kalriesa

Vibes

Jaemren Oneshot AU~

Tags: Fantasy , NSFW , 🔞 , Explicit Scene , Unprotected Sex, Anal Sex , Blowjob , Harshwords , Sex With Concent ,

Note: Mohon jangan kaitkan cerita ini dengan kepercayaan/keyakinan apapun. For fiction purpose only.

Happy New Year 2022 untuk semua yang berhasil buka privatter ini.


Jaemin dilanda kebosanan tingkat tinggi. Mark mengajaknya ke salah satu diskotik dengan tujuan untuk menggoda manusia di penghujung tahun 2021 yang tinggal hitungan beberapa jam lagi. Sebagai salah satu iblis yang punya tugas untuk menyesatkan manusia, harusnya ia senang dengan ajakan Mark malam ini. Akan ada banyak manusia yang oleng dengan tujuannya semula ketika bisikan iblis di sekeliling berhasil mengalahkan norma-norma murni mereka sebagai insan berakal. Yang awalnya hanya ingin turun ke lantai dansa, menikmati riuh musik yang diputar DJ, bisa berubah demi kejar nikmat dunia ketika nafsu mulai menyerang dan akal mulai hilang.

Mark berkelana entah ke mana. Mungkin sudah dapat 'mangsa' untuk digoda. Kemampuan mereka berdua sebagai iblis yang dapat dengarkan isi hati manusia, jadi nilai plus tersendiri. Jika manusianya pegang kuat aturan, maka godaan iblis dihiraukan. Jika goyahnya lebih besar, maka iblis akan senang.

Kelebihan lain yang dimiliki iblis sejenis Jaemin dan Mark adalah mereka bisa muncul dalam wujud manusia juga berbaur dengan normal.

Jaemin teguk sekali habis Bourbon di depannya. Matanya mengedar ke sekeliling, guna mencari manusia yang bisa disesatkannya.

Huh? Isi pikiran mereka tak jauh-jauh dari bercinta? Bercinta dengan pacar, bercinta dengan stranger, bercinta di hotel, bercinta di mobil, bercinta di dalam bathub, bercinta dengan iblis. Ckck.

Krrkk...krrkk...Jaemin lanjutkan kegiatan mengunyah es batu setelah berhasil mendengarkan isi hati manusia di sekelilingnya.

Sebentar—Bercinta dengan iblis??? Siapa manusia gila yang mau bercinta dengan iblis?!!!

Jaemin kembali mendengar dengan teliti suara hati manusia yang ada dalam diskotik tempatnya berpijak.

Manusia-manusia brengzhheekkk!!! Eghoiizzz!!! Khaliannn!!! Hanya mau capaiii kepuashann shendirii!!! Sama sajhaaa shemuanyhaah. Lhebhih bhaikk akhuu berchinnta dengan ibliss sekhaliann. Ghoblhokkk.

Bingo.

Jaemin dapatkan sosok manusia yang curi perhatiannya dengan keinginan paling aneh yang pernah didengarnya selama menjadi iblis. Manusia memang ada yang bekerja sama dengan iblis demi tujuan tertentu, tapi dirinya baru sekali ini mendengar ada yang ingin bercinta dengan kalangan iblis.

Apa ini jenis resolusi baru di tahun 2022?? Aneh sekali manusia jaman sekarang. Jaemin menggelengkan kepala.

Jaemin bergerak cepat demi berada di samping lelaki yang sudah pasti mabuk ini. Aroma alkohol menguar dari mulutnya.

Pantas saja bicaranya ke mana-mana. Manusianya sedang mabuk ternyata. Akalnya telah hilang. Naluri iblis Jaemin yang awalnya penasaran, musnah seketika. Ia berniat untuk pergi.

Sssraakk...

Kacamata berbingkai cokelat tiba-tiba bergeser ke arahnya.

Ahh, milik lelaki yang ingin bercinta dengan iblis.

“Hheyyy!! Kau!!! Tholongg kacamatakuu yaaa. Di dekat tanganmuhhh” pinta lelaki mungil bernama Huang Renjun yang menoleh ke arah Jaemin dengan mata sayu dan wajah bengkak seperti bakpao.

Jaemin menatapnya malas. Tak ada niatnya membantu menggeser kembali kacamata itu ke arah manusia yang minta tolong padanya barusan.

“Kauuu!! Manushiaa bhodohh!! Tak mendengarkankhuu yaaaah?”

Jaemin meradang. Ia bukan manusia bodoh. Justru laki-laki di hadapannya inilah yang bodoh, bisa-bisanya memanggilnya dengan kalimat rendah seperti itu.

“Hoooyyyy!!! Kacamatakuuuuuu!!! Manushiaa durjanaaa!!!” teriak Renjun lebih kencang. Pancing sekelilingnya menoleh ke arahnya.

Oh! Manusia durjana katanya!! Aku ini iblis! Jaemin menggeram di tempat duduknya, mengambil kacamata milik Huang Renjun dan menggenggamnya kuat.

Renjun yang sedang mabuk, mengeluarkan lima lembar uang nominal seratus ribuan dari blazer hitamnya lalu memberikan uang tersebut ke bartender di dekatnya. Ia gerakkan badannya mendekati Jaemin untuk mengambil kacamata miliknya. Tungkai kakinya yang lemas, buatnya tersandung dan tersungkur tepat di paha iblis yang dianggapnya sebagai manusia.

Lampu temaram diskotik dan jarak pandangnya yang kabur tanpa alat bantu, buat Renjun bingung. Ia arahkan tangannya ke sembarang tempat, guna dapatkan pegangan sebelum dapat berdiri dengan sempurna.

Jaemin menggeram tertahan. Bagaimana tidak? Laki-laki bodoh di depannya ini asal pegang saja. Dengan seenaknya menggenggam penisnya kuat, lalu menekannya tanpa dosa.

Renjun berhasil gapai meja di samping kanan atasnya. Ia tumpukan badannya menggunakan lengannya. Setelahnya, ia mencari lagi kacamatanya dengan penglihatannya yang terbatas.

“Tadii ada dhisinniih. Kok bishaa hillaangg. Aishhh” Renjun terdengar frustasi. Tatapannya beralih ke Jaemin, “khauu!!! Manushiaa paling manizzz yang khutemui malam ini. Tapi sayanggg, akhuu takmauu laghii dengan manushiaa. Chappeeek!! Seks dengan merekahhh—Tak buatku puashh!! Mhauu ke goaa sajahh. Bhiarr ketemhuu iblishh. Heheee”

Mata Jaemin berkilat tajam. Pupilnya berubah warna seketika menjadi merah terang.

“WHOAAAA matamhhu mhiripp lampu diskothikkkk. Berwharnaa mher—Hmmmpp” Jaemin segera tutup mulut lelaki yang makin banyak bicara ini dengan satu tangannya.

“Khwww phwwt mhwww mngggjkkw brchnnttt khnnnn hhh—”

Jaemin mulai rasakan ketertarikan untuk bermain-main sebentar dengan manusia bodoh berkelakuan minus di hadapannya.

“Ya. Kudengar kau tak ingin bercinta lagi dengan manusia. Aku bukan manusia” bisik Jaemin di telinga Renjun yang buat Renjun bergidik ngeri.

Efek alkohol masih bercokol di otaknya, tapi Renjun bisa rasakan sosok di depannya ini punya daya magis yang berbeda secara mendadak.

“Khalauu kauu bukhaan manusiaaa. Laluuu aphaaa?” tanya Renjun dalam hatinya yang bisa didengar oleh Jaemin.

“Ikut denganku dan cari tau sendiri” bisik Jaemin lagi.

Bulu kuduk Renjun makin meremang. Dua sisi bahunya terangkat, efek kalimat Jaemin barusan.

***

Renjun pasrah saja diajak Jaemin ke salah satu hotel bintang 5 yang memiliki ruangan VVIP. Ia berada dalam posisi yang menurutnya sangat memalukan sedari tadi. Badannya terletak sempurna di bahu Jaemin. Ah ya, mereka sudah saling bertukar nama saat dalam perjalanan menuju ke hotel.

Jaemin menggendong badan mungil Renjun seperti sedang membawa sekarung beras. Sangat enteng baginya. Kekuatan dirinya sebagai iblis, jauh berkali lipat lebih besar dibandingkan dengan manusia.

Ketika sudah berhasil masuk ke dalam kamar hotel, Jaemin posisikan Renjun untuk duduk di tepi kasur dan menunggu Renjun sadar seutuhnya. Jaemin bersender di dinding, menatap Renjun, si manusia bodoh yang mengata-ngatainya tadi.

“Uhh—Kepalaku sakit”

“Dasar manusia bodoh”

Renjun menjelingkan matanya ke arah Jaemin, “siapa yang kau bilang bodoh?!”

“Siapa lagi manusia yang katanya mau bercinta dengan iblis? Kau kan?” Jaemin hampiri Renjun dengan aura kelam.

“Memangnya kenapa kalau aku mau bercinta dengan iblis hah?!”

“Hahaha” Jaemin tergelak. “Apa alasanmu?”

“Kenapa kau mau tau?! Memangnya kau iblis?!” tanya Renjun lantang dan menantang.

Jaemin tersenyum sinis. Ia merubah pupilnya menjadi merah kembali. Surainya turut berubah menjadi merah keemasan. Pakaian yang digunakannya tiba-tiba hilang seketika, kedua sisi punggungnya memunculkan sayap berwarna hitam pekat.

Renjun membelalakkan matanya dan menutup mulutnya menggunakan dua tangan kecilnya. Yang paling mengagetkan bagi Renjun, di leher Jaemin terdapat simbol yang tak dimengertinya dan memunculkan sinar kemerahan, sedangkan di dada Jaemin penuh dengan tulisan seperti ditato. Dua tanduk kecil juga muncul tepat di kepala Jaemin.

“Kutanya padamu. Kenapa kau ingin bercinta dengan iblis?” suara Jaemin terdengar lebih berat daripada sebelumnya, buat Renjun makin sakit kepala.

“A—aku benci dengan manusia!”

“Huh?”

“Semua manusia yang kutemui sebelumnya, hanya kejar kepuasan birahinya sendiri! Terlalu egois! Dalam bercinta harusnya keduanya sama puasnya! Bukan satu pihak saja!!” Renjun malah terdengar seperti sedang curhat pada Jaemin.

“Lalu?”

“Aku trauma bercinta dengan manusia”

“Aaa—Seperti itu ternyata” Jaemin bersidekap dada. “Memangnya bercinta dengan iblis bisa berikan kau kepuasan?”

Renjun menunduk, “aku belum pernah mencobanya. Lagipula sebelumnya—aku tak pernah bertemu dengan—Iblis betulan—” diarahkannya tatapannya pada Jaemin.

Mata mereka bertemu. “Mari kita coba. Persiapkan dirimu dengan baik.”

“Memangnya kau bisa berikan aku kepuasan yang kumau?” kalimat itu muncul dari mulut Renjun tanpa bisa direm.

Manusia satu ini ternyata tak terlalu bodoh, bahkan begitu lugas. Jaemin berbicara dengan dirinya sendiri.

“Kalau aku bisa, kau harus jadi milikku selamanya”

Aku ragu kau bisa memuaskanku. Renjun berkata dalam hatinya yang tentu saja bisa di dengar oleh Jaemin dan memancing ledakan emosi dari sisi iblisnya.

Ia selalu saja asal bicara—

Jaemin hampiri Renjun yang masih terduduk di pinggir ranjang. Diangkatnya tubuh lelaki yang posturnya lebih kecil darinya dan digendongnya dengan posisi koala.

“H—hey!!”

Jaemin pepetkan Renjun ke dinding. “Kekuatanku berbeda dengan manusia. Jika kau rasakan tak kuasa, alihkan pada apa pun yang bisa buatmu tak terlalu sakit. Aku akan tunjukkan bagaimana iblis bisa memuaskan manusia.”

Yayaya, coba saja. Manusia yang lain juga berbicara sama, ujung-ujungnya cuma pedulikan diri mereka sendiri. Renjun berujar lagi dalam hatinya.

Jaemin sebelumnya kesal, tapi malah berubah jadi gemas. Manusia di depannya ini terlalu berbeda dibandingkan dengan yang lain.

“Kau tau?”

“Apa?”

“Kau itu menggemaskan.”

Tepat setelah mengatakan kalimat barusan, Jaemin mulai mengabsen area wajah Renjun dengan mengecupi hidung Renjun pelan. Ia kemudian beralih mengecup pipi Renjun di bagian kanan dan kiri secara bergantian tanpa tergesa. Jaemin turunkan kecupannya ke philtrum milik Renjun, menahan bibirnya lama di sana sembari menatap manik hazel lelaki di depannya yang sibuk berkedip dengan cepat.

