Amusement Park
☘️☘️☘️
“Waah Rena! Kamu manis banget! Cocok banget!”
Gadis itu tidak bisa menyembunyikan wajah sumringahnya saat Fani memuji penampilannya saat ini. Sejak diberi tahu bahwa liburan mereka kali ini akan pergi ke taman bermain, Rena sudah mempersiapkannya, bahkan dengan baju terbaiknya karena momen inilah yang ia tunggu-tunggu dan mendengar pujian langsung akan penampilannya saat ini tentu saja membuat perasaan bahagia dalam dirinya itu pun seketika membuncah.
“Makasih kak! Sebenarnya aku sedikit tidak pede tapi mendengar pujian dari kak Fani aku jadi senang!” ujarnya.
“Heee, kenapa ga pede? Kamu cantik kook, ya kan Sis? Rena cantik ya pakai kayak gitu?”
Siska yang sendari tadi sibuk di depan cermin kamar itu pun seketika menoleh, memperhatikan Rena dengan seksama. Gadis itu tampak manis dengan balutan rok selutut dihiasi motif bunga-bunga berwarna kuning dan coklat muda tersebut, tidak pula dipadu dengan atas sabrina lengan panjang berwarna putih.
“Cantik! Cocok banget buat gayamu Ren!” puji Siska, Rena pun hanya terkekeh kecil mendengarnya.
“Oh iya Rena, mau aku bikin look kamu lebih lengkap gak?” tawar Fani sembari mengedipkan matanya, Rena masih tidak paham tapi ia pun mengalah dan mengikuti Fani yang menyuruhnya duduk di hadapannya.
“Hehe akhirnya aku keturutan buat dandanin kamu deh!”
Dengan cekatan, jemari Fani sexara lihat mendandani wajah Rena, layaknya melukis dinatas sebuah canvas, Fani dengan telaten mendandani gadis itu, menyempurnakan penampilan Rena dengan make up natural yang cocok dengan kepribadian Rena agar gadis itu makin manis dan menawan.
Selama Fani sibuk dengan dirinya, Rena sesekali mencuri pandnag ke arah Siska yang masih sibuk di depan cermin rias mendadndani dirinya sendiri.
“Aku baru tau kalau kak Siska bisa dandan,” celetuk Rena, mengundang kekehan kecil dari Siska.
“Kenapa kamu berpikir seperti itu? Apa karena aku kurang feminim?”
“Tidak, bukan seperti itu maksudnya kak! Cuma kaget aja… gimana ya bilangnya…”
“Haha aku paham, tapi aku emang suka dandan kok! Jadi cewe tangguh bukan berarti menghilangkan sisi feminimku. Ibuku adalah tipikal orang yang sangat peduli akan penampilannya, seperti Fani, jadi aku sudah diajari dandan dari beliau sejak remaja,”
“Tapi terlepas dari itu semua, aku juga perempuan yang suka kalau penampilanku dipuji! Hahahaha”
“Nah sudah! Siskaaa coba liat deeeh Rena manis bangeeet!!”
Fani sendari tadi tidak bisa berhenti menutupi kegirangan dan kebahagiannya, ia seperti baru saja membesarkan seorang anak gadis, dan dirinya oun tudak henti-hentinya memuji penampilan Rena.
“Wah Ren! Cocok banget dandanmu ini! Kamu keliatan lebih fresh!” imbuh Siska.
Rena pun menatap tampilan dirinya dalam cermin, ia tidak berubah terlalu banyak. Namun, dirinya sendiri masih tidak menyangka akan sosok dalam pantulan cermin tersebut adalah dirinya… jujur saja ia sangat pangling…
“A-aku ngga berubah banget kan…? Maksud aku… ngga aneh kan… uuh… aku jarang pakai make up…”
“Cantiik kok Reeen! Kalau ada yang bilang jelek berarti mereka buta. Udaah ayo dong yang pede! Btw ayoo sebelum berangkat kita girls selfie dulu yuuk” ajak Fani, gadis itu pun dengan sigap merangkul Rena dan mengeluarkan ponselnya saat Siska sudah mulai mendekat.
“Cheese!”
