Kals

may

#As #Beautiful #as #may #it #seems

Summary : Hari ini pernikahan Kak Jeno bersama Kak Donghyuck. Dan ada sesuatu yang harus Chenle katakan ke kak Jeno


Menurut Chenle, hari ini terlalu cerah.

Terlalu terik untuk matahari yang mengintip, terlalu harum untuk bunga yang baru dipetik hanya untuk pajangan, terlalu berisik oleh kicauan burung pipit ditambah setlist musik yang nanti akan dimainkan untuk para tamu.

Terlalu bahagia untuk hari pernikahan.

Hari ini adalah hari resmi kak Jeno dan kak Donghyuck lanjut ke jenjang kehidupan mereka selanjutnya. Dan ada sesuatu yang harus Chenle katakan ke kak Jeno.

Maka disinilah dia berdiri, di dalam tenda rias salah satu pengantin melihat pria yang lebih tua setahun darinya itu merapihkan jas-nya yang di dominasi oleh warna hitam dengan kerah berwarna putih, berkebalikan dengan milik Donghyuck.

'Seperti catur' suara hatinya menyumbang.

“Kaya catur” Itulah yang dikeluarkan mulutnya. Jeno hanya berdengus.

“Kamu baru lihat jas-ku? Kamu perlu lihat punya Donghyuck dan nanti kau akan melihat papan catur sebenarnya.” Chenle tahu, makanya tadi dia berkomentar seperti itu. Tapi pria kelahiran November itu memilih diam dan lebih tertarik memainkan jari lentiknya.

“Jadi, hanya itu yang mau kau bicarakan?”

Ah, Chenle lupa tujuannya membawa Jeno kesini.

Si penggemar Stephen Curry itu menggelengkan kepalanya lalu berjalan mendekat, menaruh bokongnya di salah satu kursi depan kaca yang otomatis diikuti oleh Jeno duduk di sampingnya.

“Chenle, katakanlah aku aneh, tapi dari pagi kau terlalu diam untuk seorang .. “

Jeno menjeda, memilih aksara.

”.. Zhong Chenle, dan tiba-tiba kau ingin membicarakan hal serius aku jadi takut. Apa ada masalah?”

Tidak, tidak ada masalah. Lebih daripada masalah, Chenle hanya perlu mengeluarkan isi hatinya. Semuanya terlalu mewalahkan. Chenle baru sadar ketika ditatap gusar. Seharusnya ini bukan urusan Jeno. Chenle menghirup udara dalam.

“Gak. Bukan hal serius kok. Cuma, gimana ya harus aku jelaskan?”

Jeno menaikan alis kanannya, kode meminta penjelasan lebih lanjut.

“Aku hanya merasa... “

“Kau bukan mau menyatakan perasaan padaku kan?”

“Tidaklah. Pikiranmu kemana kak!!”

Lalu Jeno tertawa kecil, sulutan untuk menaikan suasana berhasil. Chenle menghela napasnya.

“Aku hanya merasa ada yang aneh. Seperti waktu ternyata cepat sekali berjalan. Kak Mark mendapat promosi di Kanada kampung halamannya, Kak Kun harus kembali ke Fujian mengurus adopsi anaknya bersama Kak Ten, dan Kau tiba-tiba akan mengucap janji di altar nanti. Sedangkan aku, entah kenapa seperti penonton yang melihat film berputar begitu saja.”

“Kiasan yang bagus.”

“Iya kan? Aku belajar dari buku sastra yang disarankan Jisung minggu lalu.”

Lawan bicaranya kembali tertawa dan sesaat langsung termenung, memalingkan wajahnya ke refleksi di hadapannya. Chenle tahu otak kakak yang di cap paling membosankan di grup pertemanan mereka sedang mencerna apa yang disampaikan oleh Chenle. Dilihat dari profil samping dengan tatanan rambut hitam berponi ke atas seperti ini , Jeno lebih terlihat seperti model yang tersesat daripada calon pengantin. Chenle ingat dia di seret kak Donghyuck untuk menemani kedua sejoli itu memilih warna rambut yang mereka harus ganti untuk upacara sakral ini, yang sebenarnya tidak perlu repot-repot karena keluarga Donghyuck agak kolot. Warna dasar yang serupa dengan warna arang itu sudah mutlak pemenangnya. Tapi mereka membercandakan diri membayangkan bila warna yang digunakan adalah 'shades' lain.

“Memang ada shades warna hitam yang lain?” Kata Chenle waktu itu memandangi dari kursi tunggu salah dua orang yang paling dia sayang saat ini.

“Ada lah. Cari aja nama-nama warna hitam di Naver atau Google. Kalau gak salah ada sampai 25” Kata Jeno tidak melepaskan mata dari katalog majalah fashion yang disediakan oleh salon.