“Kenapa lagi?” tanya Renjun kebingungan karena risih ditatap Jaemin, si iblis yang tampangnya memang diakui Renjun sangat manis.

“Pipimu merona. Kau lucu”

Hanya dua kata yang terlontar dari mulut Jaemin, tapi berhasil berikan gelanyar aneh pada hati Renjun.

Iblis ini gilaa ungkap Renjun dalam hatinya.

Jaemin tersenyum kecil mendengar isi hati Renjun. Bibir Renjun mulai dijamahnya. Renjun kira, Jaemin akan memperlakukannya dengan kasar, barbar, seperti manusia lain yang pernah having sex bersamanya. Ternyata tidak. Jaemin memulai pagutannya dengan lembut. Pertama-tama, Jaemin sapa bibir Renjun bagian atas. Disesapnya perlahan yang kemudian berganti menuju bibir bagian bawah. Jaemin basahi kedua belah ranum yang sedikit membengkak itu dengan saliva miliknya. Lidah Jaemin mengetuk baris gigi Renjun yang rapi, buat Renjun secara sadar membuka akses lebih pada mulutnya agar Jaemin bisa bebas merangsek masuk.

Benda lunak tak bertulang milik Jaemin yang sudah berhasil menyapa bagian dalam mulut Renjun mulai dihisap Renjun dengan kuat. Keduanya kini beradu sesap dengan benang liur yang menetes bebas ke dagu masing-masing.

Nafas Renjun semula masih teratur, kini sedikit terengah akibat pergulatan bibirnya dan bibir Jaemin. Renjun sudah sering rasakan bibir milik orang lain, tapi baginya saat ini, punya Jaemin berbeda candunya. Renjun tak bisa untuk tidak menggigit bibir Jaemin.

“Hm-mm” geraman yang ke luar dari Jaemin buat Renjun merinding kembali dan spontan meremat pinggang iblis di depannya ini dengan kuat.

Satu tangan Jaemin menahan badan Renjun yang tertumpu di pinggangnya, tangannya yang lain mengusap bulu-bulu halus yang ada di wajah Renjun. Anakan rambut Renjun dirapikannya ke belakang telinganya. Lidahnya dijulurkan demi membasahi wajah Renjun sampai ke kelopak matanya, kemudian dikecupnya kecil.

“Hngg—Geli!”

Sayap dan tanduk yang tadi ditunjukkannya pada Renjun, sudah hilang kembali, yang tersisa hanya pupil merah serta simbol dan tulisan yang bersarang di badan Jaemin.

Daun telinga Renjun ditiup beberapa kali lalu digigit Jaemin dengan sensual.

“Mmmh” Renjun menggerakkan kepalanya karena kegelian, yang justru malah mengekspos leher jenjangnya. Dirinya rasakan gairahnya semakin tinggi karena tingkah Jaemin barusan.

Setelah puas bermain dengan telinga Renjun, Jaemin arahkan dirinya untuk menyapa salah satu bagian yang menurutnya paling seksi dari tubuh Huang Renjun. Jaemin berikan kecupan-kecupan kecil lalu beralih menjilati tulang selangka Renjun.

“Jaemmm—hmmh” satu lenguhan lolos dari tanpa bisa tertahan dari mulut Renjun.

Jaemin lanjutkan kegiatannya mengekspos kulit tipis Renjun dan memberikan banyak tanda di sana. Pantas saja banyak manusia yang sering fokus dengan kepuasan mereka sendiri jika sudah eksplorasi tubuh Renjun. Bibir tipis Renjun yang manis merekah akibat ciuman, area telinga dan leher yang sensitif, kulit tipis indah yang selama ini dibalut oleh kain penutup, sudah jadi candu tersendiri. Apalagi dengan Renjun yang berada di bawah kukungan orang-orang, yang mendesah, mengerang tanpa jeda. Jaemin makin tak tahan untuk berada di atas Renjun.

Tangan Jaemin membuka perlahan buah kancing yang masih terkait di kemeja Renjun. Setelah berhasil ditanggalkan, kemeja Renjun dibuang sembarang arah. Mata tajam Jaemin menatap bagian atas badan Renjun yang sudah terekspos sempurna.

Renjun mengalihkan wajahnya karena malu melihat Jaemin menatap lapar ke arah tubuhnya.

Jaemin mengarahkan telunjuk dan ibu jarinya ke bibir Renjun, “Ayo hisap jariku, Renjun.”

Renjun turuti kemauan Jaemin. Ia menghisap jari jemari Jaemin layaknya mengemut permen rasa coklat.

Setelah dua jarinya bercampur dengan saliva milik Renjun, Jaemin sapa kulit Renjun dengan telunjuk yang turun perlahan dari leher lalu berhenti tepat di kedua gundukan yang terpampang sempurna seperti minta disentuh. Telunjuk dan ibu jari Jaemin bermain di sana. Menggesek, mengelus, memberikan gerakan memutar dan diakhiri dengan cubitan kecil.

“Oh—Jaemin!!” Renjun spontan semakin membusungkan dadanya. Terlalu menikmati sentuhan tangan Jaemin.

Seperti ditawarkan untuk menikmati lebih, Jaemin lepaskan jemarinya dari gundukan kecoklatan yang semakin mengeras. Jaemin kini gunakan lidahkan kembali untuk mengisap puncak Renjun sampai puas.

Renjun di atasnya mendongak, menggigit bibirnya frustasi agar tak mengeluarkan desahan demi desahan. Sayangnya Jaemin tau isi hatinya. Ketika gigi Jaemin berhasil menggigit gundukan coklat milik Renjun, desahan Renjun lolos kembali.

“Ah!”

Ujung bibir Jaemin menyunggingkan senyuman kecil. Lidahnya menyapa gundukan lain yang belum tersentuh. Melakukan hal yang sama dan Renjun merasa semakin gila hanya karena aksi benda tak bertulang milik Jaemin.

Puas bermain dengan dua puncak yang sudah mengeras sempurna, Jaemin gunakan jemarinya lagi untuk sentuh kulit Renjun sampai ke area perut. Bulu-bulu halus yang ada di sana, tarik perhatian Jaemin. Jaemin memberikan tiupan di pusar Renjun, buat badan Renjun bergetar.

“Ngghak—jangan disituhh—Jaemm
”

Larangan adalah perintah. Tanpa aba-aba, Jaemin kecup perut Renjun, berikan jilatan lagi dengan lidahnya. Dibasahinya pusar Renjun dengan salivanya. Jaemin baru tau, area pusar adalah titik sensitif lain di tubuh Renjun. Jaemin rasakan area vital Renjun semakin mengeras dibalik celana jeans abu-abunya. Bukan iblis namanya jika tak bisa menggoda manusia. Dengan gerakan pelan, Jaemin adu kepunyaannya dengan milik Renjun, menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah.

“Jaemin!! Jaemin!!” Renjun melengking keras. Miliknya dirasa sudah ingin ke luar. Terkutuklah Jaemin, iblis laknat yang bisa buatnya seperti ini.

Paham dengan reaksi Renjun, Jaemin santai mengangkat tubuh Renjun lebih tinggi dan membuka jeans yang sedari tadi menjadi penghalang bagian vital Renjun yang sudah ingin keluarkan cairannya. Berhasil buat Renjun telanjang seutuhnya, Jaemin tatap alat vital Renjun yang mengacung sempurna dan sudah lumayan basah. Tangannya membelai milik Renjun di bawah dan menggelitiknya.

Nafas Renjun terputus-putus. Pikirannya berantakan. Pening mendera kepalanya akibat gerakan tangan Jaemin yang buatnya keenakan.

Jaemin turunkan Renjun dari rengkuhannya. Ia tau bahwa Renjun sudah mulai lemas, maka tangannya menahan tubuh Renjun yang menempel di dinding.

“Lebarkan pahamu yang mulus ini, Renjun” titah Jaemin tegas.

Renjun mengiyakan.

Jaemin meremas paha Renjun geram. Ibu jarinya semakin masuk ke paha bagian dalam milik Renjun. Menyentil benda berurat yang menggantung di area tersebut. Mulutnya yang menganggur, mulai bermain lagi di sekitar area vital Renjun, memberikan gigitan demi gigitan yang buat pinggul Renjun bergerak gelisah.

“Jaemin-aahh!” Renjun rasakan aliran darahnya semakin berdesir kencang dan tertumpu di pangkal penisnya. Tetes cairan demi cairan milik Renjun, perlahan terlihat. Tangannya menekan bahu Jaemin sedari tadi.

Jaemin semakin melesakkan lidah panjangnya demi mengitari kepemilikan Renjun yang diyakininya dalam sekali sentuhan akan menyemburkan putihnya.

“Suka dijilatin begini?” pancing Jaemin dengan seringai kecilnya.

Renjun menggeliat dan menggelengkan kepalanya acak.

“Atau aku jilat sekalian sentuh penis kamu aja?”

Jaemin brengsek!

Tanpa aba-aba tangan Jaemin membelai lembut milik Renjun. Ibu jarinya bermain di ujung penis Renjun. Sedang lidah dan mulutnya turut berikan gigitan dan jilatan tiada henti, menggoda area paha bagian dalam.

Sampai ketika Jaemin dengan tangan nakalnya meremas kuat milik Renjun, di saat itulah orgasme Renjun datang dan berserakan di lantai hotel. Di atasnya, Renjun terengah, menumpu dirinya di bahu Jaemin dengan keringat yang tetesnya terasa jatuh di badan Jaemin.

***

Jaemin menggendong Renjun dengan tenang. Membawanya ke berbagai ruangan dalam kamar hotel yang mereka tempati dan akhirnya berhenti di balkon. Merasakan angin sepoi-sepoi sejenak.

Renjun yang tak mengenakan apa pun, merasa pori-pori kulitnya menggingil, “dingiiin. Kenapa kita harus ke balkon??” tanya Renjun dan menghadapkan mukanya tepat di depan Jaemin. Matanya kini malah fokus ke dada si iblis manis.

“Penasaran dengan simbol di dadaku ya? Pegang saja kalau mau” ujar Jaemin santai.

Renjun yang malu-malu, beranikan diri untuk sentuh simbol di dada Jaemin. Renjun pikir, jika simbol itu disentuh, akan ada sesuatu yang terjadi, ternyata itu hanya pikiran anehnya saja. Dirabanya dada Jaemin dari atas ke bawah. Renjun kagum dengan dada bidang Jaemin, juga tubuhnya yang kekar. Matanya turun ke arah bawah, melihat kepemilikan Jaemin yang di atas rata-rata ukuran biasa manusia.

“Sudah tidak sabar mau dimasuki ya?” Jaemin dengan mulut ajaibnya yang berhasil berikan rona merah di wajah Renjun.

“Apa setelah bercinta dengan iblis, aku bisa mati?” Renjun layangkan pertanyaan yang buat Jaemin mengernyit.

“Mungkin saja? Jika kau terlalu merasa keenakan, sampai dirimu dicabut nyawanya oleh pencabut nyawa”

“Kau ini!!”

“Lagipula pertanyaanmu aneh. Apa jangan-jangan, itu yang buat manusia lain meninggalkan dirimu sebelum kau sampai pada puncaknya?”

Renjun mengedikkan bahunya, pertanda ia tak tau.

“Kadang-kadang, mereka sering permainkanku untuk tak boleh 'ke luar' sebelum mereka yang duluan”

“Hmm. Egois sekali”

Kau—Jangan begitu ya


Jaemin dengar lagi suara hati Renjun. Ia tak menjawab, malah melesakkan dua jarinya yang panjang dan lentik ke dalam tubuh Renjun di bawah sana.

“Unghhh—K—Kau ini!!!”

Jemari Jaemin bergerilya di dalam sana. Menggaruk dinding-dinding Renjun yang ketat. Beberapa kali berikan gerakan menggunting.

“Ssshhhh—Jaem! Jaeminhhh” Wajah Renjun melemas di bahu sosok yang mengobrak-abrik lubangnya tanpa ampun.

Kaki Renjun yang mengalung di pinggang Jaemin, bergerak nikmat tak beraturan. Ketika Jaemin berhasil temukan titik yang bisa buat Renjun semakin melayang, racauan justru ke luar dari mulut Renjun dengan kerasnya.

“Uuuh—Jaeminn—Ternyata...rasanya—”

“Apa?” Tangan Jaemin semakin liar tanpa ampun menekan titik Renjun.

“Ahh!”

