di wajah Renjun. Anakan rambut Renjun dirapikannya ke belakang telinganya. Lidahnya dijulurkan demi membasahi wajah Renjun sampai ke kelopak matanya, kemudian dikecupnya kecil.

“Hngg—Geli!”

Sayap dan tanduk yang tadi ditunjukkannya pada Renjun, sudah hilang kembali, yang tersisa hanya pupil merah serta simbol dan tulisan yang bersarang di badan Jaemin.

Daun telinga Renjun ditiup beberapa kali lalu digigit Jaemin dengan sensual.

“Mmmh” Renjun menggerakkan kepalanya yang justru malah mengekspos leher jenjangnya. Dirinya rasakan gairahnya semakin tinggi karena tingkah Jaemin barusan.

Setelah puas bermain dengan telinga Renjun, Jaemin arahkan dirinya untuk menyapa salah satu bagian yang menurutnya paling seksi dari tubuh Renjun. Jaemin berikan kecupan-kecupan manis lalu beralih menjilati tulang selangka Renjun.

“Jaemmm—hmmh” satu lenguhan lolos dari tanpa bisa tertahan dari mulut Renjun.

Jaemin lanjutkan kegiatannya mengekspos kulit tipis Renjun dan memberikan banyak tanda di sana. Pantas saja banyak manusia yang sering fokus dengan kepuasan mereka sendiri jika sudah eksplorasi tubuh Renjun. Bibir tipis Renjun yang manis merekah akibat ciuman, area telinga dan leher yang sensitif, kulit tipis indah yang selama ini dibalut oleh kain penutup, makin meninggikan hasrat. Jaemin tak tahan untuk cepat memuaskan Renjun.

Tangan Jaemin membuka perlahan buah kancing yang masih terkait di kemeja Renjun. Setelah berhasil ditanggalkan, kemeja Renjun dibuang sembarang arah. Mata tajam Jaemin menatap bagian atas badan Renjun yang sudah terekspos.

Renjun mengalihkan wajahnya karena malu melihat Jaemin menatap intens ke arah tubuhnya.

Jaemin mengarahkan telunjuk dan ibu jarinya ke bibir Renjun, “Ayo hisap jariku, Renjun.”

Renjun turuti kemauan Jaemin. Ia menghisap jari jemari Jaemin layaknya mengemut permen rasa coklat.

Setelah dua jarinya bercampur dengan saliva milik Renjun, Jaemin sapa kulit Renjun dengan telunjuk yang turun perlahan dari leher lalu berhenti tepat di kedua gundukan yang terpampang sempurna seperti minta disentuh. Telunjuk dan ibu jari Jaemin bermain di sana. Menggesek, mengelus, memberikan gerakan memutar dan diakhiri dengan cubitan kecil.

“Oh—Jaemin!!” Renjun spontan semakin membusungkan dadanya.

Seperti ditawarkan untuk menikmati lebih, Jaemin lepaskan jemarinya dari gundukan kecoklatan yang semakin mengeras. Jaemin kini gunakan lidahnya untuk mengisap puncak dada Renjun sampai puas.

Renjun di atasnya mendongak, menggigit bibirnya frustasi agar tak mengeluarkan desahan demi desahan. Sayangnya Jaemin tau isi hatinya. Ketika gigi Jaemin berhasil menggigit gundukan coklat milik Renjun, desahan Renjun lolos kembali.

“Ah!”

Ujung bibir Jaemin menyunggingkan senyuman kecil. Lidahnya menyapa gundukan lain yang belum tersentuh. Melakukan hal yang sama dan Renjun merasa semakin gila hanya karena aksi benda tak bertulang milik Jaemin.

Puas bermain dengan dua puncak yang sudah mengeras. Jaemin gunakan jemarinya untuk sentuh kulit Renjun sampai ke area perut. Bulu-bulu halus yang ada di sana, tarik atensi Jaemin. Jaemin memberikan tiupan di pusar Renjun, buat badan Renjun bergetar.