☘️☘️☘️
“Halo,”
Hal pertama yang Rena lihat dan temui tepat setelah ia membuka pintu kamarnya adalah Faisal yang tengah berdiri sambil melipat tangan di depan kamarnya sembari melihat kelakuan Romi dan Rudy… yang… tunggu-apa yang dilakukan dua orang itu?
“Faisal? Itu… mereka ngapain?” tanya Fani sembari melihat ke arah Romi dan Rudy, “Katanya sih lagi ngecek parameter usia tulang… tapi aku sebenarnya juga heran… btw kalian udah siap? Daritadi nunggu kalian,”
Fani, Rena, dan Siska pun hanya bisa saling tatap satu sama lain, sedikit mereasa bersalah karena mereka keasikan dandan sampai lupa ada para lelaki yang bersiapnya kurang dari sepuluh menit.
Dari tempatnya ia berdiri Rena memperhatikan Faisal dengan seksama, lelaki itu tidak bergeming sama sekali dari posisinya, berdiri sambil melipat kedua tangannya. Sebenarnya tidak ada yang berubah dari penampilan Faisal saat ini, justru lelaki itu bergaya tidak jauh beda dari dirinya biasanya, hanya saja lebih casual dengan turtleneck putih yang dibalut blazer hitam dan dipadu dengan celana kain berwarna binge.
Tapi bagi Rena, setelan Faisal saat ini memberi nuansa baru untuk lelaki itu, apalagi rambut yang tidak terlalu dibuat klimis selayak ya yang biasanya lelaki itu lakukan. Faisal jadi tampak lebih… segar ?? yang jelas penampilannya tidak memberikan kesan dewasa seperti biasanya namun tetap pantas untuk kesehariannya apalagi ini pertama kalinya ia melihat Faisal dalam warna-warna kalem seperti itu, biasanya lelaki itu hanya memakai pakaian berwarna gelap atau mentok berwarna biru.
Tanpa sadar ia sudah menatap Faisal terlalu lama sampai lelaki itu menyadarinya, di saat mereka saling bertukar pandang entah kenapa Rena tidak dapat bereaksi normal, padahal lelaki itu hanya melambaikan tangannya pelan dan bertukar sapa.
Apa Faisal tidak ingin berkata yang lain? Atau berkomentar?
Entah kenapa Rena merasa sedikit kecewa.
☘️☘️☘️
“Wah! Rena kamu dandan? Lucu banget sih!”
“Ah? Ahaha iya pak Romi! Mumpung ada kesempatan kayak gini… makasih juga buat kak Fani yang udah dandanin aku,”
“Kenapa dandan-dandan gitu norak deh,”
“Huuuuuhhhh….”
“SINI AKU YANG DANDANIN KAMU BIAR GA KAYAK GEMBEL SEHARI!”
Rena pun hanya terkekeh kecil melihat kelakuan Fani dan juga Dadang, ini mengingatnya saat dulu masih awal-awal menjadi tenant kosan. Diki memang tipikal ornag yang tidak bisa jujur dalam memuji orang ataupun mengungkapkan isi hatinya dan saat itu Rena baru saja selesai memotong poninya (dengan bantuan Fani tentu saja) dan Diki mengatakannya tidak cocok sampai menyuruhnya botak. Tapi saat itu ada Faisal yang datang menghinburnya.
Kedua sahabat itu memang saling berkebalikan… tapi jika kondisinya saat ini, apakah Faisal akan benar-benar memujinya atau hanya berusaha menghiburnya? Walaupun selama ini Faisal selalu ada untuk mendampingi dan membimbingnya, ia masih belum bisa begitu mengerti apa yang dirasakan oleh lelaki itu sebenarnya… lelaki itu terlalu pintar menyembunyikan perasaannya sendiri.
flash
“Eh apa itu?”
Fokus Rena teralihkan ke arah cahaya flash tersebut, didapatinya Faisal tengah berdiri tidak jauh dari posisi mereka sembari mengarahkan kamera analog. Lelaki itu tersenyum kecil.
“Wah! Itu kamera analog! Ayo ayo foto bareng aja sekalian, Siska sini-sini Faisal bawa kamera!” ajak Fani tiba-tiba membuat Faisal sedikit keheranan, “Jadi aku tiba-tiba jadi tukang foto gitu?”