Tubuh Renjun menegang, “Hhh—Aku...aku—”

Jaemin memantau kepunyaan Renjun di bawah, “Mau ke luar lagi ya? Kalau begitu jangan ditahan honey”

“Jaemmmh”

Desahan Renjun terdengar indah di telinga Jaemin. Jika harus buat lelaki mungil ini merasakan kepuasan selama 24 jam non stop pun, Jaemin siap. Apalagi Renjun sendiri yang mau bercinta dengan dirinya, iblis sejati yang kerjanya hanya menggoda manusia tanpa pernah rasakan betapa luar biasanya jika tubuh manusia biasa dan iblis disatukan, maka hasilnya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Sepertinya ia harus buat laporan ke Tetua Iblis untuk tambah list bercinta dengan manusia sebagai salah satu list menggoda yang perlu dilakukan. Tapi dirinya sedikit tak rela jika teman-teman iblisnya merasakan nikmat yang sama dengan dirinya.

Lebih baik aku sendiri saja yang merasakan indahnya menjamah tubuh manusia secara langsung. Yang lain tak perlu

Renjun rasakan perih akibat keluwesan tangan Jaemin yang tiada habisnya. Ternyata ia malah jemput putihnya kembali ketika Jaemin tambah dua jemarinya yang lain di dalam sana dan tepat menyentuh titik surgawinya.

“Hhhh—hhhhh”

Perut Jaemin penuh dengan cipratan dari kepunyaan Renjun. Jaemin tiup cairan yang menempel di perutnya dan seketika cairan itu hilang.

Tenaga Renjun sudah hampir habis. Bagaimana bisa ia orgasme dua kali, tapi iblis yang menggendongnya ini malah belum sama sekali. Air liur Renjun menetes di bahu Jaemin dikarenakan dirinya meletakkan wajahnya selepas cairannya yang ke-dua ke luar.

Jaemin elus-elus punggung Renjun yang halus. Ia biarkan Renjun menenangkan dirinya.

Beberapa menit mereka terdiam, sampai akhirnya Renjun yang buka percakapan.

“Apa iblis memang tahan godaan?”

“Maksudmu?”

“Iyaa, kalian kan sudah sering menggoda manusia. Contohnya seperti sekarang ini. Memangnya kau tak tergoda untuk berada di dalamku ya?”

Siapa bilang?

“Aku ingin melihatmu rasakan kepuasan duluan. Urusanku nanti saja”

“Kalau begitu ayo”

“Waktu kita masih panjang baby. Apa kau tidak sabar inginkan milikku hancurkan tubuhmu?”

“Lebih tepatnya aku juga ingin buktikan bahwa manusia juga bisa puaskan iblis”

Wow— Aku semakin ingin memuaskannya terus!

“Tak usah pakai pengaman ya. Aku kuat kok” Renjun dengan segala kepedeannya.

“Baiklah.”

Sebelumnya, Jaemin banyak menginisiasi. Sekarang, Renjun yang bergerak. Ia meminta Jaemin untuk menurunkannya dari gendongan. Renjun diam sejenak menatap kejantanan Jaemin di hadapannya. Ia menelan ludahnya sebelum akhirnya tangannya menggenggam milik Jaemin.

Astaga, bahkan lingkar tanganku saja tak cukup memegang penis ini


Jaemin mau tak mau tertawa terbahak. Renjun layangkan tatapan bingung dari bawah.

Sombong. Awas saja!

Renjun sapa penis Jaemin dari ujungnya. Berusaha menekannya agar muat dalam genggaman tangannya. Di atasnya, Jaemin rasakan perutnya ingin meledak. Renjun menguruti penis Jaemin sampai tangannya sampai ke pangkal kejantanan si iblis. Dikecupnya perlahan dan diberikannya stimulus berupa permainan lidah yang sensual.

Jaemin menutup matanya. Lengannya bertahan di pinggiran pagar balkon. Geraman rendah tak berhasil ditahannya dikarenakan Renjun kini mengulum dan mengisap kejantanannya dengan cepat.

“Hhh...Renjun
”

“Hmm??”

Renjun sibuk sekali di bawah sana. Punya Jaemin memang besar, tapi dirinya tak Ali kesulitan untuk memaju-mundurkan daging penuh otot berurat itu ke dalam mulutnya. Bahkan beberapa kali Renjun berikan gigitan manja di ujungnya.

“Renjun...Stop!” suara serak Jaemin berhasil hentikan kegiatan Renjun.

“Kenapa?”

“Aku mau ke luar di dalammu saja. Sekarang berbaliklah, Renjun”

Renjun selesaikan aktivitasnya demi ikuti perintah Jaemin. Bisa apa dia jika Jaemin inginnya begitu. Lagipula dirinya juga mau merasakan Jaemin berada dalam tubuhnya. Ia berbalik cepat. Menumpu tangannya pada apa pun yang bisa menahannya.

Mata Jaemin berkilat menatap pemandangan indah di hadapannya. Lubang Renjun ingin sekali dimasukinya, lalu dikoyakknya sampai Renjun tak bisa jalan karenanya.

Tangan Jaemin meremas pinggul Renjun yang menggoda. Ia kelepasan menggunakan kekuatan iblisnya sehingga Renjun rasakan sakit tiga kali lipat.

“Sa—kittt”

Plak!!!

Jaemin berikan tamparan ringan pada pinggul Renjun dan buat Renjun mengerang.

“Ahhkk—”

“Aku akan memasukimu. Buktikan jika kau bisa memuaskanku, Renjun.”

Selesai berkata seperti itu, Jaemin melesakkan miliknya ke dalam tubuh Renjun dalam satu kali hentakan saja.

Renjun berteriak lirih. Ia sudah tak peduli lagi jika ada yang dengar teriakannya. Bagian belakangnya terasa panas saat ini karena mereka tak menggunakan pengaman sama sekali. Renjun benar-benar rasakan Jaemin menyatu dalam dirinya. Ia menggigit bibirnya kuat sampai dirasakannya darah menyatu dengan salivanya.

Jaemin bergerak di belakangnya setelah mendiamkan sebentar penisnya di dalam sana. Ia tau Renjun butuh waktu untuk beradaptasi. Ketika Jaemin tau Renjun sudah tenang, pinggulnya digerakkan sampai terdengar suara khas ketika sedang bercinta. Tangan Jaemin berada di pinggang ramping milik Renjun.

“Hhhh—hhhhh—Jaemin!! Uhh!”

Setitik cairan turun dari kelopak mata Renjun. Ia meringis menerima kenikmatan yang disalurkan Jaemin dari belakang.

Jaemin terus mencari di mana titik nikmat Renjun yang tadi berhasil didapatkannya menggunakan empat jemarinya. Ketika Jaemin meyakini sudah menemukan yang dicarinya, ia kerahkan seluruh tenaganya dan mendesak menusuk titik itu dengan brutal.

Renjun terhenyak. Kepalanya mendongak ke belakang. Di dalam sana, Renjun berusaha mengetatkan lubangnya demi merasakan penis Jaemin yang sedari tadi menghancurkan tubuhnya.

“Renjun—nikmat sekali-shhh” Jaemin rasakan miliknya akan meledak. Tangannya di depan, memainkan penis Renjun tanpa ampun.

“Aaah—Jaem!! Aku mau ke luar lagi!!”

Kaki Renjun bergetar lemas. Ia hampir terjatuh ketika orgasmenya datang kembali. Jaemin di belakangnya turut mengerang memanggil nama Renjun karena cairan miliknya sudah berhasil meledak di dalam tubuh Renjun.

Renjun yang sudah lemas, hampir merosot ke lantai balkon, namun di tahan oleh Jaemin. Jaemin gendong Renjun ala bridal dan membawa Renjun masuk ke dalam kamar hotel kembali. Ditutupnya pintu balkon. Ia tak mau manusia mungil ini kedinginan. Renjun yang penuh peluh, diletakkannya di atas kasur. Kepala Renjun diusapnya dan diberikan kecupan kecil.

Renjun masih menutup matanya. Berusaha mengumpulkan kembali tenaga yang sempat hilang. Ia rasakan Jaemin ada di sampingnya. Memeluknya dan merapikan surainya yang berantakan.

“Apakah kau puas?” tanya Jaemin dadakan.

“Menurutmuuu” jawab Renjun dengan nafas masih belum teratur.

“Kalau begitu. Kau resmi milikku ya sekarang” Jaemin mengeluarkan statementnya.

Renjun tak menjawab. Siapa dia bisa menolak kalimat Jaemin. Renjun tak peduli jika dirinya harus bercinta dengan iblis demi rasakan kepuasan yang tak didapatnya dengan manusia.

Duarrrr
.Tashhhh
.Duarrr


Bunyi kembang api pertanda pergantian tahun sudah dimulai. Jaemin tak menyangka, malam pergantian tahunnya diisi dengan kegiatan panas yang buatnya merasa ingin terbang ke awan.

“Kau jangan takut berada di dekatku ya”

“Aku tak perlu takut denganmu. Bercinta dengan iblis manis sepertimu saja berani kulakukan. Lalu kenapa aku harus takut berada di dekatmu???” jawab Renjun dan menenggelamkan wajahnya ke dada Jaemin. “Aku ngantuk, Jaemin. Boleh tidur?”

“Silahkan baby. Tidur yang nyenyak di tahun barumu kali ini ya. Aku akan terus di sampingmu.”

©Kalriesa🩋

Vibes

Jaemren Oneshot AU~

Tags: Fantasy , NSFW , 🔞 , Explicit Scene , Unprotected Sex, Anal Sex , Harshwords , Sex With Concent ,

Note: Mohon jangan kaitkan cerita ini dengan kepercayaan/keyakinan apapun. For fiction purpose only.

Happy New Year 2022 untuk semua yang berhasil buka privatter ini.


Jaemin dilanda kebosanan tingkat tinggi. Mark mengajaknya ke salah satu diskotik dengan tujuan untuk menggoda manusia di penghujung tahun 2021 yang tinggal hitungan beberapa jam lagi. Sebagai salah satu iblis yang punya tugas untuk menyesatkan manusia, harusnya ia senang dengan ajakan Mark malam ini. Akan ada banyak manusia yang akan oleng dengan tujuannya semula ketika bisikan iblis di sekeliling berhasil mengalahkan norma-norma murni mereka sebagai insan berakal. Yang awalnya hanya ingin turun ke lantai dansa, menikmati riuh musik yang diputar DJ, bisa berubah demi kejar nikmat dunia ketika nafsu mulai menyerang dan akal mulai hilang.

Mark berkelana entah ke mana. Mungkin sudah dapat 'mangsa' untuk digoda. Kemampuan mereka berdua sebagai iblis yang dapat dengarkan isi hati manusia, jadi nilai plus tersendiri. Jika manusianya pegang kuat aturan, maka godaan iblis dihiraukan. Jika goyahnya lebih besar, maka iblis akan senang.

Kelebihan lain yang dimiliki iblis sejenis Jaemin dan Mark adalah mereka bisa memunculkan diri berwujud manusia juga berbaur dengan normal.

Jaemin teguk sekali habis Bourbon di depannya. Matanya mengedar ke sekeliling, guna mencari manusia yang bisa disesatkannya.

Huh? Isi pikiran mereka tak jauh-jauh dari bercinta? Bercinta dengan pacar, bercinta dengan stranger, bercinta di hotel, bercinta di mobil, bercinta di dalam bathub, bercinta dengan iblis. Ckck.

Krrkk...krrkk...Jaemin lanjutkan kegiatan mengunyah es batu setelah berhasil mendengarkan isi hati manusia di sekelilingnya.

Sebentar—Bercinta dengan iblis??? Siapa manusia gila yang mau bercinta dengan iblis?!!!

Jaemin kembali mendengar dengan teliti suara hati manusia yang ada dalam diskotik tempatnya berpijak.

Manusia-manusia brengzhheekkk!!! Eghoiizzz!!! Khaliannn!!! Hanya mau capaiii kepuashann shendirii!!! Sama sajhaaa shemuanyhaah. Lhebhih bhaikk akhuu berchinnta dengan ibliss sekhaliann. Ghoblhokkk.

Bingo.

Jaemin dapatkan sosok manusia yang curi perhatiannya dengan keinginan paling aneh yang pernah didengarnya selama menjadi iblis. Manusia memang ada yang bekerja sama dengan iblis demi tujuan tertentu, tapi dirinya baru sekali ini mendengar ada yang ingin bercinta dengan kalangan iblis.

Apa ini jenis resolusi baru di tahun 2022?? Aneh sekali manusia jaman sekarang. Jaemin menggelengkan kepala.

Jaemin bergerak cepat demi berada di samping lelaki yang sudah pasti mabuk ini. Aroma alkohol menguar dari mulutnya.

