Sweat for me
Nando Rendean Incomplete Universe CW // đ , harshwords , kiss scene , sex scene , blow job
Rendean menyisihkan teh tarik yang dibelinya bersama Nando setelah jam pulang siaran malam. Sementara Nando duduk santai di ruang tamu Rendean.
Lelaki bersurai hitam itu memang rajin menginap di rumah Rendean, selain karena rumah kekasihnya lebih dekat dengan Suncoff Radio, ada alasan lain untuk memproteksi Rendean lebih tinggi. Nando tak mau Rendean berada jauh dari jangkauannya.
âKamu mau langsung minum teh tariknya nggak?â tanya Rendean yang kepalanya nongol tiba-tiba dari balik dinding.
Nando menggeleng, âPerut aku udah gembung. Tadi minum teh tarik juga kan pas di sanaâ jawaban tambahan darinya ditanggapi dengan anggukan kecil oleh yang lebih tua.
Rendean balik lagi ke dapur dan membawa sekotak es batu beserta bungkusan teh tarik. Semua barang bawaannya diletakkannya di atas meja.
âKenapa malah dibawa kesini semua?â tanya Nando bingung.
âAku mau minum teh tarik pakai es. Harusnya di sana bukan pesan teh tarik panas. Kebas bibir akuâ jawab Rendean panjang.
Nando memutar bola matanya dan menunjukkan ekspresi berpikir. âAku tiba-tiba ada ide buat Suncoff.â
Rendean yang sedang asyik mengunyah es batu disela-sela percakapan dengan kekasihnya langsung fokus menatap manik mata Nando.
âIde apa?â
âCoba kamu tebak.â Kedipan mata lelaki Leo itu berhasil membuat Rendean memunculkan ekspresi penuh tanya.
âKasih tau aja deh. Ini udah tengah malam, otak aku lagi gak sesegar jam siaran pagiâ jawab Rendean malas karena disuruh berpikir.
âBulan baru nanti, Suncoff adain program tambahan tengah malam deh. Temanya 'Seks Edukasi'. Gimana menurut kamu?â
Rendean seketika terbatuk. Tangannya mengibas di depan mukanya sendiri yang memerah seperti tomat.
âWhy so suddenly?â tanya Rendean tak habis pikir.
âSeks edukasi itu penting Ren. Kita juga bisa tau problematika seks apa aja yang muncul dari tiap pasangan. Seks bukan urusan jasmani aja menurut aku, tapi penyatuan antara dua insan yang udah saling percaya dengan consent masing-masing.
Batuk Rendean semakin menjadi. Teh tarik yang awalnya akan diminum beberapa menit lagi, malah diseruputnya duluan.
Kenapa jadi bahas seks edukasi sih? tanya Rendean dalam hati. Matanya diarahkan ke sudut yang lain, tak ingin bertemu dengan mata sosok yang lebih muda.
âHei, kamu kok liatnya ke arah lain? Telapak tangan Nando yang besar dengan sigap memegang pipi tirus milik kekasihnya, lalu mengembalikan lagi tatapan Rendean agar fokus ke arahnya. âAyo liat akuâ pinta Nando lembut.
Pipi sang kekasih kemudian dimainkannya, dimanyunkan, lalu ditarik sisi kiri kanan agar lebih pipih.
âPipi kamu mirip kue mochi ya. Kenyal-kenyalâ ujar Nando tersenyum dengan manisnya.
Rendean sudah sedari tadi menahan diri untuk kabur, ia tak kuasa menerima sikap manis nan lemah lembut Nando sekarang ini. Rasa hangat menjalar di seluruh wajah sampai ke telinganya melihat betapa memabukkannya senyum sang kekasih di hadapannya.
âTelinga kamu merah. Kenapa?â tanya Nando penasaran.
Bukannya diam di tempat dan melepas pegangannya pada wajahnya, lelakinya semakin memajukan badannya untuk melihat lebih dekat ke telinga Rendean. Mau tak mau, menahan nafas adalah cara paling ampuh untuk pura-pura baik-baik saja dalam posisi canggung seperti sekarang.
âAku nggak ada ngapa-ngapain kamu loh Ren. Kenapa ekspresi kamu tegang banget?â sudut bibir si Leo tertarik ke atas dan memunculkan seringai aneh yang dapat ditangkap Rendean dari lirikan matanya.
