Wajah Belobog
———
Sendari tadi Bronya terlihat berdiri cemas sembari terus menerus meremat rok biru miliknya serta sesekali membenai anak-anak rambutnya yang tidak perlu diapa-apakan pun sebenarnya sudah rapi.
Jujur saja ia gugup dan tidak percaya diri. Beberapa orang sendari tadi berlalu lalang, mencuri-curi pandang sekilas ke arahnya. Mungkin sembari menerka-nerka, apa yang kiranya dilakukan seorang Supreme Guardian, di depan toko bunga Eversummer Florist? Dengan pakaian santai tentunya. Tetapi yah memang apa salahnya dirinya—seorang Supreme Guardian, terlihat sedang menikmati hari liburnya—sebagai Bronya Rand.
Kegugupannya sirna digantinya senyum yang merekah manakala kedua netranya menangkap siluet orang yang sendari tadi ia tunggu. Entah mengapa dirinya semakin berseri, melihat sosok Dan heng yang juga sedang menuju ke arahnya berpenampilan santai—bukan sebagai seorang perintis, the Nameless, ataupun Trailbllazer, melainkan seorang Dan Heng.
———
“Maaf membuatmu menunggu lama, Bronya,”
“Ah! Tidak kok!”
Lelaki di hadapannya tersebut diam memperhatikannya, menatapnya seksama membuatnya entah kenapa semakin gugup dilihat dengan begitu lekat dan juga dekat.
“Apa… ada yang salah?” tanyanya ragu-ragu, Dan heng pun menggelengkan kepalanya. “Tidak, kamu… terlihat cukup berbeda,”
Entah mengapa pernyataan Dan heng tersebut membuat Bronya salah tingkah (dan juga kaprah) mengerti maksud ucapannya yang bisa saja bermaksud negatif, Dan heng pun cepat-cepat meralatnya.
“Tidak, maksudku bukan seperti itu! Aku jarang melihatmu berpenampilannsantai seperti ini, cocok kok, lebih fresh dilihat,”
“Ah? Syukurlah jika seperti itu… Sebenarnya…, aku merasa sedikit tidak percaya diri… tapi Pela yang menyuruhkan untuk sedikit ‘berdandan’”, ujar Bronya, sedikit menekankan pada kata berdandannya, matanya sendari tadi sibuk emlihat kesana kemari, menggan menatap kearah dua pasang netra safir tersebut. Dan heng pun tersenyum simpul.
“Benarkah? Kalau begitu aku harus berterima kasih kepada nona Pela, aku merasa sedikit spesial karena bisa melihat Supreme Guardian seperti ini,”
“Ugh… berhenti mengangguku…” gerutu gadis tersebut yang sukses mencairkan tawa hangat dan renyah lelaki di hadapannya yang selalu berekspresi dingin layaknya kota Belobog. Bronya tersenyum simpul hatinya pun ikut menghangat.
“Mau kemana sekarang?” tanya Bronya, sedikit khawatir jikalau mereka terlalu lama berbincang di Administrative District. Walau Bronya suka menghabiskan waktu dengan Dan heng tapi tujuan mereka kali ini adalah melihat wajah lain dari Belobog, jadi ia tidak ingin menghabiskan waktu terlalu lama di satu tempat.
“Heum… aku tidak tau, di sini kamu lah tour guide-nya, aku akan mengikuti kemana pun kamu pergi. Jadi mohon bantuannya,”
———
“Jadi seperti ini pemandangan bukit di sebelah utara kota Belobog, selama ini aku hanya melihatnya dari peta,” ujar Dan heng terkesima. Mata safir tersebut sendari tadi tidak dapat berbohong, binar kekagumannya memancarkan ketakjuban pada bentang alam bersalju milik Belobog, membuat Bronya pun tersenyum simpul.
“Iya, aku baca di buku sejarah Belobog, dulunya bukit ini lebih indah dengan padang rumput sabana, pepohonan, dan juga bunga-bunga indah. Sayangnya, karena kebekuan abadi semuanya menjadi layu, menyisakan salju sejauh mata memandang,”
Dan heng menolehkan pandangannya ke arah Bronya, gadis itu tampak murung. Dirinya mengerti, betapa gadis itu juga ingin melihat indah serta hijaunta permadani alam Belobog hanya saja karena Stellaron semuanya seketika musnah dan lenyap.
“Ah! Maaf! Aku tiba-tiba murung, bukan berarti aku tidak meyukai musim dingin, hanya saja kalau musim semi kita bisa melihat bunga-bunga bermekaran dan apabila kita beruntung kita dapat melihat padang Ball Peony yang dipenuhi oleh bunga-bunga berwarna merah muda. Sayangnya kondisi sekarang membuat kita hanya bisa melihatnya sekali dalam setahun…”
“Kalau aku pribadi lebih menyukai musim dingin dibanding musim semi,”
Bronya menolehkan pandangannya ke arah Dan heng. Lelaki itu terlihat masih menikmati bentang permadani putih di hadapannya. Tatapannya penuh kelembutan namun di satu sisi seperti memandang jauh ke arah sesuatu yang tak dapat digapainya.