Pantas saja bicaranya ke mana-mana. Manusianya sedang mabuk ternyata. Akalnya telah hilang. Naluri iblis Jaemin yang awalnya penasaran, musnah seketika. Ia berniat untuk pergi.

Sssraakk...

Kacamata berbingkai cokelat tiba-tiba bergeser ke arahnya.

Ahh, milik lelaki yang ingin bercinta dengan iblis.

“Hheyyy!! Kau!!! Tholongg kacamatakuu yaaa. Di dekat tanganmuhhh” pinta lelaki mungil bernama Huang Renjun yang menoleh ke arah Jaemin dengan mata sayu dan wajah bengkak seperti bakpao.

Jaemin menatapnya malas. Tak ada niatnya membantu menggeser kembali kacamata itu ke arah manusia yang minta tolong padanya barusan.

“Kauuu!! Manushiaa bhodohh!! Tak mendengarkankhuu yaaaah?”

Jaemin meradang. Ia bukan manusia bodoh. Justru laki-laki di hadapannya inilah yang bodoh, bisa-bisanya memanggilnya dengan kalimat rendah seperti itu.

“Hoooyyyy!!! Kacamatakuuuuuu!!! Manushiaa durjanaaa” teriak Renjun lebih kencang. Pancing sekelilingnya menoleh ke arahnya.

Oh! Manusia durjana katanya!! Aku ini iblis! Jaemin menggeram di tempat duduknya, mengambil kacamata milik Huang Renjun dan menggenggamnya kuat.

Renjun yang sedang mabuk, mengeluarkan lima lembar uang nominal seratus ribuan dari blazer hitamnya lalu memberikan uang tersebut ke bartender di dekatnya. Ia gerakkan badannya mendekati Jaemin untuk mengambil kacamata miliknya. Tungkai kakinya yang lemas, buatnya tersandung dan tersungkur tepat di paha iblis yang dianggapnya sebagai manusia.

Lampu temaram diskotik dan jarak pandangnya yang kabur tanpa alat bantu, buat Renjun bingung. Ia arahkan tangannya ke sembarang tempat, guna dapatkan pegangan sebelum dapat berdiri dengan sempurna.

Jaemin menggeram tertahan. Bagaimana tidak? Laki-laki bodoh di depannya ini asal pegang saja. Dengan seenaknya menggenggam penisnya kuat, lalu menekannya tanpa dosa.

Renjun berhasil gapai meja bartender di samping kanan atasnya. Ia tumpukan badannya menggunakan lengannya. Setelahnya, ia mencari lagi kacamatanya dengan penglihatannya yang terbatas.

“Tadii ada dhisinniih. Kok bishaa hillaangg. Aishhh” Renjun terdengar frustasi. Tatapannya beralih ke Jaemin, “khauu!!! Manushiaa paling manizzz yang khutemui malam ini. Tapi sayanggg, akhuu takmauu laghii dengan manushiaa. Chappeeek!! Seks dengan merekahhh—Tak buatku puashh!! Mhauu ke goaa sajahh. Bhiarr ketemhuu iblishh. Heheee”

Mata Jaemin berkilat tajam. Pupilnya berubah warna seketika menjadi merah terang.

“WHOAAAA matamhhu mhiripp lampu diskothikkkk. Berwharnaa mher—Hmmmpp” Jaemin segera tutup mulut lelaki yang makin banyak bicara ini dengan satu tangannya.

“Khwww phwwt mhwww mngggjkkw brchnnttt khnnnn hhh—”

Jaemin mulai rasakan ketertarikan untuk bermain-main sebentar dengan manusia bodoh berkelakuan minus di hadapannya.

“Ya. Kudengar kau tak ingin bercinta lagi dengan manusia. Aku bukan manusia” bisik Jaemin di telinga Renjun yang buat Renjun bergidik ngeri.

Efek alkohol masih bercokol di otaknya, tapi Renjun bisa rasakan sosok di depannya ini punya daya magis yang berbeda secara mendadak.

“Khalauu kauu bukhaan manusiaaa. Laluuu aphaaa?” tanya Renjun dalam hatinya yang bisa didengar oleh Jaemin.

“Ikut denganku dan cari tau sendiri” bisik Jaemin lagi.

Bulu kuduk Renjun makin meremang. Dua sisi bahunya terangkat, efek kalimat Jaemin barusan.

***

Renjun pasrah saja diajak Jaemin ke salah satu hotel bintang 5 yang memiliki ruangan VVIP. Ia berada dalam posisi yang menurutnya sangat memalukan sedari tadi. Badannya terletak sempurna di bahu Jaemin. Ah ya, mereka sudah saling bertukar nama saat dalam perjalanan menuju ke hotel.

Jaemin menggendong badan mungil Renjun seperti sedang membawa sekarung beras. Sangat enteng baginya. Kekuatan dirinya sebagai iblis, jauh berkali lipat lebih besar dibandingkan dengan manusia.

Ketika sudah berhasil masuk ke dalam kamar hotel, Jaemin posisikan Renjun untuk duduk di tepi kasur dan menunggu Renjun sadar seutuhnya. Jaemin bersender di dinding, menatap Renjun, si manusia bodoh yang mengata-ngatainya tadi.

“Uhh—Kepalaku sakit”

“Dasar manusia bodoh”

Renjun menjelingkan matanya ke arah Jaemin, “siapa yang kau bilang bodoh?!”

“Siapa lagi manusia yang katanya mau bercinta dengan iblis? Kau kan?” Jaemin hampiri Renjun dengan aura kelam.

“Memangnya kenapa kalau aku mau bercinta dengan iblis hah?!”

“Hahaha” Jaemin tergelak. “Apa alasanmu?”

“Kenapa kau mau tau?! Memangnya kau iblis?!” tanya Renjun lantang dan menantang.

Jaemin tersenyum sinis. Ia merubah pupilnya menjadi merah kembali. Surainya turut berubah menjadi merah keemasan. Pakaian yang digunakannya tiba-tiba hilang seketika, kedua sisi punggungnya memunculkan sayap berwarna hitam pekat.

Renjun membelalakkan matanya dan menutup mulutnya menggunakan dua tangan kecilnya. Yang paling mengagetkan bagi Renjun, di leher Jaemin terdapat simbol yang tak dimengertinya dan memunculkan sinar kemerahan, sedangkan di dada Jaemin penuh dengan tulisan seperti ditato. Dua tanduk kecil juga muncul tepat di kepala Jaemin.

“Kutanya padamu. Kenapa kau ingin bercinta dengan iblis?” suara Jaemin terdengar lebih berat daripada sebelumnya, buat Renjun makin sakit kepala.

“A—aku benci dengan manusia!”

“Huh?”

“Semua manusia yang kutemui sebelumnya, hanya kejar kepuasan birahinya sendiri! Terlalu egois! Dalam bercinta harusnya keduanya sama puasnya! Bukan satu pihak saja!!” Renjun malah terdengar seperti sedang curhat pada Jaemin.

“Lalu?”

“Aku trauma bercinta dengan manusia”

“Aaa—Seperti itu ternyata” Jaemin bersidekap dada. “Memangnya bercinta dengan iblis bisa berikan kau kepuasan?”

Renjun menunduk, “aku belum pernah mencobanya. Lagipula sebelumnya—aku tak pernah bertemu dengan—Iblis betulan—” diarahkannya tatapannya pada Jaemin.

Mata mereka bertemu. “Mari kita coba. Persiapkan dirimu dengan baik.”

“Memangnya kau bisa berikan aku kepuasan yang kumau?” kalimat itu muncul dari mulut Renjun tanpa bisa direm.

Manusia satu ini ternyata tak terlalu bodoh, bahkan begitu lugas. Jaemin berbicara dengan dirinya sendiri.

“Kalau aku bisa, kau harus jadi milikku selamanya”

Aku ragu kau bisa memuaskanku Renjun berkata dalam hatinya yang tentu saja bisa di dengar oleh Jaemin dan memancing ledakan emosi dari sisi iblisnya.

Ia selalu saja asal bicara—

Jaemin hampiri Renjun yang masih terduduk di pinggir ranjang. Diangkatnya tubuh lelaki yang posturnya lebih kecil darinya dan digendongnya dengan posisi koala.

“H—hey!!”

Jaemin pepetkan Renjun ke dinding. “Kekuatanku berbeda dengan manusia. Jika kau rasakan tak kuasa, alihkan pada apa pun yang bisa buatmu tak terlalu sakit. Aku akan tunjukkan bagaimana iblis bisa memuaskan manusia.”

Yayaya, coba saja. Manusia yang lain juga berbicara sama, ujung-ujungnya cuma pedulikan diri mereka sendiri. Renjun berujar lagi dalam hatinya.

Jaemin sebelumnya kesal, tapi malah berubah jadi gemas. Manusia di depannya ini terlalu berbeda dibandingkan dengan yang lain.

“Kau tau?”

“Apa?”

“Kau itu menggemaskan.”

Tepat setelah mengatakan kalimat barusan, Jaemin mulai mengabsen area wajah Renjun dengan mengecupi hidung Renjun pelan. Ia kemudian beralih mengecup pipi Renjun di bagian kanan dan kiri secara bergantian tanpa tergesa. Jaemin turunkan kecupannya ke philtrum milik Renjun, menahan bibirnya lama di sana sembari menatap manik hazel lelaki di depannya yang sibuk berkedip dengan cepat.

“Kenapa lagi?” tanya Renjun kebingungan karena risih ditatap Jaemin, si iblis yang tampangnya memang diakui Renjun sangat manis.

“Pipimu merona. Kau lucu”

Hanya dua kata yang terlontar dari mulut Jaemin, tapi berhasil berikan gelanyar aneh pada hati Renjun.

Iblis ini gila ungkap Renjun dalam hatinya.

Jaemin tersenyum kecil mendengar isi hati Renjun. Bibir Renjun mulai dijamahnya. Renjun kira, Jaemin akan memperlakukannya dengan kasar, barbar, seperti manusia lain yang pernah having sex bersamanya. Ternyata tidak. Jaemin memulai pagutannya dengan lembut. Pertama-tama, Jaemin sapa bibir Renjun bagian atas. Disesapnya perlahan yang kemudian berganti menuju bibir bagian bawah. Jaemin basahi kedua belah ranum yang sedikit membengkak itu dengan saliva miliknya. Lidah Jaemin mengetuk baris gigi Renjun yang rapi, buat Renjun secara sadar membuka akses lebih pada mulutnya agar Jaemin bisa bebas merangsek masuk.

Benda lunak tak bertulang milik Jaemin yang sudah berhasil menyapa bagian dalam mulut Renjun mulai dihisap Renjun dengan kuat. Keduanya kini beradu sesap dengan benang liur yang menetes bebas ke dagu masing-masing.

Nafas Renjun semula masih teratur, kini sedikit terengah akibat pergulatan bibirnya dan bibir Jaemin. Renjun sudah sering rasakan bibir milik orang lain, tapi baginya saat ini, punya Jaemin berbeda candunya. Renjun tak bisa untuk tidak menggigit bibir Jaemin.

“Hm-mm” geraman yang ke luar dari Jaemin buat Renjun merinding kembali dan spontan meremat pinggang iblis di depannya ini dengan kuat.

Satu tangan Jaemin menahan badan Renjun yang tertumpu di pinggangnya, tangannya yang lain mengusap bulu-bulu halus yang ada di wajah Renjun. Anakan rambut Renjun dirapikannya ke belakang telinganya. Lidahnya dijulurkan demi membasahi wajah Renjun sampai ke kelopak matanya, kemudian dikecupnya kecil.

“Hngg—Geli!”

Sayap dan tanduk yang tadi ditunjukkannya pada Renjun, sudah hilang kembali, yang tersisa hanya pupil merah serta simbol dan tulisan yang bersarang di badan Jaemin.

Daun telinga Renjun ditiup beberapa kali lalu digigit Jaemin dengan sensual.

“Mmmh” Renjun menggerakkan kepalanya karena kegelian, yang justru malah mengekspos leher jenjangnya. Dirinya rasakan gairahnya semakin tinggi karena tingkah Jaemin barusan.

Setelah puas bermain dengan telinga Renjun, Jaemin arahkan dirinya untuk menyapa salah satu bagian yang menurutnya paling seksi dari tubuh Huang Renjun. Jaemin berikan kecupan-kecupan kecil lalu beralih menjilati tulang selangka Renjun.

“Jaemmm—hmmh” satu lenguhan lolos dari tanpa bisa tertahan dari mulut Renjun.