Tangan Nando beralih mengelus daun telinga kekasihnya. Jari-jari panjangnya menyisiri dengan apik tanpa jeda sampai ke tulang selangka leher sang kekasih. Ditiupnya ceruk kekasihnya itu sebelum diberikan kecupan kecil. Rendean sampai merinding hebat, dengan spontan meremas paha Nando yang berhadapan dengan pahanya.
âGeâli Naanâ
âKok malah remas paha aku? Mancing ya?â
âNggakâUdah ah. Aku mau lanjut makan es batuâ Rendean mencicit pelan, berusaha menjauhkan diri.
âYaudah sini aku izin suapin kamu.â
Nando mengambil sebuah es batu dari meja di sampingnya dan memasukkannya secara utuh ke dalam mulutnya. Rendean pikir es batu itu memang akan disuapkan pada dirinya dari tangan kekasihnya. Alih-alih disuap melalui tangan, tiba-tiba saja bibir Nando yang masih memiliki sensasi dingin itu menempel pelan di bibir Rendean. Tampak kedua bola mata Rendean membesar kaget dengan perlakuan Nando yang tanpa aba-aba.
Tangannya yang bebas menyusuri punggung Rendean sampai menuju ke leher, ditekannya perlahan agar dua belah bibir mereka saling terpaut tanpa jarak. Es batu yang masih berbentuk dalam mulut Nando, disalurkannya ke mulut kekasihnya dan tampaklah celah terbuka dari kedua bibir masing-masing. Lidah Nando kemudian merangsek masuk untuk mengabsen tanpa henti rongga mulut kekasihnya. Rendean dengan susah payah menelan es batunya yang mulai mencair.
Dua pasang mata yang saling pandang, kini menatap penuh gairah. Rendean akhirnya tak mau kalah dalam membalas perlakuan Nando yang memberikan efek panas pada seluruh tubuhnya. Bibirnya turut menyesap lidah sang kekasih. Tak luput untuk memberikan kelembapan pada bibir yang lebih muda. Kegiatan belit-membelit itu terjadi dalam waktu yang lumayan lama. Sesapan yang dilakukan Rendean di bilah cherry kekasihnya itu menimbulkan geraman kecil dari Nando sendiri.
âHmm.â
Mereka melepas tautan masing-masing dengan benang saliva yang menempel di mana-mana, juga dengan nafas memburu karena membutuhkan porsi oksigen yang lebih banyak daripada sebelumnya.
âMaaf ya Ren?â gumam Nando kecil, namun masih tetap bisa didengar oleh Rendean.
âKenapa?â
âBibir kamu makin menawan setelah aku ciumâ ujar Nando dengan mata berbinar.
Dua detik kemudian,
âAaaaaw! Sakit Ren!!â teriak Nando keras. Ia mendapatkan cubitan singkat di paha bagian dalam.
âBisa-bisanya ngelawak ckck.â Rendean bersiap untuk beranjak membersihkan meja di sampingnya, namun tangan yang lebih kekar menariknya duduk dengan posisi Rendean berada di atas pangkuan yang lebih muda.
âEehâ wajah pemilik zodiak Aries mulai bersemu merah lagi. Dengan posisi seperti itu, sudah pasti paha mereka saling bersentuhan satu sama lainnya, apalagi paha Rendean berada di atas paha Nando. Rendean tau jika di bawahnya terasa sesuatu yang menegang dan menyentuh area selatannya.
âTanggung jawab dongâ pinta Nando dengan matanya yang sayu bercampur kilatan penuh birahi.
âAâapa?â
âJangan pura-pura ngga tau gituuuâ ungkap yang lebih muda.
Siapa bilang Rendean tak tau? Dirinya tau jika sang kekasih sudah menahan diri dari tadi, begitu pula dirinya. Hanya saja, ia masih mencoba untuk tetap tenang, walau sebenarnya ada hasrat lain yang ingin dipuaskan.
âAku mau nyentuh kamu lebih dalam. Boleh nggak?â tanya Nando dengan nada kalem.
âLah, ini kan udah sentuhan daritadiâ Rendean sengaja mempermainkan kekasihnya.