“Paling tidak aku bisa menikmati waktuku dengan orang yang aku sayangi selama musim dingin,” ujar lelaki tersebut.
Bronya tidak mengerti. Namun yang jelas seutas senyum simpul yang terukir manis di wajahnya adalah sebuah tanda bahwa dirinya setuju. Tidak ada yang salah dari menghabiskan waktu dengan orang yang disayang.
“Yah…, kamu benar,”
———
“Hup!”
Disambutnya uluran tangan sang lelaki, dengan hati-hati kakinya pun mencari-cari pijakan tanah bersalju untuk tempatnya berdiri.
Dan heng mengajaknya untuk turun sedikit ke lereng, mencari spot bagus untuk mengambil sebuah foto kenang-kenangan.
“Woah! Indahnya…”
Berbeda dari di atas sana, lereng di sini dipenuhi oleh pemandangan belukar yang layu. Meskipun demikian tetap indah di pandang mata di tengah-tengah padang salju yang membentang.
“Wah! Lihat!”
Dan heng menoleh ke arah kemana jemari lentik itu mengarah, beberapa kuntup bunga Ball Poeny bermekaran tidak jauh dari semak berlukar yang mulai berguguran. Indah, warnanya cukup kontras ditengah permadani salju tempat mereka berpijak.
Sepasang netra kelabu tersebut berpijar dengan sorot penuh kekaguman, tanpa sadar menciptakan seutas simpul samar di paras rupawannya. Di tengah dibginnya Belobog entah mengapa dalam dirinya seakan menghangat layaknya menyambut musim semi yang baru saja tiba.
Jemari lentik sang gadis itu pun terulur, memetik satu buah tangkai dan menyelipkannya di balik telinganya, “Bagaimana menurutmu?” tanyanya.
Dan heng pun mengeluarkan kameranya, ia mundur selangkah dan kemudian mengabadikan potret indah milik sang gadis, “Cantik,” komentarnya.
“He he he, iya kan?” Gadis itu menolehkan pandangannya ke arah Dan heng, mendapati sang lelaki tengah tersenyum simpul ke arahnya, sebuah senyum yang bahkan tidak dapat ia artikan… membuatnya sedikit salah tingkah.
Mengerti akan kecanggungan antara satu sama lain, Dan heng pun dengan segera menyerahkan satu buah foto yang berhasil ia tangkap. Sebuah potret Bronya dengan pemandangan bukit bersalju Belobog di belakangnya dengan gugur daun yang mulai kecokelatan dengan sebuah Ball Peony cantik yang baru bermekaran bertengger di kuping sang gadis. Begitu serasi dengan paras lembut wanita nomor satu di Belobog tersebut.
“Wah… cantik sekali…” ujar Bronya tanpa sadar… seakan memuji dirinya sendiri dengan cepat ia menjelaskan maksud ucapannya, “Ah! Aku tidak bermaksud narsis! Maksud aku foto yang kamu ambil cantik sekali!”
“Tapi kamu juga cantik kok di foto ini,”
“Ah…? Terima kasih…” balas sang gadis kikuk, satu ide kecil pun melintas di pikirnya. “Boleh aku pinjam kameramu sebentar?”
Meski kebingungan Dan heng tetap menyerahkan kameranya pada uluran tangan sang gadis. Mengikuti setiap kemauan sang gadis yang juga menyuruhnya untuk memegang setangkai bunga Ball Peony tersebut.
“Satu… dua… tiga…!”
Klik
Selembar foto pun keluar dari kamera polaroid tersebut, menampilkan potret sisi samping Dan heng yang tersenyum hangat sembari memegang bunga Ball Peony tersebut. Gadis itu tersenyum simpul, diambilnya potret diri Dan heng dari lelaki tersebut dan ia tukar dengan potret diriny sendiri.
“Anggap saja foto dan Ball Peony ini adalah kenang-kenangan dari Belobog!”
Dipandangnya potret milik Bronya dan setangkai bunga Ball Peony tersebut berulang kali sebelum kemudian memandang ke arah gadis di hadapannya.
“Terima kasih, akan aku jaga selalu… wajah belobog ini…” ujarnya sembari tersenyum.
———
Dalam ruang arsip tersebut ia pandangi selalu setangkai bunga Ball Peony yang telah ia masukkan ke dalam pot berisi air, tidak jaub dari pot tersebut terdapat selembar foto seorang gadis cantik tengah tersenyum dengan Ball Peony yang terselip diantara telinganya
Beberapa arsir pena penghiasi pojok kiri bawah foto tersebut
Wajah Belobog 2157 AE, December 25th A promise to return back
———
Gadis itu meletakkan selembar foto lelaki yang tengah tersenyum hangat sembari memandang setangkai bunga Ball Peony yang baru saja bermekaran di bawah figura foto keluarganya
Gadis itu pun beranjak ke atas tempat tidurnya, membaringkan diri dan membiarkannya terlelap ke dalam alam mimpi
Wajah Belobog 2157 AE, December 25th A promise to wait your departure