“Ada lah. Orang abu-abu saja punya 50 shades” Kata Donghyuck dengan senyum jahilnya dibalas Chenle cengiran paham. Untung dia sudah berada di umur legal.

Di masa sekarang Jeno memindahkan kembali manik coklatnya ke Chenle, mengecap bibirnya seperti mencoba hasil masakan baru.

“Kalau merasa seperti penonton, keluarlah dari bioskop itu. Jadilah sutradara, buat film yang sama atau kisah yang baru. Jadilah pemerannya. Aku tahu kau merasa seperti diam walau sebenarnya tidak. Kau hanya berjalan, namun di tempat yang sama. Tidak apa-apa. Sekarang tinggal langkahkan kakimu ke depan, atau kalau kau masih nyaman, nikmati waktu mu dulu, lihat benar-benar sekelilingmu. Kadang orang lupa atau tidak menghargai apa yang mereka punya saat ini.

“Apapun itu jangan lupa nanti bergerak. Pelan juga tidak apa-apa. Semua punya kecepatan masing-masing.

“Kau mungkin melihat semua orang berlari, tapi Chenle, kau juga harus percaya bahwa kami tidak meninggalkan. Cukup ketahui itu saja”

Kini, Chenle yakin dia datang ke orang yang tepat.

“Kau memang tidak lucu kak, tapi kau pintar. Aku sangat bersyukur kau dan kak Donghyuck memiliki satu sama lain”

Jeno menyuguhi pendapat asal itu dengan raut wajah khasnya yang walau keadaan apapun reaksinya tetap sama. Mata bulan sabit dan deretan gigi putih yang rapi.

“Aku anggap itu sebagai pujian”

“Memang pujian. Kak, kau tahu kan kalau kau kakak terfavorit ku?”

“Bukan Mark?” Chenle berpura-pura berpikir keras lalu mengedikan sebelah pundaknya.

“Sepertinya dia lebih ke anak favorit ku saja.”

“Memang kau punya anak berapa sampai ada yang harus kau spesialkan?”

Chenle tertegun, suatu ide melesat cepat masuk ke sel-sel otaknya. Lucu, karena Chenle juga tidak percaya dengan pikirannya sendiri. Tapi dia rasa mungkin ini salah satu langkah yang tepat seperti Jeno sarankan tadi.

“Belum punya banyak, tapi nanti akan ada satu”

Jeno melihatnya bingung.

“Kau menghamili gadis orang?”

Senyum yang tertempel di wajah Chenle terasa congak, dan Jeno tidak tahu harus merasa kembali berhati-hati atau tidak dengan bocah berandal ini.

“Aku akan adopsi anak anjing”

Jeno mengeluarkan suara lega dan bangkit untuk mengusak rambut coklat sawo Chenle, setelah itu melangkah menuju pintu keluar.

Sebelum benar-benar pergi, dia menengok sebentar ke Sagitarius yang malah asik membuka benda pipih untuk menghubungi manajernya dan menyusun rencana dimana dia bisa mendapatkan peliharaan kaki empat tersebut.

“Kalau kau mau bicara seperti ini lagi, kau bisa hubungi aku atau Donghyuck kapan saja. Kami sebisa mungkin selalu ada untuk anak pertama kami.” Canda Jeno yang hanya dibalas lambaian tidak acuh usiran secara halus oleh Chenle agar salah satu pengantin muda itu bisa kembali mengurusi acara yang sebentar lagi akan dimulai. Jeno menggeleng dan beranjak menjauh dari tenda, meninggalkan Chenle dengan bibir terukir tipis garis lengkung.


From Kak Hyun : “Ada apa? Kau bukannya sedang ada acara pernikahan? Kenapa menghubungi?”

To Kak Hyun : “Aku akan mengadopsi anak anjing” “Cepat carikan shelter” “Kalau bisa yang terpercaya dan bersih”

From Kak Hyun : “Ini serius?” “Ah aku harus mengurusi bukan hanya satu, tapi dua ekor anak anjing sekarang”

To Kak Hyun : “Kau meremehkan” “Kali ini aku yang akan mengurus, bahkan diriku sendiri” “Mohon bantuannya hyungnim”

From Kak Hyun : “Syukurlah” “Asal aku tetap di gaji”

To Kak Hyun : “Akan ku pikirkan”

From Kak Hyun : “ :((( “


Chenle mengunci layar ponselnya, kembali memusatkan perhatian pada pertunjukan yang berlangsung di depan retinanya.

Semua terlihat ceria, dan Chenle beruntung merasakannya juga.

Hari ini memang terlalu terik, terlalu harum, terlalu berisik. Tapi hari ini adalah pernikahan Kak Jeno bersama Kak Donghyuck. Dan Chenle sudah mengatakan curahan hati ke kak Jeno-nya.

Jadi semua akan baik-baik saja.