âBeneran sengaja kamu ya. Ngerjain aku. Punya kamu terasa nih di atas aku. Mau bukti?â jemari Nando bergerak bebas menelusuri paha Rendean dari arah luar sampai ke sisi dalam. Setelah berhasil menemukan bagian yang menegang, ia mengelus tengil benda yang masih tertutup celana jeans itu, dan mendapat tatapan melotot dari kekasihnya.
âStop!!â
âGimana? Boleh?â tanya Nando penuh harap. Rendean mengangguk pasrah.
Setelah mendapatkan persetujuan, Nando meluruskan badan kekasihnya ke lantai ruang tamu dan kembali ke area leher Rendean yang belum sempat dijamahnya dengan maksimal. Bibirnya memberikan kecupan di leher Rendean yang jenjang, tak lupa gigitan lembut ditujukan di area yang sama, meninggalkan jejak merah muda keunguan dan erangan kecil dari yang lebih tua.
âUhngg.â
Pinggang Nando menjadi saksi tempat bertautnya kedua tangan Rendean di belakangnya.
Rendean masih mengenakan kaus putih tipis. Dirinya tengah merasakan telapak tangan Nando yang kasar sedang menjelajah area tengah tubuhnya. Sampai di salah satu titik sensitifnya, tangan kekasihnya berhenti sejenak. Kemudian terasa kuku kekasihnya yang menyentuh area putingnya dan membuat reaksi kecil penuh gelisah menggerakkan badannya secara acak.
Tangan Nando yang lain merengkuh badan Rendean dari belakang. Ia menarik dengan cepat kain yang menutupi lekuk tubuh kekasihnya sampai akhirnya bagian atas Rendean tak tertutup sehelai benangpun.
Matanya melirik kotak es batu yang masih tersisa di atas meja. Dituangkannya sebagian es batu yang sudah mencair di area tengah tubuh Rendean, juga diletakkan dua buah es batu yang masih berbentuk padat.
âNnngâDing-iiinn Nannnâ si pemilik tubuh menggeliat kedinginan, namun gerakannya ditahan satu tangan Nando yang merengkuh erat di pinggangnya.
âAku hangatin ya. Mau kan?â tanya Nando yang mendapatkan anggukan cepat dari lelaki di bawahnya.
âCepppatttt. Dinginnnnâ pinta sosok yang proporsi badannya lebih kecil.
Tanpa disuruh pun, sisi dominan seorang Nando akan secara aktif memberikan sensasi hangat yang sebenarnya pada kekasihnya. Lidahnya mulai berselancar mengabsen seluruh cairan dingin yang dituangnya tadi di atas tubuh Rendean. Pelan tapi pasti, dijilatnya area tengah kekasihnya, sampai di kedua gundukan dekat dada yang masih menyisakan es batu padat, langsung dikulumnya sekaligus dihisapnya puting kekasih yang sudah menegang. Tangan Nando satunya turut memilin puting Rendean yang belum terjamah dengan penuh kelembutan.
âNannnhââ Rendean merasakan suhu tubuhnya semakin meningkat. Bibir bagian bawahnya, ia gigit sendiri demi menyalurkan sensasi panas yang semakin menjalar rata sampai ke saraf otaknya.
Setelah puas bermain di sisi kanan, indera pengecap Nando mulai menjamah sisi kiri Rendean. Lidahnya mengitari bagian pinggir puting kiri kekasihnya sebelum berakhir dengan menghisap gundukan coklat bercampur merah muda tersebut.
âIndah banget punya kamu. Pengen aku hisap lama-lamaâ ujar Nando di sela aktivitasnya menggigit pelan puting Rendean.
Terdengar nada memelas dari mulut submissive di bawahnya. âJangaaanâdigigithhâUhhh. Nggakkhâkuatt hnnââ
Satu telunjuk Nando berhasil menelusup ke rongga mulut Rendean guna membungkam sebentar erangan kekasihnya yang semakin membuatnya tak bisa menahan gairahnya sendiri. Dan telunjuk itu dihisap oleh Rendean sekuat tenaga sebagai alat pengalihannya atas kenikmatan yang diberikan sang kekasih.
âShitâ
Nando merasakan area bagian bawahnya semakin menegang akibat ulah Rendean. Telunjuknya yang penuh saliva sang kekasih, dikeluarkannya lalu dijilatnya.