“Ngghak—jangan disituhh—Jaemm…”

Larangan adalah perintah. Tanpa aba-aba, Jaemin kecup perut Renjun, berikan jilatan lagi dengan lidahnya. Dibasahinya pusar Renjun dengan salivanya. Jaemin baru tau, area pusar adalah titik sensitif lain di tubuh Renjun. Jaemin rasakan area vital Renjun semakin mengeras dibalik celana jeans abu-abunya. Bukan iblis namanya jika tak bisa menggoda manusia. Dengan gerakan pelan, Jaemin adu kepunyaannya dengan milik Renjun, menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah.

“Jaemin!! Jaemin!!” Renjun melengking keras. Miliknya dirasa sudah ingin ke luar. Terkutuklah Jaemin, iblis laknat yang bisa buatnya seperti ini.

Paham dengan reaksi Renjun, Jaemin santai mengangkat tubuh Renjun lebih tinggi dan membuka jeans yang sedari tadi menjadi penghalang bagian vital Renjun yang sudah ingin keluarkan cairannya. Berhasil buat Renjun telanjang seutuhnya, Jaemin tatap alat vital Renjun yang tegang dan lumayan basah. Tangannya membelai milik Renjun di bawah dan menggelitiknya.

Nafas Renjun terputus-putus. Pikirannya berantakan. Pening mendera kepalanya akibat gerakan tangan Jaemin yang buatnya keenakan.

Jaemin turunkan Renjun dari rengkuhannya. Ia tau bahwa Renjun sudah mulai lemas, maka tangannya menahan tubuh Renjun agar menempel di dinding.

“Lebarkan pahamu yang mulus ini, Renjun” titah Jaemin tegas.

Renjun mengiyakan.

Jaemin meremas paha Renjun geram. Ibu jarinya semakin masuk ke paha bagian dalam milik Renjun. Menyentil benda berurat yang menggantung di area tersebut. Mulutnya yang menganggur, mulai bermain lagi di sekitar area vital Renjun, memberikan gigitan demi gigitan yang buat pinggul Renjun bergerak gelisah.

“Jaemin-aahh!” Renjun rasakan aliran darahnya semakin berdesir kencang dan tertumpu di pangkal penisnya. Tetes cairan demi cairan milik Renjun, perlahan terlihat. Tangannya menekan lengan Jaemin sekuatnya.

Jaemin semakin melesakkan lidah panjangnya demi mengitari kepemilikan Renjun yang diyakininya dalam sekali sentuhan akan menyemburkan putihnya.

“Suka dijilatin begini?” pancing Jaemin dengan seringai kecilnya.

Renjun menggeliat, menggelengkan kepalanya acak.

“Atau aku jilat sekalian sentuh penis kamu aja?”

Jaemin brengsek!

Tangan Jaemin membelai lembut milik Renjun. Ibu jarinya bermain di ujung penis Renjun. Sedang lidah dan mulutnya turut berikan gigitan dan jilatan di area paha bagian dalam.

Sampai ketika Jaemin dengan tangan nakalnya meremas kuat milik Renjun, di saat itulah orgasme Renjun datang dan berserakan di lantai hotel. Di atasnya, Renjun terengah, menumpu dirinya di bahu Jaemin dengan keringat yang tetesnya jatuh ke mana-mana.

***

Jaemin menggendong Renjun dengan tenang. Membawanya ke berbagai ruangan dalam kamar hotel yang mereka tempati. Sampai akhirnya berhenti di balkon. Merasakan angin sepoi-sepoi sejenak.

Renjun yang tak mengenakan apa pun, merasa pori-pori kulitnya menggingil, “dingiiin. Kenapa kita harus ke balkon??” tanya Renjun dan menghadapkan mukanya tepat di depan Jaemin. Matanya kini malah fokus ke dada si iblis manis.

“Penasaran dengan simbol di dadaku? Pegang saja kalau mau” ujar Jaemin santai.