Jaemin lanjutkan kegiatannya mengekspos kulit tipis Renjun dan memberikan banyak tanda di sana. Pantas saja banyak manusia yang sering fokus dengan kepuasan mereka sendiri jika sudah eksplorasi tubuh Renjun. Bibir tipis Renjun yang manis merekah akibat ciuman, area telinga dan leher yang sensitif, kulit tipis indah yang selama ini dibalut oleh kain penutup, sudah jadi candu tersendiri. Apalagi dengan Renjun yang berada di bawah kukungan orang-orang, yang mendesah, mengerang tanpa jeda. Jaemin makin tak tahan untuk berada di atas Renjun.

Tangan Jaemin membuka perlahan buah kancing yang masih terkait di kemeja Renjun. Setelah berhasil ditanggalkan, kemeja Renjun dibuang sembarang arah. Mata tajam Jaemin menatap bagian atas badan Renjun yang sudah terekspos sempurna.

Renjun mengalihkan wajahnya karena malu melihat Jaemin menatap lapar ke arah tubuhnya.

Jaemin mengarahkan telunjuk dan ibu jarinya ke bibir Renjun, “Ayo hisap jariku, Renjun.”

Renjun turuti kemauan Jaemin. Ia menghisap jari jemari Jaemin layaknya mengemut permen rasa coklat.

Setelah dua jarinya bercampur dengan saliva milik Renjun, Jaemin sapa kulit Renjun dengan telunjuk yang turun perlahan dari leher lalu berhenti tepat di kedua gundukan yang terpampang sempurna seperti minta disentuh. Telunjuk dan ibu jari Jaemin bermain di sana. Menggesek, mengelus, memberikan gerakan memutar dan diakhiri dengan cubitan kecil.

“Oh—Jaemin!!” Renjun spontan semakin membusungkan dadanya. Terlalu menikmati sentuhan tangan Jaemin.

Seperti ditawarkan untuk menikmati lebih, Jaemin lepaskan jemarinya dari gundukan kecoklatan yang semakin mengeras. Jaemin kini gunakan lidahkan kembali untuk mengisap puncak Renjun sampai puas.

Renjun di atasnya mendongak, menggigit bibirnya frustasi agar tak mengeluarkan desahan demi desahan. Sayangnya Jaemin tau isi hatinya. Ketika gigi Jaemin berhasil menggigit gundukan coklat milik Renjun, desahan Renjun lolos kembali.

“Ah!”

Ujung bibir Jaemin menyunggingkan senyuman kecil. Lidahnya menyapa gundukan lain yang belum tersentuh. Melakukan hal yang sama dan Renjun merasa semakin gila hanya karena aksi benda tak bertulang milik Jaemin.

Puas bermain dengan dua puncak yang sudah mengeras sempurna, Jaemin gunakan jemarinya lagi untuk sentuh kulit Renjun sampai ke area perut. Bulu-bulu halus yang ada di sana, tarik perhatian Jaemin. Jaemin memberikan tiupan di pusar Renjun, buat badan Renjun bergetar.

“Ngghak—jangan disituhh—Jaemm
”

Larangan adalah perintah. Tanpa aba-aba, Jaemin kecup perut Renjun, berikan jilatan lagi dengan lidahnya. Dibasahinya pusar Renjun dengan salivanya. Jaemin baru tau, area pusar adalah titik sensitif lain di tubuh Renjun. Jaemin rasakan area vital Renjun semakin mengeras dibalik celana jeans abu-abunya. Bukan iblis namanya jika tak bisa menggoda manusia. Dengan gerakan pelan, Jaemin adu kepunyaannya dengan milik Renjun, menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah.

“Jaemin!! Jaemin!!” Renjun melengking keras. Miliknya dirasa sudah ingin ke luar. Terkutuklah Jaemin, iblis laknat yang bisa buatnya seperti ini.

Paham dengan reaksi Renjun, Jaemin santai mengangkat tubuh Renjun lebih tinggi dan membuka jeans yang sedari tadi menjadi penghalang bagian vital Renjun yang sudah ingin keluarkan cairannya. Berhasil buat Renjun telanjang seutuhnya, Jaemin tatap alat vital Renjun yang mengacung sempurna dan sudah lumayan basah. Tangannya membelai milik Renjun di bawah dan menggelitiknya.

Nafas Renjun terputus-putus. Pikirannya berantakan. Pening mendera kepalanya akibat gerakan tangan Jaemin yang buatnya keenakan.

Jaemin turunkan Renjun dari rengkuhannya. Ia tau bahwa Renjun sudah mulai lemas, maka tangannya menahan tubuh Renjun yang menempel di dinding.

“Lebarkan pahamu yang mulus ini, Renjun” titah Jaemin tegas.

Renjun turuti permintaan Jaemin.

Jaemin meremas paha Renjun geram. Ibu jarinya semakin masuk ke paha bagian dalam milik Renjun. Menyentil benda berurat yang menggantung di area tersebut. Mulutnya yang menganggur, mulai bermain lagi di sekitar area vital Renjun, memberikan gigitan demi gigitan yang buat pinggul Renjun bergerak gelisah.

“Jaemin-aahh!” Renjun rasakan aliran darahnya semakin berdesir kencang dan tertumpu di pangkal penisnya. Tetes cairan demi cairan milik Renjun, perlahan terlihat. Tangannya menekan bahu Jaemin sedari tadi.

Jaemin semakin melesakkan lidah panjangnya demi mengitari kepemilikan Renjun yang diyakininya dalam sekali sentuhan akan menyemburkan putihnya.

“Suka dijilatin begini?” pancing Jaemin dengan seringai kecilnya.

Renjun menggeliat dan menggelengkan kepalanya acak.

“Atau aku jilat sekalian sentuh penis kamu aja?”

Jaemin brengsek!

Tanpa aba-aba tangan Jaemin membelai lembut milik Renjun. Ibu jarinya bermain di ujung penis Renjun. Sedang lidah dan mulutnya turut berikan gigitan dan jilatan tiada henti, menggoda area paha bagian dalam.

Sampai ketika Jaemin dengan tangan nakalnya meremas kuat milik Renjun, di saat itulah orgasme Renjun datang dan berserakan di lantai hotel. Di atasnya, Renjun terengah, menumpu dirinya di bahu Jaemin dengan keringat yang tetesnya terasa jatuh di badan Jaemin.

Vibes

Jaemren Oneshot AU~

Tags: Fantasy , NSFW , 🔞 , Explicit Scene , Unprotected Sex, Anal Sex , Harshwords , Sex With Concent , Dirty Talks ,

Note: Mohon jangan kaitkan cerita ini dengan kepercayaan/keyakinan apapun. For fiction purpose only.

Happy New Year 2022 untuk semua yang berhasil buka privatter ini.


Jaemin dilanda kebosanan tingkat tinggi. Mark mengajaknya ke salah satu diskotik dengan tujuan untuk menggoda manusia di penghujung tahun 2021 yang tinggal hitungan beberapa jam lagi. Sebagai salah satu iblis yang punya tugas untuk menyesatkan manusia, harusnya ia senang dengan ajakan Mark malam ini. Akan ada banyak manusia yang oleng dengan tujuannya semula ketika bisikan iblis di sekeliling berhasil mengalahkan norma-norma murni mereka sebagai insan berakal. Yang awalnya hanya ingin turun ke lantai dansa, menikmati riuh musik yang diputar DJ, bisa berubah demi kejar nikmat dunia ketika nafsu mulai menyerang dan akal mulai hilang.

Mark berkelana entah ke mana. Mungkin sudah dapat 'mangsa' untuk digoda. Kemampuan mereka berdua sebagai iblis yang dapat dengarkan isi hati manusia, jadi nilai plus tersendiri. Jika manusianya pegang kuat aturan, maka godaan iblis dihiraukan. Jika goyahnya lebih besar, maka iblis akan senang.

Kelebihan lain yang dimiliki iblis sejenis Jaemin dan Mark adalah mereka bisa memunculkan diri berwujud manusia juga berbaur dengan normal.

Jaemin teguk sekali habis Bourbon di depannya. Matanya mengedar ke sekeliling, guna mencari manusia yang bisa disesatkannya.

Huh? Isi pikiran mereka tak jauh-jauh dari bercinta? Bercinta dengan pacar, bercinta dengan stranger, bercinta di hotel, bercinta di mobil, bercinta di dalam bathub, bercinta dengan iblis. Ckck.

Krrkk...krrkk...Jaemin lanjutkan kegiatan mengunyah es batu setelah berhasil mendengarkan isi hati manusia di sekelilingnya.

Sebentar—Bercinta dengan iblis??? Siapa manusia gila yang mau bercinta dengan iblis?!!!

Jaemin kembali mendengar dengan teliti suara hati manusia yang ada dalam diskotik tempatnya berpijak.

Manusia-manusia brengzhheekkk!!! Eghoiizzz!!! Khaliannn!!! Hanya mau capaiii kepuashann shendirii!!! Sama sajhaaa shemuanyhaah. Lhebhih bhaikk akhuu berchinnta dengan ibliss sekhaliann. Ghoblhokkk.

Bingo.

Jaemin dapatkan sosok manusia yang curi perhatiannya dengan keinginan paling aneh yang pernah didengarnya selama menjadi iblis. Manusia memang ada yang bekerja sama dengan iblis demi tujuan tertentu, tapi dirinya baru sekali ini mendengar ada yang ingin bercinta dengan kalangan iblis.

Apa ini jenis resolusi baru di tahun 2022?? Aneh sekali manusia jaman sekarang Jaemin menggelengkan kepala.

Jaemin bergerak cepat demi berada di samping lelaki yang sudah pasti mabuk ini. Aroma alkohol menguar dari mulutnya.

Pantas saja bicaranya ke mana-mana. Manusianya sedang mabuk ternyata. Akalnya telah hilang. Naluri iblis Jaemin yang awalnya penasaran, musnah seketika. Ia berniat untuk pergi.

Sssraakk...

Kacamata berbingkai cokelat tiba-tiba bergeser ke arahnya.

Ahh, milik lelaki yang ingin bercinta dengan iblis.

“Hheyyy!! Kau!!! Tholongg kacamatakuu yaaa. Di dekat tanganmuhhh” pinta lelaki mungil bernama Huang Renjun yang menoleh ke arah Jaemin dengan mata sayu dan wajah bengkak seperti bakpao.

Jaemin menatapnya malas. Tak ada niatnya membantu menggeser kembali kacamata itu ke arah manusia yang minta tolong padanya barusan.

“Kauuu!! Manushiaa bhodohh!! Tak mendengarkankhuu yaaaah?”

Jaemin meradang. Ia bukan manusia bodoh. Justru laki-laki di hadapannya inilah yang bodoh, bisa-bisanya memanggilnya dengan kalimat rendah seperti itu.

“Hoooyyyy!!! Kacamatakuuuuuu!!! Manushiaa durjanaaa” teriak Renjun lebih kencang. Pancing sekelilingnya menoleh ke arahnya.

Oh! Manusia durjana katanya!! Aku ini iblis! Jaemin menggeram di tempat duduknya, mengambil kacamata milik Huang Renjun dan menggenggamnya kuat.

Renjun yang sedang mabuk, mengeluarkan lima lembar uang nominal seratus ribuan dari blazer hitamnya lalu memberikan uang tersebut ke bartender di dekatnya. Ia gerakkan badannya mendekati Jaemin untuk mengambil kacamata miliknya. Tungkai kakinya yang lemas, buatnya tersandung dan tersungkur tepat di paha iblis yang dianggapnya sebagai manusia.

Lampu temaram diskotik dan jarak pandangnya yang kabur tanpa alat bantu, buat Renjun bingung. Ia arahkan tangannya ke sembarang tempat, guna dapatkan pegangan sebelum dapat berdiri dengan sempurna.

Jaemin menggeram tertahan. Bagaimana tidak? Laki-laki bodoh di depannya ini asal pegang saja. Dengan seenaknya menggenggam penisnya kuat, lalu menekannya tanpa dosa.

Renjun berhasil gapai meja bartender di samping kanan atasnya. Ia tumpukan badannya menggunakan lengannya. Setelahnya, ia mencari lagi kacamatanya dengan penglihatannya yang terbatas.

“Tadii ada dhisinniih. Kok bishaa hillaangg. Aishhh” Renjun terdengar frustasi. Tatapannya beralih ke Jaemin, “khauu!!! Manushiaa paling manizzz yang khutemui malam ini. Tapi sayanggg, akhuu takmauu laghii dengan manushiaa. Chappeeek!! Seks dengan merekahhh—Tak buatku puashh!! Mhauu ke goaa sajahh. Bhiarr ketemhuu iblishh. Heheee”

Mata Jaemin berkilat tajam. Pupilnya berubah warna seketika menjadi merah terang.