Kedua area selatan masing-masing semakin menampakkan eksistensinya dibalik celana. Tanpa pertimbangan apapun, Nando mulai membuka atasannya, juga celananya sendiri dan celana kekasihnya. Terpampanglah dengan jelas kepemilikannya dan Rendean yang sudah menegang sempurna.
Rendean pelan-pelan berhasil mengumpulkan kewarasannya yang tadi sempat hilang seperempatnya, memandang penuh takjub milik Nando.
âAyo gantian. Sekarang giliran akuâ ujar Rendean mendorong kekasihnya ke belakang agar duduk bersender di pinggir sofa.
Rendean sedikit ingin balas dendam pada Nando. Diambilnya bungkusan teh tarik yang masih ada isinya. Lalu dituangkan tepat di atas batang kejantanan sang kekasih.
âKamu ngapain!â tanya Nando panik.
Rendean menulikan telinganya. Ia juga tau bahwa punya sang kekasih perlu dimanjakan. Area selatan milik Nando dikecupnya perlahan dari ujung batangnya. Lidahnya yang panjang bermain dengan menelusuri sisa-sisa teh tarik yang sengaja ditumpahkannya tadi ke kepunyaan Nando. Di atasnya, Nando sedang menutup matanya dan meremas bahu Rendean dengan kuat.
Setelah dirasa sudah bersih, mulut Rendean mulai memasukkan batang kejantanan milik Nando perlahan demi perlahan. Ujung giginya sengaja digesekkannya ke kejantanan sang kekasih.
âFuck! Ren, don't you dareâhhh!â surai milik Rendean menjadi bahan remasan Nando seketika. Rendean tersenyum menang di bawahnya.
Ukuran Nando memang berada diatas rata-rata, sehingga tak keseluruhan bisa masuk penuh dalam mulut Rendean. Tangan kanannya dipergunakan untuk memijit pelan bagian yang tersisa.
Rendean hanya melakukan aksi menghisap, bermain dengan giginya, bergantian dengan lidahnya, juga pijatan lembut tangannya, tapi sosok di atasnya sudah terengah-engah dan menahan umpatan demi umpatan. Sampai akhirnya Rendean menghisap kuat kepunyaan Nando dan Nando langsung melepaskan tautan mulut kekasihnya itu dari kejantanannya yang sudah mengeluarkan cairan sedikit. Ia tak mau keluar sekarang. Kekasihnya itu perlu diberi pelajaran lanjutan karena sempat mengejeknya dengan senyuman aneh.
âNow stop. Aku bakal balas kamu.â
Nando berdiri sebentar guna mengambil botol lubricant dan kondom yang ada di tasnya. Isi botol lubricant dituang ke tangannya.
âCurang. Padahal kamu hampir keluar duluanâ ungkap Rendean mengejek.
Mata Nando mendelik tajam. âAku maunya keluar di dalam kamu.â
âTinggal keluarin ajaâ tantang Rendean membuat sisi dominan Nando tertohok sempurna.
âAwas kalau kamu nagih.â
âNggak bakal.â
Badan yang lebih tua kemudian didorong oleh yang lebih muda. Nando benar-benar tak bisa terima akan ucapan kekasihnya. Bibirnya memagut bibir sang kekasih dengan rakus. Tekanan demi tekanan saling diberikan tanpa henti. Jika tadi masih ada kehati-hatian dan kelembutan, sekarang semuanya sirna sudah, diganti dengan sisi siapa yang bisa mendominasi lebih unggul. Sesapan Nando di bilah bibir bagian bawah, dibalas Rendean dengan turut menyesap bibir sang kekasih di bagian atas. Mereka saling menggigit dan menggeram. Sapuan lidah Nando berhasil memberikan lenguhan dari sisi Rendean.
Bibir Nando kembali bermain di area tengah tubuh Rendean. Jika tadi hanya fokus di kedua gundukan kesayangannya, kini semua area tengah itu dikecupnya dan diberikan jejak merah muda keunguan yang cukup banyak. Telunjuknya menelusuri ke arah bagian selatan milik kekasih. Digodanya dengan diberikan sentilan kuat pada ujungnya yang sudah basah dan teramat sensitif.
âAh!â
Reflek tubuh Rendean melengkung. Areanya yang paling sensitif dipancing dengan sempurna oleh Nando.