Renjun yang malu-malu, beranikan diri untuk sentuh simbol di dada Jaemin. Renjun pikir, jika simbol itu disentuh, akan ada sesuatu yang terjadi, ternyata itu hanya pikiran anehnya saja. Dirabanya dada Jaemin dari atas ke bawah. Renjun kagum dengan dada bidang Jaemin, juga tubuhnya yang kekar. Matanya turun ke arah bawah, melihat kepemilikan Jaemin yang di atas rata-rata ukuran biasa manusia.

“Sudah tidak sabar mau dimasuki ya?” Jaemin dengan mulut ajaibnya yang berhasil buat Renjun tersipu.

“Apa setelah bercinta dengan iblis, aku bisa mati?” Renjun layangkan pertanyaan yang buat Jaemin mengernyit.

“Mungkin saja? Jika kau terlalu merasa keenakan, sampai dirimu dicabut nyawanya oleh pencabut nyawa”

“Kau ini!!”

“Lagipula pertanyaanmu aneh. Apa jangan-jangan, itu yang buat manusia lain meninggalkan dirimu sebelum kau sampai pada puncaknya?”

Renjun mengedikkan bahunya, pertanda ia tak tau.

“Kadang-kadang, mereka sering permainkanku untuk tak boleh 'keluar' sebelum mereka yang duluan”

“Hmm. Sungguh egois”

Kau—Jangan begitu ya…

Jaemin dengar lagi suara hati Renjun. Ia tak menjawab, malah melesakkan dua jarinya yang panjang dan lentik ke dalam tubuh Renjun di bawah sana.

“Unghhh—K—Kau ini!!!”

Jemari Jaemin bergerilya di dalam sana. Menggaruk dinding-dinding Renjun yang ketat. Beberapa kali berikan gerakan menggunting dan menusuk.

“Ssshhhh—Jaem! Jaeminhhh” Renjun melemas di bahu sosok yang mengobrak-abrik lubangnya tanpa ampun.

Kaki Renjun yang mengalung di pinggang Jaemin, bergerak tak beraturan. Ketika Jaemin berhasil temukan titik yang bisa buat Renjun semakin melayang, racauan justru keluar dari mulut Renjun dengan kerasnya.

“Uuuh—Jaeminn—Ternyata...rasanya—”

“Apa?” Tangan Jaemin semakin liar tanpa ampun menekan titik Renjun.

“Ahh!”

Tubuh Renjun menegang, “Hhh—Aku...aku—”

Jaemin memantau kepunyaan Renjun di bawah, “Mau keluar lagi ya? Kalau begitu jangan ditahan, Renjun”

“Jaemmmh!!”

Desahan Renjun terdengar indah di telinga Jaemin. Jika harus buat lelaki mungil ini merasakan kepuasan selama 24 jam non stop pun, Jaemin siap. Apalagi Renjun sendiri yang mau bercinta dengan dirinya, iblis sejati yang kerjanya hanya menggoda manusia tanpa pernah rasakan betapa luar biasanya jika tubuh manusia biasa dan iblis disatukan, ternyata hasilnya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Sepertinya ia perlu buat laporan ke Tetua Iblis untuk tambah list bercinta dengan manusia sebagai salah satu daftar menyesatkan yang perlu dilakukan. Tapi Jaemin sedikit tak rela jika teman-teman iblisnya juga merasakan nikmat yang sama dengan dirinya.

Lebih baik aku sendiri saja yang merasakan nikmatnya menjamah tubuh manusia seperti Renjun secara langsung.

Renjun rasakan perih akibat keluwesan tangan Jaemin yang tiada habisnya. Ternyata ia malah jemput putihnya kembali ketika Jaemin tambah dua jemarinya yang lain di dalam sana dan tepat menyentuh titik nikmatnya.

“Hhhh—hhhhh”

Perut Jaemin penuh dengan cipratan dari kepunyaan Renjun. Jaemin tiup cairan yang menempel di perutnya dan seketika cairan itu hilang.