“Ya habisnya daripada kamu foto diem-diem mending sekalian fotoin kita rame-rame!”
Tanpa diduga semuanya sudah berkumpul dan bergaya di hadapannya yang tengah memegang kamera, baik itu Diki, Romi, Rena, Fani, Budi, Sembilan, Siska, Doni, hingga Sembilan… tapi sepertinya ada yang kurnag…
“Pak Presdir, kak Rizal, sama pak Agus ga ikut?” tanya Rena yang seketika membuat semua fokus teralih pada tiga orang tersebut.
“Indra, gondrong, sama pak Agus ayo juga ikut foto,” ajak Faisal yang tentu saja membuat Rizal kesal, tetapi Indra menengahi mereka dan mengajak untuk segera bergabung.
“Satu… dua… tiga!”
Cheese!
☘️☘️☘️
“Wah… gini dong kembaran baju, kalian jadi keliatan kalo anak kembar,”
Saat ini mereka telah memasuki taman bermain, saling berbincang santai sambil menikmati perjalanan mereka. Beberapa orang telah membentuk kelompok sendiri, dengan siapa mereka rasa nyaman untuk mengobrol satu sama lain, seperti saat ini dengan Rena dan Fani yang tengah berjalan bersama Faisal dan Romi.
Mendengar celotehan Romi tersebut tentu membuat Fani dan Faisal saling bertukar tatap satu sama lain… benar juga! Pakaian mereka saat ini mirip! Sama-sama mengenakan turtleneck meskipun Fani dengan warna gelapnya.
“Foto dulu dong kalian! Jarang-jarang kan kalian punya foto bareng?” usul Romi membuat kembaran tersebut saling bertukar pandang satu sama lain. Faisal pun berjalan ke arah Romi untuk memberikan kamera analognya.
“Tolong ya Rom, tinggal lihat disini terus pencet ini ya,” jelas Faisal
Romi yang telah mengerti pun mengintruskikan mereka berdua dan sengan aba-abanya satu foto berhasil diabadikan diantara kedua saudara tersebut. Dari tempatnya berdiri Rena dapat melihat wajah Fani yang berbinar cerah, ia bersyukur karena ada liburan ini Fani dan Faisal punya waktu untuk perlahan memperbaiki hubungan mereka.
☘️☘️☘️
Hari ini mereka full bersenang-senang, begitu pula dengan Rena. Untuk pertama kalinya ia mencoba wahana-wahana menegangkan namun juga menyenangkan, adrenalinnya berpacu tapi ia tidak merasa takut. Mungkin karena ia menghabiskan waktunya dengan orang-orang yang membuatnya nyaman dan orang-orang yang ia sayangi, menjadikan setiap momen ini berharga.
Terkadang ia menoleh ke arah Indra, kakaknya, yang sampai saat ini hubungan persaudaraan mereka masih disembunyikan dari beberapa anggota tentunya, mengajak Indra untuk bergabung dan bersenang-senang bersama tapi sepertinya kakaknya itu sudah cukup dengan berjalan-jalan dan mencari udara segar.
Namun, berbeda dengan Faisal, sama seperti Romi, lelaki itu tampak sama antusiasnya menaiki berbagai jenis wahana bersama Siska dan Doni yang sepertinya tujuannya adalah untuk mencoba menaiki seluruh wahana yang ada.
“Sepertinya kamu bersenang-senang, kakak turut senang,”
“Iya kak! Hari ini asik banget tapi sayang aku ngga punya tenaga seperti kak Siska ataupun kak Doni jadi ga bisa naik semua wahana,”
Saat ini Rena tengah berkumpul dan sedikit mengistirahatkan diri, berpisah dari yang lainnya, menghabiskan waktu dengan keluarganya dalam pengawasan Rizal dan juga pak Agus.
“Aku cukup kaget dengan si tengil itu… ternyata dia cukup menikmatiya…, kukira dia tipikal prang kaku modelan kamu,” celetuk Rudy sembari menyindir Indra membuat yang paling tua di antara mereka terkekeh kecil.
