permen karet
niat untuk langsung pulang gagal begitu lihat pemuda yang kemarin malam tolong dia, siapa lagi kalau bukan levi. eren langsung jalan hampiri pemuda itu yang tengah menunduk mainkan hp.
“dor,” eren seret bangku kursi dan dudukkan pantatnya. “ketemu lagi. jodoh gak nih?”
levi mendongak sekilas sebelum kembali mainkan ponselnya. eren kena kacang.
“aduh kena kacang.”
“berisik.” levi menyahut datar. ambil bungkus rokok dan keluarkan satu batang. rokok diapit di belah bibirnya kemudian dinyalakan dengan pemantik.
man, dikasih pemandangan begitu siapa yang mau nolak? bahkan eren dibuat gak kedip melihat itu. bukan apa, sejujurnya eren biasa saja jika melihat pemuda lain melakukan hal yang sama. namun begitu lihat live action di depan mata, terlebih ini levi yang— sialan itu sexy menurutnya, levi langsung masuk ke kategori pengecualian.
“apa liat?”
eren tersentak kecil. lalu geleng pelan. “gak.”
“suka banget nongkrong disini, ya?” yang ditanya manggut. buka kresek belanjaan dan ambil satu nutriboost.
“mau?” tawar eren sebelum meminumnya.
“gak. udah punya.”
eren ngangguk paham. kemudian tenggak minuman itu sampai setengah, matanya melirik ke layar ponsel yang tunjukkan notifikasi pesan dari bunda. disuruh pulang cepat.
eren spontan berdiri lalu ambil kresek belanjaannya di meja. tangannya rogoh saku jaket miliknya, ambil satu bungkus permen karet lalu disodorkan ke arah levi yang masih saja mainkan ponselnya.
“nih,” levi mendongak, tatap eren dari bawah. “jangan ngerokok terus, gak sehat. kunyah ini aja, gak kalah candu kok dari rokok.” ucapnya. geletakkan permen karet di hadapan levi sebelum pergi dari sana. tinggalkan levi yang hanya menatap bungkus permen itu sebelum diambil.
rokok yang bahkan masih setengah digerus. robek bungkus permen dan ambil satu, lantas dikunyah.
jangan mikir kemana-mana. gak sehat kan katanya?