Tenaga Renjun sudah hampir habis. Bagaimana bisa ia orgasme dua kali, tapi iblis yang menggendongnya ini malah belum sama sekali. Air liur Renjun menetes di bahu Jaemin dikarenakan dirinya meletakkan wajahnya selepas cairannya yang ke-dua keluar.

Jaemin elus-elus punggung Renjun yang halus. Ia biarkan Renjun menenangkan dirinya.

Beberapa menit mereka terdiam, sampai akhirnya Renjun yang buka percakapan.

“Apa iblis memang tahan godaan?”

“Maksudmu?”

“Iyaa, kalian kan sudah sering menggoda manusia. Contohnya seperti sekarang ini. Memangnya kau tak tergoda untuk berada di dalamku ya?”

Siapa bilang?

“Aku ingin melihatmu rasakan kepuasan duluan. Urusanku nanti saja”

“Kalau begitu ayo”

“Waktu kita masih panjang, Renjun. Apa kau tidak sabar inginkan milikku hancurkan tubuhmu?”

“Lebih tepatnya aku juga ingin buktikan bahwa manusia juga bisa puaskan iblis”

Wow— Aku semakin ingin memuaskannya terus!

“Tak usah pakai pengaman ya. Aku kuat kok” Renjun dengan segala kepedeannya.

“Baiklah.”

Sebelumnya, Jaemin banyak menginisiasi. Sekarang, Renjun yang bergerak. Ia meminta Jaemin untuk menurunkannya dari gendongan. Renjun diam sejenak menatap kejantanan Jaemin di hadapannya. Ia menelan ludahnya sebelum akhirnya tangannya menggenggam milik Jaemin.

Astaga, bahkan lingkar tanganku saja tak cukup memegang penis ini…

Jaemin mau tak mau tertawa terbahak. Renjun layangkan tatapan bingung dari bawah.

Sombong. Awas saja!

Renjun sapa penis Jaemin dari ujungnya. Berusaha menekannya agar muat dalam genggaman tangannya. Di atasnya, Jaemin rasakan dirinya ingin meledak. Renjun menguruti penis Jaemin sampai ke pangkalnya. Dikecupnya perlahan dan diberikannya stimulus berupa permainan lidah yang sensual.

Jaemin menutup matanya. Lengannya bertahan di pinggiran pagar balkon. Geraman rendah tak berhasil ditahannya dikarenakan Renjun kini mengulum dan mengisap kejantanannya dengan cepat.

“Hhh...Renjun…”

“Hmm??”

Renjun sibuk sekali di bawah sana. Punya Jaemin memang besar, tapi dirinya tak terlalu kesulitan untuk memaju-mundurkan daging penuh otot berurat itu ke dalam mulutnya. Bahkan beberapa kali Renjun berikan gigitan manja di ujungnya.

“Renjun—Stop!” suara serak Jaemin berhasil hentikan kegiatan Renjun.

“Kenapa?”

“Aku mau keluar di dalammu saja. Sekarang berbaliklah, Renjun”

Renjun selesaikan aktivitasnya demi ikuti perintah Jaemin. Bisa apa dia jika Jaemin inginnya begitu. Lagipula dirinya juga mau merasakan Jaemin berada dalam tubuhnya. Ia berbalik cepat. Menumpu tangannya pada apa pun yang bisa menahannya.

Mata Jaemin berkilat menatap pemandangan indah di hadapannya. Lubang Renjun ingin sekali dimasukinya, lalu dikoyaknya sampai Renjun tak bisa jalan karenanya.

Tangan Jaemin meremas pinggul Renjun yang menggoda. Ia kelepasan menggunakan kekuatan iblisnya sehingga Renjun rasakan sakit tiga kali lipat.

“Sa—kittt!!!”

Plak!!!

Jaemin berikan tamparan ringan pada pinggul Renjun dan buat Renjun mengerang.

“Ahhkk—”

“Aku akan memasukimu. Buktikan jika kau bisa memuaskanku, Renjun.”