“Faisal itu…, memang sebenarnya punya kepribadian yang ceria…, hanya saja masa kecilnya membuatnya menjadi Faisal yang kalian kenal sekarang…,”
Indra tidak lanjut bercerita, hanya sedikit memberitahukan apa yang ia tahu tentang anak didiknya tersebut. Membuat Rena sedikit bertanya, apa yang membuat seseorang dapat berubah seperti itu? Tapi ia tidak meminta Indra bercerita lebih lanjut, masalah seperti ini akan lebih baik jika ia dapat mendengar penjelasan langsung dari Faisal.
“…aku…, sepertinya sedikit mengerti,” imbuh Rudy, membuat kedua kaka beradik itu bergantian mengalihkan fokusnya ke arah lelaki tersebut.
“Ingatanku ini sedikit samar, tapi aku pernah dalam posisi mabuk mengunjungi kosanmu itu dan Faisal adalah orang yang melindungiku dan membantuku selama ini… ia meminta maaf padaku, dan mengatakan bahwa posisi kita tidak jauh berbeda…,”
Rudy menghela nafas sebentar, ekspresinya berubah menjadi kesal sejenak.
“Tapi setelah mendengar penjelasanmu tersebut aku jadi sedikit paham…, sepertinya dia punya masa kecil yang cukup berat…,”
“Yah…, begitulah…,”
☘️☘️☘️
Perasaannya hari ini sedikit campur aduk, walau tidak dapat dipungkiri hari ini dirinya begitu senang tapi ada beberapa hal yang membuatnya sedikit sedih ataupun kecewa.
Fakta bahwa Faisal tidak berkomentar apa-apa tentang dirinya membuatnya kesal dan kecewa. Namun perasaan itu berganti dengan rasa sedih saat dirinya mengobrol dengan Indra dan Rudy, Rena kira hubungannya dengan Faisal sudah cukup dekat untuk memahami dan mengerti akan lelaki tersebut tapi nyatanya yang ia tau hanyalah permukaannya.
Dirinya jadi teringat saat ulang tahunnya Faisal mengatakan berbagai hal-hal buruk tentang dirinya, bagaimana jika selama ini memang Faisal merasa sedih dan terpuruk tapi berusaha menutupinya agar membuat orang-orang tidak khawatir dengannya?
Ia jadi merasa seperti orang yang buruk karena tidak memvalidasi perasaan Faisal tersebut, apa mungkin seharusnya ia lebih mendengarkan Faisal?
Rena terlalu larut akan lamunannya dan tidak menyadari sebuah benda dingin yang tiba-tiba menempel di pipi kanannya, sedikit tersentak ia menoleh ke arah pelaku yang menaruk benda tersebut.
“Faisal?!”
“Oh? Benar kan melamun, aku kira kamu capek tapi karena kamu tidak menjawabku jadinya aku pikir ada sesuatu yang mengusikmu, ada apa?”
Hahaha, tidak mungkin kan ia bilanh kalau yang mengusiknya karena dirinya khawatir tentangnya?
“Engga kok, gapapa, aku cuma sedikit lelah,” ujarnya.
“Bohong,”
“Eh?”
“Sepertinya pembicaraanmu dengan Indra dan Rudy cukup mengusikmu, setelah dari mereka kamu jadi murung begini,”
Ah… ternyata Faisal sudah menyadarinya ya? Untuk sementara waktu mereka saling berdiam diri, berjalan saling beriringan namun tanpa sepatah kata pun.
Faisal juga sepertinya menghargai Rena dan kekhawatirnya, ia tidak memaksa gadis itu untuk bercerita lebih lanjut jika memang apa yang mengusiknya tidak perlu ia ketahui. Dirinya belajar dari pengalaman dari bagaimana Faisal dulu selalu memaksa Rena untuk bercerita kepadanya, saat ini dia lebih memilih untuk menunggu gadis itu menceritakannya sendiri jika memang gadis itu cukup percaya padanya.
Keheningan diantara mereka cukup menyesakkan, Rena menghala nafas pelan.
“Aku mau beli es krim dulu ya!” ujarnya. Meskipun gadis itu berusaha mati-matian untuk kabur tapi Faisal tau Rena saat ini tengah menghindarinya.
☘️☘️☘️
“Uh… yang vanila atau coklat ya?”