Tangan Nando kini mulai menjamah paha bagian dalam yang menjadi titik sensitif selanjutnya dari sang kekasih. Lidahnya menjelajah paha mulus milik Rendean sekaligus memberikan rangsangan dengan menggigit lembut di area yang sama. Seringainya muncul, karena melihat area selatan kekasihnya sedikit demi sedikit dibanjiri cairan. Dua jarinya yang sudah dilumuri oleh cairan lubricant langsung disesakkannya ke lubang sensitif kekasihnya. Gerakan tiba-tiba itu berhasil membuat Rendean mengaduh sakit dengan memicingkan mata.
âNannnhâSakitttââ
Nando menatap Rendean dari atas dengan menumpu kedua lututnya di lantai. Memandang haru akan jejak karyanya di tubuh Rendean yang menurutnya sangat artistik.
âPercaya sama aku, nanti sakitnya hilang kok sayang. Tahan dulu yaâ tangannya yang lain meraba birai ranum sang pacar yang masih membengkak.
Tak tega melihat miliknya kesakitan, Nando menginisiasi ciuman demi ciuman guna mengalihkan rasa sakit kekasihnya. Tangannya di bagian bawah Rendean masih mengobrak-abrik demi mencari titik nikmat Rendean. Gerakan membuka, menutup, dan menekuk dari kedua jarinya membuat pinggul kekasihnya bergerak naik turun, sampai pada akhirnya ia berhasil menemukan titik sensitif Rendean dan menekannya dengan penuh semangat.
âAH!â teriakan Rendean menggema dengan sempurna di ruang tamunya. Nando dengan senang hati memberikan sentuhan kenikmatan yang ditunggu-tunggu oleh kekasihnya walau baru dimulai dari permainan jarinya saja.
Lidahnya turut diikutsertakan untuk menjilati lubang sensitif milik Rendean. Mendesak masuk dan menjelajah semua teritori yang ada di sekitarnya. Tangannya yang satu lagi mencubit sisi paha Rendean yang lain, memberikan efek racauan penuh hasrat di dalamnya.
Rendean menatap ke bagian bawahnya dengan bulir-bulir keringat yang turun bergantian di wajahnya, berusaha menahan diri. Ia mengatupkan pahanya yang sedang distimulus tanpa henti oleh kekasihnya.
Nando menggeleng tegas, ia tak mau kekasihnya itu menahan pelepasannya. Lidahnya semakin bermain bersamaan dengan kedua jarinya yang terus menekan titik kenikmatan surgawi Rendean di dalam sana.
âMas NannnhâShitââ tubuhnya bergetar hebat. Nafasnya terengah sembari meremas surai yang lebih muda.
Rendean mencapai pelepasannya. Cairannya dijilat kembali oleh Nando dengan bersih. Ia bangga karena berhasil membuat kekasihnya memanggil nama panggilan yang sangat disukainya. Jari jemarinya dikeluarkan perlahan dari lubang sensitif Rendean. Mendapatkan tatapan tak rela.
Rendean merasa malu. Tubuhnya bereaksi tak sesuai dengan ucapannya sebelumnya. Dirinya masih menginginkan sosok dominan untuk berada di dalamnya secara sempurna karena beberapa detik yang lalu, hanya jemari Nando saja yang berhasil mengacaukan area sensitifnya di bawah sana. Ia kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya sembari mengatur nafas. Nando menahan kedua tangan kekasihnya dan menatap kepunyaannya lekat-lekat.
âKenapa malah tutup muka?â tanya Nando lembut.
âAku maluâ jawab Rendean tersipu dan memalingkan wajahnya ke samping kiri.
âKenapa harus malu? Kalau kamu tutup muka, aku nggak bisa liat seberapa rupawannya kamu. Lagian apa yang harus dimaluin?â tanya Nando lagi dan mengelus kedua tangan milik Rendean.
Rendean menggigit bibir bawahnya spontan. Nando malah menganggapnya sebagai pancingan yang terlalu sensual. Kejantanannya semakin ingin mendesak masuk ke dalam tubuh Rendean.
âAkuâmasih mau lebihââ cicit Rendean kecil.
Nando tersenyum tulus di atasnya. Ia memasang kondomnya cepat, seperti dikejar oleh waktu. Padahal waktu masih menunjukkan pukul 01.00 malam.