“WHOAAAA matamhhu mhiripp lampu diskothikkkk. Berwharnaa mher—Hmmmpp” Jaemin segera tutup mulut lelaki yang makin banyak bicara ini dengan satu tangannya.

“Khwww phwwt mhwww mngggjkkw brchnnttt khnnnn hhh—”

Jaemin mulai rasakan ketertarikan untuk bermain-main sebentar dengan manusia bodoh berkelakuan minus di hadapannya.

“Ya. Kudengar kau tak ingin bercinta lagi dengan manusia. Aku bukan manusia” bisik Jaemin di telinga Renjun yang buat Renjun bergidik ngeri.

Efek alkohol masih bercokol di otaknya, tapi Renjun bisa rasakan sosok di depannya ini punya daya magis yang berbeda secara mendadak.

“Khalauu kauu bukhaan manusiaaa. Laluuu aphaaa?” tanya Renjun dalam hatinya yang bisa didengar oleh Jaemin.

“Ikut denganku dan cari tau sendiri.” bisik Jaemin lagi.

Bulu kuduk Renjun makin meremang. Dua sisi bahunya terangkat, efek kalimat Jaemin barusan.

***

Renjun pasrah saja diajak Jaemin ke salah satu hotel bintang 5 yang memiliki ruangan VVIP. Ia berada dalam posisi yang menurutnya sangat memalukan sedari tadi. Badannya terletak sempurna di bahu Jaemin. Ah ya, mereka sudah saling bertukar nama saat dalam perjalanan menuju ke hotel.

Jaemin menggendong badan mungil Renjun seperti sedang membawa sekarung beras. Sangat enteng baginya. Kekuatan dirinya sebagai iblis, jauh berkali lipat lebih besar dibandingkan dengan manusia.

Ketika sudah berhasil masuk ke dalam kamar hotel, Jaemin posisikan Renjun untuk duduk di tepi kasur dan menunggu Renjun sadar seutuhnya. Jaemin bersender di dinding, menatap Renjun, si manusia bodoh yang mengata-ngatainya tadi.

*“Uhh—Kepalaku sakit.”

“Dasar manusia bodoh”

Renjun menjelingkan matanya ke arah Jaemin, “siapa yang kau bilang bodoh?!”

“Siapa lagi manusia yang katanya mau bercinta dengan iblis? Kau kan?” Jaemin hampiri Renjun dengan aura kelam.

“Memangnya kenapa kalau aku mau bercinta dengan iblis hah?!”

“Hahaha” Jaemin tergelak. “Apa alasanmu?”

“Kenapa kau mau tau?! Memangnya kau iblis?!” tanya Renjun lantang dan menantang.

Jaemin tersenyum sinis. Ia merubah pupilnya menjadi merah kembali. Surai rambutnya turut berubah menjadi merah bercampur emas. Pakaian yang digunakannya tiba-tiba hilang seketika, kedua sisi punggungnya memunculkan sayap berwarna hitam pekat.

Renjun membelalakkan matanya dan menutup mulutnya menggunakan dua tangan kecilnya. Yang paling mengagetkan bagi Renjun, di leher Jaemin terdapat simbol yang tak dimengertinya, tapi memunculkan sinar kemerahan, sedangkan di dada Jaemin penuh dengan tulisan seperti ditato. Dua tanduk kecil juga muncul tepat di kepala Jaemin.

“Kutanya padamu. Kenapa kau ingin bercinta dengan iblis?” suara Jaemin terdengar lebih berat daripada sebelumnya, buat Renjun malah jadi sakit kepala.

“A—aku benci dengan manusia!”

“Huh?”

“Semua manusia yang kutemui sebelumnya, hanya kejar kepuasan birahinya sendiri! Terlalu egois! Dalam bercinta harusnya keduanya sama puasnya! Bukan satu pihak saja!!” Renjun malah terdengar seperti sedang curhat pada Jaemin.

“Lalu?”

“Aku trauma bercinta dengan manusia”

“Aaa—Seperti itu ternyata” Jaemin bersidekap dada. “Memangnya bercinta dengan iblis bisa berikan kau kepuasan?”

Renjun menunduk, “aku belum pernah mencobanya. Lagipula sebelumnya—aku tak pernah bertemu dengan—Iblis betulan—” diarahkannya tatapannya pada Jaemin.

“Mari kita coba. Persiapkan dirimu dengan baik”

“Memangnya kau bisa berikan aku kepuasan yang kumau?” kalimat itu muncul dari mulut Renjun tanpa bisa di rem.

“Kalau bisa. Kau jadi milikku selamanya”

“Aku ragu kau bisa memuaskanku” Renjun berkata dalam hatinya yang tentu saja bisa di dengar oleh Jaemin dan memancing ledakan emosi dari sisi iblisnya.

Jaemin hampiri Renjun yang masih terduduk di pinggir ranjang. Diangkatnya tubuh lelaki yang posturnya lebih kecil darinya dan digendongnya dengan posisi koala.

“H—hey!!”

Jaemin posisikan Renjun memepet ke dinding. Ia majukan pinggul Renjun agar menempel dengan penisnya.

“Kekuatanku berbeda dengan manusia. Jika kau rasakan tak kuasa, alihkan pada apa pun yang bisa buatmu tak terlalu sakit. Aku akan tunjukkan bagaimana caraku bisa memuaskanmu.”

Tepat setelah kalimat panjang dari Jaemin terujar, bibir Renjun mulai dijamahnya. Renjun kira, Jaemin akan memperlakukannya dengan kasar, barbar, seperti manusia lain yang pernah having sex bersamanya. Ternyata tidak. Jaemin memulai pagutannya dengan lembut. Pertama-tama, Jaemin sapa bibir Renjun bagian atas. Disesapnya perlahan yang kemudian berganti menuju bibir bagian bawah. Jaemin basahi kedua belah ranum yang sedikit membengkak itu dengan saliva miliknya.

Jaemren Oneshot AU

Beda yang nyata |


Menuju tiga tahun berpacaran dengan Renjun, tak jadi jaminan bagi Jaemin untuk bisa pahami kekasihnya seutuhnya. Renjun terlalu pendiam untuk Jaemin yang banyak omong. Renjun sangat kalem untuk Jaemin yang barbar. Juga Renjun yang menurut Jaemin masih belum bisa terbuka dengannya walau Jaemin percayakan semua dunianya pada Renjun.

Di kamus Jaemin hanya ada satu kunci, jika hubungannya sudah serius dengan seseorang, maka ia bisa berikan hidupnya bagi orang tersebut. Malunya juga bisa ia tahan demi buat sang pacar bahagia. Kegesrekannya ia tampilkan tanpa cela sampai urat malunya lenyap tak bersisa asalkan Renjunnya bisa tertawa dan bahagia.

Lagi-lagi, dipikiran Jaemin, Renjun bisa memahaminya seperti dirinya memahami kekasihnya. Nyatanya? Entahlah.

Jaemin, ketika dirinya butuh waktu untuk menenangkan sesak di rongga dada akibat kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dan Renjun, tetap simpan semua masalahnya sendiri tanpa libatkan orang lain. Ia tak merasa perlu ada pihak eksternal yang jadi pendengar atas masalahnya dengan Renjun. Cukup ia dan kekasihnya saja yang selesaikan. Sedangkan Renjun? Suka sekali menceritakan kesalahpahaman yang terjadi terkait hubungannya bersama Jaemin dengan orang lain di sekitarnya.

“Kamu ngomong sama mas Doy kalau kita tiga hari lalu sempat berantem?” tanya Jaemin menahan geram.

“Iya. Memangnya kenapa?”

“Aku pikir hal privacy semacam itu nggak perlu diceritakan ke orang lain. Apalagi yang isinya kita lagi berantem”

“Tapi sekarang kita kan nggak lagi berantem, Jaem. Harusnya nggak masalah”

“Kamu nggak menjelaskan keutuhan ceritanya, Ren. Mas Doy ngiranya kita masih berantem hingga detik ini. Aku dihubungin, disuruh baikan sama kamu. Kita nggak boleh berantem lebih dari tiga hari”

“Mas Doy salah tangkap berarti”

“Ya kamu harusnya ngga perlu ember ke orang lain! Kenapa sih suka banget nyeritain bagian yang berantem gini?!”

“Kamu terlalu membesarkan yang nggak perlu dibesarkan, Jaem”

***

Renjun ceritakan pada salah satu orang terdekatnya, Haechan, tentang dirinya yang tak dapatkan balasan jawaban di akhir konversasi chat bersama Jaemin.

“Jaemin kayanya marah sama aku deh. Pesan terakhirku nggak dibalasnya. Aku juga nggak dapat kabar beberapa hari dari dia. Kamu ada urusan sama Jaemin kan? Nanti tolong tanyain ke Jaemin, jadi ngerayain tahun baru nggak sama aku?”

“Oke. Nanti aku tanyain” jawab Haechan simpel.

From Haechan: Lo dapat pesan dari Renjun. Dia nanya, jadi tahun baruan nggak? Soalnya kalian berdua lagi berantem kan?

Jaemin mendelik tajam saat terima pesan dari Haechan.

Berantem?? Siapa yang berantem?? Perasaan, gw baik-baik aja sama Renjun.

Jaemin kepalang kesal. Ia kirimkan pesan ke pacarnya.

From Jaemin: Kapan kita berantem??? Kamu mau kita berantem??? Pakai minta tolong ke Haechan nanyain tentang agenda tahun baru kita! Emangnya kamu nggak bisa nanya ke aku sendiri ya?? Sesusah itu, Renjun???

Renjun kaget terima pesan perdana setelah berhari-hari tiada konversasi antara dirinya dengan Jaemin.

From Renjun: Aku pikir kamu marah sama aku. Makannya aku bilang ke Haechan kalau kita berantem...

From Jaemin: Jun, udah berapa lama sih kita pacaran? Siapa yang paling vokal tentang perasaan masing-masing selama ini? Aku kan? Tiap aku rindu, aku bilang sama kamu. Tiap aku kesal, aku kabari kamu. Bahkan aku lagi marah pun, aku kasih tau kamu. Kurang terbuka apa sih aku ke kamu???

From Renjun: Soalnya kamu nggak balas pesan terakhirku, Jaem...

From Jaemin: Kamu juga sering nggak reply pesan aku! Akunya biasa aja kan. Nggak mikir aneh-aneh. Ini kenapa kamu sampai ceritain lagi ke orang lain kalau kita berantem?! Padahal sebenarnya kita nggak! Nanti orang lain salah paham lagi ke kita, Renjun!!!

From Renjun: Itu cuma hal kecil, Jaemin. Kamu selalu aja nganggap hal kecil jadi besar. Biasa aja kenapa sihhh!!!

Jaemin lempar ponselnya ke sembarang arah. Ia tak tau harus menanggapi Renjun seperti apa.

***

Penghujung tahun, biasanya Jaemin dan Renjun selalu melakukan sesi tukar surat yang tema suratnya disesuaikan dengan kesepakatan masing-masing. Jaemin selalu jadi pihak yang paling excited. Tahun sebelumnya, juga Jaemin yang berinisiasi demi mendapatkan moment tahun baru yang indah bersama pacarnya, juga saling mengingatkan resolusi yang harus dijalankan di tahun berjalan. Tetapi ada satu hal yang Jaemin pertanyakan dalam dua tahun berturut-turut, ketika dirinya persiapkan surat untuk Renjun sebaik mungkin, Renjun tulis suratnya tepat di tanggal 31 Desember, di depannya langsung.

“Aku aja udah siapin surat buat kamu dari beberapa hari sebelumnya. Kamu malah ngerjain suratnya di depan aku” Jaemin memanyunkan bibirnya yang ditanggapi dengan tawa oleh Renjun.

“Aku kan bisa nulis on the spot. Lagian yang aku tulis juga intinya aja. Emangnya kamu! Nulis sampai berlembar-lembar. Ckck”

“Ya nggak apa dong. Aku kan menghargai semua momenku sama kamu. Biar tahun depan, suratnya bisa kita bawa lagi, lalu kita baca ulang deh. Kan lucu, Jun”

“Iya, lucu, iya.”

Percakapan itu terjadi di akhir tahun 2020. Tahun ini, Jaemin sudah persiapkan suratnya. Ia sempatkan untuk mengingatkan Renjun tentang agenda tukar surat akhir tahun mereka di tanggal 29 Desember 2021.

“Jun, kamu udah siapin suratnya?”

“Belum. Ntar aja juga bisa kan” jawab Renjun datar.

Jaemin tarik nafasnya panjang, “kamu sebenarnya niat nggak mau tukaran surat sama aku?” tanyanya baik-baik.

“Aku terpaksa”

Jaemin diam.

“Jadi yang tahun-tahun sebelumnya?”