Selesai berkata seperti itu, Jaemin melesakkan miliknya ke dalam tubuh Renjun dalam satu kali hentakan saja.

Renjun berteriak lirih. Ia sudah tak peduli lagi jika ada yang dengar teriakannya. Bagian belakangnya terasa panas saat ini karena mereka tak menggunakan pengaman sama sekali. Renjun benar-benar rasakan Jaemin menyatu dalam dirinya. Ia menggigit bibirnya kuat sampai dirasakan ada darah menyatu dengan salivanya.

Jaemin bergerak di belakangnya setelah mendiamkan sebentar penisnya di dalam sana. Ia tau Renjun butuh waktu untuk beradaptasi. Ketika Jaemin tau Renjun sudah tenang, pinggulnya digerakkan sampai terdengar suara khas ketika sedang bercinta. Tangan Jaemin berada di pinggang ramping milik Renjun.

“Hhhh—hhhhh—Jaemin!! Uhh!”

Setitik cairan turun dari kelopak mata Renjun. Ia meringis menerima kenikmatan yang disalurkan Jaemin dari belakang.

Jaemin terus mencari di mana titik nikmat Renjun yang tadi berhasil didapatkannya menggunakan empat jemarinya. Ketika Jaemin meyakini sudah menemukan apa yang dicarinya, ia kerahkan seluruh tenaganya dan mendesak menusuk titik itu dengan brutal.

Renjun terhenyak. Kepalanya mendongak ke belakang. Di dalam sana, Renjun berusaha mengetatkan lubangnya demi merasakan penis Jaemin yang sedari tadi menghancurkan tubuhnya.

“Renjun—nikmat sekali-shhh” Jaemin rasakan miliknya akan meledak. Tangannya di depan, memainkan penis Renjun tanpa ampun.

“Aaah—Jaem!! Aku mau keluar lagi!!”

Kaki Renjun bergetar lemah. Ia hampir terjatuh ketika orgasmenya datang kembali. Jaemin di belakangnya turut mengerang memanggil nama Renjun karena cairan miliknya sudah berhasil meledak di dalam tubuh Renjun.

Renjun yang sudah lemas, hampir merosot ke lantai balkon, namun ditahan oleh Jaemin. Jaemin gendong Renjun ala bridal dan membawa Renjun masuk ke dalam kamar hotel kembali. Ditutupnya pintu balkon. Ia tak mau manusia mungil ini kedinginan. Renjun yang penuh peluh, diposisikannya di atas kasur. Kepala Renjun diusapnya dan diberikan kecupan kecil.

Renjun menutup matanya. Berusaha mengumpulkan kembali tenaga yang sempat hilang. Ia rasakan Jaemin ada di sampingnya. Memeluknya dan merapikan surainya yang berantakan.

“Apakah kau puas?” tanya Jaemin dadakan.

“Menurutmuuu” jawab Renjun dengan nafas masih belum teratur.

“Kalau begitu, kau resmi milikku ya sekarang” Jaemin mengeluarkan statementnya.

Renjun tak menjawab. Siapa dia bisa menolak kalimat Jaemin. Renjun tak peduli jika dirinya harus bercinta dengan iblis demi rasakan kepuasan yang tak didapatnya dari manusia.

Duarrrr….Tashhhh….Duarrr…

Bunyi kembang api pertanda pergantian tahun sudah dimulai. Jaemin tak menyangka, malam pergantian tahunnya diisi dengan kegiatan panas yang buatnya merasa ingin terbang ke awan.

“Kau jangan takut berada di dekatku ya”

“Aku tak perlu takut denganmu. Bercinta dengan iblis manis sepertimu saja berani kulakukan. Lalu kenapa aku harus takut berada di dekatmu???” jawab Renjun yang menenggelamkan wajahnya ke dada Jaemin. “Aku ngantuk, Jaemin. Boleh tidur?”

“Silahkan, Renjun. Tidur yang nyenyak di tahun barumu kali ini ya. Aku akan terus di sampingmu.”

©Kalriesa🦋