âLemme doing for you. Sweat for me ok. Aku izin masuk yaâ
Rendean mengiyakan di bawahnya.
Kejantanannya diposisikan persis di lubang sensitif milik Renjun. Sebelum mendesak masuk, Nando masih sempat menggoda kekasihnya itu hanya demi mendengar erangan protes yang justru membuatnya semakin ingin menghujam sosok lelaki kesayangannya ini. Salah satu tangan Nando memijit ujung pangkal kejantanan Rendean dan saling menggesekkan kepemilikannya dengan kekasihnya.
Pinggul Rendean bergerak gelisah menanti penuh gairah tak tertahan. Nando melesakkan kejantanannya dalam satu kali hentakan ke lubang Rendean. Kekasihnya mengerang kesakitan. Beberapa cairan liquid menetes dari kelopak matanya. Tangan Nando dihujani tajamnya kuku Rendean akibat sentakan pertamanya tadi, namun Nando tak protes. Ia paham karena kondisi Rendean di bawah sana jauh lebih kesakitan dibanding dengan dirinya.
Nando mengecup pipi Rendean dengan lembut, turut membelai surainya yang berantakan basah oleh keringat.
âGerak aja Nan. Aku gapapaâ Rendean mengatur emosinya yang bercampur aduk.
âOke. Aku izin gerak ya sayang.â
Kejantanan Nando mulai bergerak perlahan di dalam tubuh Rendean. Membelai lembut dinding otot bagian dalam yang memberikan sensasi adiktif bagi keduanya.
Kulit beradu kulit, peluh beradu peluh, geraman dan erangan melebur menjadi satu, suhu dingin di sekitar yang kontras dengan suhu tubuh masing-masing menjadi saksi intimnya adegan seks yang sedang dilakukan dua anak manusia malam ini.
Pinggang Rendean melengkung ke sembarang arah diiringi dengan frasa kacau yang keluar dari mulutnya ketika Nando berhasil mendesakkan diri dan menyentuh titik sensitifnya di dalam sana.
Nando semakin brutal tak beraturan memberikan desakan demi desakan yang saling mengacaukan keduanya.
âMass NanndoâAkuâMauâKeluar hhhâ racau Rendean mengetatkan dua kakinya yang melingkar di belakang pinggang Nando juga dengan ototnya yang menghimpit sesak kejantanan sang kekasih di bawah sana.
Tangan Nando yang bebas, mencubit kembali puting kecoklatan milik Rendean, bersamaan dengan itu, mereka berdua sama-sama mencapai pelepasannya. Badan Rendean gemetar, lemas tak bertulang. Sedangkan Nando, terjatuh lemah di ceruk leher yang lebih tua setelah meneriakkan dengan lantang nama Rendean.
Mereka saling mengatur hembusan nafas masing-masing.
âMakasih ya punyanya Nandoâ ujar pemilik bahu yang lebih lebar pada sang kekasih di sampingnya. Ia melingkarkan tangan kirinya ke punggung Rendean, sedangkan tangan kanannya digunakan sebagai bantalan untuk kepala Rendean agar tak sakit bersentuhan langsung dengan lantai ruang tamu.
Rendean menenggelamkan dirinya persis di dada Nando. Menghirup aroma kekasihnya yang memabukkan. Irama jantung kekasihnya yang berdetak pelan, menjadi backsound alami yang menenangkannya.
âNanti kamu bantuin aku bersihin ruang tamu yaâ pintanya pada yang lebih muda.
âBiar aku sendiri aja yang bersihin. Kamu mandi air hangat, setelahnya langsung istirahatâ jawab Nando sembari menempelkan dagunya di atas kepala lelakinya.
âOkee. Oh ya Nan. Soal program 'Seks Edukasi' ituânggak usah diajuin deh. Ntar Haikal sama yang lain malah mikir aneh-anehâ ujar Rendean mengkonfirmasi.
Nando tersenyum penuh arti. âYaudah. Lagian aku juga gak serius. Cuma pengen liat respon kamu aja. Sekalian mancing. Hahahaâ tawanya membahana tanpa dosa.
Satu detik kemudian,
âAduhh!! Rendean!! Sakittt!! Jangan dicubit!!â
© KalriesađŠ