“Iya aku terpaksa nulisnya”

Jaemin diam lagi. Ia coba tenangkan dirinya sejenak, tapi terlanjur emosi.

“Aku butuh waktu untuk tenang. Nanti aku hubungin kamu lagi. Kepala aku lagi panas sekarang. Udah dulu ya.”

Konversasi selesai. Jaemin tutup wajahnya menggunakan bantal tidurnya.

“Ren, kalau memang kamu nggak mau ngelakuinnya. Ya nggak usah. Bilang dari awal kamu terpaksa.”

Tepat di tanggal 30 Desember 2021, Jaemin mulai konversasi dengan Renjun lagi.

From Jaemin: Kita nggak usah agendain tukar surat lagi. Lakuin aja apa yang bikin kamu nggak terpaksa untuk ngelakuinnya.

From Renjun: Kamu marah?

From Jaemin: Nggak. Hanya nggak habis pikir aja, aku taunya kamu terpaksa setelah hampir tiga tahun. Lucu aja. Hal sepenting itu nggak kamu kasih tau ke aku.

From Renjun: Itu nggak penting, Jaem.

From Jaemin: Penting, Ren! Kamu udah nggak jujur dari awal. Kalau memang kamu nggak mau, kan kita bisa hapus aja agenda tukar suratnya. Ngapain kamu ngelakuin sesuatu yang terpaksa?

From Renjun: Apa susah ya ngebiarin hal kaya gini ngalir gitu aja? Aku nggak ngerasa ini perlu dibesar-besarkan, Jaem.

From Jaemin: Nggak ada yang ngebesar-besarin. Aku cuma mau kamu kasih tau dari awal, jangan iya-iya tapi malah terpaksa, nggak suka. Kesannya aku yang egois selama ini maksain sesuatu ke kamu. Aku nggak mau begitu.

From Renjun: Yaudah. Maaf. Kita makin jelas bedanya ya, Jaem.

Jaemin robek surat yang sudah disiapkannya setelah selesai membaca pesan terakhir dari Renjun. Ia tau, sedari awal mereka memang banyak perbedaan, tapi tetap diusahakannya untuk mengerti. Hanya saja, apakah dari sekian banyak perbedaan yang ada, sangat susah untuk berkata jujur???

Let Me In

Jaemren oneshot au 18 coret >Tags: fantasy , explicit scene , kiss scene , anal sex , age gap , dll


Jaemin tidaklah paham, mengapa Dewa Langit memintanya untuk turun ke Bumi dan mengikuti salah satu manusia bernama Huang Renjun.

“Manusia harusnya bisa jaga hasrat. Terlalu banyak kebodohan yang mereka ciptakan karena tak pandai menahan hawa nafsunya” ujar Jaemin, kala beradu dengan Sang Dewa.

“Kamu tak akan paham, Na Jaemin. Tiada nafsu yang diberikan untuk jenismu. Berbeda dengan manusia”

“Tetap saja. Menurutku, mereka semua yang tunduk dengan nafsunya, adalah jenis manusia yang bodoh!”

“Kalau begitu, kau Kuturunkan ke Bumi. Ikuti salah satu manusia di sana, dan kau akan temukan jawabannya”

“Tidak perlu!”

“Mulai besok. Rasakan bedanya ketika kau memiliki nafsu” ujar Sang Dewa.

Renjun sudah pernah katakan, “No public affection, Na. Kamu itu kalau meluk, suka nggak liat tempat. Aku nggak mau!”

Jaemin angguk-angguk kecil. Bagaimana ia bisa tahan mengabaikan sang kekasih tercinta yang selalu dipujanya setiap jam, menit, detik itu.

“Jangan angguk-angguk aja! Dengerin aku! Kalau kamu bablas meluk aku lagi depan umum, aku puasa ngomong sama kamu!” ancam Renjun dengan raut wajah yang lucu.

“Iyaaaaa-iyaaaa. Aku ikutin apa kata kamu deh” Jaemin cubit pipi Renjun sebelum mereka berangkat ke kampusnya.

Ada flashmob yang akan diselenggarakan besok pagi di kampus. Jaemin dan Renjun ikut andil jadi pesertanya.

Panitia flashmob mengadakan latihan bersama malam ini. Semua peserta berkumpul di lapangan area kampus.

Siapa yang akan tau jika suhu dingin saat ini berkali-kali lipat dibandingkan sebelumnya.

Jaemin beberapa kali perhatikan Renjun yang berusaha halau dingin di badannya dengan mengibas-ngibaskan tangannya ke udara, melompat-lompat, juga menggosokkan telapak tangannya dan menempelkannya ke wajahnya.

Suasana masih ramai dan semakin malam. Panitia memberikan waktu istirahat lima menit sebelum latihan terakhir dimulai. Jaemin sudah kepalang tak tenang lihat Renjunnya kedinginan.

Nanti kalau melukin Renjun, beneran dicuekin—tapi doi lagi kedinginan...Ahh gak bisa dibiarin! Perkara Renjun mau diemin, itu urusan nanti. Jaemin akhirnya tegaskan dirinya sendiri dan berlari demi mencari sesuatu.

“Renjunieee, ke sini sayang” panggil Jaemin lembut setelahnya.

Renjun lihat Jaemin tergopoh-gopoh membawa selimut bermotif kotak abu putih yang lumayan panjang dan tebal.

“Sini aku hangatin kamu.” Jaemin tarik pelan tangan Renjun ke sisinya. Ia bentangkan selimut yang dipegangnya, lalu dibalutkan ke tubuh kekasihnya dari belakang sambil memeluk Renjun erat.

“E-eeh kamu ngapain??” tanya Renjun panik.

“Udaaah. Udara lagi dingin sayang. Kamu nanti menggigil. Aku nggak mau kamu masuk angin yaaa” jawab Jaemin dengan nada penuh sayang.

Renjun akui dirinya memang kedinginan sedari tadi. Ia bersyukur Jaemin dapatkan selimut entah darimana muasalnya, sehingga tubuhnya menghangat kembali. Namun dirinya juga ingat, mereka berada di depan umum dan Jaemin sedang mendekapnya dari belakang.

“Na, ini ramai” cicit Renjun.

“Terus kenapa kalau ramai?”

“Emm—” Renjun bingung menjawabnya dan Jaemin terkekeh di belakangnya.

“Soal no public affection ya? Duh, buat sekarang aku nggak bisa, Ren. Proritasku ya kamu. Aku nggak bisa liat kamu menggigil. Maunya aku, kamu tetap hangat. Kalau nanti kamu mau hukum aku, terserah. Yang penting kamu sekarang aman dalam pelukan aku.”

Jangan tanya perasaan Renjun sekarang. Dia lagi nunduk sambil senyum malu karena Jaeminnya. Bukan Renjun nggak suka dipeluk sama Jaemin atau terima afeksi di depan umum dari sang kekasih, tapi Jaemin suka nggak nanggung-nanggung kalau udah perhatian gini. Bikin sekelilingnya iri. Yang paling parah adalah bikin jantungnya juga mau lompat!

“Ngga papa. Peluk aja. Aku emang kedinginan, Na. Aku senang kok dipelukin sama kamu” Renjun berujar pelaaaaaan sekali.

Jaemin? Sudah pasti dengar sambil tersenyum, karena sedari tadi, kepala Jaemin nangkring di bahunya Renjun.

“Kalau kamu senang. Kita latihan flashmob sambil pelukan aja ya yangggg. Ehehehh.”

Jaemin Renjun sudah 8 tahun membina hubungan pacaran. Kalau kata mitos yang beredar, 5 tahun pertama adalah fase godaan selingkuh, 5 tahun selanjutnya adalah fase jenuh. Awalnya mereka tak percaya, “Yang jalanin kan gw sama Renjun. Mitos gituan gak bakal mempan sama kita” jawab Jaemin pede.

Masuk di fase tahun ke-6, Jaemin dan Renjun sudah rasakan malas jalani aktivitas berduaan. Biasanya dimana ada Renjun, disitu ada Jaemin, begitu pula sebaliknya.

“Aku makan sendiri ya” ujar Renjun menelepon Jaemin duluan.

“Jadi gak perlu disamperin nih?”

“Nggak usah deh. Fakultas kita jauh. Ntar kamu capek”

Loh??? Biasanya sejauh apa pun jaraknya, mereka berdua akan usahakan bertemu. Tiada alasan dibaliknya. Hujan angin juga ditempuh. Yang penting bisa berdua.

“Oke deh, Ren.”

Di moment yang lain, saat Renjun sibuk dengan organisasi seni di kampusnya, Jaemin akan menunggunya sampai selesai.

“Aku udah selesai kelas, rada mumet otaknya pas materi Pajak tadi. Kamu selesai organisasi jam berapa, Ren?”

“Mmmm—” Renjun cek sebentar list to do nya di grup organisasi, “Jam 17.30.”

“Aku ke kos duluan gapapa? Kamu bisa sendiri kan?”

“Bisa kok. Duluan aja, Jaem”

“Ok.”

Jadwal kuliah Jaemin memang padat sampai sore, sedangkan Renjun padat organisasi, tapi sebelumnya, mereka tetap saling menunggu satu sama lain walau sepadat dan seletih apapun kondisinya.

Masuk di fase tahun ke-7, Jaemin dan Renjun mulai lupakan kebiasaan pasangan masing-masing.

“Loh Ren, kok kamu orderin jus strawberry ke aku?”

“Emangnya kenapa?” Renjun bingung.

“Aku kan gak bisa konsumsi semua yang berkaitan dengan strawberry. Kamu lupa ya?”

“Oh iya. Maaf. Tadi aku gak fokus mesannya. Kasih yang lain aja. Mau dipesanin apa kamunya?”

“Aku pesan sendiri aja deh”

“Yaudah”

Renjun harusnya mengingat apa yang tak bisa dikonsumsi oleh Jaemin. Biasanya, saat mereka makan berdua, Renjun akan jadi pihak pertama yang memastikan makanan atau minuman Jaemin tak ada mengandung olahan strawberry sama sekali.

“Kamu kok nggak langsung buang sampah ke tempatnya sih, Jaem?”

“Huh? Masa iya?”

“Itu snack kamu berserakan di meja belajar aku” rutuk Renjun kecil.

“Sorry. Aku lupa. Biarin aja dulu di situ. Ntar aku bersihin.”

Jaemin sedang memainkan PUBG di ponselnya. Dulu, tanpa disuruh, Jaemin akan bereskan apa-apa saja yang kotor ketika menyambangi kosan Renjun, karena Jaemin tau Renjun anaknya pembersih. Jaemin tak pernah lupa walau sekali pun akan hal itu.

Masuk di fase tahun ke-8, Jaemin dan Renjun tak lagi paham apa arti hubungan mereka sebenarnya.

“Kita nggak usah ketemu dulu ya, Jaem. Aku capek”

“Sama”

Saat berduaan, Jaemin dan Renjun paling anti memegang ponsel masing-masing. Prinsip mereka, apapun akan dibicarakan dimulai dari hal terandom sampai yang serius. Ponsel boleh digunakan ketika ada panggilan penting. Bukan seperti sekarang, mereka baru bisa bertemu di Sabtu malam setelah sibuk dengan kegiatan masing-masing di hari sebelumnya. Tapi, ada yang berbeda dari pertemuan hari ini, sedari awal mata mereka tak lepas dari layar ponsel. Berbicara pun hanya sekedarnya, menanggapi seadanya.

“Kita nggak ada yang mau dibahas lagi kan?” tanya Jaemin tiba-tiba.

“Nggak ada sih. Kenapa?”

“Aku pulang ya.”

“Oke. Hati-hati di jalan.”

Begitulah percakapan mereka saat bertemu di akhir minggu. Sampai pada akhirnya mereka sadar, bahwa hubungan keduanya tak lagi ‘berisi dan berbobot’ seperti dulu. Mereka pertanyakan eksistensi perasaan masing-masing antara satu sama lain.

“Jaem” / “Ren”

Keduanya terhenyak, lalu menghela nafas.

“Kamu duluan” pinta Renjun akhirnya.

Jaemin tegakkan duduknya di sandaran kursi, “Aku bosan sama kamu”

“Sejak kapan?” tanya Renjun datar.

“Dalam beberapa bulan terakhir. Aku gak bisa lagi dapat feelnya waktu sama kamu. Aku gak ngerti sama hubungan kita”

“Sama. Aku juga, Jaem. Aku udah coba munculin alasan ini dan itu demi bisa bertahan lama sama kamu. Tapi makin aku cari alasannya, makin gak ketemu. Aku gak tau tujuan dari hubungan kita ini apa dan aku nggak mau ini berlanjut terlalu lama”

“Kayaknya hati kita udah sama-sama kosong ya, Ren?”