“Kalau kamu bingung bisa beli dua-duanya kok. Bu, beli es krim coklat vanilanya satu sama es krim vanila satu ya,”
“Baik~”
“Faisal?! Sejak kapan?”
“Daritadi, aku cukup khawatir melihatmu, daritadi kamu murung,”
Rena ingin beralasan tapi sepertinya mata lelaki itu terlalu teliti.
“Ini es krimnya, mbaknya juga jangan murung terus ya itu pacarnya sampai khawatir, apalagi sekarang sedang ada di tamam bermain sudah seharusnya kalian bersenang-senang,” hibur sang ibu penjual es krim yang entah kenapa sukses membuat Rena merona.
“Ah-! Dia bukan pacar saya bu…,”
“Ahaha makasih ya bu doa baiknya,”
Faisal menyerahkan beberapa lembar uang untuk membayar dua cone eskrim tersebut. Menyerahkan es krim cokelat vanila kepada Rena dan mengambil miliknya.
“Doa saya selalu sama mas untuk setiap orang yang mengunjungi taman bermain ini, semoga kebahagiaan selalu menyertai mereka seperti saat mereka memasuki taman bermain ini,”
Ucapan yang sederhana namun juga menenangkan hati. Hati Rena begitu tersentuh dengan ketulusan ibu tersebut. Dilihatnya Faisal yang sendari tadi diam mematung, ekspresinya tidak bisa ia baca sebelum akhirnya lelaki itu tersenyum simpul.
“Terima kasih banyak bu,”
☘️☘️☘️
Ucapan sederhana yang sukses membuatnya tersentuh dan merenung, seharusnya ia tidak murung seperti saat ini, seharusnya ia bisa menikmati waktu lebih lama dan bersenang-senang dengan yang lainnya kenapa justru ia membebani dirinya sendiri dan membuat suasana jadi muram?
“Rena,”
“Ya?”
flash
Betapa terkejutnya dirinya saat flash kamera terarah padanya, satu detik dua detik dirinya mencerna sampai ketika.
“Hah?! Faisaaaal aku belum siaaap?!”
Tawa renyah pun seketika keluar dengan begitu santai tanpa beban dari lelaki tersebut. Ah! Tawa itu, senyum itu! Senyum yang jarang sekali Rena lihat terlepas sosok di hadapannya, senyum dan tawa lepas tanpa beban. Senyum penuh suka cita.
Melihat Faisal yang tertawa lepas membuat semua risau dalam dirinya pun seketika sirna, ia pun ikut tersenyum lega. Apa selama ini yang ia cari adalah kebahagiaan dari sosok di hadapannya tersebut? Yang sebenarnya membuat dirinya risau adalah karena ia khawatir kepada Faisal?
flash
“Eh?! Kok aku difoto lagi?!”
“Ya gapapa, ekspresimu tadi bagus, pada akhirnya kamu bisa tersenyum lagi. Kamu tuh lebih cantik kalau senyum kayak tadi, jadi jangan murung lagi ya,”
Eh?
EEEEHHHH?!
Wajah Rena seketika bersemu merah, Faisal yang tampaknya belum sadar akan ucapannya tersebut menatapnya bingung sampai akhirnya kedua kupingnya ikut memerah karena mengerti atas maksud ucapannya barusan.
“Ah?! Maaf! Jangan salah paham! Kamu… penampilanmu sekarang! Berbeda dari bisanya! Jadi—”
“Kalian ini sepertinya daritadi asik berduaan, jadi aku cukup curiga ada apa diantara kalian,”
“Kak Rudy?!”
“JADI SI TENGIL INI UDAH BERANI MODUS-MODUS?! SUDAH KU DUGA KAU TIPIKAL ORANG YANG PAKAI TAMPANG!!”
“Bukan begitu—!”
Melihat pertengkaran antara Rudy dan Faisal entah kenapa membuat hatinya semakin menghangat, dirinya terkekeh kecil dan menggandeng kedua tangan lelaki itu.
“Ehehe aku senang sekali hari ini! Ayo! Kak Rudy! Faisal! Kita susul yang lain!”
☘️☘️☘️
Benar, saat ini dirinya tidak perlu memikirkan hal-hal yang rumit. Dirinya hanya perlu menikmati momen-momen bahagia ini.