“Bukan kayaknya, tapi iya. Memang udah kosong”

“Jadi mau kamu gimana?”

“Kita berhenti sampai di sini ya?”

“Oke. Kita akhiri aja. Makasih buat semuanya ya, Ren.”

***

Jaemin Renjun sudah 8 tahun membina hubungan pacaran. Kalau kata mitos yang beredar, 5 tahun pertama adalah fase godaan selingkuh, 5 tahun selanjutnya adalah fase jenuh. Awalnya mereka tak percaya, “Yang jalanin kan gw sama Renjun. Mitos gituan gak bakal mempan sama kita” jawab Jaemin pede.

Masuk di fase tahun ke-6, Jaemin dan Renjun sudah rasakan malas jalani aktivitas berduaan. Biasanya dimana ada Renjun, disitu ada Jaemin, begitu pula sebaliknya.

“Aku makan sendiri ya” ujar Renjun menelepon Jaemin duluan.

“Jadi gak perlu disamperin nih?”

“Nggak usah deh. Fakultas kita jauh. Ntar kamu capek”

Loh??? Biasanya sejauh apa pun jaraknya, mereka berdua akan usahakan bertemu. Tiada alasan dibaliknya. Hujan angin juga ditempuh. Yang penting bisa berdua.

“Oke deh, Ren.”

Di moment yang lain, saat Renjun sibuk dengan organisasi seni di kampusnya, Jaemin akan menunggunya sampai selesai.

“Aku udah selesai kelas, rada mumet otaknya pas materi Pajak tadi. Kamu selesai organisasi jam berapa, Ren?”

“Mmmm—” Renjun cek sebentar list to do nya di grup organisasi, “Jam 17.30.”

“Aku ke kos duluan gapapa? Kamu bisa sendiri kan?”

“Bisa kok. Duluan aja, Jaem”

“Ok.”

Jadwal kuliah Jaemin memang padat sampai sore, sedangkan Renjun padat organisasi, tapi sebelumnya, mereka tetap saling menunggu satu sama lain walau sepadat dan seletih apapun kondisinya.

Masuk di fase tahun ke-7, Jaemin dan Renjun mulai lupakan kebiasaan pasangan masing-masing.

“Loh Ren, kok kamu orderin jus strawberry ke aku?”

“Emangnya kenapa?” Renjun bingung.

“Aku kan gak bisa konsumsi semua yang berkaitan dengan strawberry. Kamu lupa ya?”

“Oh iya. Maaf. Tadi aku gak fokus mesannya. Kasih yang lain aja. Mau dipesanin apa kamunya?”

“Aku pesan sendiri aja deh”

“Yaudah”

Renjun harusnya mengingat apa yang tak bisa dikonsumsi oleh Jaemin. Biasanya, saat mereka makan berdua, Renjun akan jadi pihak pertama yang memastikan makanan atau minuman Jaemin tak ada mengandung olahan strawberry sama sekali.

“Kamu kok nggak langsung buang sampah ke tempatnya sih, Jaem?”

“Huh? Masa iya?”

“Itu snack kamu berserakan di meja belajar aku” rutuk Renjun kecil.

“Sorry. Aku lupa. Biarin aja dulu di situ. Ntar aku bersihin.”

Jaemin sedang memainkan PUBG di ponselnya. Dulu, tanpa disuruh, Jaemin akan bereskan apa-apa saja yang kotor ketika menyambangi kosan Renjun, karena Jaemin tau Renjun anaknya pembersih. Jaemin tak pernah lupa walau sekali pun akan hal itu.

Masuk di fase tahun ke-8, Jaemin dan Renjun tak lagi paham apa arti hubungan mereka sebenarnya.

“Kita nggak usah ketemu dulu ya, Jaem. Aku capek”

“Sama”

Saat berduaan, Jaemin dan Renjun paling anti memegang ponsel masing-masing. Prinsip mereka, apapun akan dibicarakan dimulai dari hal terandom sampai yang serius. Ponsel boleh digunakan ketika ada panggilan penting. Bukan seperti sekarang, mereka baru bisa bertemu di Sabtu malam setelah sibuk dengan kegiatan masing-masing di hari sebelumnya. Tapi, ada yang berbeda dari pertemuan hari ini, sedari awal mata mereka tak lepas dari layar ponsel. Berbicara pun hanya sekedarnya, juga dengan tanggapan seadanya.

“Kita nggak ada yang mau dibahas lagi kan?” tanya Jaemin tiba-tiba.

“Nggak ada sih. Kenapa?”

“Aku pulang ya.”

“Oke. Hati-hati di jalan.”

Begitulah percakapan mereka saat bertemu di akhir minggu. Sampai pada akhirnya mereka sadar, bahwa hubungan keduanya tak lagi ‘berisi dan berbobot’ seperti dulu. Mereka pertanyakan eksistensi perasaan masing-masing antara satu sama lain.

“Jaem” / “Ren”

Keduanya terhenyak, lalu menghela nafas.

“Kamu duluan” pinta Renjun akhirnya.

Jaemin tegakkan duduknya di sandaran kursi, “Aku bosan sama kamu”

“Sejak kapan?” tanya Renjun datar.

“Dalam beberapa bulan terakhir. Aku gak bisa lagi dapat feelnya waktu sama kamu. Aku gak ngerti sama hubungan kita”

“Sama. Aku juga, Jaem. Aku udah coba munculin alasan ini dan itu demi bisa bertahan lama sama kamu. Tapi makin aku cari alasannya, makin gak ketemu. Aku gak tau tujuan dari hubungan kita ini apa dan aku nggak mau ini berlanjut terlalu lama”

“Kayaknya hati kita udah sama-sama kosong ya, Ren?”

“Bukan kayaknya, tapi iya. Memang udah kosong”

“Jadi mau kamu gimana?”

“Kita berhenti sampai di sini ya?”

“Oke. Kita akhiri aja. Makasih buat semuanya ya, Ren.”

***

Renjun pikir, dengan mengikuti saran Haechan, hatinya bisa sedikit tenang karena perasaannya telah tersampaikan. Nyatanya, salah besar.

“Perasaan cinta itu bisa muncul dari berbagai sisi, Ren. Daripada ditahan, lebih baik utarakan aja. Nanti lo mati penasaran” ujar Haechan saat dulu yang ditelannya mentah-mentah.

Jadi, waktu Renjun beranikan diri ajak Jaemin duduk berduaan di pojok kantin yang sepi dan memulai percakapan serius tentang perasaannya yang mulai berubah dari sahabat jadi cinta, Renjun kira semuanya selesai dengan indah.

“Ren, gimana bisa kamu suka sama aku? Jelas-jelas kita sahabatan udah lama” Jaemin tak percayai ucapan Renjun.

“Aku beneran suka sama kamu, Na. Lagipula, gak ada yang salah dengan suka sahabat sendiri kan?”

“Salah, Ren. Akunya gak bisa suka sama kamu.”

Case closed.

Selesai menelepon Renjun, Jaemin segera temui kekasihnya yang sedang berdiri di salah satu sudut gang dengan blazer coklat panjang, topi kupluk, serta tangannya yang menggenggam iPhone Sierra Blue kepunyaannya dan langsung memeluknya erat walau dua tangannya berisi tentengan Americano dan macaron untuk dirinya dan Renjun.

Renjun letakkan wajahnya di bahu sang kekasih. Mendiamkannya lama di sana. Jaemin elus punggung Renjun dengan lengannya agar barang bawaannya tak jatuh mengenai pakaian Renjun.

“Na, aku capek...” Renjun akhirnya bersuara. “Aku iseng liat Weibo tadi, ternyata Cover Fools yang aku nyanyiin malah dihapus. Pengen banget nanya ke agency, tapi nggak berani.”

“Iya Ren. Aku liat juga tadi. Mau aku tanyain gak besok? Biar jelas sekalian” tanya Jaemin lembut.

“Nggak usah, Na. Mungkin emang udah waktunya dihapus atau mungkin suara aku udah nggak bagus lagi” jawab Renjun pasrah.

“No. Mana ada begitu Ren. Suara kamu itu bakat terindah yang dititipkan Tuhan. Hanya kamu yang punya ciri khas suara seorang Huang Renjun. Semua juga tau kalau suara kamu indah, bagai titisan malaikat berwujud manusia. Kamu ngga boleh rendah diri begitu” Jaemin eratkan peluknya pada Renjun.

“Apa iya?”

“Iya. Aku bangga sama kamu. Bangga bisa kenal kamu. Bangga bisa dengerin suara malaikat yang kamu punya. The one and only Huang Renjun. Tolong jangan underestimate sama kemampuan dan bakat kamu sendiri Ren. Nanti aku sedih, fans kamu juga pasti sedih. Perjuangan kamu untuk sampai ke titik ini panjang. Prosesnya berat. Kamu udah maksimal ngelaluin semuanya. Kamu udah all out di tiap performance” Jaemin berikan segala kalimat pelipur lara untuk kekasihnya.

Semua hal yang disebutkan Jaemin memang kenyataan, tak dibuat-buat. Renjun datang dari Jillin, kota kecil nan indah di negeri China bagian utara. Demi mengejar mimpinya untuk masuk ke agency yang diidam-idamkannya, rela naik kereta api untuk mengikuti audisi. Jaemin lihat semua perjuangan Renjun saat sama-sama di agency. Semua hal positif dari Renjun yang buat sekelilingnya tenang jika berada bersamanya. Laki-laki mungilnya memang penuh pesona dan sifat baik pada siapa pun. Itu sebabnya dirinya bisa jatuh cinta pada Renjun.

“Yang aku tau, kita terikat dengan agency sekarang ini. Apakah telinga dan mata mereka tertutup tingginya kapitalis dan profit only yang buat mereka cuma mikirin laba, keuntungan, dan saham yang makin meningkat aja. Sampai terkadang mereka lupa, kalau di dalamnya ada banyak bakat-bakat terpendam luar biasa yang belum dieksplorasi seutuhnya” Jaemin hentikan sejenak kalimatnya karena mendengar isak tangis dari kekasihnya. Jaemin beranikan diri tatap Renjun walau badannya ikut bergetar.

“Renjun, semuanya tau, kamu salah satu main vocalist dan lead dance terbaik di agency. Vokal suara kamu juga dapat pengakuan dari semua pihak. Bahkan aku pernah baca juga, banyak yang kagum dengan pergerakan dance kamu yang detail. Kamu punya kelebihan itu Ren. Bakatmu luar biasa. Sayangnya agency kita sangat keterlaluan karena gak bisa ngelihat itu semua.”

“Jaem—”

“Iya sayang? Aku cuma bicarakan fakta dan realita tentang kamu.” Jaemin tempelkan keningnya pada kening Renjun.

“Sekarang, lakukan apapun yang kamu suka Ren. Kalau kamu mau live di Weibo atau live di Instagram dan sapa penggemar kamu di sana. Do it. Atau kamu nggak kepikiran buat akun pribadi di YouTube aja? Aku baca, Renchin banyak yang mau dengerin kamu cover lagu western tuh. Nanti aku bantu editingnya. Gratis buat kamu. Eh engga deh, aku mau minta bayar.”

Renjun terkekeh untuk yang pertama kalinya di malam ini, “Mau hadiah apa kamu?”

“Aku mau bisa peluk kamu terus. Aku mau nulis di notes kamu, kalau kamu berharga, kamu terbaik, kamu hebat, kamu sepantasnya terima hal yang menyenangkan dari dunia, kamu itu motivator bagi yang lain. Kamu itu S-P-E-C-I-A-L”

Renjun mau tak mau tertawa karena Jaemin jelaskan kata special dengan mimik muka yang sangat serius juga mata seperti mau ke luar dari tempatnya.

“Hehe” Jaemin cengengesan.

“Udah ah. Aku lapar dengerin kamu”

“Yaudah yuk kita makan. Sekalian deh cari hotpot. Dingin banget malam ini. Aku butuh yang hangat-hangat”

Malam itu akhirnya mereka habiskan dengan menelusuri gang kecil di sekitar agency dan melakukan deeptalk bersama.

Bagi Jaemin, Renjun tiada duanya. Sabarnya dalam memendam segala sesuatu sering buatnya khawatir.

Bagi Renjun, Jaemin adalah obatnya. Kenapa dirinya dari dulu senang sekali melakukan sesi curhat bersama Jaemin, karena memang Jaemin yang bisa imbangi deeptalk bersama dirinya.

Semoga dua anak manusia yang baik hati, budiman ini selalu dilindungi Semesta dan diberi kebahagiaan yang berlimpah sampai kapanpun jua.